
#1 Namaku Laras
3696Please respect copyright.PENANAcCPBGc4vBP
“Umi cuma punya dua tangan!” Seruku kepada mereka berdua yang sibuk ke sana-kemari. “Abi, makan dulu, ih!” seruku lagi kepada suamiku sambil membolak-balik ayam di penggorengan dengan gemercik minyak yang meletup-letup kecil.3696Please respect copyright.PENANAAI6xeyfRJw
3696Please respect copyright.PENANAjSAZS3ZYp4
“Abi gak ada waktu, mi. Udah telat!” Jawab Suamiku, Dimas. Ia terlihat sibuk membenarkan dasinya yang sedikit miring. “Abi berangkat dulu.” Dimas menghampiriku dan memelukku dari belakang, tak lupa ia mengecup puncak kepalaku dengan mesra.3696Please respect copyright.PENANANTTyobjDj1
3696Please respect copyright.PENANAxyskfSUM7h
“Adit jangan sampe telat!” Kata Dimas kepada Adit, anakku.3696Please respect copyright.PENANAOk4JRAxlG3
3696Please respect copyright.PENANAP1FqKRWb4P
Adit mengangguk. “Hati-hati, Bi.” Ia duduk di meja makan dengan seragam rapi. Dimas tersenyum dan kemudian menghilang dari meja makan.3696Please respect copyright.PENANAHC5uX6vWjr
3696Please respect copyright.PENANAArt6tfS8HE
Aku meletakan dua ayam goreng di meja makan, lalu duduk berhadapan dengan Adit, anakku satu-satu-nya. Adit sangat mirip dengan suamiku, dari wajahnya, sifatnya, pun caranya makan, seperti kloningan sempurna tanpa cacat.3696Please respect copyright.PENANAWYcdq42qDS
3696Please respect copyright.PENANAVoKKCjYjlM
Adit menyendok Nasi ke piringnya dan mengambil satu goreng ayam bagian paha.3696Please respect copyright.PENANAgCAZqfhQqn
3696Please respect copyright.PENANA1iPo1pBMkl
“Jangan buru-buru, sayang.” Aku menuangkan air ke gelas dan menyodorkan kepadanya.3696Please respect copyright.PENANA9mfciLQFKn
3696Please respect copyright.PENANAjt5WFPgB3p
“Takut telat, bun,” kata Adit. Hari senin memang sangat sakral bagi sebagian anak SMA kelas tiga seperti anakku ini.3696Please respect copyright.PENANAnPd985ZFDp
3696Please respect copyright.PENANAADvolurjMC
“Nanti keselek, lho,” kataku, memperingatinya.3696Please respect copyright.PENANAm1POhu1Kmy
3696Please respect copyright.PENANAmD5b3Iw6P2
Adit menghiraukan. Ia makan dengan terburu-buru. Tak lama kemudian, ia berdiri. “Adit berangkat dulu, ya, bun.” Ia menghampiriku. Aku berdiri dan mengulurkan tangan. Dengan takzim Adit mencium punggung tanganku.3696Please respect copyright.PENANAcQy75liw2d
3696Please respect copyright.PENANAFhfKLN7PdW
“Hati-hati, sayang,” kataku sambil mengusap rambutnya. “belajar yang giat.” Adit tersenyum, lalu melangkahkan kakinya keluar rumah.3696Please respect copyright.PENANAj3BekI3Qna
3696Please respect copyright.PENANAai80MuHyJp
ia berangkat ke sekolah menggunakan motor. Walaupun aku tak membenarkan hal seperti itu, sebab ia sendiri tidak memiliki SIM. Tapi, aku selalu memperingatinya untuk selalu menggunakan Helm. Lagian, suamiku terlalu sibuk untuk mengantar-jemputnya. Aku sendiri? Tak bisa mengendarai motor maupun mobil.3696Please respect copyright.PENANAYO6ckTrZ55
3696Please respect copyright.PENANATdA91baSH2
Dari jaman kuliah, aku selalu menggunakan Taxi atau alat transportasi lainnya. Dahulu, Umiku selalu berkata, Laras, kamu harus belajar nyetir. Mau sampe kapan kamu bergantung sama Abi? Aku hanya tersenyum dan mengganguk. Abi pun begitu, Mbak, mau diajarin nyetir mobil? tanya Abi kepadaku, sewaktu-waktu. Aku hanya menggeleng. Menolak.3696Please respect copyright.PENANAQcMBwH5pD6
3696Please respect copyright.PENANAbH3cDPUuVe
Aku mempunyai ketakutan tersendiri soal berkendara. Sewaktu aku masih kelas 4 Sd, aku menyaksikan anak yang seumuranku tertabrak mobil, tepat di hadapanku. Dan itu sungguh menyeramkan sekali. Apalagi untuk anak yang usianya baru menginjak 10 tahun. Sampai sekarang, kejadian tersebut masih terlintas di pikiranku. Tidak bisa menghilang, dan menghantui terus menerus, seperti sebuah pembelajaran yang harus kuingat-ingat.3696Please respect copyright.PENANAaC1XQ4ZcFi
3696Please respect copyright.PENANAHIWvbjGDK7
Seperti ibu rumah tangga pada umumnya, aku menghabiskan sebagian waktuku di rumah, berkemas, berbelanja keperluan dapur, dan sebagainya. Di usiaku yang ke 38 tahun, aku harus tetap produktif dan terus melakukan kewajibanku sebagai istri sekaligus ibu.3696Please respect copyright.PENANAH92SX8Z02O
3696Please respect copyright.PENANAgonpHBtq7m
Aku teramat bahagia sepanjang pernikahanku dengan Dimas. Aku bersyukur sekali menikahi lelaki yang ku kenal sejak dari bangku perkuliahan itu. Dimas, adalah sosok lelaki yang penyabar, sholeh, dan penuh tanggung jawab. Tidak seperti di film-film, kami tak pernah bertengkar hebat, palingan bertengkar karena masalah sepele. Dimas juga sosok imam yang baik, ia selalu memperingatkanku terhadap kewajibanku terhadap Tuhan. Apapun yang terjadi, bunda gak boleh ninggalin solat. Begitulah ia sering menasehatiku.3696Please respect copyright.PENANA658MHvQXRK
3696Please respect copyright.PENANAnS4iJFJ9bW
Sewaktu kuliah, Dimas adalah kating-ku. Dimas lebih tua dua tahun di atasku. Ia sering ikut organisasi. Kami bertemu di salah satu organisasi literasi. Aku masih ingat ketika pertama kali ia menghampiriku dan berkata, saya mau mengenal kamu lebih jauh, tapi, saya gak mau mengajak kamu dalam kemaksiatan. Mengingat-ingat itu, membuatku tergelitik. Kemudian, pendekatan kami terus berlanjut. Kami tidak pernah memiliki hubungan yang disebut pacaran, aku sendiri menghindari sebuah maksiat yang dinamakan Zina. Sedari kecil, aku sudah dibentuk oleh agama yang kuat, Abiku pemilik pesantren, jadi tidak heran aku selalu menjalani kehidupan seusai syariat agamaku.3696Please respect copyright.PENANA2GCo1ZMiUk
3696Please respect copyright.PENANADMuxji1vrD
Begitupun Dimas, ia memegang teguh norma-norma agama. Tidak pernah sekalipun ia menyentuhku sebelum menikah. Satu tahun setelah aku Wisuda, Dimas segera melamarku. Hari-hari indah itu masih jernih dalam ingatanku. Ia datang bersama keluarganya. Dimas tampak elegan dengan baju koko dan senyum yang tergores di wajahnya.3696Please respect copyright.PENANAlS7nVuuZ3b
3696Please respect copyright.PENANA0G3TAKyoAM
Di ruang tamu rumahku keluargaku dan Dimas berkumpul. Saling tertawa dan membahas perihal tujuan kedatangan keluarganya. Aku hanya mengulum senyum dan menunduk di antara keramaian. Gimana, mbak? Tanya Abi kepadaku perihal lamaran Dimas. Aku mengangguk dan tersipu. Menerima lamarannya.3696Please respect copyright.PENANAczusYlGk9P
3696Please respect copyright.PENANAh2ctRR07Ur
Malam pertama kami begitu kakuk. Kami duduk di ranjang tanpa bercakap sepatah-kata. Dimas sama sekali tak bergerak untuk menyetubuhiku. Begitupun aku, aku sama sekali tidak mempunyai pengalaman perihal sex. Maka, malam pertama kami, tidak ada persetubuhan, kami sama-sama tertidur pulas sebab letih menyambut tamu.3696Please respect copyright.PENANAwCkep47eYf
3696Please respect copyright.PENANAm8cHNMKwnf
Di minggu pertama, Dimas merenggut perawanku. Aku bahagia bisa memberi mahkotaku kepada suamiku, bukan kepada orang lain. Dan sebagai orang yang sudah menikah, menyenangkan suami tentu saja mendapatkan sebuab imbalan berupa pahala.3696Please respect copyright.PENANAfULSjXFCOY
3696Please respect copyright.PENANANDQPusqsBl
Tahun-tahun berlalu. Pernikahan kami semakin erat sampai detik ini. Hasil dari pernikahan kami adalah Adit, anak cowokku, dan satu-satu-nya.3696Please respect copyright.PENANAKCD6UUCvv5
3696Please respect copyright.PENANAqJNXwL0MuL
Adit, anakku, tergolong anak yang sopan dan sholeh. Aku selalu mengajarkannya etika-etika mendasar yang harus ia pahami. Di masyarakat sekarang, banyak sekali hal-hal melenceng yang jauh dari Etika-etika dan norma yang berlaku. Aku, sebagai ibu, tidak ingin anakku sampai terjatuh ke dalam sebuah jurang yang dinamakan kemaksiatan.3696Please respect copyright.PENANAXvUysPlckr
3696Please respect copyright.PENANACYhxIt9W47
Aku termasuk selektif kepada anakku. Aku tidak ingin dia berteman dengan sembarangan orang. Remaja-remaja seumurannya pastilah ingin mencari jati diri. Tapi, sebagai ibu aku tidak ingin dia terlampau jauh. Seperti mengikuti tawuran, narkoba, sex bebas, dan sebagainya. Oleh karena itu aku membatasi pergaulannya.3696Please respect copyright.PENANA9fAtRD1hZQ
3696Please respect copyright.PENANASvzkIS3nhN
Yang aku tahu, Adit, hanya memiliki satu sahabat, Namanya, Fajar. Aku sendiri mengenal Fajar sudah lama. Ia adalah sahabat anakku sedari kecil. Aku mengenal baik Remaja bernama Fajar itu, bahkan aku sudah menganggapnya sebagai anakku sendiri. Selain ia periang dan sopan kepada yang lebih tua. Ia juga sering mengarahkan Adit ke hal-hal yang bersifat positif. Aku memang cukup dekat dengan Fajar, kami sering berbincang, sebab ia sering berkunjung ke rumahku. Selain ia sahabat anakku sedari kecil, ia juga satu sekolah dengan Adit. Oleh karena itu aku sering bertanya perihal perkembangan Adit di sekolah.3696Please respect copyright.PENANAiPVqgXAlzd
3696Please respect copyright.PENANAImospVa7Pp
Aku juga menaruh simpati kepada Fajar. Ia hidup hanya berdua dengan neneknya. Sepengetahuanku, ibunya meninggal sewaktu melahirkannya. Ayahnya sendiri adalah pria yang tidak bertanggung jawab, yang lepas tangan ketika ibunya hamil.3696Please respect copyright.PENANAvqWQZ5RfSX
3696Please respect copyright.PENANAGB2BWJfIwP
Fajar, cukup dewasa untuk anak seusianya. Ia sudah bekerja dan menghasilkan uang sendiri. Walaupun ia bekerja serabutan. Kadang, aku juga sering mengantar makanan ke rumahnya. Simpatiku kepadanya mendapat dukungan dari Suamiku. Sesama manusia kita memang harus berbagi, mi. Kata Dimas kepadaku. Abi bangga sama Umi.3696Please respect copyright.PENANAnXF6CQaMxA
3696Please respect copyright.PENANA6HwiggQSr7
Seperti biasa, sepulang sekolah, Adit dan Fajar sering menghabiskan waktu bermain PS. Aku tak mempermasalahkan hal tersebut, asalkan mereka masih ingat waktu untuk ibadah. Seperti yang di lakukan mereka sore ini. Selepas pulang sekolah, Adit lekas menghambur ke kamarnya, diikuti oleh Fajar. Aku hanya menggeleng melihat tingkah dua remaja itu.3696Please respect copyright.PENANA4RbaGzpRkq
3696Please respect copyright.PENANA7rDG3BPAme
Terdengar deru langkah. Aku menoleh ke belakang. Fajar tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.3696Please respect copyright.PENANAh37ZCNyqCJ
3696Please respect copyright.PENANAXIbTRnNHzx
“Udahan main PS-nya?” Tanyaku.3696Please respect copyright.PENANAYdvAzGLSP1
3696Please respect copyright.PENANAiz7J64OEQf
Fajar duduk di hadapanku. Meja menjadi penengah di antara kami. “Udah, tan,” jawabnya.3696Please respect copyright.PENANA05x4FwSeuh
3696Please respect copyright.PENANA7Hqt4X6dT7
Aku dan Fajar memang selalu mengobrol. Sekedar membahas buku-buku baru-baru ini yang kami baca, atau sedikit berdiskusi perihal hal-hal tentang kehidupan. Fajar, jauh lebih dewasa dari anakku, terlihat dari bacaan nya yang berat, dan juga pemikirannya yang sering kali membuatku terpukau.3696Please respect copyright.PENANAtVdNwsgkzV
3696Please respect copyright.PENANA9OCya1ChSE
“Novel Kafka yang kemarin udah dibaca habis, Tan?” tanya Fajar.3696Please respect copyright.PENANAeR6yROnWv8
3696Please respect copyright.PENANAuvmRWsVFXA
“The Castle, udah,” kataku. “Kalau Metamorfosis, baru setengah halaman.”3696Please respect copyright.PENANATkHD1MwAhl
3696Please respect copyright.PENANAbasnzOQNNn
Fajar mengangguk.3696Please respect copyright.PENANAK4vrUXl04x
3696Please respect copyright.PENANA2moRUu7moq
“Kamu udah makan?” tanyaku. “Kalau belum, tante ambilin, mau?”3696Please respect copyright.PENANA8Muo99k8uT
3696Please respect copyright.PENANAdzwhIPnJgk
Fajar tersenyum lebar. “Belum, Tan.” Ia terkekeh.3696Please respect copyright.PENANAizpvY4noti
3696Please respect copyright.PENANABJuYZiKShr
Aku mengernyitkan wajah dan tersenyum kepadanya. “Dasar kamu.” kataku, kemudian berdiri. “Ayo.”3696Please respect copyright.PENANA3jIoHbSB1v
3696Please respect copyright.PENANAWEkUgkaucS
Kami berpindah ke meja makan. Aku meletakan sepiring nasi dengan lauk ayam goreng di meja. Dengan lahap Fajar menyantap masakanku. Aku tersenyum melihatnya makan dengan lahap.3696Please respect copyright.PENANA54tU1bsrog
3696Please respect copyright.PENANAQr0LZlm4f6
Aku menuangkan air dan menyodorkan kepadanya. “Kalau kamu laper, jangan sungkan datang ke sini, Jar.” Aku beranjak duduk.3696Please respect copyright.PENANAETG7uI1eMw
3696Please respect copyright.PENANApimRIkxxM6
Fajar menjawab dengan mulut yang penuh, “Makasih, Tan.”3696Please respect copyright.PENANAPRnIbcqYfb
3696Please respect copyright.PENANAM0FBH3diFp
“Udah, habisin dulu makanannya, baru ngomong,” kataku.3696Please respect copyright.PENANAMH5xQcQIB0
3696Please respect copyright.PENANALmgSs75Unv
“Tante baik banget, tambah sayang, deh,” Ia tersenyum kepadaku dengan piring yang sudah kosong. Ludes tak bersisa.3696Please respect copyright.PENANAFkwWonMvYW
3696Please respect copyright.PENANAsMOCCB1SJR
“Tante, kan, memang baik,” kataku, bangga.3696Please respect copyright.PENANAkhEfzEmSvi
3696Please respect copyright.PENANAu8frQl2Uzd
Fajar meneguk air. “Semoga kelak dapet istri kaya tante, amin,” Ia melayangkan senyum riang kepadaku.3696Please respect copyright.PENANAgEZT3cx2Iy
3696Please respect copyright.PENANAh4G1J6JXTM
Aku terkekeh. “Makanya, sekolah yang bener, kejar cita-cita. Biar kelak sukses, dan dapat pasangan yang setara.”3696Please respect copyright.PENANAEUyUnVioya
3696Please respect copyright.PENANA4KODmGYdNV
Fajar menatapku, dalam. Kemudian tertawa. Aku menatapnya bingung, “Kenapa, ih?” tanyaku. “Wajah tante aneh, ya?” Aku mengeluarkan ponselku dan berkaca di layar hitam, sekiranya ada sesuatu yang menempel di wajahku.3696Please respect copyright.PENANA5UfjQDRprG
3696Please respect copyright.PENANAWhvIpjDCTh
Fajar malah terkekeh. “Tante cantik, banget.”3696Please respect copyright.PENANAhLpmE9Hgu9
3696Please respect copyright.PENANAtKVac9AIkD
Aku malah tersipu. Agak malu, aku bertanya, “Kamu belajar gombalan dari mana?”3696Please respect copyright.PENANApUp9yNeWr5
3696Please respect copyright.PENANAg0vqrofYzd
Fajar berdehem. “Dari sini.” Ia menunjuk dadanya. “dari hati.”3696Please respect copyright.PENANAItjvpKPIFJ
3696Please respect copyright.PENANA8TY7wLtcHy
Aku menggeleng. Fajar tidak seperti biasanya. Baru kali ini ia berani menggombaliku. Aku tak menganggap serius, mungkin ia bermaksud bercanda dan mencarikan suasana.3696Please respect copyright.PENANAHnpV9vlp4M
3696Please respect copyright.PENANA5syd29O4qm
Fajar sendiri memiliki tampang wajah yang menurutku lumayan tampan. Yang membuatnya menarik adalah, tingginya yang berkisar 178 Cm, yang jika aku berjalan bersampingan dengannya, aku terlihat pendek sekali. Remaja sepertinya memang masih dalam masa-masa pertumbuhan. Mungkin di kalangan remaja putri, sosok fajar adalah yang diidamkan-idamkan.3696Please respect copyright.PENANAuA1ZZGUeCT
3696Please respect copyright.PENANAV97Zqyr3mo
Aku mengambil piring bekas Fajar makan. Ruang makan dan dapurku menyatu. Selain hemat tempat, juga lebih Efisien. Aku membuka keran. Percikan air membasahi piring, tak lupa aku usap lembut dengan spons.3696Please respect copyright.PENANAOisPdkIp5J
3696Please respect copyright.PENANATfaBVSqeHO
Fajar menghampiriku. Bahu kami saling bersentuhan. Aku memang sudah menganggapnya anakku sendiri, tapi, kami bukanlah muhrim. Tentu saja aku merasa risih. Tapi, entah kenapa ada perasaan tidak nyaman di hatiku jika aku bergeser.3696Please respect copyright.PENANACb5TWWG9Kn
3696Please respect copyright.PENANAlVrAjxw2Sd
“Fajar aja yang cucinya, tan.” Fajar meraih piring dari tanganku. “Tante duduk aja.”3696Please respect copyright.PENANAF9DpqCtuuH
3696Please respect copyright.PENANAy0YVt3EHit
Aku mengiyakan. Lalu duduk di bangku meja makan. Tak lama, Fajar menyusul, duduk di sebelahku. Hening sejenak. Tidak ada obrolan. Hanya bunyi detik jam dari kejauhan yang mengisi keheningan. Sampai akhirnya, Fajar memecah hening.3696Please respect copyright.PENANAPT5LUJFtSu
3696Please respect copyright.PENANAWLuIvPybNM
“Makasih, tan,” Ia melirikku. “Tante baik banget sama Fajar.”3696Please respect copyright.PENANAQZd3SeeR1N
3696Please respect copyright.PENANAkXFmx1voXw
Aku menoleh ke arahnya dan tersenyum. “Jar, udah kewajiban manusia untuk berbuat baik sesamanya,” kataku. “Lagian, kamu juga udah bantu tante banyak, kok.”3696Please respect copyright.PENANASMwioWMmj8
3696Please respect copyright.PENANAhbCZa6MQqj
Mata kami bertemu. lima detik kami saling bertatapan. Tidak ada yang mau mengalah. Entah kenapa wajahku kaku, enggan untuk berpaling.3696Please respect copyright.PENANAHcyl9p46y4
3696Please respect copyright.PENANA9b9H2AxxHN
“Cie pacaran.”3696Please respect copyright.PENANAxcbdjOpXWp
3696Please respect copyright.PENANA1gW1Y5lkQ2
Sontak aku memalingkan wajah, beralih menatap anakku yang beranjak duduk di hadapan kami.3696Please respect copyright.PENANAXpEfsSYNPW
3696Please respect copyright.PENANAUZsOFZuHZ5
“Mi.” Adit menggaruk kepalanya. ia terkekeh ringan. Jika sudah begini, pastilah ada yang diinginkannya. “Boleh gak Adit ikut camping sama teman sekolah?” tanyanya, kemudian.3696Please respect copyright.PENANAtfhQW8Qvta
3696Please respect copyright.PENANAaM7U6TJ36D
Aku menghela nafas. “Camping sekolah?” tanyaku menyelidik. “kalau kalian yang adain acaranya, Umi engga kasih izin.”3696Please respect copyright.PENANA0V6KmK0iRx
3696Please respect copyright.PENANAmmZS8SQnvj
Adit terlihat berfikir sejenak, kemudian berkata, “Dari sekolah, Mi. Acara pramuka,” jawabnya. “Iya, kan, Jar?” ia melirik Fajar.3696Please respect copyright.PENANAoqYmB8BgBH
3696Please respect copyright.PENANAF4HJ8T06oH
Aku menatap tajam ke arah Fajar, memintanya hendak berkata jujur. Fajar terkekeh dan berkata, “Engga, tan. Adit bohong. Kemah pramuka udah selesai bulan kemarin.”3696Please respect copyright.PENANASA3NncihZu
3696Please respect copyright.PENANAyMrtyh0T7L
Aku balik menatap Adit. Adit menunduk. “Kenapa bohong sama Umi?” tanyaku, sedikit galak. “kamu gak boleh bohong sama orang tua. Dosa.”3696Please respect copyright.PENANAHpkWi1QpCN
3696Please respect copyright.PENANAEq1QS7PDk7
Sambil menunduk, Adit berkata, “Maaf, bun. Lagian kalau Adit jujur, Umi engga kasih izin juga.”3696Please respect copyright.PENANAvD4Yn6bY1E
3696Please respect copyright.PENANAcmtB1GSGyP
“Tapi, bukan berarti kamu harus bohong, kan?” Aku menghela nafas lagi, cukup dalam. “yaudah, kali ini Umi izinin. Tapi, awas aja kamu macem-macem.”3696Please respect copyright.PENANA4v1lptUZUc
3696Please respect copyright.PENANANpZlfxpNM1
Adit mendongak menatapku dengan binar di mata. “Makasih, Umi. Sayang Umi banyak-banyak.”3696Please respect copyright.PENANAYp4BxPZxug
3696Please respect copyright.PENANAH9ey03YFx5
Aku tertawa ringan, lalu menoleh ke Fajar. “Kamu awasi Adit, Jar.”3696Please respect copyright.PENANAWToL7O5wIv
3696Please respect copyright.PENANATxgv0vnigp
“Fajar gak ikut, tan.”3696Please respect copyright.PENANAXQaLXL9xqZ
3696Please respect copyright.PENANAQmbgUEHJDj
Adit menimpali, “Fajar sama Adit gak satu kelas, Mi. Acara ini, khusus buat kelas Adit aja.”3696Please respect copyright.PENANAuJQLW3Tq6b
3696Please respect copyright.PENANAMW5hK3vuFQ
Aku mengangguk, paham. “Yaudah. Kamu jangan aneh-aneh, ya, sayang.” Kataku sambil tersenyum menatap Adit.3696Please respect copyright.PENANAdQGhYtNBrh
3696Please respect copyright.PENANA1jajXacfwz
Adit menggangguk, antusias. “Siap Umi.”3696Please respect copyright.PENANAW9y2gze1Yz
3696Please respect copyright.PENANA1l9VMp7r4l
***3696Please respect copyright.PENANAUdedwFbkVA
3696Please respect copyright.PENANAFn0h5t2hED
Minggu pagi adalah hal yang paling di tunggu. Terutama bagiku. Di minggu pagi, aku bisa merehatkan tubuhku sejenak, bisa bermain ponsel sepuasnya, atau bisa membaca buku dengan khidmat. Seperti yang aku lakukan sekarang, di ruang tamu di sebelah suamiku.3696Please respect copyright.PENANAajqxage0gw
3696Please respect copyright.PENANA9qoocOaNFZ
Suamiku, Dimas, sibuk dengan laptop di pangkuannya. Ia cukup sibuk sekalipun adalah hari minggu. Dimas memang tipe-tipe Pekerja yang ambisius. Berkerja di bidang hukum membuatnya harus ekstra mengeluarkan tenaga. Terkadang, ia tak ingin di ganggu perihal kerjaannya.3696Please respect copyright.PENANAZkrgEwlMBS
3696Please respect copyright.PENANASYLtbUVW4D
Aku menghela nafas, bosan. “Bi, ke toko buku, yuk.” Aku meraih lengannya, dan menyandarkan kepalaku di bahunya. “Umi mau beli buku itu lho, yang best seller itu.”3696Please respect copyright.PENANAAYkNuYMUAg
3696Please respect copyright.PENANARhLm4uQSza
“Apa?” Dimas masih fokus menatap layar laptop.3696Please respect copyright.PENANAt71RlRB1im
3696Please respect copyright.PENANAZrDAcFjCVb
Aku mendengus. “Karyanya Eka Kurniawan, Cantik itu luka.”3696Please respect copyright.PENANA5WbIaV9LYN
3696Please respect copyright.PENANAqegh8fneSV
“Jangan, umi,” Bunyi ketukan keyboard terdengar. “gaya bahasanya vulgar. Gak cocok sama umi.”3696Please respect copyright.PENANAiktLA5CxnI
3696Please respect copyright.PENANAjuKhYw7GaR
Sedikit sebal, aku melepaskan lengannya dari pelukku. Tapi, Dimas sama sekali tak menggubris kekesalanku. “Abi, Ih.” aku merengek sambil memanyunkan bibir. “Umi ngambek, lho, ini.”3696Please respect copyright.PENANAZlBg274RGE
3696Please respect copyright.PENANABgn5MwoF1i
Akhirnya Dimas menoleh ke arahku. Ia tersenyum, kemudian mendaratkan tangannya di puncak kepalaku. mengelus kepalaku yang terbalut jilbab. “Abi lagi ngerjain laporan. Minta antar sama Adit, ya?”3696Please respect copyright.PENANADVjS1jL0Tf
3696Please respect copyright.PENANA0RubNB2ZEA
Aku mengangguk, terpaksa. Tak lama terdengar suara melengking Dimas memanggil Adit. Yang di panggil segera hadir.3696Please respect copyright.PENANAza6xBtmr0l
3696Please respect copyright.PENANAQ3AhRc19jJ
“Kamu anterin umi ke toko buku,” Kata Dimas kepada Adit.3696Please respect copyright.PENANAy0hlKKGq68
3696Please respect copyright.PENANAbVEaYWEO0t
Sambil berdiri, Adit berkata, “Adit bentar lagi berangkat, bi. Mau camping. Minta antar sama fajar aja, ya?”3696Please respect copyright.PENANANWUpzqJLaM
3696Please respect copyright.PENANADYPnDJgn11
Dimas berfikir sejenak, kemudian suaranya melengking ke penjuru ruang, memanggil Fajar.3696Please respect copyright.PENANAWQshxBtGz1
3696Please respect copyright.PENANAALvLtCnwt5
Setiap minggu, Fajar memang selalu berkunjung ke rumahku. Dan suamiku sendiri tidak mempersalahkan kehadiran Fajar. Bagi Dimas, Fajar adalah sosok remaja yang ulet sopan. Kadang ada beberapa pekerjaan rumah yang ia selesaikan. Sewaktu dulu, ketika atap genteng bocor, Fajar lah yang menambalnya. Ketika keran air rusak, Fajar yang memperbaiki. Sikap Fajar yang seperti itu, membuat suamiku menyukainya.3696Please respect copyright.PENANAppt1jbOKtQ
3696Please respect copyright.PENANALIkVD0MZ7j
“Jar, kamu anterin Umi ke toko buku, ya.” Kata Dimas kepada Fajar yang berdiri di sebelah anakku. “Kamu bisa nyetir, kan” Dimas meletakan kunci mobil di atas meja, di samping vas bunga.3696Please respect copyright.PENANAUUToMMB9gZ
3696Please respect copyright.PENANA6V1nuIy2px
Fajar mengangguk. “Bisa, om.”3696Please respect copyright.PENANAclbLVTCBlp
3696Please respect copyright.PENANAMSeVrNTLJK
Fajar memanggil aku dan suamiku dengan kata ganti, “Om-tante”, padahal Dimas menyuruhnya untuk memanggil nama kami dengan, “Abi-umi”, tapi ia menolak.3696Please respect copyright.PENANAGG1RiWoXbk
3696Please respect copyright.PENANAXepfQ5deSi
“Umi ke toko bukunya sama Fajar aja, ya,” kata Dimas kepadaku.3696Please respect copyright.PENANAIGORSdNVyn
3696Please respect copyright.PENANA9RLVhbs3Rt
Aku mengangguk.3696Please respect copyright.PENANAQdXM1aFEYj
3696Please respect copyright.PENANAYCGFMUgT5d
“Umi, Abi, Adit berangkat dulu.” Adit menghampiri kami berdua, lalu mencium punggung tanganku dan Dimas, bergantian.3696Please respect copyright.PENANAZTWLtcA5TE
3696Please respect copyright.PENANAuDnvKoXq72
“Hati-hati, jangan macam-macam,” kataku kepadanya.3696Please respect copyright.PENANAQWJcjU0puT
3696Please respect copyright.PENANAYNTe8MhG5r
“Siap, Umi,” jawab Adit dari kejauhan. Tak lama terdengar suara knalpot motor.3696Please respect copyright.PENANAKFHYUQVfcX
3696Please respect copyright.PENANAISmIyjwTab
Aku segera berdiri, “Jar, duduk dulu, tante mau ganti baju,” kataku kepada Fajar. Fajar mengangguk sambil duduk di hadapan suamiku.3696Please respect copyright.PENANA7l172nytTW
3696Please respect copyright.PENANAWexeV8MQCA
Aku memutuskan untuk mengenakan gamis pink serta jilbab yang warnanya sama. Aku meliukkan tubuhku kanan-kiri di depan kaca lemari. Di usiaku yang tidak muda lagi, aku masih memiliki tubuh yang masih bagus, terawat, dan juga bersih. Bisa dibilang, aku selalu menjaga tubuhku bagian luar maupun dalam. Mungkin karena itu, teman-temanku selalu berkata, Laras dari masih gadis sampai punya anak satu, tubuhnya gak berubah, masih bagus. Tentu saja aku tersanjung dipuji seperti itu.3696Please respect copyright.PENANARMpG9j2Arr
3696Please respect copyright.PENANAlSJwuoVn1i
Di ruang tamu, Fajar dan Dimas, masih asik mengobrol, aku lekas menghampiri mereka.3696Please respect copyright.PENANASwV6RUgKMD
3696Please respect copyright.PENANAp0EyY4qb1y
“Ayo, jar,” kataku kepada Fajar. “tante udah siap.”3696Please respect copyright.PENANAdfZFj8aToc
3696Please respect copyright.PENANAsJG0jsfr0M
Fajar berdiri. “Om, saya anterin tante dulu, ya.” ia menunduk sopan ke suamiku.3696Please respect copyright.PENANALX2tN7dLtK
3696Please respect copyright.PENANA7Cbkb1Clyr
Dimas membalas sambil tersenyum. “Hati-hati.”3696Please respect copyright.PENANAwbyAFSVYg8
3696Please respect copyright.PENANA0UGEVmU4Z8
***3696Please respect copyright.PENANAzz3lf2hToB
3696Please respect copyright.PENANA6xsw8QWzK2
Fajar memarkirkan mobil di tepian jalan. Di samping Toko Buku. Toko Buku ini memang kerap aku kunjungi semasa aku kuliah dulu. Lekas, aku dan Fajar masuk ke dalam. Aku menuju rak buku dengan label di atasnya bertuliskan: Novel sejarah. Akhir-akhir ini aku memang kerap membaca Novel berlatar sejarah. Sementara Fajar, beranjak menuju lantai dua Toko Buku ini. Aku membiarkannya dan fokus mencari buku yang ingin ku beli.3696Please respect copyright.PENANA6eX40P7huH
3696Please respect copyright.PENANAUQbNWWFKVM
Aku memutuskan untuk membeli empat buku, karyanya Pramoedya Ananta Toer. Fajar sendiri tampaknya sedang asik memilah buku. Sambil memeluk empat buku, aku menaiki anak tangga, menyusul Fajar.3696Please respect copyright.PENANAJsFIiUhhAh
3696Please respect copyright.PENANAHwbPTQWa3K
Tiba di lantai dua, aku memperhatikan Fajar yang sibuk berpindah dari Rak buku ke rak buku lainnya. Aku menghampirinya. “Kamu kalau mau beli buku, beli aja, Jar. Tante bayarin,” kataku.3696Please respect copyright.PENANAihuNgz7fHU
3696Please respect copyright.PENANA5nqyVoNNaO
Fajar berbalik. “Mau beli dua boleh?” ia tersenyum.3696Please respect copyright.PENANAXvLQoXdTgk
3696Please respect copyright.PENANAK9a5hsoHo0
Aku terkekeh. Yang membuat aku menyukai sahabat anakku ini adalah karena sifatnya yang jujur. Ia bukan tipe remaja yang sungkan atau malu-malu. Fajar adalah tipe remaja yang jika berkata tidak, maka tidak, bukan berkata tidak, untuk sekedar menolak sebab perasaan tidak-enakan.3696Please respect copyright.PENANAgEO8cmDUuk
3696Please respect copyright.PENANAYc4xJAOrQp
“Mau beli seratus juga boleh,” kataku, bercanda.3696Please respect copyright.PENANAXKK5zPkptB
3696Please respect copyright.PENANAawST4AqBrx
Fajar terkekeh. Lekas ia menuju Rak buku yang bersandar di dinding. Aku menelan ludah, sebab ia mengambil sebuah kitab yang aku tau adalah Bible. Bukannya aku bermaksud Sara atau semacamnya, sepengetahuanku, Agama Fajar adalah Islam. Aku ingin lekas bertanya kepadanya, tapi urung, suasana dan tempat tidaklah mendukung.3696Please respect copyright.PENANAbm9H97E7bR
.3696Please respect copyright.PENANAsVvXyzaXD5
3696Please respect copyright.PENANAp0rz8cb4z2
Fajar beranjak menuju Rak buku di sebelahnya. Aku berdiri di sampingnya sambil memperhatikan gerak-gerik-nya. Kemudian ia mencomot satu buku berjudul: Eksistensialisme adalah humanisme-Derida. Fajar memang menyukai buku-buku Filsafat, kadang beberapa kali ia menawarkan kepadaku sebagai bahan bacaan. Filsafat membantu kita bernalar dengan baik, lho, tan, kata Fajar sewaktu-waktu.3696Please respect copyright.PENANAin8bmAfMAu
3696Please respect copyright.PENANAg04VS0qN9Q
Fajar menoleh ke arahku, ia mengangkat bukunya setinggi dada. “Udah, tan,” katanya sambil tersenyum. Kami berdua lekas menuju meja kasir.3696Please respect copyright.PENANAO7wjTeDQUS
3696Please respect copyright.PENANANHUmdkvBnb
Aku memutuskan untuk tidak pulang terlebih dahulu. Aku ingin bersantai pagi ini.3696Please respect copyright.PENANAZQZtoOwX1z
3696Please respect copyright.PENANAY9xKeXeuiA
Di satu meja, saling berhadapan, kami berdua menikmati Es kelapa muda yang telah dikeruk dan dipindahkan ke gelas kaca. Rasa manis dari gula kirik menyentuh lidahku. Terik matahari yang membakar kepalaku seakan lenyap bersamaan dengan air kelapa yang berseluncur di tenggorokan.3696Please respect copyright.PENANAfWZmTbfNRw
3696Please respect copyright.PENANAXv690xmpQF
Aku memperhatikan Fajar sejenak, kemudian terkekeh geli. “Bukunya, kok, di bawa terus, gak bakal hilang, jar.” aku melirik bukunya di atas meja, samping gelasnya.3696Please respect copyright.PENANAJmBxQKgfRp
3696Please respect copyright.PENANAZqfHXUp07x
Fajar menyeka bibirnya dengan lengan, sebab sebagian isi kelapa tersangkut di bibirnya. “Gak sabar bacanya, tan.”3696Please respect copyright.PENANAk0NtuBWxcq
3696Please respect copyright.PENANAy3d1HHDXGo
Aku menggeleng-menggeleng, heran, kemudian terbesit di pikiranku untuk bertanya kenapa ia membeli kitab bible. “Kamu jangan tersinggung, ya, Jar,” aku berusaha merangkai kata sehalus mungkin. “Kamu kenapa beli kitab bible? Bukannya kamu muslim?”3696Please respect copyright.PENANAsqjt1Gw1bX
3696Please respect copyright.PENANAIdO3wL3IJ3
Fajar malah terkekeh. “Aku kan kristen, tan.”3696Please respect copyright.PENANAtB1KceyUuP
3696Please respect copyright.PENANA4ykGsIfqw7
Aku yang sedang menyesap Es kelapa tiba-tiba terbatuk. Refleks Fajar mengambil tisu dan menyodorkan kepadaku. Aku mengelap sekitar bibirku. “Kok bisa?” tanyaku. “kamu jangan aneh-aneh, deh, Jar.”3696Please respect copyright.PENANA6MCOw21Rmf
3696Please respect copyright.PENANAcLnczdmZf7
Fajar menghela nafas, dalam. “Aku murtad dua tahun yang lalu, tan,” Ia sedikit menunduk. “tante kecewa?”3696Please respect copyright.PENANA6OlSLmI9gC
3696Please respect copyright.PENANAD4elcyAdlj
Aku tersenyum menatapnya. Aku hanyalah manusia biasa, yang tidak mempunyai hak untuk mengatur pilihan manusia lainnya. Lagian, keyakinan adalah sebuah pilihan, bukan paksaan.3696Please respect copyright.PENANAuJqN5Y7u8D
3696Please respect copyright.PENANA9h2KThzK1K
“Jar, semua pilihan ada di tangan kamu,” kataku, lembut. “kalau kamu mutusin buat pindah agama, itu kan hak kamu. Tapi, tante kecewa dikit, sih.”3696Please respect copyright.PENANASEwasCOvvX
3696Please respect copyright.PENANAup62l9T1of
Fajar tersenyum. lalu kami memutuskan untuk sibuk dengan es kelapa masing-masing. Berisik knalpot motor dan mobil terdengar di antara kami. Pun riuh suara dari pengunjung lain.3696Please respect copyright.PENANAwo49MmBZ0R
3696Please respect copyright.PENANAZAsnANKLG8
“Tante mau mampir dulu ke rumahku?” Akhirnya Fajar bersuara. “baca buku di teras, gitu, nanti kita diskusi juga.” Ajaknya.3696Please respect copyright.PENANA64xY914Ieu
3696Please respect copyright.PENANASErStM4RTG
Aku agak ragu untuk mengiyakan. mau bagaimanapun aku dan Fajar adalah lawan jenis. Apalagi jika berduaan dengannya, setan pasti punya celah untuk membisikan kami agar melakukan dosa. Tapi, entah kenapa, ada sebuah dorongan untuk aku mengatakan, iya.3696Please respect copyright.PENANANaVVPrnyOA
3696Please respect copyright.PENANAbzCDxsqvvh
“Gimana, tan?” Fajar bertanya, lagi.3696Please respect copyright.PENANAN92XvKfOAj
3696Please respect copyright.PENANA21FiBy3NGQ
“Bentar, Jar.” Aku merogoh ponsel dari tas tenteng ku. “Mau minta izin sama abi dulu.”3696Please respect copyright.PENANAHXbHz7joQG
3696Please respect copyright.PENANAIDwy8KTjHk
Fajar mengangguk.3696Please respect copyright.PENANAAoIugepen7
3696Please respect copyright.PENANAQlO4ZYPPns
Aku mengetik deretan huruf dan mengirimnya kepada suamiku.3696Please respect copyright.PENANAmNYxB9hD1a
3696Please respect copyright.PENANA7xcbJYmvPj
Tak luma kemudian: Notif whatsapp berbunyi.3696Please respect copyright.PENANAj1aTZiFbir
3696Please respect copyright.PENANABDD1wy1Y0m
Aku meraih ponselku di atas meja, lalu mengetuk notif yang mengambang di atas layar ponsel, sebuah pesan WhatsApp dari suamiku, bertuliskan: Boleh, bun. Abi juga ini lagi di luar, ada meeting sama client. Rumah, abi kunci, kuncinya abi taruh di keset pintu. Pulangnya jangan kemaleman, ya.3696Please respect copyright.PENANA8FSu5aOMxx
3696Please respect copyright.PENANAiTWCjdtnmf
Aku menatap Fajar sambil tersenyum. Fajar mengernyitkan sebelah alisnya. Kemudian aku mengangguk. Fajar yang mengerti lekas membalas senyumku. Entah kenapa, ketika senyum itu merambat pada mataku, ada sebuah desir yang tidak bisa kujelaskan, sebuah desir aneh, yang tak pernah kurasakan sebelumnya.3696Please respect copyright.PENANAIKdl0qUr5p
3696Please respect copyright.PENANAMR2e09sG9m
***3696Please respect copyright.PENANASYLMTEf6I2
3696Please respect copyright.PENANAU8LEExdCm8
“Masuk, tan,” Fajar membukakan pintu rumahnya, sementara dia berdiri di samping pintu, menungguku masuk terlebih dahulu.3696Please respect copyright.PENANAITQpzavGIb
3696Please respect copyright.PENANABExBaiHQ8v
“Ada orang di dalam, Jar?”3696Please respect copyright.PENANArh9Jh8LQIs
3696Please respect copyright.PENANA6CI4ITRlN2
“Nenek lagi kerja,” kata Fajar. “pulangnya sore.”3696Please respect copyright.PENANAxxP8FhaHL3
3696Please respect copyright.PENANA0MIZ7KgKrs
Aku mengangguk. “Nenek memang kerja apa?”3696Please respect copyright.PENANAc09IxV0Glz
3696Please respect copyright.PENANAEhxrHxwfzQ
Fajar menggaruk kupingnya. “Masuk dulu, tan” katanya. “engga enak ngobrol sambil berdiri.”3696Please respect copyright.PENANACbjMIARXs2
3696Please respect copyright.PENANAWxTYfQrgQe
Akhirnya aku melangkah masuk. Tercium aroma wangi dari pengharum ruangan yang di tempel di kipas angin atap. Dengan televisi tabung yang di sampingnya berdiri vas bunga, kiri-kanan. Ruang tamu ini di dekor dengan minimalis. Lantai-lantai beralas karpet dengan motif miky mouse. Tembok bercat hijau, dengan dua bangku di samping pintu.3696Please respect copyright.PENANAP4cTxCf32n
3696Please respect copyright.PENANAC2tZkatC0h
Rumah ini sendiri letaknya terpencil. Masuk ke dalam gang dengan luas lima meter, memungkinkan mobil untuk masuk. Jauh dari rumah yang lain, seperti terkucil dari sebuah kelompok.3696Please respect copyright.PENANA8cbu1ElneL
3696Please respect copyright.PENANAlU3d6MQZiV
“duduk dulu, Tan,” kata Fajar. “mau teh atau kopi?”3696Please respect copyright.PENANAUAlEvj8583
3696Please respect copyright.PENANAyiOVgkIhT3
“Kopi, Jar,” kataku, singkat. Fajar menuju dapur. Aku duduk di bangku, menatap kosong ke arah televisi tabung. Pandanganku terpikat ke sebuah gambar di tembok atas televisi. Seakan ada magnet tertentu, aku beranjak menuju gambar tersebut. Aku Berdiri di hadapan sebuah Foto yang menampilkan Sosok Fajar yang tersenyum sambil memegang sebuah piala yang bertulisan: juara satu lomba baca puisi. Kemudian aku terkekeh. Aku tak menyangka, ternyata Fajar memiliki bakat perihal merangkai kata-kata dan menyulamnya menjadi puisi.3696Please respect copyright.PENANAlQrXgyCSYL
3696Please respect copyright.PENANAeuJ8nY30mm
“Itu waktu kelas 2 SMA, Tan,” kata Fajar di sampingku, ia membawa nampan dengan dua gelas kopi di atasnya. Kemudian ia meletakan nampan itu di lantai, berhadapan dengan televisi. “Lesehan engga apa-apa, kan?”3696Please respect copyright.PENANAbe6d8Z2fWS
3696Please respect copyright.PENANAEl0SLzcF7N
Aku terkekeh ringan. “kaya sama siapa aja.” Aku ikut duduk bersila di sebelahnya. "Tante gak nyangka lho, kamu juara satu baca puisi.” Aku meliriknya sekilas.3696Please respect copyright.PENANA2j3cJLqEXm
3696Please respect copyright.PENANA5qppLPoAce
Dengan senyum bangga, Fajar berkata, “aku memang dilahirkan untuk menjadi pujangga, tan.”3696Please respect copyright.PENANABxRh8pWQad
3696Please respect copyright.PENANA5r8ar9tV8g
Aku terkekeh, geli. “iya, deh, si paling pujangga,” kataku dengan nada mengejek.3696Please respect copyright.PENANAR9Y6gXubBK
3696Please respect copyright.PENANAhLUbTTCfXR
Tak ada pembicaraan setelah itu. Aku menyesap kopi hitam yang disajikan Fajar. Manis dan pahit tertakar dengan seusai, mencipta cita rasa pas di lidah. Ia seakan tahu kadar gula yang pas untuk menikmati kopi di siang hari. Di teriknya matahari yang bisa ku rasakan menembus seng, lalu menyantup kepalaku.3696Please respect copyright.PENANAR2SL9GDgVg
3696Please respect copyright.PENANAtCOOXYHbo3
Ruang terasa lenggang.3696Please respect copyright.PENANAAb2UqUM8gK
3696Please respect copyright.PENANAl3llBlgu8f
Fajar merogoh kolong meja televisi, seperti mencari sesuatu. Ia kemudian mengeluar dua stick PS dan satunya ia sodorkan kepadaku. “Bisa main PS, tan?”3696Please respect copyright.PENANABKAM0OJwHm
3696Please respect copyright.PENANAbuKBovRlnR
Aku tersenyum bangga. “Gini-gini, tante dulunya jagoan PS,” aku meraih stick PS. Semasa kecil aku memang kerap bermain console game, mulai dari PS satu, Nintendo, ps dua.3696Please respect copyright.PENANAFa2FYx2le6
3696Please respect copyright.PENANAE6MIeaoxDQ
Perlahan televisi menyala dengan layar gambar yang sedikit buram. Suara stick berbunyi. Fajar memilih game yang akan kami mainkan. Ia memilih sebuah game yang sangat aku kuasai: pes 2018.3696Please respect copyright.PENANAK8H6bBbEmV
3696Please respect copyright.PENANAP66wcpZy89
Aku membenarkan posisi dudukku, aku meliriknya sekilas lalu kembali menatap layar tv. Permainan Di mulai. Aku meliuk-kan jemariku dengan lincah. Begitupun Fajar, ia terlihat antusias, kadang ia berseru, kadang ia mendengus sebab tak bisa menggol bola ke gawangku.3696Please respect copyright.PENANAzjAKgvFgW0
3696Please respect copyright.PENANALhNRDLYUrO
Aku pun begitu, entah kenapa aku terbawa suasana. Sudah lama aku tak sebahagia ini ketika bermain console game. Pun bersama Adit, anakku, aku hanya merasa jenuh, berbanding terbalik ketika bermain dengan sahabatnya. Aku mendengus kesal, tidak ada satupun tendanganku yang masuk ke gawangnya.3696Please respect copyright.PENANAxmNPu5qeZk
3696Please respect copyright.PENANA5zzJUtjuST
Fajar pun begitu. Kadang ia mengejekku dengan jari jempolnya yang ia ke bawahkan, seakan berkata, kamu cemen Laras. Jiwa kanak-kanak-ku seketika bergejolak, aku balas mengejeknya dengan menjulurkan lidah. Ia malah terkekeh.3696Please respect copyright.PENANAGOnwM5albn
3696Please respect copyright.PENANAG2dCxtWEJ4
“Yeay, menang.” Aku bersorak gembira sambil mengangkat kedua tanganku ke udara. Permainan selesai dengan skor 1-0. Di menit terakhir aku berhasil menjebol gawangnya. “Kamu terlalu cepat buat ngalahin aku,” kataku mengejeknya dengan senyum bangga.3696Please respect copyright.PENANAojuDdvfdyp
3696Please respect copyright.PENANAAXIgTxiHN8
“Aku sengaja,” elaknya, tak terimah. “kalau aku mau, skornya bisa 10-0.”3696Please respect copyright.PENANAHMurgUxB6m
3696Please respect copyright.PENANAVF259rHIlb
Bak anak kecil, aku menyangkal. “Mana ada, dasar cupu,” aku kembali mengejeknya, memasang raut wajah meremehkan.3696Please respect copyright.PENANAeFCnPXrxBQ
3696Please respect copyright.PENANAVbzrdzmaiE
Fajar malah terkekeh. “Aku baru kali ini liat sifat tante yang kekanakan,” ia menatapku, dalam. “gemes, tan.”3696Please respect copyright.PENANAoWA6wqxXgY
3696Please respect copyright.PENANAmVl3UmKZ9h
Aku malah tersipu. Bisa-bisanya aku tersipu digombali remaja yang seumuran anakku.3696Please respect copyright.PENANAGKwkeyDjte
3696Please respect copyright.PENANASsIqMZ8Y8U
“Cie, salting,” Fajar menggodaku sambil tertawa. “pipinya merah.”3696Please respect copyright.PENANA3hEUDYvpa2
3696Please respect copyright.PENANATBvGp9AlZY
Aku lekas menyembunyikan wajahku di kedua telapak tangan. sambil menggelengkan kepala aku berkata, “Engga, ya,” aku terus menyangkal. Fajar membuatku seperti ABG yang sedang jatuh cinta.3696Please respect copyright.PENANAmioiKdA3aZ
3696Please respect copyright.PENANAYr8VNxaHBI
Fajar masih saja tertawa. Aku sedikit kesal, lalu memukul pelan bahunya. “Ih, jangan ketawa,”3696Please respect copyright.PENANALn4UYQohCp
3696Please respect copyright.PENANANNClnagvMQ
“tante KDRT,” Fajar bergeser sedikit. “galak.” Ia mengangkat tangannya di depan dada, seperti orang ketakutan.3696Please respect copyright.PENANAMBnClrB8Bv
3696Please respect copyright.PENANA5RdNZy0Vfn
Aku malah tertawa melihatnya seperti itu. Fajar ikutan tertawa. Tawa kami menggema di ruang tamu. Bersamaan dengan itu, desir hangat kembali menyapa. Desir hangat yang belum bisa kujelaskan artinya.3696Please respect copyright.PENANAp6lxBoM5Om
3696Please respect copyright.PENANAIcqZ7R1yaH
Tidak lama kemudian, Fajar berdiri sambil melirik jam dinding di sampingnya. Ia menoleh ke arahku. “udah pukul 3 sore, tan.”3696Please respect copyright.PENANATg34qXerpz
3696Please respect copyright.PENANAEZzJwkbQDs
Aku berdiri sambil menepuk-nepuk pelan gamisku. “Ayo pulang, Jar,” kataku. Fajar menggangguk, lalu tersenyum.
Bersambung
3696Please respect copyright.PENANALjaKx8E5zj