
Aroma gairah yang memabukkan memenuhi tenda saat Egianus membuka kaitan bra-nya, memperlihatkan seluruh tubuhnya pada udara hangat dan lembap malam Papua. Kedua pria itu bergantian mencium dan mengisap putingnya, mengirimkan semburan kenikmatan langsung ke inti tubuhnya. Tangan Atik, yang tadinya mendorong mereka, kini tersangkut di rambut keriting mereka, menarik mereka lebih dekat. Nafasnya semakin berat saat tangan Egianus merayapi tubuhnya, ujung jarinya menyentuh pinggang roknya. Dengan gerakan cepat, dia membuka resletingnya, memperlihatkan celana dalamnya yang basah. Egianus menyelipkan tangannya ke dalam, membelai licinnya gairahnya. Pinggul Atik bergoyang tanpa sadar, lenguhan keluar dari bibirnya saat dia merasakan jari masuk ke dalam memeknya.
"Ooooookkk tidaaakkk aaaahhhhhh tolooonggggg!!! AAAAAAAAHHHHHHHHH !!!” Desah Atik.
“SPPLURRRTTTT!!!!!! " Atik crot karena rasa horny yang sebelumnya ia tahan dipuaskan oleh jilmek, remasan toketnya dan permainan lainnya dari Egianus dan Peni.
"Kau basah sekali," gumam Egianus, matanya gelap karena nafsu. "Kau menginginkan ini, bukan?"
Kata-kata itu menembus kabut rasa bersalah dan kebingungan Atik. Tubuhnya berkata ya, tetapi pikirannya masih berpegang pada kata tidak. Namun, perasaan enak dari jari Egianus yang masuk dan keluar dari memeknya terlalu kuat untuk ditahan. Dia menggigit bantal untuk meredam desahannya saat Egianus menambahkan jari lainnya, meregangkan memeknya dengan kasar. Peni, tak mau kalah, melepas jilbab Atik, memperlihatkan rambutnya untuk pertama kalinya sejak kedatangan mereka di hutan ini.
Peni membungkuk dan mencium Atik, lidahnya menyerbu mulutnya dalam tarian ganas yang membuat jari-jari kakinya melengkung. Rasa ciuman dari pria tua Papua itu berbeda, liar, dan sangat memabukkan. Atik secara tidak sadar membalas ciumannya, tangannya mencengkeram bahu Peni seolah-olah dia adalah tali penyelamat di lautan hasrat yang bergejolak.
Egianus, yang sekarang sudah sepenuhnya menguasai tubuh bagian bawah Atik, melepaskan baju dan celananya sendiri, menunjukkan perut six pack dan tubuh yang kekar dan hitam legam. Pemandangan tubuh Egianus yang berotot dan penisnya yang besar dan berdenyut-denyut yang berdiri dengan gagah di antara kedua kaki Atik membuatnya gemetar karena takut sekaligus penuh harap.
"Biarkan aku mencicipimu," katanya, suaranya seperti geraman pelan yang seakan bergema jauh di dalam dirinya.
Sebelum Atik sempat bereaksi, kepala Egianus sudah berada di antara pahanya, lidahnya menelusuri garis luar celana dalamnya. Ia mengaitkan jari-jarinya ke kain dan menariknya ke samping, memaparkannya pada udara malam yang dingin. Atik merasakan panas napas Egianus di memeknya yang basah oleh cairan cinta. Dengan senyum nakal, Egianus menurunkan mulutnya ke bagian tengah tubuh wanita itu dan mulai menjilatinya dengan penuh semangat yang membuatnya terengah-engah. Pinggulnya terangkat dari lantai saat dia menggerakkan dan memutar lidahnya di atas klitorisnya, sensasinya begitu kuat sehingga wanita itu tidak dapat menahan desahan.
"Mmpphh... Aahhhhhhh ... AAAAAAAAHHHHHHHHH !!!"
Peni, yang masih berpakaian lengkap, menyaksikan tontonan itu dengan rasa lapar di matanya. Ia mencondongkan tubuhnya dan berbisik di telinganya, "Rasamu manis sekali, Atik. Seperti buah dari tanah kami."
Kata-kata Peni hanya membuat Atik semakin dekat ke tepi jurang kesangean, tubuhnya gemetar dengan setiap gerakan lidah Egianus. Perasaan itu terlalu kuat, terlalu asing. Atik belum pernah bersama siapa pun kecuali suaminya, dan pikiran tentang apa yang dilakukannya itu salah. Namun, kenikmatan itu tak terbantahkan. Dia bisa merasakan ketegangan semakin erat di dalam dirinya, kedutan di memeknya meningkat hingga hampir terasa menyakitkan.
Egianus merasakan klimaks Atik semakin dekat dan menggandakan usahanya, lidahnya menggali lebih dalam ke lipatan memek Atik saat ia mengisap klitorisnya dengan lembut. Kaki Atik mulai bergetar, seluruh tubuhnya menegang saat ia mendekati ambang ekstasi. Dengan dorongan terakhir yang putus asa, ia mencapai puncaknya, tubuhnya mengejang dalam orgasme yang kuat yang membuatnya gemetar dan terengah-engah.
“SLUURPPPP MWLEEEHH AAAHHH CLUURPPP MWAAHHH AAHHH! EMHHH MPHHHH PWAAH SLUURPPP WLEEHHWLEHHH AAHHH! SLUURPPPPPP!!!” Desahan Atik beradu dengan suara Egianus menjilati memeknya.