
Support cerita sumberbarokah supaya bisa terus update setiap hari dengan beli cerita di
https://victie.com/app/author/82829
2 cerpen berbayar:
SYAKIRAH SI SUCCUBUS BERHIJAB
JADI SELINGKUHAN UMMA
---------------------------------------------------
Agus dan Angela, yang kini terbaring lemas di kasur sempit itu, tampak sangat lelah setelah momen panas yang penuh gairah. Tubuh mereka basah oleh keringat dan peju, namun mereka tak peduli—mereka hanya ingin menikmati sisa-sisa keintiman yang tersisa. Dengan sisa tenaga dan nafsu yang masih membara, mereka berciuman dengan lembut, bibir mereka bertemu dalam ciuman yang penuh kasih sayang, menghasilkan suara “mmph… chu…” yang pelan. Tangan Agus memeluk pinggang Angela erat, sementara tangan Angela membelai pipi Agus, jari-jarinya merasakan tekstur kulit yang lengket karena peju yang masih menempel. Di bawah cahaya lampu tidur yang temaram, aroma keringat dan peju memenuhi udara, namun bagi mereka, itu adalah aroma kebahagiaan malam itu.
Mereka akhirnya terlelap dalam pelukan dan kelonan, tubuh telanjang mereka saling menempel, hangat dan nyaman meski kasur itu penuh dengan noda keringat dan cairan. Agus menarik selimut tipis untuk menutupi tubuh mereka, lalu berbisik dengan suara lemas, “Angela… you were… amazing… I’ve never felt this good…” Angela tersenyum kecil, matanya setengah terpejam, lalu membalas dengan nada manja, “You too, Agus… you’re… so good… I love how you made me feel…” Mereka saling memuji performa satu sama lain, kata-kata mereka penuh dengan kejujuran dan kelembutan, mencerminkan ikatan yang baru saja terjalin di antara mereka. Pelukan mereka semakin erat, kaki mereka saling bertaut, dan napas mereka mulai melambat, tenggelam dalam kelelahan yang nyaman.
Malam itu begitu indah bagi Agus dan Angela—dunia di luar kamar kecil itu seolah tak ada, hanya ada mereka berdua, ditemani suara AC yang berdengung pelan dan suara samar pesta malam Bali yang terdengar dari kejauhan. Cahaya lampu tidur yang kuning lembut menyinari tubuh mereka yang terlelap, menciptakan suasana hangat dan damai. Dalam tidur mereka, senyum kecil masih tersungging di bibir mereka, seolah mimpi mereka dipenuhi oleh kenangan malam yang penuh gairah dan cinta, sebuah malam yang akan mereka ingat selamanya sebagai awal dari sesuatu yang lebih dalam di antara mereka.
-------------------------------------
Pagi tiba di kamar hotel sempit itu, pukul 07:00 WIB. Sinar matahari pagi yang lembut menyelinap melalui celah-celah jendela, menerangi ruangan dengan cahaya keemasan yang hangat, menyinari wajah Agus dan Angela yang masih terlelap dalam pelukan. Tubuh mereka yang telanjang masih terselimuti seprai tipis, keringat dan peju yang mengering di kulit mereka menjadi saksi bisu dari malam penuh gairah yang baru saja mereka lalui. Aroma keringat dan gairah masih samar tercium di udara, bercampur dengan udara pagi yang segar, menciptakan suasana yang kontras namun intim. Agus terbangun lebih dulu, matanya perlahan terbuka, dan jantungnya langsung berdegup kencang saat melihat Angela yang masih tidur nyenyak di sampingnya, wajahnya yang cantik dengan sisa peju yang mengering tampak begitu memikat di bawah sinar matahari.
Agus merasa hasratnya kembali membara—tubuh Angela yang montok, dengan payudara jumbo yang terlihat begitu menggoda, membuatnya tak bisa menahan diri. Ia dengan hati-hati menyibakkan seprai yang menutupi tubuh Angela, memperlihatkan payudara besar itu yang terlihat lembut dan penuh, putingnya yang kecil dan merah muda tampak menggoda di kulit putihnya yang mulus. Agus menunduk perlahan, bibirnya mendekati payudara kiri Angela, dan mulai mengenyot putingnya dengan lembut, menciptakan suara “mmph… schlup…” yang pelan setiap kali bibirnya mengisap. Puting itu terasa lembut di mulutnya, namun perlahan mulai mengeras seiring dengan kennyotan Agus yang penuh perhatian, menjadi lebih menonjol dan kencang di bawah lidahnya yang bermain dengan gerakan melingkar. Angela, yang masih tertidur, mendesah kecil tanpa sadar, “Mmm… ahh…” suaranya lembut dan penuh kenikmatan, tubuhnya sedikit bergerak, tapi matanya tetap terpejam.
Agus melanjutkan aksinya, tangannya dengan lembut meremas payudara kiri Angela, merasakan kelembutan yang hangat di telapak tangannya, sementara bibirnya terus mengenyot puting yang kini semakin keras. Ia sesekali menjilat puting itu dengan ujung lidahnya, lalu mengenyot lagi dengan lebih kuat, membuat suara “schlup… schlup…” yang basah terdengar lebih jelas di kamar yang hening. Puting kiri Angela kini benar-benar mengeras, menjadi lebih menonjol dan sensitif, dan setiap kennyotan Agus membuat Angela mendesah lebih keras, “Ohh… mmm…” meski ia masih belum terbangun sepenuhnya. Tubuh Angela sedikit melengkung, seolah merespons sentuhan Agus secara insting, dan sinar matahari yang menyelinap semakin memperjelas lekuk tubuhnya yang indah, membuat pemandangan itu semakin erotis di mata Agus.
Ia kemudian beralih ke payudara kanan Angela, tangannya kini meremas payudara itu dengan penuh hasrat, jari-jarinya merasakan berat dan kelembutan yang sempurna. Bibirnya langsung mengenyot puting kanan dengan penuh gairah, gerakannya lebih agresif dibandingkan sebelumnya, menciptakan suara “mmph… schlup… schlup…” yang lebih berisik. Puting kanan Angela, yang awalnya lembut, mulai mengeras dengan cepat di bawah kennyotan Agus, menjadi lebih kencang dan menonjol, seolah menantang Agus untuk mengisap lebih dalam. Agus sesekali menggigit kecil puting itu dengan lembut, lalu menjilatnya dengan lidahnya yang basah, membuat Angela mendesah lebih keras, “Ahh… mmm… Agus…” Suaranya masih terdengar seperti dalam mimpi, tapi desahan itu menunjukkan bahwa tubuhnya sangat menikmati perhatian yang diberikan Agus.
Agus semakin tenggelam dalam hasratnya, kennyotannya pada puting kanan Angela menjadi lebih ganas, bibirnya mengisap dengan tekanan yang lebih kuat, sementara tangannya meremas payudara itu dengan penuh nafsu. Puting kanan Angela kini sama kerasnya dengan yang kiri, menonjol dengan jelas di bawah sinar matahari pagi, dan setiap kennyotan Agus membuat Angela mengerang lebih jelas, “Ohh… mmm… yes…” meski matanya masih tertutup. Tubuh Angela bergetar kecil, pinggulnya sedikit bergerak tanpa sadar, seolah hasratnya ikut terbangun meski ia belum sadar sepenuhnya. Agus terus mengenyot bergantian antara puting kiri dan kanan, suara “schlup… schlup…” bercampur dengan desahan Angela yang lembut, menciptakan suasana pagi yang penuh gairah di kamar kecil itu, dengan sinar matahari yang hangat menjadi saksi bisu atas keintiman mereka.
-----------------------
Angela akhirnya terbangun karena kennyotan Agus pada putingnya yang semakin penuh nafsu, sensasi itu membuat tubuhnya bergetar dan matanya perlahan terbuka. Sinar matahari pagi yang masuk melalui celah jendela menyapa wajahnya yang masih berlumur peju kering, dan ia tersenyum kecil sambil mengerang, “Mmm… Agus… you’re so naughty…” katanya dengan suara serak yang penuh godaan, tapi ia tak menolak—malah tubuhnya melengkung seolah menawarkan lebih banyak ruang untuk Agus. Agus, yang semakin bersemangat, meremas payudara jumbo Angela lebih hebat, jari-jarinya mencengkeram kelembutan itu dengan penuh hasrat, membuat Angela mendesah lebih keras, “Ohh… Agus…” Puting Angela yang sudah mengeras terasa semakin sensitif di bawah sentuhan Agus, dan sinar matahari pagi yang hangat membuat kulit mereka berkilau, menciptakan suasana yang intim dan penuh gairah di kamar kecil itu.
Agus menatap Angela dengan penuh kekaguman, lalu berkata dengan lembut dalam bahasa Inggris, “Good morning, my sexy angel…” Suaranya penuh kasih sayang, dan Angela tersenyum manis mendengarnya, matanya yang biru berkilau penuh kebahagiaan. Mereka berciuman seperti sepasang suami istri yang terbiasa menyapa pagi dengan keintiman—bibir mereka bertemu dengan lembut, lalu semakin dalam, lidah mereka saling menyapa dengan penuh perasaan, menciptakan suara “mmph… schlup…” yang basah. Tangan Agus memeluk leher Angela, sementara tangan Angela membelai pipi Agus, merasakan sisa-sisa peju yang mengering di kulitnya. Ciuman mereka terasa hangat dan penuh cinta, aroma keringat dan gairah dari malam sebelumnya masih tercium samar, bercampur dengan udara pagi yang segar, membuat pagi itu terasa begitu istimewa bagi mereka berdua.
Di sela-sela ciuman, Agus menarik wajahnya sejenak dan bertanya, “So… where do you want to go in Bali today, babe?” Angela, yang masih terbaring di pelukan Agus, menggeleng pelan, wajahnya penuh dengan ekspresi santai, “I don’t know… I just want to go to the beach,” jawabnya dengan nada manja, jari-jarinya bermain di dada Agus. Agus tersenyum, “Alright, let’s go to the beach this morning… I’ll take you,” katanya dengan penuh semangat, tangannya mengelus rambut pirang Angela dengan lembut. Angela tiba-tiba bergerak, meraih bikini barunya yang ia beli kemarin dari tas di samping kasur—bikini merah muda dengan motif bunga kecil yang seksi, lalu menunjukkannya pada Agus dengan senyum genit, “Look… I got this yesterday… what do you think?” Agus mengangguk kagum, “You’ll look amazing in that… can’t wait to see you wear it,” jawabnya, matanya berbinar penuh antisipasi.
Sebelum pergi, mereka memutuskan untuk mandi bersama di kamar mandi kecil hotel itu. Kamar mandi itu sederhana, dengan shower kecil dan dinding keramik putih yang sedikit lusuh, tapi cukup untuk mereka berdua. Air hangat mengalir dari shower, membasahi tubuh telanjang mereka, mencuci sisa keringat dan peju yang mengering di kulit mereka. Agus berdiri di belakang Angela, tangannya menggosok punggung Angela dengan sabun, jari-jarinya menyusuri lekuk tubuhnya yang montok dengan penuh perhatian, sementara Angela terkekeh kecil, “Mmm… you’re so gentle, Agus…” Air mengalir di antara payudara besar Angela, membuat kulitnya berkilau, dan Agus tak bisa menahan diri—ia memeluk Angela dari belakang, tangannya meremas payudara itu dengan lembut, lalu mencium lehernya, meninggalkan suara “chu… chu…” yang lembut. Angela memiringkan kepalanya, memberikan akses lebih luas, dan mereka berciuman di bawah guyuran air, air hangat yang mengalir bercampur dengan sabun membuat kulit mereka licin dan hangat, menciptakan momen yang sensual di pagi hari.
Setelah mandi, mereka duduk untuk sarapan berdua di meja kecil di sudut kamar, masih dalam keadaan bugil, dengan Angela duduk di pangkuan Agus, tubuh mereka saling menempel erat. Sarapan mereka sederhana—roti, telur mata sapi, dan segelas kopi Bali yang harum, tapi suasananya penuh keintiman. Angela mengambil sepotong roti, menyuapkannya ke mulut Agus dengan penuh kasih sayang, lalu terkekeh saat Agus mencium jari-jarinya, “You’re so sweet, babe…” katanya dengan nada genit. Agus membalas dengan mencium leher Angela, tangannya memeluk pinggang Angela erat, merasakan kehangatan tubuh montok itu di pangkuannya. Payudara Angela menempel di dada Agus, dan keringat tipis mulai muncul lagi di kulit mereka karena keintiman itu, aroma kopi bercampur dengan aroma tubuh mereka yang segar setelah mandi, menciptakan suasana pagi yang hangat dan penuh cinta.
Di tengah sarapan, hasrat mereka kembali memuncak—Agus merasa kontolnya mengeras lagi, dan Angela, yang merasakan itu di pangkuannya, tersenyum nakal, “Looks like someone’s ready again…” Tanpa banyak kata, Angela menggeser tubuhnya, mengarahkan kontol Agus yang keras ke memeknya yang sudah basah, lalu menurunkan pinggulnya dengan cepat, membuat suara “schlup…” yang basah saat kontol itu masuk. Mereka ngentot quickie dengan penuh gairah—Angela menggoyang pinggulnya naik-turun dengan cepat, suara “plok… plok… plok…” terdengar berirama di sela-sela aroma kopi yang harum, sementara Agus mencengkeram pinggul Angela erat, mendorong dari bawah untuk menambah intensitas, “Mmm… Angela… so good…” desahnya. Angela mengerang kecil, “Ohh… Agus… yes… quick… ahh…” tangannya meremas bahu Agus, dan dalam waktu singkat, mereka mencapai klimaks bersama, cairan alami Angela bercampur dengan peju Agus yang muncrat di luar, membasahi paha mereka, sebelum mereka terengah dan tertawa kecil, kembali melanjutkan sarapan.
Setelah ngentot quickie, mereka menyelesaikan sarapan dengan penuh tawa dan canda, Angela masih duduk di pangkuan Agus, sesekali mencium pipi Agus dengan penuh kasih sayang. “You’re amazing, Agus… I’m so happy with you,” katanya dengan nada tulus, jari-jarinya bermain di rambut Agus. Agus tersenyum, “I’m the lucky one, Angela… let’s make today even better at the beach,” jawabnya, lalu mereka bangkit untuk bersiap. Angela mengenakan bikini merah muda barunya, tali tipisnya menonjolkan lekuk tubuhnya yang montok, payudaranya yang besar hampir tak tertutupi kain kecil itu, sementara Agus mengenakan celana pendek dan kaos sederhana, matanya tak lepas dari Angela, “You look… stunning,” pujinya. Angela tersenyum genit, “Thanks, babe… let’s go!” Mereka mengambil tas kecil, mematikan lampu tidur, dan bergegas keluar dari kamar hotel, siap menikmati pagi di pantai Bali dengan penuh kebahagiaan.
Di luar kamar, udara pagi Bali terasa segar, aroma laut samar-samar tercium, dan suara burung berkicau menyambut mereka. Mereka berjalan bergandengan tangan, tubuh mereka masih terasa hangat dari keintiman pagi tadi, dan sinar matahari pagi yang cerah menyinari wajah mereka, mencerminkan kebahagiaan yang mereka rasakan. Angela bersandar di bahu Agus, “I can’t wait to swim with you, Agus…” katanya dengan nada manja, sementara Agus tersenyum, “Me too, babe… it’s going to be a perfect day.” Dengan langkah ringan, mereka menuju pantai, meninggalkan kamar kecil itu
---------------------------------------
Agus dan Angela melanjutkan perjalanan menuju pantai dengan motor sederhana Agus, angin pagi Bali yang sejuk menerpa wajah mereka, membawa aroma laut yang semakin terasa. Angela duduk di belakang, memeluk pinggang Agus erat layaknya sepasang suami istri, tubuhnya yang montok menempel di punggung Agus dengan penuh kasih sayang. Ia sengaja menggesek-gesekkan dadanya yang besar dan lembut ke punggung Agus, seolah bangga dengan tubuhnya yang semok, payudaranya yang hanya tertutupi dress tipis terasa hangat di kulit Agus. Angela terkekeh kecil, menikmati reaksi Agus yang sedikit gelisah, dan angin yang bertiup membuat rambut pirangnya berkibar, menambah kesan sensual pada dirinya. Udara pagi yang segar bercampur dengan aroma tubuh Angela yang manis, membuat perjalanan itu terasa penuh keintiman meski mereka berada di jalan terbuka.
Agus, yang merasa hasratnya mulai terpancing, berbicara dengan nada khawatir, “Sayang… don’t do that on the road… people might see us…” Suaranya lembut namun penuh perhatian, tak ingin mereka menjadi perhatian orang lain di jalan yang masih sepi. Angela hanya tersenyum genit, kepalanya bersandar di bahu Agus, lalu menjawab dengan nada manja, “I don’t care, babe… let them know we love each other…” Ia justru mempererat pelukannya, payudaranya semakin menekan punggung Agus, dan tangannya sesekali mengelus perut Agus dengan penuh godaan. Agus akhirnya membiarkan tingkah Angela, hatinya justru dipenuhi kebahagiaan karena merasa dicintai begitu terbuka oleh wanita secantik Angela. Ia tersenyum kecil, fokus mengendarai motor, sementara angin pagi membawa aroma laut yang semakin kuat, menandakan mereka sudah dekat dengan tujuan.
Mereka tiba di pantai sekitar pukul 08:00 WIB, suasana masih sangat sepi, hampir tak ada orang lain di sekitar. Pantai itu terlihat indah dengan pasir putih yang lembut berbisik di bawah hembusan angin, dan ombak pagi yang tenang menyapa bibir pantai dengan suara “swoosh… swoosh…” yang menenangkan. Langit biru cerah dengan sedikit awan putih menghias ufuk, dan sinar matahari pagi yang hangat menyinari permukaan laut yang berkilau seperti permata. Agus memarkir motornya di bawah pohon kelapa yang rindang, lalu mereka berjalan bergandengan tangan menuju area pantai yang sepi, membawa tikar sederhana dan tas kecil berisi keperluan mereka. Bau asin laut bercampur dengan udara segar pagi membuat mereka merasa rileks, dan senyum kebahagiaan tak pernah lepas dari wajah mereka.
Mereka menggelar tikar di atas pasir putih yang lembut, tepat di dekat garis ombak yang tenang, lalu Angela berdiri untuk mengganti pakaiannya. Dengan gerakan yang penuh percaya diri, ia melepas dress tipis yang ia kenakan, memperlihatkan bikini merah muda yang super sempit—kain kecil itu hanya membalut memek dan putingnya dengan minim, payudaranya yang jumbo hampir tak tertutupi, menonjolkan lekuk tubuhnya yang montok dengan sempurna. Angela tersenyum genit saat melihat Agus menatapnya dengan kagum, “Like what you see, babe?” tanyanya dengan nada menggoda, lalu duduk kembali di tikar. Agus juga membuka kaosnya, hanya mengenakan celana pendek sederhana, memperlihatkan tubuhnya yang kekar dengan kulit sawo matang yang berkilau di bawah sinar matahari pagi. Ia tersenyum, “You’re… breathtaking, Angela…” jawabnya, lalu duduk di samping Angela, bahu mereka bersentuhan.
Mereka duduk bersebelahan di tikar, memandang ombak pagi yang tenang, suara “swoosh… swoosh…” dari laut terasa seperti musik alami yang menenangkan hati. Sinar matahari pagi yang hangat menyapa kulit mereka, membuat tubuh Angela yang montok berkilau, sementara pasir putih di bawah tikar terasa lembut di telapak kaki mereka. Angela bersandar di bahu Agus, tangannya memeluk lengan Agus dengan penuh kasih sayang, “This is perfect… just you and me, Agus…” katanya dengan nada lembut, matanya menatap laut yang berkilau di depan mereka. Agus mengangguk, tangannya mengelus rambut pirang Angela, “Yeah… I couldn’t ask for more, sayang…” jawabnya, jantungnya penuh kebahagiaan. Udara pagi yang segar, aroma laut yang asin, dan kehadiran satu sama lain membuat momen itu terasa begitu damai dan penuh cinta.
Pantai yang sepi itu seolah menjadi dunia kecil mereka sendiri—hanya ada suara ombak, kicauan burung camar di kejauhan, dan hembusan angin yang membawa aroma laut. Angela sesekali mencium pipi Agus dengan lembut, meninggalkan suara “chu…” yang manis, sementara Agus membalas dengan ciuman di kening Angela, penuh kasih sayang.
----------------------------------
Agus dengan lembut menggeser posisinya ke belakang Angela, kini duduk tepat di belakang wanita itu di atas tikar yang mereka gelar di pasir putih pantai yang sepi. Ia memeluk dan merangkul Angela erat dari belakang, tangannya sengaja melingkar di bawah payudara jumbo Angela, merasakan kelembutan dan beratnya yang hangat di telapak tangannya. Bikini merah muda Angela yang super sempit hampir tak menutupi apa-apa, membuat payudaranya yang besar terasa begitu nyata di sentuhan Agus, dan ia tak bisa menahan diri untuk meremas lembut, jari-jarinya mencengkeram dengan penuh hasrat. Sinar matahari pagi yang hangat menyapa kulit mereka, membuat tubuh Angela berkilau, sementara ombak yang tenang dengan suara “swoosh… swoosh…” menjadi latar yang menenangkan, meski suasana di antara mereka berdua mulai memanas lagi.
Sembari merangkul, Agus sesekali menciumi leher Angela dengan penuh kasih sayang, bibirnya meninggalkan suara “chu… chu…” yang lembut di kulit putih Angela yang harum. Tangan satunya membelai rambut pirang Angela, jari-jarinya menyisir helai-helai rambut itu dengan penuh perhatian, seolah tak pernah bosan menikmati wanita yang baru semalam ia entot dengan penuh gairah. Angela mendesah kecil, “Mmm… Agus… you’re so sweet…” katanya dengan nada manja, tubuhnya bersandar lebih erat ke dada Agus, menikmati setiap sentuhan dan ciuman yang diberikan. Aroma laut yang asin bercampur dengan wangi tubuh Angela yang segar setelah mandi pagi tadi, menciptakan suasana yang begitu intim di tengah pantai yang sepi, dengan hanya suara ombak dan angin pagi sebagai saksi.
Di tengah keintiman itu, Agus berbisik di telinga Angela, suaranya lembut namun penuh rasa ingin tahu, “Angela… how long will you be staying in Bali?” Angela, yang tengah menikmati remasan lembut Agus di payudaranya, menggeleng pelan, wajahnya tersenyum santai, “I don’t know, Agus… I want to stay here as long as I can… Bali is too beautiful to leave soon,” jawabnya dengan nada santai, matanya menatap ombak yang berkilau di depan mereka. Agus tersenyum, jantungnya berdegup bahagia mendengar jawaban itu, “Good… I want to spend more time with you,” balasnya, lalu mencium pundak Angela lagi, tangannya kini meremas payudara Angela lebih kuat, membuat Angela mengerang kecil, “Ohh… Agus… that feels… so nice…” Keintiman mereka semakin terasa, dengan sinar matahari pagi yang hangat menyapa kulit mereka, menambah rasa nyaman di antara mereka.
Namun, di tengah percumbuan mereka, tiba-tiba ada satu-dua orang warga lokal yang lewat di kejauhan, seorang pria dan seorang wanita yang tampaknya sedang berjalan pagi di sepanjang pantai. Mereka melirik ke arah Agus dan Angela dengan ekspresi agak risih, meski hal seperti ini lumrah di pantai-pantai Bali yang sering dikunjungi turis. Agus merasa canggung, wajahnya memerah, dan ia berbisik dengan nada gugup, “Angela… someone’s watching… maybe we should stop…” Tangannya berhenti meremas sejenak, matanya melirik ke arah warga lokal yang kini berjalan menjauh, tapi Angela hanya terkekeh kecil, tubuhnya tetap bersandar di dada Agus, “It’s okay, Agus… let them see… it feels more… thrilling,” katanya dengan nada genit, tangannya memegang tangan Agus, mengarahkan kembali ke payudaranya, meminta Agus melanjutkan.
Agus, meski awalnya canggung, akhirnya menuruti Angela—ia kembali meremas payudara Angela dengan penuh hasrat, jari-jarinya mencengkeram lebih kuat, membuat bikini kecil itu sedikit bergeser, memperlihatkan lebih banyak kulit putih Angela yang lembut. Ia menciumi leher Angela lagi, kali ini lebih ganas, bibirnya mengisap kulit di pundak Angela hingga meninggalkan tanda merah kecil, suara “mmph… chu…” terdengar lebih jelas di tengah suara ombak yang tenang. Angela mengerang lebih keras, “Mmm… yes… Agus… just like that…” katanya, kepalanya miring untuk memberikan akses lebih luas, tubuhnya bergetar kecil karena sensasi yang semakin intens. Pantai yang sepi itu membuat setiap suara mereka terdengar lebih nyata, dan sinar matahari pagi yang hangat seolah menyoroti setiap gerakan mereka, menambah kesan erotis pada momen itu.
Angela, yang merasa semakin terangsang dengan situasi itu, berbisik dengan nada genit, “See, Agus… it’s more exciting when someone might see us… don’t stop…” Ia memutar tubuhnya sedikit, mencium bibir Agus dengan penuh nafsu, lidah mereka saling bertemu dengan gerakan yang liar, menciptakan suara “schlup… mmph…” yang basah. Agus tak bisa menahan hasratnya lagi, tangannya kini meremas payudara Angela dengan lebih agresif, jari-jarinya sesekali memainkan puting yang sudah mengeras di balik bikini, membuat Angela mendesah lebih keras, “Ohh… Agus… you’re… so good…” Aroma laut yang segar bercampur dengan keringat tipis yang mulai muncul di kulit mereka, dan pasir putih di bawah tikar terasa hangat di bawah sinar matahari, menciptakan suasana yang penuh gairah di pagi yang tenang.
Meski warga lokal itu sudah menghilang dari pandangan, Agus masih merasa sedikit canggung, tapi keberanian Angela membuatnya semakin terbawa suasana. Ia terus menciumi leher dan pundak Angela, tangannya tak berhenti meremas payudara Angela yang lembut, dan mereka tenggelam dalam keintiman mereka sendiri, seolah dunia di sekitar mereka tak ada. “You’re… so sexy, Angela… I can’t get enough of you…” bisik Agus dengan suara serak, jantungnya penuh kebahagiaan karena bisa bersama Angela di pagi yang indah ini. Angela tersenyum, “I feel the same, Agus… let’s make every moment count…” balasnya, lalu mereka kembali berciuman, suara ombak “swoosh… swoosh…” menjadi latar yang sempurna untuk momen mesra mereka di pantai Bali yang sepi.
--------------------------------
A
ngela, yang tengah berada dalam pelukan mesra Agus di pantai sepi itu, tiba-tiba berbisik dengan nada genit, matanya yang biru berkilau penuh hasrat, “Agus… I’m feeling horny again… like last night… let’s make love right here on the beach…” Suaranya penuh godaan, dan ia memiringkan tubuhnya untuk menatap Agus dengan ekspresi penuh nafsu, bibirnya yang penuh membentuk senyum nakal. Agus kaget dengan ide gila itu, wajahnya memerah, dan ia berbisik dengan nada gugup, “Angela… are you serious? Here? What if someone sees us…?” Meski ia terkejut, hasratnya juga mulai terbangun—pikiran untuk berhubungan badan di pantai terbuka dengan Angela yang seksi membuat jantungnya berdegup kencang, tapi rasa takutnya masih mendominasi. Ombak pagi yang tenang dengan suara “swoosh… swoosh…” seolah berbisik, menambah ketegangan di antara mereka.
Angela tak menyerah—ia merengek dengan nada manja, tubuhnya semakin menempel di dada Agus, “Come on, Agus… please… I want you so bad… right here… right now…” Suaranya lembut namun penuh desakan, seperti seorang anak kecil yang meminta permen, tapi dengan nada sensual yang membuat Agus sulit menolak. Tangan Angela dengan nakal meraih kontol Agus melalui celana pendeknya, meremasnya dengan lembut namun penuh tekanan, jari-jarinya menggenggam batang yang mulai mengeras itu, membuat Agus mengerang kecil, “Mmm… Angela… ahh…” Angela tersenyum genit, merasakan respon tubuh Agus, dan ia terus merengek, “Please, Agus… I need you… don’t make me wait…” Sinar matahari pagi yang hangat menyapa kulit mereka, dan aroma laut yang segar bercampur dengan keringat tipis di tubuh mereka, menambah suasana yang penuh gairah.
Remasan Angela menjadi lebih berani—ia kini juga meremas biji Agus dengan lembut, jari-jarinya memainkan area sensitif itu dengan gerakan melingkar, seolah ingin memastikan Agus tak bisa menolak lagi. “Agus… I’m so wet already… don’t you want me…?” rengeknya lagi, suaranya semakin manja, matanya menatap Agus dengan ekspresi penuh hasrat, bibirnya sedikit terbuka, menunjukkan gairah yang membara. Setiap remasan tangannya membuat kontol Agus semakin keras, dan Agus mengerang lebih keras, “Ahh… Angela… you’re… too much…” Tubuhnya bergetar kecil, hasratnya kini mengalahkan rasa takutnya, dan pasir putih yang lembut di bawah tikar terasa hangat di bawah sinar matahari, seolah ikut menyaksikan permainan erotis mereka di pagi yang tenang ini.
Akhirnya, Agus kalah pada godaan Angela—ia mengangguk dengan napas terengah, “Alright… alright, Angela… you win…” katanya dengan suara serak, hasratnya kini menguasai dirinya sepenuhnya. Angela tersenyum lebar, penuh kemenangan, “That’s my boy…” bisiknya dengan nada genit, lalu mencium bibir Agus dengan cepat, meninggalkan suara “chu…” yang manis. Agus segera menarik tangan Angela, berdiri dari tikar, dan mengajaknya untuk mencari area pantai yang lebih tersembunyi. Mereka berjalan cepat, tangan mereka saling menggenggam erat, menuju sebuah sudut pantai yang dikelilingi oleh semak-semak kecil dan beberapa batu besar, cukup jauh dari tikar mereka dan tersembunyi dari pandangan siapa pun yang mungkin lewat. Suara ombak yang tenang masih terdengar, tapi kini lebih samar, dan angin pagi yang sejuk membawa aroma laut yang segar, membuat mereka semakin bersemangat untuk melanjutkan rencana mereka.
Di area tersembunyi itu, Agus menatap Angela dengan mata penuh nafsu—ia akan mengentoti janda bahenol itu di tengah pantai Bali yang sepi ini. Angela berdiri di depan Agus, bikini merah mudanya yang super sempit hampir tak menutupi apa-apa, payudaranya yang besar dan memeknya yang membalut kain kecil itu terlihat begitu menggoda di bawah sinar matahari pagi. “You’re crazy, Angela… but I love it…” kata Agus dengan suara serak, tangannya sudah tak sabar untuk menyentuh tubuh Angela lagi. Angela terkekeh kecil, “I know you do… now come here, babe…” balasnya, lalu menarik Agus lebih dekat, siap untuk melanjutkan momen panas mereka di sudut pantai yang tersembunyi, dengan pasir putih yang lembut di bawah kaki mereka dan suara ombak yang tenang sebagai latar,
50Please respect copyright.PENANAKwagDeT9RX
TO BE CONTINUED
50Please respect copyright.PENANAlImQW3gUmv
50Please respect copyright.PENANAdlvA4Kamib
Support cerita sumberbarokah supaya bisa terus update setiap hari dengan beli cerita di
https://victie.com/app/author/82829
2 cerpen berbayar:
SYAKIRAH SI SUCCUBUS BERHIJAB
JADI SELINGKUHAN UMMA
---------------------------------------------------
50Please respect copyright.PENANA1Ym3igRN14
50Please respect copyright.PENANAMD8htHpnAG