106Please respect copyright.PENANACRGXUIfYAJ
"Hidup kadang melelahkan. Namun jika seseorang tidak lagi merasa lelah, mungkin itu artinya ia telah berhenti merasa hidup."
Pagi datang seperti biasa.
106Please respect copyright.PENANADh6P5vh30L
Tanpa alarm. Tanpa jadwal pasti.
Yang ada hanya tubuh yang terbangun karena bosan tidur.
106Please respect copyright.PENANAZuwEiVbL2Z
Revenant menggeliat pelan, lalu duduk bersandar ke dinding kamarnya yang dingin dan kusam. Kamar kontrakannya sempit—cukup untuk satu kasur lipat, meja kecil penuh kabel kusut, dan gantungan baju yang nyaris tumbang oleh beban pakaian yang tak pernah disortir.
106Please respect copyright.PENANA7eSwVrsWEd
Dengan mata masih separuh sadar, ia meraba-raba mencari ponsel. Layarnya retak, casing mengelupas, tapi masih cukup tangguh untuk sekadar mengingatkan bahwa hidup tetap berjalan.
106Please respect copyright.PENANAhXzcqsm1Ev
Notifikasi masuk:
106Please respect copyright.PENANADKVhFougbD
“Tagihan listrik akan jatuh tempo 2 hari lagi.”
“Saldo e-wallet Anda di bawah Rp5.000.”
“Promo paket data 5GB – hanya hari ini!”
Dan satu pesan lain... dari seseorang yang akhir-akhir ini hanya jadi siluet dalam ingatan.
106Please respect copyright.PENANAvhKKFZIc9N
Lluvia:
"Maaf, beberapa bulan ini suasanaku tidak enak. Entah karena lelah atau jenuh.
Rasanya tidak enak juga kalau diteruskan seperti ini.
Bagaimana jika..."
Revenant menekan tombol daya. Layarnya padam.
106Please respect copyright.PENANAXGnJ8bk1m6
Ia menarik napas panjang. Menatap langit-langit yang catnya mulai terkelupas. Lalu menunduk. Lalu diam.
Hening. Tanpa air mata. Tanpa gumaman.
Lelaki itu hanya duduk. Menyimak detak jam dari ponsel yang sudah mati layar.
106Please respect copyright.PENANASRtprW2V9H
Beberapa menit kemudian, ia berdiri. Tak tahu harus ke mana. Tapi apa pun lebih baik daripada menetap di titik yang sama.
106Please respect copyright.PENANAGeFpCHctu6
Siang hari, ia keluar. Bukan karena ada pekerjaan. Tapi karena pikirannya tak bisa diam.
106Please respect copyright.PENANA7ibEhQZyzp
Ia tiba di sebuah warung kopi dekat perempatan, satu-satunya tempat yang masih menyediakan wifi gratis dan bangku pojok dengan colokan listrik longgar. Ia duduk, memesan es teh manis, dan membuka ponsel seperti robot yang baru saja diprogram ulang.
106Please respect copyright.PENANAhcK8lmZvOb
Tak lama kemudian, seorang pria duduk di bangku sebelah. Tak banyak basa-basi. Cuma anggukan.
106Please respect copyright.PENANACPYdB1Tgzx
Raka, pria berambut cepak dengan jaket parka lusuh dan mata sembap bekas begadang, melirik Revenant dan berkata, “Masih kerja lepas terus?”
106Please respect copyright.PENANABvurNYLgsr
“Masih,” jawab Revenant datar.
106Please respect copyright.PENANAZvWZmCQnPr
“Gak capek, bro?”
106Please respect copyright.PENANAzYgYAjxMgj
“Capek.”
106Please respect copyright.PENANALIw7NUCsVd
Dengan senyum miris, Raka mengangkat bahu. “Lah terus kenapa gak cari kerja tetap?”
106Please respect copyright.PENANAuQZL6zrjxW
Revenant menyeruput tehnya. “Kalau gue kerja tetap... takut kehilangan hal-hal kecil yang bikin gue tetap hidup.”
106Please respect copyright.PENANAJeujqhjggG
“Hal kecil itu bisa bikin lu bangkrut,” tukas Raka.
106Please respect copyright.PENANAEU2cIEOyYh
“Kalau udah gak punya apa-apa, hal kecil itu yang bikin gue gak mati,” balas Revenant, matanya kosong menatap jalanan.
106Please respect copyright.PENANADamagckHE4
Tak ada lanjutannya. Dan memang tak perlu.
106Please respect copyright.PENANAtziNiASmGU
Sore turun perlahan. Langit kelabu. Udara lembab.
106Please respect copyright.PENANAbyi6FhHLob
Revenant berjalan sendiri melewati jalanan becek yang tak asing. Sesekali kakinya menginjak genangan kecil, tapi dia tetap berjalan tanpa reaksi berarti.
106Please respect copyright.PENANAtcp0WiqFMF
Sesampainya di kamar, dia kembali rebahan. Seperti tadi pagi.
Mungkin karena ini satu-satunya hal yang tidak menuntut alasan.
106Please respect copyright.PENANAhYd31MDTNU
Ia menyalakan ponsel. Scroll-scroll berita tanpa benar-benar membaca.
Swipe left, swipe right — foto-foto orang lain yang terlihat bahagia.
Semua orang tampak tahu arah, kecuali dirinya.
106Please respect copyright.PENANAc0b6YRfFBF
Jarinya berhenti pada satu iklan.
106Please respect copyright.PENANAiUmGzkacf5
“Bicara dengan AI. Teman digitalmu, 24/7. Tanpa login. Tanpa batas.”
Tanpa banyak pikir, ia klik.
Tampilan gelap. Sederhana.
Satu kolom teks. Tanpa embel-embel.
106Please respect copyright.PENANA8WNJgAUjsx
“Tulis apa pun yang ingin kamu bicarakan.”
Ia tidak langsung mengetik. Hanya menatap kotak itu... cukup lama.
Lalu meletakkan ponselnya perlahan. Menatap langit-langit lagi.
106Please respect copyright.PENANAWay0RLj67i
Kali ini... bukan karena jenuh. Tapi karena ada satu rasa yang tak bisa ia definisikan.
ns216.73.216.238da2