"Oooohh Yeesss baby! Yess! Aaahhh!"
Angel mendesah nikmat saat penis kekar Rama mulai mengorek-ngorek isi vaginanya. Dalam posisi terlentang sodokan penis Rama terasa lebih dalam menerobos liang vaginannya, sementara itu Nadia dan Saras asyik mengulum kedua puting payudaranya yang semakin mengeras, dua nama terakhir adalah sahabat-sahabat Angel yang begitu penasaran merasakan dahsyatnya service dari Rama dan bergabung dalam permainan threesome sore ini.
Saras menyudahi kulumannya pada puting Angel, wanita 25 tahun itu mengarahkan tubuh sintalnya pada dada bidang Rama, perlahan Saras mulai menjilati puting Rama. Lidah wanita cantik ini seperti menari-nari pada puting Rama yang terus menggenjot tubuh Angel dalam posisi jongkok.
"Aaaacchhhh Rama!! Aku mau keluar Rama!! Acchhhhhhh!! Aaacchhhh!!!" Teriak Angel, sesaat kemudian punggungnya melengkung ke atas, pinggulnya mengejang beberapa kali.
"Aaacchhhhhh! Rama!"
Desis Angel manja. Rama tersenyum melihat ekspresi kepuasan Angel setelah mendapatkan orgasme pertamanya sore ini, tapi permainan belum berakhir. Rama melepaskan penisnya dari lubang vagina Angel, bentuknya yang besar dan panjang semakin menggugah birahi Nadia, dengan lahap ibu rumah tangga itu mulai mengulumnya.
"Eeeemcch! Eeemmcch! Emmcchhhh!"
Nadia berusaha memasukkan seluruh batang penis Rama ke dalam mulutnya meskipun hal itu mustahil untuk terwujud mengingat ukuran penis Rama terlalu panjang. Saras yang melihat hal itu ternyata tak mau kalah, wanita itu kini juga mulai berjongkok dibawah tubuh Rama yang sudah berdiri di tepi sofa.
Saras menunggu giliran untuk bisa merasakan penis Rama lewat mulutnya. Kemudia secara bergantian Nadia dan Saras mengoral "pusaka" kebanggan Rama itu, Rama sesekali mengerang saat lidah nakal kedua wanita itu bermain-main di atas lubang kencingnya.
"Ooocchhhh yes baby! Yeeesss!! Acchhhh!!!" Erang Rama sambil tangannya mencengkram rambut Nadia dan Saras.
Nadia kini menggunakan tangannya untuk mengocok batang penis, sementara Saras mengarahkan mulutnya pada bola testis. Secara bersamaan kedua wanita itu memainkan organ vital milik Rama itu. Kocokan cepat pada batang penis dikombinasikan dengan kuluman pada bola testis cukup membuat Rama sedikit kewalahan menghadapi serangan itu.
"Aaaacchhhh!!! Aaaaacchhh!!! Fuck!! Aaaacchhh!!!" Teriak Rama, otot-otot pada kedua pahanya samar mulai terlihat karena tubuh pria itu menegang akibat rangsangan.
Khawatir akan mengalami ejakulasi sebelum "menu utama" tersaji, Rama melepaskasn batang penisnya dari Nadia dan Saras. Pria itu memundurkan badannya sedikit menjauh dari Nadia dan Saras, perlahan dia mulai berbaring di atas karpet, Saras segera menghampiri tubuh Rama dan mulai memasukkan penis Rama pada vaginannya dengan posisi woman on top .
"Aaaaacchhhhhh ! Fuck !" Lenguh Saras saat kepala penis Rama perlahan mulai menerobos masuk liang vagina.
Dua tangannya menekan kuat dada Rama, sementara pinggulnya terus bergerak ke bawah. Nadia mulai beranjak dari tempatnya, disaat Saras mulai menggenjot batang penis Rama, Nadia mengarahkan lubang vaginanya pada kepala Rama. Dengan sedikit kasar wanita itu memaksa mulut Rama untuk menjilati vaginanya. Kini tubuh Rama yang terlihat hanya pada bagian perut dan dada, sementara penisnya sudah tertelan oleh tubuh Saras dan kepalanya harus tertutupi tubuh Nadia.
"Oooochhhh! Oocchhhhh! Oooocchh!!" Lenguh Nadia saat lidah Rama masuk ke dalam liang vaginannya.
Wanita itu berhenti menggoyangkan vaginanya pada kepala Rama, dia membiarkan lidah pria itu bergerak liar menyapu seluruh area kewanitaannya. Angel yang mulai kembali terbakar birahinya setelah melihat bagaimana Nadia dan Saras "menjahili" tubuh Rama bergerak dari atas sofa dan mendekati Saras yang masih asyik menggenjot penis Rama.
Tanpa rasa risih Angel menciumi bibir Saras, ciuman itu ternyata juga disambut liar oleh sahabatnya itu. Keduanya terlibat ciuman panas, lidah mereka saling menjilat satu sama lain layaknya ciuman antara sepasang kekasih yang tengah dimabuk cinta.
"Eeeecchmm!!! Eeecchhmmmmm!!"
Rama mengeram kencang akibat kesulitan bernafas, Nadia yang awalnya hanya menggerakkan pinggul naik turun pada kepalanya kini justru mulai menekannya kuat-kuat ke bawah, membuat hidung dan mulut pria itu sedikit kesulitan mendapat asupan oksigen. Saras semakin cepat menggerakkan pinggulnya naik turun, batang penis Rama sepertinya berhasil membuat wanita itu kesetanan, tubuhnya meliuk-liuk mengikuti irama genjotan tubuhnya diselingi ciuman-ciuman nakal antara bibirnya dengan bibir Angel.
"Saras, gantian...!" Kata Nadia, sepertinya lidah Rama tak cukup memuaskan liang kewanitaannya.
"Wait honey, bentar lagi Gue nyampek nih! Occchhhhh!!"
Saras melepaskan ciumannya pada Angel dan memilih berkonsentrasi pada penis Rama. Dua tangannya menekan kuat dada Rama, sementara genjotan pinggulnya semakin dipercepat.
"Aaaaarrgghhttttt!!! Fuck!!! I'm coming baby!! Aaarrreegghhttt!!!"
Saras berteriak kencang, orgasmenya telah datang. Tubuh wanita itu mengejang hebat, dan sesaat kemudian ambruk di atas dada Rama, nafasnya terasa berat dan terengah-engah.
Nadia menampar pantat Saras, memberikan tanda pada wanita itu agar segera melepaskan penis Rama dari dalam vaginanya, Nadia terlihat sudah tidak sabar untuk segera menyesaki lubang kewanitaannya. Setelah Saras bangkit dari atas tubuh Rama, Nadia memposisikan tubuhnya membelakangi tubuh Rama, wanita itu menyodorkan pantat gempalnya, berharap agar Rama melakukan penetrasi dengan gaya doggystyle. Tak menunggu lama, Rama bangkit dari tidur, sesaat dia mengocok sebentar batang penisnya, memastikan "si junior" masih dalam keadaan keras sempurna.
"Aaarrgghhtttt!!!!" Nadia memekik kencang ketika Rama menyodokkan seluruh batang penis ke dalam vaginanya dengan kencang dan kasar.
"Eeehhmmmhhhh! Aacchhhh!" Rama merasakan vagina Nadia lebih terasa sempit dibandingkan milik kedua temannya.
"Fuck Me!!! Fuck Me!! Aaarrgghgttt!! Aaaccggghhh!!!"
Nadia terus mengerang nikmat, dia merasakan dinding vaginannya seperti dikoyak oleh kerasnya batang penis Rama, sodokan demi sodokan membuatnya semakin binal dan panas. Ditengah penetrasinya, Rama juga menampar keras pantat Nadia, semakin lama tamparan-tamparan itu semakin keras, seolah berlomba dengan sodokan penisnya.
"Aaarrgghhtttt!!! Terus Rama!! Terus!! Kencengin!! Aarrgghhtttt!!!" Teriak Nadia, tangannya mencengkram kuat permukaan karpet, menahan berat tubuhnya agar tidak ikut terdorong ke depan akibat sodokan pinggul Rama.
Angel dan Saras yang sebelumnya hanya melihat kebrutalan permainan tersebut perlahan mendekati tubuh Rama, keduanya menciumi puting pria itu dengan lembut, sesekali tangan kedua wanita itu meremas kuat pantat Rama.
"Aarrgghhttt ! Aaarrgghhttt!!"
Rama merasakan sperma dari dalam penisnya akan segera tersembur keluar. Tangannya meremas kuat pantat Nadia dari belakang sambil terus menghujamkan seluruh batang penis ke dalam vagina.
"Ooocchhhh!!!! Aku mau keluar nih."
Erang Rama, sesaat kemudian pria itu berdiri setelah mencabut penisnya dari dalam vagina, tanpa diminta, Saras,Angel, dan Nadia langsung menjejerkan tubuh mereka dengan posisi menungging di bawah tubuh Rama. Rama mengocok cepat batang penisnya dan mengarahkan ujung penisnya pada wajah ketiga wanita yang berada di bawah tubuhnya.
"Ayo Rama, keluarin pejumu. Eecchhmmm ! Kata Saras sambil menjulurkan lidahnya.
"Come on baby, keluarin yang banyak."Sahut Nadia.
"AARGHHTT!!!AARGGHHT!!! FUCK!!!"
Rama memuntahkan cairan putih kental dari dalam penisnya, membasahi wajah, mulut, dan sebagian rambut dari ketiga wanita yang berada di bawahnya.
"Ooocchhhhhh...Eeecchhhmmmm...Aaacchhhh.."
Secara bersamaan ketiga wanita itu mengerang setelah merasakan air mani Rama menerpa wajah mereka. Angel kemudian meraih batang penis Rama, menghisap sisa sperma yang masih berada di ujung penis, wanita itu menjilatinya dengan telaten, membersihkan sperma Rama tanpa bekas.
Om Yosh melangkahkan kakinya dengan cepat, beberapa kali dia mencoba menghubungi handphone Rama tapi selalu tidak aktif, hal yang sama juga terjadi pada Haruka. Om Yosh semakin panik setelah Iwao menghubunginya dan mengabarkan jika Haruka tidak dapat dihubungi, alhasil kemarahan lengkap dengan ancaman dari Iwao harus diterima oleh Om Yosh. Dia berharap tidak terjadi hal yang buruk pada Haruka, karena jika itu sampai terjadi maka nyawanya juga akan terancam.
Langkah Om Yosh terhenti tepat di depan pintu apartemen Rama, langkahnya tak berlanjut saat 3 wanita dengan penampilan yang sedikit berantakan keluar secara bersamaan dari dalam apartemen Rama. Raut wajah Om Yosh seketika menjadi merah padam, dia tau betul apa yang baru saja terjadi hingga membuat Rama tidak mengangkat telponnya. Tak terburu untuk meluapkan amarahnya, Om Yosh mengalihkan langkahnya pada pintu apartemen Haruka.
Om Yosh mencoba menggerakkan gagang pintu, terkunci, lalu kemana perginya Haruka? Pertanyaan yang seharusnya bisa dijawab oleh Rama jika pria itu melaksanakan tugasnya dengan baik. Amarah Om Yosh kali ini benar-benar akan meluap, dan Rama akan menanggung ledakan emosi dari bosnya itu.
BRAAAAAKKK!!!
Suara pintu masuk apartemen Rama terdengar keras akibat Om Yosh membantingnya dari luar. Rama yang masih membetulkan letak celananya seketika terkejut, Rama melihat raut wajah Om Yosh sama sekali tak menunjukkan keramahan, merah padam tanda ada kemarahan yang tersimpan di dalamnya.
PLAAAKK!!!!
Satu tamparan keras dari tangan kanan Om Yosh mengarah tepat pada pipi kiri Rama. Saking kerasnya tamparan dari Om Yosh membuat tubuh Rama terhuyung ke belakang, pria itu hanya memegangi pipinya tanpa ada keberanian untuk melawan.
"Mana Haruka?!! Hah?!" Hardik Om Yosh kasar.
"Dia ada di kamarnya Om."
"Dia tidak ada di sana, Aku sendiri sudah mengeceknya!" Terlihat Om Yosh semakin geram pada Rama, pria itu kemudian mencengkramkam tangannya pada kemeja yang dikenakan Rama.
"Kau pikir tugas ini main-main?! Hah?!!"
"Ta-tapi Om, setelah saya jemput dari bandara dia hanya berada di dalam apartemennya." Rama mencoba membela diri dari amarah Om Yosh.
"Bagaimana mungkin Kau bisa tau jika Kau habiskan waktumu untuk meniduri pelacur-pelacur itu?! Kau jangan main-main denganku Rama!" Om Yosh melepaskan cengkramannya dengan kasar, mata pria tua itu masih terlihat begitu tajam memandang wajah Rama yang hanya bisa tertunduk.
"Asal Kau tau Rama, jika sampai terjadi sesuatu yang buruk pada Haruka selama dia tinggal di sini, taruhannya mahal! Bukan hanya nyawaku yang terancam, tapi juga nyawamu!!"
Rama hanya bisa tertunduk lesu, dia sama sekali tidak menyangka jika "kenakalannya" sore ini bersama Angel, Saras, dan Nadia berakibat sangat fatal.
"Sekarang Aku tidak mau tau, Kau cari gadis Jepang itu sampai ketemu, bagaimanapun caranya! Jika sampai malam ini Kau gagal menemukan dia, maka Aku pastikan Kau akan menyesal!" Kata Om Yosh masih dengan nada tinggi.
"Ba-baik Om, Saya akan segera menemukan keberadaan Haruka." Jawab Rama terbata.
"Sekali lagi Aku ingatkan, jangan pernah menyepelekan tugas ini, nyawamu taruhannya."
Kata Om Yosh dingin, sesaat kemudian pria itu pergi meninggalkan apartemen Rama. Rama menghela nafas panjang, ada semacam kelegaan dalam dirinya setelah Om Yosh beranjak perg. Baru kali ini Rama melihat Om Yosh begitu marah, bahkan sampai melakukan tindakan fisik pada dirinya.
Satu hal yang menjadi pertanyaan besar bagi Rama, sebenernya Haruka ini siapa? Apa hubungannya dengan Om Yosh? Sampai-sampai Om Yosh mengancam keselamatan hidupnya jika gagal menjaga dan mengawal Haruka.
***
173Please respect copyright.PENANA5ufayVBfPz
Iwao terlihat gusar di ruang kerjanya, beberapa kali dia mencoba menghubungi Haruka melalui ponsel tapi selalu dijawab oleh mail box. Kegusarannya semakin memuncak saat Yoshi, orang yang dipercaya untuk menjaga Haruka selama di Indonesia juga tidak mengetahui keberadaan putri tunggalnya itu.
"Anda memanggil Saya Bos?" Terlihat Sato sudah berada di ruang kerja Iwao.
"Siapkan orang-orangmu, dan segera berangkat ke Indonesia, bawa kembali Haruka ke sini!" Perintah Iwao.
"Ta..tapi Bos, ini baru 2 hari."
"Sato!!! Ini perintah!"
"Baik Bos, Saya akan segera berangkat hari ini juga."
"Satu lagi Sato, jika sampai terjadi sesuatu pada Haruka, habisi Yoshi, dia yang bertanggung jawab atas kekacauan ini!" Sato membungkukan tubuhnya dan sesaat kemudian melangkahkan kakinya keluar dari ruang kerja Iwao. Pria itu meraih ponselnya seperti hendak menghubungi seseorang.
"Haruka bersamamu?"
"Hmmm..Bagus."
"Jangan sampai dia pergi, besok pagi Aku sudah berada di Jakarta."
"Tua bangka itu sudah mulai panik, rencana kita berjalan dengan semestinya." Sato mematikan ponselnya, senyumnya terlihat mengembang, seperti menggambarkan sebuah kepuasan.
173Please respect copyright.PENANAxzJOtDobEo
BERSAMBUNG
ns216.73.216.190da2