Dengan sekuat mungkin aku berusaha untuk tidak membuka asal – usulku kepada Bu Laila. Setiap kali berkomunikasi lewat ponsel, aku selalu bersikap untuk tetap seromantis mungkin.
6154Please respect copyright.PENANA7AJSwltbqD
Di balik itu semua, diam – diam aku menyisihkan dana dalam batas yang diijinkan oleh Bu Laila. Dana itu kusimpan dalam rekening baru atas nama pribadiku.
6154Please respect copyright.PENANAjSEMX64AES
Hal ini kulakukan agar seandainya terjadi sesuatu yang tidak diinginkan (setelah Bu Laila tahu asal – usulku, aku jangan sampai jatuh miskin).
6154Please respect copyright.PENANAtapHazITf7
Batinku memang resah gelisah menyimpan rahasia yang belum dibuka ini. Berbulan – bulan aku menyekap rahasia ini, dengan perasaan kuatir dan resah.
6154Please respect copyright.PENANA8IJuENdKaZ
Dalam keadaan galau inilah datang tamu, seorang gadis cantik bernama Anneke, yang ingin menanam saham di dalam perusahaan punya Bu Laila ini.
6154Please respect copyright.PENANAlJkIqh2qSc
Gadis bernama Anneke itu berterus terang bahwa ayahnya meninggal setahun yang lalu, sementara hartanya diwariskan pada Anneke semua. Dengan catatan bahwa Anneke bertanggungjawab untuk membiayai segala kebutuhan ibunya seumur hidupnya.
6154Please respect copyright.PENANAJzJvn9oAjH
Aku merasa punya jalan untuk berjaga – jaga seandainya hubunganku dengan Bu Laila mengalami sesuatu yang tidak diinginkan.
6154Please respect copyright.PENANAXsaF0aMNwy
Maka dalam kunjungan Anneke yang ketiga kalinya ke kantorku, aku sudah punya keputusan yang masih tersimpan di dalam hati. Untuk membujat sebuah PT baru, di mana aku menjadi dirutnya, sementara Anneke akan kuposisikan sebagai komisaris utamanya.
6154Please respect copyright.PENANADIWbiIW4uV
Jadi investasi Anneke jangan bercampur baur dengan saham Bu Laila yang 70% itu (saham kehormatanku 30%).
6154Please respect copyright.PENANAYErW1s0OBB
Gadis cantik yang gerak – geriknya selalu membuatku kagum itu pun langsung menyetujuinya.
6154Please respect copyright.PENANA7rovgLtZ6f
“Deal Bang. Yang terpenting aku ingin agar Bang Wawan mengatur dana itu, karena aku sendiri sama sekali tak punya pengalaman dalam berbisnis,” kata Anneke dengan senyum manis di bibir tipis mungilnya.
6154Please respect copyright.PENANAfQc0BAvjJ5
Senang hatiku mendengar persetujuannya itu.
6154Please respect copyright.PENANAOmiBOiDXlB
Aku memang punya konsep bagus (menurutku) yang tidak pernah dilaksanakan dalam perusahaan milik Bu Laila ini. Sehingga PT baru itu nantinya takkan menjadi kompetitor perusahaan punya Bu Laila ini.
6154Please respect copyright.PENANA55W8XQbZdA
Lalu aku melakukan gerakan kilat. Merombak gudang peninggalan almarhum ayah Anneke, menjadi sebuah kantor. Kemudian kami merekrut puluhan tenaga untuk menjadi karyawan PT yang diriku menjadi dirutnya itu.
6154Please respect copyright.PENANAOkvKGT9niL
Arah usaha PT baru itu, ada deh. Pokoknya legal dan halal.
6154Please respect copyright.PENANAIw5WY0QLW9
Dalam tempo 3 bulan saja aku berhasil mengaktifkan PT baru itu sampai pada “kecepatan normal”. Bahkan bisa dibilang di atas rata – rata.
6154Please respect copyright.PENANATLBCjlEnjI
Tapi tentu saja aku takkan meninggalkan PT punya Bu Laila itu.
6154Please respect copyright.PENANAPVIW2MFagx
Bahkan pada suatu hari aku mendapatkan panggilan di ponselku. Panggilan dari Bu Laila…!
6154Please respect copyright.PENANAu2qjRppb9w
Lalu :
6154Please respect copyright.PENANAwIoof0tKne
“Sayaaang… udah lupa ya?”
6154Please respect copyright.PENANAJIPelvrUub
“Masalah apa Beib? Ulang tahunmu dua bulan lagi kan?”
6154Please respect copyright.PENANAzteBNXefSS
“Bukan masalah ulang tahun. Kandunganku ini… sekarang sudah genap tujuh bulan. Lupa ya? Kan aku bilang kalau kehamilanku sudah tujuh bulan, pangeranku boleh menggaul;iku lagi. Bahkan harus sering… supaya bayinya kuat nanti.”
6154Please respect copyright.PENANAt6bdKcv9Jm
“Oh… iyaaaa… iyaaa… berarti aku sudah boleh buka puasa dong. Terus di mana kita mau ketemuan?”
6154Please respect copyright.PENANAN2wJnpBRXu
Kemudian Bu Laila menyebutkan nama sebuah hotel bintang lima. Dengan nomor kamarnya sekalian, karena ia sudah membooking kamar itu.
6154Please respect copyright.PENANAaKaVOCGCUW
“Oke… aku segera meluncur ke hotel itu Beib,” ucapku di dekat mic ponselku.
6154Please respect copyright.PENANAFhJ57y1pBu
6154Please respect copyright.PENANAAX9cOO6XW1
“Aku pasti duluan tiba, karena sekarang sudah on the way menuju hotel itu. Langsaung aja ke kamar yang nomornya kusebutkan tadi ya,” sahut Bu Laila di speaker hapeku.
6154Please respect copyright.PENANArAzgDL4Isu
“Oke… oke… !”
6154Please respect copyright.PENANApOenwgJxhO
Beberapa saat kemudian aku sudah berada di dalam sedan hitamku, menuju hotel yang sudah disebutkan oleh Bu Laila tadi. Lalu masuk ke dalam lift dan kupijat angka 5, karena kamar yang sudah dibooking itu berada di lantai lima.
6154Please respect copyright.PENANA7JfmKtxerU
Pintu kamar itu sudah terbuka sedikit, sehingga aku bisa langsung masuk ke dalamnya.
6154Please respect copyright.PENANAjtvXM9TD2D
Dan… aku tercengang menyaksikan Bu Laila yang mengenakan gaun hamil putih bersih itu.
6154Please respect copyright.PENANAkJOFZRORfO
“Beib… dirimu sangat berubah… jadi tampak jauh lebih muda dan… cantik sekali… !” seruku sambil memeluk lehernya, lalu menciumi sepasang pipinya, bibirnyha dan lehernya.
6154Please respect copyright.PENANArjCvtD8I9T
“Memang banyak yang bilang aku jadi kayak cewek duapuluhtahunan,” ucapnya sambil menjilati telingaku.
6154Please respect copyright.PENANAnn4boTcTfd
“Memang betul. Dan yang paling jelas… jadi sangat sangat dan sangat cantik sekaliii… oooh… dirimu memang bidadari yang dikirimkan dari langit, untuk menaburkan segala jenis kebahagiaan ke dalam jiwaku.”
6154Please respect copyright.PENANAdTnssR6OGV
“Hmmm… aku jadi merasa tersanjung Honey… eee… eeee… eeeeh… anak kita bergerak – gerak nih… mungkin senang karena ayahnya datang… coba pegang perutku…”
6154Please respect copyright.PENANAOOiF7sEyp5
Aku pun berlutut di depan Bu Laila sambil menyelinapkan tanganku ke balik baju hamilnya. Lalu memegang permukaan perutnya yang sudah buncit. Dan… aku merasakannya… merasakan seperti ada yhang menggeliat di balik perutr buncit itu…!
6154Please respect copyright.PENANAb0nro6kR4N
“Kata orang, kalau ibu yang hamil jadi semakin cantik, biasanya bayi di dalam perutnya itu perempuan.”
6154Please respect copyright.PENANAPOAWAtrPyX
“Memang iya, kata dokter bayinya cewek Honey.”
6154Please respect copyright.PENANAZNKBBPRCqV
“Wow…! Semoga anakku secantik ibunya… !”
6154Please respect copyright.PENANASjB9r1hP4V
“Malah aku ingin lebih cantik dariku Honey…”
6154Please respect copyright.PENANAWv44vAu2cZ
“Amiiin…”
6154Please respect copyright.PENANATLOZdTIYOM
Bu Laila tersenyum. Lalu melepaskan gaun hamil putihnya, sehingga tinggal bra yang masih melekat di badannya. Karena sejak tadi pun aku tahu bahwa ia tak mengenakan celana dalam di balik baju hamil itu.
6154Please respect copyright.PENANA6AnL92VnHL
Kemudian ia duduk di sofa sambil melepaskan beha putihnya.
6154Please respect copyright.PENANATl7CyqlWdz
“Sambil berlutut di karpet ya ngentotnya,” ucap Bu Laila sambil meletakkan behanya ke atas meja kecil di samping sofa putih itu.
6154Please respect copyright.PENANAoxUFdkHO6b
“Oke. Biar bayinya jangan tergencet ya,” sahutku sambil mlepaskan dasi dan jasku. Kemudian juga kemeja dan celana panjangku. Semuanya itu kugantungkan di kapstok. Begitu juga celana dalamku.
6154Please respect copyright.PENANA2UbonuP3sy
Kemudian aku duduk bersila di atas karpet, di antara kedua paha Bu Laila yang sudah direntangkan di atas sofa itu.
6154Please respect copyright.PENANAB9uOZ8uN1Z
Lalu kungangakan labia mayora Bu Laila, sehingga bagian dalamnya yang berwarna pink itu pun terbuka dan langsung kujilati dengan lahapnya.
6154Please respect copyright.PENANAvYoQHsTBe7
Sambil berlutut kubenamkan batang kemaluanku ke dalam liang memek Bu Laila yang sudah sangat basah oleh air liurku itu.
6154Please respect copyright.PENANAi2fBJMqzUe
Disambut dengan desahan nafas wanita yang sudah sangat berjasa bagi kehidupanku itu, “Aaaaahhhhh… udah berbulan – bulan penismu gak ngentot memekku ya… rasanya udah kangen sekali… aaaaaaah…”
6154Please respect copyright.PENANAbDz64yySnv
Lalu sambil berpegangan ke ujung sandaran sofa, aku pun mulai mengayun kontolku. Perlahan – lahan dulu.
6154Please respect copyright.PENANArCcQwpDE7S
“Bagaimana rasanya memek bumil?” tanya Bu Laila.
6154Please respect copyright.PENANAPI1707vV6g
“Lebih enak Beib… lebih lengkap rasanya…” sahutku sambil mempercepat entotanku.
6154Please respect copyright.PENANAJUYCufIfSl
Makin lama makin lancar kontolku mengentot liang memek Bu Laila yang memang lebih sedap daripada sebelum hamil. Tapi aku tidak berani terlalu cepat mengentotnya, mengingat bayi yang ada di dalam perutnya, jangan sampai tergoncang berlebihan.
6154Please respect copyright.PENANAPOitopSICB
Walau pun begitu tampak sekali Bu Laila sangat enjoy dengan entotanku ini. Maklum selama berbulan – bulan aku tak pernah “menengok” memeknya.
6154Please respect copyright.PENANAFSjw7b8Cu4
Cukup lama aku menyetubuhi Bu Laila sambil berlutut di karpet ini. Sehingga keringatku pun mulai berjatuhan ke karpet dan ke selangkangan sang Bidadari. Namun aku malah semakin asyik mengentotnya sambil mengelus – elus kelentitnya yang tampak menonjol dan mengkilap itu.
6154Please respect copyright.PENANAUNhLg3Rzh7
Desahan dan rintihan Bu Laila pun mulai berlontaran dari mulutnya. “Sayang… ooooh… oooohhhhh… ini nikmat sekali Yaaaang… ooooohhhh… aku memang sudah lama kangen sekali padamu Yaaaang… oooooohhhhhh… Sayaaaaaang… oooooohhhhh… kayaknya aku takkan bisa hidup tanpamu Sayaaaang…
6154Please respect copyright.PENANAcNV4Z7EmJV
Setelah cukup lama aku menggenjot liang memek bumil cantik itu, akhirnya ia mengejang tegang. Disusul dengan kedutan – kedutan erotis di liang kemaluannya.
6154Please respect copyright.PENANAg7mUvhg659
“Aaaaaaaaahhhhh… luar biasa nikmatnya Sayaaang… aaaaaaaah…” desah Bu Laila sambil meremas – remas bahuku.
6154Please respect copyright.PENANA5BaIoN93O4
“Tapi Wawan belum ejakulasi ya? Lanjutin dalam posisi doggy aja yok. Tapi di sana aja biar leluasa,” ucap Bu Laila lagi sambil menunjuk ke arah bed.
6154Please respect copyright.PENANA52jy5gAeQ1
“Oke, “aku mengangguk sambil mencabut kontolku dari liang memek Bu Laila. Lalu mengangkat tubuhnya dengan hati – hati. Dan membopongnya… lalu meletakkannya di atas bed dengan hati – hati.
6154Please respect copyright.PENANAdRIZG3TJ4j
“Terima kasih Sayang,” ucap Bu Laila, “Bersamamu aku merasa seperti di kahyangan.“
6154Please respect copyright.PENANAOqkBK58rOZ
Kemudian Bu Laila merangkak dan menunggingkan bokongnya, sehingga memek tembemnya tampak full di mataku, meski pun dia sedang menungging.
6154Please respect copyright.PENANAC8LlDQgYT2
Lagi – lagi aku harus berlutut sambil membenamkan kontol ngacengku ke dalam liang memek Bu Laila. Tak sulit memasukkan batang kemaluanku kali ini. Karena liang memek Bu Laila masih becek.
6154Please respect copyright.PENANAc34nMrVvTv
Meski dalam posisi doggy, aku tak berani menampar – nampar pantat Bu Laila. Takut berakibat buruk pada anakku yang berada di dalam perutnya. Aku hanya berani meremas – remas sepasang buah pantatnya yang lumayan gede. Tak lebih dari itu.
6154Please respect copyright.PENANAXdEuUhmI9H
Namun diperlakukan seperti itu pun Bu Laila tampak enjoy. Enjoy seklali.
6154Please respect copyright.PENANAHDWaNREJXA
Desahan dan rintihan histerisnya berkumandang lagi di dalam kamar hotel bintang lima ini. “Aaaaah… Saayaaang… aaaaaaah… aaaaaah Sayaaaang… aaaaaaaah… aku smeakin cinta padamu Sayaaaaaang…”
6154Please respect copyright.PENANAdOtK3JGJhe
Memang posisi doggy ini cukup aman bagi bayi di dalam perut Bu Laila. Karena ia menungging, sementara perutnya tidak menyentuh kasur.
6154Please respect copyright.PENANAXi9IZXMlst
Tapi tak lama kemudian ia mengerang, “Yaaaang… aku mau orga lagiiii…”
6154Please respect copyright.PENANAkyY7oXrPsk
Mendengar erangannya itu aku pun mempercepat entotanku. Dengan tujuan agar ejakulasi secepat mungkin. Karena aku merasa kasihan kepada Bu Laila kalau terlalu lama menyetubuhinya.
6154Please respect copyright.PENANALjiJRfdzBi
Maka ketika Bu Laila mengejang tegang sambil menahan nafasnya, kontolku pun mengejut – ngejut sambil memancarkan lendir kenikmatanku.
6154Please respect copyright.PENANA4kTLduq391
Crooootttt… croottt… croooottttt… crooooooootttttt… croooooooottttt… crottttt… crooootttt…!
6154Please respect copyright.PENANALN0M25XwbS
Bu Laila pun rebah miring, sehingga kontolku terlepas dari jepitan liang memeknya.
6154Please respect copyright.PENANAbZcYETkC4w
Aku pun rebah miring di belakang Bu Laila, sambil mendekap pinggangnya yang basah oleh keringat.
6154Please respect copyright.PENANAIKbcsxAvxR
“Spermamu banyak sekali Honey… sampai meluap gini nih dari memekku,” kata Bu Laila sambil mengusap – usap memeknya yang berlepotan spermaku.
6154Please respect copyright.PENANAgiRNLQmELl
“Kan selama ini puasa,” sahutku, “jadi sekalinya buka puasa, dimuntahin deh semua.”
6154Please respect copyright.PENANAoryKxthVg9
Bu Laila tersenyum. Lalu turun dari bed dan melangkah ke kamar mandi. Mungkin mau bersih – bersih.
6154Please respect copyright.PENANAaHimVTeprC
Sementara aku cukup dengan menyeka alat vitalku dengan kertas tissue basah yang tersedia di meja kecil dekat bed.
6154Please respect copyright.PENANAhtsbMFeZnC
Tak lama kamudia Bu Lidia pun muncul dari kamarf mandi dan meraih gaun hamil putih itu dari kapstok, lalu mengenakannya.
6154Please respect copyright.PENANAUpdj0vOLys
Lalu menghampiriku yang sedang duduk bersila di atas bed, dengan hanya mengenakan celana dalam.
6154Please respect copyright.PENANAObLjx0dBfA
“Ada sesuatu yang ingin kusampaikan,” ucapku, “Tadinya aku tetap akan merahasiakan hal ini. Tapi rasanya rahasia ini seolah mau meledak di dadaku.”
6154Please respect copyright.PENANA6Q3hExuVAz
“Rahasia apa Sayang?” Bu Laila membelai rambutku. Lalu mengecup pipiku.
6154Please respect copyright.PENANAGjtcZGF3OJ
“Ternyata aku harus manggil Tante padamu Beib.”
6154Please respect copyright.PENANA7z53lXQtcN
“Lho kenapa? Karena aku sudah tua menurutmu?”
6154Please respect copyright.PENANArNdF5oXV3H
“Bukan. Masalahnya dirimu ini adik ayah kandungku. Seibu tapi berlainan bapak.”
6154Please respect copyright.PENANAiKREWQ8Lmz
“Haaa? Memangnya siapa nama ayahmu?”
6154Please respect copyright.PENANADPbHb0DHIY
“Nama ayahku Zaelani bin Mahmud. Sedangkan ayah beib bernama Yahya bin Syahroni kan?”
6154Please respect copyright.PENANAFXUpUlLUTj
“Haaa?! Jadi Wawanku tersayang ini anak Kang Zaelani?”
6154Please respect copyright.PENANAoO7xbm33I5
“Iya. Semoga Beib tidak marah padaku, karena aku pun baru – baru ini aja mengetahuinya. Bahwa ibu kandung Beib adalah nenekku. Berarti aku harus memanggil Tante padamu Beib.”
6154Please respect copyright.PENANAD6QW9ly6lp
“Kalau di depan umum sih boleh aja manggil tante padaku. Tapi kalau sedang berduaan begini… aku ini sudah sepenuhnya menjadi milikmu Sayangku… !”
6154Please respect copyright.PENANATSef0a7Bre
“Jadi Cinta tidak marah padaku setelah tau bahwa aku ini anak almarhum Zaelani?”
6154Please respect copyright.PENANAcT22UyQHGZ
“Kok marah?! Aku malah jadi bertambah sayang padamu.”
6154Please respect copyright.PENANAUzCitHiisn
“Soalnya kata ibuku, Laila itu sudah lebih dari duapuluh tahun tak mau menginjak rumah peninggalan ayahmu ini. Mungkin Laila itu benci karena ayahmu menikahi perempuan buta.”
6154Please respect copyright.PENANAcW9jke5ZJT
“Astagaaa… bukan begitu masalahnya. Pada waktu masih ada, ayahmu mau minjam duit padaku. Tapi aku tau duit itu untuk kawin lagi. Karena itu aku gak mau ngasih pinjaman serupiah pun. Karena itu ayahmu marah sekali. Bahkan menyumpahiku… melarangku menginjak rumahnya lagi. Meski sedih, kuturuti aja larangan itu.
6154Please respect copyright.PENANAwi7Y9saotY
“Benar begitu permasalahannya?”
6154Please respect copyright.PENANA5x71lLRQLB
“Iya. Disumpah apa juga aku mau. Aku tak pernah membenci siapa pun di dunia ini.”
6154Please respect copyright.PENANAabDJtu3qhO
“Tapi ibuku mengira Cinta membencinya, karena kebutaannya itu.”
6154Please respect copyright.PENANAwMsfbaPgH6
“Ya Tuhaaan… aku tidak sejahat itu Sayang. Nanti kalau sudah melahirkan aku akan mengunjungi rumahmu. Akan menjelaskan semuanya kepada ibumu. Mmm… ibumu bernama Hayati kan?”
6154Please respect copyright.PENANAwXgMG0YRTF
“Betul.”
6154Please respect copyright.PENANAA4VFVHJs2N
“Kalau sekarang gak sedang hamil begini sih aku akan menjumpai ibumu hari ini juga. Tapi karena sedang buncit begini, aku takut banyak pertanyaan nanti. Ohya… ibumu sudah diupayakan berobat ke dokter mata?”
6154Please respect copyright.PENANARsqlZJ2beS
“Sudah. Bahkan sempat dirawat di rumah sakit bersama kakakku yang juga tunanetra. Tapi hanya kakakku yang bisa dinormalkan matanya. Ibu sih tidak bisa diapa – apain lagi, kata dokter.”
6154Please respect copyright.PENANA6IlnGx0P6q
“Kasihan ya. Padahal ibumu itu cantik Honey. Kulitnya juga putih cemerlang.”
6154Please respect copyright.PENANASCGbZERfBV
“Jadi setelah tau asal – usulku, hubungan kita bisa berlanjuut terus?”
6154Please respect copyright.PENANAGnFb63TadT
“Ya iyalah. Lagian kalau kita orang Tapanuli misalnya, marga kita sudah berbeda Honey. Jadi kalau aku bermarga Yahya, dirimu bermarga Mahmud.”
6154Please respect copyright.PENANAN7ppRiti86
Kulingkarkan lenganku di leher Tante Laila sambil berbisik, “Aku tak rela kehilangan dirimu Cinta.”
6154Please respect copyright.PENANAiBt32hPHMZ
“Apalagi aku,” sahutnya, “dirimu segalanya bagiku. Kalau kehilanganmu, sama aja dengan kehilangan nyawaku.”
6154Please respect copyright.PENANA87sXpAoqmm
Rasanya aku bisa bernafas lega lagi. Karena pengakuan tentang asal – usulku tidak mengubah pendirian Bu Laila sebenarnya tanteku sendiri itu. Dan yang paling melegakan, Bu Laila tak pernah membenci Ibu. Ia tidak mau datang ke rumah peninggalan Ayah hanya karena pernah dimarahi oleh Ayah dan dilarang menginjak rumah kami lagi.
6154Please respect copyright.PENANAftO0HT9tmI
Maka dengan penjelasan Bu alias Tante Laila itu, dadaku terasa plong. Berarti tidak ada masalah dalam hubungan rahasiaku dengannya. Bahkan menurut pengakuannya, dia malah tambah sayang padaku setelah tahu bahwa aku ini anak abangnya.
6154Please respect copyright.PENANAtseVk6u2hw
Ia bahkan berjanji untuk menjumpai Ibu kalau sudah melahirkan kelak. Kalau dalam keadaan hamil tua begitu, takut banyak pertanyaan yang ia tidak bisa menjawabnya secara jelas. Maklum bayi dalam kandungannya itu bukan berasal dari benih suaminya.
6154Please respect copyright.PENANA7EsarHzonQ
Akhirnya aku pun berterus terang, bahwa aku menjalankan dana investasi dari gadis yang lebih muda dariku itu. Karena kalau dimasukkan sebagai saham di perusahaan Bu Laila, takut jadi kusut di belakang hari.
6154Please respect copyright.PENANAE7xd2IikXC
Lagi – lagi aku mendengar jawaban yang melegakan. Bu Laila menganggap semuanya itu sebagai kemajuan bagi diriku. Yang penting perusahaan punyanya jangan sampai ditinggalkan.
6154Please respect copyright.PENANA8NBuSRPB16
Katakanlah masalah dengan Tante Laila itu sudah selesai dengan kesimpulan yang positif.
6154Please respect copyright.PENANAVBdnBUTujz
Namun yang membuat batinku limbung adalah Anneke itu.
6154Please respect copyright.PENANAXCA5fzdCbN
Aku selalu bersikap sopan padanya. Karena biar bagaimana pun dia itu bossku. Dana yang ditanam di perusahaannya pun malah lebih besar daripada dana Tante Laila…!
6154Please respect copyright.PENANAJtTHiLUdIz
Tapi sikap dan perilakunya sering memancing – mancing. Bahkan aku menarik kesimpulan bahwa Anneke itu ingin “ditembak” olehku. Tapi aku berusaha untuk tetap bersikap dengan fokus ke arah bisnis. Bukan karena dia tidak cantik. Dia memang cantik sekali, tapi aku takut salah fokus dan salah sasaran.
6154Please respect copyright.PENANA1oNrL2elhY
Karena itu, seandainya dia naksir pun padaku, biarlah dia yang nembak duluan. Baru kemudian aku akan menanggapinya.
6154Please respect copyright.PENANArc0g50DkSu
Sampai pada suatu hari, dia menghubungi ponselku. Dia meminta agar aku datang ke rumahnya, karena ada masalah penting yang harus disampaikan padaku, katanya.
6154Please respect copyright.PENANAoNLc2akslY
“Siap Non,” jawabku lewat handphone.
6154Please respect copyright.PENANAAY6EsP92jL
Lalu setelah jam kerjaku selesai, aku pun mandi dulu di kantor. Kemudian mengganti pakaian resmiku dengan pakaian casual. Hanya mengenakan celana jeans dan baju kaus hitam.
6154Please respect copyright.PENANAYASqcoE4ik
Aku memang belum pernah menginjak rumah Non Anneke (demikian selalu kuucapkan jika sedang berhadapan dengannya). Jadi sore ini akan menjadi kunjungan pertamaku ke rumahnya.
6154Please respect copyright.PENANAqeSvZD5YDi
Beberapa saat kemudian aku sudah menggerakkan sedan hitamku, menuju alamat rumah Non Anneke.
6154Please respect copyright.PENANAnxgPDHyCKF
Tadinya kupikir bakal mendatangi sebuah rumah megah dan mewah, karena meski usia Non Anneke baru 20an, dia itu tajir melintir. Bahkan aku yakin kalau dia mau, beli pesawat jet pribadi pun mampu.
6154Please respect copyright.PENANAWZtHOKZ82H
Tapi ternyata dugaanku meleset. Rumah Non Anneke ada di dalam kompleks perumahan biasa – biasa saja. Rumahnya pun bukan rumah besar. Mungkin rumah type 70an.
6154Please respect copyright.PENANA6tYRTyJy78
Seorang wanita tua yang menurut taksiranku seorang pembokat, menghampiriku ketika aku sudah memasuki pekarangan rumah berpotongan minimalis dan tampak tertata dengan rapi itu.
6154Please respect copyright.PENANAy3wNuISiYN
“Non Anneke ada Bu?” tanyaku.
6154Please respect copyright.PENANAi24JZJUN4T
“Oh… ada. Tunggu sebentar ya,” sahut wanita itu yang lalu bergegas masuk ke dalam rumah.
6154Please respect copyright.PENANAjG9sBWgLe6
Tak lama kemudian Non Anneke muncul di ambang pintu depan sambil berkata, “Ayo masuk Bang.”
6154Please respect copyright.PENANAYxGOhtv59v
Aku mengangguk sambil melangkah masuk ke ruang tamu. Ternyata meski dilihat dari luar rumah ini kelihatan sederhana, tapi setelah berada di ruang tamu, kulihat segala barang yang tampak di mataku barang impor semua. Termasuk hiasan dindingnya, semua berasal dari luar negeri.
6154Please respect copyright.PENANAgFe21cAx2z
“Begini kan keadaan rumahku. Bukan rumah besar dan megah.”
6154Please respect copyright.PENANAniyl3Be2Lm
“Mmm… mungkin Non Anneke menerapkan pola hidup sederhana.”
6154Please respect copyright.PENANAB3tGsRzWts
“Iya. Mobilku aja harganya lebih murah daripada mobil Bang Wawan. Aku ingat terus pesan almarhum Papie sih. Bahwa kita jangan senang pamer harta, pamer barang – barang mahal dan sebagainya. Karena pajak sedang mengintai kita. Kalau kita terlalu lugu, kita takkan kebagian apa – apa. Makanya aku selalu berusaha untuk hidup sederhana.
6154Please respect copyright.PENANAJZbXrFnSzv
“Tapi… Non kan masih punya ibu?!”
6154Please respect copyright.PENANA7SDeQtHTpM
“Masih. Mamie tinggal di Jakarta dijagain oleh dua orang suster. Karena Mamie harus menjalani therapi dua kali seminggu.”
6154Please respect copyright.PENANAe4sQ5ouIeW
“Oh… ibunya sakit apa?”
6154Please respect copyright.PENANAmE9qjbd0Ps
“Mamie lumpuh sejak Papie masih ada. Karena itu surat wasiat yang ditulis oleh Papie berbunyi begitu. Bahwa semua harta Papie diwariskan padaku. Tapi aku berkewajiban untuk mengurus Mamie seumur hidup. Tentu aja aku akan mengurus Mamie. Meski Papie tidak meninggalkan harta pun aku wajib mengurus ibuku sendiri.
6154Please respect copyright.PENANASC9UNhj3MK
“Non Anneke punya saudara?” tanyaku.
6154Please respect copyright.PENANAtnYcgFd7fJ
“Nggak, “dia menggeleng, “aku ini anak tunggal Bang. Makanya Papie mewariskan seluruh hartanya padaku. Sedangkan aku masih anak ingusan dalam soal bisnis sih. “Ohya, Bang Wawan mau minum apa?”
6154Please respect copyright.PENANAuJXxUBwftc
“Gak usah ngerepotin Non. Tapi kalau ada sih minta kopi pahit aja.”
6154Please respect copyright.PENANA0IMSBo1o2Y
“Gak pakai gula sama sekali?”
6154Please respect copyright.PENANAALGFMqCGeN
“Iya Non.”
6154Please respect copyright.PENANA2hbeQHaJT7
Lalu Non Anneke menoleh ke dalam sambil berseru, “Biii… bikinin kopi pahit… jangan pakai gula yaaa… !”
6154Please respect copyright.PENANAn1HS9pVsGE
“Iya Non,” sahut pembokat dari dalam.
6154Please respect copyright.PENANAAGfAMRdMnu
Kemudian Non Anneke menatapku lagi dengan senyum yang lain dari biasanya. “Bang… tau kenapa kuundang ke sini?”
6154Please respect copyright.PENANAldFYw64wHR
“Maaf… belum tau Non.”
6154Please respect copyright.PENANAj6sNnRObO1
“Aku ingin bicara masalah pribadi kita berdua. Antara Anneke dengan Wawan. Bukan antara komisaris utama dengan direktur utama.”
6154Please respect copyright.PENANArN4jyPJE1r
“Siap Non,” sahutku dengan benak penuh tanda tanya.
6154Please respect copyright.PENANARsyBtWnXbb
“Aku ingin Abang bicara sejujur mungkin. Perasaan Abang padaku gimana?”
6154Please respect copyright.PENANAy68UFtFkCm
“Non Anneke seorang boss muda belia yang selalu bersikap apa adanya. Membuatku kerasan punya boss seperti Non ini.”
6154Please respect copyright.PENANARmp0kFZH8Z
“Maksudku, bagaimana perasaan Abang padaku secara pribadi. Tidak ada hubungannya dengan masalah bisnis kita.“
6154Please respect copyright.PENANAfyzjUIZQMd
Aku jadi linglung. Tak tahu apa yang harus kukatakan. Karena kalau salah ucap, bisa fatal akibatnya nanti.
6154Please respect copyright.PENANAO6IudeI0Bc
Pembokat pun datang menghidangkan secangkir kopi panas dan sepiring croissant besar.
6154Please respect copyright.PENANAEvbFVgueEH
Setelah pembokat itu masuk lagi ke dalam, Non Anneke pindah duduknya ke sofa yang sedang kududuki. Duduk merapat padaku di samping kiriku.
6154Please respect copyright.PENANAhM7jzMj4nq
“Harusnya cewek gak boleh nembak duluan. Tapi aku sudah tak kuat memendamnya terus di dalam hati. Mmmm… sejak pertama kali jumpa dengan Abang… aku… aku jatuh hati sama Abang,” ucapnya sambil memegang tangan kiriku dan meremasnya perlahan.
6154Please respect copyright.PENANAdZY4rqSGaN
Aku menoleh ke arah Non Anneke. Menatap matanya yang indah, hidungnya yang mancung dan bibirnya yang tipis merekah. Lalu kupegang tangan yang sedang meremas tangan kiriku ini, dengan kedua tanganku.
6154Please respect copyright.PENANAJ7qUf1ufQC
“Non… sebenarnya aku juga punya perasaan yang sama. Tapi aku tidak berani mengatakannya duluan. Karena biar bagaimana pun Non ini bossku.”
6154Please respect copyright.PENANAaQ5pU7odKA
“Jadi Abang juga suka padaku?” tanyanya setengah berbisik.
6154Please respect copyright.PENANAmF6t27tuMU
“Iya Non…”
6154Please respect copyright.PENANA8FQZotxcrF
“Oooh Bang… aku bahagia sekali mendengarnya. Mulai saat ini jangan anggap aku boss Abang lagi. Aku ini… si Anneke ini… jatuh cinta kepada Abang… dan kalau Abang percaya, inilah cinta pertamaku Bang…”
6154Please respect copyright.PENANAZ5XiljM4Cx
Aku menatapnya terus… menatap bibirnya juga yang bergerak perlahan… mendekat ke arah bibirku. Maka spontan kutanggapi tanpa berbasa – basi lagi. Memagut bibirnya sambil melingkarkan lenganku di lehernya.
6154Please respect copyright.PENANAYVelqFqxAr
Ketika aku melumat bibir sensualnya, ia menyambutku dengan lumatan juga.
6154Please respect copyright.PENANAJcs5xaurVU
Lalu… lama kami saling lumat di atas sofa ini.
6154Please respect copyright.PENANAUxtOc96h73
Sampai akhirnya terlepas. Disusul dengan ucapan Non Anneke perlahan.. “Terima kasih Bang. Aku bahagia sekali, karena ternyata aku tidak bertepuk sebelah tangan. Tapi… Abang belum punya pacar?”
6154Please respect copyright.PENANAlOdV60FrWC
“Sudah,” sahutku, “Pacarku cantik sekali. Dan sekarang dia duduk di sebelah kiriku.”
6154Please respect copyright.PENANA1XxQeQX4Q0
“Hihihihiii… ternyata Bang Wawan suka bercanda juga ya. ‘
6154Please respect copyright.PENANAKu6tLvJ6V2
“Terus… keinginan Non selanjutnya bagaimana?”
6154Please respect copyright.PENANAICeDQLfkaz
“Kita jadian Bang. Aku tidak menuntut apa – apa dari Abang. Aku hanya ingin disayang dan dicintai oleh Abang.”
6154Please respect copyright.PENANA1KApQGQWy2
Aku cuma mengangguk perlahan.
6154Please respect copyright.PENANAkUn4PaYWoE
Aku punya banyak perempuan yang bisa kuperlakukan seperti kepada istriku sendiri. Tapi semuanya lebih tua dariku. Sedangkan Anneke ini lebih muda 3 tahun dariku. Mungkin dialah yang paling tepat untuk kujadikan calon istriku. Sementara yang lain – lain tetap akan kujadikan kekasih gelapku.
6154Please respect copyright.PENANAyRHhab8IBO
“Bang… aku sudah berjanji bahwa aku akan menyerahkan semuanya kepada lelaki yang kucintai. Karena itu aku mohon, malam ini nginap di sini aja ya Bang. Si Bibi sebentar lagi juga pulang. Jadi hanya akan ada kita berdua di rumah ini.”
6154Please respect copyright.PENANAihBTQNh1p1
“Jadi kalau malam Non sendirian aja di rumah ini?”
6154Please respect copyright.PENANAS6xKhvlAfp
“Iya Bang.”
6154Please respect copyright.PENANAkGnnO1866k
“Waaah… Non ini bukan golongan menengah ke bawah. Apa gak takut tidur sendirian terus? Bagaimana kalau ketahuan sama orang jahat?”
6154Please respect copyright.PENANAnN3KbfBcHq
“Perumahan ini sangat aman Bang. Tiap malam para petugas keamanan selalu patroli ke setiap pelosok perumahan ini. Lagian aku punya pistol legal dan ada izinnya kok Bang. Tapi mudah – mudahan pistol itu takkan pernah kugunakan. Asalkan aman terus seperti sekarang ini.”
6154Please respect copyright.PENANA649xSO3mM0
“Nanti sebaiknya dipikirkan juga untuk menggaji security yang bisa menjaga rumah ini siang malam.”
6154Please respect copyright.PENANAyaCHOqJU0v
“Kan sudah kubilang Bang. Aku tak mau kelihatan sebagai orang kaya di sini. Kalau menggaji security atau bodyguard segala, bisa jadi sorotan orang – orang nanti.”
6154Please respect copyright.PENANAQ5RBxYoWZo
“Nanti aku akan carikan rumah di kompleks yang ngepas dengan level Non ya.”
6154Please respect copyright.PENANAr0XjC8EOyr
“Silakan aja. Tapi jangan yang terlalu megah. Yang seperti air tenang tapi menghanyutkan. Ohya… tadi Abang belum jawab… malam ini nginep di sini aja ya.”
6154Please respect copyright.PENANAWgTfr3B69f
“Tidur seranjang sama Non?” tanyaku yang niatnya cuma bercanda saja.
6154Please respect copyright.PENANAmKvRFeD0ZT
Tapi Anneke memegang tanganku sambil berbisik, “Iya. Aku ingin tau semuanya. Sudah waktunya juga kan? Usiaku sudah duapuluh tahun sekarang.”
6154Please respect copyright.PENANAD9UQMaGWae
“Maksudnya sampai hubungan sex segala?” tanyaku ingin kepastian darinya.
6154Please respect copyright.PENANAS3KtP87rT3
“Iya Abang Sayang. Aku sudah berjanji di dalam hati, bahwa keperawananku akan kuberikan kepada orang yang benar – benar kucintai.”
6154Please respect copyright.PENANAu9NwvOOhYn
“Wah… ini benar – benar surprise buatku Non.”
6154Please respect copyright.PENANA7gaWwGcTKy
“Tapi ingat ya Bang… aku ingin Abang jadi suamiku kelak.”
6154Please respect copyright.PENANAl4itpm7xwS
“Bisa. Tapi jangan buru – buru ya Non.”
6154Please respect copyright.PENANAOhLv0UTL9X
“Iyalah. Aku juga gak ingin buru – buru. Nikah sih setahun dua tahun lagi juga gak apa – apa. Tapi aku sudah gak sabar… ingin merasakan hubungan seperti suami istri malam ini juga.”
6154Please respect copyright.PENANATgHgRzqacu
“Non benar – benar masih perawan?”
6154Please respect copyright.PENANA7etHWOg5H6
“Cailaaaa… masa Abang gak percaya padaku? Nanti kan ABang bisa buktikan sendiri. Kalau aku tidak perawan lagi, ludahi deh mukaku nanti.”
6154Please respect copyright.PENANAak6cGPYkHb
Tak lama kemudian si bibi pembokat itu muncul sambil membawa rantang entah berisi apa. “Bibi mau pulang ya Non.”
6154Please respect copyright.PENANAowit225GLv
“Iya Bi. Udah bawa nasi dan lauk pauknya?”
6154Please respect copyright.PENANAGkAIjrbUxx
“Sudah Non… ini…” sahut si Bibi sambil membuka tutup rantangnya dan memperlihatkan isinya kepada Anneke.
6154Please respect copyright.PENANABHsG3JJByn
“Iya, iya. Besok datengnya agak pagian ya Bi. Mau nyuruh ke pasar dulu.”
6154Please respect copyright.PENANA2kYGfRXhoe
“Baik Non.”
6154Please respect copyright.PENANAAnkxM9j58e
Kemudian pembokat itu berlalu.
6154Please respect copyright.PENANAPkisBluUgs
Anneke pun bangkit dari sofa. Melangkah ke pintu depan untuk menguncinya.
6154Please respect copyright.PENANAgGTGHdmmxY
“Nah sekarang aman sudah. Kita mau melakukan apa pun bisa,” ucap Anneke sambil menghampiriku. Dan memegang pergelangan tanganku, “Di kamarku aja yok. Biar lebih nyaman.”
6154Please respect copyright.PENANAliP4lpHyej
Aku mengikutinya saja. Sambil ingin tahu apa yang akan dilakukannya nanti.
6154Please respect copyright.PENANA37gnHrwZmE
Ternyata… setibanya di dalam kamar, Anneke melepaskan kancing – kancing gaun rumahnya yang berwarna biru muda itu. Ternyata di balik gaun yang kancingnya berderet di depan itu, ia tidak mengenakan beha mau pun celana dalam. Sehingga aku langsung bisa menyaksikan keindahan sepasang toketnya yang lumayan gede dan keindahan memeknya yang bersih dari jembut…
6154Please respect copyright.PENANAYjJoBpzLHB
Tentu saja nafsu birahiku langsung bangkit dan bergejolak.
6154Please respect copyright.PENANAw2jVR7Ciud
Terus terang saja, aku merasa seolah sedang bermimpi menghadapi kenyataan ini. Memang Anneke cantik, mulus dan sangat membangkitkan nafsu birahiku. Tapi tadinya aku tak pernah membayangkan hubunganku dengannya harus berubah. Bukan sekadar seorang dirut dengan bossnya. Karena biar bagaimana pun juga seorang direktur utama itu masih tergolong pegawai juga.
6154Please respect copyright.PENANA4iK9O7m0uk
Dan kini Sang Boss yang cantik rupawan itu berkata dengan suaranya yang semakin membuatku serasa bermimpi :
6154Please respect copyright.PENANAf43XdyfKEN
“Sejak berjumpa dengan Bang Wawan, aku mengkhayalkannya. Lalu memikirkannya selama beberapa bulan. Akhirnya aku memutuskan, bahwa Bang Wawan harus jadi milikku. Dan aku harus menjadi milik Bang Wawan.”
6154Please respect copyright.PENANACgNd6O5b7p
Lalu tubuh putih mulus dan sesegar kuncup bunga yang baru mau mekar itu pun berada dalam pelukanku. Harum parfum mahal pun semakin tersiar ke penciumanku. Lalu… dalam keadaan yang sudah sama – sama telanjang, kubopong tubuh mulus dan hangat itu ke atas bed mahalnya. Di situlah aku mulai beraksi sebagai seorang lelaki sejati.
6154Please respect copyright.PENANADMMDsAD9RC
Tampaknya Non Anneke memang belum pernah disentuh oleh cowok. Itu bisa kubuktikan dengan senantiasa agak tersentak ketika aku menyentuh titik – titik pekanya. Dan ketika aku menghimpitnya sambil melumat bibir sensualnya, tubuhnya langsung menghangat. Terlebih ketika aku mencium bibir sensual itu sambil memainkan pentil toketnya, ia bereaksi dengan mendekap pinggangku erat – erat.
6154Please respect copyright.PENANAKtRpCFi6zh
Pada saat berikutnya aku berbisik ke dekat telinganya, “Aku harus menjilati memek Non dulu, supaya pada waktunya penetrasi nanti seperti ada pelumasnya.”
6154Please respect copyright.PENANAsS6qUghq5w
Anneke menatapku dengan sorot pasrah. Lalu berkata perlahan, “Lakukanlah apa yang harus Abang lakukan…”
6154Please respect copyright.PENANAbtFv4YErHC
Setelah mendengar ucapannya itu aku langsung melorot turun. Sehingga wajahku berhadapan dengan kemaluan Anneke yang begini bersih dan rapatnya.
6154Please respect copyright.PENANAQFANMjKArx
Sebagai langkah pertama, kudorong paha putih mulusnya agar merenggang selebar mungkin. Kemudian kuciumi memek yang masih rapat itu. Lalu kungangakan selebar mungkin, sehingga bagian dalamnya yang berwarna pink itu kelihatan jelas. Kelentitnya pun tampak imut – imut di bagian atasnya.
6154Please respect copyright.PENANAlvJBtkD4mG
Ujung lidahku pun mulai beraksi. Menyapu – nyapu bagian yang agak basah dan berwarna pink itu.
6154Please respect copyright.PENANAJdtZZ6hMVt
Anneke mulai menggeliat – geliat dengan nafas yang tertahan – tahan. Bahkan lalu terdengar desahan dan rengekan manjanya, “Aaaa… aaaaa… aaaaaah… Baaaaang… ini geli – geli enak Baaang… rasanya sampai menggetarkan sekujur tubuhku… seperti mengalir dari ujung kaki sampai kepalaku… ooooohhhh…
6154Please respect copyright.PENANAaOxjL3MyIR
Ternyata begini ya rasanya… ooooohhhh… Baaaang… aku makin cinta sama Abaaaaang… aku cinta Bang Wawaaaan… cintaaaa… ooooooohhhhh… baru sekali ini aku merasakan semuanya ini Baaaang… dudududuuuuhhh… makin lama makin enak Baaaang… iyaa Baaang… jilatin terus Baaang… enak sekali…
6154Please respect copyright.PENANA3pFUhbReVx
Aku tidak menanggapinya. Karena mulutku sedang “sibuk” menjilati bagian yang berwarna pink itu. Lalu lidahku menjilati kelentitnya dengan lahap sekali.
6154Please respect copyright.PENANA2j7dadiBMc
Kali ini Anneke buka cuma menggeliat tapi juga terkejang – kejang, dengan jari kakinya yang menukik – nukik. Seperti menahan sesuatu yang luar biasa. Tentu saja luar biasa nikmatnya. Karena clitoris alias kelentit ini bagian paling peka pada kemaluan wanita.
6154Please respect copyright.PENANAZtjAZETDm0
Sementara itu aku terus – terusan mengalirkan air liurku ke arah bagian yang berwarna pink itu.
6154Please respect copyright.PENANA8Ig1SMUUvA
Cukup lama aku melakukan semua ini.
6154Please respect copyright.PENANAu1qcMXYNCw
Sampai terasa bagian dalam memek Anneke ini sudah cukup basah dan siap untuk diterobos kontolku.
6154Please respect copyright.PENANAXZetmIH0D6
Lalu kujauhkan mulutku dari memek Anneke. Dan kucolek – colekkan moncong kontolku di mulut vagina Anneka yang sudah basah kuyup oleh air liurku. Setelah terasa ngepas, aku pun mendorong kontolku sekuat tenaga. Tapi… stttt… malah meleset ke bawah. Kuletakkan lagi moncong senjata kejantananku pada titik yang masih rapat itu.
6154Please respect copyright.PENANAG6EljwjRQA
Pada titik itulah moncong kontolku diletakkan. Kemudian aku mengumpulkan tenagaku untuk mendorong kontolku lebih kuat dari tadi.
6154Please respect copyright.PENANA5DgpYYyL7e
Iyaaaa… sedikit demi sedikit kontolku mulai melesak masuk.
6154Please respect copyright.PENANAAE8i8oV43C
“Kalau sakit tahan dikit Non,” ucapku sambil mengumpulkan tenaga lagi untuk mendorong batang kemaluanku agar masuk lebih dalam lagi.
6154Please respect copyright.PENANAXPMzu0iT51
Hebatnya Anneke itu, masih bisa tersenyum manis. Tidak kelihatan sedikit pun kalau dia merasa sakit. Padahal kontolku sudah hampir separohnya masuk ke dalam liang memeknya.
6154Please respect copyright.PENANAlGsw2SkcgP
Tapi aku tetap ingin membuat Anneke senyaman mungkin. Maka kutarik kontolku perlahan dan kudorong lagi agak kuat. Tarik lagi perlahan, dorong lagi lebih kuat. Memang sempit sekali liang memek bossku ini. Sehingga aku belum leluasa untuk benar – benar mengentotnya.
6154Please respect copyright.PENANAzeG2mIcBHs
Sementara itu Anneke cuma terdiam pasrah. Terkadang mata beningnya terpejam, terkadang menatapku dengan sorot pasrah. Sesekali ia menggeliat dan memeluk leherku. Terkadang juga ia mengejang dengan mata terpejam.
6154Please respect copyright.PENANA1m1MJtLXDq
Namun lama kelamaan liang vagina Anneke beradaptasi dengan ukuran batang kemaluanku. Sehingga aku mulai lancar mengentotnya dalam kecepatan normal.
6154Please respect copyright.PENANAdzkwcRprQJ
Saat itulah Anneke mulai mendesah dan merengek manja dan terdengar erotis di telingaku.
6154Please respect copyright.PENANAyTYVB8Dnwp
“Aaaaaa… aaaaa… aaaaaah… Baaang… ini… enak sekali Baaang… oooooh… ini Abang sudah menyetubuhiku kan?”
6154Please respect copyright.PENANAv4Wxe5jJsL
“Iya Non… hhh… tubuh kita sedang bersatu… hhh… makanya disebut bersetubuh,” sahutku terengah.
6154Please respect copyright.PENANAiidlEChLKN
Dalam keadaan seperti ini, aku masih menyempatkan diri mengangkat badanku, lalu memperhatikan kontolku yang sedang maju mundur di dalam memek Anneke. Ternyata memang ada garis – garis darah di badan kontolku. Darah perawan Anneke.
6154Please respect copyright.PENANAV3ROO1qU57
Memang sejak melihat bentuknya dari dekat sebelum menjilati memeknya tadi, aku sudah yakin bahwa Anneke masih perawan. Namun saksi konvensional adalah darah perawan itu.
6154Please respect copyright.PENANAjlN2Yzu8ED
Maka sambil mengentotnya, aku masih sempat membisiki telinga Anneke, “Non memang masih perawan… aku sangat menghormati hal itu.”
6154Please respect copyright.PENANAuSjoGDTdED
Anneke pun menyahut lirih, “Ya iyalah… tapi sekarang aku gak perawan lagi Bang.”
6154Please respect copyright.PENANARVB6zscBTd
“Menyesal karena keperawanan Non sudah kuambil?” tanyaku sambil menghentikan entotanku sejenak.
6154Please respect copyright.PENANAhHkZYEeBPT
“Nggak. Aku ikhlas. Kan aku sendiri yang menginginkannya. Yang penting Abang tetap sayang padaku di kemudian hari ya…”
6154Please respect copyright.PENANA3EG7RmaVZ6
“Sampai kapan pun aku akan tetap menyayangimu Non,” ucapku sambil melanjutkan lagi ayunan kontolku.
6154Please respect copyright.PENANAQWL8OJl4TI
Anneke pun menciumi bibirku dengan lahapnya. Setelah ciumannya terhenti, giliran aku yang menjilati lehernya disertai dengan gigitan – gigitan kecil. Sementara tangan kiriku beraksi juga, untuk meremas – remas toket kanannya dengan lembut.
6154Please respect copyright.PENANAVNEzucf3Vt
Ya segalanya kulakukan dengan lembut, karena Anneke ini bukan sekadar sudah jadian denganku, tapi juga bossku. Boss yang punya kapital jauh lebih gede daripada Tante Laila.
6154Please respect copyright.PENANAG0rMLn1AeZ
Desahan dan rintihan histeris Anneke pun mberlontaran lagi dari mulutnya, “Aaaaah… aaaaaaaah… Bang… aku cinta kamu Baaaang… aaaaaah… ini… luar biasa enaknyaaa… sampai kayak melayang – layang gini… aaaaaaah… aaaaaaa… aaaaaahhhh… aaaaaaah…”
6154Please respect copyright.PENANAbY8CnTZUP3
Tidak seperti biasanya, kali ini aku punya niat yang berbeda. Niat untuk menghamili Anneke. Karena itu aku tak usah terlalu berlama – lama menyetubuhinya. Bahkan aku ingin ejakulasiku berbarengan dengan orgasmenya.
6154Please respect copyright.PENANAfHGU8IhBFy
Kenapa aku ingin menghamilinya?
6154Please respect copyright.PENANA1zCsxtJ7qi
Supaya dia minta secepatnya kunikahi. Lalu aku bakal hidup sejahtera kelak… setelah menjadi suaminya.
6154Please respect copyright.PENANAw8UhTKeT7p
Karena itu diam – diam aku “mengintai” gejalanya. Gejala perempuan yang sudah mendekati orgasme.
6154Please respect copyright.PENANAeU07VbFOA9
Keringatku pun sudah bercucuran. Berbaur dengan keringat Anneke.
6154Please respect copyright.PENANAnwyy0BJcnB
Beberapa saat kemudian, dia mulai berkelojotan. “Baaaaang… ooooohhh Baaaang… ini… ini… memekku seperti mau pipis… susah nahannya… aaaaah… “rintihnya.
6154Please respect copyright.PENANAkkGkfvZAYB
“Bukan mau pipis… itu pertanda mau orgasme. Lepasin aja, gak usah ditahan – tahan Non…” sahutku sambil mempercepat entotanku.
6154Please respect copyright.PENANArDSneFZd07
Kontolku maju mundur dengan cepatnya di dalam liang memek yang sudah licin tapi tetap terasa sangat sempit ini… sampai pada suatu saat, ketika Anneke mengejang tegang, kutancapkan kontol ngacengku sedalam mungkin.
6154Please respect copyright.PENANAILw2tiXSkd
Sedetik kemudian aku merasakan sesuatu yang sangat nikmat ini. Bahwa liang memek Anneke berkedut – kedut kencang… disusul oleh kejutan – kejutan kontolku sendiri… kontol yang sedang memuntahkan lendir kenikmatanku.
6154Please respect copyright.PENANAnagS7CjFJd
Crottttt… crooooooootttttt… crooottttt… croooottttt… crotttt… crooootttttttt…!
6154Please respect copyright.PENANAfeCLoskMD2
Aku terkapar di atas perut Anneke. Dengan keringat yang semakin membanjir.
6154Please respect copyright.PENANA7vTMabu6XC
“Abang Sayang… terima kasih ya. Luar biasa nikmatnya,” bisiknya. Disusul dengan pagutannya di bibirku.
6154Please respect copyright.PENANA1pBceprmXT
“Terima kasih juga karena Non sudah mempercayakan semua ini padaku,” sahutku yang diikuti dengan tarikan kontolku sampai terlepas dari liang memek sempitnya. Spontan aku memandang ke bawah bokong Anneke. Memandang saksi keperawanan bossku yang masih sangat muda itu.
6154Please respect copyright.PENANA1qkGi29GwJ
Darah perawan itu…!
6154Please respect copyright.PENANAt6ymQBr8Eg
Anneke turun dari bed dan bergegas membuka salah satu lemarinya.
6154Please respect copyright.PENANAWYDq88XnaC
Tadinya kupikir ia akan mengeluarkan kain seprai baru, untuk mengganti kain seprai yang sudah terciprati darah perawannya. Tapi ternyata bukan. Ia mengeluakan kotak obat – obatan. Lalu dikeluarkannya se-strip pil kontrasepsi…!
6154Please respect copyright.PENANAoepVFEVjsl
Diperlihatkannya pil – pil itu pdaku sambil berkata, “Aku harus menelan pil anti hamil ini biar jangan hamil dulu, ya Bang.”
6154Please respect copyright.PENANAwreWX3fHGU
“Iya. Itu lebih baik,” sahutku sambil tersenyum. Padahal aku merasa kecewa atas kesiagaannya itu.
6154Please respect copyright.PENANAjPPsKc9ddi
“Jadi kita bebas bersetubuh sesering apa pun, tanpa takut hamil,” ucapnya sambil mengajakku mandi sore.
6154Please respect copyright.PENANAUVomwSF4vL
Di dalam kamar mandi yang peralatannya serba mutakhir itu, Anneke berkata, “Kalau Abang merasa di rumah ini kurang nyaman, silakan aja cari rumah yang dianggap aman dan nyaman. Nanti kalau sudah ada yang cocok, tinggal call aku aja sekalian kirim nomor rekening penjual rumah itu. Aku akan transfer dananya saat itu juga.
6154Please respect copyright.PENANAQgi4aPtjR6
Tapi Non kan harus hadir pada saat transaksi, untuk menandatangani akte jual beli …”
6154Please respect copyright.PENANA3xFh5Siux6
“AJBnya atas nama Abang aja.”
6154Please respect copyright.PENANAuFDhhjdUCU
“Iya Beib…”
6154Please respect copyright.PENANAYjaWTIL3dO
“Abang… aku suka dipanggil beib… sekarang jangan formal – formalan lagi. Kita kan sudah jadian.”
6154Please respect copyright.PENANAKVbK0PzHGx
Alamku jadi indah. Segalanya terasa indah. Membuatku semakin bersemangat untuk menjalani kehidupan ini. Bersemangat untuk melaksanakan tugas – tugasku, bersemangat pula untuk memainkan peranku sebagai seorang lelaki jantan. Baik untuk Ibu, untuk Wati, untuk Tante Laila, untuk Ema Mimin, untuk Euis dan terutama untuk Anneke Tercinta.
6154Please respect copyright.PENANA9Ob0qcPzDo
Hampir tiap hari aku “berjuang” untuk memuasi hasrat birahi Anneke. Karena dia sudah ketagihan untuk merasakan nikmatnya hubungan sex denganku.
6154Please respect copyright.PENANAduARY4bw7R
Rumah pilihanku pun sudah dibayar lunas atas namaku sendiri, meski dananya ditransfer oleh Anneke langsung ke pihak developer. Karena rumah itu terletak di kompleks perumahan paling elit di kotaku.
6154Please respect copyright.PENANApKL1rtewZ8
Rumah itu pun sering dijadikan ajang pergumulan birahiku dengan Anneke.
6154Please respect copyright.PENANA1kv6PXUMPz
Demikian seringnya aku menggauli Anneke, seolah seorang suami menunaikan kewajibannya untuk memberi nafkah batin kepada istrinya.
6154Please respect copyright.PENANAKOLHzvLJEv
Anneke memang semakin mesra sikapnya. Bahkan terkadang seperti tidak rela berjauhan denganku.
6154Please respect copyright.PENANA1suaUkQY4d
Bahkan pada suatu hari Anneke mengajakku untuk menemui ibunya di Jakarta.
6154Please respect copyright.PENANAemDUwFc2vY
“Mau ngapain Beib? Mau pinton aku sebagai calon suami?” tanyaku.
6154Please respect copyright.PENANATLWYLkZTnu
“Jangan dulu. Untuk sementara aku hanya akan memperkenalkan Abang sebagai direktur utama perusahaanku. Lantas kalau aku pulang sendirian ke Jakarta lagi, aku akan nanya sama Mamie. Apakah Mamie setuju kalau Abang dijadikan calon suamiku? Kalau Mamie setuju kan aku tinggal mendengarkan petunjuknya saja.
6154Please respect copyright.PENANAIcMT63XfsF
“Kalau mamienya gak setuju gimana?”
6154Please respect copyright.PENANAOiKc0zRskP
“Aku akan berusaha merayunya tiap hari lewat telepon.”
6154Please respect copyright.PENANAvymPgV2guQ
“Lalu kalau maminya tetap gak setuju?”
6154Please respect copyright.PENANASiV9AcgI3W
Anneke memegang sepasang bahuku. Menatapku dengan senyum di bibir sensualnya. Lalu berkata, “Biar bumi terbelah dua, cintaku padamu takkan bisa padam Bang. Kalau Mamie tetap tidak setuju, kita kawin aja diam – diam. Oke? Jadi jangan gentar Bang. Lagian Mamie sangat sayang padaku. Aku yakin Mamie bakal setuju juga nanti.
6154Please respect copyright.PENANAGoed6Yu2ZI
“Oke. Terus mau berangkat sekarang juga?”
6154Please respect copyright.PENANAHzuGR6r0sD
“Iya Abang Sayang. Sekarang kan malam Sabtu. Kita weekend di rumah Mamie aja yaaa…”
6154Please respect copyright.PENANAA50M2pzkzR
“Mau pakai mobil mana? Mobil Non apa mobilku?”
6154Please respect copyright.PENANAAyfSbeOzn2
“Mobil Abang aja. Mobilku kan cuma mobil Jepang Bang. Harganya juga kurang dari separoh mobil Abang. Pasti mobil Abang lebih nyaman didudukinnya.”
6154Please respect copyright.PENANAaJTVIIsW9L
“Kalau Non mau, beli pesawat jet pribadi juga bisa. Tapi Non kan gak mau pamer harta. Aku juga punya mobil itu bukan dapet beli. Ada yang ngasih Non.”
6154Please respect copyright.PENANAxUMO7VJcxr
“Siapa yang ngasih?”
6154Please respect copyright.PENANAyi69Uy9nVt
“Owner perusahaan lama Non.”
6154Please respect copyright.PENANAeSGNjwBxVY
“Kok bisa ngasih hadiah semahal itu?”
6154Please respect copyright.PENANAfDuQPfzDoY
“Kebetulan waktu itu perusahaan mendapatkan profit yang cukup besar. Dan itu hasil kerjaku. Makanya aku dikasih reward mobil itu.”
6154Please respect copyright.PENANAQDzyflntAZ
“Aku malah belum ngasih hadiah apa – apa sama Abang.”
6154Please respect copyright.PENANAiHOcDn6pua
“Sudah. Masa lupa Beib?”
6154Please respect copyright.PENANANHyN1pGnwC
“Apa?”
6154Please respect copyright.PENANAUebwzsOCGX
“Sesuatu yang jauh lebih mahal daripada mobilku itu.”
6154Please respect copyright.PENANAEamlHPzyql
“Hihihiii… memekku maksud Abang?”
6154Please respect copyright.PENANAFxbIXemHl0
“Iya. Itu tak ternilai harganya Non. Dan aku bangga bisa memiliki dirimu Beib.”
6154Please respect copyright.PENANAznStppHccb
“Aku juga bangga punya Abang, emwuaaaaah…” ucapnya diakhiri dengan kecupan mesra di pipiku.
6154Please respect copyright.PENANArIgdMgSJg9
“Ohya… rumah mau dikunci aja?”
6154Please respect copyright.PENANAUBfkeRjQ99
“Nggak. Si Bibi sudah disuruh tidur di sini sampai kita pulang dari Jakarta nanti.”
6154Please respect copyright.PENANA2EK3KQOvoy
“Owh… ya udah.”
6154Please respect copyright.PENANAbAsAnc4hhW
“Udah titip juga sama security perumahan.”
6154Please respect copyright.PENANAJDZdzN1pXN
Beberapa saat kemudian Anneke sudah duduk di dalam mobilku yang kukemudikan sendiri.
6154Please respect copyright.PENANAZA9WH4jfC0
“Di rumah Mamie sih gak bisa ML Bang. Soalnya aku pasti bobo sama Mamie.”
“Nggak apa. Puasa dua tiga hari aja sih gakpapa.”
6154Please respect copyright.PENANA9w6pznMpFy
Lalu sedan hitamku meluncur terus di jalan aspal.
6154Please respect copyright.PENANAbuStO9pBYX
Kebetulan jalan sedang sepi, karena aku sengaja memilih jalan tikus untuk mencapai pintu tol.
6154Please respect copyright.PENANAYK5dmzS1S7
“Kuperkirakan kita tiba di Jakarta tengah malam. Gak apa – apa?”
“Gak apa – apa. Mamie sih suka tidur setelah lewat jam duabelas malam. Sebelum ngantuk benar sih nancep aja di depan tivi.”
6154Please respect copyright.PENANAcG8cKuippz
“Beliau pakai kursi roda?”
6154Please respect copyright.PENANAj7Ur8SNf0C
“Iya. Tapi kursi rodanya sudah pakai remote control. Jadi gak terlalu merepotkan kedua suster yang merawatnya. Cuma waktu mau naik atau turun dari kursi roda, harus dibantu oleh suster.”
6154Please respect copyright.PENANA9NCke2Naq3
“Usianya sudah tua?”
“Belum tua – tua banget Bang. Mamie melahirkan aku waktu usianya baru delapanbelas.”
“Jadi sekarang baru tigapuluhdelapan tahun usianya?”
6154Please respect copyright.PENANAWO0Ru0rTx7
“Ya, kira – kira segitulah. Abang kan sudah tau umurku. Jadi umur Mamie tinggal nambahin delapanbelas aja kan?”
6154Please respect copyright.PENANAlmAGLsoyxY
“Ayahmu meninggal karena apa Beib?”
6154Please respect copyright.PENANAKMZZz4DZjJ
“Serangan jantung Bang. Papie meninggal ketika usianya sudah limapuluh lebih Bang. Perbedaan usia Papie dengan Mamie jauh sih. Maklum Papie sudah kaya raya sejak masih bujangan. Maka dengan mudah aja almarhum bisa mendapatkan Mamie yang saat itu baru berumur tujuhbelas.”
6154Please respect copyright.PENANARd0vBmqz46
Aku cuma tersenyum.
6154Please respect copyright.PENANAjrrTz3heaD
Sedan hitamku meluncur terus di jalan tol yang kebetulan tidak padat menuju Jakarta sih. Tapi yang dari Jakarta menuju Padaleunyi kelihatan padat sekali. Maklum malam weekend.
6154Please respect copyright.PENANA4FlgEPLqOJ
Dua jam kemudian mobilku sudah memasuki pekarangan rumah besar dan antik, tapi tetap tidak menunjukkan rumah orang kaya raya. Mungkin karena almarhum ayah Anneke telah melaksanakan pola hidup sederhana. Padahal menurut penuturan Anneke sendiri, sewaktu ayahnya masih hidup, perusahaannya bukan hanya ada di Indonesia.
6154Please respect copyright.PENANAw8tyDDSryI
Seorang petugas security menghampiri mobilku. Pada saat yang sama Anneke turun dari depan kiri mobilku. Orang security itu kaget, “Ooooh… Selamat malam Non Boss. Kirain siapa.”
6154Please respect copyright.PENANAM8t4o2M0sZ
Anneke hanya mengangguk sambil tersenyum. Lalu mengajakku masuk ke dalam rumah bergaya Italia tempo doeloe itu.
6154Please respect copyright.PENANAbd7ES13esZ
Seorang wanita setengah baya tampak duduk di kursi roda yang menghadap ke arah pesawat televisi. Dua orang suster duduk di sofa yang berdampingan dengan kursi roda itu.
6154Please respect copyright.PENANAW4nEsJNeC0
“Mamie… !” seru Anneke dengan gaya manja menghampiri wanita yang mamienya itu. Lalu ia memnbungkuk dan cipika – cipiki dengan mamienya.
6154Please respect copyright.PENANAzlSY5Teork
“Kok tengah malam gini datangnya?” tanya wanita itu.
“Kan sekalian mau weekend di sini, “Anneke berdiri di belakang kursi roda itu sambil memegang sepasang bahu mamienya.
“Sama siapa itu?” tanya sang Mamie.
6154Please respect copyright.PENANA5qSfpwaVm1
“Bang Darmawan. Direktur utama di perusahaan kita Mam,” sahut Anneke, “Kenalin dulu mamieku Bang.”
6154Please respect copyright.PENANAPbuabFHFe7
Aku mengangguk dan berlutut di depan kursi roda itu, untuk mencium tangan wanita setengah baya itu.
6154Please respect copyright.PENANAkuzzOfy6j3
“Waduuuh… dirutnya kok masih sangat muda dan ganteng gini Anne. Apa dia bukannya pacar kamu?” tanya wanita itu sambil tengadah, menatap putrinya yang sedang berdiri di belakang kursi rodanya.
6154Please respect copyright.PENANAE8lGmrEpjE
“Hush sembarangan Mamie ni,” sahut Anneke, “Bang Darmawan ini sebelum direkrut ke perusahaan kita pun sudah jadi dirut di perusahaan lain. Perusahaan punya tantenya. Jadi sekarang jabatannya rangkap dua. Jadi dirut di perusahaan tantenya sekaligus jadi dirut di perusahaan kita.”
6154Please respect copyright.PENANAOe5QBMQluQ
Aku pun berdiri dan duduk di sofa yang berhadapan dengan kursi roda mamienya Anneke itu.
6154Please respect copyright.PENANA6ndiefQp84
“Mam… aku mau ke toilet dulu ya…” ucap Anneke sambil menoleh padaku, “Mau ke toilet dulu ya Bang.”
6154Please respect copyright.PENANAUehYOBYMg1
Aku dan mamienya Anneke mengangguk. Lalu wanita setengah baya itu menoleh ke arah dua suster yang duduk di sofa samping kursi roda itu. “Kalian kalau udah ngantuk pada tidur aja gih. Biar aku diurus sama anakku aja.”
6154Please respect copyright.PENANA3LmDd44FIz
Kedua suster itu langsung berdiri, kemudian mengangguk sopan padaku dan melangkah ke belakang.
6154Please respect copyright.PENANAH1ezML94IR
“Eh, siapa namanya tadi? Darmawan ya?” tanya wanita setengah baya itu sambil memandangku.
6154Please respect copyright.PENANA9lmZShNy14
“Mmm… panggil Wawan aja Tante.”
6154Please respect copyright.PENANAAgckjjdZkj
“Sini sebentar,” ucapnya sambil menggapai – gapaikan tangannya, “Ada yang mau tante omongin.”
6154Please respect copyright.PENANAoa8Bx2ZAtT
Aku pun segera mendekati mamienya Anneke itu. Dia pun berkata setengah berbisik, “Lima harian lagi ke sini ya. Jangan sama Anneke. Ada yang mau tante sampaikan.”
6154Please respect copyright.PENANA50X98dnhnE
“Siap Tante.”
6154Please respect copyright.PENANA3cX3ICuAcS
Lalu ia mengeluarkan handphone dari saku baju piyama putihnya, “Masukkin nomor handphone Wawan ke hape tante. Biar nanti bisa ngomong leluasa lewat hape.”
6154Please respect copyright.PENANAWlhALK63VG
Aku menurut saja. Kupijat nomorku dari handphone punya mamienya Anneke. Hapeku yang disilent pun bergetar. Jadi aku bisa memasukkan nomor mamienya Anneke juga. Kemudian kusaving nama dan nomor hapeku di handphone mamienya Anneke.
6154Please respect copyright.PENANAmobvpV1sH3
Setelah memasukkan kembali hape ke dalam saku baju piyamanya, wanita itu menyimpan telunjuk di bibirnya sambil berkata setengah berbisik, “Jangan bilang apa – apa sama Anneke ya.”
6154Please respect copyright.PENANAF4vH2ywbvY
“Siap Tante.”
6154Please respect copyright.PENANAtsirk2jh2e
Tak lama kemudian Anneke muncul lagi di ruang keluarga itu. Dan langsung menghampiriku, “Tasnya bawa ke sini Bang. Aku mau nunjukin kamar Abang nanti di mana.”
6154Please respect copyright.PENANAsVqIyYOtHN
“Iya,” sahutku, “sebentar mau diambil dari mobil dulu. Sekalian sama tas Non juga ambil?”
6154Please respect copyright.PENANApJZ78h0Ytk
“Oh iya Bang. Maaf ya…”
6154Please respect copyright.PENANAlBwrW4CPig
Setelah mengambil tas pakaianku dan tas pakaian Anneke, aku tidak langsung tidur. Aku ikut mendengarkan obrolan Anneke dan ibunya. Belakangan aku mendengar nama mamienya Anneke itu Martini (seperti merk minuman beralkohol ya?).
6154Please respect copyright.PENANAuyt2p9dPsk
“Bagaimana hasil therapi yang Mamie ikuti selama ini? Ada perkembangannya?” tanya Anneke pada suatu saat.
6154Please respect copyright.PENANA78lSlMbnvE
“Ada Sayang,” sahut Tante Martini, “Kaki mamie jadi bisa digerakkan. Lutut pun kalau dipegang jadi ada rasanya. Tidak mati rasa seperti dahulu lagi. Bahkan berdiri pun mamie sudah bisa. Tapi masih lemes lututnya. Mamie tak mau memaksakannya. Kata therapis dari Amerika itu, mamie harus sabar. Katanya sih lama – kelamaan juga mamie bakal bisa jalan lagi.
6154Please respect copyright.PENANAGEYVFZIiMy
”Iya, Mamie harus sabar. Penyembuhannya harus step by step,” ucap Anneke. Kemudian ia menoleh padaku, “Eh Bang… kalau mau istirahat, silakan aja istirahat duluan.”
6154Please respect copyright.PENANAQdEo8GTZbb
Aku mengangguk lalu bangkit dan agak membungkuk ke arah Tante Martini, “Mohon izin mau istirahat dulu Tante.”
6154Please respect copyright.PENANAegv4j696PN
Lalu aku masuk ke dalam kamar yang sudah diberikan oleh Anneke. Dan tidur nyanyak tanpa mimpi.
6154Please respect copyright.PENANAM31YRY7bye
Tiada hal penting selama dua malam menginap di rumah mamienya Anneke itu.
6154Please respect copyright.PENANAuo08iqsliH
Minggu sore pun kami pulang ke kota kami.
6154Please respect copyright.PENANAaCBB436ezT
Dalam perjalanan pulang dari Jakarta itu Anneke berkata, “Kayaknya Mamie bakal setuju kalau kita jadi pasangan suami – istri kelak.”
6154Please respect copyright.PENANAH8mrudVvYr
”Emangnya udah terus terang sama beliau bahwa kita sudah saling jatuh cinta?” tanyaku.
6154Please respect copyright.PENANA40U5vTyIiC
“Belum. Mamie sih jangan dibawa buru – buru Honey. Segalanya harus santai dan matang. Nanti aja kalau kita udah matang dan siap untuk menikah, barulah aku akan mengatakannya.”
6154Please respect copyright.PENANAuEsjqzl9ij
“Iya terserah bidadariku aja. Aku pun tidak ingin terburu – buru.”
6154Please respect copyright.PENANAT08iUg27ak
“Nah cowok seperti Abang ini yang kucita – citakan sejak dahulu. Cowok yang tak pernah memaksakan kehendak… emwuaaaaahhh… !” ucap Anneke yang diakhiri dengan kecupan mesranya di pipi kiriku.
6154Please respect copyright.PENANAcsWz4uCInM
Anneke tidak tahu bahwa handphoneku yang sedang disilent ini bergetar vibratornya. Cuma satu kali bergetar. Dan ketika kami membelok ke rest area, untuk istirahat dan mengisi perut, aku langsung ke toilet dulu untuk membuka isi WA yang ditandai dengan satu kali getaran itu tadi.
6154Please respect copyright.PENANAHu0Q0EG5E9
Di toilet kubuka WA itu yang ternyata dari Tante Laila. Isinya :-Sayangku… anak kita sudah lahir. Cantik sekali. Suamiku juga tampak senang, meski dia tau bahwa anak itu bukan anaknya. Untuk menyenangkan hatinya kuminta agar dia memberi nama. Maka anak itu pun diberinya nama Winiarti. Gak apa – apa kan?-
6154Please respect copyright.PENANAQOZtbIkUQj
Aku merasa senang campur haru. Lalu membalasnya :-Aku bahagia sekali Sayang. Soal nama, itu sudah cukup bagus. Lalu kapan aku harus menengok anak kita itu?-
6154Please respect copyright.PENANAtBcGItgO45
Tante Laila :-Santai dulu ya Sayang. Jangan terburu – buru. Percayakanlah aku akan merawat anakmu dengan penuh kasih sayang. Aku juga sangat bahagia dan merasa sudah menjadi wanita yang lengkap. Nanti kalau anak kita sudah bisa dibawa ke luar, aku akan ngajak ketemuan lagi di hotel yang sering kita pakai itu. –
6154Please respect copyright.PENANACS99RhXjSR
Setelah memasukkan kembali hape ke saku celana jeansku, aku pun keluar dari toilet. menghampiri Anneke yang sudah duduk di resto dalam kompleks rest area jalan tol itu.
6154Please respect copyright.PENANAX5LDLCsat5
Seusai mengisi perut, kami lanjutkan lagi perjalanan pulang itu.
6154Please respect copyright.PENANACEE8CJuwIx
Setelah tiba di kota kami, kuantarkan dulu Anneke ke rumahnya, kemudian aku pun pulang.
6154Please respect copyright.PENANAKuwNV0MyBR
Di rumah, di dalam kamarku, terawanganku melayang – layang tak menentu. Teringat pada Tante Laila yang sudah melahirkan anakku, teringat pula permintaan Tante Martini yang memintaku untuk datang lagi ke rumahnya. Waktu itu hari Jumat malam, Tante Martini meminta agar empat hari lagi aku datang ke rumahnya tanpa Anneke.
6154Please respect copyright.PENANA0Ckc8mo2Bt
Masalahnya, apa tujuan Tante Martini yang memintaku datang lagi ke rumahnya tanta anaknya? Apakah ada rahasia tentang Anneke yang akan disampaikannya padaku, sehingga Anneke sendiri tidak boleh tahu?
6154Please respect copyright.PENANAJxDQ3pywtV
Entahlah.
6154Please respect copyright.PENANAWaSBK2xjWP
Yang jelas, di hari Selasa sore, sepulangnya dari kantor aku langsung berangkat ke Jakarta. Tanpa ngomong apa pun kepada Anneke.
6154Please respect copyright.PENANAHaiwby0nTy
Aku tidak tahu apa yang akan dibicarakan oleh mamienya Anneke itu nanti. Tapi kelihatannya penting sekali, sehingga aku harus mengabulkan permintaannya.
6154Please respect copyright.PENANAJ2Y6RRRrmP
Ketika sedan hitamku sudah memasuki Jakarta, handphoneku berdering. Ternyata dari Tante Martini…!
6154Please respect copyright.PENANAQ4KErMJEoO
Lalu :
6154Please respect copyright.PENANA1MY71trNQs
Aku: “Hallo Tante…”
Tante Martini: “Kapan mau ke rumah tante? Besok?”
Aku: “Sekarang Tante. Ini sudah masuk Jakarta. Mungkin setengah jam lagi juga tiba di rumah Tante.”
Tante Martini: “Owh… syukurlah. Tante tunggu ya.”
Aku: “Siap Tante.”
6154Please respect copyright.PENANAryFfrPPXoV
Dan memang setengah jam kemucian aku sudah tiba di pekarangan rumah Tante Martini. Seorang petugas security bergegas membuka pintu garasi, lalu menghampiriku, “Selamat malam Boss. Tadi Bu Martini minta agar mobil Boss langsung dimasukkan ke garasi,” ucapnya.
6154Please respect copyright.PENANAZG8wkJWJK0
“Owh… iya iyaaa…” sahutku sambil memasukkan mobilku ke dalam garasi.
6154Please respect copyright.PENANA1EDQTv5fde
Ketika aku masuk ke dalam rumah, salah seorang suster yang tempo hari sudah kukenal, menyambutku, “Silakan masuk aja ke kamar Ibu. Beliau sudah menunggu Boss.”
6154Please respect copyright.PENANAkxcrzGxT5C
Ini pertama kalinya aku masuk ke dalam kamar mamienya Anneke. Begitu masuk ke dalamnya, aku mengagumi kamar ini. Selain luas dan ada taman mininya segala, segala peralatan di dalam kamar ini serba mahal sekali. Mungkin harga perabotannya bisa lebih mahal daripada harga rumahnya…!
6154Please respect copyright.PENANAjcPiEOfmHG
Tante Martini tampak sedang berada di pinggir kolam ikan koi. Dan tersenyum ceria setelah melihat kedatanganku.
6154Please respect copyright.PENANACX60dBDx9i
“Wawan orang yang tepat janji ya. Tante suka itu,” ucapnya setelah aku berjongkok di depan kursi rodanya dan mencium tangannya yang terasa halus serta hangat.
6154Please respect copyright.PENANAWCQsaELrGd
“Tante kelihatan seger sekali sekarang,” ucapku.
6154Please respect copyright.PENANABbc1PWW0ZX
“Kan baru selesai mandi sore Wan,” sahut Tante Martini sambil menggerakkan kursi rodanya menuju sofa – sofa putih yang berderet di sepanjang dinding dari taman menuju ruang peraduannya.
6154Please respect copyright.PENANAy1CHfcqdpP
“Wan bisa minta tolong… kuncikan dulu pintunya. Soalnya tante mau membahas sesuatu yang sangat rahasia. Jangan sampai suster – suster itu ikut nguping,” kata Tante Martini sambil menunjuk ke arah pintu keluar yang sudah tertutup tapi belum dikunci.
6154Please respect copyright.PENANAE6PwMeInpd
Kuikuti permintaan Tante Martini itu, mengunci pintu yang ditunjuk itu, kemudian duduk di sofa yang berdampingan dengan kursi roda mamienya Anneke.
6154Please respect copyright.PENANALn3dt1n272
Lalu Tante Martini berkata perlahan, “Sebenarnya kedua kakiku ini sudah hampor normal. Mungkin tiga bulan lagi juga tente bisa berjalan lagi.”
6154Please respect copyright.PENANA7jNFgTe797
“Tapi berdiri sudah bisa Tante?”
“Sudah. Tapi belum bisa lama – lama. Karena lutut tante masih lemas.”
6154Please respect copyright.PENANATcVMoRMrkO
Aku menyimak dan memperhatikan bentuk Tante Martini yang saat itu mengenakan kimono putih. Dia seorang wanita yang berkulit lebih gelap daripada Anneke. Katakanlah dia seorang wanita yang hitam manis, meski kulitnya tidak hitam juga.
6154Please respect copyright.PENANA0sdGkmC1aa
Dan aku semakin penasaran, apa sebenarnya yang mau disampaikan padaku sehingga memintaku datang tanpa Anneke?
6154Please respect copyright.PENANAe05HKa9Sc7
Akhirnya Tante Martini berkata, “Sebenarnya tante ini sudah sembilanpuluh persen sembuh. Mungkin tiga bulan lagi juga tante udah bisa berjalan lagi secara normal. Sekarang tinggal menormalkan jaringan syaraf di seputar lutut aja.”
6154Please respect copyright.PENANAe6DVPkmTJP
“Iya Tante. Lalu nanti Tante bisa menjalani kehidupan secara sehat seperti wanita – wanita normal, “tanggapku.
6154Please respect copyright.PENANAVv4z3zbwsb
“Iya Wan. Tapi ada sesuatu yang menuntut terus dari dalam batin tante. Makanya tante mau minta tolong sama Wawan…”
6154Please respect copyright.PENANAowfqVBzc1i
“Minta tolong apa Tante? Sampaikan aja. Jangan ragu – ragu. Kalau aku bisa menolongnya, pasti kutolong Tante.”
6154Please respect copyright.PENANAWJ00WDYzw1
Tante Martini termenung sejenak. Lalu bertanya, “Wawan punya teman di Jakarta?”
6154Please respect copyright.PENANAmacmSCf5pF
“Banyak Tante. Teman kuliahku kebanyakan kerjanya di Jakarta.”
“Carikan seorang aja buat tante. Tapi yang seganteng Wawan.”
“Haaa?! Buat apa Tante?”
“Untuk memuasi hasrat batinku Wan. Sejak dua tahun yang lalu tante tidak merasakannya sama sekali.”
“Ja.. jadi Tante membutuhkan teman bobo gitu?”
6154Please respect copyright.PENANA1YnTIkIgHg
“Iya Wan. Tante mau bicara terbuka aja. Tante ingin mendapatkan cowok yang bisa memuasi hasrat seks tante yang selama ini dipendam terus. Pokoknya cari cowok yang bisa memegang rahasia. Yang bisa secara rutin menggauli tante. Tapi jangan bawa cowok yang jelek. Tante maunya seinilai sama kegantengan Wawan.
6154Please respect copyright.PENANARLQB2eS8Wu
Sebenarnya aku sangat terkejut mendengar “permintaan tolong” mamienya Anneke itu. Tapi dengan cepat aku memutar otak. Dan akhirnya berkata, “Cari cowok sih gampang Tante. Tapi yang sulit, apakah dia bisa memegang rahasia nggak? Ini masalahnya.”
6154Please respect copyright.PENANAJygV4m46gX
“Terus saran Wawan bagaimana?”
6154Please respect copyright.PENANAUrgCm8j7wJ
“Satu – satunya orang yang bisa memegang rahasia adalah diriku Tante. Dan aku sanggup untuk memuasi Tante kapan pun diinginkan. Bahkan sekarang pun aku siap untuk melakukannya.”
6154Please respect copyright.PENANAWgp4KripOo
“Kamu mau Wan? Serius kamu mau sama perempuan yang sudah berumur seperti tante ini? Memangnya tante ini masih menarik bagimu?” tanya Tante Martini sambil menatapku dengan sorot ragu, seperti kurang percaya pada kesediaanku.
6154Please respect copyright.PENANAr2I39afCl4
Sebagai jawaban, kupegang tangan Tante Martini yang hangat itu. Sambil berkata, “Tante cantik sekaligus manis. Sementara aku… penggila wanita setengah baya sejak lama. Jadi… aku siap memuasi Tante sekaligus berjanji untuk tetap merahasiakannya kepada siapa pun, termasuk kepada Non Anneke.”
6154Please respect copyright.PENANAM6TZ4J2Nzv
Tante Martini meremas tanganku dengan lembut. Menatapku dengan senyum manis di bibir sensualnya, ya… betapa sensualnya bibir wanita setengah baya itu. “Tante setuju usulmu,” ucapnya setengah berbisik, “Tapi awas jangan sampai Anneke tau ya.”
6154Please respect copyright.PENANA3sPtnnnkSo
“Tentu aja Tante. Aku juga pasti kena marah abis – abisan kalau Non Anne sampai tau,” sahutku sambil berdiri di depan kursi rodanya.
6154Please respect copyright.PENANAeGyiiTYYaJ
Lalu, tanpa ragu kuulurkan kedua tanganku untuk memeluk dan mengangkat tubuh Tante Martini dari atas kursi rodanya. Lalu membopongnya ke arah bed yang agak jauh dari kursi roda itu.
6154Please respect copyright.PENANAtsntu2Qh6O
Pada saat aku membopongnya itu, Tante Martini melingkarkan lengannya di leherku. Sementara aku merasakan sensasi yang luar biasa indahnya. Karena aku merasakan kehangatan lengannya di leherku. Menyaksikan manisnya wajah wanita setengah baya itu.
6154Please respect copyright.PENANA7oVllsXjMY
Lalu kuletakkan tubuh berkimono sutera putih itu di atas bed.
6154Please respect copyright.PENANA9b6hCld93k
Kulihat ada tongkat panjang di atas bed. “Ini tongkat apa Tante?” tanyaku sambil memegang tongkat yang mengingatkanku kepada ikbuku.
6154Please respect copyright.PENANAQXCSOnk4Ym
“Itu hanya untuk latihan turun dari bed ke kursi roda,” sahutnya.
6154Please respect copyright.PENANAcGDzqRwMg6
“Kan ada tongkat yang pakai pegangan sekalian untuk latihan jalan kaki Tan.”
6154Please respect copyright.PENANA6MFchvJhJN
“Ada. Tante juga punya. Tapi tongkat begituan ribet. Kurang praktis. Sekarang tanpa tongkat pun sudah bisa berdiri, meski belum bisa lama – lama. Dengan tongkat itu lebih praktis,” sahut Tante Martini sambil duduk bersila di samping kiriku.
6154Please respect copyright.PENANA2spvfwiZeR
Aku pun tidak canggung – canggung lagi untuk mendekap pinggangnya, sambil menciumi pipi kanannya yang terasa hangat. Harum p[arfum mahal [pun mulai tersiar ke penciumanku.
6154Please respect copyright.PENANA8wHh21uVB8
Tante Martini tidak tinggal diam. Ia melingkarkan lengannya di leherku. Lalu memagut bibirku, yang kusambut dengan lumatan lembut. Ia balas dengan lumatan hangat pula.
6154Please respect copyright.PENANAKAphFrwcqu
Hawa nafsu birahi pun mulai bergejolak di dalam batinku. Terlebih setelah Tante Martini membisiki telingaku, “Lepasin dulu dong semua pakaianmu. Aku ingin melihat bentuk tubuhmu tanpa pakaian.”
6154Please respect copyright.PENANA7EdCh2iYOy
Aku mengangguk sambil melepaskan pakaian casualku. Hanya celana dalam yang kubiarkan tetap melekat di tubuhku.
6154Please respect copyright.PENANA2Ru8tWln7b
Lalu aku menelentang di samping Tante Marini yang sudah celentang juga.
6154Please respect copyright.PENANAyNxzwMx9Fd
“Badannya atletis begini. Bagus. Sering olahraga ya?” ucap Tante Martini sambil mengusap – usap dada dan perutku.
6154Please respect copyright.PENANAbKQUfdKlc4
“Iya,” sahutku sambil balas mengusap – usap pahanya yang tersembul dari belahan kimononya. Terasa licin sekali paha mulus ini. Namun tentu saja aku tak sekadar mengelus pahanya. Tangan nakalku naik terus sampai ke pangkal pahanya. Dan… aku langsung menyentuh memek plontos dan agak tembem… berarti sejak tadi ia tidak mengenakan celana dalam…
6154Please respect copyright.PENANA3CLy6u8XzJ
Tante Martini pun menyelinapkan tangannya ke balik celana dalamku. Dan langsung memegang batang kemaluanku yang memang sudah tegang sekali ini…
6154Please respect copyright.PENANAqQpJjvnAQY
“Wooow… penisnya gagah begini Wan…! “serunya tertahan, “Luar biasa panjang gedenya… !”
6154Please respect copyright.PENANAlQ83NmgnJs
Sementara aku sudah tak sabar lagi. Ingin menyaksikan seperti apa tubuh Tante Martini kalau sudah telanjang. Maka dengan nafsu yang semakin menggoda, kulepaskan ikatan tali komononya. Lalu kulepaskan kimono sutera putih itu.
6154Please respect copyright.PENANAX9rLss40lI
Lalu tampaklah sekujur tubuh tinggi langsingnya Tante Martini itu… tubuh yang begitu mulus, tampak jauh lebih muda daripada usianya. Dengan sepasang toket berukuran sedang, yang tidak sekencang toket Anneke, tapi masih “on fire”. Tidak lembek.
6154Please respect copyright.PENANAIuZBcndV1p
Dan memeknya itu… tercukur bersih… menimbulkan hasratku untuk menjilatinya…!
6154Please respect copyright.PENANAObMeg6hnjo
Agar adil, aku pun melepaskan celana dalamku. Lalu merayap ke atas perut wanita setengah baya yang hangat dan harum itu.
6154Please respect copyright.PENANAkYu2qE5R6G
“Tante masih penuh pesona,” bisikku setelah menghimpitnya, “semuanya masih perfect. Aku siap untuk memuasi hasrat Tante secara rutin. Kebetulan aku ada acara ke Jakarta seminggu dua kali. Tiap Senin dan Kamis. Berarti minimal aku bisa datang ke sini dua kali seminggu.”
6154Please respect copyright.PENANAM3xsqdaydJ
“Iya Wan… terima kasih… sekarang lakukanlah apa yang Wawan anggap harus dilakukan. Hatiku sudah menjadi milikmu kini.”
6154Please respect copyright.PENANA4RCgZevpMX
Mendengar ucapan Tante Martini itu, spontan aku melorot turun. Karena sudah tak sabar lagi, ingin menjilati memeknya.
6154Please respect copyright.PENANAXdRRfAIp3h
Tante Martini pun bersikap tanggap. Ketika wajahkuj sudah berhadapan dengan memeknya, sepasang pahanya pun merenggang loebar. Sehingga aku bisa memperhatikan memeknya yang bersih dari jembut itu.
6154Please respect copyright.PENANAKY7PPAaysi
Lalu kuciumi memek plontos itu, sementara kedua tanganku mengangakannya. Sehingga bagian dalamnya yang berwarna pink itu mulai tampak di mataku.
6154Please respect copyright.PENANAXAEr0DTfZH
Ujung lidahku pun mulai menyapu – nyapu bagian dalam memeknya yang berwarna pink itu.
6154Please respect copyright.PENANAWHRaxNWbJC
Tante Martini mulai menggeliat – geliat sambil meremas – remas bahuku. Terlebih setelah aku gencar menjilati kelentitnya, ia pun terkejang – kejang dibuatnya.
6154Please respect copyright.PENANAyOx8KbmW1I
Bahkan pada suatu saat Tante Martini merengek histeris, “Aaaaah… aaaaaa… sudah Wan… sudah…! Masukan aja penismu Sayang…”
6154Please respect copyright.PENANAjftdbGRqhA
Ini pertama kalinya mamienya Anneke memanggilku Sayang.
6154Please respect copyright.PENANAD3iPvlsmOG
Aku pun memang sudah sangat bernafsu, ingin segera memasukkan kontolku ke dalam memek Tante Martini.
6154Please respect copyright.PENANAVryBiMwB2G
Maka aku pun meletakkan moncopng kontolku tepat pada mulut memek Tante Martini yang sudah ternganga basah itu. Dan sekali kudorong kuat – kuat… blesssss… kontol ngacengku pun melesak ke dalam liang memek wanita setengah baya itu.
6154Please respect copyright.PENANAqQi5Vg4m6n
Tante Martini menyambutku dengan dekapan di pinggang, bersama desahannya, “Aaaaah… masuuuuk Waaan… punyamu gede banget… aaaaaaaah…”
6154Please respect copyright.PENANAoQ6qN9vBEB
Aku pun mulai mengayun kontolku, bermaju mundur di dalam liang memek Tante Martini yang terasa masih sempit sekali, tapi sudah licin oleh air liurku yang mungkin bercampur dengan lendir libidonya.
6154Please respect copyright.PENANAcJXaR3EQ5W
Ya, aku mulai mengentotnya sambil menciumi dan menjilati lehernya, disertai dengan gigitan – gigitan kecil. Tante Martina pun berjuang untuk mengimbangiku dengan menggeol – geolkan pinggulnya.
6154Please respect copyright.PENANABuXc117kFY
“Haaa… aku bisa menggoyang pinggulku… berarti lututku sudah sembuh Wan… “ucaqpnya terengah.
6154Please respect copyright.PENANAivS8fbUQWK
Memang pada waktu menggoyang pinggulnya itu sangat mungkin ada hubungannya dengan kekuatan lutut. Karena kalau lututnya lemah, dia takkan bisa mengangkat bokongnya. Apalagi menggeolkannya.
6154Please respect copyright.PENANAdz3E6Gc57i
“Iya Tante… semoga Tante bugar kembali seperti sediakala yaaa…” sahutku sambil mulai mempercepat genjotan kontolku.
6154Please respect copyright.PENANA6bhAZ1QZcs
“Iyaaaa… ooooohhhhh… Waaaaaan… sudah hampir tiga tahun tante tidak merasakan sentuhan lelaki… sekarang… merasakannya kembali… ooooohhhh… Wawaaaaan… tante merasakannya lagi… nikmatnya gesekan penismu yang gagah ini… ooooohhh Wawaaaan… gak nyangka tante bisa merasakannya lagiiii…
6154Please respect copyright.PENANAjNgk3S3Wu4
Maka gairahku pun semakin berkobar, untuk mengentot wanita setengah baya ini sampai dia benar – benar puas.
6154Please respect copyright.PENANACxIQXjso0t
Aku tak cuma mengentot liang memeknya belaka. Aku sudah mempelajari beberapa buku pengetahuan tentang sex. Tentang cara untuk memuaskan wanita pada saat digauli. Bahwa ada titik – titik penting yang harus disentuh. Antara lain telinga dan sekitarnya, leher dan sekitarnya, pentil buah dada dan sekitarnya, bahkan ketiak pun dianjurkan untuk disentuh.
6154Please respect copyright.PENANAW3PK85u30u
Itulah sebabnya aku tak cuma menjilati leher jenjangnya yang mulai keringatan, tapi juga pentil toketnya kuemut dan kujilati, sementara toket yang satunya lagi kuremas dengan lembut.
6154Please respect copyright.PENANAAbyYjhS0Gb
Tante Martini merintih dan merengek terus pada saat aku sudah gencar mengentotnya. Aku pun ingin membesarkan hatinya. Sehingga entotanku dilambatkan sejenak, lalu berbisik ke telinganya, “Memek Tante luar biasa enaknya…”
6154Please respect copyright.PENANAB4GbSEZxQq
Tante Martini tampak senang. Lalu menyahut, “Kontolmu juga luar biasa enaknya Wan. Pasti aku bakal ketagihan kelak.”
6154Please respect copyright.PENANA9xrfjh6RKc
“Sama Tante. Aku juga bakal ketagihan sama Tante. Susah nyari wanita yang memeknya gurih danb legit seperti memek Tante ini,” ucapku yang lalu menggencarkan kembali entotanku.
6154Please respect copyright.PENANA9J3RnrtaCp
Sementara Tante Martini seperti berusaha untuk menggoyang pinggulnya kembali. Tapi mungkin fisiknya belum pulih benar. Sehingga akhirnya ia hanya menikmati entotanku sambil menciumi bibir dan pipiku.
6154Please respect copyright.PENANAgYB1w09cYa
“Gak usah maksain goyang [pinggul Tante. Didiemin gini juga enak. Karena pada dasarnya memek Tante memang luar biasa enaknya,” ucapku setelah mengetahui usahanya untuk menggoyang pinggul kembali, tetapi gagal mengangkat pinggulnya. Dan tidak bisa menggeol – geolkannya lagi.
6154Please respect copyright.PENANARA9gE1xwfz
Lalu aku menemukan titik paling sensitif pada wanita setengah baya itu. Ternyata ketiaknya yang paling peka itu.
6154Please respect copyright.PENANAotfKU2fVhf
Ketika aku mengentotnya sambil menjilati dan menyedot – nyedot ketiaknya yang harum deodorant, awalnya ia tersentak. Kusangka dia kaget. Tapi ternyata ketiaknya itu paling geli kalau disentuh orang lain. Hal itu kuketahui belakangan.
6154Please respect copyright.PENANA2E21ul3bsD
Maka ketika aku menjilati dan menggigit – gigit serta menyedot – nyedot ketiaknya, Tante Martini pun merengek – rengek erotis, “Aaaaaa… aaaaaah… geli Waaan… tapi enak sekali Waaaan… ooooohhhh… ini pertama kalinya aku merasakan ketek dijil;atin waktu sedang dientot begini… aaaaah…
6154Please respect copyright.PENANAONvoETAiQB
“Gampang Tante… kalau udah kangen sama aku… uggghhh… tinggal call aja… aku pasti datang ke sini…”
6154Please respect copyright.PENANAKnLsPoKpbe
Lalu aku semakin menggencarkan entotanku. Sementara Tante Martini mengaku sudah dua kali orgasme. Tapi kelihatannya dia tetap bergairah untuk menikmati entotanku, tak kelihatan lelah sedikit pun. Padahal kami sudah sama – sama bersimbah keringat.
6154Please respect copyright.PENANAwxoG2rtNJq
Tapi pada suatu saat kudengar suaranya terengah, “Tante udah mau orga lagi Wan… ba… barengin yok… oooooohhhhh…”
6154Please respect copyright.PENANARyh8d2tQpV
“Iiii… iyaaaaa…” sahutku tergagap pula.
6154Please respect copyright.PENANAoGRfke7kfS
Tante Martini pun mulai klepek – klepek seperti waktu mau orgasme yang pertama dan kedua tadi. Maka dengan spontan aku pun memacu kontolku untuk menggenjot liang memeknya secepat mungkin.
6154Please respect copyright.PENANA2ff145NuSG
Lalu tubuh indah itu pun mengejang tegang. Pada saat yang sama, kubenamkan batang kemaluanku sedalam mungkin, sehingga moncongnya terasa menabrak dasar liang memek mamienya Anneke.
6154Please respect copyright.PENANAY6nSRON5Y4
Dan terjadilah sesuatu yang indah itu. Kami saling cengkram dan saling remas. Sementara liang memek Tante Martini terasa berkedut – kedut, disusul oleh gerakan yang seolah sedang berusaha mendorong batang kemaluanku, tapi sang Kontol justru sedang mengejut – ngejut sambil memancarkan lendir kenikmatan yang banyak sekali rasanya…
6154Please respect copyright.PENANAdSQw7VCJO4
Aku pun menggelepar dan terkapar di atas perut Tante Martini.
6154Please respect copyright.PENANAiYVsgiCTlr
Namun aku masih mendapatkan ciuman hangatnya wanita setengah baya itu, disusul dengan bisikannya, “Terimakasih Sayaaang… yang barusan kita lakukan adalah sesuatu yang terindah di sepanjang hidup tante…”
6154Please respect copyright.PENANAMQFKo3ESeL
“Iya Tante. Semoga bisa jadi pendorong semangat Tante untuk cepat sembuh.”
“Tapi tante jadi kepengen mandi. Soalnya badan tante penuh keringat begini.”
“Ayo kubopong ke kamar mandi,” sahutku sambil mencabut kontolku dari liang memek tembem dan plontos itu.
6154Please respect copyright.PENANAzbcld3k2P4
Memang banyak sekali air mani yang termuntahkan dari moncong kontolku barusan. Kulihat lendir kenikmatanku sampai meluap dari mulut memek Tante Martini. Dan Tante Martini menadahkan telapak tangan di bawah memeknya, untuk menampung spermaku. Lalu sperma itu dialirkan ke mulutnya, yang lalu ditelannya sedikit demi sedikit.
6154Please respect copyright.PENANAqAow3UaXRK
“Bagaimana rasanya spermaku?” tanyaku setelah mcnium pipinya.
6154Please respect copyright.PENANAUh2LQEbchO
“Lezat… seolah bernafaskan semangat baru… yang membuat hidup tante berarti lagi. Terima kasih Wawan Sayang…”
6154Please respect copyright.PENANAFJTjRho1gz
Kemudian kuangkat tubuh wanita setengah baya itu dengan mendekap pinggangnya erat – erat. Tante Martini pun memeluk tengkukku erat – erat. Dan kubawa tubuh indah itu ke dalam kamar mandinya.
6154Please respect copyright.PENANAI4hgq42Ds7
Tante Martini menunjuk ke arah bathtub mewah di kamar mandinya. Maka kuletakkan dia di dalam bathtub itu.
6154Please respect copyright.PENANAxjrkqW4ziD
Sesaat kemudian air hangat memancar ke bathtub itu dengan kencangnya.
6154Please respect copyright.PENANAXlhUAhNhFi
Aku pun memancarkan aiur hangat shower utama yang berada di atas kepalaku.
6154Please respect copyright.PENANAmarfA8D7X7
Maka ketika Tante Martini sedang menyabuni tubuh indahnya, aku pun menyabuni tubuhku sendiri di bawah pancaran air hangat shower.
6154Please respect copyright.PENANA6YSENOweIH
“Banyak handuk bersih di lemari kaca itu. Silakan ambil untuk Wawan satu, untuk tante satu. Sekalian tolong ambilin kimono yang masih bersih di situ juga,” kata Tante Martini sambil menunjuk ke lemari kaca yang tidak jauh dari bathtub mewah itu.
6154Please respect copyright.PENANAP7NNnODRUb
Beberapa saat kemudian, kami sudah berada di atas sofa bedroom kembali. Tante Martini sudah mengenakan kimono baru, aku pun sudah mengenakan pakaianku kembali.
6154Please respect copyright.PENANAer7Bxt4OLg
“Wawan punya kartu nama?” tanya Tante Martini.
6154Please respect copyright.PENANAmiIm8m5MpR
“Punya Tante,” sahutku sambil mengeluarkan dompet dari saku belakang celanaku. Lalu kuambil secarik kartu namaku dan kuserahkan kepada Tante Martini.
6154Please respect copyright.PENANA2kV5OUwETu
Tante Martini pun mengamati kartu namaku yang lengkap dengan alamat kantor dan alamat rumah.
6154Please respect copyright.PENANAQR8GVHzOr2
“Hai… rumahmu bukannya dekat dengan kampus dan apotek?” tanya Tante Martini.
“Betul. Kok Tante tau?”
“Tau. Di situ ada rumah yang ibu rumah tangganya tunanetra. Kamu tau?”
6154Please respect copyright.PENANAnioQeqnQYA
Aku terkejut dibuatnya. Tapi aku tak mau mengingkari kenyataan ini. Bahwa ibuku seorang wanita tunanetra. Lalu kataku, “Wanita tunanetra itu ibuku Tante.”
6154Please respect copyright.PENANAAxVFOdeMkb
“Haaa?! Berarti kamu abangnya Nova… uffff… kelepasan bicara, “Tante Martini menutup mulutnya dengan tangan kanannya.
6154Please respect copyright.PENANA50kUcjRIdE
“Nova? Siapa Nova Tante?”
6154Please respect copyright.PENANAEImrK8TZrD
“Mmm… jadi bingung nih. Barusan kelepasan bicara. Tapi biarlah tante mau bicara sejujurnya, asalkan Wawan berjanji untuk merahasiakannya kepada siapa pun ya.”
6154Please respect copyright.PENANABCgkWsnaZc
“Iya Tante. Aku berjanji takkan bicara kepada siapa pun.”
6154Please respect copyright.PENANAgZ0wDfJlPQ
Tante Martini termenung sejenak. Kemudian berkata, “Suamiku punya sahabat. Hasyim namanya. Pak Hasyim itu seorang pengusaha besar juga. Tapi Pak Hasyim sudah tiga gali ganti istri, tidak menghasilkan anak juga. Karena ternyata Pak Hasyimnya sendiri yang mandul. Kebetulan Pak Hasyim punya teman karib yang bernama Zaelani…
6154Please respect copyright.PENANAXZs5BlKtNH
“Betul Tante. Tapi ayahku sudah meninggal beberapa tahun yang lalu,” sahutku.
6154Please respect copyright.PENANAYRX1kmHDrL
“Soal itu sudah kudengar dari mulut istrinya Pak Hasyim. Nah… pada saat istri Pak Zaelani hamil yang keberapa ya… kalau gak salah yang ketiga… terjadi suatu perundingan pribadi dengan Pak Hasyim. Bahwa kehamilan istri Pak Zaelani itu akan dibiayai sepenuhnya oleh Pak Hasyim, asalkan kalau anaknya sudah lahir, diberikan kepada Pak Hasyim untuk diadopsi.
6154Please respect copyright.PENANAG5W78eQOpO
Sebenarnya banyak yang ingin kutanyakan kepada Tante Martini. Tapi aku tak berani memotong penuturan penting itu.
6154Please respect copyright.PENANAN6IPw3tgzS
“Nah… akhirnya lahirlah bayi perempuan dari istri Pak Zaelani itu. Yang lalu dibawa diadopsi oleh Pak Hasyim.”
6154Please respect copyright.PENANAl6YH2lqvKf
“Tante kok bisa tau semuanya sampai mendetail begitu?”
6154Please respect copyright.PENANArMMyeElzIa
“Kan tante ikut dijadikan saksi waktu perjanjian itu ditandatangani. Jadi tante tau benar isi perjanjiannya. Antara lain, bayi itu akan dirawat seperti anak Pak Hasyim sendiri. Dan Pak Zaelani tak boleh mengganggu atau menuntut apa pun kalau bayi itu sudah besar kelak. Perjanjian itu ditandatangani di depan notaris.
6154Please respect copyright.PENANAgCmhOAIq6i
“Lalu bayi cewek itu dikasih nama Nova?” tanyaku.
“Iya. Berarti Nova itu adik kandung Wawan kan?”
“Betul Tante. Selama ini kami sekeluarga mencari tahu keberadaan adikku yang sudah dikasih nama Nova itu. Tapi baru sekaranglah aku mendengar beritanya.”
6154Please respect copyright.PENANAI1JQfdag7I
“Menurut tante sih, walau pun Wawan sudah tau, sebaiknya jangan ganggu Nova dalam bentuk apa pun. Lagian Nova itu sangat dimanja oleh Pak Hasyim dan istrinya. Bahkan berlebihan memanjakannya. Sehingga Nova itu jadi kolokan sekali. Apa pun yang diinginkannya harus dikabulkan. Selain kolokan, Nova itu selalu jutek pada orang – orang di sekitarnya.
6154Please respect copyright.PENANAj3sOO31g9Z
“Iya,” sahutku, “aku juga takkan mengganggunya Tante. Hanya berusaha ingin tau aja keberadaannya. Mendengar dia sehat aja hatiku udah senang.”
6154Please respect copyright.PENANACL1FMDX8v5
“Iya, memang harus begitu. Masalahnya ayahmu sudah menandatangani perjanjian di depan notaris, dihadiri oleh saksi – saksi pula. Jadi secara hukum, Nova itu tidak bisa diganggu gugat lagi.”
6154Please respect copyright.PENANAlF2grRs1f7
“Iya Tante. Aku akan mencatat kata – kata Tante ini di dalam hati.”
“Nah sekarang kita bicara masalah bisnis ya.”
“Siap Tante.”
6154Please respect copyright.PENANAt8ITGTw3tk
“Begini,” kata Tante Martini, “Sebenarnya tante punya beberapa perusahaan atas nama tente sendiri. Tapi Anneke tidak tahu. Lagian dia sudah mendapatkan warisan seluruh harta yang atas nama almarhum ayahnya. Tapi perusahaan – perusahaan atas nama tante tidak termasuk yang diberikan padanya. Salah satu perusahaan milik tante itu ada di kotamu Wan.
6154Please respect copyright.PENANAFMLhZWx8MJ
“Iya Tante.”
6154Please respect copyright.PENANAioVeLwWIMz
“Nah… perusahaan di kotamu itu akan tante hibahkan padamu. Mau diapakan pun terserah Wawan.”
6154Please respect copyright.PENANA8r4zOOGLE5
“Perusahaannya dalam bentuk apa Tante?”
6154Please respect copyright.PENANAT6QQqGGRJl
“Pabrik segala kebutuhan anak – anak. Perkembangannya bagus. Tapi mungkin kalau sudah diurus oleh Wawan bakal lebih sehat lagi.”
6154Please respect copyright.PENANAC662RPTJAg
“Jadi pabrik itu mau Tante percayakan padaku untuk mengurusnya?”
6154Please respect copyright.PENANA363LRRRrRZ
“Memilikinya. Bukan sekadar mengurusnya. Tadi tante kan bilang, akan menghibahkan pabrik itu pada Wawan.”
6154Please respect copyright.PENANAH0Ua2qxyGP
“Oooh… Tante… apakah Tante tidak berlebihan dengan menghibahkan pabrik itu padaku?”
6154Please respect copyright.PENANA8odjW6U9Cn
“Tidak Wan. Dalam tiga hari belakangan ini tante sudah mempertimbangkannya sematang mungkin. Perusahaan tante kan banyak. Penghibahan pabrik itu takkan membuat tante jatuh miskin. Jadi… semoga kehidupan Wawan bertambah sukses setelah memiliki pabrik itu ya,” ucap Tante Martini sambil memgang tanganku erat dan hangat.
6154Please respect copyright.PENANAqaNQOhF5L5
“Aku jadi speechless Tante. Aku… aku cuma bisa bilang terimakasih,” ucapku yang kuakhiri dengan kecupan hangat di pipi Tante Martini.
6154Please respect copyright.PENANA5R0yYJq46v
“Tapi Wawan punya kewajiban untuk menengok tante sesering mungkin ke sini ya.”
6154Please respect copyright.PENANAetfNHeZQDz
“Siap Tante.”
“Ohya… mengenai hibah pabrik itu, gak usah ngomong apa – apa pada Anneke. Karena dia tidak tau kalau tante punya pabrik di kotamu.”
“Iya Tante.”
6154Please respect copyright.PENANAA05xUgty2w
“Kalau kaki tante sudah normal, mungkin tante mau beli rumah di kotamu Wan. Supaya kita tidak terlalu berjauhan. Energi Wawan pun tidak terlalu dikuras untuk nyetir sendiri ke Jakarta. Kenapa Wawan tidak pakai sopir pribadi sih?”
6154Please respect copyright.PENANATcpkyKLiRz
“Belum saatnya pakai sopir pribadi Tante. Aku kan masih muda. Lagian aku memang senang driving,” ucapku dengan tangan yang sudah kuselinapkan ke balik kimono Tante Martini.
6154Please respect copyright.PENANAXv13JkKC8q
“Ogitu ya… “gumkam Tante Martini yang membiarkan tanganku menggerayangi memeknya yang baru mengalami orgasme tiga kali itu.
6154Please respect copyright.PENANArMRL8BuBzT
“Tante masih bergairah?” tanyaku.
6154Please respect copyright.PENANA1Vhls9UD0n
“Emangnya Wawan udah horny lagi?”
6154Please respect copyright.PENANAku4IvPGWZb
“Iya Tante. Ini udah ngaceng lagi… hihihihiiii…”
6154Please respect copyright.PENANAGng963VFkU
“Ayolah. Tapi jangan terlalu lama ya. Usahakan lepas bareng lagi seperti tadi. Lalu kita tidur. Tante ingin tidur sambil melukin Wawan…”
6154Please respect copyright.PENANAOmqfXnWQSQ
“Siap Tante,” sahutku sambil bangkit dari sofa. Kemudian membopong Tante Martini ke arah bednya lagi.
6154Please respect copyright.PENANAvvcwrlOZba
That’s our story. Bahwa kami bersetubuh lagi. Dan aku berusaha untuk menuruti keinginan Tante Martini, agar bersetubuhnya jangan terlalu lama. Mempercepat ejakulasi jauh lebih mudah dari memperlambatnya.
6154Please respect copyright.PENANAOM8kB3k9lp
Maka aku pun berhasil ejakulasi tepat pada saat Tante Martini berada di puncak orgasmenya.
6154Please respect copyright.PENANAo574EWfP6a
Lalu kami tidur sambil saling berpelukan dan baru sadar keesokan paginya.
6154Please respect copyright.PENANADfj02kilEa
Aku meninggalkan Jakarta pagi itu dengan terawangan indah menggelayuti benakku. Aku masih ingat benar ucapan Tante Martini sebelum melepaskan kepergianku tadi: “Bu Vita, direktur pabrik itu akan tante panggil secepatnya. Untuk menyampaikan keputusan tante yang akan menghibahkan pabrik itu padamu Sayang.
6154Please respect copyright.PENANARUwI23Ln2z
Hibah pabrik itu bisa kuanggap sebagai pertanda, bahwa Tante Martini sangat membutuhkan diriku. Tapi aku tak mau besar kepala. Semuanya harus kuhadapi dengan kepala dingin.
6154Please respect copyright.PENANAtwChzDe4iL
Tiga hari kemudian, aku mendapatkan pesan lewat WA dari Tante Martini, yang namanya kusamarkan sebagai “Pak Tono”. Sekadar berjaga – jaga, jangan sampai Anneke tahu kalau aku sudah punya “jalur khusus” dengan ibunya. Tante Martini pun sudah menyamarkan namaku di handphonenya sebagai “Wien”. Juga agar aman dari kecurigaan Anneke.
6154Please respect copyright.PENANAcuSh5mLtg2
Isi WA dari Tante Martini itu berbunyi :-Bu Vita sudah datang ke Jakarta kemaren. Dan sudah dikasih tahu masalah “penjualan” pabrik itu. Jadi, silakan datangi pabrik itu untuk mengenalkan diri sebagai owner baru. –
6154Please respect copyright.PENANAWBb4JGuK2d
Aku hanya membalas singkat :-Siap Tante Sayangku-
6154Please respect copyright.PENANAk5tGFOd0Im
Lalu pada hari itu juga aku mengunjungi pabrik itu, sesuai dengan alamat yang sudah diberikan oleh Tante Martini.
6154Please respect copyright.PENANAfFvrYRp4rH
Setibanya di pabrik itu, seorang satpam menghampiri sedan hitamku, “Mau ketemu siapa Boss?”
6154Please respect copyright.PENANAXTAHq7SHl1
“Mau ketemu dengan Bu Vita,” sahutku.
“Sudah ada janji sama beliau?” tanya satpam itu lagi, membuatku agak jengkel.
“Bilang aja ada owner baru pabrik ini bernama Darmawan… !”
6154Please respect copyright.PENANALmrIfkARqb
Satpam itu kelihatan kaget dan mengubah sikapnya, “Oh! Siap Big Boss… !”
6154Please respect copyright.PENANAr62dFCcjC4
Kemudian satpam itu mengarahkanku ke tempat parkir yang bertuliskan VVIP. Mungkin pada saat Tante Martini masih normal, di situlah tempat mobilnya diparkir kalau beliau datang ke pabrik ini.
6154Please respect copyright.PENANAyd8S5vn5x2
Setelah mobilku terparkir, kuikuti langkah satpam itu menuju ruang kerja dirut.
6154Please respect copyright.PENANAf3zM9objGO
Di ruang kerja dirut, kulihat seorang wanita setengah baya sedang serius mengamati layar monitornya.
6154Please respect copyright.PENANAbFbcGlBnmI
Satpam itu menghampirinya. “Maaf mengganggu Bu Boss. Ini Bapak Darmawan mau ketemu Bu Boss.”
6154Please respect copyright.PENANAMlR71xMfx5
Wanita tinggi montok itu tampak kaget. “Ooooh… selamat datang Big Boss,” ucapnya sambil berdiri dan menghampiriku. Lalu menjabat tanganku dengan sikap sopan sekali.
6154Please respect copyright.PENANAHbi8tI5jPG
Kemudian aku dipersilakan duduk di ruang tamu dirut.
6154Please respect copyright.PENANAEpKvNgfQpa
Semua manager pun dipanggilnya, untuk dikenalkan padaku sebagai owner baru pabrik besar ini.
6154Please respect copyright.PENANAUyd6yQjI3l
Acaranya cuma ramah tamah saja dengan dirut dan manager – managernya itu.
6154Please respect copyright.PENANA2KUasijZDc
Kemudian aku meninggalkan pabrik besar itu setelah berjanji akan datang kembali beberapa hari berikutnya, untuk menjelaskan konsep baruku.
6154Please respect copyright.PENANAaEob2Ly7Ct
Lalu aku mengarahkan sedan hitamku menuju kantor perusahaan Tante Laila.
6154Please respect copyright.PENANAYV3HTIwNw5
Baru saja aku tiba di kantor perusahaan Tante Laila, tiba – tiba handphoneku berdering. Ternyata dari ibuku. Cepat kuterima, takut ada sesuatu yang penting.
6154Please respect copyright.PENANAkZViOzuUaP
“Hallo Bu…”
“Kamu lagi di mana Wan?”
“Di kantor. Emangnya kenapa Bu?”
6154Please respect copyright.PENANAmiqfZf9MkO
“Ibu kan pernah cerita sama kamu, bahwa ibu punya adik kandung yang menikah dengan orang Belanda, lalu dibawa ke negaranya.”
6154Please respect copyright.PENANA8J5Xam0riR
“Oh iya. Tante Ros itu?”
“Iya. Nama lengkapnya sih Rosida. Sekarang dia ada di rumah.”
“Ohya?!”
6154Please respect copyright.PENANASUcKTxu4Or
“Iya. Ibu sudah jelaskan bahwa kamu sekarang menjadi direktur utama di dua perusahaan. Karena itu dia ingin dicarikan rumah sekaligus ingin berbisnis denganmu. Bisa sekarang pulang dulu ke rumah?”
6154Please respect copyright.PENANAYFxS15jRW2
“Iya, bisa… bisa… sekarang juga aku mau pulang Bu.”
“Ditunggu ya Wan.”
“Iya Bu.”
ns216.73.216.210da2