
Dari waktu di event dansa itu, di mana Sinta dengan begitu mahir bermain-main dengan hasrat pria lain di bawah pengawasanku, aku tahu bahwa dia telah mencapai suatu level baru dalam "pendidikan"nya. Dia sudah menjadi seorang inisiator yang berani dan yang terpenting, dia menikmati setiap detiknya. Cahaya binal di matanya kini bukan lagi sekadar kilatan, melainkan kobaran api yang tak pernah padam, sebuah undangan yang hanya bisa kubaca, sebuah janji akan kenikmatan yang lebih gelap dan tak terduga. Aku merasa bangga, dan sekaligus semakin terobsesi untuk melihat sejauh mana aku bisa mendorongnya, seberapa dalam dia bisa tenggelam dalam dunia yang kubuat untuknya. Batasan-batasan yang dulu ada, kini telah terhapus, digantikan oleh keinginan tak terbatas untuk memuaskanku dan menjelajahi setiap sisi terliarnya.
897Please respect copyright.PENANAXTuIlbVgbn
"Eros," bisiknya suatu sore, setelah sesi bercinta yang menguras tenaga namun memuaskan.
897Please respect copyright.PENANAgXAcxiDMvT
Udara di ruangan itu masih terasa hangat, bercampur aroma tubuh kami yang memabukkan. Dia berbaring telanjang di dadaku, kepalanya bersandar di bahuku, napasnya teratur namun sesekali terhela panjang. Tangannya yang lentik membelai perutku, jari-jarinya bermain-main dengan bulu-bulu halus di sana, sebuah sentuhan yang mengirimkan gelombang sensasi ke seluruh tubuhku.
897Please respect copyright.PENANAVlxEv6tXT3
"Aku punya ide. Sesuatu yang... mungkin akan membuatmu lebih bangga lagi padaku. Sesuatu yang akan menunjukkan betapa aku telah berubah, betapa aku telah menjadi pecun yang kamu inginkan." Aku menyeringai, mengusap rambut hitam panjangnya yang terurai di bantal, membiarkannya menyelimuti bahuku. "Oh ya? Aku suka ide-ide darimu, Sayang. Apalagi jika itu datang dari sisi nakalmu. Jadi apa idemu?"
897Please respect copyright.PENANArV8BsCEA5Y
Sinta mengangkat kepalanya, menatapku dengan pandangan yang menyimpan hasrat nakal, bibirnya tersenyum menggoda. "Bagaimana kalau kita pergi ke tempat yang lebih... intim. Bukan hanya restoran atau galeri yang masih terkesan 'normal'. Tapi tempat di mana kita bisa benar-benar bebas, tanpa khawatir ada yang mengganggu. Dan aku ingin kamu mengikatku di sana. Dan... mungkin... membiarkan seseorang melihatku. Hanya melihat, tentu saja. Sebagai bukti bahwa aku sepenuhnya milikmu, dan betapa kamu menguasai diriku."
897Please respect copyright.PENANAiEXmzjFDfA
Ada rona merah tipis di pipinya, namun tatapannya penuh tekad, hasrat yang membara. "Apakah ide itu cukup gila, Eros? Apakah itu cukup untuk membuktikan, kalau aku sudah menjadi apa yang kamu inginkan, Sayang?"
897Please respect copyright.PENANAlqpBqrxfvL
Aku menatapnya, ada sedikit kejutan karena inisiatifnya yang tiba-tiba terasa melampaui batas, namun aku juga malah merasa kepuasan yang menggebu. Dia telah melampaui ekspektasiku, dia telah mulai memimpin dalam kenakalan ini.
897Please respect copyright.PENANAg320xeF1n9
"Tidak ada yang terlalu gila untukmu, Sayang. Terutama jika itu adalah keinginanmu yang tulus. Kita akan mewujudkannya, bahkan jika ada yang lebih dari itu." Aku mencium bibirnya, dalam, penuh janji dan dominasi.
897Please respect copyright.PENANAtEQXyc6xXA
"Aku punya tempat yang sempurna. Sebuah villa terpencil milik temanku, yang jarang digunakan. Jauh dari jangkauan siapa pun. Kita bisa melakukan apa saja di sana. Dan aku akan mengundang satu orang. Seseorang yang bisa kamu goda, yang bisa kamu buat gila, namun tidak bisa menyentuhmu. Seseorang yang akan menjadi saksi bisu dari kepemilikanku atas dirimu, dan betapa kamu adalah budak gairahku."
897Please respect copyright.PENANAkPAQf2b1t2
Sinta mendesah panjang, sebuah erangan kepuasan meloloskan diri dari bibirnya, tubuhnya menggeliat senang di atas tubuhku. "Mmm... aku suka itu, Eros. Sangat suka. Aku suka ide untuk membuat seseorang iri setengah mati, membuat mereka gila karena menginginkanku, tapi tidak bisa memiliki. Aku ingin mereka tahu betapa beruntungnya kamu, betapa liarnya aku untukmu." Dia mencium leherku, lalu menggigitnya pelan, gigitan nakal yang membuatku merinding, sensasi geli yang menyenangkan.
897Please respect copyright.PENANAUMhD5zu227
"Aku akan menjadi pecunmu yang paling menggoda, Eros. Aku akan membuatmu bangga. Aku akan membuatmu tahu bahwa kamu tidak salah memilikiku."
897Please respect copyright.PENANAN2ByMsoeKn
***
897Please respect copyright.PENANAS2VN5n8elh
Beberapa hari kemudian, kami tiba di villa terpencil itu. Terletak di tengah hutan pinus rimbun, jauh dari keramaian kota, vila itu adalah surga tersembunyi dengan arsitektur modern minimalis, didominasi oleh kaca dan kayu gelap. Jendela-jendela besar menghadap ke pemandangan hutan yang rimbun, memberikan kesan terbuka dan menyatu dengan alam, namun tetap privat dan terisolasi. Ini adalah tempat yang sempurna untuk mewujudkan fantasi Sinta.
Aku telah mengundang seorang kenalan lama, seorang fotografer yang kupercaya penuh. Namanya Rio. Aku telah menjelaskan kepadanya bahwa ini adalah sebuah proyek seni pribadi, sebuah eksplorasi tentang kebebasan, dominasi, dan kepemilikan. Aku menekankan bahwa dia hanya perlu mengamati dan merekam, tanpa campur tangan sama sekali. Rio, seorang pria yang selalu tertarik pada hal-hal provokatif dan artistik yang melanggar batas, setuju tanpa banyak pertanyaan, matanya berkilat penasaran.
897Please respect copyright.PENANAovdOLmELNM
Sinta, dengan aura misterius, mengenakan jubah sutra tipis berwarna merah marun saat Rio tiba, menutupi lekuk tubuhnya namun tidak menyembunyikan daya pikatnya. Dia menyambutnya dengan senyum ramah, namun aku bisa melihat kilatan nakal di matanya saat dia melirikku, sebuah isyarat kecil bahwa dia siap untuk pertunjukan.
897Please respect copyright.PENANAIg07fN4cgr
Rio, seperti yang kuduga, langsung terpikat oleh pesona Sinta. Matanya tak bisa lepas darinya, bahkan saat dia berpura-pura bersikap biasa. "Selamat datang, Rio," kataku, menjabat tangannya, tatapanku lurus dan tegas. "Terima kasih sudah datang. Gue harap lo bisa menikmati 'seni' yang akan lo saksikan."
"Tentu saja, Eros," jawab Rio, suaranya sedikit serak, matanya masih terpaku pada Sinta, menelusuri setiap gerak-geriknya. "Gue penasaran dengan 'proyek seni' yang lo maksud. Dari apa yang gue lihat sekarang, ini sudah sangat menarik."
897Please respect copyright.PENANAFEQ2sD5sCp
Aku tersenyum tipis, lalu melirik Sinta, sebuah isyarat. "Sinta, Sayang, kamu bisa menunjukkan kepada Rio 'proyek' kita. Tunjukkan padanya betapa indahnya kebebasan yang kamu miliki bersamaku."
897Please respect copyright.PENANAn2R19SnZuY
Sinta tersenyum, dengan gerakan anggun yang disengaja, dia perlahan melepaskan ikatan jubah sutranya. Jubah itu meluncur ke lantai, meninggalkan genangan kain merah di kakinya. Di baliknya, dia mengenakan lingerie hitam transparan yang nyaris tidak menutupi apa-apa. Tubuhnya yang sempurna, setiap lekuk dan lekuknya, terpampang jelas di hadapan Rio. Payudaranya yang berisi terlihat menggoda di balik kain tipis, putingnya yang sudah mengeras menonjol, seolah memanggil untuk disentuh. Perutnya yang rata, pusarnya yang indah, dan area intimnya yang tertutup kain tipis namun jelas terlihat siluetnya. Rio terkesiap, matanya membesar, napasnya tertahan, rahangnya sedikit mengendur.
897Please respect copyright.PENANACO5F2cTsXs
"Halo, Rio," bisik Sinta, suaranya rendah dan menggoda, nyaris seperti desahan.
897Please respect copyright.PENANARBqznX7Hsv
Lalu dia berputar perlahan, memamerkan setiap lekuk tubuhnya dari berbagai sudut, memastikan Rio mendapatkan pemandangan yang sempurna. Dia berjalan mendekati Rio, langkahnya sensual, pinggulnya sedikit bergoyang. Jari-jarinya yang dingin menyentuh bahu Rio, lalu meluncur ke bawah, nyaris menyentuh dadanya, sebuah sentuhan yang disengaja, sebuah provokasi yang membuat Rio tersentak.
897Please respect copyright.PENANADFBpZpksoi
"Apakah kamu suka 'proyek' ini, Rio? Apakah ini cukup indah untuk kamu abadikan?" Rio hanya bisa mengangguk, suaranya tercekat di tenggorokan.
Matanya terpaku pada Sinta, hasrat yang tak terbendung terlihat jelas di sana, sebuah perjuangan untuk menahan diri. Keringat mulai membasahi dahinya. Aku berjalan mendekati Sinta, memeluknya dari belakang, tanganku melingkari pinggangnya, menariknya erat ke tubuhku. Aku mencium bahu telanjangnya, lalu membisikkan di telinganya.
897Please respect copyright.PENANAEzKWIFhvcz
"Dia adalah 'proyek' gue, Rio," kataku, suaraku penuh kepemilikan dan dominasi yang jelas. "Dan lo hanya bisa mengamati. Dia adalah milik gue, seutuhnya."
Sinta mendesah pelan, kepalanya bersandar di bahuku, tubuhnya menggeliat nyaman dalam pelukanku. Ia pun berbisik, "Mmm... aku suka melihatnya menginginkanku, Eros. Itu membuatku merasa... sangat diinginkan, dan juga bangga karena hanya kamu yang memilikiku."
897Please respect copyright.PENANAgcAH8iYatt
Aku pun memberikan sebuah isyarat untuk Rio memulai aksinya, "Lo udah bisa mulai merekam dan memfoto, Rio. Ini akan menjadi pertunjukan yang gak akan lo lupakan. Sebuah pertunjukan tentang kepemilikan sejati."
897Please respect copyright.PENANAO2JySohCt6
Aku lalu membawa Sinta ke tengah ruangan, di mana sebuah kursi kayu antik dengan ukiran rumit telah kusiapkan. Kursi itu diletakkan menghadap jendela besar yang memperlihatkan pemandangan hutan, seolah Sinta akan menjadi bagian dari lukisan hidup. Aku meminta Sinta duduk di sana, kakinya sedikit mengangkang, tubuhnya tegak.
897Please respect copyright.PENANAwj5tU8k6VZ
Lalu dengan syal sutra yang sudah kubawa, syal dari bahan yang lembut namun kuat, aku mengikat pergelangan tangannya ke sandaran kursi, dan pergelangan kakinya ke kaki kursi. Aku tidak mengikatnya terlalu kencang hingga melukai, hanya cukup untuk menahannya, untuk menunjukkan kendaluku, untuk membatasi gerakannya namun tetap membiarkan dia menggeliat dalam kenikmatan.
897Please respect copyright.PENANA1n6ESjhbAF
Sinta menatapku, matanya berkilat liar, penuh antisipasi. Bibirnya tersenyum menggoda, sebuah senyum yang kini sarat akan kenakalan. "Apa sudah bisa kita mulai sekarang, Eros? Aku sudah gak sabar. Ingin kamu menunjukkan padanya betapa kamu menguasai diriku."
"Tentu saja, Sayang," bisikku, mencium bibirnya, sebuah ciuman yang dalam dan penuh janji. "Aku akan membuatmu memohon, membuatmu merintih hingga Rio mendengarnya."
897Please respect copyright.PENANArMWJ6i1Jsu
Rio mulai merekam, kamera di tangannya bergetar sedikit, arah lensanya jelas terfokus pada Sinta. Aku bisa melihat keringat di dahinya, matanya terpaku pada Sinta, sebuah campuran hasrat, kagum, dan ketakutan.
897Please respect copyright.PENANASKDxMJvX5l
Aku mulai dengan sentuhan. Aku membelai rambut hitam panjang Sinta, menariknya ke belakang, lalu turun ke lehernya, menciumnya, menjilatnya, menghisapnya, meninggalkan jejak kemerahan yang jelas di sana, sebuah tanda kepemilikan yang akan bertahan lama. Sinta mendesah panjang, sebuah erangan yang dalam dan sensual, tubuhnya menggeliat di kursi, namun terikat, hanya bisa merespons sentuhanku.
897Please respect copyright.PENANA15ugt9YW0j
"Aahh... Eros... mmm... enakkk... terus... Eros... aku ingin kamu... ingin kamu menguasai diriku... aahh... jangan pernah berhenti..." desahnya, suaranya parau karena gairah yang membara, punggungnya melengkung, mencari sentuhan lebih dalam.
897Please respect copyright.PENANAoQiIOZqWBQ
Aku turun ke payudaranya, menciumnya, menghisapnya, bermain-main dengan putingnya yang sudah mengeras, memelintirnya perlahan di antara jari-jariku. Sinta menjerit tertahan, sebuah jeritan kecil yang penuh kejutan dan kenikmatan, punggungnya melengkung ke atas, seolah ingin melepaskan diri dari ikatan, namun tidak mampu.
897Please respect copyright.PENANAClDZVfze6E
"Eros... terus... terusinnn... Aahh... aku tidak tahan... aahh... rasanya pengen cepet kamu masukinnn... Aahh... " erangnya, suaranya penuh gairah yang tak tertahankan, sebuah desahan panjang yang membuatku semakin terangsang, semakin ingin menguasainya.
897Please respect copyright.PENANA5zW8qbBu9p
Aku melirik Rio. Matanya terpaku pada Sinta, napasnya terengah-engah, dadanya naik turun dengan cepat, tangannya memegang kamera dengan sangat erat, buku-buku jarinya memutih. Aku tahu dia sedang berjuang keras untuk menahan diri, untuk tidak menerkam Sinta, untuk tidak menjadi bagian dari "seni" ini. Aku teruskan permainanku, semakin berani, semakin mendalam. Aku turun ke perut Sinta, menciumnya, menjilatnya, lalu lidahku bermain di pusarnya. Sinta mendesah panjang, tubuhnya gemetar hebat, kakinya sedikit bergerak, ingin menendang, namun terikat.
897Please respect copyright.PENANAdV9mo2ig5f
"Eros... jangan... di sana... aahh... aku mohon..." bisiknya, namun suaranya penuh permohonan, bukan penolakan, lebih seperti permintaan untuk terus. "Itu... itu terlalu enak... Aahh..."
897Please respect copyright.PENANASzNHMXTbje
Aku menyeringai, lalu mulai menjilat dan menghisap area intimnya yang kini sudah basah kuyup, merasakan kelembaban dan kehangatan di sana. Aku memasukkan satu jariku, perlahan, merasakan cengkeraman ketat di dalamnya. Sinta menjerit, sebuah jeritan panjang yang penuh kenikmatan, kepalanya terlempar ke belakang, rambutnya terurai.
897Please respect copyright.PENANAnOAqyNBjjb
"Aahh... Erosss... ya... begitu... terus... terus... ouhhh... lebih cepat... aahh... Eros... kontolmu... aku ingin kontolmuuuu..." desahnya, tubuhnya menggeliat hebat, syal di pergelangan tangannya menegang, nyaris terlepas. Kakinya bergetar tak terkontrol, pinggulnya terangkat dari kursi, mencoba mencari sentuhan lebih dalam. "Aku... aku tidak bisa... aahh... lebih dalam lagi... Eros... aku mohon..."
897Please respect copyright.PENANAsSuRsS7a8T
Aku terus melakukannya, menikmati setiap desahannya, setiap erangannya yang semakin lepas, semakin liar. Aku bisa merasakan dia di ambang batas, tubuhnya bergetar hebat, siap meledak. Aku melirik Rio lagi. Dia tampak seperti akan meledak, matanya merah, napasnya terengah-engah, tangannya yang memegang kamera gemetar hebat, seolah ingin menjatuhkannya.
897Please respect copyright.PENANAkxYuQartQr
Sinta menjerit lagi, sebuah jeritan panjang yang memekakkan telinga, sebuah erangan final yang penuh pelepasan, lalu tubuhnya menegang hebat, otot-ototnya berkontraksi, sebuah orgasme yang kuat melanda dirinya. "Aahh... Erosss... aahh... aku... aku keluar!!... AAAAAAARRRGGGGHHHHH..."
897Please respect copyright.PENANA6CXjvbvuJP
Tubuhnya melengkung, syal di pergelangan tangannya lepas karena gerakannya, namun dia tetap terpaku pada kenikmatan, mata terpejam, bibir terbuka. Aku tersenyum puas. Aku telah berhasil membuatnya mencapai puncak kenikmatan di hadapan orang lain, di bawah kendaliku sepenuhnya, sebuah bukti nyata dari kepemilikanku. Aku melepaskannya, lalu mencium bibirnya.
897Please respect copyright.PENANA9GtZfU2I71
"Kau adalah pecunku yang paling sempurna, Sayang," bisikku. "Kamu membuatku sangat bangga milikimu."
897Please respect copyright.PENANA9qhdPpzaEB
Sinta terengah-engah, matanya berkaca-kaca karena kenikmatan yang luar biasa, bibirnya membentuk senyum puas. "Aku... aku milikmu, Eros. Sepenuhnya. Lakukan apa saja padaku. Aku ingin menjadi budak untuk segala macam hasratmu, Sayang."
897Please respect copyright.PENANAPXcQeu6PeI
Rio, yang sedari tadi hanya mengamati, kini terlihat sangat terpengaruh, bahkan lebih dari yang kuduga. Keringat membasahi wajahnya, napasnya tersengal-sengal, dan dia tampak kesulitan bernapas. Kamera di tangannya melorot sedikit. Aku tahu, dia tidak akan pernah melupakan apa yang dilihatnya. Dia menyaksikan keindahan seorang perempuan bernama Sinta, dalam kebrutalan kendaliku.
897Please respect copyright.PENANA8wfFFwttyG
Setelah sesi yang intens itu, aku membiarkan Sinta beristirahat. Aku tahu dia membutuhkan waktu untuk memulihkan diri, baik secara fisik maupun mental. Dia tertidur lelap di sofa, bibirnya masih sedikit terbuka, wajahnya menunjukkan sisa-sisa kenikmatan. Sementara itu, aku berbicara dengan Rio.
897Please respect copyright.PENANAhTa73f0GN1
"Bagaimana, Rio?" tanyaku, menyodorkan segelas air dingin. "Apakah 'proyek seni' ini sesuai dengan harapan lo? Apakah ini cukup menyenangkan?"
Rio mengambil air itu, meneguknya cepat, seolah itu adalah satu-satunya cara untuk menenangkan dirinya. "Eros... itu... itu luar biasa. Gue gak pernah melihat yang seperti itu. Sinta... dia... dia benar-benar wanita yang luar biasa. Dia punya sisi... liar yang sangat memikat." Ada nada kekaguman yang jelas, dan juga sedikit ketakutan, bahkan rasa iri dalam suaranya. Matanya sesekali melirik Sinta yang tertidur, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja ia saksikan.
897Please respect copyright.PENANADMtaWNQSw9
"Dia memang luar biasa," kataku, tersenyum bangga. "Dan cuma milik gue. Lo bisa menggunakan rekaman itu buat coli, Rio. Tapi ingat, hanya gue yang bisa menyentuhnya seperti itu. Hanya gue yang bisa membuatnya merintih dan menjerit seperti itu."
897Please respect copyright.PENANAoVDsoAYYU0
Rio mengangguk cepat, kepalanya tertunduk sedikit. "Gue ngerti, Eros. Gue tidak akan pernah melupakan pengalaman ini dan gue tidak akan pernah menyentuhnya. Tapi gue belum sempet ngefotoin Sinta, boleh ambil beberapa gambar?" Aku pun mengangguk, dan juga kuberikan peringatan, bahwa jangan macam-macam dengan file itu.
897Please respect copyright.PENANA30cMhSlkiQ
Setelah Rio selesai dengan kebutuhannya, ia pamit dan pergi dengan terburu-buru, seolah ingin menjauh dari aura yang keluar dari Sinta dan aku. Rio telah melihat sisi seorang perempuan seperti Sinta, yang kuyakin tidak pernah ia bayangkan bisa melihat aksi seperti itu secara nyata. Apalagi yang dilihat adalah sisi yang liar, binal, dari seorang kekasih yang sepenuhnya patuh padaku. Aku telah berhasil menunjukkan kepadanya, dan kepada Sinta sendiri, sejauh mana kendali atas dirinya hanya di tanganku seorang.
897Please respect copyright.PENANAEg80CKRedX
Akupun langsung mendekati Sinta, mengelus rambutnya. Ada rasa bangga yang memenuhi seluruh hati dan pikiranku. Bagaimana aku bisa membuat wanita cantik sepertinya mampu menjadi sebebas dan seliar ini. Setelah kurasa sudah cukup memberikannya waktu untuk beristirahat sejenak, ku bangunkan Sinta dan kupenuhi janjiku. Aku ingin membuatnya berteriak dan mendesah namaku hingga pagi.
897Please respect copyright.PENANAZ2kAkNTcCE
***
897Please respect copyright.PENANAwONG04DieE
Beberapa hari berikutnya, Sinta menunjukkan perubahan yang lebih drastis lagi. Dia tidak lagi hanya menunggu perintahku. Dia mulai menuntut untuk menjadi lebih liar, lebih binal. Dia akan mendatangiku, memelukku, dan membisikkan fantasi-fantasi barunya, fantasi yang semakin berani, semakin provokatif, melebihi apa yang pernah kubayangkan.
897Please respect copyright.PENANAMoDKjZhss9
Pengalaman di villa terpencil itu, di mana Sinta secara sukarela menyerahkan dirinya sepenuhnya di hadapan Rio, seakan menjadi jawaban, bahwa tahap "pendidikan"nya telah mencapai puncaknya. Dia telah menjadi manifestasi sempurna dari fantasiku, seorang "pecun" yang bangga akan identitas barunya, yang menikmati setiap aspek dari dominasiku. Kobaran api binal di matanya kini telah berubah menjadi lautan gairah yang tak terbatas, sebuah samudra yang siap kutelusuri hingga ke dasar terdalamnya.
897Please respect copyright.PENANASjFPAjjzbS
Obsesiku terhadapnya kini terpenuhi secara tuntas, dan aku tahu, ini adalah awal dari kehidupan kami yang baru, di mana Sinta akan menjadi pemuas nafsu dan hasratku, tanpa batas, tanpa keraguan, dan dengan kenikmatan yang tak terhingga.
897Please respect copyright.PENANA1dafgKitq2
"Eros," bisiknya, "Aku ingin kamu tahu, aku tidak pernah merasa sebahagia ini. Kamu telah membuka mataku, Eros. Kamu telah membuatku menemukan diriku yang sebenarnya, sisi liarku yang selama ini tersembunyi. Aku beruntung menjadi pacarmu."
897Please respect copyright.PENANAZ7tiij5qOF
Aku menyeringai, mencium bibirnya, "Itu karena kamu adalah milikku, Sayang. Dan aku tahu apa yang terbaik untukmu. Tahu apa yang kamu butuhkan untuk merasa bebas, bahkan untuk menjadi versi dirimu yang paling liar."
897Please respect copyright.PENANASTG1cjjnd3
"Aku ingin kamu melakukan sesuatu padaku," lanjutnya, matanya berkilat, penuh hasrat yang membara, sebuah undangan yang tak bisa kutolak. "Sesuatu yang lain, yang belum pernah kita lakukan. Sesuatu yang akan membuatku sepenuhnya menjadi budakmu. Aku ingin kamu menguasai setiap inci tubuh dan jiwaku, Eros. Aku ingin kamu mengambil alih segalanya."
897Please respect copyright.PENANAFueyhPpnrU
Aku menatapnya, dia benar-benar mendorong batasnya sendiri. "Apa itu, Sayang? Katakan padaku. Tidak ada yang tidak bisa kita lakukan. Aku akan mewujudkan setiap fantasimu."
897Please respect copyright.PENANAy9l2QefDhT
Sinta mendekat, bibirnya menyentuh telingaku, suaranya berbisik rendah, penuh gairah dan keberanian yang kini menjadi bagian dari dirinya. "Aku ingin kita melakukan sesuatu di tempat yang lebih tidak terduga. Di tempat di mana kita bisa merasa paling... rentan. Dan aku ingin kamu melakukannya dengan kasar, Eros. Aku ingin kamu membuatku memohon, menjerit, hingga aku tidak bisa lagi berpikir. Buat cuma ada kamu dipikiranku. Aku ingin kau menunjukkan padaku siapa yang berkuasa atas diriku."
897Please respect copyright.PENANAVkVe7ca5LM
Aku tersenyum, sebuah senyum kepuasan, aku tidak sabar untuk merasakan kenikmatan yang tak terhingga. "Mmm... itu ide yang sangat menarik, Sayang. Aku suka bagaimana kamu mulai berpikir lebih liar, lebih berani. Aku ada ide untuk tempatnya. Sebuah tempat di mana kita bisa mewujudkan fantasimu. Aku yakin ini akan menjadi pengalaman yang seru dan tak terlupakan."
ns216.73.216.143da2