
#1 Namaku Laras
2612Please respect copyright.PENANAMNG13qZmXK
“Umi cuma punya dua tangan!” Seruku kepada mereka berdua yang sibuk ke sana-kemari. “Abi, makan dulu, ih!” seruku lagi kepada suamiku sambil membolak-balik ayam di penggorengan dengan gemercik minyak yang meletup-letup kecil.2612Please respect copyright.PENANAbCR5IOh14y
2612Please respect copyright.PENANAdr5LV82TU5
“Abi gak ada waktu, mi. Udah telat!” Jawab Suamiku, Dimas. Ia terlihat sibuk membenarkan dasinya yang sedikit miring. “Abi berangkat dulu.” Dimas menghampiriku dan memelukku dari belakang, tak lupa ia mengecup puncak kepalaku dengan mesra.2612Please respect copyright.PENANAxkLZAY1fI2
2612Please respect copyright.PENANAtxQRrExW20
“Adit jangan sampe telat!” Kata Dimas kepada Adit, anakku.2612Please respect copyright.PENANAHxaokv1CGx
2612Please respect copyright.PENANADUl03KHG4A
Adit mengangguk. “Hati-hati, Bi.” Ia duduk di meja makan dengan seragam rapi. Dimas tersenyum dan kemudian menghilang dari meja makan.2612Please respect copyright.PENANAmscyg8IcYM
2612Please respect copyright.PENANAHP3OHVe6mK
Aku meletakan dua ayam goreng di meja makan, lalu duduk berhadapan dengan Adit, anakku satu-satu-nya. Adit sangat mirip dengan suamiku, dari wajahnya, sifatnya, pun caranya makan, seperti kloningan sempurna tanpa cacat.2612Please respect copyright.PENANAJMmv9g2Y7W
2612Please respect copyright.PENANA0QpWtRH5es
Adit menyendok Nasi ke piringnya dan mengambil satu goreng ayam bagian paha.2612Please respect copyright.PENANAoPhOu8ecoY
2612Please respect copyright.PENANAHW7Yn1hJQn
“Jangan buru-buru, sayang.” Aku menuangkan air ke gelas dan menyodorkan kepadanya.2612Please respect copyright.PENANA1rlmTbLwSF
2612Please respect copyright.PENANAJil18LhHaP
“Takut telat, bun,” kata Adit. Hari senin memang sangat sakral bagi sebagian anak SMA kelas tiga seperti anakku ini.2612Please respect copyright.PENANAg96c0V9u0D
2612Please respect copyright.PENANAciMAIrvdJs
“Nanti keselek, lho,” kataku, memperingatinya.2612Please respect copyright.PENANAg8ZZMBFSaj
2612Please respect copyright.PENANA1P3LsS8Kez
Adit menghiraukan. Ia makan dengan terburu-buru. Tak lama kemudian, ia berdiri. “Adit berangkat dulu, ya, bun.” Ia menghampiriku. Aku berdiri dan mengulurkan tangan. Dengan takzim Adit mencium punggung tanganku.2612Please respect copyright.PENANAi3uOYxJGuV
2612Please respect copyright.PENANAStQIal1UpU
“Hati-hati, sayang,” kataku sambil mengusap rambutnya. “belajar yang giat.” Adit tersenyum, lalu melangkahkan kakinya keluar rumah.2612Please respect copyright.PENANAbR4QFpG2iW
2612Please respect copyright.PENANADiU2V8ADyG
ia berangkat ke sekolah menggunakan motor. Walaupun aku tak membenarkan hal seperti itu, sebab ia sendiri tidak memiliki SIM. Tapi, aku selalu memperingatinya untuk selalu menggunakan Helm. Lagian, suamiku terlalu sibuk untuk mengantar-jemputnya. Aku sendiri? Tak bisa mengendarai motor maupun mobil.2612Please respect copyright.PENANAl1uLO8qUxR
2612Please respect copyright.PENANAkvdtypE8bi
Dari jaman kuliah, aku selalu menggunakan Taxi atau alat transportasi lainnya. Dahulu, Umiku selalu berkata, Laras, kamu harus belajar nyetir. Mau sampe kapan kamu bergantung sama Abi? Aku hanya tersenyum dan mengganguk. Abi pun begitu, Mbak, mau diajarin nyetir mobil? tanya Abi kepadaku, sewaktu-waktu. Aku hanya menggeleng. Menolak.2612Please respect copyright.PENANAFrURmIslld
2612Please respect copyright.PENANAGWcx076laT
Aku mempunyai ketakutan tersendiri soal berkendara. Sewaktu aku masih kelas 4 Sd, aku menyaksikan anak yang seumuranku tertabrak mobil, tepat di hadapanku. Dan itu sungguh menyeramkan sekali. Apalagi untuk anak yang usianya baru menginjak 10 tahun. Sampai sekarang, kejadian tersebut masih terlintas di pikiranku. Tidak bisa menghilang, dan menghantui terus menerus, seperti sebuah pembelajaran yang harus kuingat-ingat.2612Please respect copyright.PENANARJhFhgwHjv
2612Please respect copyright.PENANATZ5Ax7GIge
Seperti ibu rumah tangga pada umumnya, aku menghabiskan sebagian waktuku di rumah, berkemas, berbelanja keperluan dapur, dan sebagainya. Di usiaku yang ke 38 tahun, aku harus tetap produktif dan terus melakukan kewajibanku sebagai istri sekaligus ibu.2612Please respect copyright.PENANAHvl3rItSEe
2612Please respect copyright.PENANAeDPA22BycT
Aku teramat bahagia sepanjang pernikahanku dengan Dimas. Aku bersyukur sekali menikahi lelaki yang ku kenal sejak dari bangku perkuliahan itu. Dimas, adalah sosok lelaki yang penyabar, sholeh, dan penuh tanggung jawab. Tidak seperti di film-film, kami tak pernah bertengkar hebat, palingan bertengkar karena masalah sepele. Dimas juga sosok imam yang baik, ia selalu memperingatkanku terhadap kewajibanku terhadap Tuhan. Apapun yang terjadi, bunda gak boleh ninggalin solat. Begitulah ia sering menasehatiku.2612Please respect copyright.PENANArQxtOiL4e9
2612Please respect copyright.PENANAP4JF8Ei7G6
Sewaktu kuliah, Dimas adalah kating-ku. Dimas lebih tua dua tahun di atasku. Ia sering ikut organisasi. Kami bertemu di salah satu organisasi literasi. Aku masih ingat ketika pertama kali ia menghampiriku dan berkata, saya mau mengenal kamu lebih jauh, tapi, saya gak mau mengajak kamu dalam kemaksiatan. Mengingat-ingat itu, membuatku tergelitik. Kemudian, pendekatan kami terus berlanjut. Kami tidak pernah memiliki hubungan yang disebut pacaran, aku sendiri menghindari sebuah maksiat yang dinamakan Zina. Sedari kecil, aku sudah dibentuk oleh agama yang kuat, Abiku pemilik pesantren, jadi tidak heran aku selalu menjalani kehidupan seusai syariat agamaku.2612Please respect copyright.PENANAcYplQOg6wc
2612Please respect copyright.PENANAMj6FJluYNZ
Begitupun Dimas, ia memegang teguh norma-norma agama. Tidak pernah sekalipun ia menyentuhku sebelum menikah. Satu tahun setelah aku Wisuda, Dimas segera melamarku. Hari-hari indah itu masih jernih dalam ingatanku. Ia datang bersama keluarganya. Dimas tampak elegan dengan baju koko dan senyum yang tergores di wajahnya.2612Please respect copyright.PENANAhKpQVhPmyY
2612Please respect copyright.PENANAFrM54n0QYf
Di ruang tamu rumahku keluargaku dan Dimas berkumpul. Saling tertawa dan membahas perihal tujuan kedatangan keluarganya. Aku hanya mengulum senyum dan menunduk di antara keramaian. Gimana, mbak? Tanya Abi kepadaku perihal lamaran Dimas. Aku mengangguk dan tersipu. Menerima lamarannya.2612Please respect copyright.PENANA7KGKP2gdh6
2612Please respect copyright.PENANAb6azW0W1Wn
Malam pertama kami begitu kakuk. Kami duduk di ranjang tanpa bercakap sepatah-kata. Dimas sama sekali tak bergerak untuk menyetubuhiku. Begitupun aku, aku sama sekali tidak mempunyai pengalaman perihal sex. Maka, malam pertama kami, tidak ada persetubuhan, kami sama-sama tertidur pulas sebab letih menyambut tamu.2612Please respect copyright.PENANAFGRwJwT3T3
2612Please respect copyright.PENANAVKUA7jYINO
Di minggu pertama, Dimas merenggut perawanku. Aku bahagia bisa memberi mahkotaku kepada suamiku, bukan kepada orang lain. Dan sebagai orang yang sudah menikah, menyenangkan suami tentu saja mendapatkan sebuab imbalan berupa pahala.2612Please respect copyright.PENANAXUBiHBLO2J
2612Please respect copyright.PENANAdm3IqEZMzy
Tahun-tahun berlalu. Pernikahan kami semakin erat sampai detik ini. Hasil dari pernikahan kami adalah Adit, anak cowokku, dan satu-satu-nya.2612Please respect copyright.PENANAXpvcJY2b7m
2612Please respect copyright.PENANAmnWKItK2uz
Adit, anakku, tergolong anak yang sopan dan sholeh. Aku selalu mengajarkannya etika-etika mendasar yang harus ia pahami. Di masyarakat sekarang, banyak sekali hal-hal melenceng yang jauh dari Etika-etika dan norma yang berlaku. Aku, sebagai ibu, tidak ingin anakku sampai terjatuh ke dalam sebuah jurang yang dinamakan kemaksiatan.2612Please respect copyright.PENANAudiHKWQmWT
2612Please respect copyright.PENANAKxfkntRqUc
Aku termasuk selektif kepada anakku. Aku tidak ingin dia berteman dengan sembarangan orang. Remaja-remaja seumurannya pastilah ingin mencari jati diri. Tapi, sebagai ibu aku tidak ingin dia terlampau jauh. Seperti mengikuti tawuran, narkoba, sex bebas, dan sebagainya. Oleh karena itu aku membatasi pergaulannya.2612Please respect copyright.PENANA88nYAjJ51I
2612Please respect copyright.PENANAoLIQjxIphX
Yang aku tahu, Adit, hanya memiliki satu sahabat, Namanya, Fajar. Aku sendiri mengenal Fajar sudah lama. Ia adalah sahabat anakku sedari kecil. Aku mengenal baik Remaja bernama Fajar itu, bahkan aku sudah menganggapnya sebagai anakku sendiri. Selain ia periang dan sopan kepada yang lebih tua. Ia juga sering mengarahkan Adit ke hal-hal yang bersifat positif. Aku memang cukup dekat dengan Fajar, kami sering berbincang, sebab ia sering berkunjung ke rumahku. Selain ia sahabat anakku sedari kecil, ia juga satu sekolah dengan Adit. Oleh karena itu aku sering bertanya perihal perkembangan Adit di sekolah.2612Please respect copyright.PENANAeiMNsJyMTm
2612Please respect copyright.PENANAptp2UgPsRl
Aku juga menaruh simpati kepada Fajar. Ia hidup hanya berdua dengan neneknya. Sepengetahuanku, ibunya meninggal sewaktu melahirkannya. Ayahnya sendiri adalah pria yang tidak bertanggung jawab, yang lepas tangan ketika ibunya hamil.2612Please respect copyright.PENANA90vbdP0CwJ
2612Please respect copyright.PENANA54Av6emKj7
Fajar, cukup dewasa untuk anak seusianya. Ia sudah bekerja dan menghasilkan uang sendiri. Walaupun ia bekerja serabutan. Kadang, aku juga sering mengantar makanan ke rumahnya. Simpatiku kepadanya mendapat dukungan dari Suamiku. Sesama manusia kita memang harus berbagi, mi. Kata Dimas kepadaku. Abi bangga sama Umi.2612Please respect copyright.PENANAbhI8vCmXuk
2612Please respect copyright.PENANAdoNlrBLD8b
Seperti biasa, sepulang sekolah, Adit dan Fajar sering menghabiskan waktu bermain PS. Aku tak mempermasalahkan hal tersebut, asalkan mereka masih ingat waktu untuk ibadah. Seperti yang di lakukan mereka sore ini. Selepas pulang sekolah, Adit lekas menghambur ke kamarnya, diikuti oleh Fajar. Aku hanya menggeleng melihat tingkah dua remaja itu.2612Please respect copyright.PENANAB5a3pKbSzJ
2612Please respect copyright.PENANAbPJMYmkL2O
Terdengar deru langkah. Aku menoleh ke belakang. Fajar tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.2612Please respect copyright.PENANA1Z6m2JRRsE
2612Please respect copyright.PENANALaG91313Zi
“Udahan main PS-nya?” Tanyaku.2612Please respect copyright.PENANALL6oCEdGwb
2612Please respect copyright.PENANA4yAsp2Hlrg
Fajar duduk di hadapanku. Meja menjadi penengah di antara kami. “Udah, tan,” jawabnya.2612Please respect copyright.PENANAYANEyL2pV4
2612Please respect copyright.PENANARoi6oANa3D
Aku dan Fajar memang selalu mengobrol. Sekedar membahas buku-buku baru-baru ini yang kami baca, atau sedikit berdiskusi perihal hal-hal tentang kehidupan. Fajar, jauh lebih dewasa dari anakku, terlihat dari bacaan nya yang berat, dan juga pemikirannya yang sering kali membuatku terpukau.2612Please respect copyright.PENANAX6dZIIZlHC
2612Please respect copyright.PENANAxJ1y7J4S9H
“Novel Kafka yang kemarin udah dibaca habis, Tan?” tanya Fajar.2612Please respect copyright.PENANAH2cixv4RI5
2612Please respect copyright.PENANAEjp0kB4aZX
“The Castle, udah,” kataku. “Kalau Metamorfosis, baru setengah halaman.”2612Please respect copyright.PENANAwpAdd32W6W
2612Please respect copyright.PENANAaYa02cN7YV
Fajar mengangguk.2612Please respect copyright.PENANAXUO9z6UdgZ
2612Please respect copyright.PENANAmgJb3ycVSh
“Kamu udah makan?” tanyaku. “Kalau belum, tante ambilin, mau?”2612Please respect copyright.PENANAtbBxHAevwV
2612Please respect copyright.PENANAmlV3cWf7td
Fajar tersenyum lebar. “Belum, Tan.” Ia terkekeh.2612Please respect copyright.PENANA7URAdEugOj
2612Please respect copyright.PENANAwJTXmelRak
Aku mengernyitkan wajah dan tersenyum kepadanya. “Dasar kamu.” kataku, kemudian berdiri. “Ayo.”2612Please respect copyright.PENANAmrl9Zdkk5r
2612Please respect copyright.PENANAMMHNvGqsXe
Kami berpindah ke meja makan. Aku meletakan sepiring nasi dengan lauk ayam goreng di meja. Dengan lahap Fajar menyantap masakanku. Aku tersenyum melihatnya makan dengan lahap.2612Please respect copyright.PENANA4MkmP7IRjN
2612Please respect copyright.PENANAkPuBNkapTl
Aku menuangkan air dan menyodorkan kepadanya. “Kalau kamu laper, jangan sungkan datang ke sini, Jar.” Aku beranjak duduk.2612Please respect copyright.PENANAw7K6S2578N
2612Please respect copyright.PENANAcYjBYRbTf2
Fajar menjawab dengan mulut yang penuh, “Makasih, Tan.”2612Please respect copyright.PENANAsjZ5GZixFb
2612Please respect copyright.PENANAqEvxruGh5v
“Udah, habisin dulu makanannya, baru ngomong,” kataku.2612Please respect copyright.PENANAhjwaHNBWzP
2612Please respect copyright.PENANAoEa68LmW2M
“Tante baik banget, tambah sayang, deh,” Ia tersenyum kepadaku dengan piring yang sudah kosong. Ludes tak bersisa.2612Please respect copyright.PENANAmYmIJSDkty
2612Please respect copyright.PENANABKAIr7z75b
“Tante, kan, memang baik,” kataku, bangga.2612Please respect copyright.PENANAb1OQplTFGq
2612Please respect copyright.PENANAe3EUHXg9AT
Fajar meneguk air. “Semoga kelak dapet istri kaya tante, amin,” Ia melayangkan senyum riang kepadaku.2612Please respect copyright.PENANAwHJ67FbPcw
2612Please respect copyright.PENANAG2CryLZ49U
Aku terkekeh. “Makanya, sekolah yang bener, kejar cita-cita. Biar kelak sukses, dan dapat pasangan yang setara.”2612Please respect copyright.PENANA5lZ9jDcn8w
2612Please respect copyright.PENANAc94efLzDh1
Fajar menatapku, dalam. Kemudian tertawa. Aku menatapnya bingung, “Kenapa, ih?” tanyaku. “Wajah tante aneh, ya?” Aku mengeluarkan ponselku dan berkaca di layar hitam, sekiranya ada sesuatu yang menempel di wajahku.2612Please respect copyright.PENANAZjjrpPOQ1k
2612Please respect copyright.PENANAURFQLWtWAW
Fajar malah terkekeh. “Tante cantik, banget.”2612Please respect copyright.PENANAT1Mg9RdNR7
2612Please respect copyright.PENANA5nr5Bjh4aW
Aku malah tersipu. Agak malu, aku bertanya, “Kamu belajar gombalan dari mana?”2612Please respect copyright.PENANA7KQ06k11PF
2612Please respect copyright.PENANA9mY7jeUNUy
Fajar berdehem. “Dari sini.” Ia menunjuk dadanya. “dari hati.”2612Please respect copyright.PENANABywiU55gj0
2612Please respect copyright.PENANAlusCHIHwCl
Aku menggeleng. Fajar tidak seperti biasanya. Baru kali ini ia berani menggombaliku. Aku tak menganggap serius, mungkin ia bermaksud bercanda dan mencarikan suasana.2612Please respect copyright.PENANAKVjkesRFUA
2612Please respect copyright.PENANARPavEUDePW
Fajar sendiri memiliki tampang wajah yang menurutku lumayan tampan. Yang membuatnya menarik adalah, tingginya yang berkisar 178 Cm, yang jika aku berjalan bersampingan dengannya, aku terlihat pendek sekali. Remaja sepertinya memang masih dalam masa-masa pertumbuhan. Mungkin di kalangan remaja putri, sosok fajar adalah yang diidamkan-idamkan.2612Please respect copyright.PENANA1aRAcfvyoA
2612Please respect copyright.PENANA0fCZJc7vZC
Aku mengambil piring bekas Fajar makan. Ruang makan dan dapurku menyatu. Selain hemat tempat, juga lebih Efisien. Aku membuka keran. Percikan air membasahi piring, tak lupa aku usap lembut dengan spons.2612Please respect copyright.PENANAOtYTRgLzXX
2612Please respect copyright.PENANAYo0BqbbJCO
Fajar menghampiriku. Bahu kami saling bersentuhan. Aku memang sudah menganggapnya anakku sendiri, tapi, kami bukanlah muhrim. Tentu saja aku merasa risih. Tapi, entah kenapa ada perasaan tidak nyaman di hatiku jika aku bergeser.2612Please respect copyright.PENANAwwsqZZYZu1
2612Please respect copyright.PENANAn3Ne4bWegg
“Fajar aja yang cucinya, tan.” Fajar meraih piring dari tanganku. “Tante duduk aja.”2612Please respect copyright.PENANA8V1cxKeXkL
2612Please respect copyright.PENANABYw2NJwFg4
Aku mengiyakan. Lalu duduk di bangku meja makan. Tak lama, Fajar menyusul, duduk di sebelahku. Hening sejenak. Tidak ada obrolan. Hanya bunyi detik jam dari kejauhan yang mengisi keheningan. Sampai akhirnya, Fajar memecah hening.2612Please respect copyright.PENANAQlLGBy1xUo
2612Please respect copyright.PENANA2RFgULVo8U
“Makasih, tan,” Ia melirikku. “Tante baik banget sama Fajar.”2612Please respect copyright.PENANAhVhOgNx81Q
2612Please respect copyright.PENANAIWQbEBSQas
Aku menoleh ke arahnya dan tersenyum. “Jar, udah kewajiban manusia untuk berbuat baik sesamanya,” kataku. “Lagian, kamu juga udah bantu tante banyak, kok.”2612Please respect copyright.PENANAuFvJk7Rl0D
2612Please respect copyright.PENANAFYXd7VbSKo
Mata kami bertemu. lima detik kami saling bertatapan. Tidak ada yang mau mengalah. Entah kenapa wajahku kaku, enggan untuk berpaling.2612Please respect copyright.PENANAKoOVEdyz26
2612Please respect copyright.PENANAoDlr1aNhI9
“Cie pacaran.”2612Please respect copyright.PENANAxxcLpV0rmf
2612Please respect copyright.PENANAS5tK22mkHG
Sontak aku memalingkan wajah, beralih menatap anakku yang beranjak duduk di hadapan kami.2612Please respect copyright.PENANA7OMCyFaMVY
2612Please respect copyright.PENANA48BoX3mwYT
“Mi.” Adit menggaruk kepalanya. ia terkekeh ringan. Jika sudah begini, pastilah ada yang diinginkannya. “Boleh gak Adit ikut camping sama teman sekolah?” tanyanya, kemudian.2612Please respect copyright.PENANAHKrsWp66dA
2612Please respect copyright.PENANAvQ7q4YB1pk
Aku menghela nafas. “Camping sekolah?” tanyaku menyelidik. “kalau kalian yang adain acaranya, Umi engga kasih izin.”2612Please respect copyright.PENANA3tSoT5KT3C
2612Please respect copyright.PENANAIg5vuIKooj
Adit terlihat berfikir sejenak, kemudian berkata, “Dari sekolah, Mi. Acara pramuka,” jawabnya. “Iya, kan, Jar?” ia melirik Fajar.2612Please respect copyright.PENANAQCYHWZPCmP
2612Please respect copyright.PENANAaDquDhiE2c
Aku menatap tajam ke arah Fajar, memintanya hendak berkata jujur. Fajar terkekeh dan berkata, “Engga, tan. Adit bohong. Kemah pramuka udah selesai bulan kemarin.”2612Please respect copyright.PENANAEr9XlXZsLE
2612Please respect copyright.PENANAKZJtzLtz8q
Aku balik menatap Adit. Adit menunduk. “Kenapa bohong sama Umi?” tanyaku, sedikit galak. “kamu gak boleh bohong sama orang tua. Dosa.”2612Please respect copyright.PENANAEFkNczz9pT
2612Please respect copyright.PENANAYy7A0a1fw8
Sambil menunduk, Adit berkata, “Maaf, bun. Lagian kalau Adit jujur, Umi engga kasih izin juga.”2612Please respect copyright.PENANAFpH9NLljNB
2612Please respect copyright.PENANAGc9NYKDiIt
“Tapi, bukan berarti kamu harus bohong, kan?” Aku menghela nafas lagi, cukup dalam. “yaudah, kali ini Umi izinin. Tapi, awas aja kamu macem-macem.”2612Please respect copyright.PENANASh5lY1ccIO
2612Please respect copyright.PENANAHJsvEKiaGL
Adit mendongak menatapku dengan binar di mata. “Makasih, Umi. Sayang Umi banyak-banyak.”2612Please respect copyright.PENANAbidjYkruno
2612Please respect copyright.PENANA5LNBdFScAG
Aku tertawa ringan, lalu menoleh ke Fajar. “Kamu awasi Adit, Jar.”2612Please respect copyright.PENANARg0A7LbD7R
2612Please respect copyright.PENANAdVColKLh0x
“Fajar gak ikut, tan.”2612Please respect copyright.PENANAY6kgErD7ZY
2612Please respect copyright.PENANAQVnQha8RKR
Adit menimpali, “Fajar sama Adit gak satu kelas, Mi. Acara ini, khusus buat kelas Adit aja.”2612Please respect copyright.PENANAPzr47lNvGp
2612Please respect copyright.PENANAzS2neoOM7J
Aku mengangguk, paham. “Yaudah. Kamu jangan aneh-aneh, ya, sayang.” Kataku sambil tersenyum menatap Adit.2612Please respect copyright.PENANAWiFJgMpTie
2612Please respect copyright.PENANAERlVpVeqXG
Adit menggangguk, antusias. “Siap Umi.”2612Please respect copyright.PENANAM4LQRPXEFo
2612Please respect copyright.PENANA3Nj71qiKby
***2612Please respect copyright.PENANA3d3mfrSpEn
2612Please respect copyright.PENANAFTaGXc7WKV
Minggu pagi adalah hal yang paling di tunggu. Terutama bagiku. Di minggu pagi, aku bisa merehatkan tubuhku sejenak, bisa bermain ponsel sepuasnya, atau bisa membaca buku dengan khidmat. Seperti yang aku lakukan sekarang, di ruang tamu di sebelah suamiku.2612Please respect copyright.PENANAtoxMPXFgwW
2612Please respect copyright.PENANAmULTgSSFcR
Suamiku, Dimas, sibuk dengan laptop di pangkuannya. Ia cukup sibuk sekalipun adalah hari minggu. Dimas memang tipe-tipe Pekerja yang ambisius. Berkerja di bidang hukum membuatnya harus ekstra mengeluarkan tenaga. Terkadang, ia tak ingin di ganggu perihal kerjaannya.2612Please respect copyright.PENANAkXGOr6ldwk
2612Please respect copyright.PENANAkSiwZKvZdZ
Aku menghela nafas, bosan. “Bi, ke toko buku, yuk.” Aku meraih lengannya, dan menyandarkan kepalaku di bahunya. “Umi mau beli buku itu lho, yang best seller itu.”2612Please respect copyright.PENANA4Q6QZEJJNc
2612Please respect copyright.PENANAg8MQdLmX5S
“Apa?” Dimas masih fokus menatap layar laptop.2612Please respect copyright.PENANAJMCugGZO92
2612Please respect copyright.PENANA8dqNrmB1Fp
Aku mendengus. “Karyanya Eka Kurniawan, Cantik itu luka.”2612Please respect copyright.PENANA8Ax6rBNvOR
2612Please respect copyright.PENANAXQg4DFtwSt
“Jangan, umi,” Bunyi ketukan keyboard terdengar. “gaya bahasanya vulgar. Gak cocok sama umi.”2612Please respect copyright.PENANArucxM3Ptd3
2612Please respect copyright.PENANAHUSIVrHqSC
Sedikit sebal, aku melepaskan lengannya dari pelukku. Tapi, Dimas sama sekali tak menggubris kekesalanku. “Abi, Ih.” aku merengek sambil memanyunkan bibir. “Umi ngambek, lho, ini.”2612Please respect copyright.PENANAP4vnEADb1E
2612Please respect copyright.PENANAONnpelS5eY
Akhirnya Dimas menoleh ke arahku. Ia tersenyum, kemudian mendaratkan tangannya di puncak kepalaku. mengelus kepalaku yang terbalut jilbab. “Abi lagi ngerjain laporan. Minta antar sama Adit, ya?”2612Please respect copyright.PENANAZosluKOAYs
2612Please respect copyright.PENANAa6mKJEP4gZ
Aku mengangguk, terpaksa. Tak lama terdengar suara melengking Dimas memanggil Adit. Yang di panggil segera hadir.2612Please respect copyright.PENANAgP6txll1gt
2612Please respect copyright.PENANAUFkHhCAUZh
“Kamu anterin umi ke toko buku,” Kata Dimas kepada Adit.2612Please respect copyright.PENANAwdWeYjmXQP
2612Please respect copyright.PENANAbMYzaOvdYE
Sambil berdiri, Adit berkata, “Adit bentar lagi berangkat, bi. Mau camping. Minta antar sama fajar aja, ya?”2612Please respect copyright.PENANAAvPi9qxrO8
2612Please respect copyright.PENANAIhQHfX1DjD
Dimas berfikir sejenak, kemudian suaranya melengking ke penjuru ruang, memanggil Fajar.2612Please respect copyright.PENANAdsn8LhbzZY
2612Please respect copyright.PENANAKpye7c2CXU
Setiap minggu, Fajar memang selalu berkunjung ke rumahku. Dan suamiku sendiri tidak mempersalahkan kehadiran Fajar. Bagi Dimas, Fajar adalah sosok remaja yang ulet sopan. Kadang ada beberapa pekerjaan rumah yang ia selesaikan. Sewaktu dulu, ketika atap genteng bocor, Fajar lah yang menambalnya. Ketika keran air rusak, Fajar yang memperbaiki. Sikap Fajar yang seperti itu, membuat suamiku menyukainya.2612Please respect copyright.PENANATn1Djj7FP5
2612Please respect copyright.PENANAnfE47PUaAh
“Jar, kamu anterin Umi ke toko buku, ya.” Kata Dimas kepada Fajar yang berdiri di sebelah anakku. “Kamu bisa nyetir, kan” Dimas meletakan kunci mobil di atas meja, di samping vas bunga.2612Please respect copyright.PENANAZtPiKksJSY
2612Please respect copyright.PENANAQZ9LYa3gCY
Fajar mengangguk. “Bisa, om.”2612Please respect copyright.PENANAUCBR71g6TT
2612Please respect copyright.PENANANoc0jvUPAq
Fajar memanggil aku dan suamiku dengan kata ganti, “Om-tante”, padahal Dimas menyuruhnya untuk memanggil nama kami dengan, “Abi-umi”, tapi ia menolak.2612Please respect copyright.PENANAUqitw6zUhP
2612Please respect copyright.PENANAuXurrN79PP
“Umi ke toko bukunya sama Fajar aja, ya,” kata Dimas kepadaku.2612Please respect copyright.PENANAXFR1U75yvX
2612Please respect copyright.PENANABS5HLc23l7
Aku mengangguk.2612Please respect copyright.PENANAjZzwjQRYoF
2612Please respect copyright.PENANAXHb5I1yAfv
“Umi, Abi, Adit berangkat dulu.” Adit menghampiri kami berdua, lalu mencium punggung tanganku dan Dimas, bergantian.2612Please respect copyright.PENANAV6tdxBmOZv
2612Please respect copyright.PENANAcRBt5FeEWj
“Hati-hati, jangan macam-macam,” kataku kepadanya.2612Please respect copyright.PENANAzOVwia2BVM
2612Please respect copyright.PENANAHedKMhXzhS
“Siap, Umi,” jawab Adit dari kejauhan. Tak lama terdengar suara knalpot motor.2612Please respect copyright.PENANAy4EitMj2ew
2612Please respect copyright.PENANABjexoEfVut
Aku segera berdiri, “Jar, duduk dulu, tante mau ganti baju,” kataku kepada Fajar. Fajar mengangguk sambil duduk di hadapan suamiku.2612Please respect copyright.PENANAp7UdsakNBd
2612Please respect copyright.PENANAIUEfZ6Cc4y
Aku memutuskan untuk mengenakan gamis pink serta jilbab yang warnanya sama. Aku meliukkan tubuhku kanan-kiri di depan kaca lemari. Di usiaku yang tidak muda lagi, aku masih memiliki tubuh yang masih bagus, terawat, dan juga bersih. Bisa dibilang, aku selalu menjaga tubuhku bagian luar maupun dalam. Mungkin karena itu, teman-temanku selalu berkata, Laras dari masih gadis sampai punya anak satu, tubuhnya gak berubah, masih bagus. Tentu saja aku tersanjung dipuji seperti itu.2612Please respect copyright.PENANAFQi9KHH9CO
2612Please respect copyright.PENANAmhnf0DMPf4
Di ruang tamu, Fajar dan Dimas, masih asik mengobrol, aku lekas menghampiri mereka.2612Please respect copyright.PENANANlJzgifBzS
2612Please respect copyright.PENANAx21UzJToiA
“Ayo, jar,” kataku kepada Fajar. “tante udah siap.”2612Please respect copyright.PENANAyF40jsFDIb
2612Please respect copyright.PENANAnKP8mJZeQE
Fajar berdiri. “Om, saya anterin tante dulu, ya.” ia menunduk sopan ke suamiku.2612Please respect copyright.PENANAycDikMub9v
2612Please respect copyright.PENANAcpG90YPpgG
Dimas membalas sambil tersenyum. “Hati-hati.”2612Please respect copyright.PENANAxD8eLPARZP
2612Please respect copyright.PENANAEPx2rUiRA4
***2612Please respect copyright.PENANAsi3IJrMvg5
2612Please respect copyright.PENANAsCox3cdbbV
Fajar memarkirkan mobil di tepian jalan. Di samping Toko Buku. Toko Buku ini memang kerap aku kunjungi semasa aku kuliah dulu. Lekas, aku dan Fajar masuk ke dalam. Aku menuju rak buku dengan label di atasnya bertuliskan: Novel sejarah. Akhir-akhir ini aku memang kerap membaca Novel berlatar sejarah. Sementara Fajar, beranjak menuju lantai dua Toko Buku ini. Aku membiarkannya dan fokus mencari buku yang ingin ku beli.2612Please respect copyright.PENANApzFZuUFZtq
2612Please respect copyright.PENANAMURYI4gz6u
Aku memutuskan untuk membeli empat buku, karyanya Pramoedya Ananta Toer. Fajar sendiri tampaknya sedang asik memilah buku. Sambil memeluk empat buku, aku menaiki anak tangga, menyusul Fajar.2612Please respect copyright.PENANAAfCIEnWIbF
2612Please respect copyright.PENANAVMJIeGWprv
Tiba di lantai dua, aku memperhatikan Fajar yang sibuk berpindah dari Rak buku ke rak buku lainnya. Aku menghampirinya. “Kamu kalau mau beli buku, beli aja, Jar. Tante bayarin,” kataku.2612Please respect copyright.PENANAFhwAVa5FI4
2612Please respect copyright.PENANANZA9KihxaA
Fajar berbalik. “Mau beli dua boleh?” ia tersenyum.2612Please respect copyright.PENANA4WqMuXb8Qt
2612Please respect copyright.PENANA8pRuMuEzL8
Aku terkekeh. Yang membuat aku menyukai sahabat anakku ini adalah karena sifatnya yang jujur. Ia bukan tipe remaja yang sungkan atau malu-malu. Fajar adalah tipe remaja yang jika berkata tidak, maka tidak, bukan berkata tidak, untuk sekedar menolak sebab perasaan tidak-enakan.2612Please respect copyright.PENANA8N1ayKErpj
2612Please respect copyright.PENANAibfmVrZmC5
“Mau beli seratus juga boleh,” kataku, bercanda.2612Please respect copyright.PENANAfmALXRj42q
2612Please respect copyright.PENANAa2drZ6NOJA
Fajar terkekeh. Lekas ia menuju Rak buku yang bersandar di dinding. Aku menelan ludah, sebab ia mengambil sebuah kitab yang aku tau adalah Bible. Bukannya aku bermaksud Sara atau semacamnya, sepengetahuanku, Agama Fajar adalah Islam. Aku ingin lekas bertanya kepadanya, tapi urung, suasana dan tempat tidaklah mendukung.2612Please respect copyright.PENANAUUFhWisM1g
.2612Please respect copyright.PENANAEYc8x5DanY
2612Please respect copyright.PENANAjYP9vqMgR1
Fajar beranjak menuju Rak buku di sebelahnya. Aku berdiri di sampingnya sambil memperhatikan gerak-gerik-nya. Kemudian ia mencomot satu buku berjudul: Eksistensialisme adalah humanisme-Derida. Fajar memang menyukai buku-buku Filsafat, kadang beberapa kali ia menawarkan kepadaku sebagai bahan bacaan. Filsafat membantu kita bernalar dengan baik, lho, tan, kata Fajar sewaktu-waktu.2612Please respect copyright.PENANASeRKHnkdIc
2612Please respect copyright.PENANAcmc7Z4aNds
Fajar menoleh ke arahku, ia mengangkat bukunya setinggi dada. “Udah, tan,” katanya sambil tersenyum. Kami berdua lekas menuju meja kasir.2612Please respect copyright.PENANATECXvh1AqT
2612Please respect copyright.PENANAR2Fy1QO0Hb
Aku memutuskan untuk tidak pulang terlebih dahulu. Aku ingin bersantai pagi ini.2612Please respect copyright.PENANA9xf8z3VYHF
2612Please respect copyright.PENANAxayvj9kv1G
Di satu meja, saling berhadapan, kami berdua menikmati Es kelapa muda yang telah dikeruk dan dipindahkan ke gelas kaca. Rasa manis dari gula kirik menyentuh lidahku. Terik matahari yang membakar kepalaku seakan lenyap bersamaan dengan air kelapa yang berseluncur di tenggorokan.2612Please respect copyright.PENANAdlvl94Qjp4
2612Please respect copyright.PENANAMe30O6yVZb
Aku memperhatikan Fajar sejenak, kemudian terkekeh geli. “Bukunya, kok, di bawa terus, gak bakal hilang, jar.” aku melirik bukunya di atas meja, samping gelasnya.2612Please respect copyright.PENANACWu40qkLJM
2612Please respect copyright.PENANA1Q78BvKkvv
Fajar menyeka bibirnya dengan lengan, sebab sebagian isi kelapa tersangkut di bibirnya. “Gak sabar bacanya, tan.”2612Please respect copyright.PENANAZgbiJ6luvN
2612Please respect copyright.PENANAKNKrqZOQif
Aku menggeleng-menggeleng, heran, kemudian terbesit di pikiranku untuk bertanya kenapa ia membeli kitab bible. “Kamu jangan tersinggung, ya, Jar,” aku berusaha merangkai kata sehalus mungkin. “Kamu kenapa beli kitab bible? Bukannya kamu muslim?”2612Please respect copyright.PENANAhUp3ef3Jfl
2612Please respect copyright.PENANAzUmSFlk1GM
Fajar malah terkekeh. “Aku kan kristen, tan.”2612Please respect copyright.PENANAyXIl6DYf9R
2612Please respect copyright.PENANAHPMEuysQQs
Aku yang sedang menyesap Es kelapa tiba-tiba terbatuk. Refleks Fajar mengambil tisu dan menyodorkan kepadaku. Aku mengelap sekitar bibirku. “Kok bisa?” tanyaku. “kamu jangan aneh-aneh, deh, Jar.”2612Please respect copyright.PENANAnnJj4vhhaG
2612Please respect copyright.PENANARv5M8WjCsp
Fajar menghela nafas, dalam. “Aku murtad dua tahun yang lalu, tan,” Ia sedikit menunduk. “tante kecewa?”2612Please respect copyright.PENANAUQXMoeSVsE
2612Please respect copyright.PENANAC9MyfMO9v1
Aku tersenyum menatapnya. Aku hanyalah manusia biasa, yang tidak mempunyai hak untuk mengatur pilihan manusia lainnya. Lagian, keyakinan adalah sebuah pilihan, bukan paksaan.2612Please respect copyright.PENANAVMnktC11h7
2612Please respect copyright.PENANAQR4QMkApLV
“Jar, semua pilihan ada di tangan kamu,” kataku, lembut. “kalau kamu mutusin buat pindah agama, itu kan hak kamu. Tapi, tante kecewa dikit, sih.”2612Please respect copyright.PENANAPgsfBETNnZ
2612Please respect copyright.PENANAKbHbEx27Gk
Fajar tersenyum. lalu kami memutuskan untuk sibuk dengan es kelapa masing-masing. Berisik knalpot motor dan mobil terdengar di antara kami. Pun riuh suara dari pengunjung lain.2612Please respect copyright.PENANAjGLjBE4Icx
2612Please respect copyright.PENANA4JuysPhn0n
“Tante mau mampir dulu ke rumahku?” Akhirnya Fajar bersuara. “baca buku di teras, gitu, nanti kita diskusi juga.” Ajaknya.2612Please respect copyright.PENANA4H8eLAyZMl
2612Please respect copyright.PENANAhSN1aqdSFN
Aku agak ragu untuk mengiyakan. mau bagaimanapun aku dan Fajar adalah lawan jenis. Apalagi jika berduaan dengannya, setan pasti punya celah untuk membisikan kami agar melakukan dosa. Tapi, entah kenapa, ada sebuah dorongan untuk aku mengatakan, iya.2612Please respect copyright.PENANAnyI7ElGWVM
2612Please respect copyright.PENANAUOP8pJFkM8
“Gimana, tan?” Fajar bertanya, lagi.2612Please respect copyright.PENANAK913DPWg3I
2612Please respect copyright.PENANAdNJhfvWtsM
“Bentar, Jar.” Aku merogoh ponsel dari tas tenteng ku. “Mau minta izin sama abi dulu.”2612Please respect copyright.PENANAjm9bPYlR47
2612Please respect copyright.PENANATVQ6R3Ed5m
Fajar mengangguk.2612Please respect copyright.PENANA5O5RsZvEHL
2612Please respect copyright.PENANAngRfDKK0WS
Aku mengetik deretan huruf dan mengirimnya kepada suamiku.2612Please respect copyright.PENANAPEw2TqLIcN
2612Please respect copyright.PENANA3EnFS8zuqL
Tak luma kemudian: Notif whatsapp berbunyi.2612Please respect copyright.PENANATBZN8S0J5l
2612Please respect copyright.PENANA8BUEjubH0k
Aku meraih ponselku di atas meja, lalu mengetuk notif yang mengambang di atas layar ponsel, sebuah pesan WhatsApp dari suamiku, bertuliskan: Boleh, bun. Abi juga ini lagi di luar, ada meeting sama client. Rumah, abi kunci, kuncinya abi taruh di keset pintu. Pulangnya jangan kemaleman, ya.2612Please respect copyright.PENANAe5iNhmXs52
2612Please respect copyright.PENANANwmHooWE2t
Aku menatap Fajar sambil tersenyum. Fajar mengernyitkan sebelah alisnya. Kemudian aku mengangguk. Fajar yang mengerti lekas membalas senyumku. Entah kenapa, ketika senyum itu merambat pada mataku, ada sebuah desir yang tidak bisa kujelaskan, sebuah desir aneh, yang tak pernah kurasakan sebelumnya.2612Please respect copyright.PENANAXvlHJf5o1H
2612Please respect copyright.PENANA6vzsp0cc5F
***2612Please respect copyright.PENANAGgiCNhqva4
2612Please respect copyright.PENANAT6gFndAyn5
“Masuk, tan,” Fajar membukakan pintu rumahnya, sementara dia berdiri di samping pintu, menungguku masuk terlebih dahulu.2612Please respect copyright.PENANAl7Y1aNGxBk
2612Please respect copyright.PENANARRoAfxSU53
“Ada orang di dalam, Jar?”2612Please respect copyright.PENANAh5ayNpfwHT
2612Please respect copyright.PENANAAtMVt9bDhD
“Nenek lagi kerja,” kata Fajar. “pulangnya sore.”2612Please respect copyright.PENANAZ228p8ZKQj
2612Please respect copyright.PENANAoMC39xapbo
Aku mengangguk. “Nenek memang kerja apa?”2612Please respect copyright.PENANAsUre6SA0K5
2612Please respect copyright.PENANAiOH2Oiglzd
Fajar menggaruk kupingnya. “Masuk dulu, tan” katanya. “engga enak ngobrol sambil berdiri.”2612Please respect copyright.PENANAUVMmJhReR9
2612Please respect copyright.PENANAs99Apd9Ob4
Akhirnya aku melangkah masuk. Tercium aroma wangi dari pengharum ruangan yang di tempel di kipas angin atap. Dengan televisi tabung yang di sampingnya berdiri vas bunga, kiri-kanan. Ruang tamu ini di dekor dengan minimalis. Lantai-lantai beralas karpet dengan motif miky mouse. Tembok bercat hijau, dengan dua bangku di samping pintu.2612Please respect copyright.PENANA8uZlsDvYkv
2612Please respect copyright.PENANA70DituLBAT
Rumah ini sendiri letaknya terpencil. Masuk ke dalam gang dengan luas lima meter, memungkinkan mobil untuk masuk. Jauh dari rumah yang lain, seperti terkucil dari sebuah kelompok.2612Please respect copyright.PENANAkAgvHcMLLA
2612Please respect copyright.PENANANmeRWg5VHV
“duduk dulu, Tan,” kata Fajar. “mau teh atau kopi?”2612Please respect copyright.PENANAD7IS0kljBK
2612Please respect copyright.PENANAd4gdJ425Zj
“Kopi, Jar,” kataku, singkat. Fajar menuju dapur. Aku duduk di bangku, menatap kosong ke arah televisi tabung. Pandanganku terpikat ke sebuah gambar di tembok atas televisi. Seakan ada magnet tertentu, aku beranjak menuju gambar tersebut. Aku Berdiri di hadapan sebuah Foto yang menampilkan Sosok Fajar yang tersenyum sambil memegang sebuah piala yang bertulisan: juara satu lomba baca puisi. Kemudian aku terkekeh. Aku tak menyangka, ternyata Fajar memiliki bakat perihal merangkai kata-kata dan menyulamnya menjadi puisi.2612Please respect copyright.PENANAa6sP5SRz1M
2612Please respect copyright.PENANAihMYR7bzGt
“Itu waktu kelas 2 SMA, Tan,” kata Fajar di sampingku, ia membawa nampan dengan dua gelas kopi di atasnya. Kemudian ia meletakan nampan itu di lantai, berhadapan dengan televisi. “Lesehan engga apa-apa, kan?”2612Please respect copyright.PENANAvGGpSDXsTm
2612Please respect copyright.PENANA3CjgakrIJQ
Aku terkekeh ringan. “kaya sama siapa aja.” Aku ikut duduk bersila di sebelahnya. "Tante gak nyangka lho, kamu juara satu baca puisi.” Aku meliriknya sekilas.2612Please respect copyright.PENANA3nesmlIqXv
2612Please respect copyright.PENANA8nZS5I6CaD
Dengan senyum bangga, Fajar berkata, “aku memang dilahirkan untuk menjadi pujangga, tan.”2612Please respect copyright.PENANATmDxDfqnQr
2612Please respect copyright.PENANA4VVOi4xmaj
Aku terkekeh, geli. “iya, deh, si paling pujangga,” kataku dengan nada mengejek.2612Please respect copyright.PENANAsMrM9hdHii
2612Please respect copyright.PENANA9GayVXH5t5
Tak ada pembicaraan setelah itu. Aku menyesap kopi hitam yang disajikan Fajar. Manis dan pahit tertakar dengan seusai, mencipta cita rasa pas di lidah. Ia seakan tahu kadar gula yang pas untuk menikmati kopi di siang hari. Di teriknya matahari yang bisa ku rasakan menembus seng, lalu menyantup kepalaku.2612Please respect copyright.PENANACNEchdkPfd
2612Please respect copyright.PENANAFkrvxI2IIg
Ruang terasa lenggang.2612Please respect copyright.PENANATraiHR34ir
2612Please respect copyright.PENANAvytbnpyKiI
Fajar merogoh kolong meja televisi, seperti mencari sesuatu. Ia kemudian mengeluar dua stick PS dan satunya ia sodorkan kepadaku. “Bisa main PS, tan?”2612Please respect copyright.PENANANLjBbinikE
2612Please respect copyright.PENANAESmx8zOF41
Aku tersenyum bangga. “Gini-gini, tante dulunya jagoan PS,” aku meraih stick PS. Semasa kecil aku memang kerap bermain console game, mulai dari PS satu, Nintendo, ps dua.2612Please respect copyright.PENANASD8XDyovIN
2612Please respect copyright.PENANAG6dyMklzys
Perlahan televisi menyala dengan layar gambar yang sedikit buram. Suara stick berbunyi. Fajar memilih game yang akan kami mainkan. Ia memilih sebuah game yang sangat aku kuasai: pes 2018.2612Please respect copyright.PENANAS4oKorYAKa
2612Please respect copyright.PENANA9vYf06sfkR
Aku membenarkan posisi dudukku, aku meliriknya sekilas lalu kembali menatap layar tv. Permainan Di mulai. Aku meliuk-kan jemariku dengan lincah. Begitupun Fajar, ia terlihat antusias, kadang ia berseru, kadang ia mendengus sebab tak bisa menggol bola ke gawangku.2612Please respect copyright.PENANAjnnytNUChR
2612Please respect copyright.PENANA5XnzkzTzBN
Aku pun begitu, entah kenapa aku terbawa suasana. Sudah lama aku tak sebahagia ini ketika bermain console game. Pun bersama Adit, anakku, aku hanya merasa jenuh, berbanding terbalik ketika bermain dengan sahabatnya. Aku mendengus kesal, tidak ada satupun tendanganku yang masuk ke gawangnya.2612Please respect copyright.PENANA7VDq8lIpsk
2612Please respect copyright.PENANA7dw2xBFD5f
Fajar pun begitu. Kadang ia mengejekku dengan jari jempolnya yang ia ke bawahkan, seakan berkata, kamu cemen Laras. Jiwa kanak-kanak-ku seketika bergejolak, aku balas mengejeknya dengan menjulurkan lidah. Ia malah terkekeh.2612Please respect copyright.PENANAYQsKyHZjjY
2612Please respect copyright.PENANAAEY53ssae5
“Yeay, menang.” Aku bersorak gembira sambil mengangkat kedua tanganku ke udara. Permainan selesai dengan skor 1-0. Di menit terakhir aku berhasil menjebol gawangnya. “Kamu terlalu cepat buat ngalahin aku,” kataku mengejeknya dengan senyum bangga.2612Please respect copyright.PENANALzAguB1UBU
2612Please respect copyright.PENANA2fihMnQQkb
“Aku sengaja,” elaknya, tak terimah. “kalau aku mau, skornya bisa 10-0.”2612Please respect copyright.PENANAvANdeYU0u2
2612Please respect copyright.PENANAZej98IeX8F
Bak anak kecil, aku menyangkal. “Mana ada, dasar cupu,” aku kembali mengejeknya, memasang raut wajah meremehkan.2612Please respect copyright.PENANAc14ax0GyyL
2612Please respect copyright.PENANArCo7inJxIG
Fajar malah terkekeh. “Aku baru kali ini liat sifat tante yang kekanakan,” ia menatapku, dalam. “gemes, tan.”2612Please respect copyright.PENANAL35ASf96Iy
2612Please respect copyright.PENANAToPY0fojOQ
Aku malah tersipu. Bisa-bisanya aku tersipu digombali remaja yang seumuran anakku.2612Please respect copyright.PENANAwSvjazmfz7
2612Please respect copyright.PENANAtY1GqLie5I
“Cie, salting,” Fajar menggodaku sambil tertawa. “pipinya merah.”2612Please respect copyright.PENANA6nCOaDoIIO
2612Please respect copyright.PENANAghQNkbSeRm
Aku lekas menyembunyikan wajahku di kedua telapak tangan. sambil menggelengkan kepala aku berkata, “Engga, ya,” aku terus menyangkal. Fajar membuatku seperti ABG yang sedang jatuh cinta.2612Please respect copyright.PENANAIbGSxgTn8x
2612Please respect copyright.PENANAANLPruahc5
Fajar masih saja tertawa. Aku sedikit kesal, lalu memukul pelan bahunya. “Ih, jangan ketawa,”2612Please respect copyright.PENANAl4VvyWYwDo
2612Please respect copyright.PENANANegRHu54kz
“tante KDRT,” Fajar bergeser sedikit. “galak.” Ia mengangkat tangannya di depan dada, seperti orang ketakutan.2612Please respect copyright.PENANAzucWOCVCG3
2612Please respect copyright.PENANAVJLnMmUTJz
Aku malah tertawa melihatnya seperti itu. Fajar ikutan tertawa. Tawa kami menggema di ruang tamu. Bersamaan dengan itu, desir hangat kembali menyapa. Desir hangat yang belum bisa kujelaskan artinya.2612Please respect copyright.PENANAj0vG81ZIzP
2612Please respect copyright.PENANAfBPM9dogwM
Tidak lama kemudian, Fajar berdiri sambil melirik jam dinding di sampingnya. Ia menoleh ke arahku. “udah pukul 3 sore, tan.”2612Please respect copyright.PENANAOeuX5q1N23
2612Please respect copyright.PENANAabgtqSWajx
Aku berdiri sambil menepuk-nepuk pelan gamisku. “Ayo pulang, Jar,” kataku. Fajar menggangguk, lalu tersenyum.
Bersambung
2612Please respect copyright.PENANAPvwqOdVrSD