
# 4 Sentuhan demi sentuhan
2272Please respect copyright.PENANAuvcVYs321P
Pukul 18.28, setelah melaksanakan ibadah solat magrib, aku lekas kembali menuju ruang tamu, tapi tidak terlihat Fajar di sana. Aku membentangkan pandanganku ke seluruh penjuru ruang, mencari keberadaan remaja itu. Mungkin dia lagi keluar, pikirku. Kemudian aku beranjak menuju dapur dan memasak untuk makan malam.2272Please respect copyright.PENANArgZqjDeCxV
2272Please respect copyright.PENANAcN8oSkIAcG
Aku mengambil dua potong ayam dan meletakkannya di satu piring. minyak sudah terlebih dahulu ku panaskan. Tak lama kemudian, gemercik minyak terdengar Meletus-melutus. Kumasukkan satu persatu sepotong ayam, lalu membolak-balik-nya dengan hati-hati.2272Please respect copyright.PENANA3BBNkcqok8
2272Please respect copyright.PENANAbaKRwBmW6a
Tiba-tiba aku merasakan tangan yang melingkar di pinggangku. Lalu terdengar bisik yang membuat bulu kuduk ku merinding, “Cie masak buat Fajar.” Aku menoleh ke belakang sekilas, lalu kembali fokus memasak dan membiarkan Fajar memelukku.2272Please respect copyright.PENANAuvUIBxPVRu
2272Please respect copyright.PENANApiBEkMeDld
Aku terus membolak-balik-kan ayam, sementara Fajar terus memelukku dan sesekali mencium pipiku. Tapi, lama-kelamaan aku bisa merasakan kemaluan Fajar yang bergesekan dengan pantatku.2272Please respect copyright.PENANAGIgfzZRWWG
2272Please respect copyright.PENANArAzJDvEEdn
“Jar, Ih, tante lagi masak,” kataku.2272Please respect copyright.PENANAMNk3U3VNWo
2272Please respect copyright.PENANAyD20DpmQXS
Fajar malah terkekeh, “Badan tante semok banget,” bisiknya di telingaku.2272Please respect copyright.PENANA1lt5qFBvay
2272Please respect copyright.PENANA74537iQhIR
Jujur saja aku merasa bangga apabila di puji seperti itu. Harus ku akui bahwa tubuhku lumayan berisi, hanya saja cara berpakaian ku yang agamis yang membuat lekuk tubuhku tertutupi.2272Please respect copyright.PENANAV7jwsInSAe
2272Please respect copyright.PENANAbBFogHfixW
Aku menggeser tubuhku dan meraih dua piring di selorok atas. “Jar, udahan,” kataku lagi.2272Please respect copyright.PENANAS8HhzjpM6B
2272Please respect copyright.PENANAy9C0VY9eOX
Fajar beranjak menjauh lalu duduk di meja makan. Kemudian aku meletakan satu persatu ayam di kedua piring, dan mengambil nasi di kosmos samping. Aku melangkah ke meja makan dengan dua piring di kedua tanganku.2272Please respect copyright.PENANA6NjwuiVahQ
2272Please respect copyright.PENANA1VDiljKRtH
“Ayo, makan,” kataku sambil meletakan satu piring di hadapannya.2272Please respect copyright.PENANAePc8JUkQRE
2272Please respect copyright.PENANA3EztBeqoxI
Fajar malah tersenyum menatapku. Aku memicingkan mata dan menatapnya kembali. “Kenapa?” kataku agak garang.2272Please respect copyright.PENANAlDX45NM13h
2272Please respect copyright.PENANAGrOizFlRiQ
Fajar terkekeh. “Tante imut banget.”2272Please respect copyright.PENANAMynMbbvldn
2272Please respect copyright.PENANABJdpWABvMt
Sontak kedua pipiku merona. Remaja itu selalu saja menggombal. “Udah-udah, makan, nanti ngomongnya.”2272Please respect copyright.PENANAmwPZ3PeXsU
2272Please respect copyright.PENANAUlqLsAdsXA
“iya, sayang,” kata Fajar.2272Please respect copyright.PENANAtwTrRUM6VB
2272Please respect copyright.PENANAb5MdLM7Pdq
Aku semakin merona. Panggilan sayang yang diucapaknnya mampu membuat degup jantungku tak karuan. Kemudian, kami menyantap makanan masing-masing. Suara sendok dan piring menjamu keheningan.2272Please respect copyright.PENANAFgm4iJlEad
2272Please respect copyright.PENANASlKtHs6gFL
Tidak lama kemudian lauk habis tak tersisa. Aku menuangkan air di gelasku dan Fajar dan meminumnya.2272Please respect copyright.PENANAzMcewRuRRX
2272Please respect copyright.PENANAoptXv8vInL
Fajar beranjak berdiri. “Main ps yuk tan di kamar Adit,” ajaknya.2272Please respect copyright.PENANADuYFdkaaV4
2272Please respect copyright.PENANA6fwtl3ek0E
Aku menggeleng. “Bosan, ih.”2272Please respect copyright.PENANAReOPPPCAZ2
2272Please respect copyright.PENANAWpjqV3IMzT
“Ngobrol aja di ruang tamu.”2272Please respect copyright.PENANAPq6at0gGNr
2272Please respect copyright.PENANAZ6abQCIwhB
Aku mengganguk lalu melangkah di belakangnya. Kami duduk bersampingan di sofa. Seperti biasa Fajar melingkarkan tangannya di bahuku. Aku merasa sudah biasa atas perlakuannya yang manja seperti ini.2272Please respect copyright.PENANAhE8CY7kj7u
2272Please respect copyright.PENANAZcA8AcMy5J
“Mau ngopi lagi, Jar?” tanyaku.2272Please respect copyright.PENANAqi8fKBh6e9
2272Please respect copyright.PENANALBWKL5qyTa
Fajar menggangguk. Aku hendak bangkit, tapi kemudian ia menahan lenganku. “Fajar aja yang bikin, tan.” Katanya.2272Please respect copyright.PENANAjt9RuhhOFb
2272Please respect copyright.PENANANCkIzTC8wj
Aku tersenyum dan mengganguk. Lantas Fajar berdiri dan berjalan menuju dapur. Ada perasaan hangat ketika aku melihat punggungnya, sebuah perasaan yang sedikit bisa ku jelaskan, bahwa itu adalah percikan cinta yang timbul di hatiku.2272Please respect copyright.PENANATflUSFpBfT
2272Please respect copyright.PENANAa5FMGrjvhc
Ya, aku mecintainya, tapi aku juga mencintai semuaku. Memang kontradiktif, tapi itu apaadanya. Mungkin jika orangtuaku mengetahui yang kuperbuat sekarang pastilah mereka akan memukulku sebab yang kulakukan adalah dosa yang besar, berselingkuh sekligus berzina.2272Please respect copyright.PENANAQGMNTL5dp4
2272Please respect copyright.PENANAC0zrDL07Uo
Selain itu, aku juga merasa teramat bersalah kepada suamiku. Tapi, entah kenapa, hasrat untuk bersama Fajar lebih kuat daripada dosa. Aku sedikit bingung, tak pernah sebelumnya aku melakukan hal seperti ini. Pun, aku terdidik dari kalangan yang agamis yang selalu mengajarkan moral dan etika sesuai agama.2272Please respect copyright.PENANAHwKWu1LTNU
2272Please respect copyright.PENANATUi8bqWgrw
Semoga tuhan bisa memaafkan apa yang kuperbuat, mau bagaimanapun juga, aku masih percaya kepada-Nya, meskipun aku melakukan tindakan yang dilarangnya.2272Please respect copyright.PENANAfwIyLhR2vK
2272Please respect copyright.PENANAzwo3IjiVaZ
Fajar datang dengan dua cangkir gelas yang ia pegang dengan kedua jari jempol dan telunjuknya. Ia duduk di sampingku sambil meletekan kopi. Aku memandanginya, alisnya tebal bagai bulu buruang, hidungnya mancung, tubuhnya tegap, yang membuatku kagum adalah rahangnya yang tampak mengeras. Kupikir pastilah ia sering berolahraga.2272Please respect copyright.PENANA9C8DVlgaSN
2272Please respect copyright.PENANAwXR6FOkr1o
Kalau aku sendiri memiliki tubuh yang bagiku lumayan ideal. Tidak gemuk dan juga tidak kurus. Mata bidadari, begitulah Abiku sering berkata, sebab bola mataku besar. Hidungku sedikit mancung walaupun tak semancung Fajar. Aku sedikit bermasalah di tinggi badan, bukan berarti aku pendek. Untuk ukuran perempuan bisa dibilang tinggi rata-rata perempuan Indonesia.2272Please respect copyright.PENANAorrDLCeLsQ
2272Please respect copyright.PENANAr8qk1napzV
Kulitku putih, sejak SMA aku memang sering merawat wajahku, tak heran jika dahulu banyak lelaki yang mendekatiku dengan berbagai cara, ada yang dengan cara memamerkan hartanya, ada juga yang hanya bermodal tampang, tapi tak satupun kupilih, lagian masa-masa SMA aku tidak tertarik untuk pacaran. Dosa.2272Please respect copyright.PENANAyDVEToWUin
2272Please respect copyright.PENANAIWb4xEMtsR
Aku menyesap kopiku sambil memejamkan mata. Kopi memang sahabat terbaik di segala keadaan. Ketika bahagia, sedih, gunda, kadang semua itu bisa diatasi dengan secangkir kopi, atau saat sedang berselingkuh seperti yang kulakukan sekarang ini.2272Please respect copyright.PENANAWP6vSFnsto
2272Please respect copyright.PENANAvT195M0SJS
“Tan, besok jalan-jalan, yuk.” Fajar membuka obrolan.2272Please respect copyright.PENANAB8iwhEsV6B
2272Please respect copyright.PENANA0EB3b30k1T
“Ke mana?”2272Please respect copyright.PENANANIkOX6NtPW
2272Please respect copyright.PENANA7Z6kE4Tyeb
Fajar terlihat berpikir. “Tante mau ke mana?”2272Please respect copyright.PENANAgdiIGbn68d
2272Please respect copyright.PENANARdVvIlWqBp
“Tante ikut aja, sih.”2272Please respect copyright.PENANALqZxQ1bdbg
2272Please respect copyright.PENANAOBgUhcz7zz
“Tapi temenin Fajar ke gereja bentar, ya?”2272Please respect copyright.PENANA13iC8WUHdj
2272Please respect copyright.PENANA619yWddKik
Ludah berhenti di teggoralkan. Aku melupakan sesuatu, kalau Fajar tidak beragama islam. Selintas aku merasakan ketidaknyaman.2272Please respect copyright.PENANAGONa0jOEfY
2272Please respect copyright.PENANAA7GGeMqYvz
“Tan?” tanyanya lagi.2272Please respect copyright.PENANALGFdNdoI5j
2272Please respect copyright.PENANAUz5W0O9llj
Aku ragu untuk menjawab iya.2272Please respect copyright.PENANA8BnkgsvXc8
2272Please respect copyright.PENANAiPJNeYic8X
“Gimana, Tan?” ia terus bertanya.2272Please respect copyright.PENANAqyGgzcGWzW
2272Please respect copyright.PENANAMTf1XZ9TKV
Aku menghela nafas sebelum memutuskan. “Tapi tante di mobil aja, ya. Engga sampe masuk,” kataku. Mau bagaimanapun aku tetap memiliki keyakinan tersendiri. Begitupun Fajar, perbedaan agama di antara kami tidak membuatku harus memaksakan kehendakku dan sebaliknya.2272Please respect copyright.PENANAp6Z8xxCOLC
2272Please respect copyright.PENANAesSFdbIGdz
Fajar tersenyum. “Iya tante sayang.”2272Please respect copyright.PENANAHDIaXnDQVW
2272Please respect copyright.PENANAwQYsS03Ct2
Lalu kami jatuh dalam sebuah obrolan yang panjang, selama mengobrol aku bisa merasakan kehangatan pada suaranya. suara yang sedikit berat. Terlebih ekspresinya ketika berbicara, seperti aku berada di pandang rumput yang luas dengan sepoi-sepoi angin. Di tambah dengan tuturnya yang begitu lembut.2272Please respect copyright.PENANAFp3FfFz2Ck
2272Please respect copyright.PENANAH90ggd66OR
Selama mengobrol aku senyam-senyum sendiri, antara kagum dan juga heran. Heran mengapa remaja setampan Fajar bisa-bisa-nya jatuh cinta kepadaku. Padahal perbedaan usia kami terpaut jauh.2272Please respect copyright.PENANABPEfAbjjyy
2272Please respect copyright.PENANAmbbbkv2NRo
Lambat laun semakin malam. Aku sempat terlena untuk melaksanakan Solat Isya. Ketika aku hendak bangkit, Fajar menahan lenganku dan bilang, Nanti aja, Tan, ngobrol dulu, lagian tenggat waktu solat isya panjang.2272Please respect copyright.PENANA8VZAQHOdvx
2272Please respect copyright.PENANAloQCzRyirf
Entah kenapa aku mengiyakan dan duduk kembali. Tak seperti biasanya, biasanya saat adzan berkumandang, aku segera menunaikan ibadah.2272Please respect copyright.PENANAMmdGBSpLZW
2272Please respect copyright.PENANAFtXwhw47iR
Lalu, kami kembali jatuh dalam obrolan. Fajar bercerita bahwa dia butuh waktu tiga bulan untuk menabung dan membelikan cicin yang terlingkar di jari manisku. Aku sempat untuk mengembalikannya, merasa tidak enak. Tapi Fajar mencegahku dan bilang, pemberian gak bisa ambil kembali. Fajar juga menambahkan bahwa aku harus terus memakai cincin pemberiannya. Lalu aku bilang, kalau suamiku tau gimana? Fajar menjelaskan, bilang aja kalau aku beli sendiri. Aku mengiyakan saja.2272Please respect copyright.PENANAJngeC0sE7R
2272Please respect copyright.PENANAhQIQoSFVow
Malam semakin menyalak. Kami terus bersatu dalam obrolan. Sesekali Fajar mencium pipiku, sesekali juga ia mengendus area ketiakku. Perlahan aku mulai terbiasa. Kami tampak seperti pasangan suami-istri, di tambah dengan keadaan rumahku yang menyisakan kami berdua. Saksi daripada perselingkuhanku.2272Please respect copyright.PENANApl941qEuq5
2272Please respect copyright.PENANAb5eHF4Ehze
Aku melirik jam dinding, pukul 22.01, biasanya jam segini aku sudah berada dalam mimpi. Tapi, mengobrol dengan Fajar terasa begitu mengasikan, maka kuputuskan untuk tidur agak lama dari biasanya.2272Please respect copyright.PENANAiajnHZh4dC
2272Please respect copyright.PENANAgxhI6qCO8v
Kami membahas banyak hal, mulai dari masa kecil Fajar yang ada kaitan denganku. Yang tentu saja langsung kucerca dengan beragam pertanyaan. Aku mengetahui sesuatu bahwa Fajar sudah menyimpan perasaan denganku sejak di bangku SMP. Aku sempat tertawa sebab bagaimana bisa anak SMP jatuh cinta kepada ibu rumah tangga sepertiku ini.2272Please respect copyright.PENANAc9p9sd233Z
2272Please respect copyright.PENANAxiY4the9PV
Aku juga bercerita bahwa aku menyukainya baru-baru ini. Dia bertanya kenapa aku menyukainya. Kujelaskan kalau aku merasa nyaman berada bersamanya, merasa diperlakukan dengan mesra. Fajar tersenyum dan kemudian kembali mengendus ketiakku. Remaja itu sungguh menyukai ketiakku.2272Please respect copyright.PENANAVyWiYy4TpM
2272Please respect copyright.PENANAGii2VjnUJK
Menjelang pukul 23.00, aku menyudahi aktivitas berbincang kami dan bangkit.2272Please respect copyright.PENANAQueIJWa4Vh
2272Please respect copyright.PENANAWLltmVpjPp
“Tante mau tidur dulu,” kataku kepadanya.2272Please respect copyright.PENANAjzzfcKp9l4
2272Please respect copyright.PENANAbw3ANC70ad
Terlihat wajahnya yang nampak kecewa. Aku terkekeh. “Besok lanjut lagi.”2272Please respect copyright.PENANAypbZxSWTYn
2272Please respect copyright.PENANA4lWnznC4Gl
“Tidur di sini aja, tan,” katanya. “Fajar janji deh gak macem-macem.” ia mengangkat kedua telapak tangannya setinggi kepala.2272Please respect copyright.PENANAG0dTp0IZMk
2272Please respect copyright.PENANADWaexPMoSR
“Tante gak bisa tidur di sofa,” kataku.2272Please respect copyright.PENANACWuswQ0Ky7
2272Please respect copyright.PENANATxENQTmjam
Fajar mendengus, kemudian bangkit dan mendekat ke arahku. “Boleh cium bibir?” tanyanya.2272Please respect copyright.PENANAPOXYHyk4hi
2272Please respect copyright.PENANAClrLuSiqdB
Aku mengangguk pelan dan memejamkan mata. Kemudian, Terasa bibirnya menyentuh bibirku. Kali ini tidak ada lumatan, murni bibir ketemu bibir.2272Please respect copyright.PENANAta10o7IHcX
2272Please respect copyright.PENANADUm8ycNy8e
“Selamat malam, Tan.” Fajar tersenyum ramah.2272Please respect copyright.PENANAoZOnmCoQmD
2272Please respect copyright.PENANADzueI96e0o
“malam juga, Jar.” Aku berbalik dan melangkah menuju kamarku. Sepanjang langkah, hatiku berbunga-bunga bagai mawar di taman para suci.2272Please respect copyright.PENANAXAKlUznkJg
2272Please respect copyright.PENANApZdmOOK6wA
***2272Please respect copyright.PENANA0VqVoYqriB
2272Please respect copyright.PENANATCq5GTcSOy
Minggu pagi menyapa dengan semburat cahaya. Aku terlihat cantik pagi ini, dengan gamis pink dan balutan hijab lebar yang menutupi kedua buah dadaku. Aku berdandan secukupnya, memoles bibir dan memberi sedikit taburan make-up di wajahku. Begitupun Fajar, dia tampak tampan dengan kaos hitam dan celana jeans panjang. Aku sengaja menyuruhnya memakai pakaian anakku, sebab, waktu kami berbincang semalam ia hendak untuk pulang dan mengambil baju ganti, karena sudah larut, aku cegah.2272Please respect copyright.PENANAQJsedWoQBB
2272Please respect copyright.PENANAOcSHZiGbAV
Sebelum berangkat pergi, seperti biasa aku dan ia ngopi terlebih dahulu di ruang tamu. Jam dinding menunjuk pukul 08.00, masih terlalu pagi untuk menuju gereja.2272Please respect copyright.PENANA74M7UwsnJC
2272Please respect copyright.PENANAJNvB4M90pY
“Tante gak risih, kan? kalau ke gereja bareng Fajar?” tanyanya dengan kaki yang tersilang.2272Please respect copyright.PENANAIwPJfcx8sH
2272Please respect copyright.PENANArRtOPaLBUx
“Dikit,” kataku jujur. “Kamu gak bisa apa balik kaya dulu?”2272Please respect copyright.PENANAvVdmcKP7AG
2272Please respect copyright.PENANAUXn32r43HI
Tentu saja Fajar mengerti apa yang kumaksud. Ia menggeleng, “Tante aja yang ikut aku, mau?”2272Please respect copyright.PENANAG6k7BiqETC
2272Please respect copyright.PENANA2JWEfcdGcI
Sontak aku memukul pelan bahunya. “Apaan sih, Jar!”2272Please respect copyright.PENANAivExoJ8qBI
2272Please respect copyright.PENANAGtwmO74Iyz
Fajar malah tertawa. “Bercanda, tan,” katanya sambil mengelus kepalaku. “Tapi kalau mau serius juga boleh.”2272Please respect copyright.PENANA4Jr3PqHppC
2272Please respect copyright.PENANA2qUga9dGwg
“Udah-udah,” kataku mencegah obrolan agar tidak berlanjut ke sembarang arah. “Ngobrol yang lain aja.”2272Please respect copyright.PENANApwzO78gEQS
2272Please respect copyright.PENANAa3TMoshmDT
Fajar berdehem. “Mau dinyanyiin lagi, Tan?”2272Please respect copyright.PENANAsrocRtrJF7
2272Please respect copyright.PENANAgUp4q53hO3
Aku menggangguk antusias.2272Please respect copyright.PENANAZHWZWYeL4R
2272Please respect copyright.PENANAnHJJq7ns5I
“Bentar.” Fajar beranjak berdiri dan melangkah menuju kamar anakku, lalu kembali duduk di sampingku dengan gitar di pangkuannya.2272Please respect copyright.PENANAmpa2CADW9P
2272Please respect copyright.PENANA5CWyHF4vs2
“Mau lagu apa? Tan?” Fajar membenarkan posisinya menghadapku, begitupun aku.2272Please respect copyright.PENANAp3WFVr2BCQ
2272Please respect copyright.PENANA6RHEZX0ibQ
Aku berfikir sejenak, lalu berkata, “Hujan di mimpi?”2272Please respect copyright.PENANAg9Nyt2jrl6
2272Please respect copyright.PENANA3KkeL7dApK
“Tante yang nyanyi, Fajar yang main gitarnya. Oke?”2272Please respect copyright.PENANAlIz1ysvPyR
2272Please respect copyright.PENANAhB7FXBT5CG
Aku mengangguk. Perlahan terdengar petikan senar yang begitu indah, setiap nada saling melengkapi. Petikannya bervariasi dalam chord B. Kemudian Fajar menatapku. Aku mengerti.2272Please respect copyright.PENANAvKfZgzRIxf
2272Please respect copyright.PENANAeZtOwL4X71
“Semesta bicara tanpa suara, semesta ia kadang buta aksara. Sepi itu indah, percayalah. membisu itu anugrah.” Aku bernyanyi mengikuti irama dawai yang ia petik.2272Please respect copyright.PENANAtzOfVEqpuG
2272Please respect copyright.PENANAS06umueT1d
“Seperti hadirmu di kala gempa, jujur dan tanpa bersandiwara. Teduhnya seperti hujan di mimpi, berdua kita berlari.” Aku memejamkan mata, menikmati setiap note-note yang berhamburan di ruang tamu.2272Please respect copyright.PENANA8XmjYJL9Mc
2272Please respect copyright.PENANAWvZ10YdupQ
“Semesta bergulir tak kenal aral. Seperti langkahmu menuju kaki langit. Seperti genangan akankah bertahan. Atau perlahan menjadi lautan.” Aku terus bernyanyi dengan senyum yang tak pudar menatapnya. Mata kami saling bertemu dan memancarkan sebuah cinta. Saling menggenggam dalam kesatuan nada, irama, dan tempo.2272Please respect copyright.PENANAkMGYb9pEUX
2272Please respect copyright.PENANAv5P8liUMTk
Petikannya kembali mengisi ruang di antara kami. Romansa menyentak bagai kekasih yang akan selalu abadi. Pada binar matanya aku melihat sebuah ketulusan, pada jemarinya aku bisa melihat note-note cinta yang beterbangan, membentuk sebuah lagu cinta. Lalu, ia mengakhiri permainan gitarnya dengan genjrengan cantik dalam chord B.2272Please respect copyright.PENANAJpZVI9oaKt
2272Please respect copyright.PENANAwPKC9VFt0G
Kemudian ia rebahkan gitar di sampingnya dan meraih tanganku. Bola matanya seakan ingin mengatakan sesuatu yang tercekat, yang tak bisa ia katakana.2272Please respect copyright.PENANAbrDIcToAJz
2272Please respect copyright.PENANAgBh7MyL0Y4
“Kenapa?” tanyaku.2272Please respect copyright.PENANAHDnegtb0HI
2272Please respect copyright.PENANASeLIADUZBL
Ia tak menjawab melainkan tersenyum. Aku menatapnya bingung. “kenapa?” tanyaku lagi.2272Please respect copyright.PENANAY41WX3fFFe
2272Please respect copyright.PENANAY0EyVg6UUp
Ia malah bangkit. “Yuk, Tan. Udah pukul Sembilan, nih.”2272Please respect copyright.PENANAqcwveNIBUU
2272Please respect copyright.PENANAjb68RRflHg
Aku melirik jam dinding dan bangkit. Kemudian kami melangkah keluar. Masuk ke dalam mobil. Ketika mobil menyala, Fajar menoleh ke arahku, dan bertanya. “Malam ini? boleh tidur bareng?”2272Please respect copyright.PENANAcskVZ329n8
2272Please respect copyright.PENANAKStbQIDLOR
Aku tertegun. “Liat nanti, ya,” kataku ragu.2272Please respect copyright.PENANAXzjVFN2Xjn
2272Please respect copyright.PENANAGOB28GN1gH
Fajar tidak berkata lagi. Perlahan mobil yang kami kendarai berjalan keluar halaman, melewati setiap rumah dan menghambur di jalanan raya.2272Please respect copyright.PENANAJiuNf33wHK
2272Please respect copyright.PENANArZCjpnfC9H
***2272Please respect copyright.PENANAjFvJchERwN
2272Please respect copyright.PENANADfGKJP93UP
Sesampainya di Gereja, Fajar memarkirkan mobil di antara hempitan mobil lain. Gereja tampak ramai, di pintu masuk berhamburan orang-orang yang akan menunaikan ibadah.2272Please respect copyright.PENANASXQpe9G288
2272Please respect copyright.PENANA3gHs1DCaMb
“Tunggu bentar ya, tan,” Kata Fajar sambil mematikan mobil.2272Please respect copyright.PENANA8qngWzWr1j
2272Please respect copyright.PENANAJhEm1Qmf5o
Aku menggangguk. Fajar membuka pintu mobil dan keluar. Dari kaca mobil aku bisa melihat ia masuk bersama yang lainnya. Jujur saja, ini kali pertama bagiku berada di gereja, walaupun hanya sekedar di halamannya.2272Please respect copyright.PENANAZfDPOyKG6U
2272Please respect copyright.PENANAaWozbxzkZC
Gereja ini berbentuk seperti rumah pada umumnya, hanya saja di bagian atasnya terdapat tanda salib. Dengan sepasang bangku lebar dan meja yang menjadi penengah, di samping pintu. Halaman termasuk luas. Di atas atap, terdapat menara tinggi yang ujungnya berbentuk setiga dengan aluminium yang berbentuk salib dipuncak menara.2272Please respect copyright.PENANAtkah4xCUwp
2272Please respect copyright.PENANAbDuhktxSTr
Sewaktu aku kecil, aku diajarkan Abiku (Ayah) untuk selalu menghargai perbedaan agama. Masuk ke dalam tempat ibadah umat lain engga apa-apa, mbak, asalkan keyakinan kita tetap sama Allah, begitulah Abiku sering berkata.2272Please respect copyright.PENANAndRgViglsw
2272Please respect copyright.PENANAS8pVhhL506
Perlahan terdengar suara mikrofon melengking, di susul dengan suara seorang pria berkhotbah. Sambil menunggu Fajar, aku berkutat dengan ponselku.2272Please respect copyright.PENANAsffndWnVxW
2272Please respect copyright.PENANA9fFnGZNVNJ
Tiga puluh menit berlalu, Terlihat orang-orang berhamburan keluar Gereja. Aku memandangi kerumunan, mencari apakah Fajar ada di antara kerumunan itu. Tapi, tak kunjung kutemukan ia. Mungkin ia masih berdoa, pikirku. Lalu, aku berselancar kembali di media sosial. Menit berlalu, aku semakin bosan sebab Fajar tak kunjung keluar.2272Please respect copyright.PENANApvKCbtRsgx
2272Please respect copyright.PENANAntQpMtgDJf
Tak lama kemudian, sosok yang kucari keluar dari pintu, tapi ia tidak sendirian. Ia bersama seorang pria tua yang pekiraanku berumur enam puluh tahunan, pria tua itu menggunakan jubah hitam dengan kalung salib yang melingkar di lehernya, yang kuyakini pastilah ia pendeta.2272Please respect copyright.PENANAGzkX1oTQfd
2272Please respect copyright.PENANAxBA6WHBrDt
Fajar tidak lekas kembali masuk mobil, ia bersama pendeta itu duduk di satu meja samping pintu, berhadapan. Dari dalam mobil, aku memandangi mereka yang sedang bercakap-cakap. Sesekali pendeta itu memukul pelan bahu Fajar sambil tertawa, pastilah perbincangan mereka asik sekali.2272Please respect copyright.PENANAquYuwOfYey
2272Please respect copyright.PENANAMPTKajZeAL
Maka, aku memilih untuk menunggu lagi. Aku memaklumi, mungkin hanya hari minggu saja Fajar bisa berbincang ria dengan pendeta itu.2272Please respect copyright.PENANARltWLMEvia
2272Please respect copyright.PENANAbSTmeMhNd2
15 menit berlalu. Fajar tidak hengkang atau menyudahi obrolan, malahan mereka semakin asik mengobrol. Aku yang memandangi mereka hanya bisa mendengus. Aku benci sekali jika menunggu, dan Fajar membuatku menunggu selama satu jam lebih.2272Please respect copyright.PENANA0ylE5vjDVD
2272Please respect copyright.PENANAfcxojTcGHX
Tak lama dari itu, mereka berdua menoleh ke arahku. Lalu Fajar bangkit dan melangkah menuju mobil. Aku bernafas lega, akhirnya ia kembali.2272Please respect copyright.PENANAGRKhk1Dv4F
2272Please respect copyright.PENANAtZCt1eoOHb
“Tan, keluar bentar, pak pendeta mau ngobrol.,” kata Fajar sambil menahan pintu mobil.2272Please respect copyright.PENANAjbdFh1KYJq
2272Please respect copyright.PENANAf7KjhHXH2X
Aku tercekat, menatap bingung Fajar. Lagian, bagaimana jika orang-orang melihat perempuan berjilbab sepertiku duduk di depan gereja. “Gak ah,” kataku.2272Please respect copyright.PENANAqzTHr5yrCl
2272Please respect copyright.PENANAo5iJWThUoo
Masih menahan pintu mobil Fajar berkata lagi, “Bentar doang, Tan. Lagian Fajar gak enak sama pak pendeta.”2272Please respect copyright.PENANAGQsdxOwCnE
2272Please respect copyright.PENANAg10yEbp1B7
Aku menggeleng, dan Fajar terus memaksaku. Remaja itu memang kerap memaksakan kehendak. Jika sudah begini, pastilah akan ribet. Aku berfikir sejenak. Kembali mengingat perkataan abiku. Sambil memutuskan aku menghela nafas dalam, lalu menggangguk pelan. Seketika itu Fajar tersenyum, lalu menutup pintu mobil dan melangkah kembali menuju bangku gereja.2272Please respect copyright.PENANAtOHaG0ncTn
2272Please respect copyright.PENANAnpBdtZxa2n
Aku membuka pintu mobil dan melangkahkan kakiku keluar. Untung saja gereja sudah sepi, mungkin hanya menyisakan kami bertiga. Lantas, aku melangkah menuju mereka dengan kikuk sambil menunduk.2272Please respect copyright.PENANAGryJfvyHot
2272Please respect copyright.PENANANt3bTwNAe1
“Selamat pagi,” kataku memberi salam sambil menunduk sopan di hadapan pendeta itu.2272Please respect copyright.PENANAttWfXiUx4o
2272Please respect copyright.PENANASraLm8Il70
Pendeta itu tersenyum. Agak kikuk aku duduk di samping Fajar, berhadapan dengan pendeta itu, dengan meja yang menjadi penengah di antara kami.2272Please respect copyright.PENANAdsgsZFYXCg
2272Please respect copyright.PENANAJQKzCQB62h
“Nak, Laras?” tanyanya sopan.2272Please respect copyright.PENANAw8EDUpERDw
2272Please respect copyright.PENANAhSdzPtkBPi
Aku tersenyum, “Iya, pak.”2272Please respect copyright.PENANA4yPy9Y3Efj
2272Please respect copyright.PENANAjc1XOeyzzl
“Pacarnya nak Fajar?” tanyanya, lagi.2272Please respect copyright.PENANAxjPAFaj4Q7
2272Please respect copyright.PENANAdHA3WVbF5f
Aku menoleh Fajar sekilas. Agaknya ia sudah memberitahu hubungan gelap kami. “Iya, pak,” kataku pelan. Merasa tidak nyaman.2272Please respect copyright.PENANA9c44g1pFBg
2272Please respect copyright.PENANAM77GEjcquf
“Calon istri juga, pak,” tambah Fajar. Sontak pendeta itu tertawa.2272Please respect copyright.PENANAnFAg1n9SsE
2272Please respect copyright.PENANAOMqwS3ODmh
Aku hanya bisa menatap kaki-kaki meja, suasana ini terasa canggung sekali.2272Please respect copyright.PENANAqrIbNTcPuV
2272Please respect copyright.PENANAXLj5PjbL2I
“Udah lama pacaran, nak?” tanya pendeta itu, lagi.2272Please respect copyright.PENANAJI60u5bHNe
2272Please respect copyright.PENANA7gBypjB2Cv
Aku hanya menggangguk. Fajar malah mengusap kepalaku yang sontak kuberi pelototan tajam. Bagaimana ia bisa bersikap tidak sopan di hadapan pendeta.2272Please respect copyright.PENANAQJDL4hxdjD
2272Please respect copyright.PENANAu8YJupQkLh
Pendeta itu hanya tersenyum memandangi kami. “Kalian cocok,” katanya.2272Please respect copyright.PENANAtNvpTGeXd5
2272Please respect copyright.PENANAJ55D4pWMlf
Fajar tersenyum dengan binar dimatanya. Mengiyakan. Sementara aku bergeming dan tidak merespon.2272Please respect copyright.PENANAvt5foQbjDa
2272Please respect copyright.PENANASI61K9FaHt
Jauh dari pikiranku, ternyata. Pendeta itu teramat sopan sekali. Awalnya memang terasa kaku, tapi kelamaan aku semakin terbiasa, dan kadang menimpali. Pendeta itu juga memberi kami wejangan berupa pemikiran. Ia juga tidak membenarkan hubungan gelap kami, melainkan memberi nasehat.2272Please respect copyright.PENANAmQDMHQ4djb
2272Please respect copyright.PENANAlUuZOYh3Fd
Yang aku suka dari pendeta itu adalah, ia tidak menasehatiku dengan ayat-ayat yang tercantum pada kitabnya, seakan ia menghargai keyakinanku. Begitupun aku. Seharusnya semua umat beragama harus seperti itu, saling menghargai dan tidak memaksakan pendapat. Mungkin, jika pemahaman seperti itu di terapkan, pastilah tanah air tercinta ini akan menjadi subur dan banyak cintanya.2272Please respect copyright.PENANAciukBlpMWC
2272Please respect copyright.PENANACy6obz9usC
Pak pendeta juga berkata kepada kami, bahwa jika hubungan kami akan serius dan masuk dalam jenjang pernikahan, maka, salah satu dari kami harus mengalah. Dan aku mengerti maksud dari mengalah itu.2272Please respect copyright.PENANA5LsVLRww7A
2272Please respect copyright.PENANAk40CwPkYhC
Lalu, Pendeta itu berkata kepada Fajar untuk selalu menghargaiku sebagai perempuannya. Yang langsung ku respond dengan anggukan mantap. Perempuan bukanlah objek. Perempuan adalah Rahim bumi yang melahirkan tanaman yang subur, begitulah pendeta itu berkata.2272Please respect copyright.PENANAVpaIIDgMDX
2272Please respect copyright.PENANAZkNrMnUpcp
Di akhir perbincangan kami, ketika aku dan Fajar hendak bangkit, pendeta itu menyodorkan alkitab. Jantung mempopa darah dengan cepar, dan timbul perasaan tidak nyaman. tanpa mengurangi rasa hormat kepadanya, aku tersenyum dan menyatukan kedua tanganku di depan dada.2272Please respect copyright.PENANAkGVyLVa9sb
2272Please respect copyright.PENANAWfKbJbYoEE
“Maaf, pak,” kataku. “Saya gak bisa nerimanya.”2272Please respect copyright.PENANA0DpGAZFvuI
2272Please respect copyright.PENANAzwIQNgFcf0
Pendeta itu tersenyum. “Nak, saya memberi alkitab ini bukanlah sebab agar kamu menghianati agamu. Melainkan untuk kamu belajar tentang agama yang lain.” Lalu ia merogoh kantung jubah satunya. “Bapak juga baca kitab kamu,” ia mengangkat kitabku.2272Please respect copyright.PENANA5qhkm0LZWk
2272Please respect copyright.PENANAhjFIrh5nIM
Aku memandangi alkitab yang ia sodorkan kepadaku. Sekilas kulirik Fajar. Fajar mengganguk. Sambil menghela nafas, kuraih alkitab di tangannya.2272Please respect copyright.PENANAbM0XhhazT7
2272Please respect copyright.PENANAPBErs1YoVq
“Baca, ya, nak.” Pendeta itu tersenyum. lalu memasukan kitabku di tangan satunya dalam kantung jubahnya.2272Please respect copyright.PENANAlMbiGrOFJC
2272Please respect copyright.PENANAgw3muz82GQ
Aku membalas senyumnya. “Makasih, pak,” kataku sambil memasukan alkitab dalam tas yang melingkar di bahuku.2272Please respect copyright.PENANAiNXJTX9RxM
2272Please respect copyright.PENANAqqS6hzPBbY
“Kami pulang duluan ya, pak,” Kata Fajar sambil menyalam punggung tangan pendeta itu. Aku ikutan menyalam punggung tangannya. Sebab mau apapun agamanya, aku diajarkan untuk selalu menghormati orang tua.Kemudian kami berbalik dan melangkah menuju mobil.2272Please respect copyright.PENANArj1MEdUpcV
2272Please respect copyright.PENANARDEffGixnT
terdengar suara mobil menyala, Fajar melirikku sekilas dan tersenyum. “Makasih, ya, tan.” Ia mengusap kepalaku mesra.2272Please respect copyright.PENANAMsFWdWAGBu
2272Please respect copyright.PENANA5iEUy7db6l
Aku membalas dengan tersenyum lebar.2272Please respect copyright.PENANADowRbDvoA3
2272Please respect copyright.PENANAtvw64eoWMp
***2272Please respect copyright.PENANA5PjugQFfIZ
2272Please respect copyright.PENANAmBeHecnuEp
Jalanan terlihat ramai. Motor saling menyalip-nyalip, berisik kendaraan terdengar dari kaca jendela yang tertutup. Dengan kecepatan pelan, aku memperhatikan setiap orang yang duduk santai di kedai-kedai tepian jalan. Sepang kekasih, sahabat, teman, saling menabur rindu di minggu pagi.2272Please respect copyright.PENANAE7kxkudKNC
2272Please respect copyright.PENANAHB1hDeh91k
Aku jadi teringat masa ketika awal pernikahanku. Dimas sering mengajakku berkunjung ke meseum. Aku tampak bahagia ketika itu. Kami saling bergandengan tangan bagai kekasih yang tak terpisahkan.2272Please respect copyright.PENANAOK7zGtkPGD
2272Please respect copyright.PENANAOI2CFhpPJ0
Memikirkannya membuatku merasa bersalah karena sudah menghianati cinta suci yang ia bangun. Aku juga menghianati anakku, entah apa yang dilakukannya jika ia mengetahui bahwa aku menjalin hubungan gelap dengan sahabatnya sendiri.2272Please respect copyright.PENANAleFBCb9Pxa
2272Please respect copyright.PENANAfbdtt1MAEO
Aku juga sempat terpikir untuk menyudahi hubungan gelap ini, terlanjur masih baru. Tapi, aku tidak bisa melakukannya. Ada sebuah hasrat penolakan dari diriku.2272Please respect copyright.PENANAxj4PcTJSTX
2272Please respect copyright.PENANAXZvU4lkoie
Lambat laun mobil kami menembus kerumunan jalanan. Fajar fokus menyetir. Lama kelamaan aku merasa bahwa Fajar sungguh tampan sekali, memandanginya membuatku terpesona.2272Please respect copyright.PENANAGDmA5nFzwr
2272Please respect copyright.PENANA9dg8Lj3qtk
“Masih lama, Jar?” tanyaku.2272Please respect copyright.PENANAEqK2xUPOq2
2272Please respect copyright.PENANATy0t3xkNeR
“Bentar lagi, Tan,” jawabnya.2272Please respect copyright.PENANAeJsv1J57Fj
2272Please respect copyright.PENANA4UyxXlXZDJ
Tiga puluh menit berlalu. Akhirnya, mobil yang kami kendarai terpakir di sebuah pantai di samping kedai minuman. Fajar keluar dari mobil, begitupun aku. Aku membentangkan pandangan, Pohon-pohon kelapa menjulang tinggi di pesisir pantai, desir ombak bergemuru, riuh suara pengunjung lain terdengar berisik.2272Please respect copyright.PENANAENgl7APKsd
2272Please respect copyright.PENANAZq8vVTr8vi
Kedai-kedai berjejer lurus dari sudut mata memandang. Fajar berdiri di sampingku. “Jar, pindah, ah, rame banget,” kataku.2272Please respect copyright.PENANAIT9Z6FLYfW
2272Please respect copyright.PENANAzRMyRzrbEp
“Fajar tau, kok, tempat yang sepi,” katanya. Kemudian ia melangkah menuju bagasi mobil. Lalu kembali dengan tas yang bertengger di punggungnya.2272Please respect copyright.PENANAaa72DROuC3
2272Please respect copyright.PENANAZ0UF053GSI
“Kamu bawa apaan?” tanyaku bingung.2272Please respect copyright.PENANABtb0FBKmgx
2272Please respect copyright.PENANACzElsvKkEx
“Perlengkapan buat piknik.”2272Please respect copyright.PENANAKzrS61yTbE
2272Please respect copyright.PENANAtVKp9GQLQQ
Aku mengganguk. Akuu tidah tahu bahwa Fajar telah menyiapkan perlengkapan, di tambah ia tidak memberitahuku akan ke pantai.2272Please respect copyright.PENANACThi2ZBM8C
2272Please respect copyright.PENANA262Kj0KLiQ
Kemudian kami melangkah di antara keramain orang. Penjual-penjual es, batagor, cilor, terlihat sepanjang kami melangkah. Fajar terlihat santai di sampingku. Ia tampak tinggi, membuatku harus mendongak memandanginya. Pastilah aku terlihat kecil jika berjalan di sampingnya.2272Please respect copyright.PENANAZKyPxj8ecM
2272Please respect copyright.PENANA1xeluLObQ8
Kami terus melangkah sampai pada akhirnya kami menapak kaki di pantai. Aku bisa merasakan tanah-tanah halus yang menghabur di kakiku. “Masih jauh?” tanyaku.2272Please respect copyright.PENANAw0Lm3yT74L
2272Please respect copyright.PENANAaSsrkyuxBg
Fajar menunujuk ke arah depan. Dari kejauhan aku melihat dua pohon kelapa yang pendek dan melengkung. Sepanjang perjalanan, kami berbasi-basi. Fajar menceritakan legenda pantai ini. Katanya, pantai ini adalah bekas dari meteroit yang jatuh ke bumi ratusan tahun silam, terbukti dengan adanya beberapa batu besar di tengah-tengah laut. Ia juga menjelaskan tentang pulau kecil yang jauh di tengah laut. Katanya, pulau itu menjadi tempat persingahan nelayan di malam harinya.2272Please respect copyright.PENANA6XZkJflIUn
2272Please respect copyright.PENANAz8Ol4BDq50
Gemuruh ombak semakin menyalak, aroma pasir tercium segar di cuping hidung. Angin-angin laut menemani kami sepanjang melangkah. Sampai pada akhirnya kami tiba dan menapak kaki di pesisir, di bawah pohon kelapa yang jaraknya tidak jauh dari kepalaku.2272Please respect copyright.PENANACK5E9RvKiB
2272Please respect copyright.PENANA54eP4T0hl3
Fajar menaruh tasnya di tanah. mambuka tasnya lalu mengeluarkan satu karpet lebar dan satu hammock. Ia membentangkan karpet di tanah, lalu mengingkat hammock di kedua pohon kelapa.2272Please respect copyright.PENANAWpkTaVtsQK
2272Please respect copyright.PENANAjMOgTldfUm
Aku lekas duduk di karpet, di susul Fajar. Kemudian ia mengeluarkan kompor gas Portable, serenceng kopi, panci kecil, dua cangkir, dan tiga botol aqua. ia sungguh sudah mempersiapkan ini semua.2272Please respect copyright.PENANAaYeTUQYRJK
2272Please respect copyright.PENANAX1vtoDxg4d
“Kamu excited banget, Jar.”2272Please respect copyright.PENANAepCaFx9Xee
2272Please respect copyright.PENANA6Sl1D83iak
“Iya, dong. Kalau sama tante persiapannya harus matang.” Fajar meletakan kompor portable di tanah, lalu memasang gas. Aku bergeser mendekat ke arahnya, membuat tubuh kami bersentuhan.2272Please respect copyright.PENANAiaMyciPPuw
2272Please respect copyright.PENANAwMpwTDvy5h
“Tante mau minta cium?” godanya dengan senyum yang terkulum.2272Please respect copyright.PENANAF21QgHoYLa
2272Please respect copyright.PENANAncblC7Cl2E
“Ih orang mau nolong.” Aku mengambil serenceng kopi dan membaginya menjadi dua. Lalu membuka satu persatu bungkus dan mengisinya ke dua gelang. Sementara Fajar memanaskan air.2272Please respect copyright.PENANAvMVUkcVZFK
2272Please respect copyright.PENANAwINwqpct0c
Sambil menunggu air mendidih kami fokus menatap lautan. Teduh rasanya, ombak-ombak bergoyang mengikuti irama angin. Burung-burung camar menari-menari mengikuti latunan ombak. Semilir angin menyapu wajah kami berdua.2272Please respect copyright.PENANAhigbyxOXE1
2272Please respect copyright.PENANASySX9UsFKO
“Fajar cinta banget sama tante,” katanya, lirih. Wajahnya terlihat meringis, ada campuran duka pada suaranya. kedua tangannya memeluk kedua kakinya, membuatnya terlihat seperti kanak-kanak.2272Please respect copyright.PENANA9kJo3U8aNP
2272Please respect copyright.PENANAs8Dw5B2ZP7
“Tante juga cinta sama Fajar.” Aku memandanginya. Mata kami bertemu. Cukup lama. sampai pada akhirnya ia mendaratkan bibirnya di bibirku. Aku memejamkan mata, membiarkan bibir kami saling menyapa di antara berisiknya ombak dan sepoi-sepoi angin pagi.2272Please respect copyright.PENANAj3cE5eaFMp
2272Please respect copyright.PENANAfZmRFh6ajO
Kami saling menatap kembali. Kini, ia pegangi kepalaku dengan kedua tangannya. Ia ciumi pipiku, kiri-kanan, bergantian. kurasakan ketulusan pada kecupannya. Terakhir, ia kecup keningku. Mesra sekali. Aku terbang bagai burung camar yang kulihat tadi, terbang bebas mengirama ombak.2272Please respect copyright.PENANArM3sODCL9c
2272Please respect copyright.PENANAIfJbvnqg7V
Kemesraan itu berakhir dengan gemercik air mendidih. Fajar mematikan kompor. Lalu menuangkan air ke dua gelas. Ia menganduk kopinya dan kopiku bergantian. Bersamanya, aku seperti dilayanin dengan sebaik-sebaik-nya.2272Please respect copyright.PENANAnlA6NswICW
2272Please respect copyright.PENANADSPVTWmoAX
Aku meraih gagang gelas. Bersamaan dengan sepoi angin, kusesap kopi hitam. Terasa enak di lidah. Sepanjang pernikahanku, tak pernah aku merasakan kenyamanan ini. Dan ini adalah kali pertamaku. Sungguh.2272Please respect copyright.PENANA3kQcEQDi7P
2272Please respect copyright.PENANAzW86n9mkX3
Tiba-tiba terdengar dering ponsel berbunyi. Aku mengeluarkan ponsel dari tasku, lalu menatap lekat layar ponsel yang bertuliskan: Abi. Aku menoleh ke Fajar sambil meletakan jari telunjukku di tengah bibir.2272Please respect copyright.PENANAQbhXe8hulV
2272Please respect copyright.PENANAN2TxPRNMaV
“Assamulaikum, bi,” kataku.2272Please respect copyright.PENANA9HHDVK2Dlg
2272Please respect copyright.PENANAoudVqISlqm
“Waalaikumsallam, umi,” terdengar suaranya di sebrang sana. “Umi lagi di mana? berisik banget.”2272Please respect copyright.PENANAOPxtwkF8jy
2272Please respect copyright.PENANADoKO9q2zrN
“Umi lagi di warung, nih. Sama Fajar,” jawabku, berbohong.2272Please respect copyright.PENANAYCzSSzhzJD
2272Please respect copyright.PENANA78H2AyHlPT
“Aawww,” aku memekik dan lekas menutup mulutku ketika kurasakan remasan di buah dadaku. Si pelaku malah tersenyum nakal. Aku memelotinya agar tidak kembali melakukan hal itu lagi.2272Please respect copyright.PENANAMOWaWSTvBb
2272Please respect copyright.PENANAS0pUEdFvsk
“Umi kenapa?”2272Please respect copyright.PENANACYCysp4mu9
2272Please respect copyright.PENANAmujBqTYJrG
“Eh, engga, Bi. Ini masakannya kepedasan,” elakku.2272Please respect copyright.PENANAEO8VcpywQS
2272Please respect copyright.PENANAarGStLrJkl
Bukannya mengerti, tangan Fajar malah masuk ke dalam gamisku dan membelai betisku. Aku mencoba menggeser betisku sambil terus berbincang dengan suamiku. Fajar malah semakin menjadi, ia mendekat ke arahku dan mengangku tanganku yang satunya. Lantas, ia endus ketiakku.2272Please respect copyright.PENANAD0QcV48wiy
2272Please respect copyright.PENANA6JYviaDxkM
“Umi Yang sabar ya, nunggu abi pulang.”2272Please respect copyright.PENANA6K14gOSGsT
2272Please respect copyright.PENANA5FjuykLJXp
“Iya, bi,” jawabku singkat.2272Please respect copyright.PENANATLgPpjIbbM
2272Please respect copyright.PENANARpwU1YoHCg
“Umi mau oleh-oleh, apa?”2272Please respect copyright.PENANAmEPYJWXktj
2272Please respect copyright.PENANASl92PNfECQ
“Terserah, bi.”2272Please respect copyright.PENANAUKLgliUTqU
2272Please respect copyright.PENANA9lwVdC60wV
Fajar semakin menjadi, tanganya berpindah mengelus perutku, sontak aku merasa geli. Tapi tidak ada niatan untuk menyuruhnya berhenti. Elusan tangannya di perutku, membuatku mengabaikan telepon dari suamiku.2272Please respect copyright.PENANA48AtoPzvgc
2272Please respect copyright.PENANA7LBuM1BnvB
Tindakannya semakin liar, perlahan ia remes buah dadaku dari balik gamis. Aku yang kepalang bosan menegurnya, akhirnya membiarkan. Remasannya semakin liar, membuatku harus menggigit bibir, menahan lenguhan agar tidak terkeluar.2272Please respect copyright.PENANALS2og7gmPP
2272Please respect copyright.PENANAQvevjtauDD
“Umi?”2272Please respect copyright.PENANAzgUgbE0dYR
2272Please respect copyright.PENANAqk1B5cTrTV
“Eh, iya, bi. Kenapa?” jawabku tergagap.
2272Please respect copyright.PENANAsYzB9DPQiv
Bersambung.
ns3.139.86.128da2