Wisuda pelepasan siswa angkatan Shafira pun dimulai. Bulan Juli, pada waktu Dhuha. Semua murid sudah berkumpul di Vila bagian lapangan untuk menyaksikan musik yang dibawakan oleh klub musik Yoga. Mereka memainkan musik dengan meriah dan sangat seru. Shafira duduk di sebelah Nur. Sahabatnya yang lain tidak hadir karena sedang ada acara mudik.
"Fhiya, sudah jujur belum ke Putra. Tentang perasaan kamu. Bahwa kamu sudah tidak suka lagi." kata Nur. "Sudah kok, tapi Sad dan Nida kemana ya? Mereka tidak terlihat." kata Syafira. "Mereka pindah sekolah, aku tahu infonya dari teman." kata Nur. "Kalau perasaanmu ke Cahya, kamu juga sudah jujur? Sudah berhenti suka?" kata Syafira. "Iya, sudah." kata Nur.
Nur asik berfoto dengan teman-temannya. Sedangkan Safira, memperhatikan Putra dari pengasingan. Putra memandang lama ke arah Safira. Safira pun mengentahuinya, segera ia alihkan pembicaraan dengan Anitya dan Hanifah. Kami tertawa bersama sambil berdiskusi make up masing-masing. Safira segera pindah tempat duduknya. Putra berhenti memandang Safira. Dengan cepat, Shafira memblokir nomor Putra. Ia tidak ingin ada hubungan apa-apa lagi dengannya. Sebatas teman SMP sudah cukup. Tidak perlu berlanjut di sekolah SMA.
Shafira dipanggil bu Ratih. "Shakira sini kamu duduk sebentar dekat ibu." kata bu Ratih. "Baiklah, bu." kata Syafira. "Kamu masih suka ke Putra?" kata bu Ratih. "Sudah tidak, bu." kata Syafira. "Iya bagus." kata bu Ratih. "Nanti rencana sekolah kedepannya saya diarahkan ke SMK oleh guru BK. Namun saya mau daftar ke SMA aja." kata Shakira "Iya, nak bagus itu. Kembangkan potensi bakat ya." kata bu Ratih.
Orang tuanya Putra sibuk berfoto-foto dengan pegawai yang lainnya di vila. Para pegawai itu merupakan orang tua siswa juga yang terpilih menjadi pengurus acara izin di vila. Putra memegang kamera dan berfoto dengan sahabatnya yang sangat pendiam. Putra menyapa Shafira. Namun, Shafira tidak menghiraukannya.
Waktu Dzuhur pun tiba.
Safira shalat di mushola bersama guru biologi berjamaah. Sesudahnya, Safira mengabari ibu untuk segera dijemput pulang dari vila. Memang benar, acara pembagian makanan kotak nasi dimulai di dekat panggung penerimaan. Hanya saja, Safira menolak hal tersebut. Ia ingin segera pulang ke rumah tampak sehat-sehat saja. Di luar vila, Shafira bertemu Nadhira. Seorang model yang memang cantik namun sombong sekali. Ibunya Nadhira basa-basi dengan Safira. Ternyata membicarakan rencana sekolah SMA nya Nadhira. Tampak Adiknya Nadhira, seorang bocah menangis. Nadhira memarahi adiknya dengan suara yang keras karena telah memecahkan balon milik keranjang tim. Selain seorang model, Nadhira juga seorang pelatih basket di sekolah. Postur badannya yang tinggi tegap dan langsing itu memang cocok disebut cantik. Safira tersenyum dari arah ketidaknyamanan kepada Nadhira. Nadhira pun tersenyum balik kearahnya. Ibu datang menghampiri Safira. Segera Safira menghampiri motor yang dinaiki ibu dan segera melaju meninggalkan vila itu.
Shafira mulai menulis di diary
Dia datang dengan akhlak yang tidak terjaga
Aku berusaha untuk menjauhimu dan tidak mengenalmu sedikit pun
Entah sudah banyak wanita yang kesekian nanti
Engkau memainkan perasaannya dan pergi meninggalkan
Perasaanku pecah berkeping-keping
Bagaikan kaca retak yang tak bisa utuh kembali
Sikapmu melebihi Majnun menengah
Meskipun aku lebih memilih menolak cintamu yang usang itu
Selalu ada celah burukmu yang terlihat oleh orang-orang
Mengapa Allah selalu kau tinggalkan?
Pertemuan kita memanglah karena takdir
Aku memilih untuk tidak berpacaran denganmu
Cinta itu pahit begitu pahit sangatlah pahit
Kalau siap mencintai maka harus siap sakit hati
Mencintai itu bikin sakit
Apalagi kalau orang yang dicintai adalah sosok terkenal yang begitu diidolakan oleh banyak orang
Mencintai itu sakit banget kalau ternyata jodohnya bukanlah aku tapi orang lain
Kalau siap jatuh cinta makanya harus siap sakit
Dimana-mana cinta itu butuh perjuangan
Mencintai itu sangatlah pahit bila orang yang dicintai ternyata tidak balik mencintai kita
Kalau dia bukanlah jawaban istikharah selama ini, maka jangan pernah berharap lagi
Mungkin, rasa jatuh cinta itu sebagai ujian
Allah menguji seberapa kuat kamu bertahan dengan doa yang itu saja
Semoga tidak perlu lewat jalur pacaran, aku dapat menemukan jodohku
Aku malu kepada Allah, pernah memintamu sebagai jodohku
Aku malu kepada Allah, pernah menyebut namamu berulang kali dalam doa agar kau jadi jodohku
Aku malu kepada Allah, pernah berdoa memintamu menjadi jodohku padahal restu saja tidak diberi dan cinta tidak ada diantara kita berdua.
Kalau tidak mencintai maka harus siap berteman
Namun jangan pernah timbul perasaan benci
Kini ku sebut cinta dalam istikharah yang memang terjaga
Tidak pantas ditahan demgan pacaran karena itu dosa
Cintaku telah kandas karena aku bukan jodohmu
Kau memilih menikah dengan dia dan tak pedulikan aku
Dua tahun tak terasa yang disebut cinta kini kandas
Ada yang datang namun hanya untuk memberiku pelajaran
Ada yang datang hanya untuk singgah bukan mendekatkan semuanya kepada Allah yang memberi segala-Nya
Aku meminta kepada-Mu sosok jodoh yang paham agama dan baik akhlaknya
Laki-laki yang baik, sholeh, pekerja keras dan dewasa.
Aku percaya padamu Ya Allah
Aku percaya akan ada seseorang yang tidak sembarangan cintanya dan hatinya. Tapi nanti pertemukan aku dengan dia di waktu yang tepat dengan cara yang halal
ns216.73.216.143da2