
#1 Namaku Laras
2660Please respect copyright.PENANAtH0Qu6onof
“Umi cuma punya dua tangan!” Seruku kepada mereka berdua yang sibuk ke sana-kemari. “Abi, makan dulu, ih!” seruku lagi kepada suamiku sambil membolak-balik ayam di penggorengan dengan gemercik minyak yang meletup-letup kecil.2660Please respect copyright.PENANAtV0O2kGnSP
2660Please respect copyright.PENANAlyjWoRsofU
“Abi gak ada waktu, mi. Udah telat!” Jawab Suamiku, Dimas. Ia terlihat sibuk membenarkan dasinya yang sedikit miring. “Abi berangkat dulu.” Dimas menghampiriku dan memelukku dari belakang, tak lupa ia mengecup puncak kepalaku dengan mesra.2660Please respect copyright.PENANA3xg74C0746
2660Please respect copyright.PENANAtoWIklLoyL
“Adit jangan sampe telat!” Kata Dimas kepada Adit, anakku.2660Please respect copyright.PENANAspq6kARFbu
2660Please respect copyright.PENANAx1kb2WdWhF
Adit mengangguk. “Hati-hati, Bi.” Ia duduk di meja makan dengan seragam rapi. Dimas tersenyum dan kemudian menghilang dari meja makan.2660Please respect copyright.PENANArSZo0R57QX
2660Please respect copyright.PENANAwV6OH8AOWq
Aku meletakan dua ayam goreng di meja makan, lalu duduk berhadapan dengan Adit, anakku satu-satu-nya. Adit sangat mirip dengan suamiku, dari wajahnya, sifatnya, pun caranya makan, seperti kloningan sempurna tanpa cacat.2660Please respect copyright.PENANAMTnOvVucFH
2660Please respect copyright.PENANAOlR92ExKMc
Adit menyendok Nasi ke piringnya dan mengambil satu goreng ayam bagian paha.2660Please respect copyright.PENANAdqMBQ4BePT
2660Please respect copyright.PENANApGDBO0Ph90
“Jangan buru-buru, sayang.” Aku menuangkan air ke gelas dan menyodorkan kepadanya.2660Please respect copyright.PENANAknmGFF6wql
2660Please respect copyright.PENANApUCqgRYXOM
“Takut telat, bun,” kata Adit. Hari senin memang sangat sakral bagi sebagian anak SMA kelas tiga seperti anakku ini.2660Please respect copyright.PENANApvyllDBFxu
2660Please respect copyright.PENANAEXSuABhQMZ
“Nanti keselek, lho,” kataku, memperingatinya.2660Please respect copyright.PENANAAZ4h03uV8e
2660Please respect copyright.PENANAhOhHxjv6f2
Adit menghiraukan. Ia makan dengan terburu-buru. Tak lama kemudian, ia berdiri. “Adit berangkat dulu, ya, bun.” Ia menghampiriku. Aku berdiri dan mengulurkan tangan. Dengan takzim Adit mencium punggung tanganku.2660Please respect copyright.PENANAuIYIoKLcoA
2660Please respect copyright.PENANAUEtGbP6hhZ
“Hati-hati, sayang,” kataku sambil mengusap rambutnya. “belajar yang giat.” Adit tersenyum, lalu melangkahkan kakinya keluar rumah.2660Please respect copyright.PENANAuwue25ygM2
2660Please respect copyright.PENANAty82GMVTdt
ia berangkat ke sekolah menggunakan motor. Walaupun aku tak membenarkan hal seperti itu, sebab ia sendiri tidak memiliki SIM. Tapi, aku selalu memperingatinya untuk selalu menggunakan Helm. Lagian, suamiku terlalu sibuk untuk mengantar-jemputnya. Aku sendiri? Tak bisa mengendarai motor maupun mobil.2660Please respect copyright.PENANAaL5sJdVeIM
2660Please respect copyright.PENANAlX76acjNho
Dari jaman kuliah, aku selalu menggunakan Taxi atau alat transportasi lainnya. Dahulu, Umiku selalu berkata, Laras, kamu harus belajar nyetir. Mau sampe kapan kamu bergantung sama Abi? Aku hanya tersenyum dan mengganguk. Abi pun begitu, Mbak, mau diajarin nyetir mobil? tanya Abi kepadaku, sewaktu-waktu. Aku hanya menggeleng. Menolak.2660Please respect copyright.PENANALTFdmuFKFs
2660Please respect copyright.PENANAMdmpMLdWeW
Aku mempunyai ketakutan tersendiri soal berkendara. Sewaktu aku masih kelas 4 Sd, aku menyaksikan anak yang seumuranku tertabrak mobil, tepat di hadapanku. Dan itu sungguh menyeramkan sekali. Apalagi untuk anak yang usianya baru menginjak 10 tahun. Sampai sekarang, kejadian tersebut masih terlintas di pikiranku. Tidak bisa menghilang, dan menghantui terus menerus, seperti sebuah pembelajaran yang harus kuingat-ingat.2660Please respect copyright.PENANAT8V3vLBinf
2660Please respect copyright.PENANAHfrUiYdC9H
Seperti ibu rumah tangga pada umumnya, aku menghabiskan sebagian waktuku di rumah, berkemas, berbelanja keperluan dapur, dan sebagainya. Di usiaku yang ke 38 tahun, aku harus tetap produktif dan terus melakukan kewajibanku sebagai istri sekaligus ibu.2660Please respect copyright.PENANAHPa3k55WNF
2660Please respect copyright.PENANAZAEbcFgi4y
Aku teramat bahagia sepanjang pernikahanku dengan Dimas. Aku bersyukur sekali menikahi lelaki yang ku kenal sejak dari bangku perkuliahan itu. Dimas, adalah sosok lelaki yang penyabar, sholeh, dan penuh tanggung jawab. Tidak seperti di film-film, kami tak pernah bertengkar hebat, palingan bertengkar karena masalah sepele. Dimas juga sosok imam yang baik, ia selalu memperingatkanku terhadap kewajibanku terhadap Tuhan. Apapun yang terjadi, bunda gak boleh ninggalin solat. Begitulah ia sering menasehatiku.2660Please respect copyright.PENANAopLgfxOi8h
2660Please respect copyright.PENANAmbsy83UZVZ
Sewaktu kuliah, Dimas adalah kating-ku. Dimas lebih tua dua tahun di atasku. Ia sering ikut organisasi. Kami bertemu di salah satu organisasi literasi. Aku masih ingat ketika pertama kali ia menghampiriku dan berkata, saya mau mengenal kamu lebih jauh, tapi, saya gak mau mengajak kamu dalam kemaksiatan. Mengingat-ingat itu, membuatku tergelitik. Kemudian, pendekatan kami terus berlanjut. Kami tidak pernah memiliki hubungan yang disebut pacaran, aku sendiri menghindari sebuah maksiat yang dinamakan Zina. Sedari kecil, aku sudah dibentuk oleh agama yang kuat, Abiku pemilik pesantren, jadi tidak heran aku selalu menjalani kehidupan seusai syariat agamaku.2660Please respect copyright.PENANA1F9LW6NcN4
2660Please respect copyright.PENANA6VBk6Y4P2g
Begitupun Dimas, ia memegang teguh norma-norma agama. Tidak pernah sekalipun ia menyentuhku sebelum menikah. Satu tahun setelah aku Wisuda, Dimas segera melamarku. Hari-hari indah itu masih jernih dalam ingatanku. Ia datang bersama keluarganya. Dimas tampak elegan dengan baju koko dan senyum yang tergores di wajahnya.2660Please respect copyright.PENANAENz3j2XOTX
2660Please respect copyright.PENANAt1vlQbYVLn
Di ruang tamu rumahku keluargaku dan Dimas berkumpul. Saling tertawa dan membahas perihal tujuan kedatangan keluarganya. Aku hanya mengulum senyum dan menunduk di antara keramaian. Gimana, mbak? Tanya Abi kepadaku perihal lamaran Dimas. Aku mengangguk dan tersipu. Menerima lamarannya.2660Please respect copyright.PENANAUzTXPQBAZW
2660Please respect copyright.PENANAPvHNmea8fs
Malam pertama kami begitu kakuk. Kami duduk di ranjang tanpa bercakap sepatah-kata. Dimas sama sekali tak bergerak untuk menyetubuhiku. Begitupun aku, aku sama sekali tidak mempunyai pengalaman perihal sex. Maka, malam pertama kami, tidak ada persetubuhan, kami sama-sama tertidur pulas sebab letih menyambut tamu.2660Please respect copyright.PENANAXsDjkLYwcf
2660Please respect copyright.PENANAdWURrOdURM
Di minggu pertama, Dimas merenggut perawanku. Aku bahagia bisa memberi mahkotaku kepada suamiku, bukan kepada orang lain. Dan sebagai orang yang sudah menikah, menyenangkan suami tentu saja mendapatkan sebuab imbalan berupa pahala.2660Please respect copyright.PENANAKbjwMhvOHZ
2660Please respect copyright.PENANAZgYY2B4Gma
Tahun-tahun berlalu. Pernikahan kami semakin erat sampai detik ini. Hasil dari pernikahan kami adalah Adit, anak cowokku, dan satu-satu-nya.2660Please respect copyright.PENANAt2gMwTendm
2660Please respect copyright.PENANABXZsWFPY7x
Adit, anakku, tergolong anak yang sopan dan sholeh. Aku selalu mengajarkannya etika-etika mendasar yang harus ia pahami. Di masyarakat sekarang, banyak sekali hal-hal melenceng yang jauh dari Etika-etika dan norma yang berlaku. Aku, sebagai ibu, tidak ingin anakku sampai terjatuh ke dalam sebuah jurang yang dinamakan kemaksiatan.2660Please respect copyright.PENANAneCsZ9QoAP
2660Please respect copyright.PENANAmtrcoQRo1o
Aku termasuk selektif kepada anakku. Aku tidak ingin dia berteman dengan sembarangan orang. Remaja-remaja seumurannya pastilah ingin mencari jati diri. Tapi, sebagai ibu aku tidak ingin dia terlampau jauh. Seperti mengikuti tawuran, narkoba, sex bebas, dan sebagainya. Oleh karena itu aku membatasi pergaulannya.2660Please respect copyright.PENANAciaeeDqgYE
2660Please respect copyright.PENANADhscjCNnw9
Yang aku tahu, Adit, hanya memiliki satu sahabat, Namanya, Fajar. Aku sendiri mengenal Fajar sudah lama. Ia adalah sahabat anakku sedari kecil. Aku mengenal baik Remaja bernama Fajar itu, bahkan aku sudah menganggapnya sebagai anakku sendiri. Selain ia periang dan sopan kepada yang lebih tua. Ia juga sering mengarahkan Adit ke hal-hal yang bersifat positif. Aku memang cukup dekat dengan Fajar, kami sering berbincang, sebab ia sering berkunjung ke rumahku. Selain ia sahabat anakku sedari kecil, ia juga satu sekolah dengan Adit. Oleh karena itu aku sering bertanya perihal perkembangan Adit di sekolah.2660Please respect copyright.PENANAIUx2cFCN6R
2660Please respect copyright.PENANAJkmlj8NGHt
Aku juga menaruh simpati kepada Fajar. Ia hidup hanya berdua dengan neneknya. Sepengetahuanku, ibunya meninggal sewaktu melahirkannya. Ayahnya sendiri adalah pria yang tidak bertanggung jawab, yang lepas tangan ketika ibunya hamil.2660Please respect copyright.PENANA0GT5NTl2WW
2660Please respect copyright.PENANANXjYtWncwU
Fajar, cukup dewasa untuk anak seusianya. Ia sudah bekerja dan menghasilkan uang sendiri. Walaupun ia bekerja serabutan. Kadang, aku juga sering mengantar makanan ke rumahnya. Simpatiku kepadanya mendapat dukungan dari Suamiku. Sesama manusia kita memang harus berbagi, mi. Kata Dimas kepadaku. Abi bangga sama Umi.2660Please respect copyright.PENANAmQspe9I97O
2660Please respect copyright.PENANAQDEKDkpJh2
Seperti biasa, sepulang sekolah, Adit dan Fajar sering menghabiskan waktu bermain PS. Aku tak mempermasalahkan hal tersebut, asalkan mereka masih ingat waktu untuk ibadah. Seperti yang di lakukan mereka sore ini. Selepas pulang sekolah, Adit lekas menghambur ke kamarnya, diikuti oleh Fajar. Aku hanya menggeleng melihat tingkah dua remaja itu.2660Please respect copyright.PENANAYYxMKn1maS
2660Please respect copyright.PENANAUsjPAhzxYH
Terdengar deru langkah. Aku menoleh ke belakang. Fajar tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.2660Please respect copyright.PENANA36ZKgUjCJn
2660Please respect copyright.PENANASYg5WcvIDg
“Udahan main PS-nya?” Tanyaku.2660Please respect copyright.PENANACrV2TspU3E
2660Please respect copyright.PENANAGqkTMvAnAg
Fajar duduk di hadapanku. Meja menjadi penengah di antara kami. “Udah, tan,” jawabnya.2660Please respect copyright.PENANABNiMQLXLhs
2660Please respect copyright.PENANAq3rhpxG5ad
Aku dan Fajar memang selalu mengobrol. Sekedar membahas buku-buku baru-baru ini yang kami baca, atau sedikit berdiskusi perihal hal-hal tentang kehidupan. Fajar, jauh lebih dewasa dari anakku, terlihat dari bacaan nya yang berat, dan juga pemikirannya yang sering kali membuatku terpukau.2660Please respect copyright.PENANApSN9fOsJL2
2660Please respect copyright.PENANAEYrksUSsih
“Novel Kafka yang kemarin udah dibaca habis, Tan?” tanya Fajar.2660Please respect copyright.PENANAKk6WmDCm3f
2660Please respect copyright.PENANAlKTuiXGKXV
“The Castle, udah,” kataku. “Kalau Metamorfosis, baru setengah halaman.”2660Please respect copyright.PENANA3BKl5TSlLJ
2660Please respect copyright.PENANAz8iwaW3iMz
Fajar mengangguk.2660Please respect copyright.PENANASfrZrlEbkH
2660Please respect copyright.PENANAu7iIE5oZtM
“Kamu udah makan?” tanyaku. “Kalau belum, tante ambilin, mau?”2660Please respect copyright.PENANAkcLT8CvumO
2660Please respect copyright.PENANAOr5onS86MZ
Fajar tersenyum lebar. “Belum, Tan.” Ia terkekeh.2660Please respect copyright.PENANAcbjlnDIIR3
2660Please respect copyright.PENANA5BN1TVzxph
Aku mengernyitkan wajah dan tersenyum kepadanya. “Dasar kamu.” kataku, kemudian berdiri. “Ayo.”2660Please respect copyright.PENANAjFSKaheHlB
2660Please respect copyright.PENANAoYjoTk3Mr7
Kami berpindah ke meja makan. Aku meletakan sepiring nasi dengan lauk ayam goreng di meja. Dengan lahap Fajar menyantap masakanku. Aku tersenyum melihatnya makan dengan lahap.2660Please respect copyright.PENANAv2YN3OEuTx
2660Please respect copyright.PENANATDeaJHctto
Aku menuangkan air dan menyodorkan kepadanya. “Kalau kamu laper, jangan sungkan datang ke sini, Jar.” Aku beranjak duduk.2660Please respect copyright.PENANAShSbYMmLZK
2660Please respect copyright.PENANAijs6O8YvvL
Fajar menjawab dengan mulut yang penuh, “Makasih, Tan.”2660Please respect copyright.PENANAbuBWc4AH3W
2660Please respect copyright.PENANA5JPE9peiXb
“Udah, habisin dulu makanannya, baru ngomong,” kataku.2660Please respect copyright.PENANAvKjYDa84xJ
2660Please respect copyright.PENANATceGaWntMc
“Tante baik banget, tambah sayang, deh,” Ia tersenyum kepadaku dengan piring yang sudah kosong. Ludes tak bersisa.2660Please respect copyright.PENANA66IszBPJPl
2660Please respect copyright.PENANAP4yY8tjpBt
“Tante, kan, memang baik,” kataku, bangga.2660Please respect copyright.PENANAgw1zvwkBx2
2660Please respect copyright.PENANAGn2o6CeKLp
Fajar meneguk air. “Semoga kelak dapet istri kaya tante, amin,” Ia melayangkan senyum riang kepadaku.2660Please respect copyright.PENANAWcx1SU6swE
2660Please respect copyright.PENANA1ibWMS3BRu
Aku terkekeh. “Makanya, sekolah yang bener, kejar cita-cita. Biar kelak sukses, dan dapat pasangan yang setara.”2660Please respect copyright.PENANA5gUEdcdb2b
2660Please respect copyright.PENANAHZGs42xrMW
Fajar menatapku, dalam. Kemudian tertawa. Aku menatapnya bingung, “Kenapa, ih?” tanyaku. “Wajah tante aneh, ya?” Aku mengeluarkan ponselku dan berkaca di layar hitam, sekiranya ada sesuatu yang menempel di wajahku.2660Please respect copyright.PENANAsjBvZ6lZ43
2660Please respect copyright.PENANAkCA5UukZJd
Fajar malah terkekeh. “Tante cantik, banget.”2660Please respect copyright.PENANA7br9ofzalT
2660Please respect copyright.PENANAQSlZCU6jtS
Aku malah tersipu. Agak malu, aku bertanya, “Kamu belajar gombalan dari mana?”2660Please respect copyright.PENANAiw8TdETmqQ
2660Please respect copyright.PENANA94urcLxlJK
Fajar berdehem. “Dari sini.” Ia menunjuk dadanya. “dari hati.”2660Please respect copyright.PENANAcqe6RSIPHG
2660Please respect copyright.PENANAmrziLLxx0p
Aku menggeleng. Fajar tidak seperti biasanya. Baru kali ini ia berani menggombaliku. Aku tak menganggap serius, mungkin ia bermaksud bercanda dan mencarikan suasana.2660Please respect copyright.PENANAJhrVeFd7Ve
2660Please respect copyright.PENANAJH2pTNQ4Ex
Fajar sendiri memiliki tampang wajah yang menurutku lumayan tampan. Yang membuatnya menarik adalah, tingginya yang berkisar 178 Cm, yang jika aku berjalan bersampingan dengannya, aku terlihat pendek sekali. Remaja sepertinya memang masih dalam masa-masa pertumbuhan. Mungkin di kalangan remaja putri, sosok fajar adalah yang diidamkan-idamkan.2660Please respect copyright.PENANAJ5fouPdXF6
2660Please respect copyright.PENANARdLj9EVPRL
Aku mengambil piring bekas Fajar makan. Ruang makan dan dapurku menyatu. Selain hemat tempat, juga lebih Efisien. Aku membuka keran. Percikan air membasahi piring, tak lupa aku usap lembut dengan spons.2660Please respect copyright.PENANAZggi4ZxZJv
2660Please respect copyright.PENANAqYo1GDXc56
Fajar menghampiriku. Bahu kami saling bersentuhan. Aku memang sudah menganggapnya anakku sendiri, tapi, kami bukanlah muhrim. Tentu saja aku merasa risih. Tapi, entah kenapa ada perasaan tidak nyaman di hatiku jika aku bergeser.2660Please respect copyright.PENANAA8YC1BtWVN
2660Please respect copyright.PENANAUu7rRqoWIn
“Fajar aja yang cucinya, tan.” Fajar meraih piring dari tanganku. “Tante duduk aja.”2660Please respect copyright.PENANA5NdoYRKqqe
2660Please respect copyright.PENANAMLldt7L1du
Aku mengiyakan. Lalu duduk di bangku meja makan. Tak lama, Fajar menyusul, duduk di sebelahku. Hening sejenak. Tidak ada obrolan. Hanya bunyi detik jam dari kejauhan yang mengisi keheningan. Sampai akhirnya, Fajar memecah hening.2660Please respect copyright.PENANAKBXKm3dDaS
2660Please respect copyright.PENANAuokhEkm9Ys
“Makasih, tan,” Ia melirikku. “Tante baik banget sama Fajar.”2660Please respect copyright.PENANAyvc8HxwYD0
2660Please respect copyright.PENANAEM4emTslVn
Aku menoleh ke arahnya dan tersenyum. “Jar, udah kewajiban manusia untuk berbuat baik sesamanya,” kataku. “Lagian, kamu juga udah bantu tante banyak, kok.”2660Please respect copyright.PENANAIGiBPJexX6
2660Please respect copyright.PENANAxfKq2nJ1ko
Mata kami bertemu. lima detik kami saling bertatapan. Tidak ada yang mau mengalah. Entah kenapa wajahku kaku, enggan untuk berpaling.2660Please respect copyright.PENANAjICU0pCukg
2660Please respect copyright.PENANAXLuFB53aYB
“Cie pacaran.”2660Please respect copyright.PENANA1RdGAiILoH
2660Please respect copyright.PENANA3jRqUCR4cp
Sontak aku memalingkan wajah, beralih menatap anakku yang beranjak duduk di hadapan kami.2660Please respect copyright.PENANAhekVl1UWGD
2660Please respect copyright.PENANACrHFU0igEA
“Mi.” Adit menggaruk kepalanya. ia terkekeh ringan. Jika sudah begini, pastilah ada yang diinginkannya. “Boleh gak Adit ikut camping sama teman sekolah?” tanyanya, kemudian.2660Please respect copyright.PENANAozkrqwRMSB
2660Please respect copyright.PENANA579R7kw0Qu
Aku menghela nafas. “Camping sekolah?” tanyaku menyelidik. “kalau kalian yang adain acaranya, Umi engga kasih izin.”2660Please respect copyright.PENANA3pDw5RqNLA
2660Please respect copyright.PENANASsh3119KOc
Adit terlihat berfikir sejenak, kemudian berkata, “Dari sekolah, Mi. Acara pramuka,” jawabnya. “Iya, kan, Jar?” ia melirik Fajar.2660Please respect copyright.PENANA3W7S41qMpM
2660Please respect copyright.PENANAg0Sw44T1Yd
Aku menatap tajam ke arah Fajar, memintanya hendak berkata jujur. Fajar terkekeh dan berkata, “Engga, tan. Adit bohong. Kemah pramuka udah selesai bulan kemarin.”2660Please respect copyright.PENANAG8RQY83geA
2660Please respect copyright.PENANAELWpRJRVtc
Aku balik menatap Adit. Adit menunduk. “Kenapa bohong sama Umi?” tanyaku, sedikit galak. “kamu gak boleh bohong sama orang tua. Dosa.”2660Please respect copyright.PENANAIFADOZm7Uf
2660Please respect copyright.PENANACoEJ0pOuZE
Sambil menunduk, Adit berkata, “Maaf, bun. Lagian kalau Adit jujur, Umi engga kasih izin juga.”2660Please respect copyright.PENANAYs1Dh4ojnD
2660Please respect copyright.PENANAlxEQBcetmC
“Tapi, bukan berarti kamu harus bohong, kan?” Aku menghela nafas lagi, cukup dalam. “yaudah, kali ini Umi izinin. Tapi, awas aja kamu macem-macem.”2660Please respect copyright.PENANAjEtm2nBaaW
2660Please respect copyright.PENANALXw7edDTX9
Adit mendongak menatapku dengan binar di mata. “Makasih, Umi. Sayang Umi banyak-banyak.”2660Please respect copyright.PENANA9nS3lO8m6M
2660Please respect copyright.PENANAMkI06dYb0k
Aku tertawa ringan, lalu menoleh ke Fajar. “Kamu awasi Adit, Jar.”2660Please respect copyright.PENANA6KZsP537lY
2660Please respect copyright.PENANAfCUGDGiLYo
“Fajar gak ikut, tan.”2660Please respect copyright.PENANAzd68OqCjIS
2660Please respect copyright.PENANAfnv9V7dhKT
Adit menimpali, “Fajar sama Adit gak satu kelas, Mi. Acara ini, khusus buat kelas Adit aja.”2660Please respect copyright.PENANAludIf1paL7
2660Please respect copyright.PENANAAO8slafyGC
Aku mengangguk, paham. “Yaudah. Kamu jangan aneh-aneh, ya, sayang.” Kataku sambil tersenyum menatap Adit.2660Please respect copyright.PENANA98l3GusLwf
2660Please respect copyright.PENANA9Y8i9SR1y1
Adit menggangguk, antusias. “Siap Umi.”2660Please respect copyright.PENANAn1juyOmAUb
2660Please respect copyright.PENANAOmtGIKl27K
***2660Please respect copyright.PENANA4YoEthlzpE
2660Please respect copyright.PENANAc2kJgJ9iDd
Minggu pagi adalah hal yang paling di tunggu. Terutama bagiku. Di minggu pagi, aku bisa merehatkan tubuhku sejenak, bisa bermain ponsel sepuasnya, atau bisa membaca buku dengan khidmat. Seperti yang aku lakukan sekarang, di ruang tamu di sebelah suamiku.2660Please respect copyright.PENANAOSPK4gzV9N
2660Please respect copyright.PENANABEia6oRnIM
Suamiku, Dimas, sibuk dengan laptop di pangkuannya. Ia cukup sibuk sekalipun adalah hari minggu. Dimas memang tipe-tipe Pekerja yang ambisius. Berkerja di bidang hukum membuatnya harus ekstra mengeluarkan tenaga. Terkadang, ia tak ingin di ganggu perihal kerjaannya.2660Please respect copyright.PENANAS7WHZMBwLg
2660Please respect copyright.PENANAVMFMJG8UWV
Aku menghela nafas, bosan. “Bi, ke toko buku, yuk.” Aku meraih lengannya, dan menyandarkan kepalaku di bahunya. “Umi mau beli buku itu lho, yang best seller itu.”2660Please respect copyright.PENANApXSzwukWBX
2660Please respect copyright.PENANABYG0QqiyLY
“Apa?” Dimas masih fokus menatap layar laptop.2660Please respect copyright.PENANAuaMTmmIZiL
2660Please respect copyright.PENANACpUnSvdmxA
Aku mendengus. “Karyanya Eka Kurniawan, Cantik itu luka.”2660Please respect copyright.PENANAFUQ84ugtoX
2660Please respect copyright.PENANA9sfIrpBQpR
“Jangan, umi,” Bunyi ketukan keyboard terdengar. “gaya bahasanya vulgar. Gak cocok sama umi.”2660Please respect copyright.PENANAFFs51HQUQv
2660Please respect copyright.PENANA01Iz6NMBi3
Sedikit sebal, aku melepaskan lengannya dari pelukku. Tapi, Dimas sama sekali tak menggubris kekesalanku. “Abi, Ih.” aku merengek sambil memanyunkan bibir. “Umi ngambek, lho, ini.”2660Please respect copyright.PENANAMjd3W6TwB4
2660Please respect copyright.PENANA5AR6Sj4kbv
Akhirnya Dimas menoleh ke arahku. Ia tersenyum, kemudian mendaratkan tangannya di puncak kepalaku. mengelus kepalaku yang terbalut jilbab. “Abi lagi ngerjain laporan. Minta antar sama Adit, ya?”2660Please respect copyright.PENANAI5HMWBE5QT
2660Please respect copyright.PENANAaobwaaLYoD
Aku mengangguk, terpaksa. Tak lama terdengar suara melengking Dimas memanggil Adit. Yang di panggil segera hadir.2660Please respect copyright.PENANAF9BEaFFPnu
2660Please respect copyright.PENANA57q0VsbJba
“Kamu anterin umi ke toko buku,” Kata Dimas kepada Adit.2660Please respect copyright.PENANATUIBmWIdXD
2660Please respect copyright.PENANARXbLmmTYgc
Sambil berdiri, Adit berkata, “Adit bentar lagi berangkat, bi. Mau camping. Minta antar sama fajar aja, ya?”2660Please respect copyright.PENANAginwWSuLfq
2660Please respect copyright.PENANAhkincMoFFk
Dimas berfikir sejenak, kemudian suaranya melengking ke penjuru ruang, memanggil Fajar.2660Please respect copyright.PENANAQFsURzZmhk
2660Please respect copyright.PENANASLhLdI1zQF
Setiap minggu, Fajar memang selalu berkunjung ke rumahku. Dan suamiku sendiri tidak mempersalahkan kehadiran Fajar. Bagi Dimas, Fajar adalah sosok remaja yang ulet sopan. Kadang ada beberapa pekerjaan rumah yang ia selesaikan. Sewaktu dulu, ketika atap genteng bocor, Fajar lah yang menambalnya. Ketika keran air rusak, Fajar yang memperbaiki. Sikap Fajar yang seperti itu, membuat suamiku menyukainya.2660Please respect copyright.PENANAwlNN1nRkSH
2660Please respect copyright.PENANAuTVboIiPcn
“Jar, kamu anterin Umi ke toko buku, ya.” Kata Dimas kepada Fajar yang berdiri di sebelah anakku. “Kamu bisa nyetir, kan” Dimas meletakan kunci mobil di atas meja, di samping vas bunga.2660Please respect copyright.PENANA3awHkAvKSo
2660Please respect copyright.PENANAQxd8rVrs1k
Fajar mengangguk. “Bisa, om.”2660Please respect copyright.PENANAXwCjIXdSjp
2660Please respect copyright.PENANAX7CC8wtoBT
Fajar memanggil aku dan suamiku dengan kata ganti, “Om-tante”, padahal Dimas menyuruhnya untuk memanggil nama kami dengan, “Abi-umi”, tapi ia menolak.2660Please respect copyright.PENANAq59z4jNXeZ
2660Please respect copyright.PENANAqYGnC5s4KJ
“Umi ke toko bukunya sama Fajar aja, ya,” kata Dimas kepadaku.2660Please respect copyright.PENANAxAWRL9rGlu
2660Please respect copyright.PENANAxLXKknFQtI
Aku mengangguk.2660Please respect copyright.PENANACz71Acn8I3
2660Please respect copyright.PENANAity2AFHRlt
“Umi, Abi, Adit berangkat dulu.” Adit menghampiri kami berdua, lalu mencium punggung tanganku dan Dimas, bergantian.2660Please respect copyright.PENANADjwa62f5nR
2660Please respect copyright.PENANA0dOSGOSwcU
“Hati-hati, jangan macam-macam,” kataku kepadanya.2660Please respect copyright.PENANAW51ciPgH0C
2660Please respect copyright.PENANAfU7JbeHH9M
“Siap, Umi,” jawab Adit dari kejauhan. Tak lama terdengar suara knalpot motor.2660Please respect copyright.PENANAbrHRWKhXuZ
2660Please respect copyright.PENANAeK6u2ubTgy
Aku segera berdiri, “Jar, duduk dulu, tante mau ganti baju,” kataku kepada Fajar. Fajar mengangguk sambil duduk di hadapan suamiku.2660Please respect copyright.PENANApnpe845r1A
2660Please respect copyright.PENANAfWlCXADzqr
Aku memutuskan untuk mengenakan gamis pink serta jilbab yang warnanya sama. Aku meliukkan tubuhku kanan-kiri di depan kaca lemari. Di usiaku yang tidak muda lagi, aku masih memiliki tubuh yang masih bagus, terawat, dan juga bersih. Bisa dibilang, aku selalu menjaga tubuhku bagian luar maupun dalam. Mungkin karena itu, teman-temanku selalu berkata, Laras dari masih gadis sampai punya anak satu, tubuhnya gak berubah, masih bagus. Tentu saja aku tersanjung dipuji seperti itu.2660Please respect copyright.PENANAKD8PaTprMl
2660Please respect copyright.PENANAjJ1gkBTDfE
Di ruang tamu, Fajar dan Dimas, masih asik mengobrol, aku lekas menghampiri mereka.2660Please respect copyright.PENANAobFvLAHwiq
2660Please respect copyright.PENANAMp5Py2LB4z
“Ayo, jar,” kataku kepada Fajar. “tante udah siap.”2660Please respect copyright.PENANAqKezkEkYBb
2660Please respect copyright.PENANAxbJPIrieyf
Fajar berdiri. “Om, saya anterin tante dulu, ya.” ia menunduk sopan ke suamiku.2660Please respect copyright.PENANATPj7zrudpZ
2660Please respect copyright.PENANAY8cNtt9JLq
Dimas membalas sambil tersenyum. “Hati-hati.”2660Please respect copyright.PENANATc28CT86QN
2660Please respect copyright.PENANAGz1E2H9agB
***2660Please respect copyright.PENANAblbF8rGMKH
2660Please respect copyright.PENANA9sboQgxVKn
Fajar memarkirkan mobil di tepian jalan. Di samping Toko Buku. Toko Buku ini memang kerap aku kunjungi semasa aku kuliah dulu. Lekas, aku dan Fajar masuk ke dalam. Aku menuju rak buku dengan label di atasnya bertuliskan: Novel sejarah. Akhir-akhir ini aku memang kerap membaca Novel berlatar sejarah. Sementara Fajar, beranjak menuju lantai dua Toko Buku ini. Aku membiarkannya dan fokus mencari buku yang ingin ku beli.2660Please respect copyright.PENANALCpOsFyUBM
2660Please respect copyright.PENANAwtis6QcadH
Aku memutuskan untuk membeli empat buku, karyanya Pramoedya Ananta Toer. Fajar sendiri tampaknya sedang asik memilah buku. Sambil memeluk empat buku, aku menaiki anak tangga, menyusul Fajar.2660Please respect copyright.PENANA9KbvEHzLyu
2660Please respect copyright.PENANAI4dgvtg2AM
Tiba di lantai dua, aku memperhatikan Fajar yang sibuk berpindah dari Rak buku ke rak buku lainnya. Aku menghampirinya. “Kamu kalau mau beli buku, beli aja, Jar. Tante bayarin,” kataku.2660Please respect copyright.PENANAK8moRr7rKw
2660Please respect copyright.PENANA7cmL0A7yUj
Fajar berbalik. “Mau beli dua boleh?” ia tersenyum.2660Please respect copyright.PENANAnBJ4Dr0BbN
2660Please respect copyright.PENANARqyS3Sp74u
Aku terkekeh. Yang membuat aku menyukai sahabat anakku ini adalah karena sifatnya yang jujur. Ia bukan tipe remaja yang sungkan atau malu-malu. Fajar adalah tipe remaja yang jika berkata tidak, maka tidak, bukan berkata tidak, untuk sekedar menolak sebab perasaan tidak-enakan.2660Please respect copyright.PENANARBtmxSs7Gd
2660Please respect copyright.PENANAHHNFDYYtwo
“Mau beli seratus juga boleh,” kataku, bercanda.2660Please respect copyright.PENANAys9UFhBt8F
2660Please respect copyright.PENANA8N6XX5JFCU
Fajar terkekeh. Lekas ia menuju Rak buku yang bersandar di dinding. Aku menelan ludah, sebab ia mengambil sebuah kitab yang aku tau adalah Bible. Bukannya aku bermaksud Sara atau semacamnya, sepengetahuanku, Agama Fajar adalah Islam. Aku ingin lekas bertanya kepadanya, tapi urung, suasana dan tempat tidaklah mendukung.2660Please respect copyright.PENANAWVCitvse9R
.2660Please respect copyright.PENANAEZE7RhoTH2
2660Please respect copyright.PENANAGQQ8fdx35x
Fajar beranjak menuju Rak buku di sebelahnya. Aku berdiri di sampingnya sambil memperhatikan gerak-gerik-nya. Kemudian ia mencomot satu buku berjudul: Eksistensialisme adalah humanisme-Derida. Fajar memang menyukai buku-buku Filsafat, kadang beberapa kali ia menawarkan kepadaku sebagai bahan bacaan. Filsafat membantu kita bernalar dengan baik, lho, tan, kata Fajar sewaktu-waktu.2660Please respect copyright.PENANAYbCef0oTCw
2660Please respect copyright.PENANA5Hf4ccajbq
Fajar menoleh ke arahku, ia mengangkat bukunya setinggi dada. “Udah, tan,” katanya sambil tersenyum. Kami berdua lekas menuju meja kasir.2660Please respect copyright.PENANArIF9y4F3lZ
2660Please respect copyright.PENANAGhsuffiQ1I
Aku memutuskan untuk tidak pulang terlebih dahulu. Aku ingin bersantai pagi ini.2660Please respect copyright.PENANAwWenS5wNi9
2660Please respect copyright.PENANAsnftCWB8iI
Di satu meja, saling berhadapan, kami berdua menikmati Es kelapa muda yang telah dikeruk dan dipindahkan ke gelas kaca. Rasa manis dari gula kirik menyentuh lidahku. Terik matahari yang membakar kepalaku seakan lenyap bersamaan dengan air kelapa yang berseluncur di tenggorokan.2660Please respect copyright.PENANA8gSD09d96t
2660Please respect copyright.PENANALw5j3onzTu
Aku memperhatikan Fajar sejenak, kemudian terkekeh geli. “Bukunya, kok, di bawa terus, gak bakal hilang, jar.” aku melirik bukunya di atas meja, samping gelasnya.2660Please respect copyright.PENANAdIxcqT2eow
2660Please respect copyright.PENANAG813L85AWt
Fajar menyeka bibirnya dengan lengan, sebab sebagian isi kelapa tersangkut di bibirnya. “Gak sabar bacanya, tan.”2660Please respect copyright.PENANAMyPey8rESc
2660Please respect copyright.PENANA9jLGR4WKSx
Aku menggeleng-menggeleng, heran, kemudian terbesit di pikiranku untuk bertanya kenapa ia membeli kitab bible. “Kamu jangan tersinggung, ya, Jar,” aku berusaha merangkai kata sehalus mungkin. “Kamu kenapa beli kitab bible? Bukannya kamu muslim?”2660Please respect copyright.PENANAStILDYHwmq
2660Please respect copyright.PENANA8uu3fZHlS7
Fajar malah terkekeh. “Aku kan kristen, tan.”2660Please respect copyright.PENANAZWJfVrWYeA
2660Please respect copyright.PENANAgWOO0f1EXF
Aku yang sedang menyesap Es kelapa tiba-tiba terbatuk. Refleks Fajar mengambil tisu dan menyodorkan kepadaku. Aku mengelap sekitar bibirku. “Kok bisa?” tanyaku. “kamu jangan aneh-aneh, deh, Jar.”2660Please respect copyright.PENANAbO6xIchSlb
2660Please respect copyright.PENANALeRveQBOZi
Fajar menghela nafas, dalam. “Aku murtad dua tahun yang lalu, tan,” Ia sedikit menunduk. “tante kecewa?”2660Please respect copyright.PENANAL1bETxAdGR
2660Please respect copyright.PENANAHagovaUb8O
Aku tersenyum menatapnya. Aku hanyalah manusia biasa, yang tidak mempunyai hak untuk mengatur pilihan manusia lainnya. Lagian, keyakinan adalah sebuah pilihan, bukan paksaan.2660Please respect copyright.PENANAeFZsXhil1k
2660Please respect copyright.PENANApmJAqP5WVI
“Jar, semua pilihan ada di tangan kamu,” kataku, lembut. “kalau kamu mutusin buat pindah agama, itu kan hak kamu. Tapi, tante kecewa dikit, sih.”2660Please respect copyright.PENANAUnOiONCL4v
2660Please respect copyright.PENANAZABpySUoXn
Fajar tersenyum. lalu kami memutuskan untuk sibuk dengan es kelapa masing-masing. Berisik knalpot motor dan mobil terdengar di antara kami. Pun riuh suara dari pengunjung lain.2660Please respect copyright.PENANABYlHjyJONC
2660Please respect copyright.PENANAUUKFKBP02o
“Tante mau mampir dulu ke rumahku?” Akhirnya Fajar bersuara. “baca buku di teras, gitu, nanti kita diskusi juga.” Ajaknya.2660Please respect copyright.PENANADwalgydlk8
2660Please respect copyright.PENANA3YY3XG2xzh
Aku agak ragu untuk mengiyakan. mau bagaimanapun aku dan Fajar adalah lawan jenis. Apalagi jika berduaan dengannya, setan pasti punya celah untuk membisikan kami agar melakukan dosa. Tapi, entah kenapa, ada sebuah dorongan untuk aku mengatakan, iya.2660Please respect copyright.PENANARJSLjMjccD
2660Please respect copyright.PENANAYPNU2TN8kW
“Gimana, tan?” Fajar bertanya, lagi.2660Please respect copyright.PENANAnnRr6uCblL
2660Please respect copyright.PENANA4mLWtd4i53
“Bentar, Jar.” Aku merogoh ponsel dari tas tenteng ku. “Mau minta izin sama abi dulu.”2660Please respect copyright.PENANA2OMO7FuZjQ
2660Please respect copyright.PENANAevsOER1pA1
Fajar mengangguk.2660Please respect copyright.PENANAawqo5Eazi0
2660Please respect copyright.PENANAS6EYgdh0IS
Aku mengetik deretan huruf dan mengirimnya kepada suamiku.2660Please respect copyright.PENANAO9jwkW1iEf
2660Please respect copyright.PENANASWSqdNAamc
Tak luma kemudian: Notif whatsapp berbunyi.2660Please respect copyright.PENANA19cJfZHl49
2660Please respect copyright.PENANARLcNqMBqDF
Aku meraih ponselku di atas meja, lalu mengetuk notif yang mengambang di atas layar ponsel, sebuah pesan WhatsApp dari suamiku, bertuliskan: Boleh, bun. Abi juga ini lagi di luar, ada meeting sama client. Rumah, abi kunci, kuncinya abi taruh di keset pintu. Pulangnya jangan kemaleman, ya.2660Please respect copyright.PENANAnwnlQfT2rN
2660Please respect copyright.PENANAQTNZBtuwV1
Aku menatap Fajar sambil tersenyum. Fajar mengernyitkan sebelah alisnya. Kemudian aku mengangguk. Fajar yang mengerti lekas membalas senyumku. Entah kenapa, ketika senyum itu merambat pada mataku, ada sebuah desir yang tidak bisa kujelaskan, sebuah desir aneh, yang tak pernah kurasakan sebelumnya.2660Please respect copyright.PENANADGTNdqPaM7
2660Please respect copyright.PENANA49jhPj7IYs
***2660Please respect copyright.PENANA47N66JSrPE
2660Please respect copyright.PENANAz8rWHp4iGq
“Masuk, tan,” Fajar membukakan pintu rumahnya, sementara dia berdiri di samping pintu, menungguku masuk terlebih dahulu.2660Please respect copyright.PENANAYsiiBbKIMo
2660Please respect copyright.PENANALYWLiTJLV1
“Ada orang di dalam, Jar?”2660Please respect copyright.PENANAQQ1rK2CDSc
2660Please respect copyright.PENANAdPaTzMYcIV
“Nenek lagi kerja,” kata Fajar. “pulangnya sore.”2660Please respect copyright.PENANA1qBmTHvo6Y
2660Please respect copyright.PENANAlE0yrSqV6c
Aku mengangguk. “Nenek memang kerja apa?”2660Please respect copyright.PENANASGVftL5cLt
2660Please respect copyright.PENANAKBUDvyGsjg
Fajar menggaruk kupingnya. “Masuk dulu, tan” katanya. “engga enak ngobrol sambil berdiri.”2660Please respect copyright.PENANA8iwKOdAgQR
2660Please respect copyright.PENANA4zW0LB9XJN
Akhirnya aku melangkah masuk. Tercium aroma wangi dari pengharum ruangan yang di tempel di kipas angin atap. Dengan televisi tabung yang di sampingnya berdiri vas bunga, kiri-kanan. Ruang tamu ini di dekor dengan minimalis. Lantai-lantai beralas karpet dengan motif miky mouse. Tembok bercat hijau, dengan dua bangku di samping pintu.2660Please respect copyright.PENANA488fAVP1nb
2660Please respect copyright.PENANAONSA6H4ixE
Rumah ini sendiri letaknya terpencil. Masuk ke dalam gang dengan luas lima meter, memungkinkan mobil untuk masuk. Jauh dari rumah yang lain, seperti terkucil dari sebuah kelompok.2660Please respect copyright.PENANAetVHLYA14I
2660Please respect copyright.PENANAuqhLw9duBg
“duduk dulu, Tan,” kata Fajar. “mau teh atau kopi?”2660Please respect copyright.PENANATCEDq9eyyo
2660Please respect copyright.PENANAW5IsFmouFk
“Kopi, Jar,” kataku, singkat. Fajar menuju dapur. Aku duduk di bangku, menatap kosong ke arah televisi tabung. Pandanganku terpikat ke sebuah gambar di tembok atas televisi. Seakan ada magnet tertentu, aku beranjak menuju gambar tersebut. Aku Berdiri di hadapan sebuah Foto yang menampilkan Sosok Fajar yang tersenyum sambil memegang sebuah piala yang bertulisan: juara satu lomba baca puisi. Kemudian aku terkekeh. Aku tak menyangka, ternyata Fajar memiliki bakat perihal merangkai kata-kata dan menyulamnya menjadi puisi.2660Please respect copyright.PENANA1f9yiNhV3M
2660Please respect copyright.PENANA2hLkfBTYlk
“Itu waktu kelas 2 SMA, Tan,” kata Fajar di sampingku, ia membawa nampan dengan dua gelas kopi di atasnya. Kemudian ia meletakan nampan itu di lantai, berhadapan dengan televisi. “Lesehan engga apa-apa, kan?”2660Please respect copyright.PENANAbkDLvoSTVA
2660Please respect copyright.PENANAaZ9ZvpyIga
Aku terkekeh ringan. “kaya sama siapa aja.” Aku ikut duduk bersila di sebelahnya. "Tante gak nyangka lho, kamu juara satu baca puisi.” Aku meliriknya sekilas.2660Please respect copyright.PENANAOnVXcynVK1
2660Please respect copyright.PENANAoYOGS7gt5q
Dengan senyum bangga, Fajar berkata, “aku memang dilahirkan untuk menjadi pujangga, tan.”2660Please respect copyright.PENANAHBMiiVDPor
2660Please respect copyright.PENANAgwliuijG8u
Aku terkekeh, geli. “iya, deh, si paling pujangga,” kataku dengan nada mengejek.2660Please respect copyright.PENANA9tunrk6RcM
2660Please respect copyright.PENANAE5XgQXQQlR
Tak ada pembicaraan setelah itu. Aku menyesap kopi hitam yang disajikan Fajar. Manis dan pahit tertakar dengan seusai, mencipta cita rasa pas di lidah. Ia seakan tahu kadar gula yang pas untuk menikmati kopi di siang hari. Di teriknya matahari yang bisa ku rasakan menembus seng, lalu menyantup kepalaku.2660Please respect copyright.PENANAWDq6juyDuw
2660Please respect copyright.PENANA7PA5KEe07l
Ruang terasa lenggang.2660Please respect copyright.PENANABCtH50L9m5
2660Please respect copyright.PENANAGkNdvlfHS9
Fajar merogoh kolong meja televisi, seperti mencari sesuatu. Ia kemudian mengeluar dua stick PS dan satunya ia sodorkan kepadaku. “Bisa main PS, tan?”2660Please respect copyright.PENANAKSfLituJOC
2660Please respect copyright.PENANAH6HSTGvtqk
Aku tersenyum bangga. “Gini-gini, tante dulunya jagoan PS,” aku meraih stick PS. Semasa kecil aku memang kerap bermain console game, mulai dari PS satu, Nintendo, ps dua.2660Please respect copyright.PENANACnTl4wrkKV
2660Please respect copyright.PENANAv7fZTGtzYA
Perlahan televisi menyala dengan layar gambar yang sedikit buram. Suara stick berbunyi. Fajar memilih game yang akan kami mainkan. Ia memilih sebuah game yang sangat aku kuasai: pes 2018.2660Please respect copyright.PENANAUkq13qH8pB
2660Please respect copyright.PENANAyEukar4TBO
Aku membenarkan posisi dudukku, aku meliriknya sekilas lalu kembali menatap layar tv. Permainan Di mulai. Aku meliuk-kan jemariku dengan lincah. Begitupun Fajar, ia terlihat antusias, kadang ia berseru, kadang ia mendengus sebab tak bisa menggol bola ke gawangku.2660Please respect copyright.PENANA31p0M1MRpW
2660Please respect copyright.PENANAwDcno9R9Lv
Aku pun begitu, entah kenapa aku terbawa suasana. Sudah lama aku tak sebahagia ini ketika bermain console game. Pun bersama Adit, anakku, aku hanya merasa jenuh, berbanding terbalik ketika bermain dengan sahabatnya. Aku mendengus kesal, tidak ada satupun tendanganku yang masuk ke gawangnya.2660Please respect copyright.PENANAvEuUc3FxZv
2660Please respect copyright.PENANAOuFQGI5Juu
Fajar pun begitu. Kadang ia mengejekku dengan jari jempolnya yang ia ke bawahkan, seakan berkata, kamu cemen Laras. Jiwa kanak-kanak-ku seketika bergejolak, aku balas mengejeknya dengan menjulurkan lidah. Ia malah terkekeh.2660Please respect copyright.PENANAp8yOMRJJYb
2660Please respect copyright.PENANAWcwrCv50Ql
“Yeay, menang.” Aku bersorak gembira sambil mengangkat kedua tanganku ke udara. Permainan selesai dengan skor 1-0. Di menit terakhir aku berhasil menjebol gawangnya. “Kamu terlalu cepat buat ngalahin aku,” kataku mengejeknya dengan senyum bangga.2660Please respect copyright.PENANA3kmsDMSaRt
2660Please respect copyright.PENANAQiFelt7Iso
“Aku sengaja,” elaknya, tak terimah. “kalau aku mau, skornya bisa 10-0.”2660Please respect copyright.PENANA2G9phQSgp0
2660Please respect copyright.PENANAvDmu6wZxsi
Bak anak kecil, aku menyangkal. “Mana ada, dasar cupu,” aku kembali mengejeknya, memasang raut wajah meremehkan.2660Please respect copyright.PENANA8LvkRo0grZ
2660Please respect copyright.PENANAhmjiom2kQG
Fajar malah terkekeh. “Aku baru kali ini liat sifat tante yang kekanakan,” ia menatapku, dalam. “gemes, tan.”2660Please respect copyright.PENANA2KeZHF9YtU
2660Please respect copyright.PENANA0lrb4AClB9
Aku malah tersipu. Bisa-bisanya aku tersipu digombali remaja yang seumuran anakku.2660Please respect copyright.PENANAA8tHs359iP
2660Please respect copyright.PENANAgl1rq0Ob6f
“Cie, salting,” Fajar menggodaku sambil tertawa. “pipinya merah.”2660Please respect copyright.PENANAOBUe0NSjUl
2660Please respect copyright.PENANAJI5fC5a234
Aku lekas menyembunyikan wajahku di kedua telapak tangan. sambil menggelengkan kepala aku berkata, “Engga, ya,” aku terus menyangkal. Fajar membuatku seperti ABG yang sedang jatuh cinta.2660Please respect copyright.PENANAjbGyw7DL9q
2660Please respect copyright.PENANARQKTpbmDpi
Fajar masih saja tertawa. Aku sedikit kesal, lalu memukul pelan bahunya. “Ih, jangan ketawa,”2660Please respect copyright.PENANAgqW2WCwGNJ
2660Please respect copyright.PENANAAMzD95cM4D
“tante KDRT,” Fajar bergeser sedikit. “galak.” Ia mengangkat tangannya di depan dada, seperti orang ketakutan.2660Please respect copyright.PENANAVsqUq1Nnu6
2660Please respect copyright.PENANArtr3ifZ6h8
Aku malah tertawa melihatnya seperti itu. Fajar ikutan tertawa. Tawa kami menggema di ruang tamu. Bersamaan dengan itu, desir hangat kembali menyapa. Desir hangat yang belum bisa kujelaskan artinya.2660Please respect copyright.PENANA3dm94v0Oyc
2660Please respect copyright.PENANAqwcMGBK3zE
Tidak lama kemudian, Fajar berdiri sambil melirik jam dinding di sampingnya. Ia menoleh ke arahku. “udah pukul 3 sore, tan.”2660Please respect copyright.PENANAqVsOrUz2E8
2660Please respect copyright.PENANAt0kqJnPI6a
Aku berdiri sambil menepuk-nepuk pelan gamisku. “Ayo pulang, Jar,” kataku. Fajar menggangguk, lalu tersenyum.
Bersambung
2660Please respect copyright.PENANAt21jYCog9d