
Flashback Kepulangan Rania.
240Please respect copyright.PENANARawGKHMsHa
Jam 3 pagi. Aku berdiri di depan gerbang rumah yang sudah setahun kutinggalkan.
240Please respect copyright.PENANAX5bwOblVok
“Rasanya seperti sudah sangat lama…”
Udara sejuk nan dingin langsung menyambutku. Aroma rumput basah dan dedaunan yang khas. Rumah besar bergaya kolonial ini terlihat lebih megah di bawah cahaya bulan. Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan debar jantungku.
240Please respect copyright.PENANAW0xKwNkJOl
Pelan-pelan aku melangkah menyusuri jalan setapak. Setiap langkah seperti membangkitkan kenangan. Aku melirik ke kanan-kiri, berharap ketemu orang yang kukenal - mungkin pekerja kebun yang sedang ronda malam kalau lewat.
“Kalau ketemu aku, pasti mereka bakal kaget setengah mati.” Tapi sepi. Hanya suara jangkrik dan sesekali lolongan anjing jauh.
240Please respect copyright.PENANATD4zTjaLRv
Sedikit sedih sih. Aku tahu Ayah nggak ada di rumah. Dia telfon pas aku di bandara, bilang ada urusan bisnis penting di luar kota.
240Please respect copyright.PENANA4bOVoEQtau
"Nanti yang jemput Mang Joko ya Nak."
"Nggak usah, Yah. Aku mau nyelinap pulang. Pengin lihat ekspresi kakak-kakakku."
Aku tersenyum sendiri ingat percakapan tadi. Cuma Ayah yang tahu aku pulang hari ini. Sengaja aku sembunyi-sembunyi biar bisa bikin kejutan buat Kak Dania dan Nada.
240Please respect copyright.PENANAHlrL91FuYs
Rumah ini sekarang cuma ditempati mereka berdua. Sejak orang tua cerai waktu kami masih kecil, kami bertiga jadi sangat dekat. Aku nggak pernah mau tahu alasan pastinya mereka berpisah. Dengar-dengar sih sama-sama selingkuh. Tapi urusan mereka lah.
240Please respect copyright.PENANAAsvgquVsvY
Ting!
Hape di saku bergetar. Aku meraihnya pelan-pelan. Begitu lihat layar, napasku langsung tersendat.
240Please respect copyright.PENANAgyo3ATCtSc
Dia.
Satu-satunya orang yang paling kutunggu.
240Please respect copyright.PENANAkUI3j7Rkkr
Nama yang selalu ada di kepalaku sejak pesawat lepas landas dari London, jari-jariku gemetar membuka pesannya:
240Please respect copyright.PENANAH2xHhckVil
"Sampe rumah belum?"
Aku tersipuh. Kebetulan banget dia ngechat pas aku lagi mikirin dia. Atau... mungkin dia bisa merasakan aku udah dekat?
240Please respect copyright.PENANAlihaxV0FGk
Dengan langkah lebih cepat, aku bergegas menuju teras depan. Aku membuka pintu dengan kunci yang ku punya, ku buka pelan-pelan, berusaha tidak membuat suara.
Rumah gelap dan sunyi, juga aroma yang familiar.
240Please respect copyright.PENANAwXTpbrWdAl
“Home.” Ucapku pelan.
240Please respect copyright.PENANAVjrlLzR0qk
“Non ini barangnya mau saya antar sampai kamar?” tanya Pak Joko.
“Gak usah Mang, taro sini aja.” Aku menunjuk kearah sudut bawah tangga.
240Please respect copyright.PENANAveplQxgH2l
“Mang, kalau misalkan nanti mamang papasan sama kak Dania pas jam nya dia olahraga, jangan bilang-bilang aku udah pulang ya. Biar jadi Rahasia..”
Aku masih mengingat jadwal rutin kakak ku itu, biasanya jam 5 pagi sudah bersiap-siap olahraga, meskipun…
240Please respect copyright.PENANAZII0IgYKNI
Tapi pikiranku langsung melayang ke kamar di lantai dua. Rasanya ingin segera rebahan dan menunggu matahari lebih tinggi.
Karena ada seseorang yang sedang tidak tidur pulas, menungguku(?)
240Please respect copyright.PENANAv4kATpA9P2
Aku menghela napas.
“Aku kangen kamu…”
240Please respect copyright.PENANAWmBIOc2XrV
240Please respect copyright.PENANAYqp6A2ktQM
240Please respect copyright.PENANAsUoeKYpwCv
240Please respect copyright.PENANAdxnXjvijsA
Baca versi lengkapnya lihat dari profile penulis.
ns216.73.216.197da2