
Atik tahu suaminya tentu kelelahan setelah memeriksa pasien, apalagi suami Atik yang harus menjelajah hutan dan pegunungan demi mengecek kesehatan warga dan baru kembali ke tenda beberapa hari dalam sepekan. Jangankan bersetubuh, setelah makan malam setiap hari suami Atik biasanya langsung mengantuk berat dan tidur. Atik yang sudah merasakan sange sejak sebulan lalu pun tidak bisa apa-apa selain menggesek-gesek memeknya tiap malam sambil berusaha agar tidak bersuara.
Rasa sange Atik sebenarnya sudah tidak terpuaskan sejak setahunan ini, sebab suami Atik memang sibuk di Rumah Sakit, mengajar di kampus, berkegiatan organisasi, dan beraktivitas sosial. Waktu suami Atik sedang di rumah, tak jarang Atik malah dapat jadwal jaga di RS. Atik pun selama di rumah sebelum ekspedisi bakti sosial ke pedalaman ini juga sering masturbasi. Namun, satu setengah bulan di pedalaman Papua ini, rasa sange Atik meningkat secara gradual setiap harinya ke level yang belum pernah ia alami. Jika sebelumnya kocokan jari-jari Atik bisa sedikit memuaskan libidonya, kali ini tidak mempan sama sekali.
“Mungkin karena kamar mandi portable ini sempit, jadi tidak bisa puas,” pikir Atik.
Atik pun segera menyudahi mandinya dan buru-buru masuk tenda. Egianus dan Peni Murib sepertinya sedang mengobrol di tenda perawatan. Setelah masuk tenda tidurnya dan menutup resleting tendanya, Atik segera berbaring, menggigit bantal yang biasa dia pakai tidur dan memeluk satu bantal lagi yang biasa dipakai oleh suaminya dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya mengocok-ngocok memeknya sendiri dari balik roknya. Atik memejamkan mata sambil berusaha membayangkan kalau suaminya sedang bersenggama dengannya. Suaminya ganteng dan lembut. Aroma rambut dan tubuhnya dapat Atik cium pada bantal yang sedang dipeluknya. Namun, berulang kali pula pikiran Atik lari dari fantasi soal suaminya dan beralih ke pria-pria Papua berkulit hitam dengan kontol hitam besar itu.
“Eemmmmmppffhhh …” lenguhan Atik tertahan oleh bantal Atik gigit.
Tanpa Atik sadari, para pria Papua itu sudah membuka tenda Atik dari luar dan merekam Atik yang sedang masturbasi. Mereka mengejutkan Atik yang sedang mengocok memeknya saat salah satu dari mereka menyeletuk: "Kalau dokter Atik butuh kepuasan, kenapa tidak bilang ke kami saja, kontol hitam Papua kami bisa lho memuaskan memek Jawa dokter Atik." Atik yang kaget pun kelimpungan, sementara Egianus dan Peni Murib segera menyergap Atik. Kontol hitam dua pria Papua itu sudah tegak mengacung di luar celana mereka.
"Apa yang akan kalian lakukan padaku? Lepaskan aku sekarang!" teriak Atik