KOLEKSI CERITA GAY NAKAL LOKAL
*****
583Please respect copyright.PENANAkas2Avfd1T
“Bapak pilih ngeperawanin saya atau saya laporin ke kepala sekolah kalau bapak diam-diam nyium saya?”
Laki-laki yang tahun ini berusia 44 tahun itu syok banget sama pertanyaan yang diajukan sama muridnya sendiri yang kini, berdiri setengah telanjang di hadapannya.
“Candra, kamu jangan mempermainkan saya, ya?”
Siswa itu menggeleng. “Bapak pikir, saya kayak bercanda?”
Kini Candra melepas satu per satu kancing seragam abu-abunya, sambil berjalan mendekati Anderson.
“Kamu mau merendahkan harga diri saya selaku guru kamu sendiri dengan ngomong seperti itu?”
Anderson keringat dingin melihat gundukan kecil di antara selangkangan Candra yang tertutup CD merah.
“Bukannya harga diri bapak udah rendah, ya, setelah tadi diam-diam nyium saya pas saya lagi tidur?”
Ini semua bermula dari Anderson yang tak sengaja memergoki Candra lagi tidur di kelas sendirian.
Sore itu siswa-siswi yang lain udah pada pulang, begitu pun dengan mayoritas guru yang segera pulang selesai mengajar, kecuali beberapa orang yang masih tinggal.
Salah satunya adalah Candra yang masih di sekolah karena piket bersih-bersih kelas. Sayangnya, begitu remaja itu mau pulang, hujan turun dengan sangat lebat disertai angin dan petir.
Candra pikir hujannya cuma sebentar, jadi dia nunggu di kelas sambil main hp, tapi akhirnya dia malah ketiduran dan tanpa sadar hujan justru turun semakin lebat.
Di saat itu, ada satu orang lagi yang juga sama-sama terjebak di sekolah. Yakni Anderson, guru olahraga.
Melihat salah satu muridnya ketiduran lelap banget, dia inisiatif nungguin Candra dan kalau hujan udah sedikit reda, Anderson mau anterin Candra pulang.
Anderson duduk di meja di sebelah Candra sambil baca buku, lima belas menit berlalu, atau mungkin bahkan sejak Anderson menyamankan bokongnya, beberapa kali, diam-diam pria dewasa itu memperhatikan Candra yang tidur dengan meletakkan wajahnya di meja dengan tumpuan kedua tangannya.
Sejujurnya udah dari lama Anderson memperhatikan Candra, mungkin sekitar sejak pertama kali bertemu, waktu itu Candra masih bocah ingusan yang baru masuk SMA. Tapi Anderson yakin, kalau udah dewasa, Candra bakalan makin cakep banget.
Lihat aja hidung bangirnya, matanya yang lebar dengan bulu mata hitam lentik yang terlihat cantik saat berkedip, bibir berisinya yang pink merona dan memantul kenyal saat bicara— Anderson menggelengkan kepalanya.
“Astaga, sadar Anderson sadar.”
Dia udah mikir apaan, sih, sama muridnya sendiri?
Meski pun Anderson udah mengakui kelainan seksualnya sendiri sejak lama dan juga sempat menjalin hubungan asmara dengan beberapa orang cowok di masa lalu, tapi bukan berarti dia bisa lampiasin hasratnya ke muridnya sendiri, kan?
Setidaknya dia harus tahu diri dan menggunakan otaknya.
Yah, setidaknya itu yang tadinya Anderson pikirkan sebelum akhirnya tubuhnya lebih dulu mengambil alih dirinya dengan mendekatkan wajahnya pada wajah lelap Candra.
Dari dekap, Anderson dapat merasakan embusan napas Candra yang hangat, paras remaja itu terlihat makin manis dilihat dari dekat begini, belum lagi, mulutnya yang sedikit terbuka.
Tergoda sosok yang menjadi tipe idealnya selama ini, Anderson memasukkan jari telunjuknya ke mulut Candra. Merasakan lembut bagian dalam mulut itu dengan jarinya, dia lalu menambahkan satu jari tengahnya ke dalam mulut Candra yang membuat Anderson kaget adalah kedua jarinya diemut seperti permen.
Dengan dada berdebar, Anderson berjongkok di samping meja Candra. Dia menggerak-gerakkan kedua jarinya di dalam mulut Candra, memposisikan jarinya sendiri seperti penis yang sedang memperkosa mulut remaja itu.
Anderson mengigit bibirnya sendiri kuat ketika sadar sesuatu diantara selangkangannya tiba-tiba mengeras, sangat keras sampai rasanya ngilu.
Dengan perlahan, dia menarik kedua jarinya dari dalam mulut Candra, kemudian menjilati kedua jarinya itu.
Anderson berdesir ketika merasakan liur Candra yang agak manis.
Setelah memastikan bahwa muridnya itu benar-benar terlelap, sambil menelan saliva, Anderson membuka resleting celananya, mengeluarkan penis kecokelatan sebesar tangan orang dewasa sepanjang penggaris, tepat di depan wajah Candra.
Anderson kembali memasukkan jarinya ke dalam mulut Candra, merauk liurnya, lalu mengoleskannya ke permukaan kulit kejantanan sendiri sebelum akhirnya dia mengurutnya pelan-pelan, sambil membayangkan mulut manis Candra mengulumnya, menjilatinya, menyedotnya.
“Ahh~”
Anderson merasa berada dipuncak, puncak kenikmatan dari urutan dan imajinasi liarnya akan segera datang. Dia bergetar dan berdesir ketika cairan putih kental itu meluncur dari lubang kencingnya, jatuh mengotori meja Candra dan sebagian wajahnya.
Anderson mendesah lega, meski agak sedikit kecewa. Tanpa memasukkan penisnya ke dalam celana, Anderson membersihkan bekas perbuatannya, tapi tak ada kain lap atau tisu, jadi Anderson menjilati spermanya sendiri di meja, hingga akhirnya wajahnya berhadapan dengan wajah lelap Candra yang kotor gara-gara spermanya, dengan hati-hati Anderson menjilati wajah muridnya sendiri, hingga sampai dibibirnya.
Dipermukaan mulut Candra terdapat sperma, dengan hati-hati Anderson menjilati mulutnya. Manis. Rasanya begitu manis, padahal cuma bersentuhan sedikit, dan dengan lancang, lidah Anderson masuk ke dalam mulut Candra.
Awalnya dia cuma mengabsen deretan giginya, tapi lama-lama dia melilitkan lidahnya, memutari lidah itu seperti menari, mengecap dinding mulut dan bagian bawah lidahnya, menghisap bibir bawah dan bibir atas seperti sedang menyesap manisan di dalam kaleng— ketika sedang hanyut dalam permainannya, sesuatu tiba-tiba mendarat di punggungnya.
Seketika Anderson menjauhkan dirinya dari Candra. Ternyata remaja itu sudah bangun.
Dengan dada berdebar takut sekaligus waspada, Anderson menerka-nerka sejak kapan Candra terbangun, tapi fokusnya malah teralihkan dengan bibir Candra yang kini bengkak, berwarna semakin pink dan mengkilap.
“Candra, sejak kapan kamu—”
“Bapak lagi ngelecehin saya, ya?” katanya menyelidik. “Saya udah bangun sejak Bapak ngocok penis Bapak di depan muka saya.”
Mata Candra melirik penis Anderson yang masih berdiri mencuat.
Anderson yang menyadari itu langsung buru-buru memasukkan penisnya kembali ke dalam celana.
“Kenapa pura-pura tidur?” tajamnya.
Candra yang masih duduk di kursinya, kini melebarkan kakinya, dia mengelus-elus selangkangannya yang menggunduk. Kemudian, tangan itu masuk ke dalam mulutnya, mengobok-obok mulutnya sendiri lalu ketika dia menarik jarinya dari dalam mulut dengan air liur yang cukup banyak, Candra mengoleskannya di antara selangkangannya yang masih terbungkus celana panjang abu-abu.
Petir menyambar, hujan terdengar semakin deras dengan angin ribut.
Sementara di dalam satu-satunya kelas yang lampunya masih menyala itu, Candra terus memperlihatkan perilaku yang tak biasa.
“Bapak masih mau gak, ngelanjutin yang tadi Bapak mulai?”
Candra menarik resleting celananya, dan begitu dia berdiri, celananya segera melorot, memperlihatkan gundukan kecil diantara selangkangan Candra.
Remaja itu horny.
Candra membuang celananya. “Bapak pernah nonton bokep gay yang promptnya tentang murid dan guru yang mesum di sekolah gak? Dari dulu, saya pengen banget ngelakuin itu.”
Candra menyesap jarinya sendiri, menjilatinya sambil membayangkan bahwa penis berotot Anderson tadi lah yang sedang mengobok-obok mulutnya.
“Pak Anderson, tolong tusuk lubang saya dengan penis Bapak itu.”
Sejak pertama kali masuk ke sekolah dan bertemu dengan Anderson, Candra selalu dibuat terangsang dengan otot-otot lengan laki-laki dewasa itu. Setiap kali Anderson berkeringat tiap kali pelajaran olahraga, Candra selalu membayangkan bahwa andai dia bisa menjilati keringatnya sambil didekap oleh lengan berotot itu.
Ditahap yang semakin parah, tiap kali Candra horny, dia selalu mengurut penis mungilnya sambil membayangkan penisnya diemut oleh gurunya. Candra juga mulai mencari benda-benda panjang dan aman untuk dimasukkan ke dalam anusnya seperti terong, mentimun, bahkan tangannya sendiri, tentu saja, semuanya sambil membayangkan bahwa dia sedang diperkosa oleh Anderson sampai lemas.
Setiap kali mau tidur, Candra selalu menusuk anusnya sendiri dengan penis mainan yang dibelinya online, sambil membayangkan bahwa yang sedang menusuknya adalah Anderson. Itu mengingatkan Candra tiap kali pelajaran olahraga, bagaimana celana Anderson berusaha mati-matian menutupi gundukan besar di tengah-tengah selangkangannya.
Batin Candra saat itu, pasti dia tak akan bisa jalan seharian jika benar-benar diperkosa oleh kejantanan yang dia bayangkan sebesar lengan Anderson itu.
Dan malam ini, Candra membuktikan tebakannya, penis Anderson benar-benar besar dan luar biasa kuat gagah. Saat Candra melihatnya sedang mengacung, selangkangan Candra seakan terpanggil, bahkan duburnya pun berkedut-kedut menginginkan penis itu menaklukannya.
“Bapak pilih ngeperawanin saya atau saya laporin ke kepala sekolah kalau bapak diam-diam nyium saya?”
“Candra, kamu jangan mempermainkan saya, ya?” Anderson mengusap wajahnya kasar.
Dia gak nyangka bakal jadi kayak gini.
“Bapak pikir, saya kayak bercanda?”
Saat Candra melepas satu per satu kancing seragam abu-abunya, sambil berjalan mendekati Anderson. Jantung Anderson berdesir, penisnya makin mengeras dan berdiri tegak.
“Kamu mau merendahkan harga diri saya selaku guru kamu sendiri dengan ngomong seperti itu?” Tapi Anderson tak ingin terpancing begitu saja, meski pun sejak awal dia lah yang memulainya.
“Bukannya harga diri bapak udah rendah, ya, setelah tadi diam-diam nyium saya pas saya lagi tidur?”
Anderson akhirnya menyerah. Dia coba mengikuti permainan Candra.
“Jadi kamu mau apa?”
Wajah Candra berubah kegirangan. Sambil menepuk pantatnya sendiri yang dia angkat naik, memperlihatkan pipi pantatnya yang kenyal.
Remaja itu bilang, “Mumpung gak ada siapa-siapa di sekolah selain kita berdua, Bapak mau gak ngewe sama saya sampai pagi?”
Anderson pikir, menerima ajakan Candra bukan keputusan yang jelek juga, lagian mereka berdua sama-sama mau.
Anderson udah sejak lama ngebayangin masukin penisnya ke anus Candra yang pasti masih sempit, Candra sendiri juga kelihatannya udah gak tahan mau cepat-cepat dia genjot.
“Tapi aktivitas kita malam ini gak boleh siapa pun tahu, cukup jadi rahasia kita berdua.”
Candra kegirangan sampai loncat-loncat kecil, gundukan penisnya sampai terlihat memantul-mantul.
“Makasih banyak, Pak Anderson.”
Anderson tersenyum, dia gak nyangka kalau malam ini bakalan ketiban durian runtuh.
“Langsung sekarang aja ya, Candra. Kontol bapak udah keras banget dari tadi.”
Candra mengangguk, dia mendekati Anderson, lalu berjongkok di bawah kemaluannya.
“Boleh saya emut dulu gak, Pak? Dari dulu, saya selalu ngebayangin penis Bapak ada di dalam mulut saya sampai penuh.”
Anderson tertawa kecil mendengar permintaan polos Candra.
“Emut Candra emut, emut penis saya sampai mulut kamu penuh gara-gara penis dan sperma saya.”
Segera, Candra menarik resleting celana Anderson, seketika penis Anderson yang kecokelatan dan belum masuk ke dalam celana langsung tersuguh gagah di depan wajah Candra yang kini memerah malu sekaligus kagum.
“Gede banget, Pak.”
Candra memegang penis itu dengan tangannya, merasakan benda lunak yang kini mengeras dan sedikit panas itu dengan tangannya. Rasanya, penisnya sendiri ikut mengeras cuma dengan memegang penis Anderson saja.
“Emut Candra, jilatin penis Bapak kayak kamu lagi jilatin es krim.”
Candra segera membuka mulutnya, memasukkan seluruh batang penis itu ke dalam mulutnya yang sempit.
Anderson menutup matanya rapat sambil mengerang tertahan, mulut Candra benar-benar melebihi apa yang dibayangkannya, bukan hanya hangat dan lembut, tapi juga memabukkan, terlebih kuluman Candra seperti seseorang yang sudah terbiasa melakukan hal-hal seperti ini.
“Oh! Sshhhh, Candra~! Uhh, kamu kok pinter banget sih ahh ahh, tahu banget yang Bapak ah ahh — Bapak mau.”
Anderson menjambak rambut Candra dan semakin menenggelamkan kepala muridnya itu ke dalam selangkangannya.
Bagi Candra sendiri, penis Anderson itu luar biasa banget, apalagi selama ini dia cuma mengulum dan menjilati terong yang dia bayangkan sebagai penis Anderson sebelum memasukan terong itu ke dalam anusnya.
Candra mengeluarkan penis itu dari dalam mulutnya, bibirnya sampai dagu bawah basah oleh air liur. Tapi Candra belum selesai, dia kini menjilati lubang kencing Anderson yang mulai menegang, seluruh batang penis Anderson menegang, beberapa detik kemudian, wajah Candra disemprot oleh sperma.
Tak mau kehilangan cairan kenikmatan itu, Candra segera membuka mulutnya lebar-lebar, memposisikan agar seluruh sperma Anderson masuk ke dalam mulutnya. Ketika semprotkan sperma itu berhenti, Candra menelan seluruh sperma Anderson.
Rasanya agak asin, juga tekstur kental sedikit lengket yang berbau amis.
Anderson membuka mulut Candra, Candra segera memperlihatkan mulutnya yang kosong, tanda dia telah menelan semua sperma Anderson.
“Good boy.”
Entah kenapa itu membuat Anderson semakin terangsang. Apalagi, kini penisnya masih berdiri tegak, bertanda bahwa mulut Candra saja tak cukup, Anderson butuh lubang anusnya.
Anderson membantu Candra melepas seluruh pakaiannya kecuali celana dalam, lalu dia melepas pakaiannya sendiri.
“Di sini dulu ya, besok-besok kita ke rumah Bapak.”
Anderson mengendong tubuh telanjang Candra dan mendudukkannya di bangku guru setelah menyingkirkan semua barang-barang.
Candra tersenyum nakal. “Asal dientot Bapak, mau di mana aja, aku suka kok.”
Candra merangkul Anderson, wajah keduanya begitu dekat hingga bisa merasakan embusan napas masing-masing.
Hidung keduanya bersentuhan.
“Jangan gitu dong, saya gak mau bikin badan kamu pegal-pegal.”
Candra menempelkan bibirnya dengan bibir Anderson.
“Jadi kita bakalan sering-sering ngelakuin yang seru-seru kayak gini?" tanyanya.
“Gimana, kamu suka?” Anderson balik mencecap bibir Candra.
Candra mengangguk semangat, sambil senyum malu-malu dia bilang, “Aku seneng banget.”
Anderson mencubit dagu Candra.
“Mau main perang lidah?”
“Mauuuu!”
Tak perlu menunggu waktu lama hingga keduanya saling memakan bibir satu sama lain. Terutama Anderson yang sejak tadi sudah membayangkan ingin melahap bibir remaja itu dengan brutal.
Lidah keduanya saling melilit, saling mengabsen gigi masing-masing, hingga tak mau kalah dalam menghisap. Pada akhirnya Anderson mengalah dan membiarkan Candra menang dengan mendapatkan lidahnya dengan mulutnya.
Kini kecupan Anderson menjelajah di seluruh wajah manis Candra. Dia mengecup kelopak mata Candra secara bergiliran, lalu berpindah ke kedua daun telinga remaja itu yang memerah seperti udah rebus, Anderson mengigit kecil daun telinga Candra dan memberinya banyak kecupan.
Sampai akhirnya Anderson sampai dileher Candra, Anderson mengecup leher remaja itu sambil mengigitnya kecil-kecil, meninggalkan bekas samar berwarna keunguan yang sensasinya semakin membuat Candra kelimpungan dengan rangsangannya.
“Ahh ahh uhh ah ahh, Pak Anderson ahh Bapak lagi ngapain?"
Candra melengkungkan badannya di atas meja ketika ciuman Anderson yang sejak tadi menjelajahi tubuhnya kini sampai di pusar Candra dan selangkangannya. Anderson mengecup dan menjilati sesuatu yang masih terbungkus celana itu, namun jelas sekali bahwa penis Candra juga sudah tak tahan untuk bermain.
Ketika Anderson melepas celana dalam Candra, terlihat lah bahwa penis itu telah berdiri tegak dengan ukurannya yang sebesar jempol Anderson.
Anderson menegangnya, mengurutnya pelan sebelum mulutnya mengulum penis itu, masuk ke dalam mulutnya yang cuma terasa seperti ngemut pensil.
Candra kegelian ketika kumis dan jenggot Anderson yang tipis-tipis itu mengenakan bagian tubuh paling sensitifnya, dia menggelinjang seperti digelitiki.
“Ahh ah! Pak udah Pak, ahh geli ahh.”
Candra tertawa lemas tak berdaya.
Setelah puas dengan itu. Anderson segera membuka selangkangan Chandra.
“Saya bakalan masukin penis saya ke anusmu, ya, Candra.”
Ucapan itu seperti izin, meski pun Anderson tahu dia tak perlu izin, karena sejak malam ini, Candra resmi menjadi miliknya sepenuhnya.
Candra sempat melirik ke bawah di mana kini tangan kiri Anderson sedang memegang penisnya yang besar itu, seketika tangan kirinya memegang kaki kiri Candra.
Candra menelan salivanya, anusnya sudah sejak tadi terasa gatal dan berlendir.
“Iya, Pak. Perkosa saya sesuka Bapak."
Candra menelentangkan tubuh telanjangnya pasrah.
Anderson tersenyum. “Jangan nyesel dengan kata-katamu ya, mulai sekarang kamu punya Bapak.”
Anderson memposisikan kepala penisnya di depan lubang anus Candra yang terlihat berkedut-kedut lapar.
Candra menggeleng. “Aku gak bakalan nyesel, lagian pasti enak banget kalau setiap hari bisa dientot sama Bapak sampai lemes.”
Anderson meludahi penisnya dan pantat Candra beberapa kali, lalu dia meratakannya hingga pantat Candra mengkilap.
“Kamu bisa aja ngegodain Bapak.”
Dia lalu meletakkan seluruh batang penisnya sekaligus. Candra yang baru pertama kali merasakan seks beneran membelalakkan matanya.
“Aahh.” Dia berteriak tertahan.
Anderson tahu Candra pasti kesakitan, apalagi Anderson benar-benar merasakan bahwa lubang Candra begitu sempit hingga dia kesulitan menggerakkan penisnya sendiri.
“Uhh, sakit, Pak. Ah ahh.”
“Ssstt, gak apa-apa.”
Anderson menyeka keringat Candra, dia lalu mencium Candra dengan lembut, berusaha mengalihkan rasa sakit itu.
Setelah beberapa saat, ketika lubang anus Candra sudah terbiasa dengan kehadiran penis raksasa Anderson. Anderson melepas ciuman mereka, terlihat mata Candra yang memerah hendak menangis.
Lalu, Anderson secara perlahan-lahan menggerak-gerakkan pinggulnya di dalam sana.
Dia memperhatikan Candra yang merem-melek keenakan, sudah terbiasa rupanya.
Setelah itu, Anderson mempercepat genjotan penisnya. Dia memegangi pinggul Candra agar remaja itu tak terjatuh dari meja lantaran saking kuatnya genjotannya, meja yang cukup besar itu sampai berderit-derit.
“Ahh Pak Ander yahh di sana ahh ahh.” Tubuh Candra terhentak-hentak hebat, tapi mulutnya terus meracau keenakan. “Ahh yah sebelah sana ahh ahh ahh.”
Candra terus mendesah, suara desahannya yang keras bahkan berlomba dengan suara hujan di luar sana.
“Ahh ah kamu sempit banget sih, Candra.” Anderson memuji muridnya. “Ngejepit penis saya enak banget ahh ah.”
Candra tersipu malu. Sambil terhentak-hentak dia berkata, “Kontol Bapak juga ahh ahh enak banget pas nyodok prostat saya ahh ah ahh.”
Anderson mencium ceruk leher Candra.
“Kamu pinter banget ngomong kotor, belajar dari mana, hah? Ahh ah.”
Penis Anderson kita membesar di dalam lubang surgawi Candra, begitu pun dengan penis mungil Candra yang terhentak-hentak di luar.
“Belajar dari web novel gay bokep yang suka saya baca sebelum tidur, sambil ahh ahh sambil ngebayangin kalau saya sama Bapak yang ada di dalam ahh cerita itu ahh ah.”
Tangan kanan Candra memegang penisnya sendiri, lalu mengurutnya dengan tubuh yang terhentak-hentak hebat sambil merasakan anusnya diobrak-abrik brutal.
Anderson tertawa. “Apa ahh ahh di dalam web novel itu kita ngeseks kayak gini juga?”
Candra mengangguk. “Iya, saya ahh sengaja cari yang mature sih ahh ahh.”
“Kamu kan belum legal? Emang boleh?” Anderson memelankan genjotannya dan semakin memperdalam penisnya di dalam lubang becek yang seakan mencengkeram penisnya itu.
“Emang kenapa kalau belum legal?” Mata Candra berkabut, tubuhnya menegang. “Ahh ahh, saya cuma mau terus dientot Bapak sampai pagi aahhhh.”
Candra ejakulasi, penis kecilnya yang dia urut menyemburkan sperma yang mengotori perutnya.
Tubuh Candra bergetar selama beberapa detik seperti orang yang sedang step, untungnya kedua kakinya dipegangi oleh Anderson yang kini sedang bersiap menyambut orgasmenya sendiri.
“Ahh ahh. Kamu dari tadi gak berhenti bikin saya kagum sama kamu, Candra.”
Anderson yang sejak tadi menggenjot anus Candra kini berhenti, seluruh tubuh laki-laki berusia 44 tahun itu seperti terbakar oleh sekelebat api dan puncaknya berada di antara selangkangannya, di dalam penisnya, yang kini dengan brutal menyemburkan spermanya di dalam anus Candra.
Candra yang baru saja hendak mengambil napas segera melotot ketika merasakan perutnya bagian dalamnya terasa hangat dan penuh, di saat bersamaan Anderson memeluk tubuh Candra erat, dalam posisi itu dia semakin dalam menyodokkan penisnya ke dalam anus Candra.
Hingga setengah menit kemudian, orgasme Anderson baru selesai. Itu adalah pengalaman yang begitu nikmat dan singkat.
“Ini pertama kalinya saya ngerasain seks seenak ini.” Anderson mencium bibir Candra tanpa melepaskan penyatuan mereka. “Makasih banyak ya, Candra.”
Candra yang lemas masih mengatur napasnya yang tak beraturan.
Remaja itu balas tersenyum. “Saya juga makasih banget sama, Pak Anderson. Soalnya Bapak udah mau ngeladeni fantasi saya buat ngeseks sama Bapak.”
Anderson mencium bibir Candra sekali lagi sebelum akhirnya melepaskan penyatuan mereka, seketika seluruh sperma Anderson meleleh dipaha Candra. Candra sempat mengintipnya, itu sangat banyak, terlihat seperti susu cair yang sangat kental, mungkin kalau dimasukkan ke dalam wadah, sebanyaknya bakalan setengah gelas.
Sambil masih terlentang telanjang dengan kedua kaki mengangkang, Candra mencolek sperma Anderson dan mengemut jarinya.
Melihat itu, tiba-tiba Anderson horny lagi.
“Candra,” panggilnya.
“Hmm, iya Pak?” Candra berusaha bangun dengan bokong yang panas.
“Mau coba ronde 2?”
Mata Candra berbinar, dia yang awalnya sudah menutup kakinya kini membuka kakinya lagi.
“Mauuu!”
Kali ini, mereka berdua mencoba posisi yang berbeda, di mana Anderson duduk di kursi sementara Candra duduk di atas paha Anderson sambil menghadap padanya, dengan penis Anderson yang menancap begitu dalam di lubang Candra.
“Ahhh.”
Candra panik, ini dalam banget, bahkan mungkin sampai mentok karena Candra merasakan kepala penis Anderson menyodok bagian dalamnya. Apalagi penis Panjang banget.
“Relaks, oke, Sayang.”
Candra mengangguk. Dia lalu meletakkan kedua tangannya melingkar di leher Anderson, sementara kedua tangan Anderson berada di pinggul Candra.
“Bergerak pelan-pelan, terus rasain gimana lubang kamu kayak nyedot kontol Bapak.”
Candra pernah lihat posisi ini divideo bokep, gak nyangka kalau sekarang dia beneran ada diposisi kayak gini.
Sambil berpegangan pada Anderson dan dipegangi oleh Anderson, Candra mengerakkan pinggulnya perlahan-lahan, memasukkan penis Anderson ke lubangnya, lalu mengeluarkannya lagi, rasanya aneh dan geli, tapi juga nikmat.
Candra benar-benar menikmati aktivitas seksual pertamanya dengan Anderson.
Anderson lalu menarik tengkuk Candra dan menempelkan bibir mereka berdua.
Di luar masih hujan deras, dan di dalam kelas itu cuma ada suara kulit bergesekan dan suara bibir yang bercumbu, seakan tiada hari esok, seakan malam ini adalah pesta keduanya.
Candra menguleni penis Anderson di dalam lubang anusnya, seperti seseorang yang sedang mengaduk tepung untuk kue dengan tangan kosong.
“Omong-omong, sejak kapan kamu suka sama cowok?” tanya Anderson disaat penisnya masih mengaduk-aduk anus Candra.
“Ahh ahh. Sejak saya kenal sama Bapak,” jawab Candra tanpa ragu.
Anderson tertawa kecil. “Bisa-bisanya kamu jadiin saya alasan kamu belok.”
Candra menelusupkan wajahnya di dada bidang Anderson yang ditumbuhi bulu-bulu halus.
“Habisnya, Bapak hot banget, sih,” jawabnya malu-malu.
“Emangnya kamu gak mikirin orang tua kamu gimana? Pasti mereka gak rela anak laki-lakinya belok.”
Candra membuang wajah. “Biarin aja, ini kan hidup-hidup saya, bukan hidup mereka. Bebas dong saya mau suka sama siapa aja.”
Anderson mengangkat pinggul Candra, dan meremas pantatnya gemas.
“Bapak sendiri, sejak kapan belok? Bukannya Bapak punya istri, ya?” Candra bermain-main dengan dada Anderson.
“Saya udah cerai,” katanya. Yang membuat Candra terkejut.
“Seriusan?”
“Iya, makanya tadi saya sempat bilang kalo lain kali kita bisa main di rumah Bapak sepuasnya.”
“Gimana sama anaknya Bapak?”
“Dia dibawa istri saya.”
Candra kemudian memeluk Anderson. “Jadi kita bisa terus begini?”
Anderson mencubit pipi pantat Candra. Dia mengangguk sebagai jawaban.
“Kalau kamu gak bosen sama kontol Bapak, Bapak bakalan terus nyodok kamu sampai kamu dewasa dan punya pacar.”
Tubuh Candra bergetar kala orgasme kembali diraihnya, spermanya kini keluar mengotori perut Anderson.
Tak berselang lama, Anderson menggeram tertahan dan mengeluarkan semua spermanya di dalam anus Candra.
Dengan badan yang masih lelah selepas orgasme, Candra memeluk Anderson, dia meletakkan kepalanya di dada bidang guru olahraga itu.
“Saya mau jadi pacar Bapak aja, deh.”
Anderson terkejut. “Meski kamu udah nyerahin keperjakaan kamu buat saya, tapi bukan berarti kamu harus hidup sama saya, loh?”
Candra melirik Anderson sebal. “Bapak nolak saya?”
Anderson menggeleng. “Umur saya beda jauh loh sama kamu, Candra?”
Candra makin memeluk Anderson erat. “Saya suka sama yang lebih tua,” katanya, “apalagi kayaknya saya udah ketagihan dientot sama Bapak.”
Air muka Anderson melembut, dia lalu balik memeluk Candra.
“Kalau begitu, sekarang kamu punya saya.”
“Pak?”
“Apa, Sayang?”
Candra malu dipanggil sayang.
“Mau ronde 3.”
Anderson tertawa. “Hujannya udah reda,” katanya, “kita lanjutin di rumah saya aja, yuk. Kalau di sini takut ketahuan.”
Candra menempelkan dada telanjangnya ke dada telanjang Anderson, lalu kemudian mengecup bibir laki-laki yang lebih tua 26 tahun darinya itu.
583Please respect copyright.PENANAZb5LBGnpkP
583Please respect copyright.PENANAs2QPZ8KWbK
583Please respect copyright.PENANAwY6SDtzTN0
583Please respect copyright.PENANAbk7VfRztIQ
583Please respect copyright.PENANADDzVLfoAcQ
583Please respect copyright.PENANAWncMpehrfS
583Please respect copyright.PENANA9IOFtQw7rv
583Please respect copyright.PENANAczHWyucKwe
583Please respect copyright.PENANAII0LkG7lbM
583Please respect copyright.PENANAOh3UAkZ5FP
583Please respect copyright.PENANAfzxTy6tyvI
583Please respect copyright.PENANAnPzq4a4nW7
583Please respect copyright.PENANAT2gERWBFJa
583Please respect copyright.PENANAg91BDdILWU
583Please respect copyright.PENANAtbB99oOGE2
583Please respect copyright.PENANA0BthOkwNyL
583Please respect copyright.PENANA9Ay8dEHMhi
583Please respect copyright.PENANAflcfdvnfj2
583Please respect copyright.PENANAzdG3VODR8n
583Please respect copyright.PENANAdTJSSY8wR3
583Please respect copyright.PENANAZh1tAyvw4I
583Please respect copyright.PENANAhPaUrtnBMN
583Please respect copyright.PENANACMv7VEFuyu
583Please respect copyright.PENANAuL1vj6mnqk
583Please respect copyright.PENANAGgvQarbVq5
583Please respect copyright.PENANAmE1GHF7770
583Please respect copyright.PENANAyrQJNvL7ov
583Please respect copyright.PENANAYHaGrBpeSo
583Please respect copyright.PENANAgl6TqDRTs2
583Please respect copyright.PENANAsY4yAjF5Uj
583Please respect copyright.PENANAU9A29v0b8Q
583Please respect copyright.PENANABH1SiroKPA
583Please respect copyright.PENANAQdFrFRBuk0
583Please respect copyright.PENANAEENuu2OdEI
583Please respect copyright.PENANAzqy8NSubuD
583Please respect copyright.PENANAmbqOYB7wbP
583Please respect copyright.PENANASwrXYIxkdj
583Please respect copyright.PENANAFvi5c6KdrQ
583Please respect copyright.PENANAECtmAbyNwJ
583Please respect copyright.PENANAuHQfH1B9R5
583Please respect copyright.PENANAMfjoLu44DM
583Please respect copyright.PENANAHMKEhCQTFB
583Please respect copyright.PENANAH4tl3kGMv4
583Please respect copyright.PENANAYb7pkbCqCa
583Please respect copyright.PENANAjNtnnQkFI7
583Please respect copyright.PENANA8ujvzgkxwk
583Please respect copyright.PENANA4S2GUg8CtW
583Please respect copyright.PENANAeFYHJPl1II
583Please respect copyright.PENANA9zk43tiRhN
583Please respect copyright.PENANAvazF6o8zkD
583Please respect copyright.PENANAkT3ufhDhXR
583Please respect copyright.PENANAcH2hgzsNBu
583Please respect copyright.PENANAsD16xx2N7e
583Please respect copyright.PENANAQnGZiKZhY4
583Please respect copyright.PENANAcK5GHRtUOd
583Please respect copyright.PENANAf0yoCk9icG
583Please respect copyright.PENANAOwUbRQRvNP
583Please respect copyright.PENANA5vx0UG1uiX
583Please respect copyright.PENANAolKQjkLi6d
583Please respect copyright.PENANAJhiNXTPKwm
583Please respect copyright.PENANA62FALB9pPb
583Please respect copyright.PENANA8x4vOzvpLp
583Please respect copyright.PENANANt2PXvD9Ex
583Please respect copyright.PENANA2jrbf3KQZV
583Please respect copyright.PENANAXiw6SIKoyB
583Please respect copyright.PENANALEfmh37Dct
583Please respect copyright.PENANAKU4QMoClmA
583Please respect copyright.PENANABiHxX1wT6Y
583Please respect copyright.PENANAwM25X0WDaU
583Please respect copyright.PENANAYUqFBvkd2p
583Please respect copyright.PENANAOZyoAQq2tv
583Please respect copyright.PENANAFTNX1Y8wyv
583Please respect copyright.PENANAgInJNRYKK0
583Please respect copyright.PENANAPrAvg0G5Hp
583Please respect copyright.PENANAZ5yJoMmTzq
583Please respect copyright.PENANAUKbfwLqWnh
583Please respect copyright.PENANA2PBKG74T7q
583Please respect copyright.PENANAC6bS9Tli5J
583Please respect copyright.PENANAsr4VaC9GsP
583Please respect copyright.PENANAxahUYPtEni
583Please respect copyright.PENANA9YqzOKcrjL
583Please respect copyright.PENANA22E438jgfa
583Please respect copyright.PENANAVjoHNREjoX
583Please respect copyright.PENANAUCvagfXByY
583Please respect copyright.PENANAousaXrZFsD
583Please respect copyright.PENANA63d0kt7VCc
583Please respect copyright.PENANAWTLmd9zpeG
583Please respect copyright.PENANA56XCBoDtn4
583Please respect copyright.PENANAvRLAPmuPh3
583Please respect copyright.PENANAatvVqWAg52
583Please respect copyright.PENANA7e1QKeviPz
583Please respect copyright.PENANAB2JkJSKyh1
583Please respect copyright.PENANAUNplcYaaQW
583Please respect copyright.PENANAFgs4r01ue2
583Please respect copyright.PENANA5q9vYbzcCL
583Please respect copyright.PENANAVpJkIhGbg7
583Please respect copyright.PENANAVn6xXjLOML
583Please respect copyright.PENANAAoyOSCB5ju
583Please respect copyright.PENANATs0IltawsO
583Please respect copyright.PENANAhmp7DjNvhu
583Please respect copyright.PENANAkpxJ50PgrO
583Please respect copyright.PENANANTmibQsAuS
583Please respect copyright.PENANA8xwbtiyq3d
583Please respect copyright.PENANAfeRqB5BW0l
583Please respect copyright.PENANA60GquONkQt
583Please respect copyright.PENANACi2r9PmqoL
583Please respect copyright.PENANANZLC5ScIcp
583Please respect copyright.PENANA1UFMVnoBA3
583Please respect copyright.PENANAwZV75n4dhB
583Please respect copyright.PENANAPG4Aiz08Ln
583Please respect copyright.PENANAnUhX4GK9cD
583Please respect copyright.PENANABD1MdRdohB
583Please respect copyright.PENANANWzO8dgGOu
583Please respect copyright.PENANAlFXZ39X8un
583Please respect copyright.PENANAU1uEb3ABoJ
583Please respect copyright.PENANAKiyIjykM8h
583Please respect copyright.PENANAeH6V6x1Y7u
583Please respect copyright.PENANAOTFHasBtG9
583Please respect copyright.PENANAbBcH0gomJ1
583Please respect copyright.PENANA7UoIgcZP12
583Please respect copyright.PENANAIQsgUQwmCH
583Please respect copyright.PENANAqLhbhSxd9i
583Please respect copyright.PENANANJtXtQTAwq
583Please respect copyright.PENANAsIH68eXN0x
583Please respect copyright.PENANAaWTOqpG6zP
583Please respect copyright.PENANAHa60ixTO0k
583Please respect copyright.PENANAXnGBsxwG5R
583Please respect copyright.PENANAlOAQcZvKz5
583Please respect copyright.PENANAU85s9bg8Vx
583Please respect copyright.PENANAl34AnvwEj1
583Please respect copyright.PENANAGveTK2hK9G
583Please respect copyright.PENANAOWmOewgcMB
583Please respect copyright.PENANAsVWhxwmdKG
583Please respect copyright.PENANAwiUbKsEEGC
583Please respect copyright.PENANAw1m9mctoPL
583Please respect copyright.PENANALEtbCoANib
583Please respect copyright.PENANAeZrf97OG31
583Please respect copyright.PENANA8rqKoct1tv
583Please respect copyright.PENANABbUUN5nLQj
583Please respect copyright.PENANAnsAkT3EOPg
583Please respect copyright.PENANA2rITQaVkHb
583Please respect copyright.PENANAcJqgKPtMXK
583Please respect copyright.PENANA8L9MmffoUX
583Please respect copyright.PENANABHy2X8SVjX
583Please respect copyright.PENANAM8BbggfpIx
583Please respect copyright.PENANAoh3Do4sEyv
583Please respect copyright.PENANAzf5pWC4oiV
583Please respect copyright.PENANA3cTJ17duqV
583Please respect copyright.PENANANWU0g2DPr4
583Please respect copyright.PENANADtCk9vYLUH
583Please respect copyright.PENANAQ21Ovan1WM
583Please respect copyright.PENANAWYIiEYkSUL
583Please respect copyright.PENANA0Tinfroczk
583Please respect copyright.PENANARaihFKSvP5
583Please respect copyright.PENANA2hVT0OUE0k
583Please respect copyright.PENANAL4GeJ9TmzS
583Please respect copyright.PENANAeskOKV5DwI
583Please respect copyright.PENANAeZvqVbzqpX
583Please respect copyright.PENANAb8mh3RyeN3
583Please respect copyright.PENANAlKbWAdFuKD
583Please respect copyright.PENANApwwD6Tvcuu
583Please respect copyright.PENANAHxbB9R8BAS
583Please respect copyright.PENANAY77mLrMaiT
583Please respect copyright.PENANAVYiVw3cDYj
583Please respect copyright.PENANA88J8OXUWAe
583Please respect copyright.PENANA3ITRJkpg8p
583Please respect copyright.PENANARByB9RVrtj
583Please respect copyright.PENANAVEQY5LXCxc
583Please respect copyright.PENANAWFitHnTmN6
583Please respect copyright.PENANASGAwyziqgj
583Please respect copyright.PENANAWSQDP00zyt
583Please respect copyright.PENANAQYN26hwWSb
583Please respect copyright.PENANAZ8WjYTeesS
583Please respect copyright.PENANAuGzdEJxdhs
583Please respect copyright.PENANA79s9XDQbJA
583Please respect copyright.PENANAxMewyKw8MS
583Please respect copyright.PENANAABzBZAiuYt
583Please respect copyright.PENANAj69j1lvW16
583Please respect copyright.PENANAeirnoWy2kb
583Please respect copyright.PENANAb7Qfh0UEvw
583Please respect copyright.PENANAFdDAdb6ksK
583Please respect copyright.PENANAmRpP332rhh
583Please respect copyright.PENANANjUSS5qTdC
583Please respect copyright.PENANAE7IAkvka3U
583Please respect copyright.PENANA2X7iLu9Qai
583Please respect copyright.PENANAnAs05VSDgN
583Please respect copyright.PENANA1omwsJlbIe
583Please respect copyright.PENANAxAxR4dH0WC
583Please respect copyright.PENANAPmIxycUI8W
583Please respect copyright.PENANAbZdsgTAxlW
583Please respect copyright.PENANA0XtivnrsE0
583Please respect copyright.PENANAXwVfLutQ58
583Please respect copyright.PENANACOegLwQuFY
583Please respect copyright.PENANAMlWpbFA5dB
583Please respect copyright.PENANA0zYTPQrlQN
583Please respect copyright.PENANAmMcpARwe5e
583Please respect copyright.PENANANkOU1z1GmZ
583Please respect copyright.PENANAV9BcXF48C1
583Please respect copyright.PENANAtuhRPGyQUJ
583Please respect copyright.PENANAXc9NynU1tD
583Please respect copyright.PENANAFUtH27ziV6
583Please respect copyright.PENANAey1X8wSYxG
583Please respect copyright.PENANAeJKKGLiVYx
583Please respect copyright.PENANA3HOGyHAdKh
583Please respect copyright.PENANAyDhOBHkqSa
583Please respect copyright.PENANA4xIUvLsGCp
583Please respect copyright.PENANA3qdfmhgpln
583Please respect copyright.PENANA2x7V0vT2H3
583Please respect copyright.PENANALMm9blSLQU
583Please respect copyright.PENANAIGORxxWEpm
583Please respect copyright.PENANAd4pbau6XP1
583Please respect copyright.PENANArxRbZa8pco
583Please respect copyright.PENANAXTNH1QA4Hl
583Please respect copyright.PENANAdY7QPxBuw3
583Please respect copyright.PENANAsuVlpxs1RE
583Please respect copyright.PENANAtygl6lmVgT
583Please respect copyright.PENANAUPKohLBM3h
583Please respect copyright.PENANAqa4KmF84TN
583Please respect copyright.PENANA2gLzZ8ex0c
TAMAT!
ns216.73.216.6da2