"Oh begitu, jadi kamu enggak ada perasaan suka ke aku lagi ya." kata Dito. "Iya, ya sudahlah. Aku balik lagi ke kelas, lagian bentar lagi lulus dan aku mau masuk universitas nanti." kata Tya. "Tya, tunggu." kata Dito. "Ahh...buakkk..aww sakit." kata Tya. "Eh, maaf saya gak sengaja. Saya bobby dari X-A." kata Bobby. "Iya lain kali hati-hati dek." kata Dito. "Iya dimaafin." kata Tya. Tidak sengaja Tya memeluk badan Dito. Tya melepaskan pelukan Dito sambil merapikan jilbab segi empatnya. "Dito, nanti aku mau fokus kuliah. Ya sudah, aku ke kelas kembali ya." kata Tya. "Iya, baiklah kita cuma berteman aja." kata Dito.
Syakila menghampiri Gus Hamid yang tiba di luar sekolah madrasah Al-Mugni. "Assalamu'alaikum. Gus. Ada perlu apa kemari?" kata Syakila. "Eh, Syakila, saya mau antar kamu pulang. Wa'alaikumsalam." kata Gus Hamid. "Maaf, Gus, kemarin saya ketiduran di kamar dan tidak sempat ke ruang tamu karena kelelahan sekali." kata Syakila. "Iya Syakila, Gus Hamid maafin kok. Sekarang, ada yang mau saya bicarakan ke bapak kamu." kata Gus Hamid dengan senyum manisnya.
"Baiklah, sekarang saya naik motor ya di bonceng." kata Syakila. "Iya, hati-hati." kata Gus Hamid. Gus Hamid mengendarai sepeda motornya tidak sambil mengobrol. Ia fokus menyetir kendaraan beroda dua itu. Sesampainya di rumah Syakila. "Assalamu'alaikum." kata Gus Hamid dan Syakila. "Iya, wa'alaikumsalam. Silahkan masuk." kata ayahnya Syakila. "Pak, kedatangan saya kemari mau ta'aruf dengan anak bapak yang bernama Syakila. 3 Bulan lagi, dia lulus sekolah, saya mau melamar putri bapak." kata Gus Hamid. "Iya, boleh nak. Sudah ada banyak persiapan ya. Bagaimana denganmu Syakila?" kata ayahnya Syakila. "Baik, ayah, saya mau menerima ajakan ta'aruf dari Gus Hamid dan saya bersedia menjadi calon istrinya Gus Hamid. Mohon bimbingannya ya, Gus." kata Syakila. "Iya, baiklah." kata Gus Hamid. "Nanti bulan depan, saya kemari lagi kesini ya, pak. Saya izin pulang dulu." kata Gus Hamid. "Iya, baiklah, hati-hati di jalan Gus." kata Syakila.
Syakila menelpon Anintya. "Tya, assalamu'alaikum." kata Syakila. "Iya, Kila, wa'alaikumsalam. Ada apa ya?" kata Tya. "Nanti setelah lulus sekolah, saya mau menikah dengan ustadz. Namanya Gus Hamid. Nanti datang ya ke acara pernikahan aku." kata Syakila. "Iya, pasti Tya datang. Do'ain juga pastinya biar acaranya lancar-lancar ya. Titip salam untuk bibi dan paman." kata Tya. "Iya baiklah." kata Syakila. Tiiit...tiiiitt....telepon mati.
Anintya merapikan tasnya di kamar. Ia meningat kejadian memalukan yang tadi. Baru pertama kali ini, Tya memeluk cowok. Apalagi, dengan mantan gebetannya, Dito. Tya baru tahu kalau ternyata Dito badannya wangi parfum apalagi kulitnya yang putih ditambah senyumnya yang manis. Lagi-lagi Tya mengalihkan perhatiannya pada brosur-brosur kuliah yang disimpan ayah dan ibu di meja belajar.
Hmm...apakah Tya akan menyukai Dito yang kedua kalinya? sepertinya tidak. Karena Tya memutuskan untuk fokus meraih cita-citanya di bidang perkantoran. Ia memilih kuliah dengan lokasi 2 KM dari rumahnya dengan jurusan D3 Perkantoran. Dibukanya laptop yang sudah berdebu olehnya. Tya mendaftar ke kampus tersebut melalui jalur online. Dan tentunya menggunakan jalur rapot.
Kringg......kringg....tuttt.....suara telepon berdering mengisi kamar yang sepi. Tya mengangkat telepon. "Iya, apa Rey kenapa lagi? kok mendadak nelepon lagi sih. Bukannya tadi matematika sudah aku ajarin ya. Kenapa? ada yang susah?" kata Tya. "Hmm, bukan tapi aku ganggu kamu gak? Ini apa hmm, Rey lagi butuh bantuan ngasih saran aja." kata Rey. "Oh iya, ganggu lah, aku lagi daftar kuliah." kata Tya. "Sebentar aja, Anintya. Kasih saran ke aku bisa kan?" kata Rey. "Iya, iya, bisa. kasih saran tentang apa ya?" kata Anintya. "Ada sesuatu hal yang aku olah. Rey sudah punya channel youtube dan toko online, tapi belum laku-laku juga, sudah buat artikel online semacam web tentang tumbuhan tapi baru dikit yang baca dan belum menghasilkan. Menurutmu apakah aku harus berhenti saja atau harus mengolah yang mana?" kata Rey. "Menurutku sih, kembangkan yang toko online aja. Kamu kan bisa jual cemilah, produk alat tulis atau baju-baju kemeja keren yang sudah gak kamu pakai pastinya banyak yang minat. Jangan lupa tulis deskripsinya yang menarik." kata Tya. "Tya, maaf ya, aku ganggu, hehe." kata Rey. "Iya gak apa-apa, aku maafin kok." kata Tya. "Makasih Tya, kamu baik deh." kata Rey. "Iya, sama-sama." kata Tya. "Nanti, ada acara ke puncak gunung, minggu depan lokasinya di Jawa Tengah. Kamu mau ikut?" kata Rey. "Mau tapi kejauhan." kata Tya. "Kan aku pasti jagain kamu. Kita tetap berteman, oke?" kata Rey. "Iya, aku ikut deh. Aku siapin dulu ransel dan barang-barangnya ya." kata Tya. "Iya, siap. Assalamu'alaikum." kata Rey. "Wa'alaikumsalam." kata Tya.
Tya mengambil ransel besar di sudut kamarnya. Dia meletakkan barang-barang dan segala peralatannya. Lonceng pintu pun berbunyi. Akhirnya, ayah dan ibu Tya pulang bekerja lebih awal. "Masuk, ayah, ibu, pintunya tidak dikunci." kata Tya. "Iya, nak." kata ayah dan ibu. "Ibu, ayah, ada kabar terbaru. Nanti Syakila mau menikah dengan ustadz. Namanya Gus Hamid." kata Tya. "Iya, kabar yang bagus ya bu." kata Ayah. "Iya, ayah." kata Ibu.
ns216.73.216.143da2