
1492Please respect copyright.PENANAs30mH1s4lZ
Sejak beberapa hari terakhir, Dani jarang datang ke warung Rina lagi. Bukan karena menghindar, tapi karena kini ibunya sendiri yang lebih sering berbelanja ke sana. Ibunya Dani sudah tak lagi repot seperti sebelumnya, sehingga ia bisa langsung membeli kebutuhan rumah tangga sekaligus bercengkerama dengan Rina dan ibu-ibu lainnya di warung.
1492Please respect copyright.PENANAHtrohcIuCY
Hari ini, seperti biasa, ibu Dani datang ke warung Rina dengan senyum ramah. "Pagi, Bu Rina! Sehat, kan?" sapanya ceria.
1492Please respect copyright.PENANAqvAHRIayl0
Rina yang tengah menata dagangan mengangguk. "Sehat, Bu. Alhamdulillah. Mau beli apa hari ini?"
1492Please respect copyright.PENANAM0ha0C6sW9
"Biasa, buat arisan. Sayur mayur, bumbu dapur, sama gula sekilo."
1492Please respect copyright.PENANAoL2adv0bEr
Sambil menimbang gula, Rina melirik sekilas. "Dani kok nggak pernah ke warung lagi? Udah betah di rumah?" tanyanya, nadanya terdengar seolah basa-basi, tapi ada sedikit rasa penasaran terselip di dalamnya.
1492Please respect copyright.PENANAapCBgAL4Go
Ibu Dani terkekeh. "Iya, dia sekarang lebih sering di rumah. Kalau nggak bantuin ayahnya, ya, ngurusin program buat desa."
1492Please respect copyright.PENANAdfLiTlmZcu
Rina mengernyit. "Program buat desa?"
1492Please respect copyright.PENANAzeGWcs2aoK
"Iya, Dani sekarang aktif bantu-bantu buat majukan pertanian desa kita. Katanya mau cari cara biar hasil panen bisa lebih bagus dan gampang dijual ke luar."
1492Please respect copyright.PENANATfZcBos1jJ
Rina mengangguk-angguk, teringat bagaimana dulu Dani memang dikenal sebagai anak yang pintar. Tak heran kalau sekarang ia mulai mengambil peran lebih besar di desa.
1492Please respect copyright.PENANAkGNus3zIAM
Setelah berbelanja, ibu Dani berpamitan. Rina kembali sibuk melayani pembeli lain, tetapi di dalam hatinya, ia merasa ada yang aneh. Entah kenapa, sejak Dani jarang muncul, warungnya terasa sedikit lebih sepi.
--
1492Please respect copyright.PENANA9tOjjusxpF
Beberapa hari kemudian, pagi-pagi sekali, Rina membawa bayinya ke posyandu di balai desa. Pemeriksaan berjalan lancar, dan setelah berbincang sebentar dengan ibu-ibu lain, ia bersiap untuk pulang.
1492Please respect copyright.PENANAN2gO1dxTM3
Namun, begitu keluar dari balai desa, matahari sudah naik tinggi, menyengat tanpa ampun. Udara yang tadinya sejuk kini berubah menjadi gerah, membuat kulit terasa seperti dipanggang perlahan di bawah terik siang.
1492Please respect copyright.PENANAzXz29odkre
Rina berdiri di tepi jalan, menggendong bayinya yang mulai gelisah. Ia menunggu becak, tapi tak satu pun yang melintas.
1492Please respect copyright.PENANAHiw2nGQ0cH
Keringat mengalir di pelipisnya, membasahi tengkuknya yang terasa panas seperti pasir pantai di siang bolong. Sesekali ia melirik ke arah jalanan yang sepi, berharap ada becak yang lewat, tetapi sejauh ini, hanya angin yang berhembus malas, membawa debu ringan dari tanah kering.
1492Please respect copyright.PENANAHuU9skqFyK
Bayi di gendongannya mulai merengek, seolah ikut merasakan ketidaknyamanan ibunya. Rina menghela napas, mengayun-ayunkan si kecil pelan.
1492Please respect copyright.PENANAvsFLBMLUbl
"Dasar becak-becak, kalau lagi butuh malah nggak ada satu pun!" gerutunya kesal, menyeka keringat di pelipisnya. Ia mulai bersiap untuk berjalan kaki, meski hatinya masih dongkol.
1492Please respect copyright.PENANAEveIYb0fmw
Namun, saat baru hendak melangkah, suara motor mendekat.
1492Please respect copyright.PENANAXcTfSdLCw3
"Bu Rina?"
1492Please respect copyright.PENANAqyviZ27PR6
Rina menoleh dengan dahi sedikit berkerut. Dari balik sinar matahari yang menyilaukan, ia melihat sosok pemuda yang sudah beberapa hari ini jarang muncul di warungnya—Dani.
1492Please respect copyright.PENANAztIa82c1DD
Pemuda itu menghentikan motornya, lalu menatapnya dengan ekspresi santai. "Lagi nunggu becak, ya?" tanyanya.
1492Please respect copyright.PENANATDNObIhNPi
"Nggak keliatan apa? Masa saya berdiri di sini nunggu ujan?" sahut Rina ketus.
1492Please respect copyright.PENANA1ZXBkUkykG
Dani hanya terkekeh. "Becaknya nggak ada yang lewat, ya?"
1492Please respect copyright.PENANApoInMTDQV7
"Ya iyalah! Kalau ada, saya udah naik dari tadi!" suara Rina terdengar kesal.
1492Please respect copyright.PENANAlQQqtZiNZO
Dani melirik ke jalanan yang sepi, lalu menatap Rina lagi. "Kalau gitu, saya antar aja, Bu."
1492Please respect copyright.PENANAfumVEwv3dO
Rina melotot. "Hah? Enggak! Ngapain repot-repot? Saya bisa jalan sendiri!"
1492Please respect copyright.PENANAYrG4076VKN
Dani tersenyum kecil, sudah terbiasa dengan galaknya Rina. "Saya juga sekalian pulang, Bu. Nggak ada ruginya kok."
1492Please respect copyright.PENANAJTMjA5Yofj
Rina mendengus. "Nggak usah sok baik!"
1492Please respect copyright.PENANAkQNxEoOlVg
Namun, sebelum Dani sempat membalas, tangisan bayi Rina semakin kencang. Tubuh mungilnya bergerak gelisah, wajahnya memerah karena kepanasan.
1492Please respect copyright.PENANAxEH6yG6uS0
Rina berusaha menenangkan si kecil, mengayun-ayunkannya pelan. Namun, tangisannya justru makin menjadi-jadi.
1492Please respect copyright.PENANAXHnKEAfozl
Dani menghela napas, lalu berkata lebih lembut, "Biar cepat sampai, Bu. Kasihan bayinya kepanasan."
1492Please respect copyright.PENANAN3Bf8zKqTD
Rina memandang Dani dengan tatapan tajam, lalu kembali menatap anaknya. Hatinya masih keras, tapi ia tak tega melihat bayinya terus menangis.
1492Please respect copyright.PENANAeBldymWADz
Dengan mendengus pelan, ia akhirnya mengangguk. "Tapi bawa motornya jangan ngebut! Kalau ada apa-apa, kamu yang tanggung jawab!"
1492Please respect copyright.PENANA6quFynEAvw
Dani tersenyum, menahan tawa. "Siap, Bu Rina."
--
1492Please respect copyright.PENANAVE4nsR6YbY
Dani merogoh tas kecil yang tersampir di bahunya, lalu mengeluarkan sebuah payung lipat berwarna biru muda.
1492Please respect copyright.PENANATRzLOn33Wl
"Ini, Bu. Buat nutupin bayinya biar nggak kepanasan."
1492Please respect copyright.PENANAWU4qh3d4c4
Rina menatap benda itu dengan sedikit terkejut. Payung kecil… sederhana… tapi entah kenapa, terasa begitu berarti.
1492Please respect copyright.PENANAKOI0vLOPiF
Ia menerima payung itu perlahan, membukanya untuk menaungi bayinya. Ketika bayangan payung itu melindungi anaknya dari terik, hatinya juga terasa seperti terlindungi.
1492Please respect copyright.PENANAIfsKOkBO8h
"Makasih," katanya singkat, tapi ada sesuatu dalam suaranya yang terasa berbeda—lebih lembut, lebih tulus.
1492Please respect copyright.PENANACPLDf56bWV
Dani hanya tersenyum tipis sebelum kembali menyalakan motornya.
1492Please respect copyright.PENANAEKpm434lcn
Ketika motor mulai melaju, Rina merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya.
1492Please respect copyright.PENANAjJHssrNbPz
Perjalanan ini mungkin hanya dari balai desa ke rumahnya, tapi bagi Rina, rasanya seperti perjalanan ke tempat yang lebih dalam—ke relung hatinya sendiri.
1492Please respect copyright.PENANAoQgBUWcjAr
Angin yang berembus membawa kehangatan, bukan hanya di kulitnya, tapi juga di jiwanya. Bayinya kini tertidur nyenyak dalam dekapannya, dan setiap kali motor melewati jalanan desa yang biasa, hati Rina justru melangkah ke tempat yang belum pernah ia jamah sebelumnya.
1492Please respect copyright.PENANAwMpCx38hf4
Di depannya, Dani mengendarai motor dengan tenang, begitu stabil, begitu bisa diandalkan.
1492Please respect copyright.PENANAzB4Ph1APgG
Rina menatap punggung pemuda itu. Punggung yang dulu hanya dikenalnya sebagai anak kecil yang suka berlarian di sekitar desa.
1492Please respect copyright.PENANAdI5if9QsnM
Kini, punggung itu terasa lebih kokoh, lebih kuat… dan entah kenapa, ia ingin bersandar.
1492Please respect copyright.PENANAx0393buTF5
Rina menghela napas pelan, tetapi senyum kecil terbit di sudut bibirnya.
1492Please respect copyright.PENANAXnrAoVugjJ
Ini hanya tumpangan. Hanya beberapa menit di atas motor.
1492Please respect copyright.PENANAKjVLULZQIO
Tapi kenapa… kenapa rasanya begitu istimewa?
1492Please respect copyright.PENANAVNLA1X9gJE
Kenapa rasanya ia ingin perjalanan ini lebih lama?
1492Please respect copyright.PENANA6L9t2F9Ra5
Untuk pertama kalinya, Rina tidak ingin cepat sampai.
--
1492Please respect copyright.PENANAxR8OQ4WqYc
Motor berhenti tepat di depan rumah Rina. Angin yang tadi terasa hangat kini seolah membawa sesuatu yang berbeda—perasaan yang samar, tetapi perlahan mulai terasa nyata.
1492Please respect copyright.PENANAsRNAPgap56
Rina baru saja hendak turun ketika Dani menoleh ke belakang dengan senyum sopan.
1492Please respect copyright.PENANAYuHXrsxuQo
"Udah sampai, Bu. Saya pulang dulu, ya."
1492Please respect copyright.PENANAHTbARvbw9B
Seketika, kehangatan yang tadi menyelimuti hati Rina perlahan luntur.
1492Please respect copyright.PENANAFLAZJHWDg6
Begitu saja?
1492Please respect copyright.PENANAXi0cVN1vKC
Matanya menatap Dani yang sudah bersiap menyalakan motornya lagi. Ada sesuatu dalam dirinya yang enggan melepas kepergian pemuda itu.
1492Please respect copyright.PENANAd3GYpRnv4Z
Tapi tentu saja, ia tidak bisa menahan Dani lebih lama.
1492Please respect copyright.PENANAgn7G7Ezina
Ia hanya bisa mengangguk pelan. "Iya, hati-hati."
1492Please respect copyright.PENANAJBhmPlQ8RP
Dani tersenyum tipis, lalu melaju pergi.
1492Please respect copyright.PENANA7hlWMBXNlT
Rina berdiri di depan rumahnya, menatap punggung Dani yang semakin menjauh—sama seperti tadi, tetapi kali ini ia merasa kehilangan sesuatu.
1492Please respect copyright.PENANAviB3ykAzyv
Tangannya masih menggenggam payung kecil yang diberikan Dani tadi.
1492Please respect copyright.PENANAiJaOlOM6Ld
Payung sederhana, tetapi kini terasa jauh lebih berharga dari yang seharusnya.
1492Please respect copyright.PENANA4r5rKpXFam
Ia menggenggamnya lebih erat, seolah payung itu bisa menggantikan kehangatan yang perlahan menghilang bersama kepergian Dani.
1492Please respect copyright.PENANAbP3zAT7gsp
Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama… ia merasakan sesuatu yang menyesakkan dalam hatinya.
--
1492Please respect copyright.PENANAeirIERJYKg
Malam itu begitu sunyi.
1492Please respect copyright.PENANAbPldWiPtc9
Angin berembus pelan di luar, menyelinap masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka. Tirai tipis bergoyang lembut, seperti tarian bayangan yang meliuk tanpa suara.
1492Please respect copyright.PENANAmj9pXpVoq7
Di dalam kamar, Rina berbaring diam. Matanya menatap langit-langit, tetapi pikirannya mengembara jauh. Ada sesuatu yang terasa hampa di dadanya, seolah ada ruang kosong yang belum pernah ia sadari sebelumnya.
1492Please respect copyright.PENANAT7zW13ZrjZ
Sejak kapan perasaan ini muncul?
1492Please respect copyright.PENANAIR6Skmtv7u
Tangannya perlahan bergerak, meraba benda kecil di sampingnya—payung lipat yang tadi diberikan Dani.
1492Please respect copyright.PENANA7tu3bWRpsn
Benda ini seharusnya tak berarti apa-apa. Hanya payung. Hanya plastik dan logam yang ringan.
1492Please respect copyright.PENANAfvHaJCvyCM
Namun, saat jemarinya menggenggamnya erat, ada kehangatan yang menjalar pelan dari telapak tangannya menuju hatinya.
1492Please respect copyright.PENANAUCmLJUdN3k
Ia menghela napas panjang. Angin kembali berembus, menyentuh kulitnya dengan lembut—seolah ingin mengingatkan bahwa ia sedang sendiri, hanya ditemani kesunyian yang terasa begitu nyata.
1492Please respect copyright.PENANATc33xB4xC1
Dan di tengah sunyi itu, ada sesuatu yang mulai tumbuh dalam hatinya.
1492Please respect copyright.PENANAo3nG1yA9HV
Sebuah perasaan yang membuat dadanya bergetar.
1492Please respect copyright.PENANACGQ4VkAi8f
Sebuah perasaan yang menakutinya lebih dari apa pun.
1492Please respect copyright.PENANAOQgJeFcAmi
Karena ia tahu, jika ia membiarkannya berkembang… ia tidak akan bisa berpaling lagi.
ns18.222.93.141da2