
1664Please respect copyright.PENANAYLrct8Bmmu
Sejak beberapa hari terakhir, Dani jarang datang ke warung Rina lagi. Bukan karena menghindar, tapi karena kini ibunya sendiri yang lebih sering berbelanja ke sana. Ibunya Dani sudah tak lagi repot seperti sebelumnya, sehingga ia bisa langsung membeli kebutuhan rumah tangga sekaligus bercengkerama dengan Rina dan ibu-ibu lainnya di warung.
1664Please respect copyright.PENANApoCw3Yd3VE
Hari ini, seperti biasa, ibu Dani datang ke warung Rina dengan senyum ramah. "Pagi, Bu Rina! Sehat, kan?" sapanya ceria.
1664Please respect copyright.PENANAngaHJOUWr3
Rina yang tengah menata dagangan mengangguk. "Sehat, Bu. Alhamdulillah. Mau beli apa hari ini?"
1664Please respect copyright.PENANAZ3dlqHrut0
"Biasa, buat arisan. Sayur mayur, bumbu dapur, sama gula sekilo."
1664Please respect copyright.PENANASIezxvE2B3
Sambil menimbang gula, Rina melirik sekilas. "Dani kok nggak pernah ke warung lagi? Udah betah di rumah?" tanyanya, nadanya terdengar seolah basa-basi, tapi ada sedikit rasa penasaran terselip di dalamnya.
1664Please respect copyright.PENANAImvpu967MB
Ibu Dani terkekeh. "Iya, dia sekarang lebih sering di rumah. Kalau nggak bantuin ayahnya, ya, ngurusin program buat desa."
1664Please respect copyright.PENANAlvgBooL2CW
Rina mengernyit. "Program buat desa?"
1664Please respect copyright.PENANAe1MeKUR256
"Iya, Dani sekarang aktif bantu-bantu buat majukan pertanian desa kita. Katanya mau cari cara biar hasil panen bisa lebih bagus dan gampang dijual ke luar."
1664Please respect copyright.PENANAo92FnecmiJ
Rina mengangguk-angguk, teringat bagaimana dulu Dani memang dikenal sebagai anak yang pintar. Tak heran kalau sekarang ia mulai mengambil peran lebih besar di desa.
1664Please respect copyright.PENANA81x7N3KrGb
Setelah berbelanja, ibu Dani berpamitan. Rina kembali sibuk melayani pembeli lain, tetapi di dalam hatinya, ia merasa ada yang aneh. Entah kenapa, sejak Dani jarang muncul, warungnya terasa sedikit lebih sepi.
--
1664Please respect copyright.PENANA5vzbaY30Qd
Beberapa hari kemudian, pagi-pagi sekali, Rina membawa bayinya ke posyandu di balai desa. Pemeriksaan berjalan lancar, dan setelah berbincang sebentar dengan ibu-ibu lain, ia bersiap untuk pulang.
1664Please respect copyright.PENANAo8yPfEDqg3
Namun, begitu keluar dari balai desa, matahari sudah naik tinggi, menyengat tanpa ampun. Udara yang tadinya sejuk kini berubah menjadi gerah, membuat kulit terasa seperti dipanggang perlahan di bawah terik siang.
1664Please respect copyright.PENANArCFkJqod4T
Rina berdiri di tepi jalan, menggendong bayinya yang mulai gelisah. Ia menunggu becak, tapi tak satu pun yang melintas.
1664Please respect copyright.PENANA9oePTh9QyA
Keringat mengalir di pelipisnya, membasahi tengkuknya yang terasa panas seperti pasir pantai di siang bolong. Sesekali ia melirik ke arah jalanan yang sepi, berharap ada becak yang lewat, tetapi sejauh ini, hanya angin yang berhembus malas, membawa debu ringan dari tanah kering.
1664Please respect copyright.PENANArhKWJCyKrs
Bayi di gendongannya mulai merengek, seolah ikut merasakan ketidaknyamanan ibunya. Rina menghela napas, mengayun-ayunkan si kecil pelan.
1664Please respect copyright.PENANAS6SrCiioJy
"Dasar becak-becak, kalau lagi butuh malah nggak ada satu pun!" gerutunya kesal, menyeka keringat di pelipisnya. Ia mulai bersiap untuk berjalan kaki, meski hatinya masih dongkol.
1664Please respect copyright.PENANA2FNdNSYC5D
Namun, saat baru hendak melangkah, suara motor mendekat.
1664Please respect copyright.PENANALT52xEe8Yi
"Bu Rina?"
1664Please respect copyright.PENANAmREU3b65Pv
Rina menoleh dengan dahi sedikit berkerut. Dari balik sinar matahari yang menyilaukan, ia melihat sosok pemuda yang sudah beberapa hari ini jarang muncul di warungnya—Dani.
1664Please respect copyright.PENANAkmO5YBhbAW
Pemuda itu menghentikan motornya, lalu menatapnya dengan ekspresi santai. "Lagi nunggu becak, ya?" tanyanya.
1664Please respect copyright.PENANAB7vhuoHXCj
"Nggak keliatan apa? Masa saya berdiri di sini nunggu ujan?" sahut Rina ketus.
1664Please respect copyright.PENANA4XfM6hGmEl
Dani hanya terkekeh. "Becaknya nggak ada yang lewat, ya?"
1664Please respect copyright.PENANAFZR2vVsdHX
"Ya iyalah! Kalau ada, saya udah naik dari tadi!" suara Rina terdengar kesal.
1664Please respect copyright.PENANAaGP8VF9tRK
Dani melirik ke jalanan yang sepi, lalu menatap Rina lagi. "Kalau gitu, saya antar aja, Bu."
1664Please respect copyright.PENANAMnYG9KDBqF
Rina melotot. "Hah? Enggak! Ngapain repot-repot? Saya bisa jalan sendiri!"
1664Please respect copyright.PENANA30pc9KvCHo
Dani tersenyum kecil, sudah terbiasa dengan galaknya Rina. "Saya juga sekalian pulang, Bu. Nggak ada ruginya kok."
1664Please respect copyright.PENANAaLtz6f8VL7
Rina mendengus. "Nggak usah sok baik!"
1664Please respect copyright.PENANARU13fYrlrh
Namun, sebelum Dani sempat membalas, tangisan bayi Rina semakin kencang. Tubuh mungilnya bergerak gelisah, wajahnya memerah karena kepanasan.
1664Please respect copyright.PENANAnJHR2bhywr
Rina berusaha menenangkan si kecil, mengayun-ayunkannya pelan. Namun, tangisannya justru makin menjadi-jadi.
1664Please respect copyright.PENANAWOJcITgMjG
Dani menghela napas, lalu berkata lebih lembut, "Biar cepat sampai, Bu. Kasihan bayinya kepanasan."
1664Please respect copyright.PENANAwYf4JXeGTt
Rina memandang Dani dengan tatapan tajam, lalu kembali menatap anaknya. Hatinya masih keras, tapi ia tak tega melihat bayinya terus menangis.
1664Please respect copyright.PENANAskVvXQiUBN
Dengan mendengus pelan, ia akhirnya mengangguk. "Tapi bawa motornya jangan ngebut! Kalau ada apa-apa, kamu yang tanggung jawab!"
1664Please respect copyright.PENANAHmsRheQdUO
Dani tersenyum, menahan tawa. "Siap, Bu Rina."
--
1664Please respect copyright.PENANAGJy7loCP53
Dani merogoh tas kecil yang tersampir di bahunya, lalu mengeluarkan sebuah payung lipat berwarna biru muda.
1664Please respect copyright.PENANA25H1qXCO7S
"Ini, Bu. Buat nutupin bayinya biar nggak kepanasan."
1664Please respect copyright.PENANAU0GpuB1XtC
Rina menatap benda itu dengan sedikit terkejut. Payung kecil… sederhana… tapi entah kenapa, terasa begitu berarti.
1664Please respect copyright.PENANAltYt9i2967
Ia menerima payung itu perlahan, membukanya untuk menaungi bayinya. Ketika bayangan payung itu melindungi anaknya dari terik, hatinya juga terasa seperti terlindungi.
1664Please respect copyright.PENANAUCwII5tjrF
"Makasih," katanya singkat, tapi ada sesuatu dalam suaranya yang terasa berbeda—lebih lembut, lebih tulus.
1664Please respect copyright.PENANAVJ0yFmTF8S
Dani hanya tersenyum tipis sebelum kembali menyalakan motornya.
1664Please respect copyright.PENANALOPyjXMPvY
Ketika motor mulai melaju, Rina merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya.
1664Please respect copyright.PENANAXHi0yHMkpv
Perjalanan ini mungkin hanya dari balai desa ke rumahnya, tapi bagi Rina, rasanya seperti perjalanan ke tempat yang lebih dalam—ke relung hatinya sendiri.
1664Please respect copyright.PENANAlAE5lL9Trt
Angin yang berembus membawa kehangatan, bukan hanya di kulitnya, tapi juga di jiwanya. Bayinya kini tertidur nyenyak dalam dekapannya, dan setiap kali motor melewati jalanan desa yang biasa, hati Rina justru melangkah ke tempat yang belum pernah ia jamah sebelumnya.
1664Please respect copyright.PENANA2TWxQBHZl8
Di depannya, Dani mengendarai motor dengan tenang, begitu stabil, begitu bisa diandalkan.
1664Please respect copyright.PENANAU9zeXRlHvj
Rina menatap punggung pemuda itu. Punggung yang dulu hanya dikenalnya sebagai anak kecil yang suka berlarian di sekitar desa.
1664Please respect copyright.PENANALs8nmfRFIG
Kini, punggung itu terasa lebih kokoh, lebih kuat… dan entah kenapa, ia ingin bersandar.
1664Please respect copyright.PENANAGJyVYDLEef
Rina menghela napas pelan, tetapi senyum kecil terbit di sudut bibirnya.
1664Please respect copyright.PENANAjgycDhO1Aj
Ini hanya tumpangan. Hanya beberapa menit di atas motor.
1664Please respect copyright.PENANArlehph3dbu
Tapi kenapa… kenapa rasanya begitu istimewa?
1664Please respect copyright.PENANAB5AQFQbslK
Kenapa rasanya ia ingin perjalanan ini lebih lama?
1664Please respect copyright.PENANAE6RPoUov5H
Untuk pertama kalinya, Rina tidak ingin cepat sampai.
--
1664Please respect copyright.PENANAeKGkTyIcae
Motor berhenti tepat di depan rumah Rina. Angin yang tadi terasa hangat kini seolah membawa sesuatu yang berbeda—perasaan yang samar, tetapi perlahan mulai terasa nyata.
1664Please respect copyright.PENANAphRgsR40ug
Rina baru saja hendak turun ketika Dani menoleh ke belakang dengan senyum sopan.
1664Please respect copyright.PENANAwnJK5Ygxr6
"Udah sampai, Bu. Saya pulang dulu, ya."
1664Please respect copyright.PENANAoJ4odPgyOU
Seketika, kehangatan yang tadi menyelimuti hati Rina perlahan luntur.
1664Please respect copyright.PENANAEmdXxjGhad
Begitu saja?
1664Please respect copyright.PENANA0KmXoG8kD5
Matanya menatap Dani yang sudah bersiap menyalakan motornya lagi. Ada sesuatu dalam dirinya yang enggan melepas kepergian pemuda itu.
1664Please respect copyright.PENANAsII2enZgzD
Tapi tentu saja, ia tidak bisa menahan Dani lebih lama.
1664Please respect copyright.PENANAEe7Qux9VTP
Ia hanya bisa mengangguk pelan. "Iya, hati-hati."
1664Please respect copyright.PENANAjMr6xqzX8Q
Dani tersenyum tipis, lalu melaju pergi.
1664Please respect copyright.PENANAF0UufnQaEW
Rina berdiri di depan rumahnya, menatap punggung Dani yang semakin menjauh—sama seperti tadi, tetapi kali ini ia merasa kehilangan sesuatu.
1664Please respect copyright.PENANAFa1WkMWVWA
Tangannya masih menggenggam payung kecil yang diberikan Dani tadi.
1664Please respect copyright.PENANA61dz22yXjo
Payung sederhana, tetapi kini terasa jauh lebih berharga dari yang seharusnya.
1664Please respect copyright.PENANAFOG66G1jFY
Ia menggenggamnya lebih erat, seolah payung itu bisa menggantikan kehangatan yang perlahan menghilang bersama kepergian Dani.
1664Please respect copyright.PENANAIDCk3gy5EW
Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama… ia merasakan sesuatu yang menyesakkan dalam hatinya.
--
1664Please respect copyright.PENANAwLYbqGvrMq
Malam itu begitu sunyi.
1664Please respect copyright.PENANArjRnUF4szG
Angin berembus pelan di luar, menyelinap masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka. Tirai tipis bergoyang lembut, seperti tarian bayangan yang meliuk tanpa suara.
1664Please respect copyright.PENANAjzhhrJnSUS
Di dalam kamar, Rina berbaring diam. Matanya menatap langit-langit, tetapi pikirannya mengembara jauh. Ada sesuatu yang terasa hampa di dadanya, seolah ada ruang kosong yang belum pernah ia sadari sebelumnya.
1664Please respect copyright.PENANASVJHpHquyh
Sejak kapan perasaan ini muncul?
1664Please respect copyright.PENANAL8KP01UtXV
Tangannya perlahan bergerak, meraba benda kecil di sampingnya—payung lipat yang tadi diberikan Dani.
1664Please respect copyright.PENANABfKjwRTgI6
Benda ini seharusnya tak berarti apa-apa. Hanya payung. Hanya plastik dan logam yang ringan.
1664Please respect copyright.PENANAusjsQOIosL
Namun, saat jemarinya menggenggamnya erat, ada kehangatan yang menjalar pelan dari telapak tangannya menuju hatinya.
1664Please respect copyright.PENANA8BaXGtHLpV
Ia menghela napas panjang. Angin kembali berembus, menyentuh kulitnya dengan lembut—seolah ingin mengingatkan bahwa ia sedang sendiri, hanya ditemani kesunyian yang terasa begitu nyata.
1664Please respect copyright.PENANAew81JHoFx0
Dan di tengah sunyi itu, ada sesuatu yang mulai tumbuh dalam hatinya.
1664Please respect copyright.PENANA4Lu35onUpT
Sebuah perasaan yang membuat dadanya bergetar.
1664Please respect copyright.PENANAJqkblFdaBY
Sebuah perasaan yang menakutinya lebih dari apa pun.
1664Please respect copyright.PENANAuK7ZEc8EZH
Karena ia tahu, jika ia membiarkannya berkembang… ia tidak akan bisa berpaling lagi.
ns216.73.216.12da2