
# 4 Sentuhan demi sentuhan
2852Please respect copyright.PENANAUtHV8nC9F4
Pukul 18.28, setelah melaksanakan ibadah solat magrib, aku lekas kembali menuju ruang tamu, tapi tidak terlihat Fajar di sana. Aku membentangkan pandanganku ke seluruh penjuru ruang, mencari keberadaan remaja itu. Mungkin dia lagi keluar, pikirku. Kemudian aku beranjak menuju dapur dan memasak untuk makan malam.2852Please respect copyright.PENANAp39yq5D3Wp
2852Please respect copyright.PENANAj8gpahLYbq
Aku mengambil dua potong ayam dan meletakkannya di satu piring. minyak sudah terlebih dahulu ku panaskan. Tak lama kemudian, gemercik minyak terdengar Meletus-melutus. Kumasukkan satu persatu sepotong ayam, lalu membolak-balik-nya dengan hati-hati.2852Please respect copyright.PENANAMuNhBoRuaI
2852Please respect copyright.PENANAaQmBTFdIsr
Tiba-tiba aku merasakan tangan yang melingkar di pinggangku. Lalu terdengar bisik yang membuat bulu kuduk ku merinding, “Cie masak buat Fajar.” Aku menoleh ke belakang sekilas, lalu kembali fokus memasak dan membiarkan Fajar memelukku.2852Please respect copyright.PENANAFk4pIrvs92
2852Please respect copyright.PENANAEEL5aAKyia
Aku terus membolak-balik-kan ayam, sementara Fajar terus memelukku dan sesekali mencium pipiku. Tapi, lama-kelamaan aku bisa merasakan kemaluan Fajar yang bergesekan dengan pantatku.2852Please respect copyright.PENANAaw7yriadFV
2852Please respect copyright.PENANAUQnbZkWF2Z
“Jar, Ih, tante lagi masak,” kataku.2852Please respect copyright.PENANAh0zwAjmgwM
2852Please respect copyright.PENANAzYpU4ti7yN
Fajar malah terkekeh, “Badan tante semok banget,” bisiknya di telingaku.2852Please respect copyright.PENANAOaJ6yraWCp
2852Please respect copyright.PENANAyz2uLwvUDv
Jujur saja aku merasa bangga apabila di puji seperti itu. Harus ku akui bahwa tubuhku lumayan berisi, hanya saja cara berpakaian ku yang agamis yang membuat lekuk tubuhku tertutupi.2852Please respect copyright.PENANARmvRNb97Ia
2852Please respect copyright.PENANATbJOJ3tzCq
Aku menggeser tubuhku dan meraih dua piring di selorok atas. “Jar, udahan,” kataku lagi.2852Please respect copyright.PENANADFNQMOvZy9
2852Please respect copyright.PENANAV8uwxLJC4o
Fajar beranjak menjauh lalu duduk di meja makan. Kemudian aku meletakan satu persatu ayam di kedua piring, dan mengambil nasi di kosmos samping. Aku melangkah ke meja makan dengan dua piring di kedua tanganku.2852Please respect copyright.PENANAsLdTlvh9cY
2852Please respect copyright.PENANAxUvYiAafWo
“Ayo, makan,” kataku sambil meletakan satu piring di hadapannya.2852Please respect copyright.PENANAXj8QmOrWFc
2852Please respect copyright.PENANAx9548H6V5S
Fajar malah tersenyum menatapku. Aku memicingkan mata dan menatapnya kembali. “Kenapa?” kataku agak garang.2852Please respect copyright.PENANA65Gu7nLS0b
2852Please respect copyright.PENANAIWvgD1bOVV
Fajar terkekeh. “Tante imut banget.”2852Please respect copyright.PENANAQr2o08qKb7
2852Please respect copyright.PENANArUeu7ikrxd
Sontak kedua pipiku merona. Remaja itu selalu saja menggombal. “Udah-udah, makan, nanti ngomongnya.”2852Please respect copyright.PENANAsy7jiOfucE
2852Please respect copyright.PENANATbBSubIqxU
“iya, sayang,” kata Fajar.2852Please respect copyright.PENANASUpS73PJ3c
2852Please respect copyright.PENANAFCq8gLue2C
Aku semakin merona. Panggilan sayang yang diucapaknnya mampu membuat degup jantungku tak karuan. Kemudian, kami menyantap makanan masing-masing. Suara sendok dan piring menjamu keheningan.2852Please respect copyright.PENANAgM11xEEj6B
2852Please respect copyright.PENANARPgov3igDo
Tidak lama kemudian lauk habis tak tersisa. Aku menuangkan air di gelasku dan Fajar dan meminumnya.2852Please respect copyright.PENANAETFn7xpkg3
2852Please respect copyright.PENANAMXgIOulgC2
Fajar beranjak berdiri. “Main ps yuk tan di kamar Adit,” ajaknya.2852Please respect copyright.PENANAfisJC54ahB
2852Please respect copyright.PENANAxiDdvO9hVm
Aku menggeleng. “Bosan, ih.”2852Please respect copyright.PENANADBTFJt1Qw0
2852Please respect copyright.PENANA6XBS9AQ1pv
“Ngobrol aja di ruang tamu.”2852Please respect copyright.PENANAyPQzIZAxXt
2852Please respect copyright.PENANAwdVD4uzFrn
Aku mengganguk lalu melangkah di belakangnya. Kami duduk bersampingan di sofa. Seperti biasa Fajar melingkarkan tangannya di bahuku. Aku merasa sudah biasa atas perlakuannya yang manja seperti ini.2852Please respect copyright.PENANATCqEqD7njw
2852Please respect copyright.PENANAXKCldptCOo
“Mau ngopi lagi, Jar?” tanyaku.2852Please respect copyright.PENANAvvdyNLoXTx
2852Please respect copyright.PENANAks3RQI5Vxs
Fajar menggangguk. Aku hendak bangkit, tapi kemudian ia menahan lenganku. “Fajar aja yang bikin, tan.” Katanya.2852Please respect copyright.PENANAk5BZI5lgmT
2852Please respect copyright.PENANAsOWYrrsAaC
Aku tersenyum dan mengganguk. Lantas Fajar berdiri dan berjalan menuju dapur. Ada perasaan hangat ketika aku melihat punggungnya, sebuah perasaan yang sedikit bisa ku jelaskan, bahwa itu adalah percikan cinta yang timbul di hatiku.2852Please respect copyright.PENANA7fixDhdZ7K
2852Please respect copyright.PENANA7G7LbCBiWJ
Ya, aku mecintainya, tapi aku juga mencintai semuaku. Memang kontradiktif, tapi itu apaadanya. Mungkin jika orangtuaku mengetahui yang kuperbuat sekarang pastilah mereka akan memukulku sebab yang kulakukan adalah dosa yang besar, berselingkuh sekligus berzina.2852Please respect copyright.PENANAXwOQlqdVmD
2852Please respect copyright.PENANAY2dkm27eXB
Selain itu, aku juga merasa teramat bersalah kepada suamiku. Tapi, entah kenapa, hasrat untuk bersama Fajar lebih kuat daripada dosa. Aku sedikit bingung, tak pernah sebelumnya aku melakukan hal seperti ini. Pun, aku terdidik dari kalangan yang agamis yang selalu mengajarkan moral dan etika sesuai agama.2852Please respect copyright.PENANA2anbIQc4B6
2852Please respect copyright.PENANAgFUdLUhX37
Semoga tuhan bisa memaafkan apa yang kuperbuat, mau bagaimanapun juga, aku masih percaya kepada-Nya, meskipun aku melakukan tindakan yang dilarangnya.2852Please respect copyright.PENANANzN9L7mlQk
2852Please respect copyright.PENANAtq7zEHASMZ
Fajar datang dengan dua cangkir gelas yang ia pegang dengan kedua jari jempol dan telunjuknya. Ia duduk di sampingku sambil meletekan kopi. Aku memandanginya, alisnya tebal bagai bulu buruang, hidungnya mancung, tubuhnya tegap, yang membuatku kagum adalah rahangnya yang tampak mengeras. Kupikir pastilah ia sering berolahraga.2852Please respect copyright.PENANA1Rg2J1m294
2852Please respect copyright.PENANAztC6fjsjkk
Kalau aku sendiri memiliki tubuh yang bagiku lumayan ideal. Tidak gemuk dan juga tidak kurus. Mata bidadari, begitulah Abiku sering berkata, sebab bola mataku besar. Hidungku sedikit mancung walaupun tak semancung Fajar. Aku sedikit bermasalah di tinggi badan, bukan berarti aku pendek. Untuk ukuran perempuan bisa dibilang tinggi rata-rata perempuan Indonesia.2852Please respect copyright.PENANAQO9qhTCXkU
2852Please respect copyright.PENANAFHFlK6zpkP
Kulitku putih, sejak SMA aku memang sering merawat wajahku, tak heran jika dahulu banyak lelaki yang mendekatiku dengan berbagai cara, ada yang dengan cara memamerkan hartanya, ada juga yang hanya bermodal tampang, tapi tak satupun kupilih, lagian masa-masa SMA aku tidak tertarik untuk pacaran. Dosa.2852Please respect copyright.PENANACehcklmpoJ
2852Please respect copyright.PENANAL7WWUavdK5
Aku menyesap kopiku sambil memejamkan mata. Kopi memang sahabat terbaik di segala keadaan. Ketika bahagia, sedih, gunda, kadang semua itu bisa diatasi dengan secangkir kopi, atau saat sedang berselingkuh seperti yang kulakukan sekarang ini.2852Please respect copyright.PENANAIXkqkaLQEl
2852Please respect copyright.PENANAa7pj1HtxCK
“Tan, besok jalan-jalan, yuk.” Fajar membuka obrolan.2852Please respect copyright.PENANAnm4LGPkPnt
2852Please respect copyright.PENANAcSjvT1XpEA
“Ke mana?”2852Please respect copyright.PENANA8wEkYZ462T
2852Please respect copyright.PENANAA4WueBLNCr
Fajar terlihat berpikir. “Tante mau ke mana?”2852Please respect copyright.PENANACY1HbBzmU9
2852Please respect copyright.PENANAyIFaiCJiee
“Tante ikut aja, sih.”2852Please respect copyright.PENANAuGReg4iW7d
2852Please respect copyright.PENANAEY4HEdBzeq
“Tapi temenin Fajar ke gereja bentar, ya?”2852Please respect copyright.PENANA8fwyHprun4
2852Please respect copyright.PENANArCwTBJ0R9y
Ludah berhenti di teggoralkan. Aku melupakan sesuatu, kalau Fajar tidak beragama islam. Selintas aku merasakan ketidaknyaman.2852Please respect copyright.PENANA4vVH1apuRy
2852Please respect copyright.PENANAS4t4VPmDGr
“Tan?” tanyanya lagi.2852Please respect copyright.PENANAkuVr7ePlEE
2852Please respect copyright.PENANA8kAdekWPrv
Aku ragu untuk menjawab iya.2852Please respect copyright.PENANAeq83sUlbFr
2852Please respect copyright.PENANAfiw7t4bXOd
“Gimana, Tan?” ia terus bertanya.2852Please respect copyright.PENANAVZlkZa5tyZ
2852Please respect copyright.PENANAM4WfT58zNN
Aku menghela nafas sebelum memutuskan. “Tapi tante di mobil aja, ya. Engga sampe masuk,” kataku. Mau bagaimanapun aku tetap memiliki keyakinan tersendiri. Begitupun Fajar, perbedaan agama di antara kami tidak membuatku harus memaksakan kehendakku dan sebaliknya.2852Please respect copyright.PENANAQFCuvtyFMB
2852Please respect copyright.PENANAt84JVSXUxs
Fajar tersenyum. “Iya tante sayang.”2852Please respect copyright.PENANA0MUe5wuIdD
2852Please respect copyright.PENANAfryoINeRWX
Lalu kami jatuh dalam sebuah obrolan yang panjang, selama mengobrol aku bisa merasakan kehangatan pada suaranya. suara yang sedikit berat. Terlebih ekspresinya ketika berbicara, seperti aku berada di pandang rumput yang luas dengan sepoi-sepoi angin. Di tambah dengan tuturnya yang begitu lembut.2852Please respect copyright.PENANAux3H8Lqsya
2852Please respect copyright.PENANAU8ZehFYkwv
Selama mengobrol aku senyam-senyum sendiri, antara kagum dan juga heran. Heran mengapa remaja setampan Fajar bisa-bisa-nya jatuh cinta kepadaku. Padahal perbedaan usia kami terpaut jauh.2852Please respect copyright.PENANAEz3s8zKqI6
2852Please respect copyright.PENANAIt0avmsijM
Lambat laun semakin malam. Aku sempat terlena untuk melaksanakan Solat Isya. Ketika aku hendak bangkit, Fajar menahan lenganku dan bilang, Nanti aja, Tan, ngobrol dulu, lagian tenggat waktu solat isya panjang.2852Please respect copyright.PENANAieuDpkYivk
2852Please respect copyright.PENANATdZEWYTweG
Entah kenapa aku mengiyakan dan duduk kembali. Tak seperti biasanya, biasanya saat adzan berkumandang, aku segera menunaikan ibadah.2852Please respect copyright.PENANAcG4P9bpj9C
2852Please respect copyright.PENANATbcCXIZOPu
Lalu, kami kembali jatuh dalam obrolan. Fajar bercerita bahwa dia butuh waktu tiga bulan untuk menabung dan membelikan cicin yang terlingkar di jari manisku. Aku sempat untuk mengembalikannya, merasa tidak enak. Tapi Fajar mencegahku dan bilang, pemberian gak bisa ambil kembali. Fajar juga menambahkan bahwa aku harus terus memakai cincin pemberiannya. Lalu aku bilang, kalau suamiku tau gimana? Fajar menjelaskan, bilang aja kalau aku beli sendiri. Aku mengiyakan saja.2852Please respect copyright.PENANAvduEeolq0I
2852Please respect copyright.PENANAqV6Jaublcj
Malam semakin menyalak. Kami terus bersatu dalam obrolan. Sesekali Fajar mencium pipiku, sesekali juga ia mengendus area ketiakku. Perlahan aku mulai terbiasa. Kami tampak seperti pasangan suami-istri, di tambah dengan keadaan rumahku yang menyisakan kami berdua. Saksi daripada perselingkuhanku.2852Please respect copyright.PENANA6bhUjXJ9Jo
2852Please respect copyright.PENANAluXrFiq6fY
Aku melirik jam dinding, pukul 22.01, biasanya jam segini aku sudah berada dalam mimpi. Tapi, mengobrol dengan Fajar terasa begitu mengasikan, maka kuputuskan untuk tidur agak lama dari biasanya.2852Please respect copyright.PENANA3kmft5HKNm
2852Please respect copyright.PENANAjBWvB84qHS
Kami membahas banyak hal, mulai dari masa kecil Fajar yang ada kaitan denganku. Yang tentu saja langsung kucerca dengan beragam pertanyaan. Aku mengetahui sesuatu bahwa Fajar sudah menyimpan perasaan denganku sejak di bangku SMP. Aku sempat tertawa sebab bagaimana bisa anak SMP jatuh cinta kepada ibu rumah tangga sepertiku ini.2852Please respect copyright.PENANAwKB4DlxSq0
2852Please respect copyright.PENANAck5M4d2un0
Aku juga bercerita bahwa aku menyukainya baru-baru ini. Dia bertanya kenapa aku menyukainya. Kujelaskan kalau aku merasa nyaman berada bersamanya, merasa diperlakukan dengan mesra. Fajar tersenyum dan kemudian kembali mengendus ketiakku. Remaja itu sungguh menyukai ketiakku.2852Please respect copyright.PENANAt66pbt6onR
2852Please respect copyright.PENANAi8yGP2ODt9
Menjelang pukul 23.00, aku menyudahi aktivitas berbincang kami dan bangkit.2852Please respect copyright.PENANATayh8ogbgK
2852Please respect copyright.PENANAfhT6KL22xN
“Tante mau tidur dulu,” kataku kepadanya.2852Please respect copyright.PENANAECUpOBUrfU
2852Please respect copyright.PENANAqW8wXA1nig
Terlihat wajahnya yang nampak kecewa. Aku terkekeh. “Besok lanjut lagi.”2852Please respect copyright.PENANAYaAwdkPwb0
2852Please respect copyright.PENANAXK8dkV4ldJ
“Tidur di sini aja, tan,” katanya. “Fajar janji deh gak macem-macem.” ia mengangkat kedua telapak tangannya setinggi kepala.2852Please respect copyright.PENANAymYfq2vCHH
2852Please respect copyright.PENANAkAAjjmulfv
“Tante gak bisa tidur di sofa,” kataku.2852Please respect copyright.PENANA3MYPkKRami
2852Please respect copyright.PENANA0t445J7yet
Fajar mendengus, kemudian bangkit dan mendekat ke arahku. “Boleh cium bibir?” tanyanya.2852Please respect copyright.PENANAUoeiemxNgb
2852Please respect copyright.PENANAJLQ2uTV1dz
Aku mengangguk pelan dan memejamkan mata. Kemudian, Terasa bibirnya menyentuh bibirku. Kali ini tidak ada lumatan, murni bibir ketemu bibir.2852Please respect copyright.PENANA1pc837XyTf
2852Please respect copyright.PENANATiiIMXLdCO
“Selamat malam, Tan.” Fajar tersenyum ramah.2852Please respect copyright.PENANAW2kMngVVOh
2852Please respect copyright.PENANAPI5bphX25x
“malam juga, Jar.” Aku berbalik dan melangkah menuju kamarku. Sepanjang langkah, hatiku berbunga-bunga bagai mawar di taman para suci.2852Please respect copyright.PENANAW59JXU0vXh
2852Please respect copyright.PENANA2g1WCYkCA3
***2852Please respect copyright.PENANAeoLQ5DKCOJ
2852Please respect copyright.PENANAum3r1pjZMr
Minggu pagi menyapa dengan semburat cahaya. Aku terlihat cantik pagi ini, dengan gamis pink dan balutan hijab lebar yang menutupi kedua buah dadaku. Aku berdandan secukupnya, memoles bibir dan memberi sedikit taburan make-up di wajahku. Begitupun Fajar, dia tampak tampan dengan kaos hitam dan celana jeans panjang. Aku sengaja menyuruhnya memakai pakaian anakku, sebab, waktu kami berbincang semalam ia hendak untuk pulang dan mengambil baju ganti, karena sudah larut, aku cegah.2852Please respect copyright.PENANAy1ED362N4M
2852Please respect copyright.PENANA2SFmV1rwLG
Sebelum berangkat pergi, seperti biasa aku dan ia ngopi terlebih dahulu di ruang tamu. Jam dinding menunjuk pukul 08.00, masih terlalu pagi untuk menuju gereja.2852Please respect copyright.PENANAaKIWQu4xGt
2852Please respect copyright.PENANAsymz5GkV0j
“Tante gak risih, kan? kalau ke gereja bareng Fajar?” tanyanya dengan kaki yang tersilang.2852Please respect copyright.PENANAuDoZOinLQp
2852Please respect copyright.PENANAHw4YhZtIm9
“Dikit,” kataku jujur. “Kamu gak bisa apa balik kaya dulu?”2852Please respect copyright.PENANAPn6XbDldKd
2852Please respect copyright.PENANAhhn4hC7LgM
Tentu saja Fajar mengerti apa yang kumaksud. Ia menggeleng, “Tante aja yang ikut aku, mau?”2852Please respect copyright.PENANAoYXC8oTY8k
2852Please respect copyright.PENANAigCDmfX6cY
Sontak aku memukul pelan bahunya. “Apaan sih, Jar!”2852Please respect copyright.PENANAiMaoxtw9Ug
2852Please respect copyright.PENANAaTNAHkkJZx
Fajar malah tertawa. “Bercanda, tan,” katanya sambil mengelus kepalaku. “Tapi kalau mau serius juga boleh.”2852Please respect copyright.PENANA9ziDBLgmDC
2852Please respect copyright.PENANA658g7TYKYX
“Udah-udah,” kataku mencegah obrolan agar tidak berlanjut ke sembarang arah. “Ngobrol yang lain aja.”2852Please respect copyright.PENANAGU8k1PfeKg
2852Please respect copyright.PENANAKem6h7z2yS
Fajar berdehem. “Mau dinyanyiin lagi, Tan?”2852Please respect copyright.PENANAVjzSZvr7Lz
2852Please respect copyright.PENANAv288rRYrJ4
Aku menggangguk antusias.2852Please respect copyright.PENANANSPHMWbMb2
2852Please respect copyright.PENANABji1c9m6gv
“Bentar.” Fajar beranjak berdiri dan melangkah menuju kamar anakku, lalu kembali duduk di sampingku dengan gitar di pangkuannya.2852Please respect copyright.PENANAJiR34VfSOI
2852Please respect copyright.PENANAPgDEqGNdfr
“Mau lagu apa? Tan?” Fajar membenarkan posisinya menghadapku, begitupun aku.2852Please respect copyright.PENANAWhnskFW7mp
2852Please respect copyright.PENANAnhekl8yyPa
Aku berfikir sejenak, lalu berkata, “Hujan di mimpi?”2852Please respect copyright.PENANAPyu0ZXOWZS
2852Please respect copyright.PENANAhs9ZX4kdRg
“Tante yang nyanyi, Fajar yang main gitarnya. Oke?”2852Please respect copyright.PENANAXc9x3IpEPj
2852Please respect copyright.PENANAJ4bpPM3M3k
Aku mengangguk. Perlahan terdengar petikan senar yang begitu indah, setiap nada saling melengkapi. Petikannya bervariasi dalam chord B. Kemudian Fajar menatapku. Aku mengerti.2852Please respect copyright.PENANADs3o35K076
2852Please respect copyright.PENANAd1C2X7ZoKU
“Semesta bicara tanpa suara, semesta ia kadang buta aksara. Sepi itu indah, percayalah. membisu itu anugrah.” Aku bernyanyi mengikuti irama dawai yang ia petik.2852Please respect copyright.PENANAxeGbrHmygo
2852Please respect copyright.PENANA8gqJfKWABJ
“Seperti hadirmu di kala gempa, jujur dan tanpa bersandiwara. Teduhnya seperti hujan di mimpi, berdua kita berlari.” Aku memejamkan mata, menikmati setiap note-note yang berhamburan di ruang tamu.2852Please respect copyright.PENANAwiHereuzDD
2852Please respect copyright.PENANAItLru7qcO5
“Semesta bergulir tak kenal aral. Seperti langkahmu menuju kaki langit. Seperti genangan akankah bertahan. Atau perlahan menjadi lautan.” Aku terus bernyanyi dengan senyum yang tak pudar menatapnya. Mata kami saling bertemu dan memancarkan sebuah cinta. Saling menggenggam dalam kesatuan nada, irama, dan tempo.2852Please respect copyright.PENANAtPrqlYAJ1B
2852Please respect copyright.PENANA3ticbtR8rQ
Petikannya kembali mengisi ruang di antara kami. Romansa menyentak bagai kekasih yang akan selalu abadi. Pada binar matanya aku melihat sebuah ketulusan, pada jemarinya aku bisa melihat note-note cinta yang beterbangan, membentuk sebuah lagu cinta. Lalu, ia mengakhiri permainan gitarnya dengan genjrengan cantik dalam chord B.2852Please respect copyright.PENANA7JWCJl6Mes
2852Please respect copyright.PENANAoma3kkvidP
Kemudian ia rebahkan gitar di sampingnya dan meraih tanganku. Bola matanya seakan ingin mengatakan sesuatu yang tercekat, yang tak bisa ia katakana.2852Please respect copyright.PENANASTBEl7v4US
2852Please respect copyright.PENANA1lPH7ddapH
“Kenapa?” tanyaku.2852Please respect copyright.PENANAyjmpI4UR9n
2852Please respect copyright.PENANAVD6tmTumyF
Ia tak menjawab melainkan tersenyum. Aku menatapnya bingung. “kenapa?” tanyaku lagi.2852Please respect copyright.PENANA5NQVXTHPNW
2852Please respect copyright.PENANAaLySZDDITZ
Ia malah bangkit. “Yuk, Tan. Udah pukul Sembilan, nih.”2852Please respect copyright.PENANANMcF1HtSEM
2852Please respect copyright.PENANAlAyNKZo2QJ
Aku melirik jam dinding dan bangkit. Kemudian kami melangkah keluar. Masuk ke dalam mobil. Ketika mobil menyala, Fajar menoleh ke arahku, dan bertanya. “Malam ini? boleh tidur bareng?”2852Please respect copyright.PENANArS5cA4Rg8h
2852Please respect copyright.PENANAzfBtGHB824
Aku tertegun. “Liat nanti, ya,” kataku ragu.2852Please respect copyright.PENANAza5IyG2fiQ
2852Please respect copyright.PENANAjwo3NBRHPx
Fajar tidak berkata lagi. Perlahan mobil yang kami kendarai berjalan keluar halaman, melewati setiap rumah dan menghambur di jalanan raya.2852Please respect copyright.PENANAIIGYvuA8Ly
2852Please respect copyright.PENANA8SXSkR0XYw
***2852Please respect copyright.PENANAQJpOjLtZke
2852Please respect copyright.PENANAlzaMniL6Fk
Sesampainya di Gereja, Fajar memarkirkan mobil di antara hempitan mobil lain. Gereja tampak ramai, di pintu masuk berhamburan orang-orang yang akan menunaikan ibadah.2852Please respect copyright.PENANA0hlmd6u7DP
2852Please respect copyright.PENANANT1lsMNQNi
“Tunggu bentar ya, tan,” Kata Fajar sambil mematikan mobil.2852Please respect copyright.PENANAjxTt40FTt3
2852Please respect copyright.PENANATl3unOJJyz
Aku menggangguk. Fajar membuka pintu mobil dan keluar. Dari kaca mobil aku bisa melihat ia masuk bersama yang lainnya. Jujur saja, ini kali pertama bagiku berada di gereja, walaupun hanya sekedar di halamannya.2852Please respect copyright.PENANAdM7rf9ctp7
2852Please respect copyright.PENANAdlmEal09th
Gereja ini berbentuk seperti rumah pada umumnya, hanya saja di bagian atasnya terdapat tanda salib. Dengan sepasang bangku lebar dan meja yang menjadi penengah, di samping pintu. Halaman termasuk luas. Di atas atap, terdapat menara tinggi yang ujungnya berbentuk setiga dengan aluminium yang berbentuk salib dipuncak menara.2852Please respect copyright.PENANAgeCHILIoFq
2852Please respect copyright.PENANAixVkEANfK7
Sewaktu aku kecil, aku diajarkan Abiku (Ayah) untuk selalu menghargai perbedaan agama. Masuk ke dalam tempat ibadah umat lain engga apa-apa, mbak, asalkan keyakinan kita tetap sama Allah, begitulah Abiku sering berkata.2852Please respect copyright.PENANAmFOhLty6Rf
2852Please respect copyright.PENANAhtKdOB13CV
Perlahan terdengar suara mikrofon melengking, di susul dengan suara seorang pria berkhotbah. Sambil menunggu Fajar, aku berkutat dengan ponselku.2852Please respect copyright.PENANArOFPY634hP
2852Please respect copyright.PENANAQS4yvKPFV1
Tiga puluh menit berlalu, Terlihat orang-orang berhamburan keluar Gereja. Aku memandangi kerumunan, mencari apakah Fajar ada di antara kerumunan itu. Tapi, tak kunjung kutemukan ia. Mungkin ia masih berdoa, pikirku. Lalu, aku berselancar kembali di media sosial. Menit berlalu, aku semakin bosan sebab Fajar tak kunjung keluar.2852Please respect copyright.PENANANMEmCHn8zu
2852Please respect copyright.PENANAtNrfWuqWTR
Tak lama kemudian, sosok yang kucari keluar dari pintu, tapi ia tidak sendirian. Ia bersama seorang pria tua yang pekiraanku berumur enam puluh tahunan, pria tua itu menggunakan jubah hitam dengan kalung salib yang melingkar di lehernya, yang kuyakini pastilah ia pendeta.2852Please respect copyright.PENANA0g617XtMil
2852Please respect copyright.PENANABxbLl8XDnn
Fajar tidak lekas kembali masuk mobil, ia bersama pendeta itu duduk di satu meja samping pintu, berhadapan. Dari dalam mobil, aku memandangi mereka yang sedang bercakap-cakap. Sesekali pendeta itu memukul pelan bahu Fajar sambil tertawa, pastilah perbincangan mereka asik sekali.2852Please respect copyright.PENANAlbIYyOaBZG
2852Please respect copyright.PENANAuL7ksBNsWy
Maka, aku memilih untuk menunggu lagi. Aku memaklumi, mungkin hanya hari minggu saja Fajar bisa berbincang ria dengan pendeta itu.2852Please respect copyright.PENANA4I4uuhaGWJ
2852Please respect copyright.PENANAwHGjc45bRO
15 menit berlalu. Fajar tidak hengkang atau menyudahi obrolan, malahan mereka semakin asik mengobrol. Aku yang memandangi mereka hanya bisa mendengus. Aku benci sekali jika menunggu, dan Fajar membuatku menunggu selama satu jam lebih.2852Please respect copyright.PENANAH4XCMuFwRR
2852Please respect copyright.PENANA7G2SZkABkt
Tak lama dari itu, mereka berdua menoleh ke arahku. Lalu Fajar bangkit dan melangkah menuju mobil. Aku bernafas lega, akhirnya ia kembali.2852Please respect copyright.PENANA8Q19q4uOAM
2852Please respect copyright.PENANATLDsAUh48X
“Tan, keluar bentar, pak pendeta mau ngobrol.,” kata Fajar sambil menahan pintu mobil.2852Please respect copyright.PENANAuaq4ieq888
2852Please respect copyright.PENANAP2bukGRLmu
Aku tercekat, menatap bingung Fajar. Lagian, bagaimana jika orang-orang melihat perempuan berjilbab sepertiku duduk di depan gereja. “Gak ah,” kataku.2852Please respect copyright.PENANAtn1PqvrjaL
2852Please respect copyright.PENANAl6vWoAqtHK
Masih menahan pintu mobil Fajar berkata lagi, “Bentar doang, Tan. Lagian Fajar gak enak sama pak pendeta.”2852Please respect copyright.PENANAbS26Zw6yES
2852Please respect copyright.PENANA4umod7ol32
Aku menggeleng, dan Fajar terus memaksaku. Remaja itu memang kerap memaksakan kehendak. Jika sudah begini, pastilah akan ribet. Aku berfikir sejenak. Kembali mengingat perkataan abiku. Sambil memutuskan aku menghela nafas dalam, lalu menggangguk pelan. Seketika itu Fajar tersenyum, lalu menutup pintu mobil dan melangkah kembali menuju bangku gereja.2852Please respect copyright.PENANAqUQbfscoc3
2852Please respect copyright.PENANAS9Kveopw7j
Aku membuka pintu mobil dan melangkahkan kakiku keluar. Untung saja gereja sudah sepi, mungkin hanya menyisakan kami bertiga. Lantas, aku melangkah menuju mereka dengan kikuk sambil menunduk.2852Please respect copyright.PENANA8cJZgANYZX
2852Please respect copyright.PENANAN5PGGSW7eO
“Selamat pagi,” kataku memberi salam sambil menunduk sopan di hadapan pendeta itu.2852Please respect copyright.PENANAZFREGbOUD6
2852Please respect copyright.PENANABnmzgaLjf0
Pendeta itu tersenyum. Agak kikuk aku duduk di samping Fajar, berhadapan dengan pendeta itu, dengan meja yang menjadi penengah di antara kami.2852Please respect copyright.PENANA3jWlNrUiGO
2852Please respect copyright.PENANAdQMo2m2QNN
“Nak, Laras?” tanyanya sopan.2852Please respect copyright.PENANAfkOj2xGyj5
2852Please respect copyright.PENANANUtwdQx37H
Aku tersenyum, “Iya, pak.”2852Please respect copyright.PENANACoccbf6x0H
2852Please respect copyright.PENANAk8Z2oEJgK1
“Pacarnya nak Fajar?” tanyanya, lagi.2852Please respect copyright.PENANAut8BnPEOw1
2852Please respect copyright.PENANA1rwk4U5MUk
Aku menoleh Fajar sekilas. Agaknya ia sudah memberitahu hubungan gelap kami. “Iya, pak,” kataku pelan. Merasa tidak nyaman.2852Please respect copyright.PENANATRB3x8la8R
2852Please respect copyright.PENANA4ys8zgcWyh
“Calon istri juga, pak,” tambah Fajar. Sontak pendeta itu tertawa.2852Please respect copyright.PENANAyrJWSxFqtz
2852Please respect copyright.PENANASxM8KEJwTg
Aku hanya bisa menatap kaki-kaki meja, suasana ini terasa canggung sekali.2852Please respect copyright.PENANArZ8poDhbF4
2852Please respect copyright.PENANAsSfMobwHeG
“Udah lama pacaran, nak?” tanya pendeta itu, lagi.2852Please respect copyright.PENANAiu8Yt6Ejdh
2852Please respect copyright.PENANA7A2q9l2RI8
Aku hanya menggangguk. Fajar malah mengusap kepalaku yang sontak kuberi pelototan tajam. Bagaimana ia bisa bersikap tidak sopan di hadapan pendeta.2852Please respect copyright.PENANAbLBBNJkWyB
2852Please respect copyright.PENANAXMwiHhLaNg
Pendeta itu hanya tersenyum memandangi kami. “Kalian cocok,” katanya.2852Please respect copyright.PENANA417M150RHI
2852Please respect copyright.PENANAOxSaC1j9Y7
Fajar tersenyum dengan binar dimatanya. Mengiyakan. Sementara aku bergeming dan tidak merespon.2852Please respect copyright.PENANAkN0fBV8oK1
2852Please respect copyright.PENANA2xinLA0auH
Jauh dari pikiranku, ternyata. Pendeta itu teramat sopan sekali. Awalnya memang terasa kaku, tapi kelamaan aku semakin terbiasa, dan kadang menimpali. Pendeta itu juga memberi kami wejangan berupa pemikiran. Ia juga tidak membenarkan hubungan gelap kami, melainkan memberi nasehat.2852Please respect copyright.PENANADhX3KMi9LI
2852Please respect copyright.PENANAGcQ9Nvw0I9
Yang aku suka dari pendeta itu adalah, ia tidak menasehatiku dengan ayat-ayat yang tercantum pada kitabnya, seakan ia menghargai keyakinanku. Begitupun aku. Seharusnya semua umat beragama harus seperti itu, saling menghargai dan tidak memaksakan pendapat. Mungkin, jika pemahaman seperti itu di terapkan, pastilah tanah air tercinta ini akan menjadi subur dan banyak cintanya.2852Please respect copyright.PENANAyC1DP5PSsp
2852Please respect copyright.PENANA2MWko9XiZG
Pak pendeta juga berkata kepada kami, bahwa jika hubungan kami akan serius dan masuk dalam jenjang pernikahan, maka, salah satu dari kami harus mengalah. Dan aku mengerti maksud dari mengalah itu.2852Please respect copyright.PENANAJbbbE97Mqy
2852Please respect copyright.PENANANHNRPe2vuy
Lalu, Pendeta itu berkata kepada Fajar untuk selalu menghargaiku sebagai perempuannya. Yang langsung ku respond dengan anggukan mantap. Perempuan bukanlah objek. Perempuan adalah Rahim bumi yang melahirkan tanaman yang subur, begitulah pendeta itu berkata.2852Please respect copyright.PENANAlw5kRTGo9z
2852Please respect copyright.PENANATreCkVcTSV
Di akhir perbincangan kami, ketika aku dan Fajar hendak bangkit, pendeta itu menyodorkan alkitab. Jantung mempopa darah dengan cepar, dan timbul perasaan tidak nyaman. tanpa mengurangi rasa hormat kepadanya, aku tersenyum dan menyatukan kedua tanganku di depan dada.2852Please respect copyright.PENANAdFkOw98DuW
2852Please respect copyright.PENANAGw08ucCb7L
“Maaf, pak,” kataku. “Saya gak bisa nerimanya.”2852Please respect copyright.PENANAbTwwC07TeP
2852Please respect copyright.PENANAucwh2mWcac
Pendeta itu tersenyum. “Nak, saya memberi alkitab ini bukanlah sebab agar kamu menghianati agamu. Melainkan untuk kamu belajar tentang agama yang lain.” Lalu ia merogoh kantung jubah satunya. “Bapak juga baca kitab kamu,” ia mengangkat kitabku.2852Please respect copyright.PENANAGWJxdZbmW9
2852Please respect copyright.PENANA355OmVOW3Q
Aku memandangi alkitab yang ia sodorkan kepadaku. Sekilas kulirik Fajar. Fajar mengganguk. Sambil menghela nafas, kuraih alkitab di tangannya.2852Please respect copyright.PENANAGKUIyapY7Z
2852Please respect copyright.PENANARpXUNYl2SD
“Baca, ya, nak.” Pendeta itu tersenyum. lalu memasukan kitabku di tangan satunya dalam kantung jubahnya.2852Please respect copyright.PENANAmjxcl0y76P
2852Please respect copyright.PENANArb527mUIwx
Aku membalas senyumnya. “Makasih, pak,” kataku sambil memasukan alkitab dalam tas yang melingkar di bahuku.2852Please respect copyright.PENANAec4mDrVjsl
2852Please respect copyright.PENANAEp4KKF6g04
“Kami pulang duluan ya, pak,” Kata Fajar sambil menyalam punggung tangan pendeta itu. Aku ikutan menyalam punggung tangannya. Sebab mau apapun agamanya, aku diajarkan untuk selalu menghormati orang tua.Kemudian kami berbalik dan melangkah menuju mobil.2852Please respect copyright.PENANAb6kPACGsGM
2852Please respect copyright.PENANAA9e34vMA2o
terdengar suara mobil menyala, Fajar melirikku sekilas dan tersenyum. “Makasih, ya, tan.” Ia mengusap kepalaku mesra.2852Please respect copyright.PENANAt7TQh3ok0F
2852Please respect copyright.PENANATQfqxKWvOf
Aku membalas dengan tersenyum lebar.2852Please respect copyright.PENANApBuqy0Wlsn
2852Please respect copyright.PENANAd7bLYaOM7c
***2852Please respect copyright.PENANAOI0fiKIxJo
2852Please respect copyright.PENANAIqoS8MtnMW
Jalanan terlihat ramai. Motor saling menyalip-nyalip, berisik kendaraan terdengar dari kaca jendela yang tertutup. Dengan kecepatan pelan, aku memperhatikan setiap orang yang duduk santai di kedai-kedai tepian jalan. Sepang kekasih, sahabat, teman, saling menabur rindu di minggu pagi.2852Please respect copyright.PENANAPECfD8dGBk
2852Please respect copyright.PENANAsTih304uYs
Aku jadi teringat masa ketika awal pernikahanku. Dimas sering mengajakku berkunjung ke meseum. Aku tampak bahagia ketika itu. Kami saling bergandengan tangan bagai kekasih yang tak terpisahkan.2852Please respect copyright.PENANA3sFCFZfy9x
2852Please respect copyright.PENANAQz2WGuoe31
Memikirkannya membuatku merasa bersalah karena sudah menghianati cinta suci yang ia bangun. Aku juga menghianati anakku, entah apa yang dilakukannya jika ia mengetahui bahwa aku menjalin hubungan gelap dengan sahabatnya sendiri.2852Please respect copyright.PENANAQJZREMxc76
2852Please respect copyright.PENANAluDHTQKlvK
Aku juga sempat terpikir untuk menyudahi hubungan gelap ini, terlanjur masih baru. Tapi, aku tidak bisa melakukannya. Ada sebuah hasrat penolakan dari diriku.2852Please respect copyright.PENANAFp6EMjqwMS
2852Please respect copyright.PENANA4tfOcfDhnw
Lambat laun mobil kami menembus kerumunan jalanan. Fajar fokus menyetir. Lama kelamaan aku merasa bahwa Fajar sungguh tampan sekali, memandanginya membuatku terpesona.2852Please respect copyright.PENANAIwHWa5N8CG
2852Please respect copyright.PENANAyTJOV1OTqV
“Masih lama, Jar?” tanyaku.2852Please respect copyright.PENANAAnA7HyOCCV
2852Please respect copyright.PENANAmFWPbt0u90
“Bentar lagi, Tan,” jawabnya.2852Please respect copyright.PENANANX2Y1NLHxb
2852Please respect copyright.PENANAOrO6Qv2nvp
Tiga puluh menit berlalu. Akhirnya, mobil yang kami kendarai terpakir di sebuah pantai di samping kedai minuman. Fajar keluar dari mobil, begitupun aku. Aku membentangkan pandangan, Pohon-pohon kelapa menjulang tinggi di pesisir pantai, desir ombak bergemuru, riuh suara pengunjung lain terdengar berisik.2852Please respect copyright.PENANAUeXwRG597h
2852Please respect copyright.PENANACfwcEyonaR
Kedai-kedai berjejer lurus dari sudut mata memandang. Fajar berdiri di sampingku. “Jar, pindah, ah, rame banget,” kataku.2852Please respect copyright.PENANAiPto3ngc01
2852Please respect copyright.PENANAAillPkDEui
“Fajar tau, kok, tempat yang sepi,” katanya. Kemudian ia melangkah menuju bagasi mobil. Lalu kembali dengan tas yang bertengger di punggungnya.2852Please respect copyright.PENANA3rdxX8hTma
2852Please respect copyright.PENANASXa5C98mXQ
“Kamu bawa apaan?” tanyaku bingung.2852Please respect copyright.PENANAoXD9Ms7uBw
2852Please respect copyright.PENANAumL1TxHuWQ
“Perlengkapan buat piknik.”2852Please respect copyright.PENANAzHJzmCr4OZ
2852Please respect copyright.PENANAwhv50VXLyD
Aku mengganguk. Akuu tidah tahu bahwa Fajar telah menyiapkan perlengkapan, di tambah ia tidak memberitahuku akan ke pantai.2852Please respect copyright.PENANAh2mxGYBa61
2852Please respect copyright.PENANAZdxJ6T55cN
Kemudian kami melangkah di antara keramain orang. Penjual-penjual es, batagor, cilor, terlihat sepanjang kami melangkah. Fajar terlihat santai di sampingku. Ia tampak tinggi, membuatku harus mendongak memandanginya. Pastilah aku terlihat kecil jika berjalan di sampingnya.2852Please respect copyright.PENANA9WUG4DnEOp
2852Please respect copyright.PENANA8XXyH7i1KA
Kami terus melangkah sampai pada akhirnya kami menapak kaki di pantai. Aku bisa merasakan tanah-tanah halus yang menghabur di kakiku. “Masih jauh?” tanyaku.2852Please respect copyright.PENANAyV0Y76xlGv
2852Please respect copyright.PENANAONPLvi5VQU
Fajar menunujuk ke arah depan. Dari kejauhan aku melihat dua pohon kelapa yang pendek dan melengkung. Sepanjang perjalanan, kami berbasi-basi. Fajar menceritakan legenda pantai ini. Katanya, pantai ini adalah bekas dari meteroit yang jatuh ke bumi ratusan tahun silam, terbukti dengan adanya beberapa batu besar di tengah-tengah laut. Ia juga menjelaskan tentang pulau kecil yang jauh di tengah laut. Katanya, pulau itu menjadi tempat persingahan nelayan di malam harinya.2852Please respect copyright.PENANA5Sz8SUciFE
2852Please respect copyright.PENANAlAZoNGCBjV
Gemuruh ombak semakin menyalak, aroma pasir tercium segar di cuping hidung. Angin-angin laut menemani kami sepanjang melangkah. Sampai pada akhirnya kami tiba dan menapak kaki di pesisir, di bawah pohon kelapa yang jaraknya tidak jauh dari kepalaku.2852Please respect copyright.PENANA8hN9dEd8W4
2852Please respect copyright.PENANAr7I09pbMYv
Fajar menaruh tasnya di tanah. mambuka tasnya lalu mengeluarkan satu karpet lebar dan satu hammock. Ia membentangkan karpet di tanah, lalu mengingkat hammock di kedua pohon kelapa.2852Please respect copyright.PENANA83IcWhItUK
2852Please respect copyright.PENANAMV1vwCdoWE
Aku lekas duduk di karpet, di susul Fajar. Kemudian ia mengeluarkan kompor gas Portable, serenceng kopi, panci kecil, dua cangkir, dan tiga botol aqua. ia sungguh sudah mempersiapkan ini semua.2852Please respect copyright.PENANAuKOzbxn3nV
2852Please respect copyright.PENANAQjrSOkTsMP
“Kamu excited banget, Jar.”2852Please respect copyright.PENANA3LVIhG3msi
2852Please respect copyright.PENANAnt4N0IXRkg
“Iya, dong. Kalau sama tante persiapannya harus matang.” Fajar meletakan kompor portable di tanah, lalu memasang gas. Aku bergeser mendekat ke arahnya, membuat tubuh kami bersentuhan.2852Please respect copyright.PENANAYaxXmYFUZ2
2852Please respect copyright.PENANAzCkUepHucM
“Tante mau minta cium?” godanya dengan senyum yang terkulum.2852Please respect copyright.PENANAVHbDJBlkbB
2852Please respect copyright.PENANAlA20wSxqWE
“Ih orang mau nolong.” Aku mengambil serenceng kopi dan membaginya menjadi dua. Lalu membuka satu persatu bungkus dan mengisinya ke dua gelang. Sementara Fajar memanaskan air.2852Please respect copyright.PENANAIdIf84lqzP
2852Please respect copyright.PENANATHl26WDCSP
Sambil menunggu air mendidih kami fokus menatap lautan. Teduh rasanya, ombak-ombak bergoyang mengikuti irama angin. Burung-burung camar menari-menari mengikuti latunan ombak. Semilir angin menyapu wajah kami berdua.2852Please respect copyright.PENANAUSbr1GkLrn
2852Please respect copyright.PENANAXkUSoa84q2
“Fajar cinta banget sama tante,” katanya, lirih. Wajahnya terlihat meringis, ada campuran duka pada suaranya. kedua tangannya memeluk kedua kakinya, membuatnya terlihat seperti kanak-kanak.2852Please respect copyright.PENANAwV189qFfSA
2852Please respect copyright.PENANAGCG2tjAjhB
“Tante juga cinta sama Fajar.” Aku memandanginya. Mata kami bertemu. Cukup lama. sampai pada akhirnya ia mendaratkan bibirnya di bibirku. Aku memejamkan mata, membiarkan bibir kami saling menyapa di antara berisiknya ombak dan sepoi-sepoi angin pagi.2852Please respect copyright.PENANApB96KrhHkQ
2852Please respect copyright.PENANAZIGJsqEfx3
Kami saling menatap kembali. Kini, ia pegangi kepalaku dengan kedua tangannya. Ia ciumi pipiku, kiri-kanan, bergantian. kurasakan ketulusan pada kecupannya. Terakhir, ia kecup keningku. Mesra sekali. Aku terbang bagai burung camar yang kulihat tadi, terbang bebas mengirama ombak.2852Please respect copyright.PENANAJXt1mYo1HC
2852Please respect copyright.PENANA15WwdzQvF7
Kemesraan itu berakhir dengan gemercik air mendidih. Fajar mematikan kompor. Lalu menuangkan air ke dua gelas. Ia menganduk kopinya dan kopiku bergantian. Bersamanya, aku seperti dilayanin dengan sebaik-sebaik-nya.2852Please respect copyright.PENANA0npFf0lADw
2852Please respect copyright.PENANA5RqF2vo1Fu
Aku meraih gagang gelas. Bersamaan dengan sepoi angin, kusesap kopi hitam. Terasa enak di lidah. Sepanjang pernikahanku, tak pernah aku merasakan kenyamanan ini. Dan ini adalah kali pertamaku. Sungguh.2852Please respect copyright.PENANAoG8GN86TDp
2852Please respect copyright.PENANAX1b2VKN6L8
Tiba-tiba terdengar dering ponsel berbunyi. Aku mengeluarkan ponsel dari tasku, lalu menatap lekat layar ponsel yang bertuliskan: Abi. Aku menoleh ke Fajar sambil meletakan jari telunjukku di tengah bibir.2852Please respect copyright.PENANAx5WqbgqmYo
2852Please respect copyright.PENANAIyZpvta187
“Assamulaikum, bi,” kataku.2852Please respect copyright.PENANAeRUujQz0OM
2852Please respect copyright.PENANAKGJPNBK7Hs
“Waalaikumsallam, umi,” terdengar suaranya di sebrang sana. “Umi lagi di mana? berisik banget.”2852Please respect copyright.PENANAoirLsy4nKK
2852Please respect copyright.PENANAKKQW10az3w
“Umi lagi di warung, nih. Sama Fajar,” jawabku, berbohong.2852Please respect copyright.PENANAN8NH1fIuqk
2852Please respect copyright.PENANAnuqYKtvZGN
“Aawww,” aku memekik dan lekas menutup mulutku ketika kurasakan remasan di buah dadaku. Si pelaku malah tersenyum nakal. Aku memelotinya agar tidak kembali melakukan hal itu lagi.2852Please respect copyright.PENANAAIWzrC1G8O
2852Please respect copyright.PENANAczTXgONfhU
“Umi kenapa?”2852Please respect copyright.PENANAQhYMi0drf3
2852Please respect copyright.PENANA5OhTNEH6T0
“Eh, engga, Bi. Ini masakannya kepedasan,” elakku.2852Please respect copyright.PENANA8i1oOFlCHZ
2852Please respect copyright.PENANAqHDiTVyJLz
Bukannya mengerti, tangan Fajar malah masuk ke dalam gamisku dan membelai betisku. Aku mencoba menggeser betisku sambil terus berbincang dengan suamiku. Fajar malah semakin menjadi, ia mendekat ke arahku dan mengangku tanganku yang satunya. Lantas, ia endus ketiakku.2852Please respect copyright.PENANAyaTib9wf43
2852Please respect copyright.PENANApoLvDY2Y9D
“Umi Yang sabar ya, nunggu abi pulang.”2852Please respect copyright.PENANAjuLSJhEeQL
2852Please respect copyright.PENANADyh20fzRRt
“Iya, bi,” jawabku singkat.2852Please respect copyright.PENANAGLWL8MMWdB
2852Please respect copyright.PENANAwfDY5jrvjq
“Umi mau oleh-oleh, apa?”2852Please respect copyright.PENANAzpejTxFNyC
2852Please respect copyright.PENANARLFqZsbySu
“Terserah, bi.”2852Please respect copyright.PENANA5pZrXSw9qT
2852Please respect copyright.PENANARwpN2t7khF
Fajar semakin menjadi, tanganya berpindah mengelus perutku, sontak aku merasa geli. Tapi tidak ada niatan untuk menyuruhnya berhenti. Elusan tangannya di perutku, membuatku mengabaikan telepon dari suamiku.2852Please respect copyright.PENANAaWxLH2KpNO
2852Please respect copyright.PENANA9C0NezEU2q
Tindakannya semakin liar, perlahan ia remes buah dadaku dari balik gamis. Aku yang kepalang bosan menegurnya, akhirnya membiarkan. Remasannya semakin liar, membuatku harus menggigit bibir, menahan lenguhan agar tidak terkeluar.2852Please respect copyright.PENANApQfmrS8XQg
2852Please respect copyright.PENANArrG6fm08Zd
“Umi?”2852Please respect copyright.PENANAgbB0sMewIp
2852Please respect copyright.PENANAKSf9wDDjGi
“Eh, iya, bi. Kenapa?” jawabku tergagap.
2852Please respect copyright.PENANA8yXmKG5WFe
Bersambung.
ns216.73.216.143da2