
Hari ini tepatnya hari Minggu yaitu hari keempat kami di Bogor, mama papa dan Orangtua Zeylanda akhirnya akan segera kembali ke kampung halaman kami. Ketika hendak meninggalkan tempat ini, tiba-tiba pemilik perkebunan dan rumah sakit ini datang ke arah kami.
“ Sudah mau pulang ya, kok cepat sekali. Ayo tambah hari lagi disini,” ucap pria itu pada Orangtua kami.
“ Sudahlah pak, esok kami sudah kembali kerja, lain kali kami pasti akan berkunjung kok pak,” ujar papaku.
(Wah wah wah sepertinya mereka ini mencurigakan, seperti kawan lama) ucapku dalam hati.
Waktu pun berlalu aku dan Zeylanda pergi meninggalkan gerbang, dan melangkah menuju rumah dinas kami. Akhirnya kami merebahkan badan kami dan saatnya untuk beristirahat.
Jam menunjukkan pukul 04.30 WIB, aku dan Zeylanda mempersiapkan semua untuk hari pertama dinas kami. Kami ibadah, masak, dan gak lupa sempatkan diri untuk olahraga. Setelah semua selesai dilakukan, akhirnya kami berangkat ke tempat rumah sakit pukul 07.00 WIB menggunakan mobil yang kubawa dari kampungku. Perjalanan hanya 5 menit, dan kami pun tiba di rumah sakit. Benar-benar menakjubkan setolol rumah sakit ini keren sekali, sangat bersih dan asri, bangunannya perpaduan antara bangunan klasik dan modern, dan warna catnya semuanya cerah dan bagus. Manajemennya bagus banget.
Pukul 07.20 WIB kami pun tiba di rumah sakit. Hari pertama kerja bagi kami, dan kami harus semangat menjalani tugas kami. Saatnya kami apel pertama di rumah sakit. Rasanya nyaman banget disini, semoga aku dan Zeylanda bisa betah disini harapanku.
Setelah selesai apel, aku dan Zeylanda pun keliling rumah sakit sebentar sembari menunggu pukul 08.00. Seketika aku melihat sekelompok pria berseragam datang ke rumah sakit, tidak tahu apa yang terjadi. Tiba-tiba, salah seorang pria berseragam itu datang menghampiri kami berdua.
“ Hai mbak, kita bertemu kembali,” ucap pria itu padaku.
“ Hm, hai juga, mas siapa ya?” tanyaku padanya karena aku memang belum ingat siapa pria itu.
“ Aku mbak, yang kemarin ketemu di toilet cafe kemarin, yang berpapasan kemarin itu mbak,” ucapnya.
“ Oh iya, maaf ya mas aku lupa,” sahutku.
“ Iya gpp mbak. Oh iya, mbak kok bisa disini ya?” tanyanya lagi.
“ Aku ditempatkan di rumah sakit ini mas, dan hari ini perdana kerja disini mas,” jawabku atas pertanyaannya.
“ Oh iya ya mbak, selamat, semangat ya mbak. Kalau boleh tahu, mbak sebagai apa mbak?”
“ Saya bidan mas,”
“ Oh ibu bidan ya, Nice too meet you mbak, semoga mbak betah disini ya, salam kenal kembali mbak, aku ke teman-teman dulu ya mbak,” ucapnya padaku.
“ Baik mas, amin… Terimakasih banyak mas, Nice too meet you too mas,” obrolan kami pun berakhir.
“ Kak, pria itu siapa kak, tampan betul, berseragam pula, kalau dari gesturnya sih dia kayak komandannya,” ucap adik sepupuku.
“ Oh mas itu pria yang sempat berpapasan denganku waktu kita yang di cafe kemarin, eh gak tahunya bertemu lagi disini,” jawabku untuk pertanyaan adikku itu.
“ Jangan-jangan kalian jodoh, bertemu lagi nih, sama-sama goodlooking lagi, wah ini memang jodoh sih,” ledek sepupuku.
“ Kamu ngaco banget sih mikirnya, siapa tahu dia sudah beristri, hus hus,” cetusku padanya.
Kami pun kembali ke dalam rumah sakit. Ketika menuju ke ruangan kami, kelompok pria berseragam itu ternyata lewat dari depan ruangan kami. Pria itu menoleh ke arah ruanganku, dan tidak lupa menyapa dan senyum kepadaku, aku pun membalas kembali sapaan dan senyumannya. Ternyata mereka wajib pemeriksaan kesehatan sebulan sekali untuk menjaga dan mencegah terserang penyakit.
Aku mendengar di lorong ruangan banyak suara, sepertinya ada orang penting yang datang. Tak berapa lama kemudian, ternyata yang datang adalah sosok lelaki paruh baya pemilik perkebunan dan rumah sakit ini, namanya pak Eugene Wijaya. Bapak ini keturunan China-Indo, makanya wajahnya sangat terawat.
“ Selamat pagi bu bidan dan bu perawat, gimana hari pertama kerjanya,” sapa pak Eugene kepada kami.
“ Pagi pak, luar biasa sekali pak, kami merasa sangat nyaman disini,” ucapku dan sepupuku serentak.
“ Keren dong, tetap semangat ya buat ibu-ibu ini, segar, semangat, cantik, pintar pula,” pujinya pada kami berdua.
“ Terimakasih banyak pak untuk pujiannya pada kami,” ucapku pada pak Eugene.
“ Ngomong-ngomong kalian masih single kah?” tanya beliau pada kami.
“ Sejauh ini masih pak,” jawab sepupuku.
“ Kebetulan Bapak punya seorang anak laki-laki, dan seorang ponakan disini, sama seperti kalian goodlooking juga dan masih single,” ujarnya sambil menggoda kami.
“ Hahaha mantap pak,” ucap sepupuku.
“ Mereka lagi di rumah sakit ini, lagi ada pemeriksaan, saya berharap kalian akan segera berkenalan satu sama lain,” pintanya pada kami.
“ Baiknya Bu bidan, Bu suster, saya pamit dulu mau kunjungan ke ruangan lain,” ucapnya.
“ Terimakasih pak atas kunjungannya, semoga Bapak sehat selalu, terimakasih kembali ya pak sudah menempatkan kami disini,” ucapku pada pak Eugene.
“ Sama-sama, saya duluan ya,” beliau pun segera beranjak keluar dari ruangan kami menuju ruangan lainnya.
Tiba-tiba pria berseragam tadi datang ke ruangan kami. Dia masuk, lalu bertanya kepada kami.
“ Bapak itu ada keperluan apa sehingga masuk ke ruangan kalian mbak? Apa Bapak itu menggoda kalian mbak?” tanya pria itu.
“ Tidak mas, Bapak itu kan pemilik rumah sakit ini, jadi beliau hanya kunjungan dan memberikan semangat saja kepada pegawai barunya,” sahutku.
“ Oh syukurlah mbak, kirain Bapak tua itu mau goda mbak,” dia seperti memberikan gurauan kepada kami.
“ Tidaklah mas, Bapak itu baik sekali,” jawabku.
“ Oke deh mbak, aku lanjut dulu ke sana ya, bye..” ucapnya padaku.
“ Oke mas,” aku pun menjawabnya.
Seperti inilah yang terjadi pada aku dan sepupuku, kami menikmati sekali dinas di Bogor, waktu tidak terasa ternyata sudah ada 2 bulan kami disini.
Hari ini, tepatnya hari Sabtu di bulan Maret adalah hari ulang tahun perkebunan, rumah sakit tempat kami bekerja, dan juga ulang tahunnya pak Eugene pemilik perkebunan sekaligus rumah sakit ini. Semua pegawai, pekerja, dan semua yang bernaung disini mendapatkan kesempatan libur, semuanya diundang untuk perayaan besar ini. Bapak itu mengadakan perayaan besar ini di villa miliknya yang tidak jauh dari rumah dinas kami.
Pukul 18.00 wib adalah waktu perayaannya, begitu banyak tamu undangan yang datang, para pegawai, tamu undangan, bahkan banyak petinggi yang datang ke ulang tahun beliau. Aku menggunakan gaun middie berwarna navy, yang merupakan gaun favoritku yang menurutku ini membuat aku terlihat anggun.
Tuk tuk tuk.. Ada suara hentakan sepatu datang dari belakang tempatku berdiri, kemudian aku menoleh ke arah hentakan sepatu itu, dan ternyata itu adalah suara hentakan sepatu milik Enderson, pria berseragam yang sudah hampir 2 bulan tidak pernah lagi kulihat.
“ Hai, selamat sore, kamu terlihat sangat cantik dan anggun sekali menggunakan gaun warna navy ini mbak. Kalau boleh tahu, siapa temanmu datang ke sini?” tanyanya padaku.
“ Terimakasih mas, mas juga sangat tampan kok. Oh, aku datang ke sini dengan sepupuku, yang kemarin ada bersamaku di rumah sakit,” jawabku.
“ Oh baguslah mbak, kupikir dengan pasangan mbak,” ucapnya.
“ Tidak mas, aku bersama sepupuku kemarin,” sahutku.
“ Nanti bolehkah aku ke sini lagi kan mbak? Mau berbincang sama mbak sebentar,” dia bertanya padaku seolah ada yang ingin dia tanyakan padaku.
“ Oh, boleh kok mas, boleh,” jawabku.
“ Terimakasih, saya kesana ya mbak,” katanya padaku sembari berjalan menuju ke tempat pak Eugene berdiri.
Aku bertanya dalam hati, siapakah sosok pria ini sehingga dia bisa berdiri tepat di samping pak Eugene pemilik perkebunan dan rumah sakit. Ternyata pesta pun dimulai, pak Eugene juga mulai mengangkat mic dan berbicara. Akhirnya kutemukan jawabannya, sosok pria berseragam itu ternyata anak kandungnya pak Eugene. Pak Eugene memiliki 2 orang anak, anak pertamanya perempuan sudah berkeluarga, dan satunya lagi pria berseragam ini. Usianya sudah matang, 29 tahun tapi beliau belum menikah. Sehingga saat mengucapkan doa dan harapan, pak Eugene pun berharap anaknya Enderson segera menemukan calon pendamping hidupnya.
“ Kak, rupanya laki-laki itu adalah anak kandungnya pak Eugene, wah keren nih kalau kakak bisa berdampingan dengan dia,” seru sepupuku.
“ Hus, kamu ini… Gak mungkin lah Nda, dia itu punya jabatan yang lumayan bagus, bapaknya juga keren banget harta kekayaannya dimana mana, gak mungkin lah sayang..” sahutku padanya.
Tak lama kemudian, pria berseragam itu kembali mendekat ke arahku, dan aku melihat banyak tatapan mata tamu mengarah ke arahku. Aku pun tak mau ambil pusing, pria itu mengajak aku berbicara, dia menanyakan statusku, dan meminta nomorku. Tepat pukul 22.00 wib, pesta pun berakhir, kami pun segera meninggalkan villa itu.
Selesai bersih-bersih, ganti pakaian, aku pun segera membaringkan tubuhku di kasurku, aku memeriksa ponselku, ada 1 pesan di chat menyapaku, ternyata itu chat dari pria berseragam itu. Beliau menyapa, mengucapkan selamat beristirahat di chat itu.
88Please respect copyright.PENANAnf6L6y167u
88Please respect copyright.PENANATeOzZA6CAN
ns216.73.216.207da2