
Pagi yang indah ini adalah hari yang paling kunantikan selama ini. Sejak tadi malam aku selalu menantikan jawaban dari doaku selama ini. Sepicing pun mataku tiada tertutup. Ponsel milikku selalu kulirik untuk melihat pengumuman penempatanku. Ternyata sampai pukul 10 aku tidak melihat ada hilalnya.
Kring… Kring… Kring…
Waktu menunjukkan pukul 13.00 wib, ponselku berbunyi, aku melihat ada panggilan dari adik sepupuku yang paling dekat dan mengerti aku selama ini selain mama dan papaku.
“ Kak Van, coba lihat pengumumanmu kak, aku udah lihat punyaku,” ucap Zeylanda.
“ Emang udah keluar ya Nda? Tadi kakak lihat belum, “ sahutku padanya.
“ Udah dong cinta, ini barusan 5 menit lalu, aku dapat di Bogor kak, semoga kita ditempatkan di daerah yang sama seperti pilihan kita kak,” ujarnya.
“ Iya kan, aku juga berharap begitu, hm.. tunggu dulu ya diks (sembari aku melihat pengumuman, telepon darinya tidak ku matikan). Wah, puji Tuhan Nda, kakak juga di Bogor, bisa deh kita sama terus,” dengan semangat aku ucapkan padanya.
“ Hahaha doa kita terkabul kak, akhirnya… oh iya nih, kak secepatnya ya kak packing barang kakak dan semua berkas kakak, soalnya 3 hari lagi kita sudah harus berangkat katanya,” ujar adik sepupuku itu.
“ Siap komandan… ,” jawabku padanya.
“ Hahaha kudoakan jodohmu komandan kak, biar ada yang jagain kakak baikku ini,” pintanya.
“ Ada-ada aja deh kamu, tapi sih semoga ya, amin…” sahutku.
“ Oke cin, aku mau ke klinik dulu ya bereskan semua berkas ku, kamu juga siap-siap kak,” ungkapnya.
“ Dengan sigap dong, nanti sore kita makan ke tempat biasa ya, sampai ketemu,” ujarku. Ponsel milikku pun kumatikan.
Selesai bekerja, aku pun mengambil kunci mobilku di tas, ku kemudi mobilku dengan kecepatan yang lumayan, karena lalu lintas jalan sedang sepi jadi aku bebas untuk mengemudi. Tak lebih 15 menit, aku pun sampai di rumah, aku menemui mamaku yang juga sedang bekerja dari depan layar laptopnya.
“ Hai ma, serius amat nih kerjanya sampai gak sadar anak ceweknya yang baik hati ini udah dari tadi disini,” gurauku pada mama.
“ Hai sayang, iya nih mama lagi banyak banget proyek zoom conference dengan bos bos petinggi. Apa yang terjadi hari ini sayang? Sepertinya kamu senang banget deh mama lihat,” sahut mama.
“ Ma, akhirnya aku lulus penempatan di Bogor ma, seperti impianku. Baik banget ya Tuhan itu ma sampai aku dikasih di tempat yang memang aku impikan itu,” curhatku.
“ Iya sayang, akhirnya ya.. Doa mama yang terbaik buat anak semata wayang mama yang cantik dan baik hati ini. Semoga lukamu juga segera pulih, dan kamu akan menemukan sosok laki-laki yang bisa membuatmu kembali seperti biasanya,” ucap mama padaku.
“ Sebenarnya aku gak mau bahas ini lagi ma, tapi doakan ya ma, aku kembali pulih dan gak akan mengingat bagaimana luka lama,” sahutku dengan mata yang hampir berkaca-kaca.
“ Iya sayang, pokoknya yang terbaik buat anak mama tersayang ini. Yaudah kamu packing dulu, istirahat dulu, mama biar selesaikan ini, setelah itu kita curhat bareng,” ucap mama sembari melanjutkan pekerjaannya.
“ Iya ma, tapi ntar malam ya ma, soalnya aku nanti sore mau keluar sama Zeylanda,” jawabku atas ucapan mama.
“ Oke sayangku, semangat…” seru mama.
“ Thank you mama sayangku,” ucapku pada mama.
Aku pun melangkahkan kakiku menuju lantai 2, sesampainya di kamar, ku rebahkan badanku sebentar untuk mengambil posisi ternyaman. Aku jadi terpikir akan peristiwa 3 1/2 tahun lalu yang membuat aku pernah menjadi orang yang linglung hampir hilang kesadaran. Peristiwa itu yang pernah membuat aku harus menemui psikiater yang akan mengobati mentalku yang sudah hampir rusak karena DM para haters, komenan, sindiran, pembullyan online, hingga pengancaman yang berderet datang.
(Peristiwa itu terjadi saat aku pernah menjalin hubungan dengan sosok laki-laki yang bekerja untuk negara. Awalnya hubungan kami baik berjalan 2 tahun sebelum peristiwa itu terjadi, tetapi suatu ketika dia berangkat tugas ke suatu daerah yang jauh. Sejak saat itu kami sering tidak komunikasi karena alasan sinyal hilang, sinyal tidak ada atau apalah itu. Suatu ketika temannya yang juga kenal denganku, yang merupakan saudara jauh dariku chat aku. Dia bilang bahwa laki-laki itu sudah ganti nomor dan dia sedang menjalin hubungan dengan wanita lain selama disana yang sudah ada 6bulan.)
( Betapa tercengangnya aku, orang yang aku anggap baik ternyata berkhianat dari aku selama bertugas disana. Aku pun tidak tinggal diam, aku buka Sosmednya, aku cari profilnya, ternyata dia sudah memblokir aku dari semua sosial medianya. Aku tak tinggal diam, aku pun membuat akun fake untuk mencari kebenarannya. Akhirnya aku melihat di postingan miliknya, dia bersanding dengan seorang wanita yang aku tidak kenal sama sekali. Aku melihat wanita itu dari Sosmednya, kemudian aku mengirimkan DM padanya untuk mencari tahu kebenaran. Perempuan itu membalasnya, kemudian mengirim aku hujatan, hinaan, segala macam, dia juga menshare Sosmedku dengan penuh hujatan dan makian, sampai Sosmedku penuh dengan DM buruk. Sampai suatu ketika beberapa hari aku dapat ancaman berupa tikus mati, kain berisi darah, dan banyak hal yang buat aku kehilangan jati diriku, mentalku hampir rusak parah. Orangtua ku akhirnya membawa aku berobat ke psikiater untuk memperbaiki mentalku kembali. Akhirnya Mentalku hampir sembuh 1 tahun lalu, mungkin kalau tanpa bantuan psikiater aku jadi pasien RSJ.)
Akhirnya kukembalikan diriku dan ku sugestkan diriku aku gak mau lagi jadi orang stress karena harus memikirkan itu lagi, aku mau diriku refresh dengan mencari tempat kerja yang jauh dari kampung halamanku ini. Aku pun kembali merapikan berkas ku dan barang yang akan kubawa ke Bogor nanti. Begitu banyaknya barang yang akan kubawa, aku jenuh, kuambil ponselku dan kutelpon Zeylanda.
“ Dek, kamu di mana? Yok paling lama 1 jam lagi gerak yuk, aku udah penat dengan barangku ini,” ucapku pada Zeylanda di ponsel.
“ Oke kak, 1 jam lagi di tempat biasa ya, ontime ya sis, see you…” jawabnya dari ponsel.
Waktu menunjukkan pukul 18.00 WIB, aku dan Zeylanda akhirnya bertemu di cafe tempat biasa kami.
“ Kakakku, akhirnya kita 1 daerah penempatan, senang banget gak tuh, tempat curhat aku akan selalu bareng aku. Kak, udah packing? Tanya Zeylanda padaku.
“ Udah, tapi belum selesai nih, penat serius barang yang dibawa banyak banget malah, kamu gimana? Udah? Tanyaku balik pada adik sepupuku.
“ Kita itu setipe dan sepaket, kalau kakaknya gitu, adiknya juga bakal begitu, wkwkwk” sahutnya padaku.
“ Iya pake bener malah, hahaha. Kamu mau pesan makan apa? Kakak da lapar banget? Ucapku padanya.
“ Aku pengen yg gurih tapi pedas dikit kak, hm… Ayam lada hitam aja deh kak, kakak apaan? Tanyanya kembali.
“ Kakak Steak aja deh, yaudah ini ya kak,” aku menyerahkan menunya pada mbak yang membawa menu ke kami tadi.
Sembari menunggu makanan, aku dan Zeylanda pun mengambil foto dan menguploadnya di Sosmed kami. Tiba-tiba aku merasa hendak pergi ke toilet. Saat berjalan menuju toilet, aku menabrak seorang yang gak kukenal.
Ternyata yang kutabrak adalah seorang pria, aroma parfumnya manis banget, penampilannya rapi memakai seragam dan wajahnya sangat tampan, hal ini membuatku sangat malu dan langsung meminta maaf padanya.
“ Maaf mas, saya tidak memperhatikan jalan. Maaf banget,” ucapku pada pria tampan itu.
“ Oh iya mbak, ini juga bukan kesalahan mbaknya, saya juga yang salah,” sahutnya padaku.
“ Oh yaudah kalau begitu, saya izin ke toilet dulu mas, mari mas,” kataku padanya lagi.
“ Iya mbak… Hm, sebentar mbak, ini punya mbak ya?” Tanyanya padaku.
“ Iya mas, ini dompet saya, terima kasih banyak mas, hampir saja,” jawabku padanya.
“ Sama-sama mbak, oh iya saya Enderson Wijaya, mbaknya dengan siapa ya?” Dia memperkenalkan diri padaku.
“ Saya Evana Lynch mas, senang bertemu mas, dan terima kasih untuk kebaikan mas” aku pun memperkenalkan diri kembali padanya.
“ Baik mbak, semoga kita bertemu lagi nanti ya, sampai jumpa,” ucapnya basa basi padaku.
“ Hehehe baik mas,” akhirnya kami berpisah, aku beranjak ke toilet sementara pria itu keluar dengan para pria berseragam lainnya.
Akhirnya aku kembali ke meja di mana Zeylanda duduk, makanan kami telah tiba dan kamipun langsung menyantapnya akibat kelaparan. Setelah selesai, aku dan Zeylanda pun balik ke rumah masing-masing.
Hari pun terus berlalu, akhirnya aku dan Zeylanda pun menemui hari keberangkatan kami ke tempat penempatan kami. Kami diantar oleh orang tua kami sampai tempat penempatan kami. Sesampainya di tempat ini, kami disambut baik oleh warga dan pekerja disini. Kami diberikan arah, wejangan, hidangan, dan candaan.
Setelah semuanya selesai, aku dan Zeylanda pun berkeliling dengan jalan kaki di sekitar tempat ini, sungguh luar biasa indahnya tempat ini. Udaranya sangat sejuk, pemandangannya indah, orangnya welcome semua, terlebih sepertinya aku dan Zeylanda akan betah disini. Suatu ketika, aku melihat mama, papa, dan Orangtua Zeylanda sedang berbicara dengan seorang lelaki paruh baya, memang wajahnya masih terlihat segar. Mereka sangat senang yang berbicara itu, seolah mereka pernah bertemu atau kenal sebelumnya.
Mereka memperkenalkan, ternyata lelaki paruh baya itu adalah pemilik perkebunan ini, dan rumah sakit tempat kami ditempatkan ini.
143Please respect copyright.PENANAi7NH4bMnqB
143Please respect copyright.PENANAo6mUvefhme
143Please respect copyright.PENANApnLdNkO8e1