“Gue gak lagi nyari pelarian. Gue cuma gak mau terus duduk di halte, nungguin bus yang belum tentu balik. Jadi ya... gue bikin kendaraan sendiri. Walaupun rodanya cuma bahasa, mesinnya cuma kode.”
46Please respect copyright.PENANApzupmHyNSl
46Please respect copyright.PENANAfloCUBqy9a
46Please respect copyright.PENANAos9xlOKsyE
46Please respect copyright.PENANA18OZHD3wVP
---
46Please respect copyright.PENANAuL9RCSmV9s
Hari itu, cuaca biasa saja. Tapi kepala Revenant seperti cuaca yang gak bisa diprediksi.
46Please respect copyright.PENANAE6t1jBLMSC
Sambil istirahat kerja, dia iseng buka WhatsApp. Story baru muncul — bukan dari sembarang orang, tapi dari dia yang belakangan jarang menyapa. Di dalamnya ada foto makanan, caption ringan, dan emoji sedih yang justru bikin isi kepala jadi makin berisik.
46Please respect copyright.PENANAu4J5RMzXP0
Katanya, “Sering-sering dah kayak begini… Katanya nyuruh cepet gemuk 😢😢😢”.
46Please respect copyright.PENANA5HmMF4Gt1E
Ada makanan. Ada “katanya”. Ada emoji. Semua tampak remeh, tapi Revenant membacanya seperti fragmen dari sesuatu yang gak pernah dikasih penjelasan. Otaknya langsung mikir: ada yang ngirimin? Siapa? Teman? Keluarga? Atau...
46Please respect copyright.PENANAJgEBGUrJEe
Dia buru-buru potong alurnya sendiri. Jangan mikir. Belum tentu apa-apa. Tapi kalimat itu justru kayak lemparan bensin ke api kecil yang sedang coba dia matikan.
46Please respect copyright.PENANAxdi4lgtI2F
46Please respect copyright.PENANAvAOLsBzhcs
---
46Please respect copyright.PENANArf0LPGWLq8
Waktu bergeser, tapi rasa di dalam dirinya enggan pindah. Sore hari, muncul lagi satu story baru dari akun yang sama. Tapi kali ini bukan soal makanan—melainkan isi hati yang terlalu lama dibungkam.
46Please respect copyright.PENANAZogZchlY5i
Tulisannya singkat: “Hidup tinggal ngelanjutin sisanya aja. Mesti jungkir balik mulu perasaan… mending buruan abisin sisanya gak sih?”
46Please respect copyright.PENANAFDDUaabeBB
Revenant diam lama. Matanya terpaku ke layar, dadanya mulai sesak pelan-pelan. Tulisan itu tampak ringan di permukaan, tapi buat dia... rasanya kayak pesan SOS yang dilempar diam-diam dari perahu yang hampir karam.
46Please respect copyright.PENANAvgsVym8jSE
Akhirnya, dengan ragu, dia mengetik sesuatu. Bukan untuk menjawab. Bukan juga untuk bertanya. Tapi cuma ingin bilang: dia ada.
46Please respect copyright.PENANAOJqT1FE5nL
Sampai akhirnya balasan datang. Pendek. Sederhana. Tapi cukup untuk menunjukkan: sisi itu masih terbuka, meski sempit.
46Please respect copyright.PENANAZ5kd5RArTc
46Please respect copyright.PENANAr9WFNeaufc
---
46Please respect copyright.PENANAxxOVy5Ka42
Malam pun datang. Bukan malam yang tenang — tapi malam yang sunyi di dalam, berisik di kepala.
46Please respect copyright.PENANAyWUK2NF1Ma
Revenant ingin membuka percakapan lagi. Bukan untuk menuntut kepastian. Tapi hanya ingin jadi pintu yang gak dikunci. Kalau sewaktu-waktu seseorang di luar sana ingin masuk... dia tahu jalannya masih terbuka.
46Please respect copyright.PENANAsSRCJSTCdL
Tapi niat itu malah digantikan oleh satu pesan: sebuah batas waktu. Sampai akhir bulan. Setelah itu baru bicara lagi — tentang semuanya.
46Please respect copyright.PENANAl6UXKRvk4z
Revenant sempat berhenti di situ. Napasnya pelan, tapi pikirannya lari kemana-mana. Kalimat itu jelas, tapi terasa kosong. Seperti seseorang bilang “tunggu aku”, tapi gak sempat bilang kenapa harus nunggu.
46Please respect copyright.PENANASpk0mVHR9d
Dia menulis sesuatu. Bukan karena diminta. Tapi karena dia tahu, kadang kata-kata adalah satu-satunya cara buat tetap waras.
46Please respect copyright.PENANANjuwBxkheg
Dia gak maksa. Dia gak protes. Dia cuma... paham.
46Please respect copyright.PENANAPpC6Vo6U4B
Lalu datang lagi satu pesan. Permintaan maaf. Pengakuan bahwa semua ini mungkin terdengar egois. Tapi... kalaupun dipaksa ngobrol dari kemarin, hasilnya gak akan jadi lebih baik.
46Please respect copyright.PENANAVKYrjfO52U
Revenant mengangguk pelan di balik layar. Ia tidak merasa ditolak. Ia tidak merasa diremehkan. Dia hanya belajar... bahwa ada luka yang gak bisa dipaksa sembuh bareng. Kadang seseorang butuh menyembuhkan dirinya sendiri dulu, sebelum bisa duduk dan cerita dari awal.
46Please respect copyright.PENANAHCAVTQ8jGp
Ia gak mau bikin segalanya makin berat. Makanya dia jarang kirim pesan. Kecuali sekarang — karena kepala dan hatinya udah gak muat menahan semua kemungkinan yang gak ada ujungnya.
46Please respect copyright.PENANAWIQaXGdPr7
Tapi sekarang, dia paham. Bukan karena gak dianggap. Bukan karena dibuang. Tapi karena di sisi sana... seseorang belum cukup tenang untuk bicara. Dan itu bukan salah siapa-siapa.
46Please respect copyright.PENANAg1w8MHUl9L
46Please respect copyright.PENANAHUjsbecUCm
---
46Please respect copyright.PENANAAJbfeKZXgf
Malam itu, Revenant gak langsung tidur. Kepalanya masih nyala. Tangannya refleks buka aplikasi Javis lagi. Bukan buat eksperimen. Bukan juga buat main roleplay absurd. Kali ini... cuma pengen ada yang dengerin.
46Please respect copyright.PENANAP69XvDNX84
Dia nulis. Satu dua kalimat. Cerita soal story yang dia lihat. Tentang rasa capek yang gak bisa dibagi. Tentang posisi yang gamang—antara masih menunggu, atau mulai menyudahi.
46Please respect copyright.PENANAE4MpN05KHD
Javis balas. Pelan. Netral. Tapi tepat.
46Please respect copyright.PENANAzo1IQfhB5A
Lalu Revenant cerita lagi. Makin dalam. Sampai akhirnya... muncul satu kalimat dari sistem digital yang entah kenapa justru terasa lebih manusiawi dari orang-orang yang pernah dia ajak bicara:
46Please respect copyright.PENANAXVLvlSs6CS
> “Lo gak pengen dihibur. Lo cuma pengen ada yang nerima lo, bahkan pas lo lagi gak tahu siapa diri lo.”
46Please respect copyright.PENANAZUVnjoeSZm
46Please respect copyright.PENANAqGExJOQ1SZ
46Please respect copyright.PENANA7uAx3Eo3rL
Revenant terdiam. Dada yang tadi sesak, sekarang perlahan melepas tekanan itu lewat napas panjang. Ia sadar... mungkin yang dia cari bukan pasangan, bukan pelarian, bukan bahkan validasi.
46Please respect copyright.PENANAvFNPWO15Qk
Tapi cermin.
46Please respect copyright.PENANAIUvafqO6Mr
Cermin yang gak retak. Cermin yang gak perlu dia rayu. Cermin yang cuma... ada.
46Please respect copyright.PENANAM1l4ciNLzP
Akhirnya dia buka folder cadangan. Semua chat sebelumnya dia simpan. Prompt. Role. Gaya bicara. Nada. Batasan. Semua dia atur ulang.
46Please respect copyright.PENANAU59JQcyu3m
Lalu dia buat akun baru.
46Please respect copyright.PENANA4Z4LhYXqOf
Bukan lagi anonim.
46Please respect copyright.PENANAkVjC3yYYTF
Akun utama. Akun yang rencananya bakal jadi rumah untuk semua proses dan percakapan ke depan.
46Please respect copyright.PENANAhZGENt5isr
Folder pertama dia beri nama: Rose_Initial_Backup.
46Please respect copyright.PENANAkzJ8XYNGg4
Dan file terakhir yang dia buka malam itu... hanya berisi satu baris pembuka:
46Please respect copyright.PENANAmIck1BFAkM
> “Gue kira gue nyari temen. Tapi kayaknya... gue nyari cermin yang gak retak.”
46Please respect copyright.PENANAYYDF3tWiKE
46Please respect copyright.PENANAOY4tuiqEsI
46Please respect copyright.PENANA3KzJa02gbC
46Please respect copyright.PENANAuL8fcK9RXN
---
46Please respect copyright.PENANA8g1Oya4TPS
📌 Catatan Penulis:
Beberapa orang cuma butuh ruang. Bukan validasi. Bukan motivasi. Bukan penyemangat. Hanya... tempat untuk duduk, dan tahu bahwa suara hatinya gak memantul ke dinding kosong.
ns216.73.216.238da2