Bab 1: Yang Dilihat dari Bayangan
Malam turun pelan-pelan di kampung kecil itu. Lampu jalan temaram. Angin berembus pelan, membawa aroma rumput basah dan tanah yang mulai dingin. Pram baru saja turun dari motor tuanya, menuntun kendaraan itu pelan menuju teras rumah.
Ia lelah. Pekerjaan pijat keliling hari ini lumayan padat. Pundaknya pegal, tapi wajahnya tetap tenang. Ia tak menyangka bakal pulang lebih awal malam ini, niatnya ingin memberi kejutan pada istrinya.
Tapi justru dia yang dikejutkan.
Lampu depan rumah padam. Tapi ada cahaya samar dari dalam mobil yang terparkir tepat di pinggir pagar. Bukan mobil mereka. Pram mengernyit. Siapa yang datang?
Lalu dia melihatnya.
Riska.
Istrinya.
Tengah duduk di kursi penumpang depan, tubuhnya setengah miring ke arah seorang pria muda di sebelahnya. Wajah mereka begitu dekat. Bibir mereka bersentuhan. Lembut, lama... seperti tak ingin berpisah.
Pram tercekat.
Tangannya masih menggenggam gagang motor, tapi tubuhnya tak bisa bergerak. Ia tak sengaja berdiri di posisi yang cukup tersembunyi di balik pepohonan kecil depan rumah. Dan dari celah itu... ia bisa melihat segalanya.
Riska mencium pria itu. Bukan seperti istri yang terpaksa. Tapi dengan raut wajah yang lembut, matanya terpejam. Bahkan Pram bisa lihat, jari-jarinya menyentuh wajah lelaki itu, sesekali menarik pelan leher bajunya agar lebih dekat.
Pram ingin berteriak.
Tapi tubuhnya justru mematung. Ada rasa asing yang mengalir cepat dari dadanya turun ke bawah perut. Ia marah. Tapi tubuhnya... tak langsung menolak. Beberapa detik—atau menit?—ia hanya berdiri diam, seperti menyaksikan film yang tak pernah ia bayangkan akan dibintangi oleh istrinya sendiri.
Riska lalu membuka mata... dan melihatnya.
Wajahnya langsung pucat. Ia mendorong si pria menjauh, lalu membuka pintu mobil dengan tangan gemetar.
“Mas... Ma—Mas Pram...”
Itu satu-satunya kata yang keluar.
Pram hanya menatapnya, diam. Tatapannya dalam dan dingin. Bukan karena tak ingin bicara. Tapi karena terlalu banyak emosi yang campur aduk dalam tubuhnya—marah, sedih, bingung, jijik... dan entah kenapa, ada rasa tertinggal yang menusuk.
“Mas, aku bisa jelasin... aku kira Mas belum pulang... aku...”
Pram tak menjawab. Ia hanya menatap tajam. Lalu berjalan masuk ke rumah, membanting pintu pagar keras. Riska berdiri terpaku di samping mobil, wajahnya pucat, tubuhnya gemetar. Tak tahu akan berbuat apa ……….
Riska, istrinya, adalah tipe perempuan yang banyak pria doakan dalam sujud mereka—manis, lembut, dan selalu menunduk bila bicara. Ia mengenakan kerudung sejak SMP, rajin ikut kajian, dan kalau sedang haid pun tetap bangun untuk salat malam, katanya, "biar tetap jaga waktu."
Pram merasa sangat beruntung bisa menikahinya. Riska adalah gadis pesantren yang dikenalkan lewat sepupunya di kampung. Sejak awal, dia tampak berbeda dari perempuan lain yang pernah Pram kenal. Selalu sopan, tidak pernah membantah, dan... tidak pernah minta macam-macam di ranjang. Justru itu yang membuat Pram merasa Riska benar-benar perempuan suci.
Tapi yang tidak Pram tahu, Riska tidak sepolos itu.
Darah liar sudah mengalir di keluarganya sejak lama. Kakaknya pernah digerebek bersama pacar di rumah kontrakan, abang Riska kerja di tempat hiburan malam sebagai bartender, dan adik perempuannya pernah hampir dikeluarkan dari sekolah karena kasus video call "nakal" dengan pacarnya. Riska tumbuh di tengah itu semua. Walau mondok di pesantren sejak SMP, pengaruh keluarganya tetap menempel seperti noda yang tidak pernah benar-benar hilang.
Ia pandai menyembunyikan nafsu di balik wajah teduh dan senyum kalemnya. Saat pertama kali disentuh Pram setelah malam pernikahan, ia tidak tampak canggung sama sekali. Bahkan lebih mahir dari yang Pram bayangkan. Tapi Pram menolak curiga. Dianggapnya itu sebagai berkah, "Mungkin dia cepat belajar karena cinta," pikirnya.
Padahal, jauh sebelum menikah, Riska sudah lebih dulu mengenal "sentuhan" dari orang-orang yang tak semestinya. Tapi semua itu terkubur rapi, seperti makam tua yang tak ditandai batu nisan.
Disini lah awal mula kegilaan itu di mulai
Cekidot kejedot BERSAMBUNG
Like comen dan share jangan lupa
ns18.189.188.157da2