×

Penana
US
search
Loginarrow_drop_down
Registerarrow_drop_down
Please use Chrome or Firefox for better user experience!
  • Writer
    sumberbarokah
    sumberbarokah
    Paket cerpen:
    https://karyakarsa.com/tatangsuryadi69

    Cerpen berbayar bisa beli di sini:
    https://lynk.id/finalfantasy
    https://victie.com/m/author/82829



    Fetish: married woman, cuckold, hijabers, huge tits, huge ass, mature woman etc

    Update rutin: Setiap SENIN-JUMAT 1 chapter baru untuk setiap cerpen secara bergiliran

    FOLLOW & SUPPORT
    See more
campaign Request update 0
Report this story
Terong Laki-laki Selain Suami
G Paid content
62.6K
159
38
270.4K
12


swap_vert
#1
Chapter 1: Pelecehan yang nikmat di tengah hujan
1 Like
40822 Reads
0 Comments
#2
Chapter 2: Belajar Posisi Misionaris
1 Like
29857 Reads
0 Comments
#3
Chapter 3: Belajar Posisi Misionaris (lanjutan)
4 Likes
23805 Reads
0 Comments
#4
Chapter 4: Belajar Posisi Misionaris (Lanjutan)
6 Likes
18722 Reads
2 Comments
#5
Chapter 5: Hujan Reda, Peju Muncrat
4 Likes
17036 Reads
2 Comments
#6
Chapter 6: Tangisan Kesepian Di Malam Hari
3 Likes
13497 Reads
2 Comments
#7
Chapter 7: Lingerie Untuk Nisa
3 Likes
11976 Reads
4 Comments
#8
Chapter 8: Bukan di kasur, di sofa
2 Likes
10721 Reads
2 Comments
#9
Chapter 9: Pindah Lokasi
3 Likes
8097 Reads
0 Comments
#10
Chapter 10: Semakin Haram, Semakin Nikmat
2 Likes
7014 Reads
0 Comments
#11
Chapter 11: Akankah Hamil?
1 Like
5352 Reads
0 Comments
#12
Chapter 12: Giliran Suami Sah
0 Likes
3941 Reads
0 Comments
#13
Chapter 13: Giliran Suami Sah (part 2)
0 Likes
4202 Reads
0 Comments
#14
Chapter 14: Suami Kerja, Sekarang Giliran Pak RT Lagi
0 Likes
3515 Reads
0 Comments
#15
Chapter 15: Menolak Hubungan Dengan Suami Sah
0 Likes
1523 Reads
0 Comments
#16
Chapter 16: Baju Haram Untuk Istri Orang, dan Tanda Kehamilan
0 Likes
369 Reads
0 Comments

Anto dan Nisa adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama tiga tahun. Mereka hidup sederhana di sebuah kampung kecil yang ramah, namun penuh dengan bisik-bisik tetangga. Nisa, wanita berparas cantik dengan kulit mulus, tubuh seksi, dan sikap anggun, sering menjadi pusat perhatian. Banyak yang memuji kecantikannya, tapi di balik pujian itu, ada juga cibiran halus yang menusuk. “Cantik begitu, mulus, tapi kok belum punya anak juga?” bisik mereka. Anto, suaminya, berparas biasa saja, pria pekerja keras yang pendiam, tak luput dari gunjingan serupa. “Mungkin Antonya yang bermasalah,” ujar beberapa tetangga sambil tersenyum sinis.

Awal pernikahan mereka penuh harapan. Nisa dan Anto saling mencintai, membayangkan rumah kecil mereka dipenuhi tawa anak-anak. Namun, bulan demi bulan berlalu, lalu tahun berganti tahun, tanda-tanda kehamilan tak kunjung datang. Mereka sudah mencoba berbagai cara—berobat ke dokter, mengikuti saran tetua, bahkan mencoba ramuan tradisional dari dukun kampung. Hasilnya tetap nihil. Nisa sering menangis diam-diam di sudut kamar, sementara Anto hanya bisa memeluknya, berusaha menenangkan meski hatinya sendiri tak kalah resah.

Keluarga besar tak membantu meringankan beban mereka. Dalam setiap acara keluarga, pertanyaan klise selalu muncul. “Kapan kasih kami cucu?” tanya ibu mertua dengan nada setengah bercanda, tapi tatapannya penuh harap. Saudara-saudara lain tak segan menyindir, “Jangan-jangan Nisa mandul, atau Antonya yang kurang jantan.” Gunjingan itu seperti pisau kecil yang perlahan mengiris hati mereka.

Tetangga pun tak ketinggalan. Setiap Nisa berjalan ke pasar, ia bisa merasakan tatapan penuh tanya. Ada yang berbisik di belakangnya, “Sayuran segar dibenci, kapan ya ke dokter spesialis?” Nisa hanya tersenyum kecut, pura-pura tak mendengar. Anto, yang bekerja sebagai tukang kayu, juga sering mendapat sindiran dari teman-temannya. “Kayunya kuat, tapi benihnya lelet ya, To?” Mereka tertawa, tapi Anto hanya diam, menelan rasa malu.

Di tengah tekanan itu, hubungan Anto dan Nisa tetap hangat. Mereka saling menguatkan. Suatu malam, setelah mendengar omongan tetangga lagi, Nisa berkata sambil menatap Anto, “Aku tak apa kalau kita tak punya anak, asal ada kamu.” Anto memegang tangannya erat, “Aku juga, Nis. Anak itu bonus, yang penting kita bersama.” Mereka tersenyum, mencoba menerima kenyataan, meski hati mereka masih menyimpan harapan kecil.

swap_vert
#1
Chapter 1: Pelecehan yang nikmat di tengah hujan
1 Like
40822 Reads
0 Comments
#2
Chapter 2: Belajar Posisi Misionaris
1 Like
29857 Reads
0 Comments
#3
Chapter 3: Belajar Posisi Misionaris (lanjutan)
4 Likes
23805 Reads
0 Comments
#4
Chapter 4: Belajar Posisi Misionaris (Lanjutan)
6 Likes
18722 Reads
2 Comments
#5
Chapter 5: Hujan Reda, Peju Muncrat
4 Likes
17036 Reads
2 Comments
#6
Chapter 6: Tangisan Kesepian Di Malam Hari
3 Likes
13497 Reads
2 Comments
#7
Chapter 7: Lingerie Untuk Nisa
3 Likes
11976 Reads
4 Comments
#8
Chapter 8: Bukan di kasur, di sofa
2 Likes
10721 Reads
2 Comments
#9
Chapter 9: Pindah Lokasi
3 Likes
8097 Reads
0 Comments
#10
Chapter 10: Semakin Haram, Semakin Nikmat
2 Likes
7014 Reads
0 Comments
#11
Chapter 11: Akankah Hamil?
1 Like
5352 Reads
0 Comments
#12
Chapter 12: Giliran Suami Sah
0 Likes
3941 Reads
0 Comments
#13
Chapter 13: Giliran Suami Sah (part 2)
0 Likes
4202 Reads
0 Comments
#14
Chapter 14: Suami Kerja, Sekarang Giliran Pak RT Lagi
0 Likes
3515 Reads
0 Comments
#15
Chapter 15: Menolak Hubungan Dengan Suami Sah
0 Likes
1523 Reads
0 Comments
#16
Chapter 16: Baju Haram Untuk Istri Orang, dan Tanda Kehamilan
0 Likes
369 Reads
0 Comments

X
Never miss what's happening on Penana! Close