
#3 Apa yang memaknai “Segalanya?”1674Please respect copyright.PENANAkY5BTa401o
1674Please respect copyright.PENANAY4I76xeFFr
Aku berdiri di tengah pintu, memandangi anak-ku dan suamiku yang hendak pergi menuju bandara. Aku tersenyum haru. Waktu berlalu begitu cepat bagaikan kedipan mata. Tak terasa Adit akan lekas kuliah. Ia memutuskan untuk kuliah di ibu kota. Dan Dimas menyertainya untuk mengurus segala keperluannya.1674Please respect copyright.PENANAxUHgXN0Eur
1674Please respect copyright.PENANAVqIdC4cqPx
Dari kejauhan, aku melihat Fajar masuk ke dalam mobil. Ia bertugas mengantar mereka. Ya, hubunganku dengan Fajar kian memburuk waktu ke waktu. Satu bulan kami tidak berbicara. Aku enggan, begitupun dia.1674Please respect copyright.PENANAg2jeRGogFo
1674Please respect copyright.PENANABzyw20p1Id
Adit Dan Dimas melambai dari kejauhan dan masuk ke dalam mobil. Aku tersenyum kepada mereka. Lalu, mobil yang dikendarai mereka menjauh dari pandanganku dan perlahan menghilang. Sedih rasanya melepas anak satu-satunya, pastilah rumah akan terasa sepi, cepat-lambat aku harus terbiasa. Aku menghela nafas dan menutup pintu sambil melangkah menuju kamarku.1674Please respect copyright.PENANAaqvx4r6lkd
1674Please respect copyright.PENANAlZxYE3SzjJ
Tiba di kamar aku lekas berbaring. Jarum jam baru menunjuk pukul sepuluh pagi. Aku sudah selesai melakukan tugasku sebagai ibu rumah tangga. Aku menatap langit-langit kamar. Sesekali aku tersenyum sendirian, mengingat-ingat kenangan sewaktu anakku masih kecil.1674Please respect copyright.PENANArhyFCob20t
1674Please respect copyright.PENANAl5Zr2uwVxj
Adit tergolong anak yang aktif. Aku sering mengajaknya bermain di taman dekat rumah. Dia bersama Fajar sering berlari-larian di taman. Sesekali mereka berdua mengajakku bermain perosotan. Adit dan Fajar memang akrab sejak kanak-kanak, mereka seperti tidak terpisahkan. Dari SD-SMA, mereka berada di sekolah yang sama. Kini mereka tidak lagi anak kecil, sudah beranjak dan tumbuh dewasa.1674Please respect copyright.PENANAoJs5I0aEuk
1674Please respect copyright.PENANAo85MmCq6nd
Satu jam berlalu, aku masih berbaring di ranjang. Entah kenapa aku tidak mood untuk melakukan apapun, kepergian anakku membuatku merasa sedih. Memikirkannya saja membuat bola mataku berkaca-kaca.1674Please respect copyright.PENANAU5DMPvhTyg
1674Please respect copyright.PENANATevUosL1l2
Aku keluar dari kamar, melangkah menuju dapur. Membuat kopi hangat dan memutuskan untuk bersantai di sofa sambil membaca buku. Aroma kopi hitam tercium. Aku menyesap kopi sambil memejamkan mata. Lalu membuka lembar-lembar buku dan membacanya.1674Please respect copyright.PENANAMqkgn6HSuB
1674Please respect copyright.PENANAbHlKKKITqT
Satu persatu Lembar-lembar buku terlewati. Tidak lama kemudian terdengar suara pintu terbuka, aku menoleh. Fajar tersenyum kepadaku, aku tidak membalas. Berpura-pura membaca buku. Langkahnya semakin mendekat. Entah kenapa aku merasa gugup.1674Please respect copyright.PENANAWd2lc8W69u
1674Please respect copyright.PENANAefvJrARP2k
Fajar duduk di hadapanku. Aku masih bergeming, enggan untuk menatapnya. “Kunci mobilnya, Tan.” Fajar meletakan kunci mobil di atas meja. Kemudian berdiri. “Fajar pulang dulu.”1674Please respect copyright.PENANADWXPnKkyWW
1674Please respect copyright.PENANAdqpGTEwAm5
Ingin rasanya aku mengatakan tidak. tapi urung untuk ku lakukan. Sebenarnya aku rindu berbincang dengannya. Tapi, aku tidak ingin terlihat seolah aku suka kepadanya. Nanti, ia pasti akan bersikap semena-mena padaku.1674Please respect copyright.PENANAJnHTyeNFEX
1674Please respect copyright.PENANAbfkvD8U0gX
Maka, kubiarkan ia pergi, dan kembali membaca buku. Aku menghela nafas ketika Fajar telah hilang dari pandanganku. Remaja itu sungguh membuatku jengkel. Ia tidak meminta maaf kepadaku atas perlakuannya tempo dulu. Seakan yang dilakukannya adalah benar. Aku menggelengkan kepala, anak jaman sekarang moralnya pada rusak.1674Please respect copyright.PENANA8hVJGjjZvB
1674Please respect copyright.PENANA6xpYHTwSYc
Waktu berlalu begitu saja, aku merasa bosan dan bosan. Aku tidak tahu harus melakukan apa. Kopiku sudah habis menyisakan bubuk-bubuk hitam yang basah. Lembar buku yang berhalaman 120 sudah tuntas kuhabiskan. Sofa yang empuk perlahan terasa keras sebab aku tidak beranjak kemanapun sama sekali.1674Please respect copyright.PENANA5lzIgfc5GM
1674Please respect copyright.PENANA76izfQoLts
Aku meregangkan tanganku sambil menggelengkan kepala, sebab kantuk perlahan menjalar. Aku menyandarkan punggung di sofa sambil menatap langit-langit atap. Berkata dalam hati, Abi, cepetan pulang, umi bosan sendirian.1674Please respect copyright.PENANACAz3aL53yU
1674Please respect copyright.PENANAmdCTGuTYtR
Terdengar notif WhatsApp. Aku meraih ponselku di atas meja, samping gelas. Pesan WhatsApp tertulis: Abi sama Adit udah di Jakarta, ini lagi cari kost.1674Please respect copyright.PENANArzavdn5mRr
1674Please respect copyright.PENANAlfjqmfvJPR
Aku merasa lega, lalu mengetik: Alhamdulilah, terus kabarin umi, ya. 1674Please respect copyright.PENANAt2eIz7Od2w
1674Please respect copyright.PENANA6Ss1Q5oQOj
Aku menunggu balasan, tapi yang kulihat hanya centang biru yang berarti sudah dibaca. Aku mengerti, mungkin mereka sibuk. Maka, aku letakan ponselku kembali ke meja. Kemudian merebahkan tubuhku di sofa yang empuk, menyandarkan kepala di penyanggah sofa, berharap satu minggu cepat berlalu. Kantuk merambat, mataku perlahan malu, bersaman dengan itu, aku terlelap.1674Please respect copyright.PENANAZEoX90FT4A
1674Please respect copyright.PENANAsZeXouB7G2
***1674Please respect copyright.PENANAIGyQeNm21C
1674Please respect copyright.PENANAHqBUK1QsiW
Aku terbangun di sore hari, pukul dua. Sehabis mandi aku kembali ke sofa, tentunya dengan secangkir kopi hitam yang selalu menemani kesendirianku. Tapi, kali ini tidak ada buku yang ku baca.1674Please respect copyright.PENANA5LqRy3uLDB
1674Please respect copyright.PENANA4qK47m2uA4
Aku sibuk berkutat dengan ponselku. Berselancar ria di media sosial. Berita-berita terbaru di lini masa membuatku jengkel. Aku bukan seorang ibu rumah tangga yang dengan mudahnya akan termakan hoax. Aku memiliki nalar yang bagus untuk memilah mana yang benar dan tidak.1674Please respect copyright.PENANAauCalyzgmJ
1674Please respect copyright.PENANA4ExlKo7hNd
Tapi, itu semua tidak cukup untuk membunuh bosanku. Aku meletakan kembali ponselku dan menyesap kopi hitam yang mulai mendingin, mulai melamun dan membiarkan pikiranku ke mana-mana. Belum ada satu hari setelah Dimas dan Adit pergi, tapi aku sudah hampir mati karena dilanda bosan.1674Please respect copyright.PENANA7hnyZbbwRW
1674Please respect copyright.PENANAvBJ8oouC8W
ingin rasanya aku keluar rumah dan ke toko buku, tapi aku tidak bisa mengendarai mobil. Entah kenapa terbesit sesuatu dalam pikiranku. Buru-buru aku mengambil ponsel dan mengirim pesan WhatsApp pada suamiku: Bi, Umi mau ke toko buku. Abi bisa gak bilang sama Fajar buat anterin umi.1674Please respect copyright.PENANADvBkEFOFUW
1674Please respect copyright.PENANAppiHrkevpy
Agak lama aku berfikir sebelum mengirim pesan tersebut. Tapi, pada akhirnya aku menekan tombol kirim. Sambil menunggu, aku beranjak ke kamar. Memoles pipiku dengan sedikit make-up. Dan mungkin saja, dengan langkahku seperti ini, Fajar akan meminta maaf, dan hubungan kami kembali seperti sediakala. Semoga dia menyadari kesalahannya.1674Please respect copyright.PENANA9iPT7tVkZB
1674Please respect copyright.PENANAO5aF4PzLa5
Lima belas menit aku menunggu balasan dari suamiku. Tapi tak kunjung jua ia membalas. Agak kecewa, aku menyandarkan punggungku di sofa. Derit pintu terdengar, Aku menoleh ke arah pintu, menampilkan sosok remaja yang teramat kurindu. Fajar tersenyum di tengah pintu. Kemudian Ia menghampiriku dan duduk di sofa.1674Please respect copyright.PENANAV5fITVNjVm
1674Please respect copyright.PENANAj3pyQzFgjk
“Cie, kangen.” Fajar menggodaku sambil tersenyum kecil.1674Please respect copyright.PENANAzpXxm5CBCm
1674Please respect copyright.PENANAVKFvKOCq2W
Kenapa aku harus merona seperti ini? Aku memejamkan mata sejenak, dan menjawab dengan datar, “Tante cuma mau minta anterin dong, gak lebih.”1674Please respect copyright.PENANAuFw61QdsV6
1674Please respect copyright.PENANADRDQIefuKA
Fajar malah terkekeh. Ia tampak rapi dengan jaket jeans, dan celana pendek hitam. “Mau kemana nih, tan?” tanyanya.1674Please respect copyright.PENANAOaNuJj6zQg
1674Please respect copyright.PENANAlTVGoNewUx
“Ke toko buku,” kataku, masih datar.1674Please respect copyright.PENANAfzDdTf93gE
1674Please respect copyright.PENANAOfYPzRoW4o
Fajar mengangguk, lalu berdiri. Aku mengekor. Kami keluar dari rumah. Aku mengeluarkan kunci mobil dari tas yang melingkar di pundakku.1674Please respect copyright.PENANAu5YcQyIGEK
1674Please respect copyright.PENANAjf2XUfWCfk
“Nih, kuncinya,” kataku. Fajar berbalik, menyambut uluran ku. Kami berdua lekas masuk ke dalam mobil. Seperti biasa, aku selalu menggunakan gamis kalau pergi kemana-kemana.1674Please respect copyright.PENANAeeEzUOh7wk
1674Please respect copyright.PENANANivIjYzBcO
***1674Please respect copyright.PENANA7odDrQUTOS
1674Please respect copyright.PENANAaKQ3SmxfgO
Dalam mobil, hening menyapa. Fajar fokus menatap jalanan sambil mengemudi. Aku memandang keluar jendela mobil. Memperhatikan jalanan dari kaca yang tertutup. Canggung menyalak dalam ruang. Entah kenapa, berduaan dengan Fajar seperti ini membuat degup jantungku berdetak tak karuan. Di tambah dengan parfum yang dikenakannya, aroma yang segar dan ringan, seperti campuran buah dan bunga. Aku mengernyit heran ketika toko buku terlewati, Aku menoleh dan bertanya kepadanya, “Ini mau kemana?”1674Please respect copyright.PENANAo0kKWmJQCC
1674Please respect copyright.PENANAPgNp7kRaqr
“Kerumahku,” kata Fajar masih fokus menyetir.1674Please respect copyright.PENANANmpGZDLfnT
1674Please respect copyright.PENANA0v70yy5VpH
“Tante mau ke toko buku,” kataku.1674Please respect copyright.PENANA8jiQGoJIdq
1674Please respect copyright.PENANAXsq5yW7AvE
Fajar tak menjawab. ia masih fokus menyetir.1674Please respect copyright.PENANAmTv5fpG0Bg
1674Please respect copyright.PENANAFGhDjPHq3z
Tapi, entah kenapa aku tidak marah, malah membiarkannya. Padahal tidak sesuai dengan tujuanku. Aku menghela nafas dan kembali memandangi jalanan dengan degup jantung yang semakin berdetak kencang.1674Please respect copyright.PENANAMPtzpvou9W
1674Please respect copyright.PENANAF3IiZCcbIb
Lima belas menit kemudian, tibalah aku di Rumah Fajar. Ia membuka pintu mobil dan turun, begitupun aku. Aku mengekor dari belakang. Di depan pintu langkahnya terhenti. “Mau di dalam atau di teras, tan?” tanyanya.1674Please respect copyright.PENANAfojWQynG5u
1674Please respect copyright.PENANAv6sQfBGMFI
“Teras aja, Jar.”1674Please respect copyright.PENANAlzZRuAXG7Y
1674Please respect copyright.PENANA6kE9JBCcFf
Fajar meraih gagang pintu dan membukanya. Sementara Aku duduk di pembatas teras, urung untuk masuk, sebab, jujur saja aku masih ada ketakutan apabila Fajar melecehkan ku.1674Please respect copyright.PENANAETyaJE1ELu
1674Please respect copyright.PENANAnel7QO59o4
Fajar tiba dengan bangku karet yang ia angkat di kedua tangannya, lalu meletakan dua bangku karet itu saling bersebelahan. “Duduk, tan, Fajar mau bikin kopi dulu.”1674Please respect copyright.PENANAWsD9BNloiy
1674Please respect copyright.PENANAFxKYCBVvDT
Aku beranjak duduk di bangku sambil menunggunya membuat kopi. Halaman rumah Fajar terlihat asri dengan rerumputan hijau.1674Please respect copyright.PENANA2ovhsnUjHC
1674Please respect copyright.PENANA5swysBlR2K
Tiba-tiba Ponselku berdering, aku merogoh tasku dan mengangkat telepon.1674Please respect copyright.PENANAIoI9nhj6lx
1674Please respect copyright.PENANA4hnoEUZ12e
“Assalamualaikum, mi,” Terdengar suara Dimas di sebrang sana.1674Please respect copyright.PENANAcqsIgN5IQI
1674Please respect copyright.PENANA9agqWYN9F8
“Walaikumsallam, Abi,” jawabku.1674Please respect copyright.PENANA3kkdrfvrl2
1674Please respect copyright.PENANAiDG002sWeO
“Abi sama sama Adit udah dapet kos, nih,” Kata Dimas. Aku bisa mendengar suara Adit yang nampaknya ingin berbincang denganku.1674Please respect copyright.PENANAQzaVHPUai5
1674Please respect copyright.PENANAZyZq8fQQyx
“Bi, mana Adit,” kataku.1674Please respect copyright.PENANAqOMQzNdvMH
1674Please respect copyright.PENANAy3xD5UK3uP
“Assalamualaikum, Umi,” Terdengar suara Adit. “Umi sehat kan? Umi kesepian ya? jangan kangen sama Adit ya, mi.”1674Please respect copyright.PENANAuu8fI41hSH
1674Please respect copyright.PENANAvHMqDSUaYo
Aku terkekeh. “Kamu kuliahnya yang benar, awas aja kalau kamu gak karuan di sana.”1674Please respect copyright.PENANAWXVko8QAxY
1674Please respect copyright.PENANAVbKcRDi1VE
Terdengar suara Adit tertawa. “Iya umi sayang, Adit janji, kok, bakal kuliah yang benar dan bikin Umi bangga.”1674Please respect copyright.PENANAo74itm4Peg
1674Please respect copyright.PENANARgi25n8fMj
Aku senang mendengarnya. Tapi, obrolan kami tidak berlanjut lama, Terdengar Dimas mengambil alih percakapan. “Mi udah dulu, ya. Abi sama Adit mau lanjut dulu. Yang sehat, ya, Mi. Assalamualaikum.”1674Please respect copyright.PENANAEgyqVMOt8T
1674Please respect copyright.PENANAIE63OZUsMO
Aku membalas salam suamiku dan mematikan telepon. Tak lama, Fajar datang dengan membawa dua cangkir kopi. Ia meletakkannya di pembatas teras, kemudian duduk di sampingku.1674Please respect copyright.PENANAouZ3abZKUX
1674Please respect copyright.PENANAGhA8DBYO0f
Canggung kembali menyapa di antara kami, entah kenapa aku merasa mulutku seakan terkunci. Sementara Fajar piawai menyesap kopinya sambil memandang ke depan. Aku tidak tahu apa yang ada dipikirannya. Aku harap dia tidak bertindak aneh-aneh.1674Please respect copyright.PENANArUOHyJxgaJ
1674Please respect copyright.PENANAHSEXGa6PeJ
Aku meletakan kedua tanganku di paha, meremas pelan gamisku sebab canggung menyalak lebih lantang. Sepuluh menit berlalu dan tidak ada perbincangan di antara kami. Bahkan, saking heningnya, desir rumput terdengar.1674Please respect copyright.PENANA1jCcW3Mtaq
1674Please respect copyright.PENANAhBhNZRFr43
“Kopinya minum, tan.” Akhirnya Adit membuka percakapan.1674Please respect copyright.PENANAzEMG3qTb5r
1674Please respect copyright.PENANAPRskr1S6u5
Aku mengangguk kikuk sambil meraih secangkir kopi dan menyesapnya sedikit, lalu meletakkannya kembali.1674Please respect copyright.PENANADcpEMiR15F
1674Please respect copyright.PENANAsRIyrM9Fwz
“Kamu gak kuliah, Jar?” tanyaku mencoba membuat obrolan memanjang.1674Please respect copyright.PENANAOB3abn6ziV
1674Please respect copyright.PENANAUQAJq5sUXf
“Kalau Fajar kuliah, kasihan nenek, Tan,” katanya. “Gak mungkin kan nenek sendirian di rumah?”1674Please respect copyright.PENANAwzFoKrUa9V
1674Please respect copyright.PENANA5iTUNyoYtI
Aku mengangguk. Mengiyakan. “Nenek belum pulang?”1674Please respect copyright.PENANAgaMUNRYu4B
1674Please respect copyright.PENANATas953q9oX
“Nenek kalau hari biasa pulangnya agak malem, biasanya habis magrib.”1674Please respect copyright.PENANAGMC6rI4al2
1674Please respect copyright.PENANANpWd1UGrBy
“Nenek masih kuat kerja, ya. Padahal udah lumayan tua, lho.”1674Please respect copyright.PENANAwLNaREouwZ
1674Please respect copyright.PENANA6UbzeTxLOQ
“Ya, begitulah, tan,” katanya. “Fajar juga udah kasih tau nenek biar Fajar aja yang kerja. Tapi nenek selalu keras kepala.”1674Please respect copyright.PENANArKi3s9BOdX
1674Please respect copyright.PENANA0hNjY6Zqp1
“Namanya juga orang tua, Jar. Apalagi nenek udah rawat kamu dari kecil, Mungkin nenek mau ngeringanin tanggung jawab Fajar juga, kan?”1674Please respect copyright.PENANANKA7ZpFX9s
1674Please respect copyright.PENANABivNZvBM4W
Fajar mengangguk masih menatap ke depan. “Mana Adit udah kuliah,” nadanya terdengar kecewa. “Jadi gak bisa lihat tante lagi.”1674Please respect copyright.PENANAPNMFaMBlEm
1674Please respect copyright.PENANA3Aql7hjMe3
Aku tertawa ringan. “kalau kamu mau main ke rumah, main aja,” kataku. “Pintu rumah terbuka lebar buat kamu.”1674Please respect copyright.PENANAwtn2hpdCjn
1674Please respect copyright.PENANAECK9rFvxDL
Perlahan, perasaan kesalku kepadanya mereda, bagai sebuah air panas yang mulai mendingin seiring waktu.1674Please respect copyright.PENANAIUW8Ne3UZz
1674Please respect copyright.PENANAloN3k3AoEL
Ia terlihat tersenyum, kemudian beranjak berdiri dan masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian ia datang sambil membawa gitar. Merubah posisi bangkunya mengarah ke aku, dengan gitar yang duduk takzim di pangkuannya.1674Please respect copyright.PENANA10eCw5aNY7
1674Please respect copyright.PENANAbFnZrUzNMT
“Mau dinyanyiin tan?” Tanyanya.1674Please respect copyright.PENANAncA1Dh9Amb
1674Please respect copyright.PENANAmHzwqyQCVh
Aku terlihat antusias, dan mengubah posisi dudukku. Kini kami saling berhadapan.1674Please respect copyright.PENANAU4U0MHQgD3
1674Please respect copyright.PENANAZ7zu94mamd
“Boleh,” kataku agak tersipu.1674Please respect copyright.PENANA7Yn0aXiuLl
1674Please respect copyright.PENANA49me5uObYH
Perlahan, terdengar nada merdu dari dawai Gitar. Petikan-petikan dari jemarinya membangun sebuah nada yang harmonis. Jemari satunya berpindah-pindah chord. Membentuk sebuah kesatuan irama.1674Please respect copyright.PENANAbhbCmv6CJr
1674Please respect copyright.PENANADAjD5CDfsO
“Badai, puan telah berlalu berlalu, salahkah ku menuntut mesra,” Fajar mulai bernyanyi. Suaranya halus, indah, penuh rasa. Ia menatapku, aku pun begitu. entah bagaimana, rasa hangat bisa kurasakan dari setiap tatapannya.1674Please respect copyright.PENANAOzjt8P2aOw
1674Please respect copyright.PENANAxZwoSPiv3A
Dia melanjutkan, “Tiap taufan menyerang, kau di sampingku, kau aman ada bersamaku.” Ia semakin dalam menatapku, petikannya pada dawai dan suaranya yang indah mampu membuatku terpaku, dan bergeming dari duduk.1674Please respect copyright.PENANAX5i8I3Tv4l
1674Please respect copyright.PENANAQAvOoyfT0x
“Selamanya, sampai kita tua, sampai jadi debu, ku di liang yang satu1674Please respect copyright.PENANArOlHWs5kdl
Ku di sebelahmu,” Suara nya terlihat megah dalam petikan dawai yang merdu. Kami saling bertatapan. Fajar menatapku dengan senyum hangat yang mampu membuatku tak berdaya.1674Please respect copyright.PENANApSeBfMmCB8
1674Please respect copyright.PENANAS1oF8i8Gln
Aku menggeleng pelan ke kanan-kiri, menikmati setiap perpindahan Chord C ke G yang begitu indah, nyaman, dan mampu membuatku tak melepaskan pandangan kepadanya.1674Please respect copyright.PENANA388qQgErGV
1674Please respect copyright.PENANAs1gfoHKe0C
Fajar tersenyum, jemarinya berhenti memetik dawai. Aku berhenti menggelengkan kepala. Fajar meletakan gitarnya di pembatas teras. Dia kembali menatapku, perlahan wajahnya semakin mendekat. Jantungku berdegup tak karuan. Seketika pupil mataku membesar ketika ia mendaratkan bibirnya di bibirku. Aku bergeming. Tiga detik bibir kami saling menyapa, kemudian kudorong tubuhnya cukup kuat.1674Please respect copyright.PENANAnGMDFyC1q4
1674Please respect copyright.PENANAOI4Z4fTWZN
“Apaan, sih kamu, Jar!” kataku, geram, merasa terlecehkan. Posisi dudukku berubah, tidak berhadapan dengannya, melainkan kembali menatap ke depan, ke halaman. Aku tidak habis fikir, berani-beraninya ia mencium bibirku.1674Please respect copyright.PENANAhEtgfvW1pG
1674Please respect copyright.PENANAZarEXmpBTR
“Fajar cinta sama tante.”1674Please respect copyright.PENANAV8byGW6LyO
1674Please respect copyright.PENANA7zsEqIEESb
Bagai Guntur yang menyalak di siang bolong, kurasakan sentakan kuat. Bagaimana bisa ia mecintai seseorang perempuan yang seharusnya lebih cocok menjadi ibunya. Aku menggeleng-geleng. “Jangan aneh-aneh, Jar,” kataku, ketus. “Kamu udah ngelecehin tante, tau gak?”1674Please respect copyright.PENANA6CfnumHD6V
1674Please respect copyright.PENANAqFwM4SZLgu
Fajar menyentuh bahuku, lekas kugeser bahuku. “Jangan pegang-pegang,” kataku, masih garang.1674Please respect copyright.PENANAynRJpjTB9z
1674Please respect copyright.PENANAuyAKOzDkli
Terdengar helaan nafasnya. “Fajar serius, Fajar cinta sama tante!”1674Please respect copyright.PENANAfoqNUpgkSt
1674Please respect copyright.PENANAf1GE076tPB
“Tante udah punya keluarga, fajar!”1674Please respect copyright.PENANAeBw4IECQZh
1674Please respect copyright.PENANAEqvbFDhu3k
“Fajar tahu tante gak bahagia,” katanya dengan mudah menyimpulkan.1674Please respect copyright.PENANADMfYV4S5Wr
1674Please respect copyright.PENANAXmex0U0Pi3
Otakku terasa panas, aku menatapnya dengan tajam. “Jaga omongan kamu!” bentakku.1674Please respect copyright.PENANATVEZ4o2ZgQ
1674Please respect copyright.PENANAfbnLLz4E9X
Fajar menunduk, agaknya ia merasa bersalah. Aku sedikit merasa tidak tega membentaknya. Tapi, dia memang pantas mendapatkannya. Tidak pernah seumur-umur lelaki lain mencium bibirku selain suamiku sendiri.1674Please respect copyright.PENANAnatz6oy11T
1674Please respect copyright.PENANASgCBgYfMMW
Terdengar helaan nafasnya lagi. Ia merogoh kantung celana. Aku mengernyit bingung ketika ia mengeluarkan kotak bewarna merah berbentuk love. Fajar membuka kotak itu. Aku menelan ludah ketika melihat cincin yang duduk takzim di dalamnya. Kemudian aku menatapnya dengan penuh pertanyaan.1674Please respect copyright.PENANAyIVKBAi7cN
1674Please respect copyright.PENANAJDuMmltNQ0
Sambil menunduk Fajar berkata, lirih, “Fajar nabung buat beli cincin ini, buat tante.”1674Please respect copyright.PENANABT9HGRETnd
1674Please respect copyright.PENANAb4qTRh4cAx
Aku terenyah, dadaku berdebar tak karuan. Amarahku menghilang seketika, seakan kata-katanya tersebut mampu menembus jiwaku dan mengobrak-abrik nya dari dalam. Mataku memanas, pandanganku berkaca-kaca, aku terharu. Aku tahu persis bahwa cincin itu sungguhlah mahal, dan dia butuh waktu berapa lama untuk menabung dan membeli cincin itu.1674Please respect copyright.PENANAWF5Zy6nWcd
1674Please respect copyright.PENANAgZLhEPK7Tw
“Tante gak bisa, Jar, maaf,” kataku, sedikit terisak. “Tante udah punya suami.”1674Please respect copyright.PENANAaEVW054OSB
1674Please respect copyright.PENANA82OYeWYZcs
Fajar mengangguk pelan, menutup kembali kotak cincin itu dan berkata, “Iya, tan. Setidaknya Fajar lega udah mengutarakan perasaan Fajar.” Dia tersenyum.1674Please respect copyright.PENANAl2LFmyKuXO
1674Please respect copyright.PENANAWqFbwWYDV8
Lagi-lagi aku merasa terenyah. Senyum yang keluar dari wajah remaja itu mampu membuatku luluh. Isak-ku semakin menjadi. Perlahan ku rasakan jemari-jemarinya mengusap pipiku dan menyeka tangisku. Aku membiarkan jemari itu bergelayut di wajahku. Ada perasaan nyaman ketika Fajar menyentuh wajahku, sebuah perasaan nyaman yang lagi-lagi tidak bisa ku jelaskan.1674Please respect copyright.PENANAcP4bGFPwdh
1674Please respect copyright.PENANA529StK4EPQ
Kemudian ia menarik tubuhku dalam dekapannya. Tangannya melingkar di tubuhku. Aku membiarkannya. Bersamaan dengan isakku yang mulai mereda, Fajar mengusap kepalaku yang terbalut jilbab. Aku merasa nyaman, ku tenggelamkan wajahku lebih dalam pada dadanya. Berada di pelukannya terasa hangat.1674Please respect copyright.PENANA8TLZBfGoQg
1674Please respect copyright.PENANAtcOgvn1XNu
Kemudian Fajar mendorong tubuhku, lalu menatapku lekat, kedua tangannya memegang kepalaku. Dia tersenyum, kemudian menarik kepalaku. Bisa kurasakan bibirnya mencium keningku. Lagi-lagi aku membiarkannya, padahal aku sadar, apa yang aku lakukan ini adalah dosa yang besar. Yang teramat besar.1674Please respect copyright.PENANALT8nXoHG0k
1674Please respect copyright.PENANAnoAHQfqPiu
Kami kembali menatap satu sama lain. Fajar tersenyum penuh arti, aku pun begitu. Lalu dia berkata, “Tante mau jadi pacar Fajar?”1674Please respect copyright.PENANAXZx6bxeqiC
1674Please respect copyright.PENANAQyJcIMzrw7
Ungkapan hati remaja itu sungguh tak bisa ku terka. Bagaimana bisa aku menjadi pacarnya, sedangkan aku sendiri bersuami. Maka, aku berkata kepadanya, “Tante gak bisa, Jar. Maaf, ya.”1674Please respect copyright.PENANA9QH7A2Ejxa
1674Please respect copyright.PENANA1JG7apSuR7
Kedua tangannya beranjak turun dari kepalaku. Aku bisa menangkap kecewa pada raut wajahnya. Ia menggeser bangkunya, menatap kosong halaman.1674Please respect copyright.PENANAjwgjCmeGzC
1674Please respect copyright.PENANAj348WI4MPm
“Emang salah ya, Tan, kalau Fajar cinta sama tante?” tanyanya, lirih.1674Please respect copyright.PENANAtBbUuRAaB7
1674Please respect copyright.PENANAPYLjEctqK0
“Engga ada yang salah dari cinta, Jar,” Aku meliriknya sekilas. Ia masih fokus memandang ke depan. “tapi tante udah bersuami.”1674Please respect copyright.PENANAoRlAwmnCgK
1674Please respect copyright.PENANAJpYxtqhrsv
“Kan, bisa diem-diem, tan.” ia bersikukuh.1674Please respect copyright.PENANA9u6agZFgP0
1674Please respect copyright.PENANAjckyAmNmSF
“Tante gak bisa, Jar,” aku tetap menolak. “Lagian kamu udah punya pacar, kan?”1674Please respect copyright.PENANAlD6gqB5OTE
1674Please respect copyright.PENANAwvHrQzUTGT
Terdengar helaan nafasnya. “Fajar gak pernah pacaran, Tan. Cewek kebanyakan suka sama Fajar, tapi Fajar engga. Fajar cintanya sama tante dong.”1674Please respect copyright.PENANAT4oFvBS9wj
1674Please respect copyright.PENANAReKOjL68i0
Mendengar perkataannya barusan, aku sedikit tersipu. Tak bisa dipungkiri bahwa Fajar lumayan tampan untuk digandrungi remaja perempuan seumurannya. Dan aku tidak habis pikir, bagaimana dia bisa mencintai seorang ibu rumah tangga sepertiku ini. Agak penasaran aku bertanya, “Kenapa kamu bisa cinta sama tante? Banyak lho perempuan yang seumuran dengan kamu yang lebih cantik daripada tante.”1674Please respect copyright.PENANAA996ExL2In
1674Please respect copyright.PENANAgXnVRtvmlz
Fajar menoleh, mata kami bertemu. Dia berkata, “Yang cantik emang banyak, tan. Tapi, kalau Fajar Sukanya sama tante, gimana?”1674Please respect copyright.PENANAHhiqC7ut9V
1674Please respect copyright.PENANAw5g73BuGxQ
“Tapi, tante udah bersuami, Jar!” aku mengulangi terus menurus.1674Please respect copyright.PENANAQIpFzEUKoh
1674Please respect copyright.PENANAxyPELGRtz1
Fajar meraih kedua tanganku dan mengelusnya lembut. Aku membiarkannya. Ia semakin dalam menatapku, kemudian berkata, “Tan, tolong kasih Fajar kesempatan buat bikin tante Jatuh cinta sama Fajar, ya?”1674Please respect copyright.PENANA3IQZTbFeuU
1674Please respect copyright.PENANAwRjaR3Z4O0
Aku dilema. Aku mecintai suamiku, tapi, bersama Fajar aku merasa lebih hidup. Aku tahu semua ini dosa yang besar, tapi aku tak sanggup untuk lari dari dosa ini.1674Please respect copyright.PENANACl7X8Cy7XM
1674Please respect copyright.PENANADCnvh6pFXs
“Fajar tahu, Kok, Tante ada perasaan sama Fajar.” Fajar tersenyum sambil terus menatapku. Aku menunduk. Benar yang dikatakannya, bahwa aku menyukainya sebagai lawan jenis.1674Please respect copyright.PENANAczAavS5Vyv
1674Please respect copyright.PENANAKoBB8mCjZm
“Tan,” katanya lembut. Aku mendongak, menatap binar matanya yang seakan meminta kepastian. “Balas perasaan Fajar, ya?” Ia berkata lirih.1674Please respect copyright.PENANAYYtYwAiAH2
1674Please respect copyright.PENANAnwDVZ1yYX9
Aku memejamkan mata. Menikmati setiap elusan lembut jemarinya di punggung tanganku. Aku menghela nafas, kemudian menatapnya kembali. Aku tidak bisa membohongi perasaanku kepadanya. Aku mengangguk pelan.1674Please respect copyright.PENANAVRvowI7VYB
1674Please respect copyright.PENANAb50BtaXVrp
Fajar kembali membawaku pada peluknya. Aku bisa merasakan rasa senang yang mengalir pada tubuhnya. Begitupun aku, aku tidak menghindar bahwa aku juga merasa senang diperlakukan romantis seperti ini.1674Please respect copyright.PENANAZ9i7f476zY
1674Please respect copyright.PENANAcArvNQhHzh
Fajar melepas pelukan. Mata kami bertemu. Wajahnya mendekat, aku memejamkan mata. Membiarkan bibirnya bertemu dengan bibirku. Kenyal, aku merasakan bibirnya yang terasa kenyal. Lidahnya berusaha masuk, aku membuka sedikit bibirku, membiarkan lidahnya menyapa rongga mulutku. Lumatan-lumatan terjadi, aku membiarkannya sambil memejamkan mata.1674Please respect copyright.PENANA9oybLTCr85
1674Please respect copyright.PENANApMLG9VJ8d0
Aku merasakan sentuhan di pahaku, tubuhku merinding ketika sentuhan tangan Fajar mulai beralih ke pinggangku. Aku membiarkannya. Lumatannya semakin liar, lidahnya mencoba mencari lidahku. Aku hanya diam, tidak membalas pun menolak.1674Please respect copyright.PENANAyMlJ1RsbEG
1674Please respect copyright.PENANA1NsEpQXV2U
Aku mendesah kecil ketika telapak tangannya mulai meremas pelan buah dadaku. Lagi-lagi aku tak menolak, membiarkannya. Remasan itu semakin kasar, membuatku melenguh kecil. Tapi, kemudian, ku dorong pelan dadanya. Aku belum sanggup untuk melangkah ke hal yang lebih jauh.1674Please respect copyright.PENANATnWjVYqOIB
1674Please respect copyright.PENANAJM4RpoM8AZ
“Jangan jauh-jauh dulu, ya?” Aku menatapnya meminta pengertian.1674Please respect copyright.PENANAEPJRAe0yLL
1674Please respect copyright.PENANArc3cXpiGnM
Fajar mengangguk paham. Kemudian ia usap pelan kepalaku. “Iya, tan. Fajar tunggu kesiapan tante.”1674Please respect copyright.PENANAO2jhmpY9ff
1674Please respect copyright.PENANAJga9FXcaOw
Aku menggangguk.1674Please respect copyright.PENANAiTzkZIxqTy
1674Please respect copyright.PENANA0lrcGSk7vi
Fajar merogoh kantung celananya dan kembali mengeluar kotak bewarna merah itu. Ia bukan kotak itu dan mengambil cincin yang kemudian dengan mesra ia lingkaran di jari manis tangan kiriku. Aku membiarkannya. Aku merasa senang diperlakukan sebegitu romantisnya.1674Please respect copyright.PENANAze9rFBFmeB
1674Please respect copyright.PENANAf5ralCprqc
“Dengan ini, tante udah resmi jadi milik Fajar.” Ia tersenyum sumringah menatapku.1674Please respect copyright.PENANA1VF0HJvpZ8
1674Please respect copyright.PENANARp24JA1wWe
“Udah, ih, takut ada yang lihat,” kataku sambil merubah posisi ke depan. Sekilas aku melirik cincin yang ia lingkarkan di jari manisku. Cantik sekali.1674Please respect copyright.PENANAqgWhGw91ia
1674Please respect copyright.PENANA4rMGlhiFff
Kami kembali pada suasana awal. Fajar tersenyum tak karuan sambil menatap halaman-halaman hijau. Aku pun begitu, perasaanku terombang-ambing bagai sebuah ombak kecil yang bergoyang menyapu para perenang.1674Please respect copyright.PENANAwgEWYChBzh
1674Please respect copyright.PENANAte8wV3rNTp
“Fajar udah suka sama tante dari kecil, lho.” Fajar terkekeh, kakinya membujur di penyangga teras.1674Please respect copyright.PENANASqs4s7xuew
1674Please respect copyright.PENANAx1Y42rLWKW
“Kok, bisa?” tanyaku, penasaran.1674Please respect copyright.PENANAZoIw2EUMHB
1674Please respect copyright.PENANAJ7ZNER7MYN
“Menurut Fajar, tante baik banget. Waktu masih kecil tante sering ngasih Fajar jajan, sering kasih mainan. Pokoknya tante tuh baik banget. Mana cantik lagi!”1674Please respect copyright.PENANAHFyn7YSgUU
1674Please respect copyright.PENANAzrPUzmLy2n
Aku sedikit terharu mendengarnya. Dan bisa kurasakan tidak ada kebohongan pada suaranya. “Kamu suka tante, gara-gara itu doang?” tanyaku.1674Please respect copyright.PENANASPaUzJlR4y
1674Please respect copyright.PENANAaJycOHEcBc
Fajar menggeleng. Aku menoleh ke arahnya, “Terus?” tanyaku lagi.1674Please respect copyright.PENANA0n1GvLymqP
1674Please respect copyright.PENANASGY3egMecK
Fajar menoleh sekilas kemudian kembali menatap ke depan. “Cinta engga butuh alasan, Tan,” katanya. “cintah sudah cukuplah bagi cinta.”1674Please respect copyright.PENANAIZ0HnOLVtw
1674Please respect copyright.PENANAH8luRGO4qg
Aku terkekeh. “Dasar pujangga.”1674Please respect copyright.PENANAG34F4BIQtU
1674Please respect copyright.PENANAoryOUMCjSO
Fajar tersenyum kecil. “Tante udah mau pulang?”1674Please respect copyright.PENANAwn2Dy84Fww
1674Please respect copyright.PENANAamcIH1IJfT
Aku melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kananku. Baru pukul setengah empat. Aku menggeleng. “Bentaran lagi, deh, jar.”1674Please respect copyright.PENANAxQIUJpNpli
1674Please respect copyright.PENANAfo1XLhFxGY
“Mau main ps?” tanyanya. “yang kalah dapat hukuman.”1674Please respect copyright.PENANArU8Y5f5ghi
1674Please respect copyright.PENANAzXeAgN29Eq
Aku nampak antusias. “Kalau kamu kalah, beliin tante tiga buku, oke?”1674Please respect copyright.PENANAcNVxZxgd7p
1674Please respect copyright.PENANAdoCs4mE9zt
Fajar mengangguk. “Kalau tante kalah, aku boleh cium ketiak tante sepuasnya, oke?”1674Please respect copyright.PENANAufp3OW1EMV
1674Please respect copyright.PENANAkJF55tKfqc
Aku menarik kepalaku sebab terkejut. Lalu berfikir sejenak dan akhirnya mengiyakan. Fajar sumringah. kami berdua berdiri dan masuk ke dalam. Duduk bersampingan di lantai. Fajar menyodorkan stick PS kepadaku dan menyalakan tv. Aku bersiap-siap mengambil posisi yang nyaman. Lagian, tidak mungkin ia bisa mengalahkan ku, aku sangat piawai bermain console game.1674Please respect copyright.PENANAufumBKh6Bg
1674Please respect copyright.PENANAapkhNAnJSc
Pertandingan di mulai. Kami bermain game sepak bola. Tombol stick terdengar. Kami sama-sama fokus. Saling beradu strategi satu sama lain. Riuh gembira terdengar. Suasana semakin intens. Babak pertama skor masih 0-0. Di mulai-lah babak kedua dengan tegang yang menyalak. Aku mendengus kesal ketika Fajar mencetak gol pertamanya. Ia menoleh dan menjulurkan lidah kepadaku. Kami terus bermain dan sampai pada babak akhir. Aku kalah dengan skor 2-0.1674Please respect copyright.PENANApk4wZkGkVo
1674Please respect copyright.PENANAHcH4Z9Emvj
Fajar tersenyum sumringah, lalu mengedipkan mata kepadaku, mengejek. Aku malah meringis kesal kepadanya.1674Please respect copyright.PENANAxMtjtFysMb
1674Please respect copyright.PENANAvQre3hazcn
“Angkat tangannya, tan,” Fajar mendekat ke arahku.1674Please respect copyright.PENANA8oddKJsHwM
1674Please respect copyright.PENANA4pkq2Wyrd7
Mau tidak mau aku mengangkat tangan kananku ke atas dan membiarkannya menciumi area ketiakku. Fajar memejamkan matanya sambil mengendus bau ketiakku.1674Please respect copyright.PENANAPaeeddBT4e
1674Please respect copyright.PENANAQ6SKwKWdIv
“Enak banget, baunya Tan,” katanya.1674Please respect copyright.PENANAJejPoTyDHa
1674Please respect copyright.PENANAucVA2GQHOr
Aku tidak menanggapi. Perlahan tangan kirinya mulai masuk ke dalam Gamisku dan membelai pahaku. Aku membiarkannya,1674Please respect copyright.PENANA6sSH8xNP5Y
1674Please respect copyright.PENANAA4ieHwCpYV
“Udah, Ya, Jar. Tangan tante capek.” Aku hendak menurunkan tangan, tapi Fajar lekas mengangkat tanganku kembali ke udara.1674Please respect copyright.PENANApib6b482hZ
1674Please respect copyright.PENANAykRAG9VCL8
“Bentar lagi, tan.”1674Please respect copyright.PENANAHlt1cROu1V
1674Please respect copyright.PENANABueOuhULPL
Aku mengiyakan, dan membiarkannya menikmati aroma ketiakku yang aku yakin tidaklah berbau. Aku kerap merawat bagian dalam tubuhku dengan baik, tentu saja aku percaya diri. Fajar semakin nakal. Tangan kanannya mulai merembet menuju pangkal pahaku.1674Please respect copyright.PENANAT6NZqwJpid
1674Please respect copyright.PENANAg14jwNY7tw
“Jangan masuk ke dalam, Jar.” Aku mendorong tangan kanannya agar keluar dari gamisku. Fajar mengerti, tangan kanannya hengkang dari dalam gamisku. Kemudian ia beralih menuju buah dadaku, yang lekas ku tahan.1674Please respect copyright.PENANA1u645StgYr
1674Please respect copyright.PENANAAlnKlOaX69
“Jangan,” kataku.1674Please respect copyright.PENANAwNaeD1uMja
1674Please respect copyright.PENANAk5bTrlkNaW
Fajar yang masih mengendus ketiak ku tak peduli. Ia dorong tubuhku, aku bergeser merapat ke dinding dengan satu tangan yang masih terangkat ke atas. Tangan kanannya masih berusaha meremas buah dadaku. Lagi-lagi aku berusaha untuk mencegahnya.1674Please respect copyright.PENANAUUIGiTsc8X
1674Please respect copyright.PENANA4pr1zioGPm
Kemudian Fajar menurunkan tanganku dan mengangkat tanganku yang satu. Bergantian, ia endus area ketiakku. Aku menelan ludah sebab posisi ini sungguh membuat desir gairahku bangkit1674Please respect copyright.PENANAXL8nsLjvQo
1674Please respect copyright.PENANAcLLC3uw4Q6
Aku melenguh ketika buah dadaku di remasnya perlahan. Kali ini aku membiarkannya. Entah kenapa aku malah menikmati setiap sentuhan tangannya. Tapi, aku tidak mau terlalu jauh.1674Please respect copyright.PENANAlmy3aznKU8
1674Please respect copyright.PENANAXUJiYWbDyd
“Udah, Jar. Tante mau pulang.” Aku menurunkan tanganku dan mendorong tangan satunya yang meremas buah dadaku.1674Please respect copyright.PENANApHisoBF6ZW
1674Please respect copyright.PENANAdfEkXs3GYr
Sambil bersandar di dinding, aku berkata lagi. “Tante mau pulang, Jar.”1674Please respect copyright.PENANASHsC0BMBoF
1674Please respect copyright.PENANA0n47iZnS1E
Wajahnya terlihat tanggung. Tapi, dua detik kemudian dia tersenyum dan bangkit. Aku bersyukur sebab dia mengerti. Aku beranjak berdiri sambil membenarkan gamisku yang sedikit berantakan. Lalu melangkah keluar rumah.1674Please respect copyright.PENANAjfVNkoF1fr
1674Please respect copyright.PENANANCzhBjDVWs
Fajar menutup pintu dan menguncinya. “Aku nginep di rumah tante, ya?” tanyanya.1674Please respect copyright.PENANAFUBhzZgfH6
1674Please respect copyright.PENANAseJHzYySNi
Aku tidak menjawab. Fajar bertanya lagi. “Boleh gak, tan?”1674Please respect copyright.PENANAIJdV6WzOa3
1674Please respect copyright.PENANAYj5utox6oV
“Nenek sendirian nanti di rumah,” elakku.1674Please respect copyright.PENANARiXRsT6RG2
1674Please respect copyright.PENANAGefIIHHIT4
“Nenek hari ini kebetulan nginep di rumah tetangga, tan.”1674Please respect copyright.PENANA8QGG2c3L3D
1674Please respect copyright.PENANAzLvu8mnZNL
Aku tidak punya alasan lagi untuk menyangkal. “Iya,” kataku singkat dan mengangguk.1674Please respect copyright.PENANAUS3jIeVM4n
1674Please respect copyright.PENANABYPZuEHQlG
Fajar sumringah. Kemudian ia menggenggam tanganku. Aku membalas genggaman tangannya. Kami melangkah masuk ke dalam mobil bagai pengantin baru. Lagi-lagi, keromantisan ini membuatku tersipu.1674Please respect copyright.PENANATz4QymyWuU
1674Please respect copyright.PENANAaTLUMzns2j
Dalam mobil, sepanjang perjalanan, aku menyenderkan kepalaku di bahunya. Posisi ini terasa hangat sekali. Fajar masih fokus mengemudi. Aku ingin menikmati kemesraan ini. Untuk kedepannya, aku tidak tahu, aku tidak bisa menerka apa yang terjadi.1674Please respect copyright.PENANAkOVBGsYGNN
1674Please respect copyright.PENANAFTvUZLdZhY
Aku memandang ke kaca mobil depan. Memperhatikan setiap kendaraan di depan mobil kami. Jauh di sana, langit-langit menguning, burung-burung berterbangan bagai mengemis kasih pada awan yang menggulung. Di luar kaca jendela sampingku, bangunan-bangunan, warung-warung, yang kami lewati tampak ramai orang-orang. Aku melirik Fajar sekilas. Wajah remaja itu tampak teduh. Aku tersenyum, menyadari sesuatu, bahwa matanya sungguh indah, bagai mata elang yang beterbangan meninggalkan anaknya untuk mencari makan. Dalam suasana sore yang bisa kurasakan teduh, aku memejamkan mata. Bahunya, menjadi tempat yang teramat nyaman untuk bersandar.1674Please respect copyright.PENANA79Elu0PWBp
1674Please respect copyright.PENANA9HFxdGazZy
***1674Please respect copyright.PENANAZWIR5uepvV
1674Please respect copyright.PENANA0wA2nGw9XU
Sesampainya di rumah, Fajar lekas menghambur di sofa. Sementara aku beranjak ke kamar, berganti pakain, lalu kembali menghampirinya.1674Please respect copyright.PENANA1psU7v1gTY
1674Please respect copyright.PENANAcIYSpoxUZP
“Di sini, tan.” Fajar menepuk sofa, mengisyaratkan agar aku duduk sampingnya. Aku mengiyakan, dan duduk sebelahnya.1674Please respect copyright.PENANA42LMIofVBN
1674Please respect copyright.PENANAQGzkSo236g
“Jangan ngerokok, tante gak tahan asap rokok,” kataku ketika Fajar hendak membakar rokoknya.1674Please respect copyright.PENANAZblvFd4ZxK
1674Please respect copyright.PENANAUap0NL9YZx
Fajar meletakan rokoknya di atas meja, tangannya melingkar di bahuku. “Bikinin kopi dong, tan,” katanya.1674Please respect copyright.PENANAQrxafxNVtT
1674Please respect copyright.PENANAFmynYzOIVH
Aku tersenyum kepadanya, lalu bangkit. Tapi tiba-tiba Fajar memukul pelan pantatku, sontak aku berbalik dan menatapnya garang. Fajar malah tertawa sambil mengangkat jari telunjuk dan tengahnya di depan wajah. Aku yang tidak mau berdebat dengannya langsung melangkah menuju dapur.1674Please respect copyright.PENANAIFf0MWQp5T
1674Please respect copyright.PENANAawbvR3Q7NP
Tiba di dapur aku mengambil dua cangkir gelas, lalu menuangkan bubuk ke masing-masing gelas. Kemudian memanaskan air. Sambil menunggu air panas aku kembali mengingat-ingat setiap hal yang barusan terjadi. Agaknya aku sudah melewati sebuah batas.1674Please respect copyright.PENANAXiknwW3Cv1
1674Please respect copyright.PENANAB0VaTre3rB
Istri mana yang berani membiarkan remaja seumuran anaknya mencumbu bibirnya dan mengendus ketiaknya. Aku tak menyangka bahwa aku membiarkannya begitu saja. Pun ketika ia memukul pelan pantatku, aku tidak merespon marah kepadanya. Bukankah dia sudah melecehkanku?1674Please respect copyright.PENANAGyIoFtK1VI
1674Please respect copyright.PENANAhVY8lgWSFT
Gemercik air terdengar. Buru-buru aku menuangkan air kedua gelas dan membawanya, kembali menuju ruang tamu.1674Please respect copyright.PENANAii6uXchqUV
1674Please respect copyright.PENANA9LgOh87Qpi
“Ini, tuan muda,” kataku bercanda sambil meletakan dua cangkir kopi di atas meja.1674Please respect copyright.PENANAxhEfP5LCDd
1674Please respect copyright.PENANA6vqdpvL4PB
Fajar meraih kopinya masih panas. Ia tiup perlahan dan menyesapnya sedikit. Kemudian Terlihat wajahnya yang sumringah.1674Please respect copyright.PENANAEMbUMD3eeW
1674Please respect copyright.PENANAkeLq4bCLCx
“Nanti Fajar tidur sama tante boleh?” Fajar meletakan kembali cangkirnya dan menoleh ke arahku.1674Please respect copyright.PENANAugIYulXoNy
1674Please respect copyright.PENANAs52imjRzZr
“Jangan aneh-aneh, deh,” kataku, sedikit galak. “kamu tidur di kamar Adit!”1674Please respect copyright.PENANAJF28erhtGe
1674Please respect copyright.PENANA05j8sC86sb
Fajar menghela nafas dan berpaling. Terlihat raut wajahnya kecewa. Lalu aku berkata, “Kan tante udah bilang, tante belum bisa sampe jauh.”1674Please respect copyright.PENANAoipk81yuqp
1674Please respect copyright.PENANAf9kOOSSfdX
Remaja itu sangat ngebet sekali untuk menikmati tubuhku. Tentu saja aku tidak semudah itu untuk memberikannya. Walaupun ia sudah sempat menikmati bibirku. Tapi, aku tidak ingin di pandang serendah itu.1674Please respect copyright.PENANAPcoLac1cJM
1674Please respect copyright.PENANAFbjxjAGq5h
“Yudah, kalau gitu mau ciuman,” katanya lagi.1674Please respect copyright.PENANA85ag7flLa5
1674Please respect copyright.PENANAXfSljqsgRI
“Engga boleh!”1674Please respect copyright.PENANASvR7q3VfaQ
1674Please respect copyright.PENANAcGoW8NZAu8
“Tante semuanya gak boleh,” katanya. “Lagian tadi juga kita ciuman.”1674Please respect copyright.PENANAZKwyZO0PU5
1674Please respect copyright.PENANAjPUixMzF21
Aku menghela nafas sejenak dan berkata, “Ciuman aja, ya, gak lebih. Awas aja tangan kamu sampe ke mana-mana.”1674Please respect copyright.PENANAIXELzyHcCm
1674Please respect copyright.PENANALcVTIsetYS
Fajar terlihat bersemangat. Buru-buru ia mendekat dan memegang kepalaku dengan kedua tangannya lalu mendaratkan cumbuan pada bibirku. Aku memejamkan mata, membiarkan bibir kami menyatu. Terasa bibirku di gigit kecill olehnya, kemudian lidahnya berusaha masuk dalam rongga mulutku. Lidahnya berusaha mencari lidahku. Aku tak piawai dalam bercumbu, makanya aku hanya diam saja dan membiarkannya. Semakin lama. Lumatan-lumatan Fajar, membuat gejolak birahiku bangkit seketika. Perlahan aku mencoba membalas lumatan pada bibirnya.1674Please respect copyright.PENANACm9b6RrX2h
1674Please respect copyright.PENANAi5NUy8CQS6
Dengan mesra Fajar membaringkanku di sofa sambil terus melumat bibirku. Aku bisa merasakan tubuh kami saling bersentuhan, terutama bagian pahaku yang bisa kurasa menyentuh kakinya. Kemudian Fajar menyudahi aktivitasnya. Kami saling bertatapan.1674Please respect copyright.PENANAoDv0XhbGRp
1674Please respect copyright.PENANAZMd0P0CNm4
“Boleh cium ketek, tan?” tanya Fajar.1674Please respect copyright.PENANA4fya79MbcX
1674Please respect copyright.PENANAYtaSyBWr48
Aku mengangguk. Dengan segera Fajar mengangkat tangan kananku dan membenamkan wajahnya dalam ketiakku. Aku yakin dia bisa mencium aroma ketiakku dengan lebih leluasa, sebab pakaian yang ku gunakan sekarang cukup tipis.1674Please respect copyright.PENANAgYJlxxHN5H
1674Please respect copyright.PENANAVGo2BjJjCh
Aku merasa geli ketika merasakan ketiak ku dijilati dari luar, seketika aku mendorong kepalanya pelan. “Jorok, ih,” kataku. Fajar tidak peduli, Kini giliran ketiakku yang satunya ia cium aromanya.1674Please respect copyright.PENANAFToM3yAewF
1674Please respect copyright.PENANAqZsr0CPgBF
Tubuh kami saling bersentuhan, terutama bagian dadaku yang ditindih oleh dadanya. Aku yakin dia pasti bisa merasakan kenyalnya kedua buah dadaku.1674Please respect copyright.PENANArIOrKdt4Zb
1674Please respect copyright.PENANAUxvDjpV8R6
Permainan Fajar semakin liar, aku bisa merasakan tangan satunya meraba bagian pahaku. Lagi dan lagi, aku dorong pelan tangannya agar tidak menyentuh areh sensitif ku. Sebab aku memang benar-benar belum siap.1674Please respect copyright.PENANAkHcLQkBImo
1674Please respect copyright.PENANAU3B0tfik2y
Bosan mencium ketiakku, dia mulai mencumbu bibirku kembali. Aku kembali memejamkan mata. Sambil kepalaku bersandar di penyangga sofa, aku membalas kecil lumatan-lumatannya.1674Please respect copyright.PENANAc4iZvxAL74
1674Please respect copyright.PENANA6SgDVQQvIQ
Lagi-lagi ia berusaha meremas buah dadaku, kembali ku halangi dan mendorong tangannya. Tangannya yang satu meraba pahaku. Aku sedikit kesulitan untuk mencegah aktivitas tangannya yang begitu nakal.1674Please respect copyright.PENANAgiDQAZfXp9
1674Please respect copyright.PENANAuABWJrdVWO
Lumatan-lumatan yang dilayangkannya membuatku semakin bergairah. Perlahan, aku membiarkannya meremas buah dadaku. Posisi kami tampak seperti orang yang sedang bercinta, dengannya yang di atas sementara aku berada di bawah.1674Please respect copyright.PENANAAGIhH1rL5r
1674Please respect copyright.PENANARxrOUEIjVz
Suara-suara yang diciptakan dari percumbuan kami memenuhi ruang tamu. Semakin lama permainan Fajar semakin liar. Aku bisa merasakan celana kainku mulai terangkat melewati betis. Menampakan sekujur area kakiku yang putih dan bersih. Aku tidak ingin terbawa suasana, makanya kudorong pelan dadanya, dan cumbuan kami terlepas.1674Please respect copyright.PENANAhH1uE11Njm
1674Please respect copyright.PENANAYoQgxyAAS8
“Udahan, Jar.” Aku mencoba bangkit.1674Please respect copyright.PENANAgL32TwLcFN
1674Please respect copyright.PENANAsgP3eSN3kg
Fajar mengerti, ia tarik tubuhnya yang menghalangi lajuku. Kemudian duduk kembali di sofa. Aku mendorong tubuhku bangkit, lalu duduk sambil membenarkan celana, pakaian, serta jilbabku yang tampak berantakan.1674Please respect copyright.PENANAyWSY0azRKE
1674Please respect copyright.PENANAOwfsjAiNlT
“Ih, mukanya cemberut banget,” kataku sambil terkekeh memandangi wajahnya yang terlihat tanggung. Remaja jaman sekarang memang sangat mesum sekali.1674Please respect copyright.PENANATK1TqFbVsR
1674Please respect copyright.PENANAZ2YyTiGpZ3
Fajar menoleh dan memandangiku. Kemudian dia meraih kedua tanganku dan mengusap mesra jemari-jemariku. “Fajar pengen banget bercinta sama tante. Tapi, Fajar gak mau kalau tante terpaksa.”1674Please respect copyright.PENANAs6TxXuHdPB
1674Please respect copyright.PENANA9GSEUlO0D9
Mendengarnya membuatku tersenyum haru, hubungan yang kami lakukan memang salah, tapi, setidaknya dia masih menghargaiku. “Makasih, ya, jar,” kataku.1674Please respect copyright.PENANAcO6BzSCHqx
1674Please respect copyright.PENANAWlNY8t3tqK
Fajar menarik kedua tanganku menuju wajahnya. Tiba-tiba hatiku terasa hangat ketika dia mencium punggung tanganku bergantian.1674Please respect copyright.PENANA5iZ162Pgxl
1674Please respect copyright.PENANABWyNOTY3qm
Terdengar suara Adzan berkumandang.1674Please respect copyright.PENANAJmyojhYvc9
1674Please respect copyright.PENANA0dF5Wpo6xx
“Tante solat dulu, ya?” kataku. Walaupun aku melakukan zina seperti sekarang ini, tapi aku masih ingat akan kewajiban. Kemudian aku beranjak berdiri, lalu melirik Fajar yang mendongak menatapku. Aku melayangkan senyum singkat kepadanya, lalu menuju kamar dan melaksanakan solat magrib.
Bersambuing
1674Please respect copyright.PENANAGHDF2qaa6b