
Prolog
308Please respect copyright.PENANA0CMmYjRvo4
Masa puber adalah fase paling menggairahkan dalam hidupku.
308Please respect copyright.PENANAQgCLyUosOf
Sebuah periode di mana setiap tarikan napas terasa seperti petualangan baru, setiap pandangan mata menyimpan hasrat tersembunyi. Ketika seragam putih abu-abu mulai lepas dari tubuhku, aku memutuskan untuk tinggal bersama Pamanku di daerah perkebunan. Alasannya sederhana: sudah sejak lama aku sudah terpikat oleh dunia pertanian, dan kebetulan Pamanku adalah seorang petani sukses.
308Please respect copyright.PENANAmSTePPr3ml
Nessalia Zenada—itulah nama lengkapku. Di rumah, aku dipanggil Elia. Di sekolah, Nada. Aku tak masalah dengan banyaknya nama panggilan. Bagiku, selama itu membuatku lebih dekat dengan orang lain, tak ada yang salah.
Aku dibesarkan dengan tuntutan tinggi. Ayah dan Ibu mendorongku untuk selalu kompetitif, dan sifat itu melekat kuat dalam diriku. Jika aku menginginkan sesuatu, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkannya. Ruang tamu rumahku dipenuhi piagam dan piala, baik milik orang tuaku maupun milikku sendiri. Tapi tak semua sifat mereka kusukai. Kami sering berdebat karena perbedaan sudut pandang.
308Please respect copyright.PENANAsCPmy0PmG6
Ayahku, seorang pebisnis tulen, tak pernah ragu mendukung keinginanku. Tentu saja, dengan segudang wejangan dan syarat. "Elia, jangan lupa laporan mingguan, ya!" Begitu selalu pesannya. Tapi bagiku, ini adalah kesempatan untuk bebas—jauh dari pengawasan ketat orang tua, meski harus berhadapan dengan dua sepupu yang membuatku...
308Please respect copyright.PENANAhR0Wyw09Vl
Gelisah.
308Please respect copyright.PENANAfxPdjkaiPd
Keluarga Paman tak hanya terdiri dari mereka berdua. Ada Dania, si sulung, lima tahun di atasku, dan Rania, setahun lebih muda dariku. Keduanya cantik... sangat cantik. Wajah mereka begitu pribumi meskipun masih ada sedikit oriental, berbanding terbalik dengan fitur amoy-ku yang lebih kental.
308Please respect copyright.PENANAVPufmfjDbV
Kadang, kecantikan mereka membuatku sedikit tidak percaya diri. Wajahku cenderung lebih "amoy", sementara mereka mewarisi kecantikan alami Bibiku yang berdarah pribumi. Perpaduan latar belakang suku yang berbeda dalam keluarga mereka menghasilkan wajah-wajah memesona. Setiap kumpul keluarga, aku selalu terpana memandangi mereka, terutama Dania.
308Please respect copyright.PENANAPaFa99c9xp
Mengapa aku tak pernah bosan memandang Dania? Karna ia begitu sempurna! Bibirnya tebal, kulitnya kecokelatan, dan tubuhnya—oh Tuhan—tubuhnya adalah mahakarya. Berbeda denganku yang kurus, Dania punya lekuk yang memikat: pinggang ramping, bokong bulat, dan payudara yang menggoda setiap kali dia berlari atau tertawa.
308Please respect copyright.PENANASlj0IxU2WE
Setelah akhirnya aku pindah dan hanya tinggal bersama Dania berdua, hal ini menjadi awal obsesiku terhadap "tipe pejantan" yang berseberangan denganku. Aku mulai mengidamkan pasangan yang benar-benar berbeda dariku, yang nantinya akan kalian tahu. Obsesiku ini tumbuh karna ulah Dania, atau lebih sopannya…
308Please respect copyright.PENANA4xYLbrEbz8
Kak Dania..
308Please respect copyright.PENANApaCawPfUdI
Dan di sini, di tengah perkebunan yang luas, aku mulai mengenal sisi lain diriku.
308Please respect copyright.PENANAA7KcAJJOBR
***
308Please respect copyright.PENANAYAazTSBA74
Masa SMA-ku berlalu begitu cepat. Tinggal satu semester lagi sebelum aku melanjutkan ke perguruan tinggi. Selama ini, aku berteman dengan beragam karakter dari yang paling baik sampai yang paling urakan.
Karena liburan semester kali ini lebih panjang dari biasanya—tiga minggu penuh. Aku menghabiskan waktu dengan belajar mengelola kebun bersama Dania, karna Pamanku sedang keluar kota, ada urusan bisnis katanya..
308Please respect copyright.PENANAZm7xuMEEGm
Dania adalah calon penerus usaha Pamanku. Sejak kecil, dia sudah dibiasakan dengan urusan bercocok tanam, dan antusiasmenya terlihat jelas. Jika Paman sibuk dengan urusan bisnis, aku biasanya belajar langsung dari Kak Dania.
Seperti hari ini, kami berdua berkeliling kebun bersama Pak Mulyono, ajudan Paman, untuk memastikan persiapan panen berjalan lancar.
308Please respect copyright.PENANARRiUaia7e1
Tetapi, ada hal yang membuatku bingung hari ini, Dania terlihat aneh.
Wajahnya pucat…
308Please respect copyright.PENANAhn7os9BcHH
"Kakak keliatan capek," kataku, mataku tak lepas dari tubuhnya yang berkeringat.
"Iya, Nad. Kemarin kakak banyak gerak habis bantu Pak Mulyono benerin pompa air," jawabnya sambil tersenyum kecil.
308Please respect copyright.PENANAOkGRuN9eCl
Aku mengernyit. Benerin pompa air?
"Emang harus banyak gerak?" tanyaku polos.
308Please respect copyright.PENANAJ8mxkI37fI
Dania hanya tersipu, sementara Pak Mulyono ajudan Pamanku yang berotot dan berkulit gelap tersenyum penuh arti.
"Iya, Non. Bapak kebelet pipis, jadi minta tolong Non Dania pegangin selangnya sambil bapak... tekan-tekan pompanya."
Aku masih bingung.
"Terus?"
308Please respect copyright.PENANA2Z2tzK1rqf
"Nah, setelah beberapa lama gak keluar air, bapak minta Non Dania yang tekan-tekan, bapak yang pegang selangnya." ujar Pak Mulyono menjelaskan.
Dania memicingkan mata, bibirnya menyungging senyum nakal.
"Langsung deras airnya," tambah Pak Mulyono sambil tertawa.
308Please respect copyright.PENANA23QdCGP1kR
Aku masih tak paham. Tapi ada sesuatu dalam cara mereka bertukar pandang—sesuatu yang panas.
308Please respect copyright.PENANAzhnmdIrv1R
"Makanya, kalau kamu ingat, kemarin aku berkeringat lebih banyak dari biasanya. Itu karena bantu Pak Mulyono." timpal kak Dania.
Aku mencoba mengingat-ingat. Kemarin, bajunya memang lebih basah dari biasanya. Ada aroma aneh juga bukan sekadar bau keringat biasa.
"Jadi itu sebabnya bajunya basah banget?" tanyaku lagi.
"Iya, betul Nad!"
308Please respect copyright.PENANAAHzK4CtdvE
" Aku masih gak paham, kenapa benerin pompa harus banyak gerak?" aku kembali bertanya.
"Ah, kamu nanti juga akan paham, Nad." jawab kak Dania dengan sedikit tersenyum.
308Please respect copyright.PENANAof9xeh60a7
Aku masih penasaran. Sepertinya, ini bukan sekadar urusan pompa.
Lagi pula tadi saat berjalan dibelakang Dania, aku memperhatikan langkahnya yang sedikit lemas, ah mungkin memang efek karna abis jogging pagi juga seperti biasanya.
308Please respect copyright.PENANAJsAY2ZB5lT
***
308Please respect copyright.PENANAvS6b9Lr0yd
Sepanjang perjalanan pulang, Nada berjalan di depan Dania. Kesempatan itu digunakan Dania, ia melambatkan langkah, memberi isyarat seolah masih ingin bicara dengan orang di sampingnya, ia pun membisikan sesuatu ke Pak Mulyono.
308Please respect copyright.PENANApWOqxoLZl1
"Jangan aneh-aneh ya, Mang," bisik Dania tiba-tiba, suaranya parau.
"Hehe, iya Non," jawab Pak Mulyono, masih berbisik.
"Non Nada kayaknya gak paham."
"Pokoknya jangan kayak gitu lagi!"
308Please respect copyright.PENANAbFpwyFjzQ5
"Sip, Non!"
Diam sejenak.
308Please respect copyright.PENANA9ZTyv902gI
"Oya, Non..."
"Apa, Mang?"
"Non makin pinter."
Dania tersipu, lalu membalas dengan senyum genit.
308Please respect copyright.PENANAwkZSG6MQUe
"Mamang kan yang ngajarin... hihi."
308Please respect copyright.PENANA57mtf9fZ5G
308Please respect copyright.PENANAaGLSBWs4zR
==================================================
308Please respect copyright.PENANAah2CKBgvu6
308Please respect copyright.PENANAudlpHAQ0El
Part 1
308Please respect copyright.PENANAA4YrOAkLVl
POV Dania
Beberapa tahun sebelum ada Nada
308Please respect copyright.PENANAfKScw7C1Ca
Hari ini genap seminggu aku berada di rumah sendiri. Sejak kecil, Papa selalu menanamkan kemandirian dalam diriku, dan kini di usiaku yang sudah matang, kebiasaan itu melekat begitu saja. Mama sudah berbulan-bulan menemani Nenek yang sakit di kota lain. Kondisi Nenek yang belum menunjukkan tanda-tanda membaik membuatnya mustahil untuk tinggal di sini. Apalagi cuaca di sini cukup dingin. Mama hanya sesekali pulang untuk mengecek keadaanku dan usaha Papa.
308Please respect copyright.PENANAviQIYqWtHc
Adikku, Rania, sedang menjalani program pertukaran pelajar diluar negeri dan baru akan kembali dua tahun lagi. Papa? Jangan ditanya. Dia sibuk dengan urusannya sendiri, sering keluar kota. Sekali lagi, hanya aku yang bisa membantunya mengurus kebun di sini. Tak apa, toh aku juga menikmatinya. Papa sudah membesarkanku dengan pengetahuan tentang bisnisnya sejak kecil. Kuliahku pun sebentar lagi selesai, awal tahun depan aku wisuda.
308Please respect copyright.PENANAEpttROMdM7
"Hmm, kegiatan apa lagi ya yang bisa mengisi waktuku?"
Aku melamun sambil menatap langit-langit kamar.
308Please respect copyright.PENANA21eFBFBf5Y
"Oh ya, Nada baru pindah ke sini enam bulan lagi untuk masuk Kuliah."
"Artinya, kesendirianku masih panjang..."
308Please respect copyright.PENANA1ZM11ba0bs
"Lari pagi aja deh. Sudah lama diwacanakan, mending eksekusi!"
308Please respect copyright.PENANACW8N1JiuQq
Kehidupanku belakangan ini monoton. Aku tipe orang yang suka keseimbangan. Kalau hari ini aku menguras tenaga 100%, besok harus 50%. Mungkin terdengar aneh, tapi itu ciri khasku. Mungkin itu juga yang bikin hubungan pacaranku selalu gagal. Pasanganku tak pernah benar-benar menerima sikapku. Mereka hanya tertarik pada kecantikanku.
308Please respect copyright.PENANAPHg8mexZep
Narsis? Enggak, aku memang cantik. Hehe.
308Please respect copyright.PENANApxNehXP7XU
Meski sudah jam 7 pagi, kuanggap masih lumayan untuk jalan-jalan pagi. Aku tak yakin jam berapa yang tepat untuk lari pagi, tapi daripada bosan, lebih baik mencoba. Biasanya aku lebih sering yoga atau senam aerobik, terpengaruh kebiasaan Mama yang suka menonton acara senam pagi di A*TV waktu aku kecil. Tapi kali ini, aku ingin sesuatu yang berbeda.
308Please respect copyright.PENANAm9kl6Bs9DS
Kubuka lemari, memilih pakaian olahraga. Biasanya aku pakai crop top atau sport bra, tapi hari ini aku memilih kaos tanpa lengan yang simpel dan nyaman. Cuaca pagi ini sejuk, sempurna untuk menikmati kenyamanan tanpa harus terlalu terbuka. Setelah pemanasan singkat, aku mulai lari menyusuri perkebunan.
308Please respect copyright.PENANA0pCKUCjTz2
Papa mendesain bukit di belakang rumah khusus untuk keluarga. Ada jalan bercabang menuju perkebunan bisnisnya, tapi rute yang kupilih hari ini mengelilingi area pribadi dulu, lalu turun ke side B perkebunan bisnis, dan kembali ke rumah. Bukit ini cukup tinggi, memberikan pemandangan desa yang memukau. Papa sengaja membangun gazebo di tengah bukit, dikelilingi pepohonan asli untuk meredam suara. Lokasinya sekitar 300 meter dari rumah, agak jauh memang, tapi pemandangannya sepadan.
308Please respect copyright.PENANAHqUhJky60w
Dua jam sudah berlalu. Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi saat aku kembali ke halaman belakang rumah. Aku berpapasan dengan Mang Mulyono dan Mang Joko yang sedang menyeruput kopi di teras rumah kecil mereka.
308Please respect copyright.PENANAvZjEvwqO8p
"Baru bangun, Mang Yono? Mang Joko?" sapaku sambil mengusap keringat di dahi.
"Pagi, Non Dania," jawab mereka serempak.
308Please respect copyright.PENANAhQ8bHYrhYV
"Udah dari tadi, Non. Tadi sempat lihat Non lewat dari dalam rumah," kata Pak Mulyono.
"Kalau saya sih baru bangun, Non. Maklum semalem habis nguli," timpal Pak Joko sambil menguap.
Aku ingat Papa bilang Mang Joko harus mengantar pesanan kemarin sampai larut malam.
308Please respect copyright.PENANAuymuk9cI2y
"Duh, pasti capek ya? Istirahat aja hari ini, kebun juga gak terlalu sibuk," saranku.
"Ah, gapapa, Non. Lihat Non pagi-pagi udah olahraga, saya jadi ikutan seger," balasnya sambil tersenyum licik.
"Yah, kalau mau seger, ikutan lari dong!" godaku.
308Please respect copyright.PENANAAGYOgjD0eG
"Hehehe, olahraga saya mah gak di sini, Non." kata Pak Joko
"Di mana dong?" balasku.
"Di pulau!" kata Pak Joko lagi
"Pulau apa?" timpalku seperti sedang bersaut-sautan.
"Pulau kapuk! Hehehe" ucapnya usil.
Mereka berdua tertawa. Aku menggeleng, lalu berpamitan, "Yaudah, aku masuk dulu ya!"
308Please respect copyright.PENANArdG3RGXxJ5
"Sip, Non!"
308Please respect copyright.PENANAc4MUSznyY5
Meski sendirian di rumah dengan dua pria di luar, aku merasa aman. Mereka tak pernah bersikap aneh. Aku mengenal mereka sejak kecil, sudah kuanggap seperti paman sendiri. Selain itu, Papa sudah banyak membantu kehidupan mereka. Pernah kudengar Mang Yono berutang budi besar pada Papa karena biaya pengobatan istrinya yang sakit kanker dulu ditanggung sepenuhnya oleh Papa.
308Please respect copyright.PENANAboerzCIgam
Sementara Mang Joko adalah teman SD Mang Yono, mantan polisi hutan yang akhirnya bekerja di sini karena kebutuhan ekonomi. Kerjanya bagus, makanya Papa mempercayakannya tinggal dekat rumah.
Tapi tanpa kuketahui, ketika aku sudah berjalan lagi menuju rumahnya, salah satu dari mereka masih menantap penuh arti kearahku. Orang itu berucap pelan, sambil berjalan kembali ke kamarnya.
308Please respect copyright.PENANA17qgNokZvs
"Aahh... geulis pisan non Dania..." Mang Joko menggeram pelan kembali diam-diam memperhatikan nona majikannya yang sedang berjalan pulang. Matanya menyipit saat menatap Dania dari balik jendela, tangannya merayap ke celana, mengelus benda yang mulai mengeras.
308Please respect copyright.PENANAhvVKJ6PrwS
"Tapi gak nyangka... bertahun-tahun kerja di sini, baru lihat non pakai baju olahraga kayak gini."
308Please respect copyright.PENANABtoIGz24bh
Cekrek
Suara kamera ponselnya mengintip saat aku melakukan peregangan di teras.
308Please respect copyright.PENANAiTsUutjjrs
"Kali ini aja... selama non gak tahu..."
308Please respect copyright.PENANAQ8IwSLiHqU
***
308Please respect copyright.PENANAXLtCLOsl6g
Keesokan harinya, aku lari pagi lagi. Kali ini rutenya kebalikan—perkebunan dulu, baru ke bukit pribadi. Seharusnya aku yoga hari ini, tapi semangat lari pagi masih membara. Mungkin besok baru kujadwalkan selang-seling.
308Please respect copyright.PENANAOly5WmiLM9
"Aaah... enak juga ya lari pagi," gumamku sambil duduk di gazebo, menikmati mentari pagi yang mulai naik.
308Please respect copyright.PENANA4PNWEOZgtL
Ting.
Notifikasi dari Papa: "Jangan lupa cek kebun hari ini. -Love Papa."
308Please respect copyright.PENANAR1UG9ilsOu
Aku menghela napas—Klasik.
308Please respect copyright.PENANAmOaLsstAOM
Papa jarang nanya kabar, tapi kalau di rumah, dia sangat perhatian. Love language-nya quality time, sementara aku act of service, Rania words of affirmation, dan Mama meskipun sudah berpisah dari papa, aku tahu kalau dia itu receiving gifts.
Lucu ya, satu keluarga bisa beda-beda.
308Please respect copyright.PENANAQCr63l24vc
Jam sudah setengah 9. Aku turun dari bukit, menuju rumah. Saat melewati belakang, tiba-tiba—
308Please respect copyright.PENANAbYwcNhg214
"Eh, Non Dania! Maaf, Non!"
Mang Yono baru keluar kamar mandi, bertelanjang dada. Refleks, aku menutup wajah.
308Please respect copyright.PENANAlWBEyiEPWu
"Udah pakai handuk, Non!"
308Please respect copyright.PENANAnSmy4hPcBJ
Perlahan, kuangkat tanganku. Ini pertama kalinya aku melihat tubuh pria telanjang dada selain Papa. Mang Yono, meski sudah 40-an, badannya kekar seperti pria 30-an. Kulitnya tidak terlalu gelap, tidak juga terang—pas. Otot-ototnya terpahat jelas, membuat jantungku berdebar kencang.
308Please respect copyright.PENANAlM5METU6L2
"Iya, aku kaget aja..."
308Please respect copyright.PENANAB76FOT8krL
Kami mengobrol sebentar sebelum aku masuk rumah. Di bawah guyuran air shower, pikiranku melayang ke bayangan tubuh Mang Yono tadi.
308Please respect copyright.PENANAyn1jT5Dmxi
"Hmm... kok bagus ya badannya?"
308Please respect copyright.PENANArCsxf6DSHt
Aku perempuan normal, bukan lesbian. Wajar kalau aku suka melihat keindahan tubuh pria.
308Please respect copyright.PENANAfCtenF2TuI
Tapi selama ini, aku belum pernah merasakan ketertarikan intim yang mendalam. Kedua mantanku atletis—satu pemain basket, satu pemain futsal—tapi hubungan kami tak pernah sampai ke ranah fisik.
First kiss-ku saja baru dengan si basket dan tubuhku masih perawan.
308Please respect copyright.PENANAY5w6sdjD11
***
308Please respect copyright.PENANAohDufKasvm
Pagi itu, sinar matahari menyapu perkebunan dengan kehangatannya. Setelah selesai mandi, aku pun bersiap-siap untuk berkerja. Aku berjalan menyusuri perkebun, mengenakan baju casual berbahan hangat, dilapisi cardigan rajut berwarna biru.
Selama perjalanan aku menyadari ada beberapa matanya dari para pekerja yang menyapu tubuhku dari ujung kepala hingga kaki, berhenti sejenak di lekuk dadaku yang bergoyang pelan. Semua dilakukan dengan lirikan cepat dan singkat.
Tak bisa dipungkuri, aku merasa jadi pemandangan indah mereka setiap hari, tak masalah, karna aku tidak merasa dirugikan.
308Please respect copyright.PENANA2fPjosDhZo
Saat menuju kebun, aku berpapasan dengan Mang Yono.
"Pagi, Non Dania! Wangi amat nih!"
"Iya, habis mandi!"
"Bukan wangi sabun, Non... wangi parfumnya..." Aku tersipu, Mang Yono menyadari hal itu,
308Please respect copyright.PENANACWatSowYbO
Memang aku sengaja memakai parfum baru yang agak menggoda—aroma vanilla dan kayu yang hangat, dengan sentuhan musk yang sensual. Aku tahu efeknya pada pria, tapi tidak menyangka Mang Yono akan berkomentar begitu blak-blakan.
308Please respect copyright.PENANAqmGDBf6Edn
Dia pun menjelaskan rencana kerjanya hari ini sebelum pergi ke sektor lain. Selama dia menjelaskan, aku menangkap matanya yang sesekali mencuri pandang ke arah lain di tubuhku. Ada sensasi aneh—semacam kepuasan mengetahui bahwa ada bagian ditubuhku bisa membuatnya gelisah.
“Apa mungkin karna efek melihat tubuh atletis Mang Yono tadi?” batinku.
308Please respect copyright.PENANAA4LZKkh3zs
Setelah mendengar penjelasannya, aku pun segera masuk ke kantor perkebunan. Hari ini kerjaku akan banyak sekali. Melihat laporan pengelolaan, hasil jual beli pada pasar setempat, dan hal-hal lainnya yang butuh ketelitian angka. Tanpa kusadari, waktu berjalan begitu cepat hingga sudah waktunya makan siang.
308Please respect copyright.PENANAIfUjbrpUYJ
Saat aku bergegas ke toilet, ketika melewati ruang staff, tiba-tiba kudengar obrolan yang membuatku berhenti di tempat—
Suara Mang Joko dan beberapa pekerja lain, menyebut namaku.
308Please respect copyright.PENANAx3D2icLgvU
"Wangi banget parfum non Dania tadi..."
"Sayang belum nikah, pasti laku keras tuh..."
"Duh, pengen punya istri kayak non Dania..."
Dadaku berdebar kencang. Ini pertama kalinya aku mendengar mereka membicarakanku seperti ini. Aku tahu beberapa pekerja kebun sering melirik, tapi tidak pernah sampai mendengar obrolan mereka tentangku. Aku pun jadi penasaran…
308Please respect copyright.PENANAt81rRYGPx2
"Sssttt... ini..."
Suara bisik-bisik. Apa yang mereka lihat?
"Wadaw! Gak takut ketawan, Pak?!"
"Beuhhh... mantap nih..."
Aku ingin tahu apa yang mereka lihat, tapi takut ketahuan mengintip.
Akhirnya, kuurungkan niat, karna aku sudah tidak tahan ingin ke toilet.
308Please respect copyright.PENANADkySsMk1K4
***
308Please respect copyright.PENANAzjFoBr5zF8
Masih di dalam Ruangan Staff
308Please respect copyright.PENANAL5DzKCmtGL
"Hehehe... mantap banget body-nya non Dania..." Pak Joko menyeringai, memutar ponselnya ke arah rekan-rekannya. Beberapa lelaki dalam ruang istirahat itu langsung mendekat, mata mereka terpaku pada layar.
"Ini tadi pagi pas lari... keliatan cantik banget..." Dia menggeser foto demi foto—gambar Dania dalam balutan baju olahraganya dan leggings hitam, tubuhnya berkeringat di bawah sinar matahari pagi. Bajunya yang ketat menampilkan keseluruhan lekup tubuhnya.
308Please respect copyright.PENANAwesyrqpH6u
"Buat bahan coli nih..." Disambut tawa terkekek.
"Duh, gak tahan... wangi banget tadi..." Pak Joko menutup mata sejenak, seolah menikmati memori itu.
308Please respect copyright.PENANATCTakLRTCT
"Nunggu jadi janda aja, Non Dania saya masih mau..."
Terlihat wajah Mang Joko dan para pekerja yang bersamanya tersenyum mesum.
308Please respect copyright.PENANAV3tXyValos
“Nginep disini lagi kali ya, siapa tahu dapat pemandangan lagi.” batin Pak Joko.
308Please respect copyright.PENANAmr1ILLKGrA
308Please respect copyright.PENANAPr1NtE2jSe
==================================================
308Please respect copyright.PENANAk6vxtQvx3r
308Please respect copyright.PENANAaYSVzYvT9b
Part 2
308Please respect copyright.PENANAVulG65oh48
Sudah beberapa hari aku berhasil menetapkan jadwal olahraga yang teratur, selang-seling antara yoga dan lari pagi. Awal minggu ini, antusiasme membuatku lari pagi tiga hari berturut-turut, mencoba berbagai rute sambil menghitung waktu yang dibutuhkan.
308Please respect copyright.PENANAMJMUldqolr
Kurang lebih dua sampai dua setengah jam, dimulai pukul lima pagi. Badanku terasa lebih ringan, otot perut mulai terbentuk, dan lemak di beberapa bagian tubuh berkurang. Bahkan payudaraku terlihat lebih kencang, terutama saat mengenakan sport bra dengan cup yang sedikit uplift.
308Please respect copyright.PENANA4QvZ8czuaa
Aku suka memandanginya di cermin—bentuknya sempurna.
308Please respect copyright.PENANAvpbFVSL1MK
Hari Rabu ini, pekerjaanku di kebun tak terlalu padat. Hanya mengecek stok, penjualan, dan merapikan data. Pukul setengah lima sore, sebagian besar pekerja sudah pulang, tinggal penjaga pos dan kadang Mang Yono atau Mang Joko yang masih berkeliaran. Meski mereka tinggal di belakang rumah, aku selalu pulang sendiri.
Papa bilang mereka tak perlu menemaniku kecuali aku meminta.
308Please respect copyright.PENANAFcDwHFfwJ4
"Ahh... capeknya..." Aku merenggangkan pergelangan tangan sebelum bersiap pulang.
Langit mulai senja, lebih baik segera pergi sebelum gelap. Saat hendak keluar, telingaku menangkap obrolan dari ruang staff lagi—
suara Mang Joko dan beberapa pekerja lain seperti beberapa hari kemarin.
308Please respect copyright.PENANAEa9wKIF26q
"Wah iya sih, pantat Non Dania makin berisi sekarang..." ucap salah satu dari mereka, entah siapa.
"Lagi-lagi ngomongin aku? Ah hari ini aku tahu mereka ngobrolin apa aja! Karna kemarin aku gak tahan pengen ke toilet" batinku.
"Gimana, Pak? Tanggapannya? Kemarin-kemarin kan Bapak nginep di situ terus..."
308Please respect copyright.PENANAwcC0z2f28N
Slruppp.
Suara sedotan kopi.
308Please respect copyright.PENANAuyHekyNLuO
"Aah... gimana ya bilangnya..."
"Gimana-gimana, Pak? Ayo, kasih tahu!"
308Please respect copyright.PENANAk2DyjcxP0G
Aku mengenali suara Mang Joko. Apa lagi yang dia bicarakan? Kemarin aku tak sempat dengar jelas, sekarang penasaranku menggebu.
308Please respect copyright.PENANAc4iOPV0yfR
"Halah-halah, Bud, padahal kamu yang ingetin saya kemarin! Sekarang malah antusias!" Tawa mereka pecah.
308Please respect copyright.PENANA9JHohmGzJf
"Oh, salah satunya Mang Budi?"
"Mereka bahas apa sih???" pikirku.
308Please respect copyright.PENANAunYxpQs5oI
"Saya sih gak foto lagi, tapi apa yang saya lihat sudah cukup buat bahan pikiran dua minggu ke depan..."
"Foto? Bahan pikiran?" Aku benar-benar berdebar menantikan sejauh mana pembicaraan ini akan tertuju.
308Please respect copyright.PENANA0hPkRbrzNm
"Wah, apa tuh, Pak? Kasih tahu dong!"
"Sssttt!! Non Dania masih di dalam, jangan keras-keras!"
308Please respect copyright.PENANAUomfiWAqey
"Ya ampun, kalau bahas Non Dania, saya paling seneng..."
"Ngefans banget sama beliau..." ucap salah satu pekerja bernama Mang Diki.
308Please respect copyright.PENANAUW1mriKyTn
"Apa?! Mang Diki ngefans sama aku?!" Jantungku berdegup kencang.
308Please respect copyright.PENANAhlrTqezdwn
"Hehehe, saya juga ngefans... tapi untuk hal lain..." Suara Mang Joko membuat bulu kudukku merinding.
"Sini, dekatkan kuping kalian..."
308Please respect copyright.PENANAGpsdneewfN
Aku menggigit bibir. Lagi-lagi mereka berbisik!
308Please respect copyright.PENANAn7juuqSqXo
"WAH, BANGSAT, BERUNTUNG BANGET BAPAK!"
308Please respect copyright.PENANAuZNRCu9my3
Plak!
308Please respect copyright.PENANAiCg5R9ugaH
"Jangan teriak-teriak, tolol!"
"Eh, maaf, Pak! Abis gimana saya jadi gimana gitu dengerinnya!"
"Bapak beruntung banget!"
"Wah, saya gak percaya, Pak..."
"Bener kata Diki, Bapak beruntung banget!"
308Please respect copyright.PENANA0L2RNYjVzS
"APA SIH APA SIH?!" batinku penasaran, Aku hampir melompat keluar, tapi tiba-tiba—
308Please respect copyright.PENANA5nPQwnTCBa
"Udah, simpan aja rahasia ini..."
"Tapi gak bisa dipungkiri, dada Non Dania... meski dari luar keliatan bentuknya cakep banget..."
"Gak kebayang tangan siapa yang beruntung bisa meremasnya..."
308Please respect copyright.PENANAAZqbsI61vO
DEG!
Tubuhku panas seketika.
308Please respect copyright.PENANAWfPqfp4C29
"D-Dadaku?!" Aku tak pernah peduli jadi bahan obrolan, tapi ini... mereka membicarakan tubuhku secara vulgar. Seharusnya aku marah, tapi...
Kenapa aku malah merasa... terangsang?
308Please respect copyright.PENANA6fmpTT3Q54
"Iya, dada Non Dania emang indah bentuknya..."
308Please respect copyright.PENANAKSebCO6PTo
"Duh... perasaan apa ini...?" Aku menekan paha, merasakan kelembaban yang tak biasa di celana dalam.
"Cukup..Cukup.. Ini udah… Harus dihentikan!" Aku melangkah keluar dengan tegas.
308Please respect copyright.PENANAx46luDvGpF
"Eh, Mang Joko, Mang Budi, Mang Diki, belum pulang?" Wajah mereka pucat ketika mereka mendengar suaraku yang muncul tiba-tiba.
308Please respect copyright.PENANASwDakKWFeA
"E-eh, iya, Non... ini mau balik..." kata mang Budi.
"Aanu... abis ngobrol bentar..." timpal mang Diki.
308Please respect copyright.PENANAAX8RLREJ19
"Abis ngecek gedung, Non Dania?" Mang Joko mencoba tenang, tapi matanya tak bisa lepas dari dadaku.
"Iya, Pak Joko. Duluan ya!" Aku bergegas pergi, tapi telingaku masih menangkap bisik-bisik mereka.
308Please respect copyright.PENANAqsJDHJXD2B
"Kalian kayak maling ketangkep aja!" Mang Joko berbisik pelan.
"Ya gimana, tiba-tiba Non muncul..." timpal mang Budi.
"Semoga gak denger..." suara pelan mang Diki.
308Please respect copyright.PENANAkZaPtc2AnI
***
308Please respect copyright.PENANAeZ5iPjV2NE
Pagi ini, aku lari pagi lagi—rute perkebunan lalu berakhir di gazebo bukit. Udara sejuk, tapi pikiranku masih panas.
308Please respect copyright.PENANAeL2Z3twAM5
"Memangnya ada apa dengan dadaku?" Percakapan kemarin masih terngiang.
308Please respect copyright.PENANAuaf0Pcnn1H
"Kemarin Mang Joko membisikkan sesuatu... dan mereka terkejut..."
"Kalau memang tentang dadaku... jangan-jangan..."
308Please respect copyright.PENANAOgrq0v107H
Aku mengingat tiga hari lalu, saat aku lari pagi berturut-turut dengan sport bra tipis. Putingku sempat nyeplak karena udara dingin.
308Please respect copyright.PENANAsgDKD1Xbog
"Apa Mang Joko lihat...?"
"Gak kebayang tangan siapa yang beruntung bisa meremasnya..." Kalimat itu membakar pikiranku.
308Please respect copyright.PENANAuWGiBdCc7V
Tanpa sadar, tangan kiriku meremas payudaraku sendiri.
308Please respect copyright.PENANAblKumfYFJv
"Apa aku semenarik itu?" Tekanan semakin kencang.
"Nghhh... apa yang...? Kenapa aku gak berhenti...?" Putingku mengeras, panas menjalar ke selangkangan.
308Please respect copyright.PENANA349auH8eiH
Teman dekatku, Sania, pernah bilang: "Umur 21 tahun, udah waktunya cewek kena kontol!"
Kata-kata rusak-nya sekarang terngiang.
308Please respect copyright.PENANA4FYqTRLzLr
"Apakah aku harus belajar perihal seks sekarang?"
"Sshhh... nghhh..." Desahan keluar saat kugesekkan paha.
308Please respect copyright.PENANACZnAhTFEhG
"Tangan yang beruntung meremas dadaku... tangan siapa?" pikiranku melayang ke Mang Yono—badannya kekar, wangi sabunnya...
308Please respect copyright.PENANAyh4O5NzytW
"Ah..udah..udahh mending pulang aja daripada pikiranku makin kemana-mana.." Akupun langsung bangkit dari gazebo dan buru-buru menuruni bukit.
308Please respect copyright.PENANAQV00AD8Omc
Saking masih tidak fokusnya pikiranku dan langkahku terburu-buru,
“Aduhhh!!” Tiba-tiba aku terpeleset.
308Please respect copyright.PENANA0n0QtsZGS8
"Non Dania, kenapa?!" Teriak Mang Yono yang kebetulan melihatku dari rumah kecilnya. Ia pun berlari dan menggendongku dengan mudah. Dadanya yang telanjang menempel di lenganku.
Di dudukannya aku di bangku teras rumah kecilnya, aku pun tidak sengaja menghirup aroma tubuhnya pada saat ia meletakanku di bangku.
"Wanginya... enak banget...aduhhhh"
308Please respect copyright.PENANAedBRRYszLR
Diselonjorkannya kedua kakiku, lalu perlahan Mang Yono memijit kakiku dengan lembut. Awalnya aku merasa perih, aku tidak merasa kakiku terkilir, tapi tetap saja rasanya sakit.
Pijitannya yang lembut membuatku merasa nyaman, sampai ketika ia pijatannya menyentuh betis atasku...
308Please respect copyright.PENANAb9oaRgjsti
"Nghhh..."
308Please respect copyright.PENANAfUxZigUj6W
"Non, sakit?"
"Dikit, Mang..." Bohong, yang kurasakan bukan sakit…ini karna pijatannya…
308Please respect copyright.PENANAXFisx88VcW
Ada rasa yang tersisa muncul lagi. Dan, ini pertama kalinya aku dipijat oleh pria dewasa yang sedang bertelanjang dada—
Mengingatkan pada aktivitas kecilku di bukit tadi, membuatku merasakan lembab lagi di pangkal pahaku.
308Please respect copyright.PENANAdSQb7arOfO
"Uhhh... gak tahan!" batinku.
“Udah Mang.. Dania udah gak berasa sakit, aku balik dulu ya Mang, udah gak betah pengen mandi.” Aku menghentikannya, inginku buru-buru masuk ke kamar.
308Please respect copyright.PENANAHA1JqKoqkK
“Tapi non?” Aku yang tidak menghiraukannya langsung saja buru-buru masuk ke rumah.
308Please respect copyright.PENANALvgy0bLUeT
Dengan langkah cepat-cepat, aku menuju kamarku, dan setelah aku menutup pintu kamarku,
308Please respect copyright.PENANAwtIHrpYUeE
"Sania... bangsat!"
Tanpa pikir panjang, ku buka celana leggingku, dan merebahkan diriku dibalik pintu, ku lebarkan kedua kakiku dan menekuknya.
308Please respect copyright.PENANA9y1xWgaOpQ
Ngghhhhhhhh...
Nnghhhhhhh...
308Please respect copyright.PENANAkSFfuCVzGs
Aaaaahhhhh...
308Please respect copyright.PENANAhYkCL0vcxG
Jari-jariku menjelajah, menemukan titik yang selama ini tersembunyi.
308Please respect copyright.PENANA15Z7h6ScB7
Aku memang masih perawan, tapi terimakasih untuk Sania yang kadang berbagi materi pelajaran "Biologi"-nya di group yang berisikan aku, dia, dan seorang sahabatku satunya lagi.
308Please respect copyright.PENANA5tDv3a1YTY
"Sshee... seminggu lagi Papa baru pulang..." Sambil kuputar pelan-pelan bagian itu sesuai informasi yang pernah diberikan Sania.
308Please respect copyright.PENANAQArChCqCh5
Aghhh...
308Please respect copyright.PENANAzncbmLlpPG
"Dan... aku masih sendirian..." Gerakaku perlahan semakin cepat.
308Please respect copyright.PENANAsfeOQ8fjGU
Shhh... nghhh...
aku tak bisa menahan eranganku, lagi pula hanya ada aku sendiri di rumah.
308Please respect copyright.PENANAnUvovxyjSL
"Harus... kah aku....?"
308Please respect copyright.PENANAdFWa8X2PEw
MMMMPHHH!!!
NGHHMMPPPP!!!
SSHHMMP!!!!!
Tubuhku bergetar hebat, pertama kalinya aku merasakan orgasme.
308Please respect copyright.PENANAyuaOEIcGQo
Di gazebo, di kamar—bibit penasaranku tumbuh menjadi api yang tak bisa dipadamkan.
308Please respect copyright.PENANAcidLLo6Jf9
Dan aku...
Masih punya lima bulan sendirian di rumah.
308Please respect copyright.PENANAJfAlDC92pa
***
308Please respect copyright.PENANAS8u85qMRMw
"Malu bangeettt!!!"
308Please respect copyright.PENANAF8Bl3FtahL
Aku masih merasakan getaran di sekujur tubuhku. Beberapa jam yang lalu, aku melakukan sesuatu yang benar-benar gila—sesuatu yang tak pernah kubayangkan akan kulakukan.
Desahan dan eranganku masih bergema di telingaku, seolah kamarku menyimpan setiap suara mesum yang keluar dari bibirku.
308Please respect copyright.PENANAIb6n2ncZJT
Aku duduk di ruang tamu, mengunyah kacang mede dengan gemas sambil memikirkan apa yang baru saja terjadi. Tubuhku masih lemas, mataku berat, tapi ada kepuasan yang tak bisa dijelaskan. Bau amis yang aneh masih tercium samar—
Bau yang sama yang kulihat menempel di antara pahaku setelah ledakan kenikmatan tadi.
308Please respect copyright.PENANAPgtRD3pQHs
"Kenapa rasanya seenak itu?"
"Dan aku bisa melakukannya sendiri... tanpa bantuan siapa pun…
308Please respect copyright.PENANAcsIJbilSHF
“Semua gara-gara Sania!"
Senyum kecil mengembang di bibirku saat mengingat bagaimana jemariku dengan terampil menemukan titik-titik sensitif yang memberikan rangsangan keseluruh tubuhku.
308Please respect copyright.PENANAu40URL8mes
"Sania benar... ini memang nagih..."
Tapi ada satu hal yang menggangguku.
308Please respect copyright.PENANALqaPi58C3Q
"Aku sama sekali tidak membayangkan siapa pun saat melakukannya..."
"Sempet sih mikirin Mang Yono… tapi akhirnya cuma fokus pada sensasi yang kurasakan..."
308Please respect copyright.PENANAmutIE8868I
Apakah ini normal? Atau aku memang berbeda?
308Please respect copyright.PENANAMXCsZPLU2g
"Nghhssshhh..."
Napasku sedikit tersengal saat bayangan jika seandainya nanti tangan besar, menjamah tubuhku.
308Please respect copyright.PENANACUmKEdNFcO
"Dah ah, tidur saja. Sudah jam 1 pagi..."
Aku berjalan ke kamar, melepas satu persatu kancing piyamaku.
308Please respect copyright.PENANAyf4F3ZjsNR
"Hihihi... lagipula tidak ada yang melihat..."
308Please respect copyright.PENANAzAcpQa5qwk
***
308Please respect copyright.PENANAcUj4TJ27pL
Aku selalu percaya diri dengan penampilanku. Tanpa riasan berlebihan pun, aku tahu aku menarik. Tapi kejadian-kejadian belakangan ini membuatku sadar daya tarikku ternyata lebih dari sekadar cantik.
308Please respect copyright.PENANAWS8G0kyKYK
"Apa Mang Joko sedang mencuri pandang lagi?" Pikiranku melayang saat berdiri di sebelahnya, mendengarkan laporan pekerjaan.
"Nah, makanya, Non, si Bapak sempat bilang—" Aku tak mendengarkan.
Pikiranku sibuk mempertanyakan:
"Apa Mang Budi juga melirikku hari ini?"
"Mang Diki tidak masuk, jadi dia tidak melihatku..."
308Please respect copyright.PENANA9cQgnGMb3E
"Ehh!!!" Aku tersentak, memotong pembicaraannya.
308Please respect copyright.PENANAACTSHQrKWl
"Ngg, kenapa, Non?"
"Gapapa, Pak Joko... tadi aku cuma keinget sesuatu." Tapi sebenarnya, aku sedang berperang dengan diriku sendiri.
308Please respect copyright.PENANAJnYkRy5UaG
"Dania, kamu kenapa sih?"
"Kenapa kamu mikirin mereka melirikmu atau tidak?"
"Harusnya kamu marah!"
"Tapi... kenapa malah senang?"
308Please respect copyright.PENANAaRXOamRRhP
"SENANG??!!!" Jantungku berdebar kencang.
"Apakah aku memang senang diperhatikan seperti itu?"
308Please respect copyright.PENANAZB4w5Zqy96
Kepalaku panas. Tanpa sadar, jariku membuka kancing kemejaku satu per satu...
Satu... dua... tiga...
308Please respect copyright.PENANAIzFW1WoPb8
Mang Joko menatap.
308Please respect copyright.PENANAgcR0B9MwgC
"Dan... Dania kepanasan, Mang Joko..."
"E-eh, iya, Non..."
308Please respect copyright.PENANAOTywSSqFXf
Mata kami bertemu. Ada sesuatu yang menggantung di antara kami—sebuah pertanyaan yang tak terucap.
308Please respect copyright.PENANAgScOzeEqMP
"Dania... apa yang sedang kamu lakukan?"
Aku berbalik, berjalan meninggalkannya dengan jantung berdebar dan senyum tipis.
308Please respect copyright.PENANAIjNyiIvUMS
"Apa yang baru saja kulakukan?"
308Please respect copyright.PENANAGIGorJko52
***
308Please respect copyright.PENANAmbWD6UPhYL
Hari ini, aku memilih rute lari pagi yang berakhir di gazebo bukit. Biasanya, aku bermeditasi di sini selama 15 menit, mencari solusi untuk masalah-masalah kecil.
Tapi hari ini, pikiranku dipenuhi oleh satu hal:
308Please respect copyright.PENANAqUR6EM9IXe
"Payudaraku"
308Please respect copyright.PENANAyn2qxIXfEX
"Apakah kekaguman para pria kepada salah satu bagian tubuhku memicu ini?"
Tanpa berpikir panjang, ku buka tali sport bra-ku dan melepasnya. Kaos oblong olahragaku kugeser ke bawah, membiarkan udara pagi menyentuh kulit yang biasanya tertutup.
308Please respect copyright.PENANAMLDPrKf6ex
"Apa aku suka dilihat?"
Aku memejamkan mata, mengulang pertanyaan dalam hati:
308Please respect copyright.PENANAAe9dFXSRe4
"Dania, apakah kamu suka jika dadamu disentuh orang lain?"
308Please respect copyright.PENANA9E9GutY0yS
Deg! Deg! Deg!
Jantungku berdetak kencang.
308Please respect copyright.PENANAfedDFN1Pk4
"Dania, apakah kamu senang dikagumi?"
308Please respect copyright.PENANA4kUsg3iqqQ
Ahhh...
Desahan keluar tanpa kusadari. Tubuhku mulai merespon.
308Please respect copyright.PENANAZArDS9rkoW
"Jadi ini jawabannya..."
Aku flashback ke momen-momen sebelumnya—obrolan mesum Mang Joko, pijatan Mang Yono, masturbasi pertamaku...
308Please respect copyright.PENANAHKFdG3GdYF
"Aku suka perasaan hangat ini..."
Tapi apakah sensasi ini akan bertahan? Atau hanya karena ini pengalaman pertama kali?
308Please respect copyright.PENANAbiQN0qvD5A
"Haruskah kujadikan ini percobaan?"
Mataku tertuju pada sport bra yang tergeletak di sampingku.
308Please respect copyright.PENANAqm3nPP26uF
"Hihihi... apakah Mang Yono akan beruntung?"
308Please respect copyright.PENANAcsTAkdWSgT
***
308Please respect copyright.PENANAQZMengb4ht
Aku menuruni bukit dengan langkah penuh antisipasi.
308Please respect copyright.PENANA6CQ9fBFIO1
"Apa Mang Yono akan ada di rumah?"
308Please respect copyright.PENANA9fnBJjJ5ZU
Dan benar—
Dia sedang memotong rumput di teras.
308Please respect copyright.PENANAkYe9IgJndh
"Mang Yono, rajin amat pagi-pagi?" Dia tak menoleh.
"Kenapa gak noleh sih? Aku jadi kesal..."
308Please respect copyright.PENANAHoPUZGwOHB
Aku duduk di kursi tempatnya memijitku kemarin.
308Please respect copyright.PENANAfSDvsVS8VC
"Mang Yono... boleh minta pijit lagi?"
"Oh, masih sakit, Non?"
308Please respect copyright.PENANA2KghwYWLGZ
"Sedikit sih.. Aku agak takut kalau pijit-pijit sendiri, pijitan Mang Yono enak soalnya, kemarin ngurangin rasa sakitnya"
Mang Yono tersenyum mendengar penjelasanku dan mengangguk, ia pun menyelesaikan pekerjaannya sebelum mendekatiku.
308Please respect copyright.PENANAYMBSwze5HE
Aku memejamkan mata, menunggu sentuhannya. Terasa jemari dari tangan kasar Mang Yono mulai menekan salah satu kaki dan betisku.
308Please respect copyright.PENANAlHpMo2cMDF
"Kenapa tangannya sebesar ini...? Kasar, tapi justru bikin merinding..."
Setiap kali Mang Yono menekan, bayangan aneh muncul di kepalaku. Bagaimana jika tangan itu tidak berhenti di paha?
308Please respect copyright.PENANAeI4m3p0pna
Bagaimana jika—
"Nngh—!"
308Please respect copyright.PENANAklSL28Thyq
Aku menggigit bibir bawah keras-keras merasakan jari Mang Yono membelai kulit pahaku, yang agak sensitif.
308Please respect copyright.PENANAHStfA0SRYW
"Kalau dia terus naik... apa aku akan menghentikannya?"
Pikiranku kacau. Bau keringat Mang Yono terasa menusuk, memenuhi kepalaku. Anehnya, itu membuatku semakin pusing... semakin penasaran.
308Please respect copyright.PENANAiC6tKfPtHC
"Mang Yono...pelann— ah!"
“Eh saya ke kencengan ya non? Maaf maaf…”
“Engga mang, tapi pelan-pelan aja masih agak nyeri bagian situ..” Jawabku berbohong.
Padahal aku mengerang kecil karena saat pria itu menekan titik di belakang lututku, rasanya seperti sentuhan itu langsung tersambung ke antara pahaku.
308Please respect copyright.PENANAlW7DWKTnAZ
Mang Yono bergumam menyadarkan lamunanku, "Non.. Ini biar nggak pegel lagi pas lari besok...", Aku tidak begitu mendengarkannya, fokus mataku mengikuti arah pegerakan tangannya kepada kaki kananku, aku pun hanya bisa mengangguk lemah untuk merespon apapun yang keluar dari mulutnya.
308Please respect copyright.PENANAnLJg6JIb54
“Lari besok? Aku malah jadi mikir hal-hal lain…”
308Please respect copyright.PENANADa8dI7IvJe
Tapi...
"Kenapa rasanya aku menginginkan lebih dari sekedar pijatan"
308Please respect copyright.PENANAEQ6bbycpRs
Ada perasaan yang menuntut sesuatu dari arah selangkanganku. Rasanya aku ingin menjepit sesuatu disana. Lagi-lagi aku teringat satu hal dari omongan Sania, dan itu membuatku penasaran.. Lebih tepatnya aku benar-benar ingin tahu rasanya, dan kuyakin orang seperti Mang Yono pasti sudah berpengalaman..
308Please respect copyright.PENANA4mnq2R4eZX
Aku menatapnya sayu… dan dengan rasa frustasi karna hasratku yang tiba-tiba menggebu, aku menarik tangannya.
308Please respect copyright.PENANA5O0Eb6Qlci
"Mang Yono! Dania mohon..." Napasku berat.
308Please respect copyright.PENANAWEVgJ6OdNs
"Jilat memek Dania, Mang!!"
Akal sehatku hilang. Yang tersisa hanya keinginan untuk tahu—seberapa jauh kenikmatan baru akan membawaku?
308Please respect copyright.PENANAD9sNoFMTAM
Dan saat ini... aku siap untuk semuanya…
308Please respect copyright.PENANAn4yJzFKkkC
Baca kelanjutannya di >> https://victie.com/novels/terjebak_rahasia_mereka_(dania_universe)_-_season_1308Please respect copyright.PENANAwwgfd7MiiM