
Udara dipenuhi dengan desahan dan lenguhan Atik, saat dokter muslimah Jawa itu digenjot habis-habisan dengan brutal oleh kontol hitam Papua Egianus. Orgasme demi orgasme Atik sambung-menyambung satu sama lain, masing-masing lebih intens dari sebelumnya, sampai dia tenggelam dalam lautan kenikmatan, pikirannya berhamburan seperti daun-daun yang tertiup angin. Ciuman, cipokan, jilatan, dan gigitan Egianus ke bibir, leher, pundak, bahu, dan payudara putih wanita Jawa itu semakin gencar seiring berjalannya waktu, lidahnya menyerbu mulut Atik dengan ganas dan tak menyisakan satu inci pun bagian tubuhnya yang tak tersentuh ludahnya. Pria hitam Papua itu meludah ke dalam mulut Atik berkali-kali sebelum menciumi lehernya, payudaranya, perutnya, meninggalkan jejak basah yang membuat kulit Atik makin sensitif. Tangannya yang kasar berotot tak henti-hentinya bergerak, meremas-remas payudara Atik, memilin-milin putingnya hingga mengeras. Setiap kali merasakan ludahnya, tubuh Atik merespons dengan sentakan nafsu, vaginanya semakin erat mencengkeram penis Egianus yang hitam besar berurat.Tubuh dokter Jawa itu adalah kanvas untuk memuaskan hasrat seksual pria Papua itu. Posisi misionaris telah digantikan oleh serangkaian posisi lain, hingga Egianus mengentotnya dalam posisi berdiri mengangkat tubuh Atik di udara, yang mendorongnya ke ambang kewarasan. “Plak, plak, plak” Genjotannya sangat dahsyat.
Dalam posisi berdiri, pria Papua yang kekar itu mengangkat tubuh Atik seolah-olah dia seringan bulu. Kaki Atik melingkari pinggang Egianus, tangannya melingkari lehernya, saat kontol hitam Papua pria itu mengobel-ngobel memek Jawanya seperti piston. Suara tepukan tubuh mereka yang saling bertumbuk memenuhi udara malam pinggir hutan. Sensasi kontol Papua itu di memek Atik yang sempit tak terlukiskan, campuran rasa sakit dan kenikmatan yang membuat muslimah Jawa itu merasa begitu hidup, yang belum pernah dirasakannya sebelumnya. Orgasme dokter Atik semakin intens dan nyaris tak putus, lenguhan-nya terdengar semakin lantang dan tak malu-malu lagi setelah berjam-jam memek wanita Jawa itu digenjot oleh kontol hitam besar Papua Egianus dengan makin keras, kasar dan cepat. Mata Atik berputar ke belakang kepalanya saat Egianus menurunkan tubuhnya ke matras, memutar tubuhnya ke posisi doggy, dan menusuk memeknya dengan batang gosi hitam besar dari belakang dalam posisi doggy style, yang membuat kontol hitam Papua Egianus terasa semakin dalam menghujam dan semakin tebal merenggangkan memek Jawa dokter Atik lebih lebar dan dalam lagi. Gelombang orgasme Atik yang sempat dijeda oleh pergantian posisi kembali meningkat pasang saat kontol hitam besar Papua Egianus menggenjot memek JAwa dokter Atik dengan liar dan brutal seperti binatang.
Tubuh Atik gemetar dengan setiap hentakan dan tusukan kontol hitam besar Papua Egianus ke memeknya, tumbukan tubuh hitam legam kekar perkasa Egianus ke pinggul Jawanya yang lebar, dan tamparan kasar tangan Egianus ke pantatnya. Egianus menjambak dan menarik rambut Atik ke belakang, melengkungkan punggung Atik dan meremas-remas payudara wanita Jawa itu dengan kasar. Egianus menciumi dan menjilati bibir, mulut, pipi, leher, pundak, bahu, dan punggung Atik. Air liur pria Papua itu membasahi kulit Jawa dokter Atik, bercampur dengan keringat Atik yang membanjir karena hebatnya genjotan gosi hitam Papua di memek Jawanya, saat Egianus tak henti-henti menggenjot dan merengkuh tubuh dokter Atik. "Plok, plok, plok," …”Slep, slep, slep” … “Plak, plak, plak”, suara tubuh Papua Egianus dan tubuh Jawa dokter Atik yang saling beradu memenuhi seluruh tenda saat kontol hitam besar Papua itu mengobel-ngobel memek Jawa dokter Atik dengan keganasan yang tampak tidak manusiawi.
Atik bisa merasakan panas tubuh Egianus di punggungnya, dan jilatan lidah Egianus di leher dan telinganya, saat pria Papua itu sesekali membisikkan kata-kata penuh nafsu yang merendahkan ke telinganya. Tangan Egianus dengan beringas menjamah kedua bingkah buah dada Atik lagi dan lagi, meremas-remasnya dengan kasar saat kontol hitamnya terus memompa memek Jawa Atik dari belakang. Setiap kali Atik merasakan liur dan ludah Papua Egianus disemburkan ke kulit Jawanya, Atik dapat merasakan sengatan kenikmatan baru merembes masuk melalui dirinya, membuat vaginanya semakin erat memeluk batang gosi hitam besar pria Papua itu. Dengan french kiss, Egianus memagut bibir dan lidah Atik, mengalirkan air liurnya ke dalam mulut Jawa dokter Atik untuk mendominasinya, menandai sekujur tubuhnya sebagai daerah kekuasaan pria Papua itu. Egianus terus menerus memaksa Atik menelan ludah dan liur Papuanya, membuat wanita Jawa itu merasakan sensasi aneh seolah-olah dia akan menjadi budak seks pria Papua itu. Tubuh wanita Jawa itu seolah seperti tanah ladang yang akan dirampas oleh pria Papua itu sebagai pembalasan atas Pemerintah Jawa yang menodai tanah Papua. Anehnya, meski Atik dikasari dan didominasi seperti lonte dan budak, rasa kenikmatan dan ketagihan akan gosi hitam besar Papua itu tumbuh dalam diri wanita Jawa itu momen demi momen. Orgasmenya datang seperti gelombang bergulung-gulung, masing-masing lebih kuat dari yang sebelumnya.
Tenda itu adalah kepompong gairah, tubuh pria Papua dan wanita Jawa berjilbab itu bergerak bersama dalam tarian senggama yang liar, erotis, dan brutal. Posisi missionary berubah menjadi berdiri, dan kini telah menjadi gaya doggy. Tubuh dokter Atik masih gemetar karena intensitas klimaksnya yang terus datang bergulung-gulung akibat kenikmatan digenjot gosi hitam besar Egianus. Pria Papua yang kekar itu memegang pinggul Atik erat-erat, penisnya yang tebal dan panjang meluncur masuk dan keluar memek wanita Jawa itu dengan cepat dan kasar. Vagina Atik dibanjiri oleh cairan cintanya sendiri yang tak berhenti mengalir akibat orgasme dan squirting yang nyaris tak terputus. Ludah dan jilatan Egianus membasahi seluruh tubuh Atik, mulai dari wajahnya, telinganya, bahunya, punggungnya, payudaranya, hingga pantatnya. Tamparan demi tamparan tangan kekar pria Papua itu mencetak bekas kemerahan di bokong Atik. "Plok, plok, plok," suara penis hitam besar Papua yang menusuk ke dalam memek Jawa menyanyi di seluruh tenda. Kain jilbab Atik basah kuyup oleh keringatnya. Egianus menggenjot Atik lebih keras dan lebih cepat lagi, mendorong tubuhnya hingga batas maksimal. Mata Atik berputar ke belakang kepalanya saat Egianus membawanya ke rantai klimaks demi klimaks yang lainnya. Desahan dan lenguhan kenikmatan wanita Jawa itu kini sudah lantang tak tertahankan lagi.932Please respect copyright.PENANApSzKhrSJgA
Bersambung ...
ns216.73.216.51da2