HARUKA POV
103Please respect copyright.PENANAYDMMhB9HcQ
Aku duduk di ruang tamu rumah Kakek Dasuki, empat orang pria begitu serius memperhatikan gerak gerikku, mereka hanya berdiri mengelilingi sofa yang sedang Aku duduki. Meskipun sudah tidak terikat di atas kursi seperti sebelumnya, tetap saja keadaan ini membuatku merasa risih dan tidak nyaman. Sudah hampir setengah jam Hithomi dan Rama berada di dalam kamar, entah apa yang mereka lakukan.
Samar sesekali Aku mendengar suara desahan Rama. Ah, Rama, entah bagaimana caranya menggambarkan perasaanku sekarang pada pria itu. Setelah Hithomi membuka mataku tentang pekerjaan Rama yang sebenarnya, perasaanku terhadap Rama seperti hilang seketika. Ada perasaan jijik dan tentu saja marah, tapi juga berulang kali Aku mengutuk diriku sendiri yang merelakan keperawananku diambil oleh Rama. Bagaimana mungkin Aku bisa menyerahkan keperawananku pada seorang gigolo?!
Apalagi sekarang Aku dipaksa mendengar lenguhan dan desahan pria yang sempat Aku cintai itu. Hancurnya perasaanku seperti sebuah akhir dari perjalanan hidupku. Aku tidak tau rencana apa yang akan dilakukan Hithomi padaku. Wanita itu memang hanya lebih tua 3 tahun dari usiaku, tapi reputasinya sebagai salah satu pemimpin klan Yakuza di Tokyo hampir menyamai Ayahku.
Meskipun perempuan, tapi Hithomi dikenal dengan kekejaman dab kebengisannya. Nyawa orang lain seperti tidak ada harganya di mata Hithomi, Kakek Dasuki mungkin bukan orang terakhir yang akan meregang nyawa di tangan wanita brengsek itu. Aku seperti menunggu nasib buruk, pikiranku seperti benar-benar kosong. Entah kenapa jalan hidupku seperti ini, dipertemukan dengan cinta pertama tapi akhirnya disakiti, berharap pelukan Ibu tapi berakhir tragedi.
"Kekasihmu benar-benar hebat Haruka."
Hithomi telah keluar dari kamar, tubuhnya hanya terbalut selembar selimut putih. Wanita brengsek itu berjalan menghampiriku tanpa perasaan risih, padahal tatapan beberapa anak buahnya seperti menelanjangi tubuh pemimpin klan Yoshinawa itu.
"Tanganku terasa sangat pegal sekali, penis kekasihmu susah untuk diajak kompromi."
Sungguh tiap kata yang keluar dari mulut Hithomk membuatku jijik, apalagi membayangkan apa yang telah Hithomi dan Rama lakukan di dalam kamar tadi.
"Terserah apa katamu Hithomi." Kataku.
"Anak pelacur!!" Tiba-tiba Hithomi merangsek maju ke arah tubuhku, dengan sekuat tenaga dia menjambak bagian belakang rambutku, wajahnya kembali menunjukkan amarah padaku.
"Aaaauuuww!!!" Teriakku kesakitan.
"Sekali lagi Kau meremehkanku, maka Kau akan merasakan yang lebih dari ini!!" Dia kemudian mendorong tubuhku ke belakang dengan sangat keras.
"Apa Iwao sudah menelepon lagi?" Tanya Hithomi pada salah satu anak buahnya.
"Belum Bos." Jawab salah seorang pria yang sedari tadi berdiri di belakang sofa yang Aku duduki.
"Segera kabari Aku jika tua bangka itu kembali menelepon, Aku tidak akan memberikan pertunjukan spesial tanpa kehadiran dia." Ucap Hithomi sambil menatap tajam ke arahku. Entah apa yang wanita brengsek itu rencanakan.
"Baik Bos!"
"Haruka, sekarang saatnya Kau melihat kekasihmu melakukan pekerjaannya."
"Bawa anak pelacur ini ke dalam kamar dan ikat dia!"
Tanpa menjawab dua orang pria memegang tanganku dengan kasar, kemudian menyeretku ke dalam kamar. Aku mencoba untuk memberontak tapi sia-sia tenaga dua anak buah Hithomi lebih kuat dibandingkan denganku.
"Brengsek!! Bajingan Kau Hithomi!!!" Teriakku saat kedua anak buah Hithomi mulai menyeretku menjauhi ruang tamu.
"Hahahaha!! Hahahaha!!!" Terdengar gelak tawa kemenangan dari mulut Hithomi, teriakanku seperti sebuah angin lalu bagi wanita brengsek itu.
103Please respect copyright.PENANAEKUULZ95PV
***
103Please respect copyright.PENANAcprLm2egf7
Kubo terlihat sangat gelisah, tubuh gempalnya mondar mandir di depan pintu sebuah kamar hotel. Iwao, sahabat sekaligus bosnya masih berada di dalam kamar, pemimpin klan Yoshinawa itu sedang menemui orang kepercayaan dari Hithomi. Untuk menyelamatkan nyawa Haruka, Iwao akhirnya bersedia melepaskan kekuasaan klan Yoshinawa di kota-kota besar macam Tokyo dan Sapporo untuk kemudian diambil alih oleh klan yang dipimpin oleh Hithomi.
Iwao seperti tidak memiliki opsi lain untuk menyelesaikan masalah ini. Melawan dan berbalik menyerang klan Kobayashi akan berdampak buruk pada keselamatan Hiruka. Apapun akan Iwao lakukan untuk menyelamatkan Haruka dari kekejaman Hithomi, kakak kandungnya sendiri. Setelah hampir bernegosiasi selama 2 jam lebih, tiga orang utusan Hithomi akhirnya keluar dari dalam kamar.
Dari raut puas di wajah mereka, sepertinya kesepakatan yang telah dicapai sangat menguntungkan kubu Hithomi. Kubo segera masuk ke dalam kamar, meminta penjelasan detail kesepakatan pada Iwao.
"Mereka hanya menyisakan bisnis judi di Hiroshima." Kata Iwao, tubuh rentanya duduk lemas di atas sofa.
"Hanya itu?" Tanya Kubo seperti tidak percaya, kejayaan klan Yoshinawa yang dibangun sekian puluh tahun akhirnya hancur dalam hitungan jam.
"Aku tidak memiliki pilihan lain Kubo, maafkan Aku."
"Kita akan temukan jalan keluar lain untuk masalah ini. Beberapa yakuza pilihan sudah bersiap untuk menyerbu dari Tokyo. Kita akan rebut kembali apa yang telah mereka ambil!" Kata Kubo emosi.
"Jangan perintahkan mereka untuk menyerang, Aku tidak mungkin kembali mengorbankan putriku karena urusan bisnis!"
"Ta..Tapi"
"Cukup!!! Aku masih memegang kendali klan Yoshinawa, semua keputusan klan harus keluar dari mulutku!" Hardik Iwao.
"Ba..Baik Bos.." Kubo membungkukan badannya di hadapan Iwao, tanda taat pada perintah pemimpin klan Yoshinawa itu.
"Kita tinggal menunggu kabar dari Hithomi setelah menemui orang kepercayaannya tadi. Setelah mendapatkan kembali Haruka, kita segera kembali ke Jepang."
"Tanpa Haruka kesepakatan ini tidak ada artinya!"
103Please respect copyright.PENANAHSGaohgVO8
***
103Please respect copyright.PENANAvyzGw4AjqF
RAMA POV
103Please respect copyright.PENANA9BC3MlDqZP
Setelah membuatku mengalami ejakulasi, Hithomi meninggalkanku begitu saja. Handjob yang dilakukan wanita Jepang itu membuat ceceran spermaku berada di mana-mana, bahkan sebagian ada yang menempel pada perut dan dadaku. Lengan dan pergelangan tanganku terasa sangat sakit, perih dan ngilu. Entah sampai kapan kedua tanganku harus terikat seperti ini.
BRAAAAKKK!!!!
Tiba-tiba masuk dua orang pria sambil menyeret tubuh Haruka dengan sangat kasar. Keduanya kemudian memaksa Haruka untuk duduk di atas kursi kayu yang terletak di depan ranjangku.
"Hei!! Apa yang kalian lakukan!!" Teriakku. Mereka berdua tidak menggubrisku, keduanya kemudian mengikat tubuh Haruka di atas kursi itu.
"Lepaskan!!"
Haruka mencoba berontak, tapi sia-sia dia kalah kuat dengan dua pria Jepang tersebut. Beberapa saat kemudian Hithomi kembali masuk ke dalam kamar, wajahnya kembali dingin seperti saat pertama kali Aku melihatnya. Langkahnya gemulai perlahan mendekati tubuh Haruka, Aku berharap wanita itu tidak kembali melakukan kekerasan pada Haruka.
"Keluar."
Perintah Hithomi pada dua anak buahnya yang berhasil memancang Haruka di atas kursi. Keduanya kemudian keluar dan kembali menutup pintu kamar.
"Haruka! Kau tidak apa-apa? Bagaimana keadaanmu?" Tanyaku khawatir.
"Tenang saja Rama, kekasihmu ini tidak apa-apa. Aku memperlakukannya dengan sangat baik. Benar kan Haruka? Hmmm?"
Dengan kasar Hithomi mencengkram dagu Haruka dan menariknya hingga mendekati wajahnya, mungkin Haruka sampai bisa merasakan dengusan nafas Hithomi.
"Brengsek!!!" Umpat Haruka dengan penuh emosi.
"Hahahaha!! Aku suka sekali jika Kau meluapkan emosimu seperti ini!" Ucap Hithomi dengan nada mengejek.
"Entahlah mungkin sesaat lagi Kau akan mengumpatku habis-habisan, hahahahaha!!" Kata Hithomi kembali, wanita itu kemudian mendekati ranjang tempat Aku terikat.
"Hmmmm...Rama, ayo kita lanjutkan permainan kita..."
"Lepaskan Aku!!!" Bentakku.
"Nanti setelah Kau menunjukkan kemahiranmu.."
Hithomi kembali melepaskan kimono maroon yang dia kenakan sedari tadi, wanita itu kini sudah berada tepat di samping tubuhku yang masih terikat di atas ranjang. Tangannya kembali menyentuh penisku, membelainya secara perlahan. Mata Hithomi terlihat sayu, senyumnya kembali menyungging saat penisku pelan-pelan mulai kembali mengeras, merespon sentuhan tangannya.
"Hmmmm...Cepat sekali..." Goda Hithomi.
"Brengsek!" Umpatku penuh emosi.
Tiba-tiba Hithomi mencengkram kedua sisi daguku, dengan kasar kemudian dia mendekatkan bibirnya pada bibirku. Dia menciumi bibirku dengan brutal, lidahnya memaksa masuk ke dalam mulutku. Sekuat tenaga Aku menolak ciuman itu tapi Hithomi justru semakin brutal, Aku sampai kesulitan bernafas. Hampir 10 menit Hithomi menjejali mulutku dengan lidahnya, tanganya juga semakin intens memainkan batang penisku yang mulai mengeras.
Jemarinya begitu lincah mengurut dan mengocok penisku naik turun dengan kecepatan simultan. Aku akhirnya hanya pasrah menerima tiap serangan dari Hithomi, mulutku terbuka menyambut ciuman dan jilatan Hithomi. Bahkan tanpa Aku sadari lidahku mulai mengikuti irama permainan lidah wanita Jepang itu. Sesaat Aku melirik ke arah Haruka yang duduk terikat tepat di depan ranjangku, entah apa yang sekarang dipikirkan oleh kekasihku itu.
"Eeeemmcchhh...lidahmu seperti candu Rama..." Bisik Hithomi setelah menyudahi permainan lidahnya.
Aku hanya terdiam, nafasku sedikit tersenggal setelah mulutku menerima ciuman brutal. Meskipun Hithomi sudah menyudahi ciumannya, tapi tidak begitu dengan tangannya. Dia terus mengocok batang penisku yang kini sudah mengeras sempurna. Aku menahan agar desahanku tidak keluar dari mulutku, Haruka pasti akan sangat membenciku jika mendengar desahanku saat "dimainkan" oleh Hithomi.
Aku hanya memejamkan mata, berharap Hithomi segera menyudahi permainan ini. Tiba-tiba Hithomi menaiki tubuhku dengan posisi terbalik. Pantatnya tepat berada di atas kepalaku, sementara kepalanya berada diantara kedua pahaku. Bau khas lubang vagina dapat Aku cium dalam jarak sedekat ini, bau khas yang biasanya langsung bisa membangkitkan gairahku.
Oh Tuhan...
Hithomi mulai menjilati batang penisku, memasukkannya ke dalam mulut. Menghisap, menjilat, bahkan beberapa kali menyedot kencang ujung penisku. Tak hanya itu, Hithomi dengan sengaja menekan pantatnya ke bawah, vaginanya yang basah menutupi sebagian wajah dan mulutku, membuatku kembali kesulitan bernafas.
"Eeeeemmcchhhh...Besar banget Rama..Eeemmcchhh...!!"
Hithomi seperti benar-benar menikmati permainan ini. Dia terus mengoral penisku dengan sangat brutal, meskipun terasa sedikit sakit tapi keliaran Hithomi mulai membakar gairahku.
"Ooooocchhh Yes baby..!! Iiyaahhh disitu..!! Isep yang kenceng!!! Aaacchhhhhh...!!!"
Erang Hithomi saat lidahku mulai menjilati permukaan vaginannya. Darahku seperti terpompa lebih cepat, meskipun sulit bernafas tapi aroma dan rasa yang ditimbulkan dari vagina Hithomi membuat birahiu terpacu. Aksi blowjob Hithomi pada penisku menambah efek itu semua, Aku terus memainkan lidah pada vagina Hithomi. Perlahan Aku mulai menyukai permainan ini.
ns216.73.216.123da2