23 Tahun yang Lalu
165Please respect copyright.PENANAYy9WrqdIM1
Ariyani melihat kedua mata putrinya dengan haru, usianya masih 8 bulan, begitu lucu dan menggemaskan. Tak terasa airmatanya kembali menetes saat membayangkan momen beberapa saat lagi, saat dia harus rela melepaskan putrinya pada orang lain.
"Ariyani, sekarang sudah waktunya." Kata Iwao.
"Aku begitu berat melepaskan dia, lihatlah wajahnya, begitu lucu. Aku tidak bisa melepaskan dia Iwao."
Ariyani kembali terisak, wanita cantik itu memeluk anaknya dengan erat. Iwao menghampiri Ariyani, dalam hatinya juga merasakan hal yang sama seperti apa yang dirasakan oleh istrinya itu.
"Semua ini kita lakukan untuk keselamatan putri kita Ariyani. Endo akan merawatnya seperti anakny sendiri, dia berani mempertaruhkan nyawanya demi anak kita." Ucap Iwao sambil memeluk tubuh Ariyani yang masih terisak.
"Aku tidak bisa melepaskannya Iwao...Tidak bisa..." Suara Ariyani kembali tercekat tangisan, ketidakrelaannya untuk melepaskan putrinya semakin kuat.
"Maafkan Aku Ariyani, tapi kita harus melakukannya. Anak kita akan lebih aman bersama orang lain ketimbang bersama kita yang berstatus sebagai buronan polisi. Jika polisi berhasil menangkap kita, mereka akan menyerahkan anak kita pada dinas sosial! Kita akan kehilangan hak asuh Hithomi untuk selama-lamanya!" Kata Iwao.
"Endo akan merawatnya dengan baik Ariyani....Dan kita akan kembali bersama Hithomi saat keadaan menjadi lebih baik, ini hanya untuk sementara. Percayalah padaku." Lanjut Iwao mencoba memberi pengertian pada istrinya.
Setelah pertempuran Yakuza di Saitama, Iwao menjadi buruan polisi nomor wahid. Keberingasan Iwao yang membantai 5 polisi yang mencoba membubarkan pertempuran membawa keluarganya dalam kesulitan besar. Tak hanya Iwao yang diincar, tapi juga Ariyani dan putrinya Hithomi. Iwao berencana meninggalkan Jepang dan melarikan diri ke Kamboja untuk beberapa saat, sampai keadaan di Jepang kembali kondusif.
Rencana pelarian itu memaksanya untuk meninggalkan sang putri untuk tetap berada di Jepang di bawah pengasuhan Endo, sahabat karibnya. Keputusan yang sangat berat, tapi harus tetap dia lakukan demi keselamatan sang putri.
"Maafkan Aku Ariyani. Aku berjanji untuk menebus semua kesalahanku ini." Ucap Iwao lirih, sebelum kembali memeluk tubuh istri dan putrinya.
165Please respect copyright.PENANAY9qnyWWQcn
***
165Please respect copyright.PENANAPWb4jN8pTi
RAMA POV
165Please respect copyright.PENANAsDpAOK5XB2
Aku berusaha membuka mataku, cukup berat terasa, tapi Aku tetap berusaha mengembalikan kesadaranku. Hal terakhir yang Aku ingat adalah beberapa orang Jepang mengeroyokku setelah sebelumnya Aku melihat tubuh Kakek Dasuki tergeletak bersimbah darah di ruang tamu.
“Aaaaaarrghhhhtt!!!”
Kepalaku masih terasa sangat pusing, bogem mentah dari beberapa pria tadi tak hanya membuatku pingsan tapi juga meninggalkan sisa sakit pada kepala dan beberapa bagian tubuhku.
Hah!!!
Tubuhku!!
Bagaimana mungkin Aku bisa telanjang sekarang?! Kedua tanganku juga terikat kuat oleh sepasang tali tampar yang melilit di belakang sandaran besi ranjang Kakek Dasuki.
"Haruka!!!" Aku mencoba berteriak, entah kenapa nama itu yang pertama kali muncul di otakku.
"Haruka!!!"
Aku kembali memanggil gadis Jepang itu, berharap sesuatu yang buruk tidak terjadi padanya juga. Tiba-tiba pintu kamar terbuka, seorang wanita Jepang masuk. Tubuhnya tinggi, lebih tinggi dari Haruka, mungkin usianya juga tidak terpaut jauh dengan Haruka. Dia menatap tubuh telanjangku dengan sangat teliti, seolah sedang khusuk membaca tiap jengkal anatomi tubuhku. Aku berusaha melepaskan ikatan yang melilit tanganku, tapi sia-sia ikatan ini begitu kuat, mencegahku untuk bisa pergi dari tempat ini.
"Kau siapa?!!" Tanyaku pada wanita itu, entah apakah dia mengerti apa yang Aku katakan.
"Kau tidak perlu tau mengenai Aku Rama." Jawab wanita itu dengan bahasa Indonesia yang sangat fasih dan lancar, perlahan Dia mendeketi tubuhku di atas ranjang.
"Mana Haruka?! Harukaaa!! Haruka!!!" Teriakku kembali memanggil nama wanita yang sangat Aku cintai.
"Jika Kau kembali berteriak seperti itu, Aku pastikan Haruka tidak akan baik-baik saja." Kata wanita itu dengan dingin, raut wajahnya menggambarkan keseriusan tentang apa yang dikatakannya barusan, membuatku berpikir ulang untuk kembali melakukan perlawanan.
"Aku baru tau reputasimu sebagai seorang gigolo ternyata cukup tinggi. Yang Aku heran bagaimana mungkin Haruka tidak mengetahui tentang pekerjaanmu ini." Wanita itu mulai berani menyentuh tubuhku, jarinya menelusuri lekukan dada bidangku yang terbuka lebar tanpa sehelai benangpun berada di sana.
"Siapa sebenarnya dirimu??! Mana Haruka?! Aku ingin menemuinya!" Kataku dengan penuh kepanikan.
"Ssssstttt......Seperti yang Aku bilang tadi, Kau tidak perlu tau siapa Aku karena itu sama sekali tidak penting. Haruka? Hmmmmm... Sampai saat ini kekasihmu itu masih bisa menghirup nafas, Kau tidak usah khawatir dia baik-baik saja."
"Apa maksudmu dengan semua ini?! Cepat lepaskan Aku!" Kataku geram, tingkah wanita itu semakin membuat emosiku mudah sekali terpancing.
"Sebenarnya Kau tidak perlu terlibat dengan urusan ini jika saja dulu Kau tidak membebaskan Haruka." Kata wanita itu mengingatkanku pada insiden penyekapan yang dialami oleh Haruka.
"Tapi semua sudah terlanjur terjadi, kini Kau sudah terjebak dalam masalah ini. Sebagai seorang laki-laki tentu Kau harus menyelesaikannyan"
"Apa maksudmu?!" Tanyaku heran.
"Hmmmm...Wait..."
Wanita itu berdiri dari ranjang yang Aku tempati kemudian beranjak keluar kamar. Beberapa menit kemudian dia kembali masuk, kali ini bersama Haruka. Ah, syukurlah dia baik-baik saja, tapi matanya terlihat sembab seperti habis menangis. Apa yang telah dilakukan wanita Jepang itu pada Haruka hingga membuat wanita yang Aku cintai sampai harus menumpahkan air mata? Kurang ajar !
"Haruka!!! Kau tidak apa-apa Haruka??!" Kataku memberondong Haruka yang terlihat ketakutan dengan berbagai pertanyaan, apalagi melihat tubuh telanjangku terikat di atas tempat tidur.
"Kau lihat dia Haruka, tubuhnya begitu sempurna kan? Hmmm? Ah, Kau pasti sudah lebih dulu menikmati tubuh gigolo ini." Aku benar-benar terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh wanita Jepang itu barusan. Bagaimana mungkin dia bisa tau jika pekerjaanku adalah menjadi.....
"Rama... Benar apa yang dia katakan?" Tanya Haruka padaku, wajahnya sendu menatap mataku.
"Dengerin dulu penjelasanku..."
"Benarkah Rama?" Ucap Haruka memotong kalimatku, kekasihku itu sedang menahan tangis, suaranya sedikit tercekat.
"Haruka..." Aku tak bisa lagi mengeluarkan kata-kata, otakku berpikir keras untuk menjernihkan masalah ini, tapi tetap tak bisa. Otakku buntu hingga membuat mulutku seperti terkunci.
"Hmmmm...Aku rasa Kau sudah tau kebenarannya Haruka. Kini saatnya Kau melihat kekasihmu menunjukkan kemahirannya dalam bekerja." Kata wanita Jepang itu.
"Cukup Hithomi!! Apa tak cukup Kau memperlakukanku seperti ini?! Lepaskan dia, Rama tidak ada hubungannya dengan ini semua!" Teriak Haruka sambil menahan isak tangisnya.
PLAAKKK!!
"Heeiii!!!" Teriakku emosi setelah melihat wanita Jepang itu menampar Haruka dengan keras.
"Tutup mulutmu!!"
Kata wanita Jepang itu menghardikku dan Haruka secara bersamaan. Haruka sedikit terhuyung ke belakang, dia kembali menghadap wanita Jepang yang ternyata bernama Hithomi itu sambil meringis kesakitan memegangi pipi kirinya. Darahku mendidih melihat kekasihku itu diperlakukan kasar seperti itu oleh Hithomi. Aku berusah sekuat tenaga memberontak, mencoba melepaskan tanganku dari ikatan.
"Hei!! Jika Kau terus berusaha memberontak seperti itu, akan kubunuh kekasihmu ini!!" Ancam Hithomi serius.
"Cukup Hithomi! Lepaskan dia! Dia tidak ada urusan dengan masalah kita!" Kata Haruka.
"Diam Kau jalang!!" Hithomi mencengkram dagu Haruka dengan kasar, membuat tubuh kekasihku itu sedikit terdorong ke depan.
"Kau di sini bukan untuk memerintahku melakukan apa maumu! Apapun yang ingin Aku lakukan pada gigolo ini bukan urusanmu!!" Hardik Hithomi, Aku tidak berdaya menyaksikan Haruka diperlakukan kasar seperti itu.
"Bawa dia keluar!!" Dua orang laki-laki Jepang beranjak masuk ke dalam kamar kemudian menyeret tubuh Haruka keluar ruangan.
"Sekarang giliranmu untuk melakukan pekerjaan Rama." Kata Hithomi sambil perlahan mencopot satu persatu pakaian yang terpasang di tubuhnya, wajah Hithomi berubah menjadi sangat binal. Wanita Jepang itu perlahan mendekati ranjang, tempat dimana Aku terikat.
"Apa yang Kau lakukan?!" Tanyaku panik saat Hithomi sudah telanjang bulat dan berjalan menghampiri tubuhku.
"Kau terlalu banyak bertanya Rama..." Ucapnya sambil membelai pahaku.
"Lepaskan Aku!!" Teriakku kembali mencoba berontak.
PLAAAKKK!!
PLAAAKK!!!
Hithomi menampar wajahku dengan sangat keras, wanita Jepang itu kemudian mencekik leherku kuat-kuat, membuatku susah bernafas.
"Gigolo brengsek!! Kau harus turuti kemauanku jika ingin tetap hidup! Jangan berontak!!" Ancamnya.
"Uuuurrgghhhh!! Uuurrggggtt!!" Aku melepaskan batuk setelah cekikan Hithomi terlepas dari leherku. Detik ini Aku baru menyadari jika tidak ada yang bisa Aku lakukan lagi selain menuruti semua perintah Hithomi.
"Hmmmm...Penismu kelihatannya berukuran jumbo, tapi kenapa tidak mau berdiri? Hah?!" Kata Hithomi sambil membelai lembut penisku dengan ujung jarinya. Aku hanya terdiam, dalam situasi tertekan seperti ini sulit bagiku untuk ikut berpikiran "nakal" seperti apa yang mungkin sedang dipikirkan oleh wanita Jepang itu.
"Mungkin Kau butuh bantuan? Hmmm...?"
Ucap Hithomi kembali, sementara Aku masih diam membisu. Perlahan Hithomi menaiki tubuhku, dengan jelas Aku bisa melihat seluruh lekuk tubuhnya yang langsing. Payudaranya tak terlalu besar tapi cukup menantang karena tak kendor dan cenderung memancung. Hithomi mengurai rambutnya yang panjang sepinggang, detik berikutnya wanita Jepang itu mulai menciumi dada dan leherku.
"Eeeeemmcchhhhhh......Eeeemmcchhhh...." Hithomi terlihat begitu bernafsu memainkan bibirnya di area dada dan leherku. Aku sesekali menggeliat kegelian akibat ulahnya.
"Ayo Rama...Puaskan Aku, seperti Kau memuaskan Haruka..."
Bisik Hithomi di tengah ciumannya. Hithomi mulai menggunakan lidahnya untuk menikmati tiap jengkal tubuhku. Wanita Jepang itu mulai menjilati leher, telinga, dan dadaku dengan liar. Aku mencoba sekuat tenaga untuk tidak ikut larut dalam "kenakalan" wanita Jepang ini, bagaimanapun Aku tidak ingin menyakiti perasaan Haruka yang mungkin saja berada di depan kamar.
"Eeeeemmcchhhh.....!!" Lenguhan panjang Hithomi semakin menandakan jika dia sedang horny berat. Ciuman dan jilatanya kini mulai ditambah dengab gigitan-gigitan kecil.
"Aaaaauuuwww!!" Teriakku saat Hithomi menggigit keras putingku.
Bukannya menghentikan kenakalannya, erangan kesakitanku justru membuat Hithomi tersenyum lebar. Dia kembali menciumi tubuhku, kini wanita Jepang itu memfokuskan permainan bibir dan lidahnya pada kedua putingku. Tangan kanannya mulai mengocok-ngocok batang penisku yang sedari tadi sekuat tenaga Aku tahan agar tidak terpancing keliaran Hithomi.
"Eeeemmcchhhh....Suka ?Hmmm...??"
Goda Hithomi sambil menunjukkan wajah binalnya padaku. Semakin lama kocokan tangan Hithomi semakin cepat, jilatannya pada kedua putingku juga semakin intens dan panas. Aku mulai tidak bisa menahan gejolak birahi akibat perbuatan Hithomi. Penisku perlahan mulai mengeras.
"Eeeeerrgghhtttt.... !!!" Erangku saat ujung jempol Hithomi mempermainkan lubang kencing milikku.
"Woowww!! Besar banget!!!"
Ucap Hithomi saat menyadari batang penisku mulai mengembung dan mengeras. Wanita Jepang itu semakin cepat mengocok batang penisku, Aku merasakan ngilu saat tangan Hithomi dengan sengaja menyentakkan si junior dengan keras. Hithomi menyudahi jilatannya pada putingku, kini dia terfokus mengocok kemaluanku. Sesekali dia memandang wajahku yang memerah akibat menahan birahi sambil tersenyum. Cantik tapi tetap saja membuatku muak.
"Kau tahan lama, atau memang tidak ingin mengeluarkan spermamu?" Tanya Hithomi padaku.
Aku hanya terdiam tanpa mengeluarkan sepatah katapun, Aku hanya berharap wanita Jepang itu kehilangan mood untuk melanjutkan kenakalannya dan meninggalkanku. Hithomi tiba-tiba mengubah posisi duduknya, kini dia mengarah ke bawah selangkanganku. Seperti tengah bersujud, Hithomi mulai memainkan lidahnya pada permukaan batang penisku.
Celaka, jika diperlakukan seperti ini terus menerus Aku tidak akan sanggup untuk menahan spermaku agar tidak menyembur keluar. Wanita Jepang itu mulai menjilati, mengulum, bahkan menyedot penisku dengan mulutnya. Semakin lama semakin liar, Aku sudah tidak sanggup lagi menahan birahiku. Tubuhku hanya bisa menggelinjang tanpa bisa melawan karena tanganku masih terikat. Hanya erangan-erangan kecil yang keluar dari mulutku, tanda bahwa Aku sudah terbuai permainan lidah Hithomi.
"Aaaaaacchhhhhh......"
Desahku saat lidah Hithomi seperti menari-nari di atas lubang kencingku, wanita Jepang itu seperti tau betul di titik itu merupakan spot kesukaanku saat mendapatkan blow job.
"Eeeeemmcchhhhh....Eeemmcchhhh!"
Hithomi kembali mengulum batang penisku, kepalanya naik turun dengan cepat. Aku merasakan penisku seperti sedang mendapat pijatan sekaligus sedotan dari mulut Hithomi.
"Jangan dikeluarin dulu!"
Tiba-tiba Hithomi menghentikan kulumannya pada batang penisku. Aku mencoba mengatur nafas yang sedari tadi seperti tidak diberi kesempatan untuk merasakan jeda. Hithomi mengambil dua bantal kemudian meletakkannya tepat di bawah pantatku. Kini tubuhku bagian bawah terangkat lebih tinggi dibandingkan bagian perut dan dada. Aku tidak tau apa yang hendak dilakukan oleh Hithomi padaku.
Hithomi kembali berada pada posisi semula, dia berada di depan selangkanganku, sekilas Aku melihat dia meludahi tangannya sendiri kemudian kembali melakukan handjob pada kemaluanku. Aku mulai menikmati kocokan tangan Hithomi, meskipun sedikit cepat dan keras tapi jari-jari lentik wanita Jepang itu seperti sudah begitu mahir memainkan batang penis pria.
Tanpa Aku duga, Hithomi mengarahkan lidahnya pada lubang pantatku setelah sebelumnya menekuk pahaku ke atas. Tanpa rasa jijik Hithomi menjilati lubang sun hole milikku dengan liar dan ganas. Satu tangannya masih terus melakukan handjob dengan cepat. Diperlakukan seperti itu membuatku semakin larut dalam birahi.
"Aaarrgghgtttt!!! Aaarrvghhttt!!!!"
Aku sudah tidak lagi mendesah dan mengerang, tapi mulai berteriak keenakan. Lidah dan tangan Hithomi seperti tau tiap titik "kelemahanku" Aku sudah tidak sanggup lagi menahan ledakan birahi yang sedari tadi coba Aku tahan.
"Ayo keluarkan spermamu Rama....Aku ingin melihat semprotan spermamu." Ucap Hithomi setelah puas menjilati sun hole ku. Beberapa saat kemudian Aku merasakan dorongan kuat dari dalam penisku, kocokan Hithomi juga semakin cepat.
"AAAAAARRGGHTTTTTT!!!!
"AAAARRGGHHHTTTTT...!!!"
Hithomi berhasil membuatku ejakulasi hanya dengan kocokan tangannya saja. Nafasku terengah-engah, keringat tanpa Aku sadari sudah membasahi tubuhku.
"Hmmmmm....Kental dan hangat..." Ucap Hithomi sambil memainkan cairan spermaku dengan ujung jarinya.
"Tapi ini baru permulaan Rama." Kata Hithomi sebelum kembali meninggalkan tubuh bugilku di atas ranjang seorang diri.
165Please respect copyright.PENANA8tF3dTnSu3
BERSAMBUNG
ns216.73.216.254da2