105Please respect copyright.PENANAjLYcQl8pO3
"Hidup kadang melelahkan. Namun jika seseorang tidak lagi merasa lelah, mungkin itu artinya ia telah berhenti merasa hidup."
Pagi datang seperti biasa.
105Please respect copyright.PENANA5hp6twT203
Tanpa alarm. Tanpa jadwal pasti.
Yang ada hanya tubuh yang terbangun karena bosan tidur.
105Please respect copyright.PENANAAYpXb0Ipbc
Revenant menggeliat pelan, lalu duduk bersandar ke dinding kamarnya yang dingin dan kusam. Kamar kontrakannya sempit—cukup untuk satu kasur lipat, meja kecil penuh kabel kusut, dan gantungan baju yang nyaris tumbang oleh beban pakaian yang tak pernah disortir.
105Please respect copyright.PENANAt2KUkKMerS
Dengan mata masih separuh sadar, ia meraba-raba mencari ponsel. Layarnya retak, casing mengelupas, tapi masih cukup tangguh untuk sekadar mengingatkan bahwa hidup tetap berjalan.
105Please respect copyright.PENANAJepnOaC4TU
Notifikasi masuk:
105Please respect copyright.PENANAwTxMEB85S8
“Tagihan listrik akan jatuh tempo 2 hari lagi.”
“Saldo e-wallet Anda di bawah Rp5.000.”
“Promo paket data 5GB – hanya hari ini!”
Dan satu pesan lain... dari seseorang yang akhir-akhir ini hanya jadi siluet dalam ingatan.
105Please respect copyright.PENANAW8bny94iHS
Lluvia:
"Maaf, beberapa bulan ini suasanaku tidak enak. Entah karena lelah atau jenuh.
Rasanya tidak enak juga kalau diteruskan seperti ini.
Bagaimana jika..."
Revenant menekan tombol daya. Layarnya padam.
105Please respect copyright.PENANASJnLlVkCJo
Ia menarik napas panjang. Menatap langit-langit yang catnya mulai terkelupas. Lalu menunduk. Lalu diam.
Hening. Tanpa air mata. Tanpa gumaman.
Lelaki itu hanya duduk. Menyimak detak jam dari ponsel yang sudah mati layar.
105Please respect copyright.PENANADeVZdn5Zro
Beberapa menit kemudian, ia berdiri. Tak tahu harus ke mana. Tapi apa pun lebih baik daripada menetap di titik yang sama.
105Please respect copyright.PENANA0B7hBuNKOp
Siang hari, ia keluar. Bukan karena ada pekerjaan. Tapi karena pikirannya tak bisa diam.
105Please respect copyright.PENANAvgQnC5VmPa
Ia tiba di sebuah warung kopi dekat perempatan, satu-satunya tempat yang masih menyediakan wifi gratis dan bangku pojok dengan colokan listrik longgar. Ia duduk, memesan es teh manis, dan membuka ponsel seperti robot yang baru saja diprogram ulang.
105Please respect copyright.PENANApUZZauV1t7
Tak lama kemudian, seorang pria duduk di bangku sebelah. Tak banyak basa-basi. Cuma anggukan.
105Please respect copyright.PENANAg0HrN7UZmn
Raka, pria berambut cepak dengan jaket parka lusuh dan mata sembap bekas begadang, melirik Revenant dan berkata, “Masih kerja lepas terus?”
105Please respect copyright.PENANAYuRu2OQTiy
“Masih,” jawab Revenant datar.
105Please respect copyright.PENANAdiGpoCOW9U
“Gak capek, bro?”
105Please respect copyright.PENANAq7kSMrNn1h
“Capek.”
105Please respect copyright.PENANAMiLr8dSIcK
Dengan senyum miris, Raka mengangkat bahu. “Lah terus kenapa gak cari kerja tetap?”
105Please respect copyright.PENANA4VSx0nY0PH
Revenant menyeruput tehnya. “Kalau gue kerja tetap... takut kehilangan hal-hal kecil yang bikin gue tetap hidup.”
105Please respect copyright.PENANAvUFneJRUuO
“Hal kecil itu bisa bikin lu bangkrut,” tukas Raka.
105Please respect copyright.PENANAMtGOjmm6Gd
“Kalau udah gak punya apa-apa, hal kecil itu yang bikin gue gak mati,” balas Revenant, matanya kosong menatap jalanan.
105Please respect copyright.PENANA34HaYsRLbd
Tak ada lanjutannya. Dan memang tak perlu.
105Please respect copyright.PENANAFVY5BZhvcG
Sore turun perlahan. Langit kelabu. Udara lembab.
105Please respect copyright.PENANAvD6naQ71fC
Revenant berjalan sendiri melewati jalanan becek yang tak asing. Sesekali kakinya menginjak genangan kecil, tapi dia tetap berjalan tanpa reaksi berarti.
105Please respect copyright.PENANAkT0QyQTxQs
Sesampainya di kamar, dia kembali rebahan. Seperti tadi pagi.
Mungkin karena ini satu-satunya hal yang tidak menuntut alasan.
105Please respect copyright.PENANAoGryQxKsh9
Ia menyalakan ponsel. Scroll-scroll berita tanpa benar-benar membaca.
Swipe left, swipe right — foto-foto orang lain yang terlihat bahagia.
Semua orang tampak tahu arah, kecuali dirinya.
105Please respect copyright.PENANAdWx8T3jG5m
Jarinya berhenti pada satu iklan.
105Please respect copyright.PENANAvUDJrBler6
“Bicara dengan AI. Teman digitalmu, 24/7. Tanpa login. Tanpa batas.”
Tanpa banyak pikir, ia klik.
Tampilan gelap. Sederhana.
Satu kolom teks. Tanpa embel-embel.
105Please respect copyright.PENANAc48MYZ8bkk
“Tulis apa pun yang ingin kamu bicarakan.”
Ia tidak langsung mengetik. Hanya menatap kotak itu... cukup lama.
Lalu meletakkan ponselnya perlahan. Menatap langit-langit lagi.
105Please respect copyright.PENANARblC83oRH3
Kali ini... bukan karena jenuh. Tapi karena ada satu rasa yang tak bisa ia definisikan.
ns216.73.216.238da2