
#1 Namaku Laras
4785Please respect copyright.PENANA8Oct5BEnEG
“Umi cuma punya dua tangan!” Seruku kepada mereka berdua yang sibuk ke sana-kemari. “Abi, makan dulu, ih!” seruku lagi kepada suamiku sambil membolak-balik ayam di penggorengan dengan gemercik minyak yang meletup-letup kecil.4785Please respect copyright.PENANA3S9w9lKzob
4785Please respect copyright.PENANAO25R6kwNO2
“Abi gak ada waktu, mi. Udah telat!” Jawab Suamiku, Dimas. Ia terlihat sibuk membenarkan dasinya yang sedikit miring. “Abi berangkat dulu.” Dimas menghampiriku dan memelukku dari belakang, tak lupa ia mengecup puncak kepalaku dengan mesra.4785Please respect copyright.PENANAy96rrouZaX
4785Please respect copyright.PENANALUAr69aUbO
“Adit jangan sampe telat!” Kata Dimas kepada Adit, anakku.4785Please respect copyright.PENANANMtnmyspTr
4785Please respect copyright.PENANA9D9QVPeJeX
Adit mengangguk. “Hati-hati, Bi.” Ia duduk di meja makan dengan seragam rapi. Dimas tersenyum dan kemudian menghilang dari meja makan.4785Please respect copyright.PENANAlgBreyJUZS
4785Please respect copyright.PENANA0mximObvZF
Aku meletakan dua ayam goreng di meja makan, lalu duduk berhadapan dengan Adit, anakku satu-satu-nya. Adit sangat mirip dengan suamiku, dari wajahnya, sifatnya, pun caranya makan, seperti kloningan sempurna tanpa cacat.4785Please respect copyright.PENANALw4M5a1xCs
4785Please respect copyright.PENANAyB1mH1sJXx
Adit menyendok Nasi ke piringnya dan mengambil satu goreng ayam bagian paha.4785Please respect copyright.PENANA0YMx9p3v13
4785Please respect copyright.PENANAZWS0TowYJc
“Jangan buru-buru, sayang.” Aku menuangkan air ke gelas dan menyodorkan kepadanya.4785Please respect copyright.PENANAJojD9eVZIJ
4785Please respect copyright.PENANAAaL9B3gz6K
“Takut telat, bun,” kata Adit. Hari senin memang sangat sakral bagi sebagian anak SMA kelas tiga seperti anakku ini.4785Please respect copyright.PENANAm2LbiN1x8Y
4785Please respect copyright.PENANAeWiDb6WlAl
“Nanti keselek, lho,” kataku, memperingatinya.4785Please respect copyright.PENANADRwhKzyvEn
4785Please respect copyright.PENANAjO4XBaMPjP
Adit menghiraukan. Ia makan dengan terburu-buru. Tak lama kemudian, ia berdiri. “Adit berangkat dulu, ya, bun.” Ia menghampiriku. Aku berdiri dan mengulurkan tangan. Dengan takzim Adit mencium punggung tanganku.4785Please respect copyright.PENANABaqfj72LlF
4785Please respect copyright.PENANAxTZb3D5oED
“Hati-hati, sayang,” kataku sambil mengusap rambutnya. “belajar yang giat.” Adit tersenyum, lalu melangkahkan kakinya keluar rumah.4785Please respect copyright.PENANASYpeXj4el7
4785Please respect copyright.PENANAg0MpYBRas5
ia berangkat ke sekolah menggunakan motor. Walaupun aku tak membenarkan hal seperti itu, sebab ia sendiri tidak memiliki SIM. Tapi, aku selalu memperingatinya untuk selalu menggunakan Helm. Lagian, suamiku terlalu sibuk untuk mengantar-jemputnya. Aku sendiri? Tak bisa mengendarai motor maupun mobil.4785Please respect copyright.PENANATsRfmd6w3x
4785Please respect copyright.PENANAlTLaVucRpY
Dari jaman kuliah, aku selalu menggunakan Taxi atau alat transportasi lainnya. Dahulu, Umiku selalu berkata, Laras, kamu harus belajar nyetir. Mau sampe kapan kamu bergantung sama Abi? Aku hanya tersenyum dan mengganguk. Abi pun begitu, Mbak, mau diajarin nyetir mobil? tanya Abi kepadaku, sewaktu-waktu. Aku hanya menggeleng. Menolak.4785Please respect copyright.PENANAgLjAUSjmMs
4785Please respect copyright.PENANABhVFjoR2bs
Aku mempunyai ketakutan tersendiri soal berkendara. Sewaktu aku masih kelas 4 Sd, aku menyaksikan anak yang seumuranku tertabrak mobil, tepat di hadapanku. Dan itu sungguh menyeramkan sekali. Apalagi untuk anak yang usianya baru menginjak 10 tahun. Sampai sekarang, kejadian tersebut masih terlintas di pikiranku. Tidak bisa menghilang, dan menghantui terus menerus, seperti sebuah pembelajaran yang harus kuingat-ingat.4785Please respect copyright.PENANAJgfizcT8Yu
4785Please respect copyright.PENANA9sClo4T9q4
Seperti ibu rumah tangga pada umumnya, aku menghabiskan sebagian waktuku di rumah, berkemas, berbelanja keperluan dapur, dan sebagainya. Di usiaku yang ke 38 tahun, aku harus tetap produktif dan terus melakukan kewajibanku sebagai istri sekaligus ibu.4785Please respect copyright.PENANAnw4ieeHBtQ
4785Please respect copyright.PENANAmxjQPPD7Ur
Aku teramat bahagia sepanjang pernikahanku dengan Dimas. Aku bersyukur sekali menikahi lelaki yang ku kenal sejak dari bangku perkuliahan itu. Dimas, adalah sosok lelaki yang penyabar, sholeh, dan penuh tanggung jawab. Tidak seperti di film-film, kami tak pernah bertengkar hebat, palingan bertengkar karena masalah sepele. Dimas juga sosok imam yang baik, ia selalu memperingatkanku terhadap kewajibanku terhadap Tuhan. Apapun yang terjadi, bunda gak boleh ninggalin solat. Begitulah ia sering menasehatiku.4785Please respect copyright.PENANAffIKIX7SFi
4785Please respect copyright.PENANAorLk4I61wT
Sewaktu kuliah, Dimas adalah kating-ku. Dimas lebih tua dua tahun di atasku. Ia sering ikut organisasi. Kami bertemu di salah satu organisasi literasi. Aku masih ingat ketika pertama kali ia menghampiriku dan berkata, saya mau mengenal kamu lebih jauh, tapi, saya gak mau mengajak kamu dalam kemaksiatan. Mengingat-ingat itu, membuatku tergelitik. Kemudian, pendekatan kami terus berlanjut. Kami tidak pernah memiliki hubungan yang disebut pacaran, aku sendiri menghindari sebuah maksiat yang dinamakan Zina. Sedari kecil, aku sudah dibentuk oleh agama yang kuat, Abiku pemilik pesantren, jadi tidak heran aku selalu menjalani kehidupan seusai syariat agamaku.4785Please respect copyright.PENANAs1z2bgQNA4
4785Please respect copyright.PENANA7S7iTfc2Qh
Begitupun Dimas, ia memegang teguh norma-norma agama. Tidak pernah sekalipun ia menyentuhku sebelum menikah. Satu tahun setelah aku Wisuda, Dimas segera melamarku. Hari-hari indah itu masih jernih dalam ingatanku. Ia datang bersama keluarganya. Dimas tampak elegan dengan baju koko dan senyum yang tergores di wajahnya.4785Please respect copyright.PENANA0jM7yqmS9J
4785Please respect copyright.PENANAaWPLeYlwoh
Di ruang tamu rumahku keluargaku dan Dimas berkumpul. Saling tertawa dan membahas perihal tujuan kedatangan keluarganya. Aku hanya mengulum senyum dan menunduk di antara keramaian. Gimana, mbak? Tanya Abi kepadaku perihal lamaran Dimas. Aku mengangguk dan tersipu. Menerima lamarannya.4785Please respect copyright.PENANAkkcWjoZvDp
4785Please respect copyright.PENANAZTKlb8Moc6
Malam pertama kami begitu kakuk. Kami duduk di ranjang tanpa bercakap sepatah-kata. Dimas sama sekali tak bergerak untuk menyetubuhiku. Begitupun aku, aku sama sekali tidak mempunyai pengalaman perihal sex. Maka, malam pertama kami, tidak ada persetubuhan, kami sama-sama tertidur pulas sebab letih menyambut tamu.4785Please respect copyright.PENANAc184SvBEoF
4785Please respect copyright.PENANAJfLFNUxfBy
Di minggu pertama, Dimas merenggut perawanku. Aku bahagia bisa memberi mahkotaku kepada suamiku, bukan kepada orang lain. Dan sebagai orang yang sudah menikah, menyenangkan suami tentu saja mendapatkan sebuab imbalan berupa pahala.4785Please respect copyright.PENANAUt54EgCfVG
4785Please respect copyright.PENANALKH5PtN9hE
Tahun-tahun berlalu. Pernikahan kami semakin erat sampai detik ini. Hasil dari pernikahan kami adalah Adit, anak cowokku, dan satu-satu-nya.4785Please respect copyright.PENANA4OV0bLv2Nc
4785Please respect copyright.PENANA1xjnukjbgs
Adit, anakku, tergolong anak yang sopan dan sholeh. Aku selalu mengajarkannya etika-etika mendasar yang harus ia pahami. Di masyarakat sekarang, banyak sekali hal-hal melenceng yang jauh dari Etika-etika dan norma yang berlaku. Aku, sebagai ibu, tidak ingin anakku sampai terjatuh ke dalam sebuah jurang yang dinamakan kemaksiatan.4785Please respect copyright.PENANAMyEsVDRLWw
4785Please respect copyright.PENANAuCAmlQ0XPH
Aku termasuk selektif kepada anakku. Aku tidak ingin dia berteman dengan sembarangan orang. Remaja-remaja seumurannya pastilah ingin mencari jati diri. Tapi, sebagai ibu aku tidak ingin dia terlampau jauh. Seperti mengikuti tawuran, narkoba, sex bebas, dan sebagainya. Oleh karena itu aku membatasi pergaulannya.4785Please respect copyright.PENANA3fiAErXXIB
4785Please respect copyright.PENANAWVqO4WdX5F
Yang aku tahu, Adit, hanya memiliki satu sahabat, Namanya, Fajar. Aku sendiri mengenal Fajar sudah lama. Ia adalah sahabat anakku sedari kecil. Aku mengenal baik Remaja bernama Fajar itu, bahkan aku sudah menganggapnya sebagai anakku sendiri. Selain ia periang dan sopan kepada yang lebih tua. Ia juga sering mengarahkan Adit ke hal-hal yang bersifat positif. Aku memang cukup dekat dengan Fajar, kami sering berbincang, sebab ia sering berkunjung ke rumahku. Selain ia sahabat anakku sedari kecil, ia juga satu sekolah dengan Adit. Oleh karena itu aku sering bertanya perihal perkembangan Adit di sekolah.4785Please respect copyright.PENANAs5TnqPEKE4
4785Please respect copyright.PENANAzAyBbMkTKY
Aku juga menaruh simpati kepada Fajar. Ia hidup hanya berdua dengan neneknya. Sepengetahuanku, ibunya meninggal sewaktu melahirkannya. Ayahnya sendiri adalah pria yang tidak bertanggung jawab, yang lepas tangan ketika ibunya hamil.4785Please respect copyright.PENANAsQkGWAtfdq
4785Please respect copyright.PENANA4XaG1VreCN
Fajar, cukup dewasa untuk anak seusianya. Ia sudah bekerja dan menghasilkan uang sendiri. Walaupun ia bekerja serabutan. Kadang, aku juga sering mengantar makanan ke rumahnya. Simpatiku kepadanya mendapat dukungan dari Suamiku. Sesama manusia kita memang harus berbagi, mi. Kata Dimas kepadaku. Abi bangga sama Umi.4785Please respect copyright.PENANAWgie3XVzF5
4785Please respect copyright.PENANAixfI06x7Lh
Seperti biasa, sepulang sekolah, Adit dan Fajar sering menghabiskan waktu bermain PS. Aku tak mempermasalahkan hal tersebut, asalkan mereka masih ingat waktu untuk ibadah. Seperti yang di lakukan mereka sore ini. Selepas pulang sekolah, Adit lekas menghambur ke kamarnya, diikuti oleh Fajar. Aku hanya menggeleng melihat tingkah dua remaja itu.4785Please respect copyright.PENANAoh82vBXz64
4785Please respect copyright.PENANAqh6LgkWGzl
Terdengar deru langkah. Aku menoleh ke belakang. Fajar tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.4785Please respect copyright.PENANAwBmk696dQH
4785Please respect copyright.PENANA9UuxGRWIj9
“Udahan main PS-nya?” Tanyaku.4785Please respect copyright.PENANABvOmbCnJyX
4785Please respect copyright.PENANAlzTU6i36m4
Fajar duduk di hadapanku. Meja menjadi penengah di antara kami. “Udah, tan,” jawabnya.4785Please respect copyright.PENANA1U6jyAmoGy
4785Please respect copyright.PENANA9lrQNSymaT
Aku dan Fajar memang selalu mengobrol. Sekedar membahas buku-buku baru-baru ini yang kami baca, atau sedikit berdiskusi perihal hal-hal tentang kehidupan. Fajar, jauh lebih dewasa dari anakku, terlihat dari bacaan nya yang berat, dan juga pemikirannya yang sering kali membuatku terpukau.4785Please respect copyright.PENANA0SC8QNC2WZ
4785Please respect copyright.PENANAbsMzR6F716
“Novel Kafka yang kemarin udah dibaca habis, Tan?” tanya Fajar.4785Please respect copyright.PENANAwfiOMKtlYL
4785Please respect copyright.PENANAtiLXalLWhm
“The Castle, udah,” kataku. “Kalau Metamorfosis, baru setengah halaman.”4785Please respect copyright.PENANA9Ch2rj4y7f
4785Please respect copyright.PENANA6yiI2dLADn
Fajar mengangguk.4785Please respect copyright.PENANAC8Qin3DXTR
4785Please respect copyright.PENANAKQpDyyNY5N
“Kamu udah makan?” tanyaku. “Kalau belum, tante ambilin, mau?”4785Please respect copyright.PENANApQySiptifv
4785Please respect copyright.PENANAI5ZKlUpGt3
Fajar tersenyum lebar. “Belum, Tan.” Ia terkekeh.4785Please respect copyright.PENANAE8j9T2LAvz
4785Please respect copyright.PENANAhYkvVB5rxl
Aku mengernyitkan wajah dan tersenyum kepadanya. “Dasar kamu.” kataku, kemudian berdiri. “Ayo.”4785Please respect copyright.PENANAKegOl334IB
4785Please respect copyright.PENANAUnEfBHn5PM
Kami berpindah ke meja makan. Aku meletakan sepiring nasi dengan lauk ayam goreng di meja. Dengan lahap Fajar menyantap masakanku. Aku tersenyum melihatnya makan dengan lahap.4785Please respect copyright.PENANAkgOH7aiehU
4785Please respect copyright.PENANAWBmjLaiHKY
Aku menuangkan air dan menyodorkan kepadanya. “Kalau kamu laper, jangan sungkan datang ke sini, Jar.” Aku beranjak duduk.4785Please respect copyright.PENANA8yla6E5iFj
4785Please respect copyright.PENANAUj6A31EWyc
Fajar menjawab dengan mulut yang penuh, “Makasih, Tan.”4785Please respect copyright.PENANAF459f7CqyT
4785Please respect copyright.PENANAWgcwam1MZR
“Udah, habisin dulu makanannya, baru ngomong,” kataku.4785Please respect copyright.PENANANqES9DsCC9
4785Please respect copyright.PENANAKdT2yuYwc1
“Tante baik banget, tambah sayang, deh,” Ia tersenyum kepadaku dengan piring yang sudah kosong. Ludes tak bersisa.4785Please respect copyright.PENANA8hdznjcAp9
4785Please respect copyright.PENANAW68eQPWh90
“Tante, kan, memang baik,” kataku, bangga.4785Please respect copyright.PENANAe9Bm3edA2Y
4785Please respect copyright.PENANAHWYpZbQard
Fajar meneguk air. “Semoga kelak dapet istri kaya tante, amin,” Ia melayangkan senyum riang kepadaku.4785Please respect copyright.PENANAwsIdKaydLc
4785Please respect copyright.PENANAhx1QdzU7jk
Aku terkekeh. “Makanya, sekolah yang bener, kejar cita-cita. Biar kelak sukses, dan dapat pasangan yang setara.”4785Please respect copyright.PENANAf7qbO7yej3
4785Please respect copyright.PENANA9cIENOR0M3
Fajar menatapku, dalam. Kemudian tertawa. Aku menatapnya bingung, “Kenapa, ih?” tanyaku. “Wajah tante aneh, ya?” Aku mengeluarkan ponselku dan berkaca di layar hitam, sekiranya ada sesuatu yang menempel di wajahku.4785Please respect copyright.PENANAleRESGaZ9i
4785Please respect copyright.PENANAw7epzV3Ac1
Fajar malah terkekeh. “Tante cantik, banget.”4785Please respect copyright.PENANAAjmcgnWtf7
4785Please respect copyright.PENANAAN8oka2F8N
Aku malah tersipu. Agak malu, aku bertanya, “Kamu belajar gombalan dari mana?”4785Please respect copyright.PENANA4DW7mD314q
4785Please respect copyright.PENANAkeIS495mTv
Fajar berdehem. “Dari sini.” Ia menunjuk dadanya. “dari hati.”4785Please respect copyright.PENANABgSG8okEth
4785Please respect copyright.PENANAlutcRpvfd4
Aku menggeleng. Fajar tidak seperti biasanya. Baru kali ini ia berani menggombaliku. Aku tak menganggap serius, mungkin ia bermaksud bercanda dan mencarikan suasana.4785Please respect copyright.PENANAhZH7vjBTHx
4785Please respect copyright.PENANADzT0mPdGCX
Fajar sendiri memiliki tampang wajah yang menurutku lumayan tampan. Yang membuatnya menarik adalah, tingginya yang berkisar 178 Cm, yang jika aku berjalan bersampingan dengannya, aku terlihat pendek sekali. Remaja sepertinya memang masih dalam masa-masa pertumbuhan. Mungkin di kalangan remaja putri, sosok fajar adalah yang diidamkan-idamkan.4785Please respect copyright.PENANAfbszuuvj6r
4785Please respect copyright.PENANAZy3MuO2aNc
Aku mengambil piring bekas Fajar makan. Ruang makan dan dapurku menyatu. Selain hemat tempat, juga lebih Efisien. Aku membuka keran. Percikan air membasahi piring, tak lupa aku usap lembut dengan spons.4785Please respect copyright.PENANANVOP4BkSMV
4785Please respect copyright.PENANAGC3Zc0iCxG
Fajar menghampiriku. Bahu kami saling bersentuhan. Aku memang sudah menganggapnya anakku sendiri, tapi, kami bukanlah muhrim. Tentu saja aku merasa risih. Tapi, entah kenapa ada perasaan tidak nyaman di hatiku jika aku bergeser.4785Please respect copyright.PENANAVbJfGiqfw4
4785Please respect copyright.PENANAhTykFj3Sqw
“Fajar aja yang cucinya, tan.” Fajar meraih piring dari tanganku. “Tante duduk aja.”4785Please respect copyright.PENANAJzhjtd52mM
4785Please respect copyright.PENANAHrjZbfZkS6
Aku mengiyakan. Lalu duduk di bangku meja makan. Tak lama, Fajar menyusul, duduk di sebelahku. Hening sejenak. Tidak ada obrolan. Hanya bunyi detik jam dari kejauhan yang mengisi keheningan. Sampai akhirnya, Fajar memecah hening.4785Please respect copyright.PENANANGi0579VA9
4785Please respect copyright.PENANATmpFLSQBa9
“Makasih, tan,” Ia melirikku. “Tante baik banget sama Fajar.”4785Please respect copyright.PENANAG2JcobABYo
4785Please respect copyright.PENANAnTrrzC9nhL
Aku menoleh ke arahnya dan tersenyum. “Jar, udah kewajiban manusia untuk berbuat baik sesamanya,” kataku. “Lagian, kamu juga udah bantu tante banyak, kok.”4785Please respect copyright.PENANAzGQKhiAdg4
4785Please respect copyright.PENANAoZanVUGSeY
Mata kami bertemu. lima detik kami saling bertatapan. Tidak ada yang mau mengalah. Entah kenapa wajahku kaku, enggan untuk berpaling.4785Please respect copyright.PENANAlF3ICl1NCX
4785Please respect copyright.PENANAbV1ihyWwmk
“Cie pacaran.”4785Please respect copyright.PENANAbH0T35varj
4785Please respect copyright.PENANAGijeb6ORVy
Sontak aku memalingkan wajah, beralih menatap anakku yang beranjak duduk di hadapan kami.4785Please respect copyright.PENANAQtk4rd0OHm
4785Please respect copyright.PENANAc6km2OIQa4
“Mi.” Adit menggaruk kepalanya. ia terkekeh ringan. Jika sudah begini, pastilah ada yang diinginkannya. “Boleh gak Adit ikut camping sama teman sekolah?” tanyanya, kemudian.4785Please respect copyright.PENANAE5TmNXjD7o
4785Please respect copyright.PENANAZh6BTDSDRF
Aku menghela nafas. “Camping sekolah?” tanyaku menyelidik. “kalau kalian yang adain acaranya, Umi engga kasih izin.”4785Please respect copyright.PENANA3BJk1Gzlgo
4785Please respect copyright.PENANATZrhCO7H13
Adit terlihat berfikir sejenak, kemudian berkata, “Dari sekolah, Mi. Acara pramuka,” jawabnya. “Iya, kan, Jar?” ia melirik Fajar.4785Please respect copyright.PENANA7ly0VaiFm2
4785Please respect copyright.PENANAS2AJhIlLEO
Aku menatap tajam ke arah Fajar, memintanya hendak berkata jujur. Fajar terkekeh dan berkata, “Engga, tan. Adit bohong. Kemah pramuka udah selesai bulan kemarin.”4785Please respect copyright.PENANAUeO8FBlhfC
4785Please respect copyright.PENANAgZmIs9hEHK
Aku balik menatap Adit. Adit menunduk. “Kenapa bohong sama Umi?” tanyaku, sedikit galak. “kamu gak boleh bohong sama orang tua. Dosa.”4785Please respect copyright.PENANAtU5V19Mwh7
4785Please respect copyright.PENANAfG7edKkG2Q
Sambil menunduk, Adit berkata, “Maaf, bun. Lagian kalau Adit jujur, Umi engga kasih izin juga.”4785Please respect copyright.PENANA9ibzrQGJgg
4785Please respect copyright.PENANAeifo5Vnqd2
“Tapi, bukan berarti kamu harus bohong, kan?” Aku menghela nafas lagi, cukup dalam. “yaudah, kali ini Umi izinin. Tapi, awas aja kamu macem-macem.”4785Please respect copyright.PENANAV90J7Yfyf2
4785Please respect copyright.PENANAEjWbUq7j8f
Adit mendongak menatapku dengan binar di mata. “Makasih, Umi. Sayang Umi banyak-banyak.”4785Please respect copyright.PENANAozz3W4m7Ag
4785Please respect copyright.PENANAKPkY1OyHnP
Aku tertawa ringan, lalu menoleh ke Fajar. “Kamu awasi Adit, Jar.”4785Please respect copyright.PENANA8F4mOhPZcB
4785Please respect copyright.PENANAlRJdgOfXS0
“Fajar gak ikut, tan.”4785Please respect copyright.PENANAPghlf5bZ4p
4785Please respect copyright.PENANA6KoQry7HnQ
Adit menimpali, “Fajar sama Adit gak satu kelas, Mi. Acara ini, khusus buat kelas Adit aja.”4785Please respect copyright.PENANACx2PYtGzCB
4785Please respect copyright.PENANAPqCXH6MYdL
Aku mengangguk, paham. “Yaudah. Kamu jangan aneh-aneh, ya, sayang.” Kataku sambil tersenyum menatap Adit.4785Please respect copyright.PENANABE0tiQiPt2
4785Please respect copyright.PENANAE9sRiyhSXI
Adit menggangguk, antusias. “Siap Umi.”4785Please respect copyright.PENANAEeDsNhXswE
4785Please respect copyright.PENANAUHJrCIamtn
***4785Please respect copyright.PENANAbcQHwYyoTw
4785Please respect copyright.PENANAk2tdOTL77L
Minggu pagi adalah hal yang paling di tunggu. Terutama bagiku. Di minggu pagi, aku bisa merehatkan tubuhku sejenak, bisa bermain ponsel sepuasnya, atau bisa membaca buku dengan khidmat. Seperti yang aku lakukan sekarang, di ruang tamu di sebelah suamiku.4785Please respect copyright.PENANAxdfhtbT5NZ
4785Please respect copyright.PENANAaMMVDxBRLI
Suamiku, Dimas, sibuk dengan laptop di pangkuannya. Ia cukup sibuk sekalipun adalah hari minggu. Dimas memang tipe-tipe Pekerja yang ambisius. Berkerja di bidang hukum membuatnya harus ekstra mengeluarkan tenaga. Terkadang, ia tak ingin di ganggu perihal kerjaannya.4785Please respect copyright.PENANAtF8JoImCLU
4785Please respect copyright.PENANApckqL9KNHY
Aku menghela nafas, bosan. “Bi, ke toko buku, yuk.” Aku meraih lengannya, dan menyandarkan kepalaku di bahunya. “Umi mau beli buku itu lho, yang best seller itu.”4785Please respect copyright.PENANANPf7bTJbjz
4785Please respect copyright.PENANAhHnjpqKOHA
“Apa?” Dimas masih fokus menatap layar laptop.4785Please respect copyright.PENANAsC2MvmdfKB
4785Please respect copyright.PENANA95DA3LaWcK
Aku mendengus. “Karyanya Eka Kurniawan, Cantik itu luka.”4785Please respect copyright.PENANACGXb1oFqRD
4785Please respect copyright.PENANAW5M7hfArJy
“Jangan, umi,” Bunyi ketukan keyboard terdengar. “gaya bahasanya vulgar. Gak cocok sama umi.”4785Please respect copyright.PENANAwcEnDAeJwO
4785Please respect copyright.PENANAWuaSQgN2zf
Sedikit sebal, aku melepaskan lengannya dari pelukku. Tapi, Dimas sama sekali tak menggubris kekesalanku. “Abi, Ih.” aku merengek sambil memanyunkan bibir. “Umi ngambek, lho, ini.”4785Please respect copyright.PENANAmuwyyBone6
4785Please respect copyright.PENANAEp92WMxBB3
Akhirnya Dimas menoleh ke arahku. Ia tersenyum, kemudian mendaratkan tangannya di puncak kepalaku. mengelus kepalaku yang terbalut jilbab. “Abi lagi ngerjain laporan. Minta antar sama Adit, ya?”4785Please respect copyright.PENANAjDaJJpover
4785Please respect copyright.PENANARDjBOkj6G8
Aku mengangguk, terpaksa. Tak lama terdengar suara melengking Dimas memanggil Adit. Yang di panggil segera hadir.4785Please respect copyright.PENANAtM5DtUR2Ox
4785Please respect copyright.PENANAf7lHE23lyC
“Kamu anterin umi ke toko buku,” Kata Dimas kepada Adit.4785Please respect copyright.PENANA4xFNpGlHIX
4785Please respect copyright.PENANApPa1h1u6XC
Sambil berdiri, Adit berkata, “Adit bentar lagi berangkat, bi. Mau camping. Minta antar sama fajar aja, ya?”4785Please respect copyright.PENANAQ0hzA5srvV
4785Please respect copyright.PENANAFPeAfxM9ZO
Dimas berfikir sejenak, kemudian suaranya melengking ke penjuru ruang, memanggil Fajar.4785Please respect copyright.PENANAVtq6xPOJV4
4785Please respect copyright.PENANApc00mMWvGe
Setiap minggu, Fajar memang selalu berkunjung ke rumahku. Dan suamiku sendiri tidak mempersalahkan kehadiran Fajar. Bagi Dimas, Fajar adalah sosok remaja yang ulet sopan. Kadang ada beberapa pekerjaan rumah yang ia selesaikan. Sewaktu dulu, ketika atap genteng bocor, Fajar lah yang menambalnya. Ketika keran air rusak, Fajar yang memperbaiki. Sikap Fajar yang seperti itu, membuat suamiku menyukainya.4785Please respect copyright.PENANANfF3Pm61px
4785Please respect copyright.PENANAJBQyAdx3GH
“Jar, kamu anterin Umi ke toko buku, ya.” Kata Dimas kepada Fajar yang berdiri di sebelah anakku. “Kamu bisa nyetir, kan” Dimas meletakan kunci mobil di atas meja, di samping vas bunga.4785Please respect copyright.PENANABAFj1ENRnS
4785Please respect copyright.PENANALzLeZgxM3w
Fajar mengangguk. “Bisa, om.”4785Please respect copyright.PENANAKdDAdRYKmN
4785Please respect copyright.PENANAQT5J9FgK0u
Fajar memanggil aku dan suamiku dengan kata ganti, “Om-tante”, padahal Dimas menyuruhnya untuk memanggil nama kami dengan, “Abi-umi”, tapi ia menolak.4785Please respect copyright.PENANAzxiBbfrRR4
4785Please respect copyright.PENANANijoe1pmPy
“Umi ke toko bukunya sama Fajar aja, ya,” kata Dimas kepadaku.4785Please respect copyright.PENANAQoB8cOfLBu
4785Please respect copyright.PENANA5gYiFZvvrN
Aku mengangguk.4785Please respect copyright.PENANATJ3930btC3
4785Please respect copyright.PENANAMoHobRId0G
“Umi, Abi, Adit berangkat dulu.” Adit menghampiri kami berdua, lalu mencium punggung tanganku dan Dimas, bergantian.4785Please respect copyright.PENANAfFusdDs2e5
4785Please respect copyright.PENANAzK2pcCePCP
“Hati-hati, jangan macam-macam,” kataku kepadanya.4785Please respect copyright.PENANAg8ZvsByExR
4785Please respect copyright.PENANAMgl1hv64Zc
“Siap, Umi,” jawab Adit dari kejauhan. Tak lama terdengar suara knalpot motor.4785Please respect copyright.PENANAhP2kcPHadm
4785Please respect copyright.PENANAjNiyHPwr0e
Aku segera berdiri, “Jar, duduk dulu, tante mau ganti baju,” kataku kepada Fajar. Fajar mengangguk sambil duduk di hadapan suamiku.4785Please respect copyright.PENANAmLats12w6m
4785Please respect copyright.PENANACND5Vl2N7c
Aku memutuskan untuk mengenakan gamis pink serta jilbab yang warnanya sama. Aku meliukkan tubuhku kanan-kiri di depan kaca lemari. Di usiaku yang tidak muda lagi, aku masih memiliki tubuh yang masih bagus, terawat, dan juga bersih. Bisa dibilang, aku selalu menjaga tubuhku bagian luar maupun dalam. Mungkin karena itu, teman-temanku selalu berkata, Laras dari masih gadis sampai punya anak satu, tubuhnya gak berubah, masih bagus. Tentu saja aku tersanjung dipuji seperti itu.4785Please respect copyright.PENANAgXcC4cplg3
4785Please respect copyright.PENANAFjopKf03b9
Di ruang tamu, Fajar dan Dimas, masih asik mengobrol, aku lekas menghampiri mereka.4785Please respect copyright.PENANAo0WjWLWlUj
4785Please respect copyright.PENANALosOIcYtUE
“Ayo, jar,” kataku kepada Fajar. “tante udah siap.”4785Please respect copyright.PENANArimokCizi9
4785Please respect copyright.PENANAuDKD1bZIGZ
Fajar berdiri. “Om, saya anterin tante dulu, ya.” ia menunduk sopan ke suamiku.4785Please respect copyright.PENANATxLRxcePrs
4785Please respect copyright.PENANAa3eBqNwVS7
Dimas membalas sambil tersenyum. “Hati-hati.”4785Please respect copyright.PENANAyvTzBFVcVI
4785Please respect copyright.PENANAkxx6BbToaQ
***4785Please respect copyright.PENANAEP8wlJHHZs
4785Please respect copyright.PENANAZ3Ttf58uPr
Fajar memarkirkan mobil di tepian jalan. Di samping Toko Buku. Toko Buku ini memang kerap aku kunjungi semasa aku kuliah dulu. Lekas, aku dan Fajar masuk ke dalam. Aku menuju rak buku dengan label di atasnya bertuliskan: Novel sejarah. Akhir-akhir ini aku memang kerap membaca Novel berlatar sejarah. Sementara Fajar, beranjak menuju lantai dua Toko Buku ini. Aku membiarkannya dan fokus mencari buku yang ingin ku beli.4785Please respect copyright.PENANAyU7pRGBcm6
4785Please respect copyright.PENANA3lr4zyBsG1
Aku memutuskan untuk membeli empat buku, karyanya Pramoedya Ananta Toer. Fajar sendiri tampaknya sedang asik memilah buku. Sambil memeluk empat buku, aku menaiki anak tangga, menyusul Fajar.4785Please respect copyright.PENANAt23I1188Y0
4785Please respect copyright.PENANAW3GBZS9A3i
Tiba di lantai dua, aku memperhatikan Fajar yang sibuk berpindah dari Rak buku ke rak buku lainnya. Aku menghampirinya. “Kamu kalau mau beli buku, beli aja, Jar. Tante bayarin,” kataku.4785Please respect copyright.PENANAPwplqXqPmg
4785Please respect copyright.PENANA5sDIue5cAB
Fajar berbalik. “Mau beli dua boleh?” ia tersenyum.4785Please respect copyright.PENANAagdygALs3U
4785Please respect copyright.PENANAzLTeRN7sy4
Aku terkekeh. Yang membuat aku menyukai sahabat anakku ini adalah karena sifatnya yang jujur. Ia bukan tipe remaja yang sungkan atau malu-malu. Fajar adalah tipe remaja yang jika berkata tidak, maka tidak, bukan berkata tidak, untuk sekedar menolak sebab perasaan tidak-enakan.4785Please respect copyright.PENANA00CX14iLby
4785Please respect copyright.PENANAYmQ5LA01dH
“Mau beli seratus juga boleh,” kataku, bercanda.4785Please respect copyright.PENANAOp9s6e7Xvh
4785Please respect copyright.PENANAMrqkH6dXyP
Fajar terkekeh. Lekas ia menuju Rak buku yang bersandar di dinding. Aku menelan ludah, sebab ia mengambil sebuah kitab yang aku tau adalah Bible. Bukannya aku bermaksud Sara atau semacamnya, sepengetahuanku, Agama Fajar adalah Islam. Aku ingin lekas bertanya kepadanya, tapi urung, suasana dan tempat tidaklah mendukung.4785Please respect copyright.PENANAp3w1rMG7Bo
.4785Please respect copyright.PENANAdJIBRKlrZ3
4785Please respect copyright.PENANADWplhE6PSD
Fajar beranjak menuju Rak buku di sebelahnya. Aku berdiri di sampingnya sambil memperhatikan gerak-gerik-nya. Kemudian ia mencomot satu buku berjudul: Eksistensialisme adalah humanisme-Derida. Fajar memang menyukai buku-buku Filsafat, kadang beberapa kali ia menawarkan kepadaku sebagai bahan bacaan. Filsafat membantu kita bernalar dengan baik, lho, tan, kata Fajar sewaktu-waktu.4785Please respect copyright.PENANAAZrvEvpxlX
4785Please respect copyright.PENANAPDPTLlAvjV
Fajar menoleh ke arahku, ia mengangkat bukunya setinggi dada. “Udah, tan,” katanya sambil tersenyum. Kami berdua lekas menuju meja kasir.4785Please respect copyright.PENANAEeKPmZdxDf
4785Please respect copyright.PENANALKqhUcyzFP
Aku memutuskan untuk tidak pulang terlebih dahulu. Aku ingin bersantai pagi ini.4785Please respect copyright.PENANAi2xbc2vOBh
4785Please respect copyright.PENANApyKU6rxlqn
Di satu meja, saling berhadapan, kami berdua menikmati Es kelapa muda yang telah dikeruk dan dipindahkan ke gelas kaca. Rasa manis dari gula kirik menyentuh lidahku. Terik matahari yang membakar kepalaku seakan lenyap bersamaan dengan air kelapa yang berseluncur di tenggorokan.4785Please respect copyright.PENANAfD117nq0uh
4785Please respect copyright.PENANAJhH7XwcAAq
Aku memperhatikan Fajar sejenak, kemudian terkekeh geli. “Bukunya, kok, di bawa terus, gak bakal hilang, jar.” aku melirik bukunya di atas meja, samping gelasnya.4785Please respect copyright.PENANAFJ55r7W7DJ
4785Please respect copyright.PENANACjjINumlyc
Fajar menyeka bibirnya dengan lengan, sebab sebagian isi kelapa tersangkut di bibirnya. “Gak sabar bacanya, tan.”4785Please respect copyright.PENANAXW5T1YHSP6
4785Please respect copyright.PENANAemnGz65rcu
Aku menggeleng-menggeleng, heran, kemudian terbesit di pikiranku untuk bertanya kenapa ia membeli kitab bible. “Kamu jangan tersinggung, ya, Jar,” aku berusaha merangkai kata sehalus mungkin. “Kamu kenapa beli kitab bible? Bukannya kamu muslim?”4785Please respect copyright.PENANAqcPoggF9CP
4785Please respect copyright.PENANANcE3RQhfOx
Fajar malah terkekeh. “Aku kan kristen, tan.”4785Please respect copyright.PENANAFiRhYgT9HP
4785Please respect copyright.PENANAFTl4lXU1OB
Aku yang sedang menyesap Es kelapa tiba-tiba terbatuk. Refleks Fajar mengambil tisu dan menyodorkan kepadaku. Aku mengelap sekitar bibirku. “Kok bisa?” tanyaku. “kamu jangan aneh-aneh, deh, Jar.”4785Please respect copyright.PENANAhUbx2iXtZw
4785Please respect copyright.PENANA5ZBfUnwvJ1
Fajar menghela nafas, dalam. “Aku murtad dua tahun yang lalu, tan,” Ia sedikit menunduk. “tante kecewa?”4785Please respect copyright.PENANACikYyWa8Vf
4785Please respect copyright.PENANAEQhbZHmgwK
Aku tersenyum menatapnya. Aku hanyalah manusia biasa, yang tidak mempunyai hak untuk mengatur pilihan manusia lainnya. Lagian, keyakinan adalah sebuah pilihan, bukan paksaan.4785Please respect copyright.PENANADSDW9gkkiH
4785Please respect copyright.PENANAeQ6uJ3VrQC
“Jar, semua pilihan ada di tangan kamu,” kataku, lembut. “kalau kamu mutusin buat pindah agama, itu kan hak kamu. Tapi, tante kecewa dikit, sih.”4785Please respect copyright.PENANAZzrOoYwrlw
4785Please respect copyright.PENANATGz3t7EOg2
Fajar tersenyum. lalu kami memutuskan untuk sibuk dengan es kelapa masing-masing. Berisik knalpot motor dan mobil terdengar di antara kami. Pun riuh suara dari pengunjung lain.4785Please respect copyright.PENANAVhv8TQM0Aq
4785Please respect copyright.PENANAocIkRsYFN7
“Tante mau mampir dulu ke rumahku?” Akhirnya Fajar bersuara. “baca buku di teras, gitu, nanti kita diskusi juga.” Ajaknya.4785Please respect copyright.PENANABZBhwuiPVn
4785Please respect copyright.PENANAmbp3mZk0uT
Aku agak ragu untuk mengiyakan. mau bagaimanapun aku dan Fajar adalah lawan jenis. Apalagi jika berduaan dengannya, setan pasti punya celah untuk membisikan kami agar melakukan dosa. Tapi, entah kenapa, ada sebuah dorongan untuk aku mengatakan, iya.4785Please respect copyright.PENANAgMC4aytrRL
4785Please respect copyright.PENANAOIF0HGn4mY
“Gimana, tan?” Fajar bertanya, lagi.4785Please respect copyright.PENANAsSBJK3o9e7
4785Please respect copyright.PENANAkoW4U0xnRu
“Bentar, Jar.” Aku merogoh ponsel dari tas tenteng ku. “Mau minta izin sama abi dulu.”4785Please respect copyright.PENANA9jrdl544gC
4785Please respect copyright.PENANAtVw1C35XnL
Fajar mengangguk.4785Please respect copyright.PENANAE5cfyBRGnY
4785Please respect copyright.PENANAns9X4mIe62
Aku mengetik deretan huruf dan mengirimnya kepada suamiku.4785Please respect copyright.PENANARbbvYs1ZOe
4785Please respect copyright.PENANAisEI2wKhIY
Tak luma kemudian: Notif whatsapp berbunyi.4785Please respect copyright.PENANAbDDbSW2JiD
4785Please respect copyright.PENANASstqBicgfS
Aku meraih ponselku di atas meja, lalu mengetuk notif yang mengambang di atas layar ponsel, sebuah pesan WhatsApp dari suamiku, bertuliskan: Boleh, bun. Abi juga ini lagi di luar, ada meeting sama client. Rumah, abi kunci, kuncinya abi taruh di keset pintu. Pulangnya jangan kemaleman, ya.4785Please respect copyright.PENANAwoTTSFxnd8
4785Please respect copyright.PENANAFYQMZY3ERP
Aku menatap Fajar sambil tersenyum. Fajar mengernyitkan sebelah alisnya. Kemudian aku mengangguk. Fajar yang mengerti lekas membalas senyumku. Entah kenapa, ketika senyum itu merambat pada mataku, ada sebuah desir yang tidak bisa kujelaskan, sebuah desir aneh, yang tak pernah kurasakan sebelumnya.4785Please respect copyright.PENANAis79DQ8qsQ
4785Please respect copyright.PENANAlC8QAoectw
***4785Please respect copyright.PENANAKLsiuAT8AD
4785Please respect copyright.PENANAASIMvsFAyw
“Masuk, tan,” Fajar membukakan pintu rumahnya, sementara dia berdiri di samping pintu, menungguku masuk terlebih dahulu.4785Please respect copyright.PENANAHgeedHmnQh
4785Please respect copyright.PENANAgsFd92iOO8
“Ada orang di dalam, Jar?”4785Please respect copyright.PENANA33qOC2i6Wp
4785Please respect copyright.PENANADRQwz1Iw4N
“Nenek lagi kerja,” kata Fajar. “pulangnya sore.”4785Please respect copyright.PENANAaDQy4DCzCR
4785Please respect copyright.PENANAw4XPj5CEku
Aku mengangguk. “Nenek memang kerja apa?”4785Please respect copyright.PENANAyaYCMO8yrJ
4785Please respect copyright.PENANAAybzwHeBfP
Fajar menggaruk kupingnya. “Masuk dulu, tan” katanya. “engga enak ngobrol sambil berdiri.”4785Please respect copyright.PENANAB25fdkJgF5
4785Please respect copyright.PENANATK76bu9Zzc
Akhirnya aku melangkah masuk. Tercium aroma wangi dari pengharum ruangan yang di tempel di kipas angin atap. Dengan televisi tabung yang di sampingnya berdiri vas bunga, kiri-kanan. Ruang tamu ini di dekor dengan minimalis. Lantai-lantai beralas karpet dengan motif miky mouse. Tembok bercat hijau, dengan dua bangku di samping pintu.4785Please respect copyright.PENANAD1XFPXlV1E
4785Please respect copyright.PENANAbNF2zaykbb
Rumah ini sendiri letaknya terpencil. Masuk ke dalam gang dengan luas lima meter, memungkinkan mobil untuk masuk. Jauh dari rumah yang lain, seperti terkucil dari sebuah kelompok.4785Please respect copyright.PENANAtR4Z2jcMjs
4785Please respect copyright.PENANAnzMm4WjcjQ
“duduk dulu, Tan,” kata Fajar. “mau teh atau kopi?”4785Please respect copyright.PENANAfhYTUG71yV
4785Please respect copyright.PENANAJQmGKRSaYA
“Kopi, Jar,” kataku, singkat. Fajar menuju dapur. Aku duduk di bangku, menatap kosong ke arah televisi tabung. Pandanganku terpikat ke sebuah gambar di tembok atas televisi. Seakan ada magnet tertentu, aku beranjak menuju gambar tersebut. Aku Berdiri di hadapan sebuah Foto yang menampilkan Sosok Fajar yang tersenyum sambil memegang sebuah piala yang bertulisan: juara satu lomba baca puisi. Kemudian aku terkekeh. Aku tak menyangka, ternyata Fajar memiliki bakat perihal merangkai kata-kata dan menyulamnya menjadi puisi.4785Please respect copyright.PENANAhCm82DZSiR
4785Please respect copyright.PENANAoIITmN32mN
“Itu waktu kelas 2 SMA, Tan,” kata Fajar di sampingku, ia membawa nampan dengan dua gelas kopi di atasnya. Kemudian ia meletakan nampan itu di lantai, berhadapan dengan televisi. “Lesehan engga apa-apa, kan?”4785Please respect copyright.PENANAubm6XUvnS0
4785Please respect copyright.PENANAKKb6oe9pWu
Aku terkekeh ringan. “kaya sama siapa aja.” Aku ikut duduk bersila di sebelahnya. "Tante gak nyangka lho, kamu juara satu baca puisi.” Aku meliriknya sekilas.4785Please respect copyright.PENANAFbJyd8Z90O
4785Please respect copyright.PENANAzaC3Vlmfzc
Dengan senyum bangga, Fajar berkata, “aku memang dilahirkan untuk menjadi pujangga, tan.”4785Please respect copyright.PENANANlxqbf6H8y
4785Please respect copyright.PENANAGgdkCX8Zrv
Aku terkekeh, geli. “iya, deh, si paling pujangga,” kataku dengan nada mengejek.4785Please respect copyright.PENANADCIUyNSnJl
4785Please respect copyright.PENANA6IbWIWkLYA
Tak ada pembicaraan setelah itu. Aku menyesap kopi hitam yang disajikan Fajar. Manis dan pahit tertakar dengan seusai, mencipta cita rasa pas di lidah. Ia seakan tahu kadar gula yang pas untuk menikmati kopi di siang hari. Di teriknya matahari yang bisa ku rasakan menembus seng, lalu menyantup kepalaku.4785Please respect copyright.PENANAFnFx3uxTEs
4785Please respect copyright.PENANAK8dzo4mM36
Ruang terasa lenggang.4785Please respect copyright.PENANACoYwOHFYkN
4785Please respect copyright.PENANAoa7VnuRvk1
Fajar merogoh kolong meja televisi, seperti mencari sesuatu. Ia kemudian mengeluar dua stick PS dan satunya ia sodorkan kepadaku. “Bisa main PS, tan?”4785Please respect copyright.PENANAT83xeafMIw
4785Please respect copyright.PENANAo8yihMVgxS
Aku tersenyum bangga. “Gini-gini, tante dulunya jagoan PS,” aku meraih stick PS. Semasa kecil aku memang kerap bermain console game, mulai dari PS satu, Nintendo, ps dua.4785Please respect copyright.PENANAwoQurpg8lx
4785Please respect copyright.PENANAnsnD2BvwXq
Perlahan televisi menyala dengan layar gambar yang sedikit buram. Suara stick berbunyi. Fajar memilih game yang akan kami mainkan. Ia memilih sebuah game yang sangat aku kuasai: pes 2018.4785Please respect copyright.PENANAt2qEDgGBDN
4785Please respect copyright.PENANAHv8NMtWLZ7
Aku membenarkan posisi dudukku, aku meliriknya sekilas lalu kembali menatap layar tv. Permainan Di mulai. Aku meliuk-kan jemariku dengan lincah. Begitupun Fajar, ia terlihat antusias, kadang ia berseru, kadang ia mendengus sebab tak bisa menggol bola ke gawangku.4785Please respect copyright.PENANAsK3QXFx2a5
4785Please respect copyright.PENANA4U5MJ621Nl
Aku pun begitu, entah kenapa aku terbawa suasana. Sudah lama aku tak sebahagia ini ketika bermain console game. Pun bersama Adit, anakku, aku hanya merasa jenuh, berbanding terbalik ketika bermain dengan sahabatnya. Aku mendengus kesal, tidak ada satupun tendanganku yang masuk ke gawangnya.4785Please respect copyright.PENANAZkwa4I3Rtn
4785Please respect copyright.PENANAAA8v67BE97
Fajar pun begitu. Kadang ia mengejekku dengan jari jempolnya yang ia ke bawahkan, seakan berkata, kamu cemen Laras. Jiwa kanak-kanak-ku seketika bergejolak, aku balas mengejeknya dengan menjulurkan lidah. Ia malah terkekeh.4785Please respect copyright.PENANAqFe879IOeV
4785Please respect copyright.PENANAls1oqKPKSd
“Yeay, menang.” Aku bersorak gembira sambil mengangkat kedua tanganku ke udara. Permainan selesai dengan skor 1-0. Di menit terakhir aku berhasil menjebol gawangnya. “Kamu terlalu cepat buat ngalahin aku,” kataku mengejeknya dengan senyum bangga.4785Please respect copyright.PENANAl1QdTGzNqW
4785Please respect copyright.PENANASKCadh9OMZ
“Aku sengaja,” elaknya, tak terimah. “kalau aku mau, skornya bisa 10-0.”4785Please respect copyright.PENANA3nrhVjOoxk
4785Please respect copyright.PENANA2oI72207BW
Bak anak kecil, aku menyangkal. “Mana ada, dasar cupu,” aku kembali mengejeknya, memasang raut wajah meremehkan.4785Please respect copyright.PENANARHy9syyYyh
4785Please respect copyright.PENANABeJGPUnAqy
Fajar malah terkekeh. “Aku baru kali ini liat sifat tante yang kekanakan,” ia menatapku, dalam. “gemes, tan.”4785Please respect copyright.PENANAlreQVZWA6D
4785Please respect copyright.PENANAt2qfXYuDdo
Aku malah tersipu. Bisa-bisanya aku tersipu digombali remaja yang seumuran anakku.4785Please respect copyright.PENANAtSDK5lA4u1
4785Please respect copyright.PENANAR1mHWnOUMQ
“Cie, salting,” Fajar menggodaku sambil tertawa. “pipinya merah.”4785Please respect copyright.PENANAYg9lKuvRIL
4785Please respect copyright.PENANAmwnvoyd2ZQ
Aku lekas menyembunyikan wajahku di kedua telapak tangan. sambil menggelengkan kepala aku berkata, “Engga, ya,” aku terus menyangkal. Fajar membuatku seperti ABG yang sedang jatuh cinta.4785Please respect copyright.PENANA1qedB1lVbV
4785Please respect copyright.PENANAgPXbizydt4
Fajar masih saja tertawa. Aku sedikit kesal, lalu memukul pelan bahunya. “Ih, jangan ketawa,”4785Please respect copyright.PENANAegjwoVTwCv
4785Please respect copyright.PENANAFbX0meYOvm
“tante KDRT,” Fajar bergeser sedikit. “galak.” Ia mengangkat tangannya di depan dada, seperti orang ketakutan.4785Please respect copyright.PENANAQIVAf1XRNo
4785Please respect copyright.PENANApMwT6gHPLv
Aku malah tertawa melihatnya seperti itu. Fajar ikutan tertawa. Tawa kami menggema di ruang tamu. Bersamaan dengan itu, desir hangat kembali menyapa. Desir hangat yang belum bisa kujelaskan artinya.4785Please respect copyright.PENANA1HoFL253Jo
4785Please respect copyright.PENANAJxkMjFPh9Z
Tidak lama kemudian, Fajar berdiri sambil melirik jam dinding di sampingnya. Ia menoleh ke arahku. “udah pukul 3 sore, tan.”4785Please respect copyright.PENANA6ek9qHZLow
4785Please respect copyright.PENANAHOXKFbVqxP
Aku berdiri sambil menepuk-nepuk pelan gamisku. “Ayo pulang, Jar,” kataku. Fajar menggangguk, lalu tersenyum.
Bersambung
4785Please respect copyright.PENANApNfgs7msDO