Ospek SMA pun dimulai. Shafira mendaftarkan dirinya ke Madrasah tingkat SMA yang memang terkenal agamis dan berbudaya. Shafira memandang Toni yang tengah berdiri paling depan di.lapangan sekolah. Disana, sudah ada Dini yang merupakan teman SD-nya sekaligus teman SMA-nya. Dia memakai seragam MTS yaitu batik biru. Dari awal bertemu, Shafira penasaran dengan Toni. Ia ingin mengenalnya.
Tiap anggota OSIS mengawasi peserta ospek yang baru saja diterima jadi murid SMA itu. Para murid mengumpulkan catatan literasinya itu. Selain itu, ada Fauzan juga yang merupakan teman SMP-nya Shafira kini menjadi teman SMA-nya. Fauzan memakai kopeah hitam bergaris dan seragam putih abu yang masih baru.
Shafira berkenalan dengan Aminah dan Zahra di dalam kelas. Aminah menceritakan diri sendirinya yang memang bercadar dan anak pengajian. Shafira juga menceritakan profil dirinya dan latar belakangnya mengapa ia berpenampilan syar'i yang bertujuan menjaga dirinya. Kulana menghampiri bangku Shafira. "Kenalin, namaku Kulana. Aku harap kita bisa berteman baik ya." kata Kulana. "Iya, saya Shafira." kata Shafira. "Eh, Shafira aku titip lolipop dong 2 aja ya. Untuk aku dan Kulana. Besok, aturan ospeknya disuruh membawa lolipop. Di dekat rumahku, tidak ada warung yang menjula lolipop." kata Zahra. "Iya, baiklah. Boleh. Nanti aku belikan ya." kata Shafira.
Ospek hari ini pun selesai. Pulang dari sekolah madrasah, Shafira datang ke warung bu Zara. "Permisi, bu Zara, beli lolipop 5 ya." kata Shafira. "Iya boleh.Untuk apa?" kata bu Zara. "Untuk ospek di sekolah SMA " kata Shafira. "Iya boleh. Makasih ya." kata bu Zara. "Iya sama-sama." kata Shafira.
Keesokan harinya, permen lolipop itu dikumpulkan ke anggota OSIS. Shafira mendengarkan pengumuman yang disampaikan sampai sore. Tiba, pembagian kelas. Aminah mendatangai Shafira menanyakan kelasnya. Shafira tidak tahu dan tidak mengantar Aminah. Aminah mencari sendiri kelasnya. Shafira memasuki kelas yang bertuliskan jurusan IPA. Disana, sudah ada teman-temannya lengkap dengan Kulana dan Zahra. "Kenalin, dong namanya siapa?" kata Hanifah yang berkacamata. "Nama aku Shafira, biasa dipanggil Fhiya." kata Shafira. "Oh, teman-teman sapa dulu dong." kata Kulana. "Hai, Fhiya." kata Ramdan. "Eh, Fhiya kamu cantik deh. Duduknya dibelakang ya?" kata Maulana. "Iya, makasih. Aku memang duduk dibelakang kok." kata Shafira.
Selanjutnya, Shafira berkenalan dengan Nida dan Dian. "Kita bikin grup aja biar mudah komunikasi gimana? biar gak kedengeran sama teman sebelah?" kata Nida. "Iya, boleh." kata Dian. "Aku yang buat grupnya ya." kata Shafira. "Teman-teman, aku mau ikutan dong bareng Putri." kata Rini. "Oke, anggotanya jadi 5 orang ya di grup. Isinya, ada aku, Nida, Dian, Putri dan Rini." kata Shafira.
Di bangku depan Shafira, ada Trio geng. Teman-teman menyebutnya dengan seperti itu. Mereka adalah Azizah, Larasati dan Annisa. Mereka bertiga asik memainkan handphone sambil live streaming. Di sekolah madrasah tidak ada larangan untuk membawa handphone. Shafira memperhatikan Ramdan. Cowok itu mirip dengan Putra. Sepertinya, dia juga sama-sama ekstrakurikuler pramuka, deh. Dari penampilan luarnya saja, di madrasah ini memang menerima murid buangan dari sekolah lain. Jadi, wajar saja bila ada murid yang pernah melahirkan atau cerai dengan kekasihnya kemudian melanjutkan di sekolah ini.
Dian kesal karena harus membeli rok hitam yang baru untuk kegiatan sekolah hari jum'at. Di madrasah, ditetapkan aturan seragam memakai kemeja putih dan rok hitam. Tapi, kita harus modal sendiri untuk rok hitamnya. Untuk seragam sudah lengkap didistribusikan pak Nova ketiap murid dan tiap kelas. Shafira senang dengan seragam madrasah yang syar'i dan teman-teman yang ramah. Ia berharap bisa beta sekolah disini.
Kelas pun kosong. Shafira piket bersama Angga ditemani beberapa teman yang lain menunggu di luar kelas. "Angga, kita piket ya. Aku yang bagian sapu." kata Syafira. "Iya, Fhiya." kata Angga. "Fhiya, mau gak kamju jadi pacar aku?" kata Angga. "Iya, mau." kata Fhiya.
Sepulangnya dari madrasah, Fhiya diantar oleh Angga ke rumahnya Fhiya. "Angga, kita ngobrol sebentar di dalam." kata Syafira. "Iya boleh." kata Angga. Shafira memegang tangan Angga dan mengajaknya masuk ke dalam rumahnya. Ternyata, Angga itu tamatan pesantren. Wajar saja, wajahnya mirip dengan artis Gus-Gus yang ada di Youtube. Shafira menyampaikan perasaan suka kepada Angga. Angga pun begitu. Angga pamit pulang ke rumahnya. Itu adalah pertama kalinya Shafira berpacaran. Shafira sekaligus senang. Namun, Shafira berencana akan memutuskan pacaran beosknya dengan Angga karena Angga mengajaknya untuk mengontrak. Apalagi Angga berasal dari keluarga yang miskin. Beda dengan Shafira yang memiliki fasilitas lengkap dan mempunyai kontrak puluhan yang dikelola ayahnya.
Keesokan harinya. "Angga, ada yang mau aku sampaikan." kata Syafira. "Iya, apa?" kata Angga. “Aku enggak setuju nanti kita mengontrak kalau nanti sudah menikah.” kata Syafira. “Jadi, kamu mau putus saja?” kata Angga. "Iya, aku mau putus. Kita berteman saja." kata Syafira. "Baiklah kalau begitu." kata Angga.
Teman satu kelas melihat kearah Shafira dan Angga. Nida kaget karena sudah mengetahui bahwa secepat itu Shafira memutuskan pacarannya dengan Angga. Biarlah ini jadi pelajaran. Mungkin, sosok Angga bukanlah jodoh terbaik untuk Shafira. Apalagi Dian yang baru datang dari kantin sendirian. Dian mengumumkan bahea dirinya sudah menikah dengan Taufik. Hal itu sudah diizinkan oleh wali kelas.
ns216.73.216.143da2