
# 4 Sentuhan demi sentuhan
1525Please respect copyright.PENANA1lOIJqeTG7
Pukul 18.28, setelah melaksanakan ibadah solat magrib, aku lekas kembali menuju ruang tamu, tapi tidak terlihat Fajar di sana. Aku membentangkan pandanganku ke seluruh penjuru ruang, mencari keberadaan remaja itu. Mungkin dia lagi keluar, pikirku. Kemudian aku beranjak menuju dapur dan memasak untuk makan malam.1525Please respect copyright.PENANALsDh77NGfn
1525Please respect copyright.PENANArSeYT2IcEa
Aku mengambil dua potong ayam dan meletakkannya di satu piring. minyak sudah terlebih dahulu ku panaskan. Tak lama kemudian, gemercik minyak terdengar Meletus-melutus. Kumasukkan satu persatu sepotong ayam, lalu membolak-balik-nya dengan hati-hati.1525Please respect copyright.PENANAEfftxVEH20
1525Please respect copyright.PENANAt7SZlLcn7l
Tiba-tiba aku merasakan tangan yang melingkar di pinggangku. Lalu terdengar bisik yang membuat bulu kuduk ku merinding, “Cie masak buat Fajar.” Aku menoleh ke belakang sekilas, lalu kembali fokus memasak dan membiarkan Fajar memelukku.1525Please respect copyright.PENANAFZETuXuBf1
1525Please respect copyright.PENANAIC6Xh4QWvg
Aku terus membolak-balik-kan ayam, sementara Fajar terus memelukku dan sesekali mencium pipiku. Tapi, lama-kelamaan aku bisa merasakan kemaluan Fajar yang bergesekan dengan pantatku.1525Please respect copyright.PENANA47UmGzbl0r
1525Please respect copyright.PENANAHzxG8QdxDl
“Jar, Ih, tante lagi masak,” kataku.1525Please respect copyright.PENANA4nrvPuXE77
1525Please respect copyright.PENANAIyO0nZkHb4
Fajar malah terkekeh, “Badan tante semok banget,” bisiknya di telingaku.1525Please respect copyright.PENANAhhw58jhcqb
1525Please respect copyright.PENANANKWMX6mjnL
Jujur saja aku merasa bangga apabila di puji seperti itu. Harus ku akui bahwa tubuhku lumayan berisi, hanya saja cara berpakaian ku yang agamis yang membuat lekuk tubuhku tertutupi.1525Please respect copyright.PENANAIgFMM5oR4r
1525Please respect copyright.PENANAPftS6lThI8
Aku menggeser tubuhku dan meraih dua piring di selorok atas. “Jar, udahan,” kataku lagi.1525Please respect copyright.PENANAx1muXY4Ih2
1525Please respect copyright.PENANAGy39bNaHBA
Fajar beranjak menjauh lalu duduk di meja makan. Kemudian aku meletakan satu persatu ayam di kedua piring, dan mengambil nasi di kosmos samping. Aku melangkah ke meja makan dengan dua piring di kedua tanganku.1525Please respect copyright.PENANAIRYOt8jkqq
1525Please respect copyright.PENANAt6Zzl7Ph6H
“Ayo, makan,” kataku sambil meletakan satu piring di hadapannya.1525Please respect copyright.PENANAjQYJpAPt1g
1525Please respect copyright.PENANA6fbWOhs6xv
Fajar malah tersenyum menatapku. Aku memicingkan mata dan menatapnya kembali. “Kenapa?” kataku agak garang.1525Please respect copyright.PENANAXwL9QP7VEi
1525Please respect copyright.PENANAjZulzZWJwu
Fajar terkekeh. “Tante imut banget.”1525Please respect copyright.PENANAX2hs6quLXD
1525Please respect copyright.PENANAF3db16kuSg
Sontak kedua pipiku merona. Remaja itu selalu saja menggombal. “Udah-udah, makan, nanti ngomongnya.”1525Please respect copyright.PENANAXZHYt3AsMw
1525Please respect copyright.PENANAFaGgADrhAh
“iya, sayang,” kata Fajar.1525Please respect copyright.PENANAjO1fFkZDMJ
1525Please respect copyright.PENANApqDottmyrv
Aku semakin merona. Panggilan sayang yang diucapaknnya mampu membuat degup jantungku tak karuan. Kemudian, kami menyantap makanan masing-masing. Suara sendok dan piring menjamu keheningan.1525Please respect copyright.PENANAbIsjW3dVLf
1525Please respect copyright.PENANAuWeylA698k
Tidak lama kemudian lauk habis tak tersisa. Aku menuangkan air di gelasku dan Fajar dan meminumnya.1525Please respect copyright.PENANAtl9ZY7qy2g
1525Please respect copyright.PENANAGjfUjIQ3HZ
Fajar beranjak berdiri. “Main ps yuk tan di kamar Adit,” ajaknya.1525Please respect copyright.PENANA2un9dvBXCD
1525Please respect copyright.PENANAUJk2X4Rhk6
Aku menggeleng. “Bosan, ih.”1525Please respect copyright.PENANAM6RGwkEswe
1525Please respect copyright.PENANAzORg5Jypm8
“Ngobrol aja di ruang tamu.”1525Please respect copyright.PENANAAxlbayxfi1
1525Please respect copyright.PENANATOqUJ7kRIt
Aku mengganguk lalu melangkah di belakangnya. Kami duduk bersampingan di sofa. Seperti biasa Fajar melingkarkan tangannya di bahuku. Aku merasa sudah biasa atas perlakuannya yang manja seperti ini.1525Please respect copyright.PENANAR7uSbgNv96
1525Please respect copyright.PENANAA1INVYl3yx
“Mau ngopi lagi, Jar?” tanyaku.1525Please respect copyright.PENANAay92lx38sR
1525Please respect copyright.PENANAG6m0QqnxAN
Fajar menggangguk. Aku hendak bangkit, tapi kemudian ia menahan lenganku. “Fajar aja yang bikin, tan.” Katanya.1525Please respect copyright.PENANAANQTbkqHi9
1525Please respect copyright.PENANANJip2COnWC
Aku tersenyum dan mengganguk. Lantas Fajar berdiri dan berjalan menuju dapur. Ada perasaan hangat ketika aku melihat punggungnya, sebuah perasaan yang sedikit bisa ku jelaskan, bahwa itu adalah percikan cinta yang timbul di hatiku.1525Please respect copyright.PENANAPjtoNz9Y1d
1525Please respect copyright.PENANAkjmBCEziRG
Ya, aku mecintainya, tapi aku juga mencintai semuaku. Memang kontradiktif, tapi itu apaadanya. Mungkin jika orangtuaku mengetahui yang kuperbuat sekarang pastilah mereka akan memukulku sebab yang kulakukan adalah dosa yang besar, berselingkuh sekligus berzina.1525Please respect copyright.PENANAyKWClmRKkt
1525Please respect copyright.PENANAaNS6dKe9AW
Selain itu, aku juga merasa teramat bersalah kepada suamiku. Tapi, entah kenapa, hasrat untuk bersama Fajar lebih kuat daripada dosa. Aku sedikit bingung, tak pernah sebelumnya aku melakukan hal seperti ini. Pun, aku terdidik dari kalangan yang agamis yang selalu mengajarkan moral dan etika sesuai agama.1525Please respect copyright.PENANAXzqUdj2fUR
1525Please respect copyright.PENANAYIFRMuIyMH
Semoga tuhan bisa memaafkan apa yang kuperbuat, mau bagaimanapun juga, aku masih percaya kepada-Nya, meskipun aku melakukan tindakan yang dilarangnya.1525Please respect copyright.PENANAOlDxFBbDvS
1525Please respect copyright.PENANAHrXu12tjx9
Fajar datang dengan dua cangkir gelas yang ia pegang dengan kedua jari jempol dan telunjuknya. Ia duduk di sampingku sambil meletekan kopi. Aku memandanginya, alisnya tebal bagai bulu buruang, hidungnya mancung, tubuhnya tegap, yang membuatku kagum adalah rahangnya yang tampak mengeras. Kupikir pastilah ia sering berolahraga.1525Please respect copyright.PENANAI0fnqchnOi
1525Please respect copyright.PENANAWpfNjRSFkE
Kalau aku sendiri memiliki tubuh yang bagiku lumayan ideal. Tidak gemuk dan juga tidak kurus. Mata bidadari, begitulah Abiku sering berkata, sebab bola mataku besar. Hidungku sedikit mancung walaupun tak semancung Fajar. Aku sedikit bermasalah di tinggi badan, bukan berarti aku pendek. Untuk ukuran perempuan bisa dibilang tinggi rata-rata perempuan Indonesia.1525Please respect copyright.PENANA6vli7hf6RS
1525Please respect copyright.PENANAFZtydflQ6C
Kulitku putih, sejak SMA aku memang sering merawat wajahku, tak heran jika dahulu banyak lelaki yang mendekatiku dengan berbagai cara, ada yang dengan cara memamerkan hartanya, ada juga yang hanya bermodal tampang, tapi tak satupun kupilih, lagian masa-masa SMA aku tidak tertarik untuk pacaran. Dosa.1525Please respect copyright.PENANA39AxGaYXb5
1525Please respect copyright.PENANACNumOCrORU
Aku menyesap kopiku sambil memejamkan mata. Kopi memang sahabat terbaik di segala keadaan. Ketika bahagia, sedih, gunda, kadang semua itu bisa diatasi dengan secangkir kopi, atau saat sedang berselingkuh seperti yang kulakukan sekarang ini.1525Please respect copyright.PENANACZ5ofTF9kc
1525Please respect copyright.PENANA16gwjYU6Tm
“Tan, besok jalan-jalan, yuk.” Fajar membuka obrolan.1525Please respect copyright.PENANATCDOZVjHX4
1525Please respect copyright.PENANAQ20N1JwKKH
“Ke mana?”1525Please respect copyright.PENANA4P3f0kvgbm
1525Please respect copyright.PENANAEPtK0vVXt3
Fajar terlihat berpikir. “Tante mau ke mana?”1525Please respect copyright.PENANA3InDJUBHV5
1525Please respect copyright.PENANAkAchgQG88U
“Tante ikut aja, sih.”1525Please respect copyright.PENANAo9jIICQEY9
1525Please respect copyright.PENANAVblhNv0THE
“Tapi temenin Fajar ke gereja bentar, ya?”1525Please respect copyright.PENANAXcAFVfDL5y
1525Please respect copyright.PENANABYYoetsD3X
Ludah berhenti di teggoralkan. Aku melupakan sesuatu, kalau Fajar tidak beragama islam. Selintas aku merasakan ketidaknyaman.1525Please respect copyright.PENANAI8FXcd20If
1525Please respect copyright.PENANArjW0y8aBya
“Tan?” tanyanya lagi.1525Please respect copyright.PENANAc1gN8webga
1525Please respect copyright.PENANASF3jxWgOkv
Aku ragu untuk menjawab iya.1525Please respect copyright.PENANAoQCKggmCR7
1525Please respect copyright.PENANAkFMmTBJhBi
“Gimana, Tan?” ia terus bertanya.1525Please respect copyright.PENANAh5w0JA5GF5
1525Please respect copyright.PENANAC0xlOpgl1O
Aku menghela nafas sebelum memutuskan. “Tapi tante di mobil aja, ya. Engga sampe masuk,” kataku. Mau bagaimanapun aku tetap memiliki keyakinan tersendiri. Begitupun Fajar, perbedaan agama di antara kami tidak membuatku harus memaksakan kehendakku dan sebaliknya.1525Please respect copyright.PENANAlcr7ne3Goh
1525Please respect copyright.PENANAmLH4YGsPKq
Fajar tersenyum. “Iya tante sayang.”1525Please respect copyright.PENANAWDZ27cPYdQ
1525Please respect copyright.PENANA4BJBC6tDIW
Lalu kami jatuh dalam sebuah obrolan yang panjang, selama mengobrol aku bisa merasakan kehangatan pada suaranya. suara yang sedikit berat. Terlebih ekspresinya ketika berbicara, seperti aku berada di pandang rumput yang luas dengan sepoi-sepoi angin. Di tambah dengan tuturnya yang begitu lembut.1525Please respect copyright.PENANAiGHfBz6Z1S
1525Please respect copyright.PENANAO2MgZugtLi
Selama mengobrol aku senyam-senyum sendiri, antara kagum dan juga heran. Heran mengapa remaja setampan Fajar bisa-bisa-nya jatuh cinta kepadaku. Padahal perbedaan usia kami terpaut jauh.1525Please respect copyright.PENANAgy33b96lZE
1525Please respect copyright.PENANAhZ0CkXUQXV
Lambat laun semakin malam. Aku sempat terlena untuk melaksanakan Solat Isya. Ketika aku hendak bangkit, Fajar menahan lenganku dan bilang, Nanti aja, Tan, ngobrol dulu, lagian tenggat waktu solat isya panjang.1525Please respect copyright.PENANAP3hdUGJNCS
1525Please respect copyright.PENANAb05sbpKXWs
Entah kenapa aku mengiyakan dan duduk kembali. Tak seperti biasanya, biasanya saat adzan berkumandang, aku segera menunaikan ibadah.1525Please respect copyright.PENANAQpS7b5vzdd
1525Please respect copyright.PENANAX9K510u5oU
Lalu, kami kembali jatuh dalam obrolan. Fajar bercerita bahwa dia butuh waktu tiga bulan untuk menabung dan membelikan cicin yang terlingkar di jari manisku. Aku sempat untuk mengembalikannya, merasa tidak enak. Tapi Fajar mencegahku dan bilang, pemberian gak bisa ambil kembali. Fajar juga menambahkan bahwa aku harus terus memakai cincin pemberiannya. Lalu aku bilang, kalau suamiku tau gimana? Fajar menjelaskan, bilang aja kalau aku beli sendiri. Aku mengiyakan saja.1525Please respect copyright.PENANAMH6v2pqFcr
1525Please respect copyright.PENANAYr0SNh3BBk
Malam semakin menyalak. Kami terus bersatu dalam obrolan. Sesekali Fajar mencium pipiku, sesekali juga ia mengendus area ketiakku. Perlahan aku mulai terbiasa. Kami tampak seperti pasangan suami-istri, di tambah dengan keadaan rumahku yang menyisakan kami berdua. Saksi daripada perselingkuhanku.1525Please respect copyright.PENANAw9PaIzmD5U
1525Please respect copyright.PENANA1TwHqbWcWR
Aku melirik jam dinding, pukul 22.01, biasanya jam segini aku sudah berada dalam mimpi. Tapi, mengobrol dengan Fajar terasa begitu mengasikan, maka kuputuskan untuk tidur agak lama dari biasanya.1525Please respect copyright.PENANAhBzFU4bxJP
1525Please respect copyright.PENANAvMTQNcQeEb
Kami membahas banyak hal, mulai dari masa kecil Fajar yang ada kaitan denganku. Yang tentu saja langsung kucerca dengan beragam pertanyaan. Aku mengetahui sesuatu bahwa Fajar sudah menyimpan perasaan denganku sejak di bangku SMP. Aku sempat tertawa sebab bagaimana bisa anak SMP jatuh cinta kepada ibu rumah tangga sepertiku ini.1525Please respect copyright.PENANAUhxdyNvrmE
1525Please respect copyright.PENANARhUnRZEifN
Aku juga bercerita bahwa aku menyukainya baru-baru ini. Dia bertanya kenapa aku menyukainya. Kujelaskan kalau aku merasa nyaman berada bersamanya, merasa diperlakukan dengan mesra. Fajar tersenyum dan kemudian kembali mengendus ketiakku. Remaja itu sungguh menyukai ketiakku.1525Please respect copyright.PENANAQH395XPXcm
1525Please respect copyright.PENANAlpON8fTMDB
Menjelang pukul 23.00, aku menyudahi aktivitas berbincang kami dan bangkit.1525Please respect copyright.PENANAJSZtnqb8R7
1525Please respect copyright.PENANAnv6kRh0rtr
“Tante mau tidur dulu,” kataku kepadanya.1525Please respect copyright.PENANAryzvjGV2ot
1525Please respect copyright.PENANAZxMXgPP9VC
Terlihat wajahnya yang nampak kecewa. Aku terkekeh. “Besok lanjut lagi.”1525Please respect copyright.PENANAHU3g5ml5K6
1525Please respect copyright.PENANAh8gpKOZ2Zu
“Tidur di sini aja, tan,” katanya. “Fajar janji deh gak macem-macem.” ia mengangkat kedua telapak tangannya setinggi kepala.1525Please respect copyright.PENANAPsLBSMNNwY
1525Please respect copyright.PENANAfKu1aY3krw
“Tante gak bisa tidur di sofa,” kataku.1525Please respect copyright.PENANAKc8bB1IWXA
1525Please respect copyright.PENANAx18crcshly
Fajar mendengus, kemudian bangkit dan mendekat ke arahku. “Boleh cium bibir?” tanyanya.1525Please respect copyright.PENANA2XV3gz6G8w
1525Please respect copyright.PENANAz5SYpzXT53
Aku mengangguk pelan dan memejamkan mata. Kemudian, Terasa bibirnya menyentuh bibirku. Kali ini tidak ada lumatan, murni bibir ketemu bibir.1525Please respect copyright.PENANATeaL5GqP4i
1525Please respect copyright.PENANA13O9SpzlK2
“Selamat malam, Tan.” Fajar tersenyum ramah.1525Please respect copyright.PENANAGsZVCi3ZUs
1525Please respect copyright.PENANAWkau0wlDJa
“malam juga, Jar.” Aku berbalik dan melangkah menuju kamarku. Sepanjang langkah, hatiku berbunga-bunga bagai mawar di taman para suci.1525Please respect copyright.PENANAuUOnnMWFH4
1525Please respect copyright.PENANATmmZnzFwJX
***1525Please respect copyright.PENANASVzFyc8tbO
1525Please respect copyright.PENANAxuilQPvN7M
Minggu pagi menyapa dengan semburat cahaya. Aku terlihat cantik pagi ini, dengan gamis pink dan balutan hijab lebar yang menutupi kedua buah dadaku. Aku berdandan secukupnya, memoles bibir dan memberi sedikit taburan make-up di wajahku. Begitupun Fajar, dia tampak tampan dengan kaos hitam dan celana jeans panjang. Aku sengaja menyuruhnya memakai pakaian anakku, sebab, waktu kami berbincang semalam ia hendak untuk pulang dan mengambil baju ganti, karena sudah larut, aku cegah.1525Please respect copyright.PENANAGs0MxoFLks
1525Please respect copyright.PENANAzmPRIO5Xjf
Sebelum berangkat pergi, seperti biasa aku dan ia ngopi terlebih dahulu di ruang tamu. Jam dinding menunjuk pukul 08.00, masih terlalu pagi untuk menuju gereja.1525Please respect copyright.PENANAaPojeAOfAR
1525Please respect copyright.PENANAeY616KeO4j
“Tante gak risih, kan? kalau ke gereja bareng Fajar?” tanyanya dengan kaki yang tersilang.1525Please respect copyright.PENANAER8d1DfsbE
1525Please respect copyright.PENANAOh7bQc8NRG
“Dikit,” kataku jujur. “Kamu gak bisa apa balik kaya dulu?”1525Please respect copyright.PENANAzCapVNIzSz
1525Please respect copyright.PENANAV8I1rGRUXl
Tentu saja Fajar mengerti apa yang kumaksud. Ia menggeleng, “Tante aja yang ikut aku, mau?”1525Please respect copyright.PENANAnsyeL9pLBv
1525Please respect copyright.PENANArFBbDZcSTX
Sontak aku memukul pelan bahunya. “Apaan sih, Jar!”1525Please respect copyright.PENANAaCOpLvdr3a
1525Please respect copyright.PENANAFrNPgAL2nE
Fajar malah tertawa. “Bercanda, tan,” katanya sambil mengelus kepalaku. “Tapi kalau mau serius juga boleh.”1525Please respect copyright.PENANA0aWH5kKkpH
1525Please respect copyright.PENANAfFU8I4dfXg
“Udah-udah,” kataku mencegah obrolan agar tidak berlanjut ke sembarang arah. “Ngobrol yang lain aja.”1525Please respect copyright.PENANAGzPs0GCqDc
1525Please respect copyright.PENANAL3Ookh8hRa
Fajar berdehem. “Mau dinyanyiin lagi, Tan?”1525Please respect copyright.PENANAxxwCjPbKNE
1525Please respect copyright.PENANAIHCZPXgslf
Aku menggangguk antusias.1525Please respect copyright.PENANAttnTnAHzKJ
1525Please respect copyright.PENANA8mQvqvtz3E
“Bentar.” Fajar beranjak berdiri dan melangkah menuju kamar anakku, lalu kembali duduk di sampingku dengan gitar di pangkuannya.1525Please respect copyright.PENANAlIU306BEJk
1525Please respect copyright.PENANAXBfSSUilPa
“Mau lagu apa? Tan?” Fajar membenarkan posisinya menghadapku, begitupun aku.1525Please respect copyright.PENANAnPTxXi2Z4w
1525Please respect copyright.PENANAjkgI4xMwzg
Aku berfikir sejenak, lalu berkata, “Hujan di mimpi?”1525Please respect copyright.PENANAMtOHaj2AGQ
1525Please respect copyright.PENANAfGO2WCb6nw
“Tante yang nyanyi, Fajar yang main gitarnya. Oke?”1525Please respect copyright.PENANAlNWXit6Obn
1525Please respect copyright.PENANARNvnfzZRlQ
Aku mengangguk. Perlahan terdengar petikan senar yang begitu indah, setiap nada saling melengkapi. Petikannya bervariasi dalam chord B. Kemudian Fajar menatapku. Aku mengerti.1525Please respect copyright.PENANALzi3m2gjoL
1525Please respect copyright.PENANAZo4rshJIvf
“Semesta bicara tanpa suara, semesta ia kadang buta aksara. Sepi itu indah, percayalah. membisu itu anugrah.” Aku bernyanyi mengikuti irama dawai yang ia petik.1525Please respect copyright.PENANAx8hJZMSusi
1525Please respect copyright.PENANAoBzcdmtGdP
“Seperti hadirmu di kala gempa, jujur dan tanpa bersandiwara. Teduhnya seperti hujan di mimpi, berdua kita berlari.” Aku memejamkan mata, menikmati setiap note-note yang berhamburan di ruang tamu.1525Please respect copyright.PENANAVfTtDiA43W
1525Please respect copyright.PENANAQKMBqdHv8C
“Semesta bergulir tak kenal aral. Seperti langkahmu menuju kaki langit. Seperti genangan akankah bertahan. Atau perlahan menjadi lautan.” Aku terus bernyanyi dengan senyum yang tak pudar menatapnya. Mata kami saling bertemu dan memancarkan sebuah cinta. Saling menggenggam dalam kesatuan nada, irama, dan tempo.1525Please respect copyright.PENANA6VpL8mJ1vQ
1525Please respect copyright.PENANACpq2nVxYVd
Petikannya kembali mengisi ruang di antara kami. Romansa menyentak bagai kekasih yang akan selalu abadi. Pada binar matanya aku melihat sebuah ketulusan, pada jemarinya aku bisa melihat note-note cinta yang beterbangan, membentuk sebuah lagu cinta. Lalu, ia mengakhiri permainan gitarnya dengan genjrengan cantik dalam chord B.1525Please respect copyright.PENANAjkNnbswoHj
1525Please respect copyright.PENANAqJwO5p8gSt
Kemudian ia rebahkan gitar di sampingnya dan meraih tanganku. Bola matanya seakan ingin mengatakan sesuatu yang tercekat, yang tak bisa ia katakana.1525Please respect copyright.PENANAIXL29voXcV
1525Please respect copyright.PENANAtfyjht9tKl
“Kenapa?” tanyaku.1525Please respect copyright.PENANABMTWWaojX9
1525Please respect copyright.PENANAnZ7QxnXKHT
Ia tak menjawab melainkan tersenyum. Aku menatapnya bingung. “kenapa?” tanyaku lagi.1525Please respect copyright.PENANAGrfnRChmVT
1525Please respect copyright.PENANAzllr35yUb5
Ia malah bangkit. “Yuk, Tan. Udah pukul Sembilan, nih.”1525Please respect copyright.PENANAqwYAdItLjG
1525Please respect copyright.PENANArFfBG5eLzo
Aku melirik jam dinding dan bangkit. Kemudian kami melangkah keluar. Masuk ke dalam mobil. Ketika mobil menyala, Fajar menoleh ke arahku, dan bertanya. “Malam ini? boleh tidur bareng?”1525Please respect copyright.PENANA6DADEfF6rf
1525Please respect copyright.PENANAjUofSfVPqR
Aku tertegun. “Liat nanti, ya,” kataku ragu.1525Please respect copyright.PENANAQ8USYDdXhM
1525Please respect copyright.PENANAfHi7ab2rra
Fajar tidak berkata lagi. Perlahan mobil yang kami kendarai berjalan keluar halaman, melewati setiap rumah dan menghambur di jalanan raya.1525Please respect copyright.PENANAxkoMRbXNQx
1525Please respect copyright.PENANArfFQH4ureZ
***1525Please respect copyright.PENANAJzy1q8BgZY
1525Please respect copyright.PENANAiSfDlLt07p
Sesampainya di Gereja, Fajar memarkirkan mobil di antara hempitan mobil lain. Gereja tampak ramai, di pintu masuk berhamburan orang-orang yang akan menunaikan ibadah.1525Please respect copyright.PENANAhGxxnSjI2C
1525Please respect copyright.PENANAjtQXOlFhJi
“Tunggu bentar ya, tan,” Kata Fajar sambil mematikan mobil.1525Please respect copyright.PENANAnWyqJKRAsS
1525Please respect copyright.PENANA93ZHE641Zo
Aku menggangguk. Fajar membuka pintu mobil dan keluar. Dari kaca mobil aku bisa melihat ia masuk bersama yang lainnya. Jujur saja, ini kali pertama bagiku berada di gereja, walaupun hanya sekedar di halamannya.1525Please respect copyright.PENANAZx7l4xHyTA
1525Please respect copyright.PENANAN6VQkvkk1R
Gereja ini berbentuk seperti rumah pada umumnya, hanya saja di bagian atasnya terdapat tanda salib. Dengan sepasang bangku lebar dan meja yang menjadi penengah, di samping pintu. Halaman termasuk luas. Di atas atap, terdapat menara tinggi yang ujungnya berbentuk setiga dengan aluminium yang berbentuk salib dipuncak menara.1525Please respect copyright.PENANAsUBm3CXuwU
1525Please respect copyright.PENANA0ts01hPs8W
Sewaktu aku kecil, aku diajarkan Abiku (Ayah) untuk selalu menghargai perbedaan agama. Masuk ke dalam tempat ibadah umat lain engga apa-apa, mbak, asalkan keyakinan kita tetap sama Allah, begitulah Abiku sering berkata.1525Please respect copyright.PENANAtHXtNZH03U
1525Please respect copyright.PENANAJIKGWDoFel
Perlahan terdengar suara mikrofon melengking, di susul dengan suara seorang pria berkhotbah. Sambil menunggu Fajar, aku berkutat dengan ponselku.1525Please respect copyright.PENANAZEZORrOQPT
1525Please respect copyright.PENANAoFfHPpGSXE
Tiga puluh menit berlalu, Terlihat orang-orang berhamburan keluar Gereja. Aku memandangi kerumunan, mencari apakah Fajar ada di antara kerumunan itu. Tapi, tak kunjung kutemukan ia. Mungkin ia masih berdoa, pikirku. Lalu, aku berselancar kembali di media sosial. Menit berlalu, aku semakin bosan sebab Fajar tak kunjung keluar.1525Please respect copyright.PENANAdskxL7NkG7
1525Please respect copyright.PENANAcN51gMCbWB
Tak lama kemudian, sosok yang kucari keluar dari pintu, tapi ia tidak sendirian. Ia bersama seorang pria tua yang pekiraanku berumur enam puluh tahunan, pria tua itu menggunakan jubah hitam dengan kalung salib yang melingkar di lehernya, yang kuyakini pastilah ia pendeta.1525Please respect copyright.PENANAPXu3LlePbD
1525Please respect copyright.PENANAmgzYfgmc45
Fajar tidak lekas kembali masuk mobil, ia bersama pendeta itu duduk di satu meja samping pintu, berhadapan. Dari dalam mobil, aku memandangi mereka yang sedang bercakap-cakap. Sesekali pendeta itu memukul pelan bahu Fajar sambil tertawa, pastilah perbincangan mereka asik sekali.1525Please respect copyright.PENANAh7c3lhe1Ut
1525Please respect copyright.PENANAgV994qib4B
Maka, aku memilih untuk menunggu lagi. Aku memaklumi, mungkin hanya hari minggu saja Fajar bisa berbincang ria dengan pendeta itu.1525Please respect copyright.PENANAJ9mUt4RI6m
1525Please respect copyright.PENANA9tRCyfwjD8
15 menit berlalu. Fajar tidak hengkang atau menyudahi obrolan, malahan mereka semakin asik mengobrol. Aku yang memandangi mereka hanya bisa mendengus. Aku benci sekali jika menunggu, dan Fajar membuatku menunggu selama satu jam lebih.1525Please respect copyright.PENANAWvruNPjhS2
1525Please respect copyright.PENANAzfs7mMlNfd
Tak lama dari itu, mereka berdua menoleh ke arahku. Lalu Fajar bangkit dan melangkah menuju mobil. Aku bernafas lega, akhirnya ia kembali.1525Please respect copyright.PENANAZbu1xU55yr
1525Please respect copyright.PENANAgUQZ4d8vHT
“Tan, keluar bentar, pak pendeta mau ngobrol.,” kata Fajar sambil menahan pintu mobil.1525Please respect copyright.PENANAyMrjck23SS
1525Please respect copyright.PENANAWndJOxzfPT
Aku tercekat, menatap bingung Fajar. Lagian, bagaimana jika orang-orang melihat perempuan berjilbab sepertiku duduk di depan gereja. “Gak ah,” kataku.1525Please respect copyright.PENANASyrVk4tHye
1525Please respect copyright.PENANAunCLhkK7DW
Masih menahan pintu mobil Fajar berkata lagi, “Bentar doang, Tan. Lagian Fajar gak enak sama pak pendeta.”1525Please respect copyright.PENANAeECiCbbwcS
1525Please respect copyright.PENANAWrwRA9D1Ol
Aku menggeleng, dan Fajar terus memaksaku. Remaja itu memang kerap memaksakan kehendak. Jika sudah begini, pastilah akan ribet. Aku berfikir sejenak. Kembali mengingat perkataan abiku. Sambil memutuskan aku menghela nafas dalam, lalu menggangguk pelan. Seketika itu Fajar tersenyum, lalu menutup pintu mobil dan melangkah kembali menuju bangku gereja.1525Please respect copyright.PENANADIrwdIe9Mi
1525Please respect copyright.PENANAaJGvikHE4Q
Aku membuka pintu mobil dan melangkahkan kakiku keluar. Untung saja gereja sudah sepi, mungkin hanya menyisakan kami bertiga. Lantas, aku melangkah menuju mereka dengan kikuk sambil menunduk.1525Please respect copyright.PENANAtDS1C9Zs5o
1525Please respect copyright.PENANA9dAOOOEUJC
“Selamat pagi,” kataku memberi salam sambil menunduk sopan di hadapan pendeta itu.1525Please respect copyright.PENANANvjHIl8DkX
1525Please respect copyright.PENANAGsDvQDVn11
Pendeta itu tersenyum. Agak kikuk aku duduk di samping Fajar, berhadapan dengan pendeta itu, dengan meja yang menjadi penengah di antara kami.1525Please respect copyright.PENANA3CGNYN76Xe
1525Please respect copyright.PENANATjPg34C4iB
“Nak, Laras?” tanyanya sopan.1525Please respect copyright.PENANAasTo128D3j
1525Please respect copyright.PENANAJpeCv4GnAv
Aku tersenyum, “Iya, pak.”1525Please respect copyright.PENANAaUlLdqa4jm
1525Please respect copyright.PENANAbrcpPDa4tH
“Pacarnya nak Fajar?” tanyanya, lagi.1525Please respect copyright.PENANAv5rbSYTy0v
1525Please respect copyright.PENANACoEHp2c8AU
Aku menoleh Fajar sekilas. Agaknya ia sudah memberitahu hubungan gelap kami. “Iya, pak,” kataku pelan. Merasa tidak nyaman.1525Please respect copyright.PENANApoFhMeXMg0
1525Please respect copyright.PENANAZC41mU3DCD
“Calon istri juga, pak,” tambah Fajar. Sontak pendeta itu tertawa.1525Please respect copyright.PENANA1hNHvajCeo
1525Please respect copyright.PENANAFGUmy6rZ5I
Aku hanya bisa menatap kaki-kaki meja, suasana ini terasa canggung sekali.1525Please respect copyright.PENANA2vSvZZaQzy
1525Please respect copyright.PENANAfZgmnGKPN5
“Udah lama pacaran, nak?” tanya pendeta itu, lagi.1525Please respect copyright.PENANAqt1bAciTzl
1525Please respect copyright.PENANAcPkaGYtGSs
Aku hanya menggangguk. Fajar malah mengusap kepalaku yang sontak kuberi pelototan tajam. Bagaimana ia bisa bersikap tidak sopan di hadapan pendeta.1525Please respect copyright.PENANAEMyGAgK64W
1525Please respect copyright.PENANA3LWb21N0lx
Pendeta itu hanya tersenyum memandangi kami. “Kalian cocok,” katanya.1525Please respect copyright.PENANAYLFpJN6nk5
1525Please respect copyright.PENANAGU2RIENZuC
Fajar tersenyum dengan binar dimatanya. Mengiyakan. Sementara aku bergeming dan tidak merespon.1525Please respect copyright.PENANAO2dBheAa8M
1525Please respect copyright.PENANANnTddMSXuz
Jauh dari pikiranku, ternyata. Pendeta itu teramat sopan sekali. Awalnya memang terasa kaku, tapi kelamaan aku semakin terbiasa, dan kadang menimpali. Pendeta itu juga memberi kami wejangan berupa pemikiran. Ia juga tidak membenarkan hubungan gelap kami, melainkan memberi nasehat.1525Please respect copyright.PENANAVe5cWBhzyz
1525Please respect copyright.PENANAsgbWSXtPlV
Yang aku suka dari pendeta itu adalah, ia tidak menasehatiku dengan ayat-ayat yang tercantum pada kitabnya, seakan ia menghargai keyakinanku. Begitupun aku. Seharusnya semua umat beragama harus seperti itu, saling menghargai dan tidak memaksakan pendapat. Mungkin, jika pemahaman seperti itu di terapkan, pastilah tanah air tercinta ini akan menjadi subur dan banyak cintanya.1525Please respect copyright.PENANATPqlBPg9U6
1525Please respect copyright.PENANAa2L1QBk5FW
Pak pendeta juga berkata kepada kami, bahwa jika hubungan kami akan serius dan masuk dalam jenjang pernikahan, maka, salah satu dari kami harus mengalah. Dan aku mengerti maksud dari mengalah itu.1525Please respect copyright.PENANAxA5CDTbFpU
1525Please respect copyright.PENANARjAThuCLju
Lalu, Pendeta itu berkata kepada Fajar untuk selalu menghargaiku sebagai perempuannya. Yang langsung ku respond dengan anggukan mantap. Perempuan bukanlah objek. Perempuan adalah Rahim bumi yang melahirkan tanaman yang subur, begitulah pendeta itu berkata.1525Please respect copyright.PENANATGrLfkPN69
1525Please respect copyright.PENANA00Rtq6JbSe
Di akhir perbincangan kami, ketika aku dan Fajar hendak bangkit, pendeta itu menyodorkan alkitab. Jantung mempopa darah dengan cepar, dan timbul perasaan tidak nyaman. tanpa mengurangi rasa hormat kepadanya, aku tersenyum dan menyatukan kedua tanganku di depan dada.1525Please respect copyright.PENANANrwzgkHT3a
1525Please respect copyright.PENANAY6uKBXEw7H
“Maaf, pak,” kataku. “Saya gak bisa nerimanya.”1525Please respect copyright.PENANATvkKGzCh3s
1525Please respect copyright.PENANAylzAMNocSI
Pendeta itu tersenyum. “Nak, saya memberi alkitab ini bukanlah sebab agar kamu menghianati agamu. Melainkan untuk kamu belajar tentang agama yang lain.” Lalu ia merogoh kantung jubah satunya. “Bapak juga baca kitab kamu,” ia mengangkat kitabku.1525Please respect copyright.PENANA0sZVEzjZg0
1525Please respect copyright.PENANAY7po0Y8n6l
Aku memandangi alkitab yang ia sodorkan kepadaku. Sekilas kulirik Fajar. Fajar mengganguk. Sambil menghela nafas, kuraih alkitab di tangannya.1525Please respect copyright.PENANABEueNNsyRn
1525Please respect copyright.PENANA80i7980DWn
“Baca, ya, nak.” Pendeta itu tersenyum. lalu memasukan kitabku di tangan satunya dalam kantung jubahnya.1525Please respect copyright.PENANAL8bgLhTnDs
1525Please respect copyright.PENANAgxClssuDL1
Aku membalas senyumnya. “Makasih, pak,” kataku sambil memasukan alkitab dalam tas yang melingkar di bahuku.1525Please respect copyright.PENANAPizp5UVgch
1525Please respect copyright.PENANAFsVOR4lxNb
“Kami pulang duluan ya, pak,” Kata Fajar sambil menyalam punggung tangan pendeta itu. Aku ikutan menyalam punggung tangannya. Sebab mau apapun agamanya, aku diajarkan untuk selalu menghormati orang tua.Kemudian kami berbalik dan melangkah menuju mobil.1525Please respect copyright.PENANALJXqbiWpqO
1525Please respect copyright.PENANAOoNn6uHLTz
terdengar suara mobil menyala, Fajar melirikku sekilas dan tersenyum. “Makasih, ya, tan.” Ia mengusap kepalaku mesra.1525Please respect copyright.PENANAm970JVjKIS
1525Please respect copyright.PENANA2fEfD8kmwM
Aku membalas dengan tersenyum lebar.1525Please respect copyright.PENANALZCdmZTHcK
1525Please respect copyright.PENANAPgiUaRhZHK
***1525Please respect copyright.PENANAdJfpaPJ2AY
1525Please respect copyright.PENANAkwrDEt0Lqy
Jalanan terlihat ramai. Motor saling menyalip-nyalip, berisik kendaraan terdengar dari kaca jendela yang tertutup. Dengan kecepatan pelan, aku memperhatikan setiap orang yang duduk santai di kedai-kedai tepian jalan. Sepang kekasih, sahabat, teman, saling menabur rindu di minggu pagi.1525Please respect copyright.PENANAOUARDWEd2b
1525Please respect copyright.PENANAyhztXXO3sv
Aku jadi teringat masa ketika awal pernikahanku. Dimas sering mengajakku berkunjung ke meseum. Aku tampak bahagia ketika itu. Kami saling bergandengan tangan bagai kekasih yang tak terpisahkan.1525Please respect copyright.PENANAMSxVHbCch4
1525Please respect copyright.PENANAJZmHMSCUzV
Memikirkannya membuatku merasa bersalah karena sudah menghianati cinta suci yang ia bangun. Aku juga menghianati anakku, entah apa yang dilakukannya jika ia mengetahui bahwa aku menjalin hubungan gelap dengan sahabatnya sendiri.1525Please respect copyright.PENANAkkmqROl2KD
1525Please respect copyright.PENANAxi7PDRjtAL
Aku juga sempat terpikir untuk menyudahi hubungan gelap ini, terlanjur masih baru. Tapi, aku tidak bisa melakukannya. Ada sebuah hasrat penolakan dari diriku.1525Please respect copyright.PENANA5Gyhaqe4Nu
1525Please respect copyright.PENANAOkkrM6m8wk
Lambat laun mobil kami menembus kerumunan jalanan. Fajar fokus menyetir. Lama kelamaan aku merasa bahwa Fajar sungguh tampan sekali, memandanginya membuatku terpesona.1525Please respect copyright.PENANA84JWLXjrjy
1525Please respect copyright.PENANAn0TcdgSzD3
“Masih lama, Jar?” tanyaku.1525Please respect copyright.PENANA9NW1jxw74P
1525Please respect copyright.PENANA9EQBUklD2y
“Bentar lagi, Tan,” jawabnya.1525Please respect copyright.PENANAe6AAl5Rhgs
1525Please respect copyright.PENANAy4Opmqm4F9
Tiga puluh menit berlalu. Akhirnya, mobil yang kami kendarai terpakir di sebuah pantai di samping kedai minuman. Fajar keluar dari mobil, begitupun aku. Aku membentangkan pandangan, Pohon-pohon kelapa menjulang tinggi di pesisir pantai, desir ombak bergemuru, riuh suara pengunjung lain terdengar berisik.1525Please respect copyright.PENANA8HNp92Sc6f
1525Please respect copyright.PENANA3BG2E7Xs8f
Kedai-kedai berjejer lurus dari sudut mata memandang. Fajar berdiri di sampingku. “Jar, pindah, ah, rame banget,” kataku.1525Please respect copyright.PENANAnh3Q6Buuze
1525Please respect copyright.PENANAtSRd567kPq
“Fajar tau, kok, tempat yang sepi,” katanya. Kemudian ia melangkah menuju bagasi mobil. Lalu kembali dengan tas yang bertengger di punggungnya.1525Please respect copyright.PENANAP2AVspWmVp
1525Please respect copyright.PENANARVLdV7NdNl
“Kamu bawa apaan?” tanyaku bingung.1525Please respect copyright.PENANAvccolWWs4l
1525Please respect copyright.PENANAssfu9dWLlv
“Perlengkapan buat piknik.”1525Please respect copyright.PENANA7gv7VFDOvt
1525Please respect copyright.PENANAWHdWdEJGhV
Aku mengganguk. Akuu tidah tahu bahwa Fajar telah menyiapkan perlengkapan, di tambah ia tidak memberitahuku akan ke pantai.1525Please respect copyright.PENANAwNPmX3eAOy
1525Please respect copyright.PENANAxsWEAnLzSl
Kemudian kami melangkah di antara keramain orang. Penjual-penjual es, batagor, cilor, terlihat sepanjang kami melangkah. Fajar terlihat santai di sampingku. Ia tampak tinggi, membuatku harus mendongak memandanginya. Pastilah aku terlihat kecil jika berjalan di sampingnya.1525Please respect copyright.PENANAlnVAdtDEo2
1525Please respect copyright.PENANA8anHiphmav
Kami terus melangkah sampai pada akhirnya kami menapak kaki di pantai. Aku bisa merasakan tanah-tanah halus yang menghabur di kakiku. “Masih jauh?” tanyaku.1525Please respect copyright.PENANAyY3f0JkrCD
1525Please respect copyright.PENANADzgZHgyxa2
Fajar menunujuk ke arah depan. Dari kejauhan aku melihat dua pohon kelapa yang pendek dan melengkung. Sepanjang perjalanan, kami berbasi-basi. Fajar menceritakan legenda pantai ini. Katanya, pantai ini adalah bekas dari meteroit yang jatuh ke bumi ratusan tahun silam, terbukti dengan adanya beberapa batu besar di tengah-tengah laut. Ia juga menjelaskan tentang pulau kecil yang jauh di tengah laut. Katanya, pulau itu menjadi tempat persingahan nelayan di malam harinya.1525Please respect copyright.PENANA3lVExuQtqI
1525Please respect copyright.PENANANWE5DdUBfA
Gemuruh ombak semakin menyalak, aroma pasir tercium segar di cuping hidung. Angin-angin laut menemani kami sepanjang melangkah. Sampai pada akhirnya kami tiba dan menapak kaki di pesisir, di bawah pohon kelapa yang jaraknya tidak jauh dari kepalaku.1525Please respect copyright.PENANADDYI9dk2j6
1525Please respect copyright.PENANAR66cqZ1uag
Fajar menaruh tasnya di tanah. mambuka tasnya lalu mengeluarkan satu karpet lebar dan satu hammock. Ia membentangkan karpet di tanah, lalu mengingkat hammock di kedua pohon kelapa.1525Please respect copyright.PENANAzcsVLqRxDF
1525Please respect copyright.PENANAgpfhfjYDf1
Aku lekas duduk di karpet, di susul Fajar. Kemudian ia mengeluarkan kompor gas Portable, serenceng kopi, panci kecil, dua cangkir, dan tiga botol aqua. ia sungguh sudah mempersiapkan ini semua.1525Please respect copyright.PENANA8RIDO5aaCv
1525Please respect copyright.PENANAShrhcPpDPY
“Kamu excited banget, Jar.”1525Please respect copyright.PENANA6GTZowWXxT
1525Please respect copyright.PENANAId462Ys1Vg
“Iya, dong. Kalau sama tante persiapannya harus matang.” Fajar meletakan kompor portable di tanah, lalu memasang gas. Aku bergeser mendekat ke arahnya, membuat tubuh kami bersentuhan.1525Please respect copyright.PENANA1FplDg4PCW
1525Please respect copyright.PENANAWhwX3RFqax
“Tante mau minta cium?” godanya dengan senyum yang terkulum.1525Please respect copyright.PENANAricyg7yRpF
1525Please respect copyright.PENANAxOOAiYG78P
“Ih orang mau nolong.” Aku mengambil serenceng kopi dan membaginya menjadi dua. Lalu membuka satu persatu bungkus dan mengisinya ke dua gelang. Sementara Fajar memanaskan air.1525Please respect copyright.PENANArYHsqhhfba
1525Please respect copyright.PENANAGzYob8bTQw
Sambil menunggu air mendidih kami fokus menatap lautan. Teduh rasanya, ombak-ombak bergoyang mengikuti irama angin. Burung-burung camar menari-menari mengikuti latunan ombak. Semilir angin menyapu wajah kami berdua.1525Please respect copyright.PENANAa2EdOtUeFf
1525Please respect copyright.PENANAIzHd5Ut6AV
“Fajar cinta banget sama tante,” katanya, lirih. Wajahnya terlihat meringis, ada campuran duka pada suaranya. kedua tangannya memeluk kedua kakinya, membuatnya terlihat seperti kanak-kanak.1525Please respect copyright.PENANAV5krP8M0ku
1525Please respect copyright.PENANA6yeVuTyv9q
“Tante juga cinta sama Fajar.” Aku memandanginya. Mata kami bertemu. Cukup lama. sampai pada akhirnya ia mendaratkan bibirnya di bibirku. Aku memejamkan mata, membiarkan bibir kami saling menyapa di antara berisiknya ombak dan sepoi-sepoi angin pagi.1525Please respect copyright.PENANAQaAOlUf2F9
1525Please respect copyright.PENANAR1G9Du5QGd
Kami saling menatap kembali. Kini, ia pegangi kepalaku dengan kedua tangannya. Ia ciumi pipiku, kiri-kanan, bergantian. kurasakan ketulusan pada kecupannya. Terakhir, ia kecup keningku. Mesra sekali. Aku terbang bagai burung camar yang kulihat tadi, terbang bebas mengirama ombak.1525Please respect copyright.PENANA0DSvBQExe6
1525Please respect copyright.PENANAsjEuH6mPfV
Kemesraan itu berakhir dengan gemercik air mendidih. Fajar mematikan kompor. Lalu menuangkan air ke dua gelas. Ia menganduk kopinya dan kopiku bergantian. Bersamanya, aku seperti dilayanin dengan sebaik-sebaik-nya.1525Please respect copyright.PENANAGopM3yqL1M
1525Please respect copyright.PENANACOu9zYOTyB
Aku meraih gagang gelas. Bersamaan dengan sepoi angin, kusesap kopi hitam. Terasa enak di lidah. Sepanjang pernikahanku, tak pernah aku merasakan kenyamanan ini. Dan ini adalah kali pertamaku. Sungguh.1525Please respect copyright.PENANAnc6XAvRgFq
1525Please respect copyright.PENANAFUSKoGb5RG
Tiba-tiba terdengar dering ponsel berbunyi. Aku mengeluarkan ponsel dari tasku, lalu menatap lekat layar ponsel yang bertuliskan: Abi. Aku menoleh ke Fajar sambil meletakan jari telunjukku di tengah bibir.1525Please respect copyright.PENANAvqZGRdmMUU
1525Please respect copyright.PENANAZytJg3uTGE
“Assamulaikum, bi,” kataku.1525Please respect copyright.PENANAIVUHo5KNBP
1525Please respect copyright.PENANA3B4txwlP92
“Waalaikumsallam, umi,” terdengar suaranya di sebrang sana. “Umi lagi di mana? berisik banget.”1525Please respect copyright.PENANANhywBUt1RU
1525Please respect copyright.PENANA5SRzkuSMmm
“Umi lagi di warung, nih. Sama Fajar,” jawabku, berbohong.1525Please respect copyright.PENANAnBUZ1Q6iRO
1525Please respect copyright.PENANA1EyHHbJTvW
“Aawww,” aku memekik dan lekas menutup mulutku ketika kurasakan remasan di buah dadaku. Si pelaku malah tersenyum nakal. Aku memelotinya agar tidak kembali melakukan hal itu lagi.1525Please respect copyright.PENANAQMqErRrTTx
1525Please respect copyright.PENANAuTiuAxv5RB
“Umi kenapa?”1525Please respect copyright.PENANARZtlnw2lgV
1525Please respect copyright.PENANAYgV1tozm31
“Eh, engga, Bi. Ini masakannya kepedasan,” elakku.1525Please respect copyright.PENANA5Bun7vnbSD
1525Please respect copyright.PENANAZNI7qCu4kK
Bukannya mengerti, tangan Fajar malah masuk ke dalam gamisku dan membelai betisku. Aku mencoba menggeser betisku sambil terus berbincang dengan suamiku. Fajar malah semakin menjadi, ia mendekat ke arahku dan mengangku tanganku yang satunya. Lantas, ia endus ketiakku.1525Please respect copyright.PENANAT7Hh6fcB0Z
1525Please respect copyright.PENANAO1ZtyfAtIK
“Umi Yang sabar ya, nunggu abi pulang.”1525Please respect copyright.PENANA551GGj5ZW9
1525Please respect copyright.PENANAZX4hMaA7xT
“Iya, bi,” jawabku singkat.1525Please respect copyright.PENANAcbCb8YZQ1e
1525Please respect copyright.PENANAk7l3gSNavX
“Umi mau oleh-oleh, apa?”1525Please respect copyright.PENANAEPXA5F7vsb
1525Please respect copyright.PENANAY34YCTkE2x
“Terserah, bi.”1525Please respect copyright.PENANA1k6QMZ6whU
1525Please respect copyright.PENANA7WYJntp8v8
Fajar semakin menjadi, tanganya berpindah mengelus perutku, sontak aku merasa geli. Tapi tidak ada niatan untuk menyuruhnya berhenti. Elusan tangannya di perutku, membuatku mengabaikan telepon dari suamiku.1525Please respect copyright.PENANAYf51zbFPUX
1525Please respect copyright.PENANAzgdFYyZsF2
Tindakannya semakin liar, perlahan ia remes buah dadaku dari balik gamis. Aku yang kepalang bosan menegurnya, akhirnya membiarkan. Remasannya semakin liar, membuatku harus menggigit bibir, menahan lenguhan agar tidak terkeluar.1525Please respect copyright.PENANAUfOxuc5H7k
1525Please respect copyright.PENANAFfrnQspkLJ
“Umi?”1525Please respect copyright.PENANAstzNtvA6tV
1525Please respect copyright.PENANA7S0waMyybH
“Eh, iya, bi. Kenapa?” jawabku tergagap.
1525Please respect copyright.PENANAZeEca3SNcz
Bersambung.
ns13.58.25.33da2