
Sejak malam di galeri seni dan sesi “roleplay”, Sinta telah melangkah jauh melampaui batas yang pernah ia kenal. Dia tak lagi sekadar murid yang patuh, dia telah menjadi kolaborator antusias dalam permainanku, bahkan seorang inisiator kenakalan.
895Please respect copyright.PENANAdKUJqNaSPr
Cahaya binal di matanya kini bersinar terang, api yang terus berkobar, memantik hasratku untuk terus mendorongnya, untuk melihat sejauh mana ia bisa pergi, seberapa dalam ia bisa tenggelam dalam dunia yang kubuat untuknya. Aku tahu, ini baru permulaan dari petualangan kami yang tak terbatas.
895Please respect copyright.PENANAVKdTF5h2Ed
"Eros," bisiknya suatu pagi, setelah kami terbangun dari tidur singkat.
895Please respect copyright.PENANACOm2V675yE
Udara sejuk menyusup dari celah gorden, namun panas tubuh kami masih melekat. Dia berbaring telanjang di sampingku, punggungnya menempel di dadaku, tangannya membelai dadaku, jari-jarinya bermain-main dengan bulu-bulu halus di sana, sentuhan yang mengirimkan gelombang sensasi ke seluruh tubuhku.
895Please respect copyright.PENANARZ7nlR2m4Z
"Aku memimpikanmu semalam. Aku memimpikanmu melakukan hal-hal yang... sangat nakal padaku. Sesuatu yang belum pernah kita coba," lanjutnya, suara seraknya penuh hasrat.
Aku menyeringai, membalikkan tubuhku menghadapnya, menopang kepala dengan satu tangan, mengamati setiap ekspresi di wajah cantiknya. "Oh ya? Ceritakan padaku, Sayang. Jangan ada yang kamu sembunyikan. Apa yang kamu mimpikan? Aku ingin tahu setiap detailnya."
895Please respect copyright.PENANATuvf9hdInh
Sinta tersenyum, matanya berkilat nakal, bibirnya sedikit terbuka. "Aku memimpikanmu melatih kenakalanku lagi. Tapi kali ini, di tempat yang lebih... terbuka. Bukan hanya di kamar tidur kita. Dan kamu membiarkan orang lain melihatku, melihatmu menguasai diriku, melihatku merintih di bawah tindihanmu. Kamu pastikan mereka iri padamu, Eros." Ada rona merah tipis di pipinya, namun tatapannya penuh tantangan. "Kalau itu terealisasi, apa aku sudah menjadi pecun yang kamu inginkan, Tuan?"
895Please respect copyright.PENANAJydhokzEMN
Aku tertawa pelan, tawa yang dalam dan penuh kepuasan, sebuah janji tersirat. "Tidak ada yang terlalu nakal untukmu, Sayang. Apalagi jika itu adalah mimpimu. Itu hanya berarti kamu sudah siap untuk melangkah lebih jauh. Kita bisa mewujudkannya, bahkan lebih dari itu." Aku mencium bibirnya, dalam, merasakan napasnya yang hangat dan manis. "Dan aku punya ide yang lebih baik. Bagaimana kalau kita mulai dengan sesuatu yang lebih... publik, namun tetap di antara kita, sebuah rahasia kecil yang hanya kita berdua tahu?"
895Please respect copyright.PENANAfJ6uPlvO6B
Sinta menatapku dengan mata ingin tahu yang membara. "Apa itu, Eros? Aku tidak sabar mendengar idemu." Dia menggesekkan tubuhnya lebih dekat, pahanya menyentuh pahaku, sentuhan yang disengaja.
895Please respect copyright.PENANAbNo6srayFD
"Aku ingin kamu mengenakan gaun yang paling tipis yang kamu punya, tanpa pakaian dalam," kataku, suaraku rendah dan penuh sugesti, setiap kata kujeda untuk memberikan efek. "Dan kita akan pergi makan malam di restoran yang paling ramai, di mana banyak mata akan tertuju padamu. Aku ingin semua orang tahu, betapa indahnya dirimu, betapa kamu adalah milikku, bahkan tanpa mereka menyadarinya. Aku ingin mereka menginginkanmu tanpa tahu bahwa kamu sudah sepenuhnya kukendalikan."
895Please respect copyright.PENANACneuIOTeCq
Sinta menelan ludah, tindakan refleks yang menggemaskan, namun senyumnya tidak pudar, justru melebar. "Mmm... itu terdengar... mendebarkan. Sangat mendebarkan. Aku suka itu, Eros. Aku suka bagaimana kamu membuat jantungku berdebar." Dia mendekat, mencium leherku, bibirnya menyusuri rahangku, "Tapi kamu harus berjanji untuk menyentuhku di bawah meja, Eros. Aku ingin merasakan sentuhan jari-jarimu yang nakal, bahkan saat kita di tengah keramaian. Aku ingin mereka tidak tahu betapa liarnya aku di sana."
895Please respect copyright.PENANAC1cyc3TC8S
"Tentu saja, Sayang," bisikku sambil mengusap pinggulnya yang bulat. "Aku akan membuatmu mendesah tanpa suara, membuatmu gemetar karena kenikmatan, bahkan di hadapan banyak orang. Aku akan membuatmu selalu ingat, siapa pemilik tubuhmu."
895Please respect copyright.PENANAocsJAwdQIE
***
895Please respect copyright.PENANAqoonKvlqE4
Pada malam harinya, Sinta muncul dari kamar dengan gaun sutra putih tipis, tidak terlalu nyaris transparan, tapi cukup untuk membentuk setiap lekuk tubuhnya dengan sempurna. Cahaya lampu memantulkan siluet payudaranya yang proporsional, dengan putingnya sedikit menonjol, dan lekukan pinggulnya yang menggoda. Belahan tinggi di sisi kiri gaun itu nyaris mencapai pangkal pahanya, setiap langkahnya memamerkan kulit mulus.
895Please respect copyright.PENANAx3btJM3T7v
Dia tidak mengenakan bra atau celana dalam, menambah sensasi menantang. Rambut hitam panjangnya tergerai, sedikit bergelombang di ujungnya, dan dia memakai riasan minimalis namun smokey, menonjolkan kecantikan alaminya yang kini diwarnai aura binal tak terbantahkan. Kami akhirnya tiba di restoran mewah. Segera setelah kami melangkah masuk, aku merasakan tatapan mata tak terhitung jumlahnya mengikuti kami. Sinta berjalan anggun, kepalanya tegak, namun aku bisa melihat sedikit goyangan pinggulnya yang disengaja, provokasi halus yang ia tunjukkan kepadaku.
895Please respect copyright.PENANAlT7KELTGqf
Dia melirikku, senyum nakal di bibirnya, matanya berkilau, seolah berkata, "Lihat, Eros. Aku melakukan ini untukmu. Menunjukkan pada mereka semua, kalau diriku ini adalah milikmu."
895Please respect copyright.PENANAREkj7uUn2L
Kami duduk di meja strategis di tengah ruangan, dekat area piano, sehingga kami bisa melihat dan dilihat banyak orang. Aku duduk di seberang Sinta, mengamati setiap gerak-geriknya, setiap ekspresinya, setiap respons tubuhnya.
895Please respect copyright.PENANA1k6O9JHzPW
"Kamu terlihat luar biasa, Sayang," bisikku, suaraku rendah, penuh kekaguman tulus dan kepemilikan. "Aku yakin semua pria di sini ingin berada di posisiku. Mereka menginginkanmu, Sinta."
Sinta terkekeh pelan, tawa renyah namun mengandung nada binal, "Aku tahu. Dan itu membuatku senang, aku suka melihat mereka menginginkanku. Tapi mereka tidak tahu, betapa nakalnya aku di balik gaun ini, atau betapa liarnya aku bisa menjadi untuk orang yang ku sayang. Untukmu, Eros."
895Please respect copyright.PENANAhzVbfxH53h
Dia mencondongkan tubuh sedikit ke depan, sengaja membuat gaunnya sedikit melorot, memperlihatkan lebih banyak belahan dadanya. "Kamu suka kan, Eros? Apakah aku sudah cukup memuaskanmu dengan keberanianku?"
"Sangat suka," jawabku, mataku menelusuri lekuk tubuhnya yang menggoda, menikmati pemandangan itu. "Sekarang, letakkan tanganmu di pahaku, Sayang. Dan biarkan aku yang memimpin permainan ini."
895Please respect copyright.PENANAaM0kmj0B9p
Sinta mengangguk, ada ekspresi yang menyenangkan di wajahnya. Tangannya yang terasa dingin, dengan begitu berani segera meluncur ke bawah meja, menyentuh pahaku, lalu perlahan naik, mendekati area intimku, jari-jarinya bermain di sana. Aku merasakan kontolku mengeras secara instan di bawah sana, merespons terhadap sentuhan darinya.
895Please respect copyright.PENANAT4muWApjqi
Kami pun memesan makanan, tangan Sinta tidak henti-hentinya mengelus pelan di bawah sana. Membuat permainan ‘rahasia’ kamu semakin memanas. Tentu saja hal itu tidak menimbulkan kecurigaan. Sambil menanti pesanan kami datang, kami berbicara tentang hal-hal biasa, tentang pekerjaan dan rencana liburan yang akan datang, tapi kini tangan kami berdua sama-sama bermain-main di bawah meja, sebuah rahasia yang hanya kami berdua tahu. Tangan Sinta masih sama seperti tadi. namun tanganku kini ikut merayap ke paha Sinta, naik perlahan di bawah gaunnya yang tipis, menyentuh kulitnya yang halus dan hangat. Aku bisa merasakan dia sedikit menegang, napasnya tertahan, bibirnya mengulum senyum. Ku teruskan sentuhanku, membelai paha dalamnya, lalu perlahan naik, mendekati area intimnya. Jemariku mulai bermain di sana, mengusap dengan lembut, memicu gairah tersembunyi.
895Please respect copyright.PENANAav31WDRv87
Sinta menggigit bibir bawahnya, matanya sedikit terpejam. Sebuah desahan nyaris tak terdengar, hanya getaran halus di tenggorokannya, lolos dari bibirnya.
895Please respect copyright.PENANATlXdIatRnE
"Eros... ini... ini gila," bisiknya, suaranya parau karena gairah yang membara, namun matanya tetap fokus padaku, menantangku. "Aku tidak bisa... aahh..."
Aku tersenyum, mengamati perjuangannya. "Bukankah itu yang kamu inginkan, Sayang? Menjadi liar di tempat umum? Merasakan sensasi bahaya? Tunjukkan padaku betapa kamu menginginkannya." Aku mulai menyentuh pada area intimnya, mengusap lembut, lalu memasukkan satu jariku, perlahan.
895Please respect copyright.PENANAqTwihu4sEk
Sinta mendesah tertahan, tubuhnya sedikit menggeliat di kursinya. Sebuah erangan panjang lolos dari bibirnya. "Aahh... Erosss... jangan... jangan di sini... ouhhh... " bisiknya, namun tangannya yang berada di pahaku meremas kuat, seolah memohon agar aku tidak berhenti, seolah ingin aku teruskan, bahkan seperti meminta jari-jariku bermain lebih dalam. Matanya menatapku penuh hasrat, penuh kepasrahan, dan sedikit kenakalan yang jelas.
895Please respect copyright.PENANApWm8gcdox2
Aku teruskan sentuhanku, semakin berani, semakin cepat. Aku bisa merasakan kelembaban di sana, dia sudah basah karena gairah. Dia sudah sangat terangsang, di ambang batas.
895Please respect copyright.PENANAdFsojB8MxV
Aku membisikkan kata-kata kotor di telinganya, kata-kata yang hanya bisa ia dengar, kata-kata yang akan membuatnya semakin liar, semakin menyerah. "Kamu adalah pecunku, Sayang," bisikku. "Dan kamu akan memuaskanku, apapun kondisinya, termasuk di sini. Aku ingin kamu mendesah pelan namaku, bahkan tanpa suara, di hadapan semua orang ini. Aku ingin kamu terpuaskan hingga gemetar dari sentuhanku."
895Please respect copyright.PENANA0D3cNPrAvf
Sinta mendesah lagi, kali ini lebih panjang, nyaris seperti ratapan. Matanya terpejam, bibirnya sedikit terbuka, napasnya terengah-engah. Aku bisa melihat tubuhnya gemetar, otot-ototnya menegang. Dia sepenuhnya menyerah pada sensasi yang kuberikan, pada kendaliku, pada kenakalan yang ia rasakan. Aku terus menggerakkan jariku di dalam vaginanya, merasakan kontraksinya.
895Please respect copyright.PENANAFJBYxwTfXP
Makan malam pun tiba, kami menyantap makanan itu dengan saling pandangan penuh arti. Meskipun ini adalah ‘dinner’, santapan utamanya adalah kenakalan kami. Bukan apa yang dihidangkan diatas meja. Karna kami masih sama-sama ‘lapar’ akan sensasi nakal ini, aku dan Sinta hanya menyuap sesekali. Tak ada yang lebih penting daripada kegiatan tangan kami masing-masing. Ketika kami pulang, Sinta nyaris tidak bisa berjalan. Kakinya terasa lemas, tubuhnya gemetar karena kelelahan dan kenikmatan yang baru saja dialami. Ia, dia mengalami orgasme saat momen makan tadi, tanpa mampu mendesah lepas. Dia memelukku erat di dalam mobil, kepalanya bersandar di dadaku.
895Please respect copyright.PENANA9qroYvxapb
"Kamu memang gila, Sayang," bisiknya, suaranya serak karena desahan-desahan yang tak terucapkan. "Aku tidak pernah merasa seliar ini. Kamu selalu ngasih eksplorasi kenakalan... yang bikin aku gak mau berhenti, ingin rasanya dibuat terus nakal sama kamu….lagi dan lagi."
Ku tarik kepala Sinta, "Itu karena kamu adalah pecunku, Sayang," kataku lalu mencium pucuk kepalanya, lalu mencium bibirnya, merasakan sisa rasa gairah. "Dan aku akan membuatmu semakin liar, sampai kau tidak bisa lagi hidup tanpaku."
895Please respect copyright.PENANA9HDbYghye7
Beberapa minggu berikutnya, "pendidikan" Sinta semakin mendalam dan tanpa henti. Aku tidak hanya fokus pada sentuhan fisik dan provokasi verbal, tetapi juga pada aspek psikologis. Aku ingin dia sepenuhnya menerima identitas barunya sebagai wanita yang binal, yang hanya hidup untuk memuaskanku, yang mencintai setiap aspek dari dominasiku.
895Please respect copyright.PENANANUmh7KEL1G
Aku ingin dia merasa bahwa menjadi "pecun"ku adalah kebebasan tertinggi yang bisa ia capai.
895Please respect copyright.PENANAwqP7ywuDbV
Aku mulai memberinya "tugas" yang lebih menantang dan berani. Misalnya, aku akan memintanya untuk menari telanjang di depan cermin, dengan musik mengalun pelan, saat aku sedang menelepon, berpura-pura tidak melihatnya, hanya sesekali melirik dan memberinya tatapan menggoda. Atau, aku akan memintanya untuk mengirimkan video dirinya yang sedang masturbasi kepadaku saat aku sedang di luar kota, lengkap dengan desahan dan erangan yang terekam. Awalnya, dia akan ragu, tatapannya mencari persetujuanku, namun dengan sedikit bujukan, sedikit ancaman hukuman jika dia menolak, dan janji kenikmatan yang lebih besar, dia akan melakukannya. Sinta mulai menunjukkan inisiatif yang lebih besar dalam kenakalannya, bahkan memprovokasi tanpa aku minta.
895Please respect copyright.PENANAczVCMq5ZhZ
Suatu pagi, saat aku sedang bersiap untuk bekerja, mengenakan dasi di depan cermin, dia mendekatiku dari belakang, memelukku erat, lalu tangannya meluncur ke celanaku, mengusap lembut kejantananku yang sudah menegang.
895Please respect copyright.PENANA0vMssFymwp
"Kamu ingin aku pulang, Eros?" bisiknya, suaranya rendah dan menggoda, bibirnya menyapu daun telingaku. "Aku bisa membuatmu tidak bisa pergi bekerja hari ini. Aku bisa membuatmu memohon padaku untuk tetap di kamar bersamamu." Dia mengusap lebih kuat, membuatku mendesah tertahan.
895Please respect copyright.PENANAlWIg1JKkTN
Aku menyeringai, membalikkan tubuhku, memegang pinggulnya. "Kamu sangat nakal, Sayang. Tapi aku harus bekerja. Aku akan menghukummu nanti malam. Hukuman yang akan membuatmu tidak bisa berjalan keesokan harinya."
"Aku tidak sabar menunggu hukumanmu, Eros," jawabnya, lalu mencium leherku, meninggalkan jejak kemerahan di sana, sebuah tanda kepemilikan yang disengaja. "Aku ingin kamu membuatku merintih hingga para tetangga mendengarnya."
895Please respect copyright.PENANA1bSxGmd585
***
895Please respect copyright.PENANA7U9FM75epV
Karena sikap Sinta yang mulai terasa semakin binal, kini aku memperkenalkan Sinta pada konsep "pertukaran pandangan" dan "menjadi objek fantasi" dalam konteks yang sangat terbatas dan terkontrol. Aku tidak ingin dia benar-benar tidur dengan orang lain, tetapi aku ingin dia merasakan sensasi diinginkan oleh pria lain, dan bagaimana rasanya menjadi objek fantasi mereka, sambil tetap sepenuhnya menjadi milikku, sebuah boneka yang kukuasai sepenuhnya.
895Please respect copyright.PENANAPM9uF8FH1R
Aku akan mengajaknya ke pesta-pesta pribadi yang lebih eksklusif, di mana aku yakin akan ada beberapa pria yang tertarik pada Sinta, ketika mereka melihat kekasihku itu. Aku akan membiarkan mereka mendekatinya, mengajaknya bicara, bahkan berdansa. Aku akan mengamati Sinta dari kejauhan, menikmati pemandangan itu. Dia akan tersenyum, tertawa, membiarkan mereka menyentuh lengannya, namun setiap kali ada yang mencoba melangkah lebih jauh,
895Please respect copyright.PENANAPAbJxmy9Si
Sinta akan segera melirikku, mencari persetujuan, atau kembali padaku dengan tatapan "Aku hanya milikmu, Eros."
895Please respect copyright.PENANAo0G3OHxMow
Suatu malam, di sebuah event yang cukup ramai, ada seorang pria yang menarik, mendekati Sinta dan mencoba mengajaknya berdansa. Sinta melirikku, matanya bertanya, mencari instruksi. Aku mengangguk pelan, sebuah senyum tipis di bibirku, sebuah izin tersirat. Sinta tersenyum pada pria itu, lalu menerima ajakannya. Aku mengamati mereka dari bar, meneguk minumanku. Pria itu mencoba merangkul pinggang Sinta, namun Sinta dengan halus menyingkirkan tangannya, lalu memegang tangan pria itu, menariknya untuk berdansa dengan gerakan yang lebih bebas, namun tetap menjaga jarak, sebuah penolakan halus yang hanya membuat pria itu semakin tertarik.
895Please respect copyright.PENANAQ3nNfMaItr
Dia berdansa dengan sensual, menggoyangkan pinggulnya dengan ritme musik, membiarkan gaunnya yang ketat memamerkan setiap lekuk tubuhnya, membuat pria itu semakin terangsang, matanya terpaku pada Sinta. Namun, setiap kali pria itu mencoba mendekat, Sinta akan melangkah mundur sedikit, menjaga jarak, sambil tetap tersenyum menggoda, bermain-main dengannya. Setelah beberapa lagu, Sinta kembali padaku, napasnya sedikit terengah-engah, pipinya merona, matanya berkilat liar.
895Please respect copyright.PENANAtHtH6YOKb2
"Apa aku melakukan dengan baik, Sayang?" bisiknya, suaranya sedikit bergetar karena kenikmatan dari permainan itu. "Sangat baik, Sayang," kataku, mencium bibirnya, merasakan manisnya.
"Kamu tahu bagaimana membuat mereka menginginkanmu, tapi tidak bisa menyentuhmu. Kamu adalah pecunku yang paling pintar. Membuatku sangat bangga!" Sinta tersenyum puas, membenamkan wajahnya di dadaku. "Aku suka itu. Aku suka melihat mereka frustrasi. Dan aku suka tahu bahwa hanya kamu yang bisa memilikiku, hanya kamu yang bisa menyentuhku, hanya kamu yang bisa membuatku mendesah dan merintih nakal."
895Please respect copyright.PENANA8xFbC8Iceu
Dia memelukku erat, lalu membisikkan di telingaku, suaranya penuh hasrat, "Nanti pas udah sampe apart, aku langsung dipake aja ya, Sayang. Aku ingin kamu membuatku mendesah lebih keras dari sebelumnya, sampai suaraku serak. Aku ingin kamu membuatku gila, Eros!"
895Please respect copyright.PENANAcfqX0AfJsQ
Aku tahu, Sinta telah sepenuhnya menerima perannya. Dia tidak lagi hanya pasif dalam kenakalan. Dia kini adalah pemain aktif, menikmati setiap aspek dari permainan ini. Dia telah menjadi wanita yang binal, liar, dan sepenuhnya patuh pada setiap hasratku, setiap fantasiku.
895Please respect copyright.PENANAuFbUITByXs
Aku membenamkan wajahku di lehernya, menghirup aroma tubuhnya yang bercampur keringat dan gairah, aroma kemenangan. "Kamu adalah pecunku yang paling sempurna, Sinta," bisikku. "Dan kau akan selalu menjadi milikku. Selamanya. Tidak ada yang bisa memisahkan kita."
895Please respect copyright.PENANAI0gYBRmfBK
Sinta mendesah, lalu memelukku erat, tubuhnya gemetar karena kenikmatan yang memuncak, sebuah respons total terhadap dominasiku. "Selamanya, Eros. Aku milikmu. Sepenuhnya. Aku suka menjadi pecunmu. Aku suka menjadi liarmu. Lakukan apa saja padaku, Sayang."
Ada sebuah kebanggaan yang membakar dalam diriku, ketika mendengar pernyataan Sinta barusan. Aku bersumpah, akan terus mengukirnya, membentuknya hingga dia menjadi manifestasi sempurna dari setiap fantasiku yang paling gelap.
895Please respect copyright.PENANArOttjGOUrx
Sebagai wanita yang binal, yang hanya hidup untukku, untuk setiap perintah dan fantasiku. Aku sudah tidak sabar untuk melihat sejauh mana Sinta akan berubah untuk memuaskanku.
ns216.73.216.143da2