Siti, seorang perempuan yang amat agamis. Ia berpenampilan amat tertutup selayaknya muslimah, jilbab panjang dan gamis menjadi pakaian sehariannya.
Namun, dibalik itu, Siti memiliki pandangan yang cukup gila. Pasalnya ia ingin mendirikan sebuah pondok pesantren yang bertujuan mengajarkan hubungan seksual bagi seorang muslimah.
Iya, idenya cukup beda. Hal ini bermula ketika dirinya hendak menikah sebab dirinya paham jika seorang istri memiliki kewajiban melayani seorang suaminya terlebih soal ranjang. Akantetapi saat itu dirinya amatlah polos sehingga bingung harus bagaimana melayani suaminya itu.
Walaupun saat sekolah dibahas tentang repoduksi manusia, tidak menjelaskan bagaimana cara "membuat anak". Kalau pun ada tentang berhubungan badan, ilmu itu hanya terhenti pada imajinasi tidak hingga melihat hingga melakukan bagaimana praktik yang amat intim bagi seorang pria dan wanita itu.
Ide yang liar ini pun diungkapkan kepada sang suaminya, Rusli yang juga dikenal agamis.
"Mas, Siti masih terbayang bagaimana saat awal Mas meminta Siti melayani di ranjang. Siti terbayang masih bagaimana kagoknya dan kakunya Siti di raba oleh Mas sampai Mas membatalkan menikmati lubang vagina Siti," ucapnya saat mereka hendak tidur di kamar dengan kasur yang amat empuk.
"Mas, mengerti hal seperti itu merupakan pengalaman pertama bagi orang yang baru menikah. Apa lagi kita hanya diajarkan soal teori saja. Sementara praktiknya hanya bermain di imajinasi kita," ucap Rusli.
"Siti pengen Mas membuat sekolah atau pondok pesantren untuk anak usia SMA sama Kuliah yang fokus mengajarkan soal berhubungan badan bagi seorang muslimah biar nanti ketika menikah ga kaya Siti yang kaku tapi ganas melayani suaminya," ucapnya sambil memeluk dan menatap suaminya.
"Wah, idemu sungguh di luar nalar. Tetapi boleh juga tuh. Aku dukung deh Siti maunya gimana kalau jadi," respons suaminya dilanjutkan dengan mencium bibir tipis Siti dan berujung saling berbalas.
"Ehm..., Rusli ini. Beneran ya didukung?" tanyanya. "Iya, apasih yang ga buat kamu dan pendidikan," ucap Rusli.
Ide Siti ini bukanlah sekadar di mulut belaka, tiga hari, tepatnya Kamis, seusai perbincangan dengan suaminya itu ia mengajak teman-teman semasa kuliahnya berkumpul di rumahnya. Ide itu diungkapkan oleh Siti kepada tiga temannya, Elly, Nisa, dan Laela, .
'"Aduh Siti, kalau ada tempat belajar kaya gitu aku pengen banget masuk deh biar aku bisa melayani dengan sangat baik suami. Biar ga kaya aku juga yang malah masih berpakaian gamis dengan jilbab lebar dan menjaga jarak saat malam pertama di ranjang," ucap Laela.
Memang pengalaman saat awal menikah mereka tak beda jauh takut di-unboxing saat malam pertama padahal itu telah menjadi kewajiban seorang perempuan yang sudah menikah kepada suaminya.
Hal itu diamini oleh Nisa pula yang memiliki pengalaman malam pertama dengan langsung bertelanjang dada depan suaminya. Namun, merasa belum bisa melayani suaminya dengan sangat puas.
Di antara mereka tinggal Elly yang belum menikah sehingga hanya terdiam mendengarkan pengalaman malam pertama yang menambah ketakutannya untuk menikah walau ingin.
"Elly, gimana? Kok bengong aja? Sebagai orang yang belum menikah mesti kebayang ngeri kan hal kaya gini? Apa kamu ga mau belajar?" tanya Siti.
"Eh, gimana? I, iya, aku setuju ide ini," sadarnya dalam lamunannya.
Akhirnya mereka pun memutuskan benar-benar membuka pondok pesantren putri khusus mempellajari hubungan badan ini bagi siswi SMA dan Mahasiswi di kotanya yang memiliki udara selalu sejuk sepanjang tahun.
Pondok Pesantren itu diberi nama "Nur Amira", Cahaya Perempuan artinya. Lokasinya dipilih di sebuah rumah di pinggir kebun milik Nisa yang cukup tenang yang biasanya tempat mereka juga berkumpul menikmati hari dan berdiskusi berbaagai hal.
Kurikulum dan jadwal pun disusun oleh mereka. Sementara pengajar ialah mereka bertiga kecuali Elly. Elly akan menjadi santri pertamanya dan menjadi percobaan kurikulum yang mereka bentuk.
Mereka menyusun kurikulum jika nantinya seorang santriwati Pondok Pesantren Nur Amira haruslah menempuh setidaknya tiga tahun. Tahun pertama akan dibiasakan dengan istilah dan menggoda lelaki. Tahun kedua melakukan hubungan intim. Tahun ketiga harus bisa mengajari dan membantu adik tingkatnya berhubungan intim.
Jadwal pun dibuat. Bahwa mereka wajib melakukan yang lima bagi seorang muslim tepat waktu. Pagi ketika masih segar santriwati diwajibkan menonton bokep, onani, atau berhubungan badan. Siang waktunya mereka belajar bersama tentang berhubungan badan di aula. Sementara malam sebelum tidur dibebaskan.
Aturan pun mereka sepakati, setidaknya:
1. Santriwati harus menggunakan jilbab panjang. Sementara gamis hanya untuk tahun pertama.
2. Dilarang menggunakan BH dan CD termasuk celana atau baju yang ada di pakai di dalam gamis.
3. Mulai tahun kedua vribator harus terpasang selalu di dalam vaginanya. vribator akan dikontrol oleh pengajar atau yang berhak.
4. Saat haid harus menggunakan popok dewasa dan di dalamnya ditaruh vribator yang akan dikontrol oleh pengajar atau yang berhak.
5. Perawan harus dijebol oleh penis sungguhan.
Siti dan kedua sahabatnya itu pun sepakat akan menguji coba kurikulumnya dalam seminggu kepada Elly mulai Senin.
ns 172.69.6.127da2