
1368Please respect copyright.PENANA8ZIHqs0ryH
Pagi itu, matahari bersinar terik di langit Kampung Angin. Dani sedang jongkok di pinggir jalan, kedua tangannya sibuk mencabut sampah yang menyumbat gorong-gorong rumah salah satu tetangganya. Keringat bercampur kotoran menempel di wajah dan lengannya, membuatnya terlihat seperti baru saja bergulat dengan lumpur.
1368Please respect copyright.PENANA7liQt8AFBc
Baru saja ia ingin menarik napas lega setelah berhasil membersihkan sebagian besar, suara ibunya terdengar dari kejauhan.
1368Please respect copyright.PENANAfibe0zHQTf
"Daniii! Cepat ke rumah Bu Rina! Katanya ada perlu penting!"
1368Please respect copyright.PENANAs2LnquIxI7
Dani mendongak dengan napas masih terengah. Ia melirik ke arah tubuhnya yang penuh lumpur dan dedaunan kering, lalu mendesah panjang.
1368Please respect copyright.PENANAKjozjrmvaa
"Bu! Aku kayak gini! Masa ke sana dalam keadaan kayak orang jatuh di comberan?" serunya, mengangkat kedua tangannya yang penuh lumpur.
1368Please respect copyright.PENANA5s3G93sEOC
Ibunya hanya melotot tajam. "Udah, nggak usah banyak alasan! Pergi sekarang juga!"
1368Please respect copyright.PENANAey8Sy3JBkY
Dani mendecak, lalu mengeluh, "Paling nggak mandi dulu, Bu. Masa aku mau ketemu Bu Rina dalam keadaan begini? Bisa-bisa dikira hantu gorong-gorong!"
1368Please respect copyright.PENANAZa3mgFfWgz
Ibunya mengibaskan tangan dengan malas. "Dia butuh cepat! Jangan buang waktu! Lagian Bu Rina udah biasa lihat kamu dekil."
1368Please respect copyright.PENANAeaJvCXYYVV
Dani hanya bisa menggeleng pasrah sebelum akhirnya menaiki motornya dan melaju ke rumah Rina.
__________
1368Please respect copyright.PENANAKnMvDGfSOT
Di rumahnya, Rina sedang menggendong bayinya di ruang tamu saat suara motor Dani terdengar mendekat. Refleks, ia berdiri dan melangkah ke depan kaca, menatap pantulan dirinya.
1368Please respect copyright.PENANAS46pXKP5M7
Tangannya buru-buru merapikan rambut, lalu ia berhenti sejenak dan mengerutkan dahi. "Aduh, kenapa aku malah sibuk sendiri?" gumamnya, merasa aneh dengan tingkahnya sendiri.
1368Please respect copyright.PENANAd1tLZMZNWX
Sesaat kemudian, Dani turun dari motor dengan wajah penuh noda kotoran, bajunya pun masih belepotan. Begitu melihat keadaannya, Rina tak bisa menahan tawa. Untuk pertama kalinya, suara tawanya terdengar begitu lepas.
1368Please respect copyright.PENANAhjmiI8RdQg
"Astaga, Dani! Kamu mirip hantu gorong-gorong!" ujarnya sambil terkekeh.
1368Please respect copyright.PENANAbzK0dIRiNr
Dani hanya cengengesan, merasa sedikit malu tapi juga senang melihat Rina tertawa. "Iya nih, Bu. Saya langsung disuruh ke sini tanpa sempat mandi. Jadi, Bu Rina ada perlu apa?"
1368Please respect copyright.PENANA8Xsoc8Mdh9
Rina masih tersenyum kecil sebelum akhirnya menjelaskan bahwa atap rumahnya sudah mulai rapuh dan ia juga berencana merenovasi sedikit warungnya agar lebih nyaman. Dani mendengarkan dengan saksama, lalu mengangguk.
1368Please respect copyright.PENANA3dyng2sl2W
"Bisa, Bu. Tapi kalau atapnya, saya ajak Bapak juga ya? Soalnya kalau saya sendirian, bakal butuh waktu lama."
1368Please respect copyright.PENANAePi24zxg1Q
Rina mengangguk setuju. "Boleh, kalau begitu aku percayakan pada kalian."
1368Please respect copyright.PENANApgZIJiWCkF
__________
1368Please respect copyright.PENANAVGauX4tzMN
Selama dua minggu berikutnya, Dani dan ayahnya bekerja keras memperbaiki atap dan merapikan warung Rina. Panas terik dan lelah tak membuat mereka mengeluh, dan itu semakin membuka mata Rina.
1368Please respect copyright.PENANApjMY1KGGFX
Dani benar-benar pemuda yang tulus. Ia tak pernah menunjukkan gelagat ingin mengambil keuntungan dari bantuannya. Tidak seperti kebanyakan laki-laki yang hanya datang mendekat jika ada maunya.
1368Please respect copyright.PENANAlJIhuwqZjs
Perlahan, warung Rina semakin kokoh dan rapi, bersamaan dengan hatinya yang makin luluh. Setiap kali melihat Dani bekerja tanpa mengeluh, Rina semakin yakin—pemuda itu berbeda.
1368Please respect copyright.PENANAEvXg5nsAYc
Jika sebelumnya ia masih mencoba menyangkal, kini ia tak bisa lagi menolak kenyataan. Ada sesuatu yang tumbuh di hatinya. Sesuatu yang hangat, lembut, dan tak lagi bisa ia abaikan.
1368Please respect copyright.PENANAUzkCwNADFp
Setiap senyum Dani, setiap tatapan penuh ketulusan itu, membuatnya semakin yakin bahwa perasaan ini nyata.
1368Please respect copyright.PENANAvCO1rDEVaF
Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Rina membiarkan hatinya merasakan cinta lagi.
1368Please respect copyright.PENANAjxr7dHR84k
___________
1368Please respect copyright.PENANAyzbEG1evxB
Saat pekerjaan hampir selesai, tiba-tiba ayah Dani mendapat panggilan untuk menghadiri kegiatan desa.
1368Please respect copyright.PENANABsWtHodq4a
"Dani, Bapak harus pergi sebentar ke balai desa. Kamu lanjutkan saja sisa-sisanya, ya. Tinggal sedikit lagi kok," ujar sang ayah sebelum bergegas pergi.
1368Please respect copyright.PENANAQPJllXtBFc
Dani mengangguk santai. "Iya, Pak. Biar saya selesaikan."
1368Please respect copyright.PENANAYAVOGbjCce
Melihat Dani yang kini bekerja sendirian, Rina merasa tidak enak jika hanya diam saja. Ia pun masuk ke dalam rumah, lalu tak lama kemudian keluar membawa dua cangkir kopi panas dan sepiring gorengan.
1368Please respect copyright.PENANAm3a6ny0GQ3
"Dani, istirahat dulu. Minum kopi sama makan gorengan dulu, biar nggak capek banget," katanya sambil meletakkan nampan di atas meja kecil di teras.
1368Please respect copyright.PENANAIUSR4QQdcP
Dani yang memang sudah mulai kelelahan langsung menyambut dengan senang hati. "Wah, pas banget, Bu. Tenggorokan saya udah kering dari tadi."
1368Please respect copyright.PENANA72KNcZJbx5
Dani duduk di bangku kayu, meniup kopi panasnya, sementara Rina ikut duduk di seberangnya. Ia menyandarkan tubuhnya, menikmati angin sepoi-sepoi yang berhembus di halaman rumahnya.
1368Please respect copyright.PENANA7p8V7soDn7
"Kamu nggak capek kerja terus, Dani?" tanya Rina, membuka obrolan.
1368Please respect copyright.PENANACsQCbsJZBD
Dani menyesap sedikit kopinya sebelum menjawab, "Capek sih, Bu. Tapi kalau sudah terbiasa, ya dijalanin aja. Lagian, saya juga senang kerja kayak gini. Rasanya puas kalau bisa bantu orang."
1368Please respect copyright.PENANAXcXUHnJ38m
Rina tersenyum kecil. "Kamu memang beda dari laki-laki lain, Dani."
1368Please respect copyright.PENANAEBJbJaL1hs
Dani mengangkat alis. "Beda gimana, Bu?"
1368Please respect copyright.PENANAg1XD2WR9dT
Rina menghela napas pelan, lalu menatap Dani dengan lembut. "Banyak laki-laki yang membantu karena ada maunya. Tapi kamu? Kamu tulus. Itu yang bikin aku..."
1368Please respect copyright.PENANA7pxcpYGMgT
Rina langsung menghentikan kalimatnya. Hampir saja ia keceplosan mengungkapkan isi hatinya.
1368Please respect copyright.PENANAtQ9Gy30vCK
Dani yang tidak menyadari perubahan ekspresi Rina hanya tertawa kecil. "Ah, Bu Rina terlalu baik. Saya cuma melakukan apa yang saya bisa."
1368Please respect copyright.PENANAnzjWJWYsFV
Rina ikut tersenyum, tetapi dalam hatinya, ia tahu—perasaan ini sudah semakin sulit untuk dihindari.
1368Please respect copyright.PENANAMbjAo1nj5D
Ia menyeruput kopinya pelan, menatap Dani yang masih lahap mengunyah gorengan. Sebenarnya, ia ingin tahu lebih banyak tentang pemuda ini. Selama ini, ia hanya mengenal Dani dari cerita orang-orang atau sekilas dari ibunya.
1368Please respect copyright.PENANA7ij6umO9gf
"Dani, boleh tanya sesuatu?" ujar Rina akhirnya, suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya.
1368Please respect copyright.PENANAgJLsGOCDpT
Dani menoleh sambil mengunyah. "Tentu, Bu. Mau tanya apa?"
1368Please respect copyright.PENANApD9H7AthwW
Rina tersenyum tipis, menaruh cangkir kopinya ke meja. "Kamu kan sempat kuliah di ibu kota, ya? Gimana rasanya hidup di sana?"
1368Please respect copyright.PENANAlY138fS9jV
Dani menyandarkan punggungnya ke kursi kayu, lalu menghela napas panjang. "Seru sih, Bu. Tapi juga melelahkan. Semua orang sibuk, semuanya cepat. Kadang kangen juga sama rumah."
1368Please respect copyright.PENANAQkHCjh30OR
Rina terdiam sejenak. Ada sesuatu dari jawaban Dani yang membuat hatinya semakin hangat.
1368Please respect copyright.PENANAIRcOJoplhM
Ia menundukkan pandangannya ke cangkir kopi di tangannya. Perlahan, dengan jemari yang sedikit gemetar, ia mengangkat cangkir itu ke bibirnya dan menyeruput pelan.
1368Please respect copyright.PENANAxKYpHvKm4Y
Kopi itu pahit, tapi ada kehangatan di dalamnya.
1368Please respect copyright.PENANACo0ZIfUiw3
Dan saat itu juga, Rina sadar—perasaan ini nyata.
1368Please respect copyright.PENANAQPNPrYPmgC
Ia jatuh cinta.
1368Please respect copyright.PENANANSljDC9zba
Dan kali ini, ia tak akan menyangkalnya.
1368Please respect copyright.PENANAox7oIo4RDl