Suatu hari, Shafira mengenal Hudan. Dia adalah anak pesantren. "Fhiya, aku suka sama kamu." kata Hudan. "Oh iya, tapi aku gak mau pacaran. Kita berteman saja." kata Shafira. Kemudian, Hudan pergi dengan pakaian olahraga keluar kelad meninggalkanku. Sabrina membawa buku yang dipinjam dari perpustakaan. Aku ceritakan peristiwa yang tadi kepada sahabatku. Sabrina memang orang yang suka baca buku dan kutu buku banget. Dengan kacamata yang tebal dan senyum lebarnya ia pun bercerita bahwa tadi sudah bertemu adik kelas di perpustakaan.
"Sabrina, gimana menurutmu?" kata Shafira. "Iya, gak apa-apa, suka itu wajar. Meskipun kamu gak suka balik ke orangnya." kata Sabrina. "Hei, teman-teman aku ada berita baru." kata Siti. "Ih, apa, jangan sebar berita yang tadi aku malu." kata Sabrina. "Ada apa?" kata Nur. "Memangnya Sabrina kenapa? Kok senyum-senyum sendiri?" kata Shafira. "Itu tadi habis ketemu Mughrom adiknya Ibnu, dia daftar ke sekolah ini, wajahnya ganteng banget dan putih banget. Dna Sabrina juga baru jatuh suka ke Mughrom iya kan?" kata Siti. "Ih, iya sih, tapi kamu aja terus yang cerita. Gak apa-apa atuh, dianya juga ganteng dan biarin aku suka sama dia gak ada yang ngelarang. Kalau pacaran kan dosa, baru itu dilarang. Lagian aku gak pacaran." kata Sabrina. "Oh gitu." kata Shafira.
Shafira terdiam di kamar berukuran 3 x 4 meter. Sudah dua cowok yang ditolaknya untuk pacaran. Dan dia pun menolak untuk berhenti menyebut nama Gus Askandar dalam doanya. Entah yang keberapa kali, foto-foto Gus Askandar bermunculan di sosmed. Mungkin aku berharap menjadi jodohnya. Apabila nanti mungkin dia bisa datang dari majelis-majelis ke majelis lagi untuk jadwal shalawatan mengantar Gus Askandar. Shafira terbangun dari tidur yang sebentar. Ia ingat pesan ustadzhah tidak boleh suka berlebihan. Shafira pun mengambil air wudhu, membersihkan pikiran terhadap Gus Askandar dan memilih shalat hajat.
"Ya Allah, berilah hidayah dan petunjuk kepadaku agar aku bisa meraih cita-cita di masa depan dan jauhlanlah aku darinya bila aku bukan jodohnya. Dan hapuskanlah rasa suka yang ada di hatiku bila dia bukan jodohku. Dan semoga aku berjodoh dengan orang yang sholeh, paham agama, dan baik akhlaknya. Aamiin." kata Shafira di dalam doanya. Sejak saat itu, Shafira mulai melupakan Gus Askandar, ia juga berhenti menyebut nama Gus Askandar dalam doa. Serta berhenti istikharah.
Hari-haripun berlalu, Shafira naik ke kelas tiga SMP. Dengan penampilannya kerudung syari dan senyumnya yang indah membuat Shafira digoda oleh teman laki-laki. Ia melihat Putra berlari dan berbicara kepada Gunawan, teman bangkunya Shafira. "Gunawan, please, aku itu suka sama Shafira. Aku mau jagain dia. Aku tulus perasaan cinta ke dia. Aku mau memiliki dia. Ibaratnya, ngasih pinjam kucing, kapan kucingnya dikembaliin ke aku?" kata Putra. "Oh gitu, kamu mau ngajak pacaran ke Fhiya, gak akan aku izinin, gak akan aku kembaliin. Sekarang kamu pergi. Kamu gak pantas ada di depanku. Dan kamu sudah tinggalin Shafira dsn milih pacaran sama orang lain. Pas sudah putus baru balik lagi ke Fhiya gitu? Enggak akan aku izinin sedikitpun. Pergi." kata Gunawan. Putra berlari menuju kelasnya dengan wajah yang menangis. Aku pun tersenyum ke arah Gunawan yang tadi sudah berbicara setegas itu terhadap Putra. Meskipun cuma teman, tapi Gunawan itu baik dan dia lebih dewasa.
Sad menghampiri Shafira. "Fhiya, kamu yakin enggak akan pacaran?" kata Sad. "Iya, yakin sama Allah. Jodoh yang terbaik nanti datang." kata Shafira. "Aku suka sama kamu, Fhiya." kata Sad. "Iya, alhamdulillah kalo gitu. Aku juga suka sama kamu karena kamu sholeh." kata Shafira. "Iya, tapi kita enggak pacaran ya." kata Sad. "Iya dong." kata Shafira.
Lutfi menonton video dewasa di handphonenya. Hal itu terlihat oleh Nida. Dengan cepat, Nida melaporkan kejadian itu kepada bu Ros. "Nida, terima kasih infonya, ya. Cepat, panggil Lutfi suruh menghadap ke ibu Ros." kata bu Ros. "Baiklah, bu." kata Nida. Sad menangis bersama Wiliam setelah menyaksikan Lutfi disuruh menghadap kepada bu Ros atas peristiwa yang tadi terjadi.
"Aku memikirkan bagaimana perasaan ibunya Lutfi. Apalagi Lutfi itu masih polos. Dia anak yang dimanja banget sama ibunya." kata Sad. "Iya, aku juga. Cewek gak akan mikirin sampai segitunya." kata Wiliam. "Eh, teman-teman, sudah yang tadi jangan dipikirkan terus." kata Amelia. "Guys, aku ada ide nih bagaimana kalau handphone kita di filter cuma untuk pelajaran aja dan bukan untuk menonton video gitu." kata Nur. "Ide yang bagus." kata Shafira. "Eh, Fhiya." kata Nur. "Nur, boleh aku bertanya?" kata Shafira. "Iya, boleh." kata Nur. "Teman yang akan kamu nikahi itu teman masa lalu atau tetangga atau kamu dijodohin sama ibu?" kata Shafira. "Iya, teman masa kecil aku sekaligus tetangga. Kita sudah sepakat nanti akan menikah kalau sudah tamat SMA. Semoga kamu bisa nyusul ya." kata Nur. "Iya, saling mendoakan aja semoga dapat jodoh yang terbaik dan semoga bisa diberikan jodoh yang baik-baik. Aamiin." kata Shafira. "Iya, aamiin." kata Nur. "Aku belum pernah pacaran dan enggak mau lewat jalur pacaran sebelum menikah." kata Shafira. "Iya bagus atuh, taoi saran aku, pacaran aja." kata Nur
ns216.73.216.143da2