
Beberapa hari kemudian, aku membawa Sinta ke sebuah gudang tua yang terpencil, jauh dari keramaian kota, tersembunyi di balik semak belukar yang rimbun. Gudang itu gelap, berdebu, dan lembap, namun aku telah membersihkannya dan menyiapkan beberapa peralatan sederhana. Ada sebuah meja kayu tua yang besar di tengah ruangan, permukaannya kasar namun kokoh, dan beberapa rantai besi tebal yang tergantung di dinding, memantulkan cahaya redup dari celah atap. Aroma tanah dan kayu lapuk yang kuat memenuhi udara, bercampur dengan bau karat besi, menciptakan suasana yang suram namun memikat, sebuah panggung yang sempurna untuk persembahan terakhir Sinta.
271Please respect copyright.PENANAjU0CLUTJ1E
Sinta mengenakan gaun hitam panjang yang sederhana saat kami tiba, gaun yang menutupi tubuhnya namun tidak bisa menyembunyikan antisipasi yang membara di matanya. Dia melirikku, senyum nakal terukir di bibirnya, sebuah senyum yang kini lebih berani, lebih liar dari sebelumnya.
271Please respect copyright.PENANAw3Pl64DF6A
"Jadi, ini 'tempat' yang kau maksud, Eros? Ini... sangat berbeda. Sangat... mendebarkan." Suaranya sedikit bergetar, namun bukan karena takut, melainkan karena perasaan gairah yang memuncak.
"Ini adalah tempat di mana batasan akan terhapus sepenuhnya, Sayang," kataku, mencium bibirnya, dalam, penuh dominasi. "Ini adalah tempat di mana kamu akan melakukan banyak hal tanpa keraguan. Kamu bisa bebas berekspresi semaumu."
271Please respect copyright.PENANAOP7Og9B61H
Aku meminta Sinta melepaskan gaunnya. Dia melakukannya tanpa ragu, bahkan dengan sedikit antusiasme yang mengejutkan. Gaun itu meluncur ke lantai, meninggalkan genangan kain hitam di kakinya, memperlihatkan tubuhnya yang sempurna, hanya terbalut lingerie hitam transparan yang ia kenakan. Lingerie itu nyaris tidak bisa menutupi apa-apa, memperlihatkan setiap lekuk tubuhnya, setiap inci kulitnya. Dia berdiri di depanku, telanjang, matanya berkilat liar, seolah menantangku, seolah berkata, "Pakelah aku, Eros. Aku siap."
271Please respect copyright.PENANAmim7aFRRL1
"Apa yang akan kau lakukan padaku, Eros?" bisiknya, suaranya parau karena gairah yang tak tertahankan, bibirnya sedikit terbuka, napasnya terengah-engah.
Aku menyeringai, mendekatinya, membelai pipinya. "Aku akan membuatmu tahu siapa pemilikmu, Sayang. Aku akan membuatmu memohon, menjerit, hingga kau tidak bisa lagi berpikir, hingga kau hanya bisa merasakan kenikmatan yang kuberikan. Aku akan membuatmu tahu betapa menyenangkannya menjadi pecunku, betapa kamu ditakdirkan untuk menjadi budak seksku."
271Please respect copyright.PENANAcd81p3BO2P
Aku membawa Sinta ke meja kayu tua itu. Permukaannya dingin dan kasar di bawah tubuhnya. Aku memintanya berbaring di atasnya, telentang, kakinya sedikit terangkat dan terbuka lebar. Lalu dengan rantai besi tebal yang tergantung di dinding, aku mengikat pergelangan tangannya ke tiang di atas meja, dan pergelangan kakinya ke kaki meja. Aku mengikatnya dengan kuat, memastikan dia tidak bisa bergerak, sepenuhnya tak berdaya di bawah kendaliku, sebuah persembahan yang sempurna.
Sinta menatapku, matanya berkilat liar, bibirnya tersenyum menggoda, sebuah senyum yang kini sarat akan kenakalan dan kepasrahan. "Aku suka ini, Eros. Aku suka bagaimana kau mengikatku. Itu membuatku merasa... sangat lemah, sangat tak berdaya, tapi juga sangat kuat, sangat diinginkan. Lakukan apa saja yang kamu mau padaku, Sayang."
271Please respect copyright.PENANAEjlViyluFg
"Kamu adalah pecunku, Sayang," bisikku sambil mencium bibirnya, sebuah ciuman tak tertahankan karena penuh rasa ingin mendominasi. "Dan kau akan memuaskanku. Sekarang, tunjukkan padaku betapa kamu menginginkannya. Tunjukkan padaku betapa lebih liarnya kamu bisa menjadi."
271Please respect copyright.PENANANqEYwdcMj9
Aku mulai dengan sentuhan. Aku membelai rambut hitam panjang Sinta, menariknya ke belakang, lalu turun ke lehernya, menciumnya, menjilatnya, menghisapnya, meninggalkan jejak kemerahan yang jelas di sana, sebuah tanda kepemilikan yang tak terbantahkan. Sinta mendesah panjang, sebuah erangan yang dalam dan sensual, tubuhnya menggeliat di meja, namun terikat, hanya bisa merespons sentuhanku.
271Please respect copyright.PENANA5UqGu1Vnki
"Aahh... Eros... mmm... enakkk... lebih... lagi, Eros... aku ingin lebih... aku ingin kau menguasai diriku... aahh... jangan berhenti..." desahnya, suaranya penuh gairah yang membara, punggungnya melengkung, mencari sentuhan lebih dalam.
Aku turun ke payudaranya, menciumnya, menghisapnya, bermain-main dengan putingnya yang sudah mengeras, memelintirnya perlahan di antara jari-jariku, menariknya lembut. Sinta menjerit tertahan, sebuah jeritan kecil yang penuh kejutan dan kenikmatan, punggungnya melengkung ke atas, seolah ingin melepaskan diri dari ikatan, namun tidak mampu.
271Please respect copyright.PENANAePnMoZ9H7h
"Eros... a-akuu...... aahh... aku tidak tahan... aahh... pake aku... aahh... sekarang... kumohon...pake akuu.." erangnya, desahan-desahannya membuatku semakin terangsang, semakin ingin membuatnya menggila.
Aku menyeringai, lalu mulai menjilat dan menghisap area intimnya yang kini sudah basah kuyup, merasakan kelembaban dan kehangatan di sana. Aku memasukkan satu jariku, perlahan, merasakan cengkeraman ketat di dalamnya. Sinta menjerit, sebuah jeritan panjang yang penuh kenikmatan, kepalanya terlempar ke belakang, rambutnya terurai di meja yang dingin.
271Please respect copyright.PENANA8VDKEVKoIW
"Aahh... Erosss... ya... begitu... terus... terus... ouhhh... lebih cepat... aahh... Eros... kontolmu... aku ingin kontolmuuuu...masukin Sayangg…" desahnya, tubuhnya menggeliat hebat, rantai di pergelangan tangannya berderak, bergesekan dengan kayu.
Kakinya bergetar tak terkontrol, pinggulnya terangkat dari meja, mencoba mencari sentuhan lebih dalam, sebuah gerakan yang putus asa namun penuh hasrat. "Aku... aku tidak bisa... aahh... lebih dalam lagi... Eros... aku mohon...masukinn... sekarang... aku ingin kamu membuatku gila..."
271Please respect copyright.PENANAhvOhN8MmS8
Aku tidak lagi menahan diri. Aku naik ke atasnya, memposisikan diriku di antara kedua kakinya yang terikat dan terbuka lebar. Aku mencium bibirnya, dalam, penuh dominasi, lalu perlahan memasukkan kejantananku ke dalam dirinya. Sinta menjerit, sebuah jeritan panjang yang penuh kenikmatan dan pelepasan, sebuah suara yang memenuhi gudang tua itu.
271Please respect copyright.PENANAa9m4X2VCMJ
"Aahh... Eros... ya... itu... itu dia... aahh... lebih dalam... lebih dalam... aku suka ini... aku suka bagaimana kamu kontolin aku... aahh..." desahnya, tubuhnya menggeliat hebat, pinggulnya bergerak tak sabar, mencoba mendorongku lebih dalam lagi, seolah ingin menelan setiap inci diriku.
271Please respect copyright.PENANAI1NxjLILfF
Aku mulai menggenjotnya, perlahan pada awalnya, merasakan setiap lekuk tubuhnya, setiap kontraksi di dalamnya. Lalu semakin cepat, semakin dalam, semakin brutal. Sinta menjerit, desahannya semakin liar, semakin tanpa kontrol. Dia tidak lagi menahan diri. Dia sepenuhnya menyerah pada sensasi yang kuberikan, pada kendaluku, pada kenakalan yang ia rasakan.
271Please respect copyright.PENANAwFmsxXaTXz
Posisi demi posisi kami jelajahi di atas meja kayu itu, masing-masing membawa Sinta ke puncak kenikmatan yang lebih dalam.
271Please respect copyright.PENANAGBBAuTpvk4
Posisi pertama, aku melakukan posisi Missionary dengan kondisi Sinta diatas meja, dengan kedua tangannya terikat diatas kepala. Posisiku berada di atasnya, menindihnya. Tubuh kami menempel erat, keringat bercampur. Sinta terikat di pergelangan tangan dan kakinya ke meja, membuat pinggulnya sedikit terangkat, memberikan akses yang lebih dalam. Aku memegang pinggulnya, mengontrol setiap dorongan, setiap hentakan yang memicu desahannya.
271Please respect copyright.PENANARL9QIhZdn9
"Aahh... Eros... keras... lebih keras... aahh... aku suka ini... aku suka bagaimana kau menguasai diriku... aahh... jangan berhenti... kumohon... aku ingin kau menghancurkanku..." desahnya, matanya terpejam erat, kepalanya terlempar ke belakang, rambutnya terurai di meja yang dingin.
271Please respect copyright.PENANAfe9fhsFYTk
Lalu posisi berikutnya, aku melakukan Doggy Style.Aku membalikkan tubuh Sinta, membuatnya berlutut di meja. Tangannya kini terikat ke tiang di atasnya, dan kakinya terikat ke kaki meja, membuat punggungnya melengkung, bokongnya terangkat tinggi, memberikan pemandangan menggoda dan akses sempurna. Aku berlutut di belakangnya, memegang pinggulnya, lalu memasukkan kejantananku dari belakang, mendorongnya dalam-dalam.
271Please respect copyright.PENANA003eiPHxWw
"Aahh... Eros... ini... ini gila... aahh... aku suka ini... lebih dalam... lebih dalam... aahh... kamu bikin aku menggila!!... Aahh..." erangnya, pantatnya pun bergerak maju mundur dengan tak sabar, mencari setiap genjotanku.
271Please respect copyright.PENANAhjewaR0Fl6
Setelah cukup puas dengan posisi doggy, aku mengubah posisi Sinta menjadi ‘Standing Against the Wall’. Aku melepaskan ikatan Sinta dari meja, lalu mengangkatnya, menyandarkannya ke dinding yang dingin dan kasar. Kakinya melingkari pinggangku, tangannya memeluk leherku erat, jari-jarinya mencengkeram rambutku. Aku berdiri, menggenjotnya dengan keras, tubuh kami saling berbenturan, suara benturan kulit memenuhi gudang.
271Please respect copyright.PENANAKgzEEpABEC
"Aahh... Eros... aku tidak bisa... aahh... terus pake aku... aahh... hentakin Sayang... hentakin yang kasar... aku ingin kamu bikin aku gak bisa lepas dari kamu..." desahnya, kakinya gemetar, tubuhnya melengkung, sepenuhnya menyerah pada setiap doronganku, setiap hentakan.
Aku terus melakukannya, menikmati setiap desahannya, setiap erangannya yang semakin lepas, semakin liar, semakin binal. Aku bisa merasakan dia di ambang batas, tubuhnya bergetar hebat, siap meledak, siap untuk persembahan total. Aku mencium lehernya, menggigitnya, meninggalkan jejak kepemilikan yang tak terhapuskan.
271Please respect copyright.PENANAL1esTmPmEo
Sinta menjerit lagi, sebuah jeritan panjang yang memekakkan telinga, sebuah erangan final yang penuh pelepasan, lalu tubuhnya menegang hebat, otot-ototnya berkontraksi, sebuah orgasme yang kuat melanda dirinya.
271Please respect copyright.PENANAwvihsUvrPq
"Aahh... Erosss... aahh... aku... aku keluar... AAAAAAARRRGGGGHHHHH..." Tubuhnya melengkung, lalu lemas dalam pelukanku, sepenuhnya menyerah.
271Please respect copyright.PENANAwPZe8Sq3CY
Aku tersenyum puas. Aku telah berhasil membuatnya mencapai puncak kenikmatan di tempat yang paling tidak terduga, di bawah kendaliku sepenuhnya, sebuah bukti nyata dari kepemilikanku. Aku melepaskannya, lalu mencium bibirnya, sambil menikmati sisa gairah yang masih berdenyut dari tubuhnya.
271Please respect copyright.PENANAmCAfPoTzeH
"Kamu memang ditakdirkan untuk jadi pecunku, Sayang," bisikku, suaraku penuh kepuasan yang tak terbatas. "Kamu membuatku sangat puas. Kamu milikku…selamanya."
271Please respect copyright.PENANAbnAm1SZ8wG
Sinta terengah-engah, matanya berkaca-kaca karena kenikmatan yang luar biasa, bibirnya membentuk senyum puas, sebuah senyum yang kini sepenuhnya binal. "Aku... aku milikmu, Eros. Sepenuhnya. Lakukan apa saja padaku. Aku ingin menjadi budakmu, Sayang. Aku ingin kau menguasai diriku. Aku ingin kau membuatku gila setiap hari."
271Please respect copyright.PENANAtc8L6zGNnB
Setelah sesi yang intens itu, aku membiarkan Sinta beristirahat. Aku tahu dia membutuhkan waktu untuk memulihkan diri, baik secara fisik maupun mental. Dia tertidur lelap di sofa tua di sudut gudang, bibirnya masih sedikit terbuka, wajahnya menunjukkan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja ia alami. Aku pun memandangnya, sebuah rasa kepuasan yang mendalam menjalar di hatiku.
271Please respect copyright.PENANAC1O43sDlSM
Sungguh beruntungnya diriku dapat memiliki wanita seperti Sinta.
271Please respect copyright.PENANA66aT44OIq7
***
271Please respect copyright.PENANAHuGTwq3NYe
Beberapa hari berikutnya, Sinta menunjukkan perubahan yang lebih drastis. Dia mulai semakin bertambah menuntut untuk dijadikan lebih liar, lebih binal. Dia akan mendatangiku, memelukku, dan membisikkan fantasi-fantasi barunya, fantasi yang semakin berani, yang membuatku semakin tidak percaya bahwa ini adalah Sinta yang ku kenal. Dia sudah menjadi lebih dari apa yang pernah kubayangkan. Dia bahkan mulai menyarankan ide-ide yang membuatku terkejut, namun sekaligus terangsang.
271Please respect copyright.PENANAgxLkagjhGz
"Eros," bisiknya, saat kami sedang berpelukan di ranjang, cahaya rembulan menyinari kamar. "Aku ingin kau mengikatku lagi. Tapi kali ini, aku ingin kamu membiarkan tanganku bebas. Aku ingin aku bisa menyentuh diriku sendiri, saat kamu menguasai diriku. Aku ingin kamu melihatku mencapai puncak, saat aku menyentuh diriku, hanya untukmu. Dan aku ingin kamu merekamnya, Eros. Aku ingin melihat diriku sendiri, betapa liarnya aku bisa menjadi untukmu. Aku ingin melihat ekspresi wajahku saat kau membuatku gila."
Aku tersenyum, mengusap rambutnya. "Kau sangat nakal, Sayang. Aku suka itu. Aku suka bagaimana kau mulai berpikir lebih liar, lebih ekstrem."
271Please respect copyright.PENANA1mpttywDnf
"Dan aku ingin kau memutarnya nanti," lanjutnya, matanya berkilat, penuh hasrat. "Aku ingin menonton diriku sendiri, betapa liarnya aku bisa menjadi untukmu. Aku ingin melihat ekspresi wajahku saat aku sudah menggila. Aku ingin melihat diriku sebagai pecunmu."
271Please respect copyright.PENANAw7NOBgR6zd
Aku tahu, Sinta telah sepenuhnya menerima perannya sebagai seorang pemuas nafsu untukku. Sebuah identitas baru untuk seorang wanita yang sudah berubah menjadi binal, yang hanya hidup untuk memuaskan hasratku. Dia telah menjadi sebuah boneka yang sempurna untuk segala kepuasan pribadiku, terlebih lagi dia dibawah kendaliku sepenuhnya.
271Please respect copyright.PENANAOFechZPgZD
Aku membenamkan wajahku di lehernya, menghirup aroma tubuhnya yang bercampur keringat dan gairah, aroma kemenangan. "Kamu adalah wanitaku dan sekaligus pecunku yang paling indah yang pernah kukenal, Sinta," bisikku, suaraku penuh kepuasan yang tak terbatas. "Dan kamu akan selalu menjadi milikku. Selamanya. Tidak ada yang bisa memisahkan kita. Kamu adalah ciptaanku, dan kamu akan selalu menjadi yang terbaik."
271Please respect copyright.PENANAPELxfMIQLx
Sinta mendesah, lalu memelukku erat, tubuhnya gemetar karena kenikmatan yang hadir karna kata-kataku, aku tahu itu. Itu adalah sebuah bukti, dengan merespons total terhadap dominasiku.
271Please respect copyright.PENANAAymkT7cL0V
"Selamanya, Eros. Aku milikmu, sepenuhnya. Aku suka menjadi pecunmu, suka memberikan sisi liarku kepadamu. Lakukan apa saja, aku suka saat dirimu menguasai diriku sepenuhnya. Jadikan satu-satunya budakmu untukmu, selamanya."
ns216.73.216.143da2