Rama menghentikan mobil rental yang dikendarainya bersama haruka di dalam halaman sebuah rumah joglo yang cukup besar, meskipun hari masih siang tapi suasana di sekitar rumah tersebut terlihat begitu sepi.
"Kamu yakin di sini benar alamatnya?" Tanya Rama sedikit ragu setelah melihat sekeliling rumah yang terlihat tidak ada tanda-tanda kehidupan.
"Kita turun saja dulu, kalau dilihat dari apa yang ditulis disini seharusnya ini alamat yang benar." Jawab Haruka sambil menunjukkan secarik kertas pada Rama, satu-satunya petunjuk yang dia pegang untuk menemukan keberadaan makam sang Ibu.
"Oke." Ucap Rama singkat sebelum membuka pintu mobil.
Rama dan Haruka kemudian berjalan mendekati pintu rumah berharap ada penghuni di dalamnya.
"Permisi..." Kata Rama mencoba menarik perhatian seseorang yang mungkin berada di dalam rumah.
"Haloooo...!" Sahut Haruka menimpali. Rama kemudian mencoba mengetuk pintu rumah yang terbuat dari kayu jati Jawa, beberapa kali pria itu mengetuk tapi tak ada seorang pun yang membukakan pintu.
"Bagaimana Haruka?" Tanya Rama seolah sudah menyerah dengan pencarian ini.
"Aku harus menemukan makam Ibuku Rama." Jawab Haruka, dalam hati gadis Jepang ini sesungguhnya juga merasakan hal yang sama seperti apa yang dirasakan oleh Rama, rasa putus asa, tapi sebisa mungkin rasa itu coba untuk dihapuskan oleh Haruka. Bagaimanapun caranya dia harus bisa menemukan keberadaan pusara terakhir sang Ibu.
"Apa tidak ada petunjuk lain selain alamat rumah ini?" Tanya Rama kembali mencoba mencari opsi lain untuk menemukan jalan keluar.
"Cuma ini yang Aku punya." Jawab Haruka.
"Haruka....?" Tiba-tiba dari arah pelataran halaman muncul seorang pria yang sudah cukup tua, kehadirannya cukup membuat kaget Haruka dan Rama apalagi pria tua itu mengenali Haruka.
"Kau benar Haruka??!!" Tanya pria tua itu sekali lagi sambil mempercepat langkah rintihnya mendekati Haruka dan Rama.
"I..Iya benar Kek...Kakek siapa?" Tanya Haruka bingung.
"Oh...Haruka...!!! Cucuku!!!" Tanpa mempedulikan kebingungan Haruka dan Rama, kakek tersebut langsung menghamburkan pelukannya pada tubuh Haruka.
"Ma..Maaf Kek.." Haruka merasa sedikit risih mendapat pelukan tiba-tiba dari kakek tersebut dan mencoba melepaskan pelukan sang kakek.
"Haruka...Akhirnya Aku bisa melihat wajahmu...Oh cucuku!!" Ucap sang Kakek dengan berlinang air mata.
"Aku kakekmu Haruka, Aku adalah Ayah dari Ariyani, Ibumu."
Ucap sang kakek mencoba memperjelas situasi yang mengharukan tersebut. Sesaat Haruka dan Rama saling berpandangan, mencoba meyakinkan satu sama lain, bagaimanapun mereka berdua harus tetap waspada mengingat hal yang sama juga pernah dilakukan oleh D'jafar saat mengaku sebagai Paman dari Haruka.
"Ibumu pasti sangat senang saat melihat kehadiranmu di sini." Ucap sang kakek.
"Ibu???" Tanya Haruka dengan mimik wajah terkejut.
"Iya, Ibumu, kenapa Kau seperti terkejut begitu?" Tanya sang kakek heran dengan reaksi yang diberikan oleh Haruka.
"Maksud kakek, Ibuku masih hidup?" Tanya Haruka.
"Apa maksudmu bertanya seperti itu? Ibumu jelas-jelas masih hidup, sekarang dia berada di Jakarta untuk urusan bisnisnya, tadi pagi dia baru saja meneleponku dan mengabarkan besok akan pulang ke sini." Ucap sang Kakek.
Mendengar hal itu sontak saja Haruka berlinang air mata, akhirnya tujuannya datang ke Indonesia untuk bisa menemui Ibunya bisa tercapai, bahkan berita buruk tentang kematian sang Ibu dari D'jafar adalah kebohongan. Haruka merasakan kelegaan yang sangat luar biasa, dia merasa sebentar lagi hidupnya akan berubah setelah berhasil menemukan keberadaan Ibu kandungnya.
60Please respect copyright.PENANA3sTRkJsoAp
***
60Please respect copyright.PENANAFjCpTtsHpt
"Kita harus segera berperang melawan klan Kobayashi Tuan!"
"Benar Tuan, kita tidak mungkin menyaksikan kekacauan ini terus menerus terjadi!"
"Nama besar klan Yoshinawa dipertaruhkan."
Iwao berdiri dari tempat duduknya, pria tua itu terlihat seperti berpikir keras. Berita kematian Sato sudah dia dengar, itu artinya Hithomi sudah menunjukkan itikad buruk terhadap eksistensi klan Yoshinawa. Pewaris tunggal klan Kobayshi itu sudah tidak lagi menutup-nutupi rencana buruknya terhadap klan Yoshinawa, perang terbuka hanya tinggal menunggu waktu.
Satu-satunya yang mengganjal pikiran Iwao adalah keselamatan Haruka, dia tau betul jika Hithomi pasti sudah merencanakan sesuatu yang buruk pada putri satu-satunya itu, apalagi saat ini keberadaan Haruka tidak diketahui setelah meninggalnya Yoshi. Iwao benar-benar berada dalam situasi yang sangat sulit saat ini.
"Kita berangkat ke Jakarta." Kata Iwao tegas.
"Bawa serta yakuza-yakuza terbaik, kita tuntaskan permasalahan ini di sana!"
"Haruka harus selamat, jangan sampai Aku menyesali ini seumur hidupku!" Perintah Iwao tersebut menandakan genderang perang terhadap klan Kobayashi sudah ditabuh, darah akan segera tertumpah, hanya ada satu yang bisa bertahan dan tetap eksis di dunia hitam.
60Please respect copyright.PENANAfHRKXpnOkU
***
60Please respect copyright.PENANAqlrHvZdMFh
"Dia pergi bersama seorang pria bernama Rama, seorang gigolo, anak buah Yoshi orang kepercayaan dari Iwao." Ucap seorang anak buah Hithomi.
"Gigolo?" Tanya Hithomi.
"Iya Nona, informasi ini bisa Saya pertanggungjawabkan keakuratannya."
"Hmmmm... Sangat menarik."
"Lalu, dimana mereka sekarang?" Tanya Hithomi dengan raut wajah dingin.
"Informasi terakhir, mereka saat ini mungkin sedang menuju ke rumah Ariyani di Yogyakarta." Jawab sang anak buah penuh keyakinan.
"Alamatnya sudah Kau dapatkan?"
"Sudah Nona, bahkan Saya sudah memerintahkan empat orang Yakuza terbaik untuk menuju ke sana, memastikan keberadaan mereka sebelum menunggu perintah selanjutnya dari Nona Hithomi."
"Bagus ! Besok kita semua akan berangkat ke Yogyakarta, jangan sentuh anak Iwao sebelum Aku datang !" Perintah Hithomi tegas.
"Baik Nona."
60Please respect copyright.PENANAve8lIfJQwr
***
60Please respect copyright.PENANAeMgu0C7q2T
Haruka mengeringkan rambutnya dengan handuk, setelah beberapa jam ngobrol dengan Kakeknya, Dasuki, akhirnya gadis Jepang itu memiliki waktu untuk mandi. Saat memngeringkan rambut, tanpa disadarinya Rama yang berbaring di atas ranjang intens memandangi lekuk tubuhnya, dengan rambut basah penampilan Haruka memang bertambah sensual, mata lelaki manapun pasti seperti terhipnotis jika melihatnya.
"Kamu makin sexy..." Rama tiba-tiba sudah berada di dekat tubuh Haruka, memeluknya dari belakang kemudian mendaratkan ciuman di tengkuk gadis Jepang itu.
"Iiihhhh...Geli tau!" Protes Haruka risih.
"Hehehe...Sori-sori...Jangan ngambek ya.." Rama kembali mendaratkan ciumannya, kali ini di pipi Haruka. Aroma tubuh Haruka yang wangi membangkitkan libido Rama yang sudah sekian lama tidak melakukan "pekerjaan".
"Mandi dulu sana, bau tau!"
"Ikut yuk.." Goda Rama masih menggelanyut manja memeluk Haruka dari belakang.
"Iiiissshh males banget!"
"Kamu kalo jutek gini makin gemesin." Rama kembali mencium pipi Haruka, penis pemuda tampan ini perlahan mulai melakukan pemberontakan dari balik celana, sedikit menekan pantat padat milik Haruka.
"Kamu lagi horny ya?" Tanya Haruka penasaran.
"Ehhmmm...Enaknya gimana?" Jawab Rama sambil mengeluarkan senyum jenakanya, senyum yang membuat banyak wanita luluh dalam pelukannya, tak terkecuali Haruka.
"Yeeee...Ditanya malah balik nanya. Udah mandi sana dulu, kalau dilihat Kakek Dasuki kita kayak gini gimana??" Kata Haruka.
"Ya biarin aja, namanya juga orang lagi kasmaran." Jawab Rama cuek.
"Iiissshhhh...Kamu ini kalau dibilangin selalu gitu, bandel banget jadi orang."
Rama memegang sisi luar pipi Haruka, perlahan mengarahkan bibir gadis Jepang itu mendekati bibirnya. Birahinya mulai terbakar, meminta untuk segera dipuaskan. Haruka tampak pasrah mengikuti nalurinya, gadis Jepang itu menyambut pagutan bibir Rama, lambat tapi pasti keduanya mulai terlibat ciuman panas.
"Eeeehhmmcchhh......"
Haruka melenguh manja saat tangan kekar Rama mulai meremas kedua payudaranya yang masih tertutup piyama tipis. Haruka merasakan penis Rama mengeras, menyentuh kasar paha luarnya.
"Haruka..." Bisik Rama lirih.
"Iyah..." Jawab Haruka dengan tatapan sayu.
"Aku ingin jadi yang pertama..."
Haruka tidak menjawab, tatapan matanya mengarah pada wajah tampan Rama. Haruka mencoba meyakinkan dirinya sendiri, mencoba mengusir jauh rasa takut dan trauma akibat perlakuan D'jafar tempo hari. Jantung Haruka berdegup kencang, dia bimbang untuk melakukan sesuatu yang lebih jauh lagi bersama Rama.
Rama seperti mengerti apa yang dipikirkan oleh Haruka, dia tidak ingin terburu-buru melampiaskan birahi, bahkan jika Haruka kembali menolaknya dia sudah siap. Bagi Rama, Haruka adalah wanita yang spesial, sebisa mungkin dia akan memperlakukan gadis Jepang itu dengan lembut dan penuh kasih sayang.
"Rama beneran pengen...?" Tanya Haruka sambil menggigit bibirnya sendiri.
"Kalo Haruka juga pengen..."
Jawab Rama lirih. Tanpa menjawab Haruka kembali mencium bibir Rama, lidahnya menari-nari diantara katupan bibir Rama, menjilatinyasambil sesekali menghisap manis bibir pria tampan yang kini semakin erat mendekap tubuhnya. Rama mengikuti irama permainan Haruka, dia jauh lebih pintar untuk urusan sex dibanding gadis Jepang itu, tapi Rama tidak ingin terlalu terburu-buru menunjukkan keahliannya pada Haruka.
Rama ingin memberi kesempatan pada Haruka untuk meluapkan semua birahi yang mungkin sudah terpendam sekian lama. Haruka mencengkram lengan kekar Rama saat pria itu sedikit membungkukan tubuhnya sambil menciumi area leher dan telingannya, sesekali Rama menggigit pelan memberikan tanda merah pada leher Haruka, mungkin sebagai tanda bahwa tubuh gadis Jepang itu sudah menjadi miliknya.
"Eeeehhmmmccchh ! Rama."
Lenguh Haruka saat ciuman Rama beralih pada gundukan empuk di area dadanya, meskipun masih tertutup oleh piyama tapi ciuman Rama sudah memberikan efek geli dan nikmat pada tubuh Haruka. Rama bergerak mundur, dia melepas t-shirt hitam yang sudah menempel di tubuhnya selama 2 hari. Tubuh kekar dan atletis Rama kini sudah terlihat di depan Haruka, tanpa sadar gadis Jepang itu menelan ludahnya sendiri. Bayangan tentang kenikmatan yang akan diberikan Rama pada tubuhnya sudah tergambar jelas dalam pikiran Haruka.
Rama kemudian mulai melepas celan jinsnya, Haruka menatap nanar tindakan Rama, jantungnya berdegup semakin kencang saat Rama juga melepas celana dalam yang masih menempel di tubuhnya. Beberapa detik kemudian Rama sudah terlihat dalam keadaan polos tanpa sebenang pun menutupi tubuhnya. Haruka tidak bisa menggambarkan lagi apa yang sedang dirasakannya saat ini, tubuh Rama terlihat begitu sempurna. Otot-otot yang mengeras ditambah dengan postur tinggi dengan paduan kulit eksotis khas pria Asia Tenggara seolah menambah daya tarik dari pria yang dulu sempat dibencinya setengah mati ini.
Belum lagi ukuran penis Rama yang melebihi standar pria Asia pada umumnya. meskipun belum tegang secara sempurna tapi Haruka sudah bisa membayangkan bagaimana pusaka Rama akan membuat sesak seluruh rongga kewanitaannya.
"Sekarang giliranmu."
Ucap Rama sambil menghampiri tubuh Haruka. Haruka sedikit kikuk dengan permintaan Rama, bagaimanapun ini adalah pertama kalinya dia bercinta tanpa ada unsur paksaan. Haruka kali ini sukarela menyerahkan tubuhnya pada pria yang dicintainya. Rama melihat ada keraguan di dalam mata haruka, dia mengerti hal itu, dan sekali lagi dia tidak ingin terburu-buru. Rama mengecup lembut pipi Haruka sambil tangannya membantu tangan Haruka melepaskan tali ikatan piyama yang terikat di punggung Haruka. Dengan sekali sentak tali ikatan itu terlepas, membuka bagian depan tubuh Haruka secara utuh.
"Tubuhmu bagus sekali."
Kata Rama setelah sekejap melihat bagian tubuh Haruka yang sudah terbuka. Haruka tidak menjawab, wajahnya memerah, pujian itu membuat dirinya merasa malu dan mungkin sedikit canggung. Rama kemudian mengangkat tubuh Haruka, menggendongnya menuju ranjang yang terletak hanya lima langkah dari tempat mereka berdiri. Rama merebahkan tubuh haru di atas ranjang dengan lembut setelah sebelumnya melepaskan piyama dari tubuh Haruka, dia tau bagaimana memperlakukan putri Iwao ini.
Rama memandangi tubuh bugil Haruka sesaat, dia menyadari ini adalah tubuh wanita terindah yang pernah dia jamah. Kulit putih Haruka seperti melengkapi kesempurnaan lain yang dipunyai tubuh gadis Jepang ini, dan yang membuat Rama semakin takjub adalah bentuk payudara Haruka yang membulat sempurna.
"Jangan diliatin kayak gitu iiihhhh... Malu tau!" Protes Haruka menyadarkan Rama dari rasa takjubnya.
"Hehehehe...Sori...Tubuh Kamu sempurna banget Haruka."
Ucap Rama. Rama mengecup lembut kening Haruka, memberikan rasa nyaman pada gadis Jepang itu. Haruka memejamkan matanya saat ciuman Rama mengarah ke bawah menyasar gundukan di atas dadanya. Sentuhan bibir Rama di antara gundukan payudara membuat bulu kuduk Haruka merinding, semacam ada aliran listrik yang menjalar dari ujung kaki sampi ke ubun-ubunnya. Haruka semakin melayang saat Rama mulai menggunakan lidahnya untuk menjelajahi tiap jengkal permukaan payudaranya, apalagi saat dengan sengaja Rama menggigit sambil menghisap kedua putingnya yang sudah mengeras sedari tadi.
"Ooooouuuccchhhh Rama....." Lenguh Haruka saar Rama menghisap puting kanannya.
"Sakit...?"
Tanya Rama khawatir, kemudian disambut oleh gelengan kepala dari Haruka. Rama tersenyum tipis setelah melihat ekspresi manja Haruka, pria tampan itu kembali mengeksplore payudara Haruka kali ini kedua tangan kekarnya turut campur dengan melakukan remasan-remasan, sementara bibir dan lidahnya bergantian mengecup dan menjilati payudara Haruka. Semakin lama "serviz" Rama pada payudara Hari semakin intens dan cenderung keras, beberapa kali Haruka memekik kencang saat Rama menghisap terlalu kencang kedua putingnya.
"Aaaaacchh!! Rama!! Aaaauuuwww!!!"
Erang Haruka, tubuhnya seperti cacing kepanasan, menggelepar kesana kemari, memporak-porandakan permukaan ranjang yang awalnya tertutup sprei dengan rapi. Rama seperti tidak mempedulikan erangan Haruka, dia masih saja terus menjilati dan menghisap payudara vgadis Jepang itu sambil diselingi meremas gundukan empuk itu. Rama seperti ingin benar-benar memuaskan ketakjubannya pada bentuk payudara Haruka yang membusung kenyal, Rama seperti anak kecil yang sudah terlalu lama tidak menetek pada Ibunya, enggan untuk melepas mulutnya dari puting.
"Aaaaaacchhhh!! Damn!! Aachhhh!!!"
Teriak Haruka saat dengan sengaja Rama memberi tanda merah lewat kecupan kasarnya pada payudaranya. Tangan gadis Jepang itu tak tahan untuk segera menjambak rambut Rama, meremasnya keras seolah memberi tanda jika dia merasakan sensasi kesakitan dan kenikmatan. Seolah tidak memberi waktu jeda istirahat pada Haruka, Rama mengarahkan kepalanya ke bawah.
Sesaat menjilati perut ramping dan pusar Haruka, kini kepala Rama sudah berada tepat di atas gundukan bukit berbulu milik Haruka. Rama mendengus-dengus seperti anjing pelacak yang mencari keberadaan barang terlarang, aroma khas vagina Haruka semakin membuat Rama tak sabar untuk segera mengecap dan menjilatinya.
"Rama...." Bisik Haruka lirih, kedua tangannya berusaha menutupi lubang vagina.
"Kok ditutupi sih...?" Tanya Rama lembut sambil melirik wajah Haruka yang tersipu malu.
"Malu...."
Jawab Haruka manja. Rama perlahan menyingkirkan tangan Haruka, dia kembali bisa dengan bebas memandangi lipatan vagina Haruka yang sudah sedikit basah. Rama mulai mengecup lembut permukaan vagina Haruka, tidak terlalu terburu-buru dia ingin menunggu reaksi dari Haruka.
"Aaaaaaacchhhhhh...!!! Rama...!!!"
Haruka kembali mengerang, kali ini lebih kencang. Kedua tangannya mencengkram sprei, menahan sensasi kenikmatan pada vaginanya akibat ulah bibir nakal Rama. Rama mulai memainkan lidahnya pada permukaan vagina Haruka, tangan kekarnya menahan paha gadis Jepang itu agar gerakannya tidak mengganggu aktifitas bibir dan lidahnya. Jilatan demi jilatan semakin membasahi vagina Haruka, bahkan terkadang Rama sengaja sedikit meludahi vagina gadis Jepang itu agar lebih basah.
Diperlakukan seperti itu membuat Haruka seperti kehilangan kontrol, tubuhnya beberapa kali mengejang, punggunngya seringkali melenting ke atas saat lidah Rama memaksa masuk menerobos liang kewanitaannya. Haruka benar-benar tidak berdaya menghadapi serangan demi serangan yang dilakukan oleh Rama. Dia hanya bisa terus mendesah dan melenguh panjang kedua tangannya terus meremas permukaan sprei menahan keliaran lidah Rama yang seperti mengorek-ngorek lubang kewanitaannya.
"Accchhh!!! Rama!!! Aaacchhhhh!!!!"
Haruka berteriak kencang sambil menjambak rambut Rama, dia merasakan ada dorongan kuat dari dalam tubuhnya yang memaksa untuk dikeluarkan. Punggung gadis jepang itu melengkung ke atas, beberapa saat kemudian mengejang kuat lalu jatuh kembali ke atas ranjang. Nafas Haruka terengah-engah, tubuhnya seperti tak bertulang, tapi sensasi yang baru dia rasakan belum benar-benar hilang, Haruka baru saja mengalami orgasme untuk pertama kalinya.
"Sudah siap?"
Tanya Rama setelah menyudahi permainan lidahnya pada vagina Haruka. Haruka masih mencoba menormalkan kembali deru nafasnya, masih sedikit terengah-engah. Kedua matanya menatap sayu tubuh Rama yang sudah berjongkok di depan selangkannya yang masih terbuka lebar.
"Tunggu Rama..." Ucap Haruka. Rama tersenyum kemudian membelai rambut Haruka dengan lembut, beberapa bulir keringat yang menempel di dahi gadis Jepang itu juga dibersihkan oleh Rama.
"Aku masih menunggumu."
Bisik Rama, Haruka seperti benar-benar luluh terhadap sosok Rama. Haruka menarik kepala pria tampan itu kemudian mendaratkan ciumannya pada bibir Rama, kecupan yang kemudian berubah menjadi ciuman panas diantara keduanya. Rama bangkit dari posisinya, dia kembali mengambil posisi tepat diantara kedua paha Haruka yang terbuka lebar. Beberapa saat Rama mengocok penisnya sendiri sambil menatap penuh nafsu tubuh bugil Haruka. Setelah memastikan penisnya sudah mengeras dengan sempurna, Rama perlahan mulai mendekati tubuh Haruka.
"Eeeeeemmmccchhhhhh..."
Lenguh Haruka saat dia merasakan benda tumpul menyentuh permukaan vaginanya. Rama sengaja menggesek-gesekkan ujung penisnya pada lipatan vagina Haruka, semacam memberi masa orientasi sebelum akhirnya si junior melakukan penetrasi.
"Tahan Haruka, ini akan sedikit sakit." Kata Rama.
Haruka memejamkan kedua matanya, kedua tangannya menggenggam erat lengan Rama yang sudah mulai bertumpu pada permukaan ranjang. Rama mulai melakukan penetrasi.
"Eeeeeemmmmcchhhh!!!! Rama!!!"
Haruka merasakan bendan tumpul tadi mencoba menerobos masuk ke dalam vaginanya, perih dan ngilu mulai dirsakan oleh gadis Jepang itu.
"Tahan Haruka..." Bisik Rama.
Rama menekan pinggulnya ke bawah, membuat kepala penisnya terdorong ke dalam lubang vagina Haruka. Sempit sekali, tapi Rama terus mencoba mendorongnya agar semakin masuk.
"Aaarrgghhhtttt!!! Sakit Rama!!!"
Erang Haruka, ukuran penis Rama yang besar dan panjang seperti sebuah siksaan bagi lubang sempit vaginanya. Rama menahan pinggulnya, penisnya belum benar-benar masuk, bahkan belum berhasil merobek selaput dara Haruka.
Erangan kesakitan Haruka membuat Rama menghentikan penetrasi, dia memberikan waktu Haruka untuk menetralkan rasa sakit pada liang kewanitaannya. Haruka menggigit bibirnya sendiri, nafasnya mulai terengah-engah, cengkraman tangannya pada lengan Rama juga semakin kuat. Rasa sakit yang dialaminya seperti susah untuk digambarkan, tapi di satu sisi lain dia ingin segera menuntaskannya.
"Lakukan Rama..."
Bisik Haruka beberapa saat kemudian, gadis Jepang itu seolah sudah siap menanggung segala resiko. Rama kembali menekan pinggulnya ke bawah, kali ini tekanannya lebih kuat. Rasa perih di lengannya akibat cengkraman tangan Haruka seperti tidak dirasakan.
"AARRGGHT!!!! ARGGHHTT!! FUCK YOU RAMA!!!"
Teriak Haruka kencang, satu tangannya menjambak keras rambut Rama. Rama mengambil nafas panjang, kemudian menghentakkan pinggulnya sedikit keras ke bawah membuat kepala penisnya berhasil masuk semakin masuk ke dalam dan merobek selaput dara Haruka.
"AAAARRGGHTTTTTTT!!!!!"
Teriakan Haruka bebarengan dengan masuknya keseluruhan batang penis Rama ke dalam vaginanya. Rasa perih dan ngilu bercampur menjadi satu, airmata Haruka tanpa sadar menetes, entah itu tanda kesakitan atau kebahagiaan.
"Tahan Haruka...Sebentar lagi semua akan hilang."
Bisik Rama lembut mencoba menenangkan tubuh Haruka. Haruka hanya terengah-engah, apa yang dikatakan oleh Rama seolah tidak dia dengar, rasa sakit di daerah kewanitaannya menutupi itu semua. Rama perlahan mulai menggerakkan pinggulnya naik turun, masih terasa sangat sempit. Penetrasi yang dilakukan Rama seperti memberi sensasi lain pada tubuh Haruka, perlahan rasa perih dan ngilu berganti menjadi sesuatu yang sulit dibayangkan oleh gadis Jepang itu.
"Ooooocchhhh...Ooocchhhhhh...."
Erang Haruka saat tubuh Rama semakin meningkatkan intensitas genjotan pada tubuhnya. Rama merasakan dinding vagina Haruka seperti meremas-remas batang penisnya dari dalam, dia semakin mempercepat genjotannya pada Haruka. Dengan posisi sedikit berjongkok di depan selangkangan Haruka, Rama bisa leluasa memainkan kedua payudara Haruka yang bergoncang naik turun mengikuti irama penetrasi penisnya. Ekspresi kesakitan yang sedari tadi diperlihatkan oleh Haruka berubah menjadi ekspresi kenikmatan, lenguhan dan desahan gadis Jepang itu semakin membakar birahi Rama.
"Iiikkeeeehhhhh...Iiiiikeeehhhhhh....Kimochiiiiii!!!!!"
Erang Haruka saat Rama menekan kuat-kuat batang penisnya ke dalam vagina, Tubuh Haruka kembali menegang, orgasme keduanya akan segera datang. Rama seperti mengetahui momen itu, buru-buru dia mencabut batang penisnya dari dalam vagina. Dengan gerak cepat Rama kembali mengarahkan mulutnya ke vagina Haruka, menghisapnya kencang-kencang sambil terus menjilati clitoris Haruka yang sudah mengeras.
"AARRGGGHHTTT!!! RAAAMAA!!!! AAARGGHT!!!!!" Punggung Haruka kembali melengkung ke atas, menegang, kemudian ambruk lemas di atas ranjang. Orgasme keduanya sudah terjadi.
"Masih kuat?" Goda Rama dengan mengembangkan senyumnya.
"Aaaaaaahhhhh Rama...Kau benar-benar nakal." Ucap Haruka malu-malu sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan.
Rama mengecup lembut bibir Haruka, memberi waktu pada Haruka untuk sekedar mengambil nafas setelah mengalami orgasme. Haruka memeluk tubuh Rama dengan erat, seolah tidak ingin melepaskannya. Aroma tubuh Rama seolah sudah dia hapal di luar kepala, gadis jepang itu perlahan mulai menciumi dada bidang Rama, sesaat berhenti untuk menjilati kedua puting pria tampan itu.
Penis Rama yang masih menegang sempurna menarik tangan Haruka untuk memegang dan mengocoknya. Sambil terus menjilati puting Rama secara bergantian, Haruka semakin cepat mengocok penis Rama.
"Aku ingin langsung memasukkannya." Kata haruka, memberi tanda pada Rama bahwa kali ini dia tidak ingin mengulum si junior.
"I'ts Ok.."
Jawab Rama sambil tersenyum. Haruka kemudian mengambil posisi di atas tubuh Rama,satu tangannya memegang batang penis Rama, sesaat gadis Jepang itu seperti mengepaskan posisi kepala penis Rama dengan lubang vaginanya. Rama hanya tersenyum melihat apa yang dilakukan oleh Haruka, dia menyadari ini adalah hal baru untuk Haruka, dia membebaskan Haruka untuk bereksperimen menggunakan batang penis.
"Eeeeeemmmcchhhhhhhh......"
Lenguh panjang Haruka seolah memberi tanda jika dia sudah berhasil memasukkan sebagian batang penis Rama ke dalam vaginanya. Rama merasakan dinding vagina Haruka seperti menjepit batang penisnya, secara tiba-tiba Haruka menhujamkan selurhu berat tubuhnya ke bawah, membenamkan seluruh batang penis Rama ke dalam vaginanya.
Kedua tangan gadis Jepang itu bertumpu pada dada bidang Rama, seperti sudah sangat expert untuk urusan ranjang, tanpa dikomando Haruka mulai menggerakkan pinggulnya naik turun.
"Oooooocchhhhhh....." Lenguh Rama saat goyangan Haruka dirasakannya semakin cepat, sensasi basah, hangat dan sempit bercampur menjadi satu, vagina Haruka seperti menyedot sekaligus mengocok penis Rama.
"Enak...? Hmmm...? Aaaacchh!!!"
Goda Haruka sambil terus menggoyangkan tubuhnya naik turun, menggenjot penis Rama dari atas. Payudara Haruka semakin menggoda Rama untuk segera meremasnya, dari bawah tangan Rama mulai kembali memainkan payudara Haruka yang berguncang-guncang, seolah seperti menggoda birahi Rama yang sudah terbakar.
"Eeeeeemmmccchhhhh....Kimochiiii...." Lenguh Haruka saat dengan sengaja Rama memilin kedua putingnya.
"Cepetin..." Perintah Rama pada Haruka agar semakin mempercepat genjotan.
"Aaaarrgghtttttttt!!!!"
Haruka mengerang keenakan, batang penis Rama benar-benar membuat lubang vaginanya terasa sangat sesak. Rama sepertinya sudah ingin mencapai klimaks, perlahan dia bangkit dari tidurnya. Kali ini dia Rama dan Haruka saling berhadapan, paha Rama menahan beban tubuh Haruka. Seperti singa yang kelaparan, Rama mulai melumat bibir tipis Rama, menghisap lidah gadis Jepang itu. Haruka tak mau kalah, tangannya menjambak rambut Rama mebuat kepala pria tampan itu sedikit mendongak ke atas, lidahnya menyambut lidah Rama yang sudah menari-nari di dalam rongga mulutnya.
Tangan Rama meremas-remas bongkahan paadat panta Haruka, dia mulai ikut menggerakkan pinggulnya naik turun, mempercepat penetrasi penisnya di dalam vagina Haruka.
"Aaaarrgghhhhtttt!!! Rama!!! Aku mau keluar lagi...!!!" Teriak Haruka sambil terus menggoyangkan pinggulnya mengikuti irama gerakan tubuh Rama.
"Keluarin bareng..." Balas Rama.
Peluh keduanya semakin membasahi tubuh, energi yang terbuang akibat persetubuhan ini seolah terbayar dengan kenikmatan yang didapatkan oleh Haruka dan rama. Seperti enggan untuk berhenti keduanya semakin panas melakukan permainan ini, saling mengerang, menjilat, menggoyang, menikmtai tiap jengkal tubuh keduanya.
"Arrggghhttttt!!! Aku mau keluar...!" Kata Rama.
"Keluarin di dalem!!!"
Jawab Haruka sambil terengah-engah. Rama memeluk erat tubuh Haruka, beberapa saat kemudian dia menahan berat tubuh Haruka, lalu dengan gerakan kencang dia menyodokkan seluruh batang penisnnya ke dalam vagina Haruka.
"AAAARRGGHHTTTTTT!!! FUUUCK!!!!"
Erang rama bebarengan dengan semburan spermanya di dalam vagina Haruka. Haruka juga menegang, dia memeluk tubuh Rama yang sudah bersimbah peluk dengan erat, semburan cairan hangat dari penis Rama memberikan sensasi kenikmatan yang sulit digambarkan dengan kata-kata.
"Eeeeeemmcchhhhhh.....Aaaacchhhhhhhh......" Nafas Haruka kembali terengah-engah. Rama menciumi wajah Haruka, Haruka menyambutnya dengan manja, keduanya masih berpelukan saat kelamin mereka masih bersatu.
"I love You..." Bisik Rama.
"I love You too..." Balas Haruka sebelum akhirnya kembali menciumi bibir pria yang berhasil mendapatkan keperawanannya itu.
60Please respect copyright.PENANABDF0W651v7
***
Rama membuka kedua matanya, dilihatnya Haruka masih tertidur pulas sambil memeluk tubuhnya. "Pertempuran" beberapa saat yang lalu ternyata cukup menguras tenaga kekasihnya itu, Rama mengecup lembut kening Haruka kemudian pelan-pelan dia menyingsihkan lengan Haruka yang melingkar di atas dada bidangnya, Rama tidak ingin membangunkan Haruka dari tidur pulasnya.
Rama beranjak dari atas ranjang, setelah menenggak beberapa teguk air mineral, pria tampan itu berpakaian kembali, sudah cukup lama dia berada di dalam kamar bersama Haruka, dia ingin menampakkan batang hidung pada sang tuan rumah, Kakek Dasuki, tak elok rasanya jika apa yang telah dia lakukan bersama Haruka beberapa saat yang lalu membuat Kakek Dasuki kurang nyaman.
Rama melangkahkan kaki menuju ruang tamu, jaraknya tak terlalu jauh dari kamar yang ditempatinya bersama Haruka. Beberapa langkah dari kamar, Rama merasakan ada keganjilan di dalam rumah Kakek Dasuki. Rama sedikit memelankan laju langkahnya, matanya melihat sekeliling dengan sangat waspada. Suasana rumah begitu sunyi, Rama benar-benar merasa ada yang keliru dengan semua ini. Saat tiba di ruang tamu, nafas Rama tertahan untuk sesaat, pemandangan mengerikan tersaji di hadapannya.
"Halo Rama, bagaimana tidurmu? Nyenyak?" Kata Hithomi sambil menyemburkan asap rokok mentol dari dalam mulutnya.
ns216.73.216.6da2