Terindu Kemerdekaan [Bagian 6]
576Please respect copyright.PENANA9RHSE5ELJX
Author: Ihsan Iskandar
576Please respect copyright.PENANAjXZCowu9Es
“ughhh… ahh… Dimana… Dimana ini?…” Fauzan mulai membuka mata, apa yang dilihatnya adalah ruangan yang gelap dimana hanya terdapat satu lampu minyak tergantung di tengah-tengah ruangan. Melihat keadaan itu, Fauzan ingin menggerakkan badannya. Namun, dia tidak dapat menggerakkannya karena tangan maupun kakinya terikat kuat.
576Please respect copyright.PENANArDZdnNSvzI
“guhh…Ughh…” Fauzan semakin memberontak tidak karuan dan akhirnya berteriak meminta tolong “HEI SIAPAPUN TOLONG AKU!” teriakan kalimat minta tolong yang terhitung 4 kali itu akhirnya terjawab juga. Pintu di sebelah kiri pojok ruangan mulai terbuka dan seseorang mulai masuk mendekati Fauzan.
576Please respect copyright.PENANAQJMDzFxGZ4
“Hei…hei tolong aku- AGHH!” Pukulan keras ke pipi kirinya dilontarkan dan Fauzan mulai berteriak kesakitan. Belum lagi sempat pulih dari pukulan keras itu, rambut Fauan yang ikal itu ditarik keatas dan sekarang wajahnya dapat melihat dengan jelas wajah orang yang ada di depannya.
576Please respect copyright.PENANAoAmXhSggol
“Katakan, bagaimana bisa kau berada di belakang garis musuh?” Pertanyaan yang diikuti sorotan tajam lelaki berumur sekitar 40 tahun itu telah membuat Fauzan merinding luar biasa. Kakinya bergetar hebat bahkan bangku yang didudukinya mulai ikut bersuara.
576Please respect copyright.PENANA6e4A6Dj14c
“Jadi kau tidak mau menjawab. baiklah” Lelaki itu mengambil ancang-ancang memukul dan mengarahkannya kearah Fauzan. Fauzan yang merasakan Hawa membunuh itu langsung membuka muut seketika.
576Please respect copyright.PENANA4zbEL3iWef
“AKU…AKU BERMAIN WAR…WARNET!” Fauzan yang menjawab hal itu sambil menahan rasa sakit diwajahnya membuat wajah lelaki didepannya bingung. dan mulai bertanya “apa itu Warnet?” setelah respon darinya, Fauzan mulai menjelaskan apa itu Warnet dengan nada ketakutan.
576Please respect copyright.PENANA5z17axjYKH
“Warnet… Warnet adalah tempat anak muda bermain game dan biasanya kami membaya- GAHH!” Belum lagi selesai ngomong, sekarang giliran pipi kanannya menjadi sasaran empuk dan mulai membengkak biru.
576Please respect copyright.PENANAbWScRwAIkw
“Jangan membodohiku! Aku tidak tau apa yang kau maksud! KATAKAN YANG SEBENERNY-“
576Please respect copyright.PENANAqgJlPqGlLt
“HENTIKAN!”
576Please respect copyright.PENANAKfdvsxmmFt
Tepat sebelum amukan lelaki itu mengajar Fauzan sampai habis-habisan, seseorang berpakaian jubbah putih dengan songkok putih di kepalanya mendatangi Fauzan dan lelaki itu. Lelaki bersongkok putih itu memanggil lelaki yang memukul Fauzan itu dan membisikkan sesuatu kepadanya. Setelah itu mereka berdua keluar dari ruangan.
576Please respect copyright.PENANAYxrjrl9Rk0
“apa…apa…yang sebenarnya terjadi… kenapa…*hiks *hiks” air mata Fauzan mulai berlinang jatuh kebawah. Wajahnya yang bengkak membiru bahkan hidung sampai mengeluarkan darah pasti sangat sakit dirasa. Tetapi beberapa detik kemudian, sebuha handuk hangat menyentuh kulit wajahnya.
576Please respect copyright.PENANAxdOALzakmQ
“HIII!!!”
576Please respect copyright.PENANA5DpJ7dxJ3W
“Tenanglah… aku akan melepaskanmu”
576Please respect copyright.PENANA2zQ5e5Sogv
Sontak karena terkejut, ternyata yang memegang ahnduk hangat itu adalah seorang perempuan berkerudung biru. Kulit wajahnya sangat putih, hidungnya tidak pesek atau pun mancung, dan matanya sangat sayu dengan bulu mata yang lentik. Mungkin selama 18 tahun kehidupan Fauzan, ini pertama kalinya dia melihat perempuan secantik itu. Ketika Fauzan sedang terdiam melihat sosok indah didepannya, rasa luka di wajahnya terlupakan seketika. Tapi setelah perempuan dihadapannya mulai berkata “aku akan melepaskan dirimu”, lamunannya buyar seketka dan rasa sakit itu kembali lagi.
576Please respect copyright.PENANAzp1RHwT4yG
Setelah semua ikatan Fauzan terlepas dan perempuan berkerudung putih itu memberikan handut tersebut kepadanya, Fauzan hanya terdiam sambil memegang luka diwajahnya dan tidak berkata apa-apa kepada perempuan itu. tidak lama kemudian perempuan itu mulai memperkenalkan dirinya.
576Please respect copyright.PENANA9E8QQLy3SV
“Dirimu bisa memanggilku Siti. Dan sekarang ikuti diriku” Fauzan mengangguk dan mulai mengikutinya keluar ruangan gelap itu. setelah keluar dari sana, karena cahaya yang begitu terang, Mata Fauzan masih harus membiasakan matanya dari cahaya. Ketika beberapa detik berlalu, di dapat melihat perkampungan yang dihadapannya. Orang-orang dengan memakai pakaian sederhana seperti selendang dan bakiak (sandal kayu) dipakai oleh semua orang, dan hanya dia yang memakai sandal gunung terbuat dari Karet dan kain.
576Please respect copyright.PENANALG5od3WgxV
Fauzan yang masih terdiam melihat suasana yang belum pernah dilihatnya, bahkan ketika Fauzan pergi ke desa saat idul Fitri, suasana kampungnya tidak seperti ini. Terdiam karena terkejut bercampur heran, Siti memanggilnya dan membawanya ke sebuah rumah kayu, rumah tersebut lebih besar dari rumah lainnya. Fauzan hanya menuruti perkataan Siti dan masuk kerumah tersebut.
576Please respect copyright.PENANAzo8Me6vRMN
Ketika memasuki rumah tersebut, ruang tamu yang lumayan besar, bahkan bisa dikatakan seperti aula mini. 15 orang laki-laki duduk melingkar dihadapannya. Beberapa lelaki disana ada yang memakai persis seperti pakaian Pejuang muda yang ditemuinya dan beberapa lain memakai songkok hitam. Di tengah-tengah kumpulan itu, dia melihat laki-laki berjubah putih yang menyelamatkannya tadi.
576Please respect copyright.PENANAv2V8nDR9RY
“Duduklah nak, tidak pelru takut” Laki-laki berjubah putih itu menyilahkan Fauzan duduk diantara mereka. Melihat suasana yang tidak mencekam seperti ruangan gelap tadi. Fauzan duduk walau handuk hangat masih menempel di pipinya.
576Please respect copyright.PENANAse4C4fRf1b
“Baiklah nak, apakah kami boleh tau siapa nama mu?”
576Please respect copyright.PENANAUBDQAb5tSQ
“Na… Namaku adalah Fauzan…” Fauzan menjawab dengan lemah dan dengan nada bergetar.
576Please respect copyright.PENANArXaSoEjkTV
“Nak Fauzan. Perkenalkan, Nama saya adalah Zainal Moestafa. Engkau bisa memanggilku Ustadz Zainal atau Kiyai Zainal.” Lelaki berjubah putih yang bernama Kiyai Zainal Mostafa itu memperkenalkan dirinya secara lembut. Kemudian Kiyai Zainal mulai bertanya asal dari Fauzan.
576Please respect copyright.PENANAGqDKzPLAfL
“aku berasal dari Medan. Sumatera Utara-”
576Please respect copyright.PENANAdQHRJvCrt8
“Lihatlah KIYAI! Dia hanya membodohi kita! Dia adalah penyusup Jepang! Lebih baik kita habisi sekarang!” lelaki yang berteriak memotong itu adalah lelaki yang memukul Fauzan sebelumnya. Kata-kata Fauzan sama sekali tidak dipercaya dan ketika mendengar “Habisi” membuat Fauzan kembali takut dan ingin melarikan diri darisana.
576Please respect copyright.PENANAf9R3LCZzZn
“Tenanglah Pak Panjoe, memang benar dirinya mengatakan sesuatu yang tidak ketahui, tapi itu bukan berarti dia sedang membodohi kita. Terlebih lagi, dia bilang ‘Sumatera’, bukankah kita mengenal nama itu?” kata-kata Kiyai tersebut kembali meredam suasana dan semua kembali tenang.
576Please respect copyright.PENANAqIG4Ha5vvT
“tapi pak Kiyai, bukankah Sumatera itu sangat jauh dari sini, bahkan diperlukan beberapa bulan untuk sampai disana?” seorang dari perkumpulan itu yang memakai songkok putih mulai bertanya.
576Please respect copyright.PENANAVgxqf90qXP
“Benar. Nak Fauzan, apakah kau tahu dimana ini sekarang?” Kiyai Zainal mulai bertanya kepada Fauzan kembali.
576Please respect copyright.PENANAkDWUcR2sDU
“ Sudah pasti ini di medan, Sumatera Utara kan?” Fauzan menjawab dengna percaya diri.
576Please respect copyright.PENANAuAGOJif2xj
“Tidak, ini di Tasikmalaya, Pulau Jawa”
576Please respect copyright.PENANA3kUYeEKNAg
“APAAA!!?” Jawaban mencengangkan dari jawaban Kiyai telah membuat Fauzan berdiri dan mulai berlari keluar rumah itu, orang-orang yang memakai seperti pejuang tersebut mulai mengejarnya. Fauzan berlari sekuat tenaga tanpa arah selagi memasang wajah sangat kebingungan. Beberapa detik ketika Fauzan berlari, seseorang memukul kepalanya dengan benda tumpul.
576Please respect copyright.PENANAZtsD7bDHtu
“ini… ini… ini… tidak mungki…”
576Please respect copyright.PENANA78QF1gHEyZ
Setelah pukulan keras itu, Fuzan jatuh dan mulai tidak sadarkan diri lagi.
576Please respect copyright.PENANAlbBTHsP6JU
[Catatan penulis: Hai para teman-teman Pembaca, untuk Novel ‘terindu kemerdekaan’, saya akan melanjutkannya kembali setelah desember karena ada perlombaan. Dan juga dikarenakan saya ingin menyelesaikan Novel saya berjudul “Pahlawan Perang Dunia” terlebih dahulu. Kalian bisa membacanya di Wattpadd dengan mencarinya di Profil Karyaku (Ihsan_Iskandar). Tapi tenang saja, setelah desember, saya akan memasukkan beberapa Episode “terindu kemerdekaan” lagi dengan masing-masing berjumah > 1000 kata tiap episodenya. Baiklah sampai jumpa lagi ^^~]
576Please respect copyright.PENANAy5lLRZh8QK
Catatan Penulis:
Terima kasih Sudah membaca Teman! ^^ Baca Juga cerita saya lainnya:
Pahlawan Perang Dunia
Terindu Kemerdekaan
Life in Word
576Please respect copyright.PENANAuYSKs82hMs
Follow terus lini tulisan saya di:
Blog : www.setegukkisah.blogspot.com
Wattpadd :Ihsan_Iskandar
Penana :Iskandar
Storial :@Iskandar3
576Please respect copyright.PENANAUBMbMdhogD
Sosial Media saya Juga Dong:
Email : [email protected]
Instagram : Pentears
Facebook : Ihsan Iskandar
576Please respect copyright.PENANAbXQQM2PdG5
576Please respect copyright.PENANARKurXCTRVN
576Please respect copyright.PENANAOreP4F7SjN
ns3.136.234.122da2