Rama melangkahkan kakinya menuju kamar mandi hotel, langkahnya sedikit terhuyung akibat kesadarannya belum terkumpul sempurna. Meskipun sempat memejamkan mata selama hampir 7 jam setelah menempuh perjalanan jauh dari Jakarta ternyata itu tak cukup membuat stamina Rama kembali pulih seperti biasanya. Dengan sedikit memaksa tubuhnya untuk terus melangkah perlahan Rama membuka pintu kamar mandi.
"KKYAAAAAAAAA!!!!!"
Tiba-tiba Haruka berteriak kencang saat melihat Rama sudah ada di depan pintu kamar mandi, membukanya dari luar. Rama pun terperanjat kaget saat melihat tubuh polos Haruka sedang berada di bawah shower kamar mandi.
"So..sori..!!!" Kata Rama gugup, tapi tubuhnya masih berdiri mematung di depan tubuh Haruka yang basah dan telanjang bulat.
"Tutup pintunya!!!" teriak Haruka sambil menutupi sebisanya dengan tangan sebagian dari area tubuh sensitifnya.
"Eh,,,Eh,,Iya..Sori...Sori...!" Seketika Rama segera berbalik badan dan menutup pintu kamar mandi. Rama menghela nafas panjang setelah berada di balik pintu, kejadian barusan seketika memulihkan kesadarannya.
"Brengsek!" Gerutu Haruka dari balik pintu.
82Please respect copyright.PENANAQDyEhPOBze
***
82Please respect copyright.PENANAbaqBtctb8w
Iwao terlihat sedang terlibat percakapan serius dengan dua orang pria yang duduk di depannya, dari raut wajah mereka bertiga sepertinya apa yang dibicarakan adalah hal yang sangat serius.
"Darimana Kau dapatkan informasi ini?" Tanya Iwao.
"Sebelum tewas Ja'far menghubungi Saya, dia mengatakan jika mendapat perintah dari Sato untuk menculik Haruka saat berada di Jakarta."
"Lalu?"
"Seperti yang Saya bilang tadi Tuan, awalnya Saya tidak begitu mempercayai informasi dari Ja'far apalagi setelah mengetahui bahwa yang mengirim Sato ke Jakarta adalah Tuan Iwao sendiri. Ditambah, track record Ja'far juga tidak begitu meyakinkan sebagai seorang informan, jadi pada waktu itu Saya menganggap apa yang disampaikan oleh Ja'far hanyalah omong kosong." Jawab salah satu dari mereka.
"Lalu apa hubungan Sato dengan pimpinan klan Kobayashi?" Tanya Iwao kembali, mencoba mencari benang merah masalah yang tengah dihadapi oleh klan Yoshinawa.
"Sato ternyata sudah menjalin kesepakatan dengan ketua klan Kobayashi."
"Hitomi?"
"Benar Tuan, tak hanya itu ternyata Sato juga memiliki hubungan pribadi dengan Nona Hitomi." Iwao mulai mengerti sumber masalah di dalam klannya, diam-diam ternyata calon menantunya adalah seorang pengkhianat.
"Lalu bagaimana dengan Ariyani? Apa dia juga berada di balik rencana Sato?"
"Menurut informasi yang Saya dapatkan, Ibu Ariyani tidak mengetahui tentang rencana Sato, hubungannya dengan Sato hanya sebatas..." Anak buah Iwao tampak ragu untuk melanjutkan kalimatnya.
"Sebatas apa?" Tanya Iwao penasaran.
"Sebatas urusan ranjang, maaf Tuan..." Iwao terlihat menghela nafas panjang setelah rumor tentang kedekatan antara mantan istrinya dengan Sato ternyata bukan hanya isapan jempol semata.
"Lalu, bagaimana sekarang keadaan Haruka?"
"Maaf Tuan, kami hanya mendapatkan informasi jika Nona Haruka berhasil kabur bersama salah satu anak buah Yoshi, mengenai lokasi keberadaan mereka sampai saat ini masih coba kami selidiki."
"Anak buah Yoshi?" Tanya iwao.
"Iya Tuan, seorang pria bernama Rama, dia adalah orang kepercayaan Yoshi dalam menjalankan bisnis-bisnisnya di Indonesia."
Iwao berdiri dari tempat duduknya, pria tua itu melihat beberapa deretan gedung pencakar langit di kota Tokyo yang bisa dia lihat dari tempatnya berdiri. Pandangannya kosong, seperti apa yang ada di dalam pikirannya saat ini. Iwao sama sekali tidak mengira jika Sato adalah orang yang selama ini berada di balik ricuhnya klan Yoshinawa, padahal Iwao sudah menyiapkan Sato untuk menggantikan posisinya kelak suatu saat nanti tapi ternyata keserakahan membutakan mata Sato dan tega menusuk Iwao dari belakang. Tak hanya meniduri Ariyani, Sato juga memiliki niat untuk mencelakakan putri satu-satunya Iwao, Haruka.
"Lalu apa rencana selanjutnya Tuan?" Tanya salah satu anak buah Iwao.
"Kita sama sekali tidak memiliki orang kepercayaan lagi di Indonesia setelah kematian Yoshi, satu-satunya orang yang mungkin bisa Aku hubungi dan bisa Aku percaya adalah Ariyani..."
"Tapi Tuan, bukankah Ibu Ariyani..."
"Hanya itu pilihan kita untuk saat ini untuk mengetahui rencana Sato pada Haruka." Kata Iwao memotong kalimat dari salah satu anak buahnya.
"Aku akan menghubungi Ariyani, kalian berdua bersiaplah, tunggu perintah dariku untuk pergi ke Jakarta." Perintah Iwao tegas.
"Baik Tuan."
Kedua anak buah Iwao bangkit dari tempat duduk mereka, setelah memberi hormat dengan cara membungkukan badan pada Iwao keduanya beranjak meninggalkan bos besar klan Yoshinawa itu.
82Please respect copyright.PENANAMh45RwzQ9s
***
82Please respect copyright.PENANAh9UgALGvEW
Suasana canggung begitu terasa antara Rama dan Haruka saat keduanya sarapan di meja restoran hotel, sudah hampir 15 menit setelah turun dari kamar tak ada satu katapun yang terucap dari bibir dua orang itu. Rama yang biasanya pandai mencari bahan obrolan saat bersama seorang wanita, kali ini seperti mati kutu di hadapan Haruka. Ketidaksengajaannya membuka pintu kamar mandi dan melihat tubuh bugil Haruka membuat Rama sulit untuk sedikit berkelit dan mengalihkan "isu". Haruka sendiri pun seperti sengaja memasang wajah dingin setelah insiden pagi tadi.
"Ehmmm...Haruka.." Kata Rama memberanikan diri untuk memecah kesunyian diantara mereka berdua.
"Hmmm...?" Sahut Haruka dingin sambil mengunyah potongan sandwich.
"Ehmmm...Aku minta maaf atas kejadian di kamar mandi tadi...Aku benar-benar nggak sengaja, Aku tidak tau jika Kamu sudah ada di dalam."
"Lupakan, Aku tidak ingin membicarakannya." Jawab Haruka masih dengan sikap dingin.
"Haruka..." Ucap Rama sambil memegang tangan Haruka, perlakuan yang tanpa disadarinya membuat jantung Haruka mendadak berdegup kencang.
"Kamu mau kan maafin Aku...?" Kata Rama lirih, tatapan mata pemuda tampan itu tajam namun teduh mengamati tiap jengkal wajah cantik Haruka yang tiba-tiba bersemu merah.
"Iiihhhh...Apaan sih...Iya...Iya..Aku maafin, udah jangan gini deh!" Kata Haruka sambil menyingkirkan tangan Rama, mencoba menyembunyikan debar yang secara tiba-tiba menyeruak dalam dadanya saat tangan Rama menyentuh tangannya.
"Hehehehe...senyum dulu dong, jangan cemberut terus" Goda Rama yang disambut senyum tipis dari Haruka.
"Lalu bagaimana rencana kita hari ini?" Tanya Rama.
"Sebelum pergi, Ibuku meninggalkan dua alamat kepadaku. Pertama adalah alamat rumahnya yang di Jakarta...."
"Tempat dimana Kamu disekap oleh Ja'far?" Tanya Rama.
"Yup, dan yang kedua adalah alamat keluarga besar Ibuku di daerah Gunung Kidul." Jawab Haruka sambil menunjukkan secarik kertas yang dikeluarkannya dari saku celana pada Rama.
"Hmmmm...Apa Kau yakin dengan petunjuk ini?" Tanya Rama sambil mengamati tulisan rapi yang tertulis di atas kertas tadi.
"Maksudmu?"
"Maksudku, kejadian beberapa hari lalu di Jakarta cukup membuktikan bahwa petunjuk yang Kau miliki ini justru membahayakan dirimu."
"Jadi Kau mau bilang jika perbuatan Ja'far tempo hari adalah rencana Ibuku?!" Haruka mengubah posisi punggungnya, seperti mencoba menghilangkan rasa tidak nyaman dalam dirinya setelah mendengar ucapan Rama.
"Bukan begitu maksudku Haruka." Kata Rama khawatir apa yang diucapkannya telah menyinggung Haruka.
"Lalu apa maksudmu?! Hah?!" Mendadak nada bicara Haruka meninggi.
"Aku cuma ingin Kamu lebih berhati-hati lagi, apa yang telah terjadi padamu dan pada Om Yosh sudah memberi gambaran bahwa apa yang kita hadapi saat ini bukan hal sepele, itu saja." Jawab Rama mencoba mencairkan ketegangan yang kembali tercipta antara dirinya dengan Haruka.
"Aku cuma ingin menemukan makam Ibuku..."
Haruka tertunduk lesu, apa yang dikatakan Rama seperti telah membuka luka yang dia pendam selama ini. Setelah sekian tahun tidak bertemu dengan wanita yang melahirkannya, ketika kesempatan itu datang justru berita duka yang dia terima.
Tak hanya itu, usahanya untuk menemukan keberadaan sang Ibu harus dihadapi dengan berbagai macam rintangan, hal yang selama ini tidak pernah tergambarkan dalam pikiran Haruka. Rama berdiri dari tempat duduknya dan mendekati tubuh Haruka, Rama mengerti ini adalah momen dimana menyadarkan Haruka jika gadis Jepang itu tidak sendirian.
"Kamu nggak sendirian menghadapi ini Haruka. Aku akan membantumu menemukan keberadaan makam Ibumu, Aku akan menjagamu apapun resikonya."
Ucap Rama sebelum memeluk tubuh Haruka, pelukan yang juga disambut hangat oleh Haruka. Cukup lama mereka berpelukan erat seperti layaknya sepasang kekasih, entah siapa yang memulainya tiba-tiba bibir tipis Haruka sudah semakin dekat dengan bibir Rama hingga akhirnya kedua bibir mereka menempel. Berawal dari kecupan kecil, kemudian beralih menjadi ciuman-ciuman yang melibatkan lidah.
"Jangan di sini...."
Bisik Haruka setelah menyadari ciumannya dengan Rama bertambah panas. Rama mengerti maksud Haruka, dia segera menggandeng tangan Haruka meninggalkan restoran hotel, kembali ke dalam kamar.
82Please respect copyright.PENANAi2I2n8y8Ov
***
82Please respect copyright.PENANAZS8Ztk0Cv5
"Bagaimana kabar putriku di Jepang Sato? Apakah Iwao memperlakukannya dengan baik?" Tanya Ariyani sambil menyisir rambut panjangnya di depan meja rias besar yang berada di tengah ruang kamar hotel.
"Haruka baik-baik saja, Kau tidak perlu mengkhawatirkannya. Aku menjaganya dengan sangat baik." Jawab Sato berbohong.
"Lalu kapan Kau akan membawa putriku ke Indonesia? Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Haruka."
"Bersabarlah sebentar, Aku akan mengusahakannya secepat mungkin."
"Tapi kapan? Bukankah itu yang Kau janjikan dua bulan yang lalu?" Tanya Ariyani.
"Situasi di Jepang sedang tidak menentu sayang. Aku tidak bisa gegabah membawa kabur Haruka dari cengkraman Iwao, bisa-bisa nyawa putrimu dan nyawaku akan terancam."
"Tapi sampai kapan Sato? Bukankah apa yang Kau minta sudah Aku berikan semuanya?"
"Cobalah lebih bersabar sedikit lagi sayang. Aku pasti memenuhi permintaanmu."
Mendengar itu, Ariyani hanya bisa menghela nafas panjang, untuk kesekian kalinya keinginannya untuk bisa bertemu dengan Haruka harus ditunda.
"Sayang...." Ucap Sato lirih sambil memeluk tubuh Ariyani dari belakang.
"Aku ingin menemui keluarga besarmu."
"Untuk apa?" Tanya Ariyani.
"Aku ingin hubungan kita lebih serius."
"Kamu tidak bercanda kan Sato?" Ariyani kaget dengan apa yang didengarnya barusan.
"Aku serius sayang."
Ariyani membalikkan badannya, mengecup lembut bibir Sato sebelum akhirnya memeluk pria Jepang itu dengan erat. Dia tidak menyangka ternyata Sato benar-benar serius menjalani hubungan ini.
"Lalu kapan Kau ingin menemui keluargaku Sato?" Tanya Ariyani dengan wajah berseri-seri.
"Secepatnya sayang, kalau bisa besok Aku akan menemui keluargamu." Jawab Sato meyakinan.
"Baik kalau itu maumu, Aku akan menyiapkan perjalanan kita."
Ucap Ariyani dan kembali memeluk tubuh Sato, pria Jepang itu hanya tersenyum tipis rencananya untuk menemukan Haruka akhirnya akan segera terwujud. Dengan menemukan Haruka, Sato bisa lebih leluasa untuk menekan Iwao dan segera menguasai klan Yoshinawa, sesuatu yang sama sekali tidak dimengerti oleh Ariyani.
ns216.73.216.6da2