
Jantung Atik berdegup kencang saat ia mencoba mendorong kedua lelaki Papua itu, tetapi usahanya sia-sia. Egianus dan Peni Murib menyeringai nakal, mata mereka berbinar penuh nafsu saat mereka mencengkeram pergelangan tangannya dan menjepitnya ke lantai tenda. Melihatnya memberontak tampaknya membuat mereka semakin bergairah.
"Kau sudah menatap kami selama berminggu-minggu, Atik," kata Peni, suaranya penuh nafsu.
"Kami tahu kau menginginkannya. Mengapa menyembunyikannya?" Timpal Egianus.
Pipi Atik memerah karena malu, menyadari rahasianya telah terbongkar. Meskipun takut, sentuhan tangan mereka yang kuat di tubuhnya mengirimkan sentakan kenikmatan ke seluruh tubuhnya. Dia belum pernah sedekat ini dengan pria-pria berkulit hitam ini sebelumnya, dan ukuran kontol hitam besar Papua mereka lebih luar biasa daripada yang dibayangkannya.
Kedua lelaki Papua itu tidak membuang waktu. Egianus mulai menciumi leher Atik, lidahnya menjilati kulitnya, sementara Peni sibuk membuka kancing bajunya. Napas Atik terengah-engah, pikirannya terpecah antara batasan imannya dan dorongan primitif yang kini menguasai tubuhnya.
"Ti-tidak," gumamnya lemah, suaranya teredam bantal. Namun tubuhnya melengkung saat disentuh, memperlihatkan rasa sange yang telah membara dalam dirinya. Mulut Egianus bergerak ke telinga Atik, napasnya yang panas mengirimkan getaran ke tulang belakangnya.
"Jangan bohongi dirimu sendiri, Atik. Kita semua punya kebutuhan."
Tangan Egianus menjelajahi payudara Atik, dengan kasar meremasnya melalui kain bra-nya. Peni berhasil membuka seluruh kancing baju Atik, memperlihatkan dadanya yang lembut dan sekal. Ia menyingkap bajunya itu dan mengusap-usap salah satu payudara Atik dengan tangannya, memutar putingnya di antara ibu jari dan telunjuknya. Atik terkesiap, tubuhnya bereaksi dengan cara yang tidak dapat ia kendalikan. Sensasinya aneh dan menggetarkan, sangat kontras dengan sentuhan lembut suaminya.
"Lepasin emppffhhh jangan!!! Aauwhh lepass!! tidaaaaakk jangaannnn!!! " Teriak Atik yang meronta ronta kelojotan akibat foreplay Egianus dan Peni Murib.