
#2 Perspektif3113Please respect copyright.PENANAtw1txMN6gI
3113Please respect copyright.PENANAwOBkcpLGnd
Klakson-klakson kendaraan saling bersahutan. Aku memandang ke keluar jendela mobil. Kota Pekanbaru terlihat indah di malam hari. Di bahu jalan, muda-mudi saling berkasih di bawah cahaya lampu. Pedagang kaki lima menyebar di setiap tempat, membuat riuh ramai kebersamaan.3113Please respect copyright.PENANAPPy5zHZmlF
3113Please respect copyright.PENANAfYRrvPcpKA
Dimas fokus menyetir, sesekali ia bersenandung. Aku menoleh ke arahnya. “Abi gak ada kesibukan, kan?” tanyaku, memastikan. “Kalau sibuk kita putar balik aja.”3113Please respect copyright.PENANAbLr4QMpinN
3113Please respect copyright.PENANAy6O5DSi0BJ
Dimas menggeleng. “Engga, umi.” Pandangannya masih ke depan, fokus ke arah jalan.3113Please respect copyright.PENANAN69d1C3EXB
3113Please respect copyright.PENANAbAVTdJqbxD
Aku tersenyum, lalu kembali memandang keluar jendela mobil. Jalanan ini mengingatkan ku tentang banyak hal. Dahulu, di tahun pertama aku menikah. Aku dan Dimas menyimpan banyak kenangan di pinggiran jalan. Dulu kami berdua tidak punya cukup uang untuk makan di restoran bintang lima, atau tempat megah lainnya. Alternatif yang kami pilih adalah angkringan di tepian jalan, dengan riuh orang-orang, aroma sate bakar, di tambah dengan berisik kendaraan lalu-lalang.3113Please respect copyright.PENANAdXXmrT2x5F
3113Please respect copyright.PENANAHuADSOZHOx
Aku rindu suasana itu. Sekarang, kami tidak punya cukup waktu untuk bernostalgia tentang masa-masa awal pernikahan. Tapi aku cukup bangga dengan suamiku. ia mempunyai daya juang yang cukup besar, sehingga kami bisa sampai pada titik ini, ya, walaupun tidak kaya-kaya banget.3113Please respect copyright.PENANAfZj3Dfx41s
3113Please respect copyright.PENANAxaB6myqSr8
Kami berhenti Di sebuah Gedung dengan halaman yang luas. Dimas memarkirkan mobil berdempetan dengan mobil lain. Aku dan Dimas segera membuka pintu mobil dan turun. Sejenak kupejamkan mataku, menikmati suasana.3113Please respect copyright.PENANA5PaFagu3Hj
3113Please respect copyright.PENANA03TpbvUEau
Dimas melangkah terlebih dahulu. Sementara Aku melangkah pelan sambil memperhatikan sekitar. Di samping Gedung, banyak sekali stand makanan, minuman, dan lainnya. Di tambah dengan riuh pengunjung yang saling berdesakan. Bau-bau keringat saling berbaur menjadi satu. Terdengar juga suara tawa dari kejauhan. Bazar, memang selalu semegah ini.3113Please respect copyright.PENANAFNsMIoEY07
3113Please respect copyright.PENANAqCA3POnc89
Dimas berhenti sebentar dan menoleh kebelakang. Ke arahku. Aku menyengir, pastilah ia menyuruhku untuk berjalan cepat. Buru-buru aku menghampirinya. Aku sendiri belum memutuskan mau berbelanja apa. Bazar ini tidak melulu perihal makanan atau minuman, beragam jenis terdapat di sini. Pakaian, perlengkapan sekolah anak, buku-buku bekas, dan lain-lain.3113Please respect copyright.PENANAQ7PDEqDCr4
3113Please respect copyright.PENANA6GLAPKK5Z7
Aku dan Dimas terus melangkah berdampingan sambil memutuskan mau berbelanja apa. Suasana ramai membuatku harus hati-hati berjalan, khawatir menabrak pengunjung lain. Aku memepetkan bahuku ke bahu Dimas. Dimas melirik-ku dan tersenyum, kemudian ia melingkarkan tangannya ke pundakku. Kami terus melangkah. Tak lama kemudian, Kami berhenti di sebuah stand minuman.3113Please respect copyright.PENANAu3eG8gH9DK
3113Please respect copyright.PENANAHcl0bnsMxW
“Pop ice rasa mangga satu, sama rasa cokelat satu,” kata Dimas sambil menatap beragam rasa dari pop ice yang tergantung.3113Please respect copyright.PENANAnTpxsTSfyz
3113Please respect copyright.PENANAI9McpaO7D0
Aku mengulum senyum. Dimas masih tahu perihal rasa kesukaanku, dan itu cukup untuk membuat pipiku merona.3113Please respect copyright.PENANAaSofVIWSVz
3113Please respect copyright.PENANAXvVHqKU2GI
Si penjual mengangguk. Dengan piawai ia memasukan bubuk pop ice dan juga es batu ke dalam blender. tak lupa ia tuangkan air sebagai perantara. Tak lama, ia jentikan jarinya ke tombol penghancur, sepersekian detik itu pula terdengar suara bentrokan es batu dan bubuk pop ice yang menyatu bersama air. Warung sebelah tak ingin kalah, suara letupan-letupan minyak membahana. Di tambah dengan riuh pengunjung yang berbelanja. Aku bisa merasakan lalu-lalang yang intens di belakangku. Dari remaja, pemuda, sampai orang tua. Semuanya membaur menjadi satu.3113Please respect copyright.PENANALW6i48P1YH
3113Please respect copyright.PENANA6trvaJS2Ht
Si penjual menyodorkan dua cup pop ice yang di bungkus dengan plastik putih, tak lupa ia tersenyum ramah kepada kami berdua.3113Please respect copyright.PENANARiKXuhvL7w
3113Please respect copyright.PENANAATmJIOCmF3
“Makasih.” Dimas meraih pop ice itu, lalu mengeluarkan dua lembar uang pas, dan menyodorkan kepada si penjual.3113Please respect copyright.PENANAgRdn0zQteO
3113Please respect copyright.PENANAOGOxX8J5BE
Kami kembali melangkah, berdampingan. Aku menyesap pop ice dari sedotan, perpaduan manis coklat mendinginkan tenggorokanku. Sambil melangkah, kami mengobrol sedikit perihal akan membeli apa lagi.3113Please respect copyright.PENANAR4Wt4xUN9i
3113Please respect copyright.PENANAthMysTUrdU
“Mau ke tempat Fajar, mi?” Dimas melirik kiri-kanan.3113Please respect copyright.PENANAe8gLSWy4pz
3113Please respect copyright.PENANALXYZKKb7Wp
Aku mendongak ke arahnya. “Fajar buka stand, bi?”3113Please respect copyright.PENANAhY0TwJvd7z
3113Please respect copyright.PENANAXZ0756DuP3
“Dia jaga stand buku.”.3113Please respect copyright.PENANANxl732s41B
3113Please respect copyright.PENANAmz9BIgYxub
Aku mengangguk. Sudah tiga hari lamanya aku tidak bertemu sahabat anakku itu. Dimas menggenggam tanganku. Hangat. Aku tersenyum sambil membalas genggaman tangannya. lalu Kami menuju stand Fajar sambil berpegangan tangan layaknya pengantin baru.3113Please respect copyright.PENANAF4DRsSf59H
3113Please respect copyright.PENANA4UGH0sJZIf
Dari kejauhan, aku bisa melihat sosok remaja tinggi yang tak lain adalah Fajar. Stand bukunya lumayan ramai, ia terlihat sibuk melayani pembeli. Tak sabaran, aku mempercepat langkah. Membuat Dimas harus menyamakan langkahnya dengan langkahku.3113Please respect copyright.PENANA48jvB85TNR
3113Please respect copyright.PENANAHeo6pWcCto
Tibanya di stand buku Fajar, aku memanggilnya dengan riang. “tante baru tahu kamu jaga stand buku, lho.” Aku melirik ke bawah, tumpukan-tumpukan buku berjejer rapi di atas meja. Kemudian aku melirik ke kanan, di rak kecil terdapat beragam buku juga. Di samping kanan pun sama.3113Please respect copyright.PENANAngkQrcCG6m
3113Please respect copyright.PENANA7R1OWQYIl2
Fajar berdiri menyambut kehadiran kami. Ia melirikku dan Dimas bergantian. “Om-tante. Mau beli buku?”3113Please respect copyright.PENANA9iawsE5Ugc
3113Please respect copyright.PENANAq2XNSDu0dV
Dimas memperhatikan tumpukan buku di meja. ia mengangguk-angguk. Lalu menunjuk salah satu buku. “Jar, om beli yang ini.”3113Please respect copyright.PENANAHXz6aUlMuC
3113Please respect copyright.PENANALEsDwtoZmc
Sigap Fajar meraih buku itu, dan mengemasnya ke dalam plastik merah. Dimas merogoh dompet dan menyodorkan satu lembar uang.3113Please respect copyright.PENANA4gIYgJXMLl
3113Please respect copyright.PENANAxReDBLAkMV
“Gratis, om.” Tolak Fajar.3113Please respect copyright.PENANA0mpmKgGxIU
3113Please respect copyright.PENANAlGB1uUCJ0D
Dimas tersenyum. “Udah, ambil aja.” Tangannya masih terangkat.3113Please respect copyright.PENANAsiix2v5qkp
3113Please respect copyright.PENANAIIyyXgl0hV
Fajar meletakan kantung kresek itu di atas tumpukan buku. Dimas menggeleng, menurunkan tangannya, lalu meraih kantung kresek di meja. “Makasih, ya, Jar.”3113Please respect copyright.PENANA3P8NCZs1j1
3113Please respect copyright.PENANAQCnzQWHpkS
Fajar menggangguk. Aku hanya memperhatikan mereka sedari tadi. Sesekali aku melirik Fajar, begitupun Fajar. Kami seperti saling mencuri-curi pandang.3113Please respect copyright.PENANAw0YnzLfign
3113Please respect copyright.PENANAjm6h8s3tjO
“Tunggu bentar, Mi.” Aku menoleh ke arah Dimas. Ia merogoh ponselnya, kemudian beranjak menuju tempat sepi. Aku membiarkannya saja, barangkali ada telepon penting.3113Please respect copyright.PENANAOXb2dkOSYo
3113Please respect copyright.PENANAZZBsGhuYCX
Fajar memindahkan bangku di belakangnya ke samping bangkunya. Sambil tersenyum ia mempersilahkanku duduk. Aku melangkah melewati cela kecil di samping kanan, dan duduk di sebelahnya. Duduk berdua dengannya membuat degup jantungku berdetak cepat, tidak seperti biasanya.3113Please respect copyright.PENANA6YZiuY0may
3113Please respect copyright.PENANAdFytvZlExL
Jejak kaki terdengar ribut seperti angin topan yang melanda desa. Di tambah dengan lalu-lalang orang-orang di hadapanku. Tapi, yang membuatku betah adalah aroma harum kertas yang menyeruak cuping hidungku.3113Please respect copyright.PENANAlM9PxvzFyp
3113Please respect copyright.PENANA9Wk5tzZ94S
Seorang lelaki menghampiri Stand tempat aku berada. Fajar berdiri dan tersenyum kepadanya. Lelaki itu melirikku sekilas. Ia berbisik kepada Fajar. “Pacarmu, Jar?” Walaupun bisik itu kecil dan suara pengunjung lain begitu riuh, tapi aku masih bisa mendengarnya.3113Please respect copyright.PENANAcXpIEjpkH4
3113Please respect copyright.PENANAGIkBUYhbAW
“Istri saya,” Fajar balas berbisik. Sekilas ia melihat ke arahku.3113Please respect copyright.PENANAq1YKXEYZep
3113Please respect copyright.PENANAF6JpVFV8FC
Aku menelan ludah. Anehnya aku tidak marah dan justru merasa senang. Aku tidak tahu kenapa. Lelaki itu tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.3113Please respect copyright.PENANAApmk45QMzy
3113Please respect copyright.PENANAKjdLL6QkCT
Setelah melayaninya, Fajar lekas duduk di sampingku. Aku menatapnya dengan tajam. “Tante denger, lho.” Aku menyilangkan kedua tanganku di depan dada.3113Please respect copyright.PENANAkjVKyX6BTI
3113Please respect copyright.PENANATaGuHhmHob
Fajar terlihat gelagapan. “Emang Fajar bilang apa tadi, Tan?”3113Please respect copyright.PENANAU42ZzJT4eK
3113Please respect copyright.PENANASNvR40LGcT
“Kamu bilang Tante istri kamu.” Aku mengernyitkan wajah memasang ekspresi garang.3113Please respect copyright.PENANAcZMrd7hmb6
3113Please respect copyright.PENANA9xRlud3GPr
“Tante salah dengar kali.” Fajar bertahan, matanya lekat memandang lalu lalang orang. Ia terlihat gugup, seperti maling yang keciduk. Belum sempat aku menginterogasinya lebih lanjut. Dimas terlebih dahulu datang.3113Please respect copyright.PENANAbH06T2oXhb
3113Please respect copyright.PENANAlQqalm9rlk
“Mi, abi ada urusan mendadak.” Dimas meringis sambil menggaruk hidungnya.3113Please respect copyright.PENANAHJsqbaZzmU
3113Please respect copyright.PENANAsjeDhrvvoW
Aku menghela nafas. “Jadi, mau pulang?” aku berkata dengan wajah cemberut.3113Please respect copyright.PENANA4mA9Z2HK8j
3113Please respect copyright.PENANAsAWWdTZUUY
Dimas berdehem sebentar. Ia melirik Fajar sekilas. “Jar, nanti kamu bisa anter tante pulang? Om ada urusan.”3113Please respect copyright.PENANAuPd6BN9012
3113Please respect copyright.PENANAn4kGPPyyee
Aku menoleh ke Fajar. Menunggu jawabannya.3113Please respect copyright.PENANAmfpSV7EO3u
3113Please respect copyright.PENANAK7ef5WEA37
“Dengan senang hati, om,” Jawab fajar sambil berdiri, lalu menunduk sopan.3113Please respect copyright.PENANADX8Gm78rne
3113Please respect copyright.PENANAlfuibECmg6
Dimas melirikku. “kalau umi masih mau di sini, nanti pulangnya sama Fajar, ya? Abi gak bisa lama-lama. Maaf ya, mi.”3113Please respect copyright.PENANAdbwOU9j2gI
3113Please respect copyright.PENANADGxTwoOqFw
Aku mengangguk tidak rela, tapi mau tak tamu aku harus membiarkan suamiku yang super sibuk itu kembali berkutat dengan pekerjaannya.3113Please respect copyright.PENANA0FOhfFuaO0
3113Please respect copyright.PENANAKw55Lczryr
Aku dan Fajar kembali ke dalam obrolan. Menit berlalu. Obrolan kami semakin intens. Obrolan kami kadang terhenti sejenak, Sebab Fajar haris melayani pembeli. Lalu kami jatuh dalam obrolan lagi. Menit ganjil menjelma genap. Obrolan semakin serius. Deru kaki pengunjung lain mulai mereda.3113Please respect copyright.PENANA2eeIzeR2Cq
3113Please respect copyright.PENANA4pNp0SkOGz
“Kamu rencananya mau lanjut kuliah atau kerja, Jar?” tanyaku, menoleh ke arahnya.3113Please respect copyright.PENANANn9CKl2CGw
3113Please respect copyright.PENANA4ELgWMTckq
ia tersenyum. Sebuah senyum yang jika aku lihat dengan dalam, memancarkan sebuah kesedihan. “Fajar gak lanjut, Tan.”3113Please respect copyright.PENANA59wdmXEULr
3113Please respect copyright.PENANAqtZSLT1Bnb
Aku menyedot pop iceku. “Sayang banget, sih, Jar. Kamu tuh anaknya rajin, lho,” kataku. Jujur saja, menurutku pribadi, Fajar sangatlah pintar. Ia bisa beradaptasi dalam kondisi apapun.3113Please respect copyright.PENANANrxlUNS2uT
3113Please respect copyright.PENANA3yF4xbft5M
“Fajar juga maunya gitu, Tan. Pengen kaya teman-teman yang lain. Tapi, mau gimana lagi?” ia tertawa, getir. Kemudian melanjutkan, “terkadang, keadaan membuat seseorang mati langkah.” Ada racikan duka yang kurasakan di setiap kalimatnya. ia berkata lagi. “Sebagian orang terlahir beruntung. Sebagian lagi, hanya menghiasi mereka yang beruntung,” ia terkekeh, getir.3113Please respect copyright.PENANAMDPsEP4mxe
3113Please respect copyright.PENANAET4KOlV4TJ
Akhirnya aku bersuara. “Menurut tante, setiap orang beruntung, kok. Ya, kalau belum beruntung berarti coba lagi.”.3113Please respect copyright.PENANAayAJvduYDE
3113Please respect copyright.PENANAFdJoEG5Jaz
Hening sejenak. Derup langkah tidak terdengar lagi. Pengunjung kian menyepi. Hembusan angin menerpa wajahku, wajahnya, dan setumpuk buku. Fajar berdiri, menoleh ke arahku.3113Please respect copyright.PENANAImbqocOdXi
3113Please respect copyright.PENANADHBdhnEMzA
“Udah sepi, tan. Waktunya tutup,” katanya. “Tante gak masalah, kan, kalau bantuin Fajar berkemas?”3113Please respect copyright.PENANAjb2LTJJGhQ
3113Please respect copyright.PENANAoDmOQkYKJw
Aku ikutan berdiri. tersenyum kepadanya. “Dengan senang hati,” kataku, riang.3113Please respect copyright.PENANAdSCfGX5R0D
3113Please respect copyright.PENANAdrgLO0Ukrn
***3113Please respect copyright.PENANA88mGCQaebo
3113Please respect copyright.PENANAZrJPQUqaVd
Kami berdua berjalan bersampingan, menuju sepeda motor Fajar yang terletak di belakang Gedung. Hening malam seperti ini teramat kusukai. Jauh dari berisik kendaraan. Angin berhembus kencang di kemalaman, Bangku-bangku di depan setiap Stand sudah sunyi tak berpenghuni.3113Please respect copyright.PENANAnrQFzSdehP
3113Please respect copyright.PENANAgjObuHe92u
“Pernah naik motor, Tan?” Tanya Fajar sesampainya kami di depan motornya.3113Please respect copyright.PENANAgA8FoFgouc
3113Please respect copyright.PENANAlJGvFLartb
“Waktu kuliah, tante sering naik motor, kok.” Jawabku.3113Please respect copyright.PENANAGL2SoRMfrM
3113Please respect copyright.PENANAzc4bnNW0WH
Fajar menyodorkan helmnya kepadaku. Aku menatapnya heran. “Kamu aja yang pakai. Kan kamu yang bonceng.”3113Please respect copyright.PENANAxQA47RiBwB
3113Please respect copyright.PENANApbKPpg97dU
Fajar tersenyum, kemudian mendekat ke arahku. Aku tercekat. Jarak kami dekat. sangat dekat. Ia mengangkat kedua tangannya dan memasangkan helm di kepalaku. Degup jantungku seakan mau melompat keluar. Bau keringatnya menyeruak cuping hidungku. Aku menelan ludah. Sudah lama aku tidak pernah diperlakukan seromantis ini.3113Please respect copyright.PENANAbpLJOBw2Ql
3113Please respect copyright.PENANAFKomVgITNQ
“Pakai, ya, tan.” Fajar membungkuk sedikit. Mensejajarkan wajahnya dengan wajahku. Wajah kami terlalu dekat. aku bisa merasakan hembusan nafasnya.3113Please respect copyright.PENANA4iUK9djj97
3113Please respect copyright.PENANAKCfwVfWZNq
“Debaran jantung tante kedengaran, lho.” Fajar mengedipkan mata. Aku bisa merasakan pipiku memanas. Fajar berkata lagi. “Pipinya juga merah.” Ia mengulum senyum.3113Please respect copyright.PENANADvRyGb8fqu
3113Please respect copyright.PENANAa2N04HAu98
Aku menunduk menyembunyikan semburat rona di wajahku. Tak ada satupun kata yang mampu keluar dari mulutku.3113Please respect copyright.PENANAIcEumYWaxT
3113Please respect copyright.PENANAdUR2tl0TAd
“Ayo tan.” Fajar sudah siap di atas motor. “Jangan salting mulu.” Ia kembali menggodaku. Dengan pipi yang masih merona, aku menaiki motornya.3113Please respect copyright.PENANACfsWRy9OPU
3113Please respect copyright.PENANAmp3djpQX9Z
“Duduknya jangan jauhan, nanti jatuh, lho,” Fajar menoleh sekilas ke belakang.3113Please respect copyright.PENANANHM7Q7q0Qf
3113Please respect copyright.PENANACHYzibdZzf
Aku memukul pelan punggungnya. “Nyebelin!”3113Please respect copyright.PENANARyydQSQT6G
3113Please respect copyright.PENANAp6QcsHWAj9
Fajar malah terkekeh. Aku meletakan tanganku di depan dada, menjadi penyangga antara dadaku dan punggungnya. Ia memacu gas, perlahan kami menembus udara malam.3113Please respect copyright.PENANAVPcF3UuJ6s
3113Please respect copyright.PENANA5mpMtgAFFQ
Di spion motor, aku bisa melihat senyumnya. Sebuah senyum yang membuatku malah ikut tersenyum. Berisik knalpot motor di depan dan belakang kami, seakan menjadi pengiring musik perjalanan.3113Please respect copyright.PENANAgtR62YiUUL
3113Please respect copyright.PENANAjlzlfpcJtO
Aku berpaling kanan-kiri, hotel-hotel menjulang tinggi. Bunyi-bunyi klakson saling bersahutan tak mau mengalah. Warung bakso, nasi padang, mie ayam, terlihat ramai. Gerombolan remaja berjalan di bahu jalan, saling tertawa.3113Please respect copyright.PENANAfMCvEDtb2h
3113Please respect copyright.PENANAdg3TToChZk
Aku menatap wajahnya dari spion, tak di sangka, ia malah melirik ke spion dan tersenyum. Sepersekian detik, aku memalingkan wajahku, kembali menatap jalanan. Remaja itu selalu membuatku tersipu dan salah tingkah. Entah kenapa.3113Please respect copyright.PENANAXuxjgKuINY
3113Please respect copyright.PENANAIozunGhIuu
***3113Please respect copyright.PENANAN2Xz7zMhzR
3113Please respect copyright.PENANAjedF20UJUX
Kami tiba di rumah. Aku turun dari motor. Melepas helm dan mengembalikan kepada Fajar.3113Please respect copyright.PENANAUOSGYzWRLR
3113Please respect copyright.PENANAHYMelcq2Ce
“Mau mampir dulu, Jar?” Tawarku.3113Please respect copyright.PENANAAq8F6eYHpL
3113Please respect copyright.PENANAF5bYdSGpQn
Sambil mengenakan helmnya, Fajar menyahut, “Besok aja, deh, Tan. Mau pulang dulu, capek.”3113Please respect copyright.PENANAPv0WokkZq8
3113Please respect copyright.PENANAyHLsqN82hd
Aku membalas senyumnya. “Hati-hati, jangan ngebut.”3113Please respect copyright.PENANAkB2IM2G0g2
3113Please respect copyright.PENANABXaB5hDf0u
Fajar mengangguk, melambaikan tangan. “Pulang dulu ya, tan.” Fajar meliuk-kan motornya. Sebelum ia menancap gas, ia menoleh kebelakang, lalu membuka kaca helm.3113Please respect copyright.PENANAz9vuurrwjn
3113Please respect copyright.PENANAACquXKlYt4
“Oh, iya, tan. Perihal bisik-bisik tadi. Fajar bilang sama teman Fajar, kalau tante istri Fajar.” Fajar berkata dengan lugas. Aku tergagap. Fajar melanjutkan. “Fajar tahu, kok, tante udah tahu.” Ia mengedipkan matanya.3113Please respect copyright.PENANAp9cBuqesoE
3113Please respect copyright.PENANA8eWll5vSov
Untuk yang tidak tahu keberapa kalinya pipiku kembali memanas. Dan desir itu kembali datang, lagi dan lagi. Dua detik kemudian, terdengar suara knalpot motornya. Ia menancap gas, keluar dari pekarangan rumah, lalu menghilangkan dari pandanganku.3113Please respect copyright.PENANAzk1tHqGg8f
3113Please respect copyright.PENANAq94wb8QpXF
Aku berbalik dan melangkah menuju pintu dengan wajah yang kian merona. Tak bisa dipungkiri, bahwa aku sangat menikmati kebersamaan bersama Fajar. Ada sebuah gejolak dalam jiwaku yang meletup ketika Remaja itu menggodaku. Sedetik kemudian aku tersadar, lantas aku menggelengkan kepala. Engga, engga boleh.3113Please respect copyright.PENANAky2aKTF56H
3113Please respect copyright.PENANAIoy5wCUfSB
Tiba aku di ruang tamu. Aku memperhatikan Adit, anakku, yang sedang duduk di sofa sambil bermain ponsel. Lekas aku menghampirinya, lalu duduk di sampingnya.3113Please respect copyright.PENANAii8UENm1Ft
3113Please respect copyright.PENANAtVAiAynjMi
“Abi udah pulang?” tanyaku kepadanya.3113Please respect copyright.PENANAd2WVaE68aR
3113Please respect copyright.PENANA02VjlURpuq
“Belum, mi.” Adit menjawab singkat, matanya masih fokus ke layar ponsel.3113Please respect copyright.PENANARKiHLwR3ip
3113Please respect copyright.PENANAMpD80Aywhq
Aku menghela nafas. “Adit, kalau umi ngomong, bisa gak stop main hp?”3113Please respect copyright.PENANAXSdU227yqX
3113Please respect copyright.PENANATqO26Jd5Nb
Dengan raut wajah muram, Adit meletakan ponsel di atasnya meja. “Iya, mi, iya. Maaf, Adit salah.”3113Please respect copyright.PENANA5nfHajD0Po
3113Please respect copyright.PENANArw49gBlIcU
Aku malah terkekeh. Melihatnya seperti itu membuatku tergelitik.3113Please respect copyright.PENANA0vmsiviq28
3113Please respect copyright.PENANA2ViWm180z7
Adit merubah posisi duduknya menghadapku. Wajahnya terlihat antusias. “Umi mau tau gak?”3113Please respect copyright.PENANA01szCv3MBv
3113Please respect copyright.PENANA3vJV7QjCry
Aku mengernyit heran. “Gimana umi mau tahu. Kamu belum ngomong apa-apa.”3113Please respect copyright.PENANA1qJH2R5J6a
3113Please respect copyright.PENANAsTOdJMXhie
Adit tertawa ringan. Matanya sedikit membesar, seakan ingin menyampaikan sebuah berita penting. “Barusan pacar Fajar, chat Adit, katanya dia lihat Fajar bonceng cewek.”3113Please respect copyright.PENANAWoemIWOopv
3113Please respect copyright.PENANATXHDumFUeL
Aku membenarkan posisiku. Entah kenapa aku malah tertarik. “Terus?”3113Please respect copyright.PENANADMfxd4jJm4
3113Please respect copyright.PENANAHAopj7BQic
Adit melanjutkan. “Fajar selingkuh Umi. Adit gak habis fikir sama Fajar.” Adit menepuk jidatnya.3113Please respect copyright.PENANAzD7FdB79Nd
3113Please respect copyright.PENANAtMbhuEcVYd
Aku tertawa sambil memegang perutku. Anakku malah bingung. Aku mengambil nafas sejenak. “Bilang sama pacarnya Si Fajar, yang dibonceng Fajar, itu Umi.”3113Please respect copyright.PENANAEHFQTFortX
3113Please respect copyright.PENANALMdZvBc2De
Giliran Adit yang tertawa. “Udah Adit duga.” Adit menggelengkan kepala, Kemudian ia meraih ponselnya. Aku menggeser tubuhku bersentuhan dengan bahu anakku.3113Please respect copyright.PENANAV7ZqZReY0S
3113Please respect copyright.PENANAEzYv0vUs9K
“Kamu chatingan sama pacarnya Fajar?” tanyaku fokus menatap layar ponsel Adit.3113Please respect copyright.PENANARpBsZR1Ees
3113Please respect copyright.PENANA25uFde8jxj
Adit menarik ponselnya menjauh dariku. “Ih, umi, kepo banget urusan anak muda.”3113Please respect copyright.PENANAxY1B4gb5Rh
3113Please respect copyright.PENANAQV3RsJshxN
“Umi penasaran doang,” kataku.3113Please respect copyright.PENANAUT8zgwXTrk
3113Please respect copyright.PENANAuQGoUu1cKg
“Kan umi yang nyuruh Adit buat bilang sama pacarnya Fajar.”3113Please respect copyright.PENANAqbNtZFzrWm
3113Please respect copyright.PENANAjPpkB7d38z
Entah kenapa, ada sebuah tusukan kecil dalam hatiku. yang membuatku merasa gundah. Apakah itu cemburu? Aku tidak tahu.3113Please respect copyright.PENANAcW0m7Kq0QC
3113Please respect copyright.PENANAHHbkV3ocAd
Kemudian, Aku bergeser empat jengkal menjauh dari anakku. Memberi ruang privasi kepadanya. Fajar sudah punya pacar, ternyata. Mengetahui kenyataan itu membuatku sedikit merana. Terus kenapa dia memperlakukanku dengan romantis begitu? tapi, yang lebih anehnya, kenapa aku harus marah? Aku bersikap seolah-seolah sedang jatuh cinta kepadanya. Lantas aku menggeleng-geleng. Engga, Engga boleh. Aku udah punya suami.3113Please respect copyright.PENANAroWqPrAEUU
3113Please respect copyright.PENANAhiSryRtpUI
“Umi kenapa?” Adit menatapku heran.3113Please respect copyright.PENANAmr2rmUJfCC
3113Please respect copyright.PENANAFBY66CmKBJ
Aku memasang wajah galak, berpura-pura. “Umi lagi kesal sama abi!” aku malah menyalahkan suamiku, padahal yang membuatku kesal adalah sahabat dari anakku sendiri.3113Please respect copyright.PENANA7PYVdhr5DS
3113Please respect copyright.PENANAqyNQ8jUShh
Adit hanya terkekeh, kembali menatap layar ponsel. Aku berkata lagi, sedikit galak, “Awas aja kalau kamu ketahuan sama umi kalau pacaran.”3113Please respect copyright.PENANAZgBeOidsMw
3113Please respect copyright.PENANAUe9xCoKSTU
Adit menoleh. “Iya umiku yang paling cantik.”3113Please respect copyright.PENANAfXY3wuIVTp
3113Please respect copyright.PENANAXXnrJbi8qA
Aku tersenyum lebar, lalu mengusap kepalanya lembut. “Itu baru anak umi.”3113Please respect copyright.PENANAzoeYjIIqgR
3113Please respect copyright.PENANAPOk0glOSt2
Sebenarnya, aku bukan tidak menyuruh Adit berpacaran, atau dekat dengan perempuan. Aku sendiri akan mengiyakan jika dia sudah bisa memilih keputusan dengan baik. Bukan juga aku menormalisasikan perzinahan. Aku tidak ingin mengekang kebebasannya. Yang aku bisa, hanya menasehatinya, dan menjauhkannya dari larangan-Nya.3113Please respect copyright.PENANA0vw4yZ8Tw4
3113Please respect copyright.PENANAHJ6L5fcuAA
***3113Please respect copyright.PENANAlmf3ThwtbZ
3113Please respect copyright.PENANA6rb9SQnJ6M
Aku berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit kamar. Entah kenapa pikiranku masih berkecamuk perihal Fajar. Ada yang menjanggal di benakku.3113Please respect copyright.PENANAWNR3izzUM2
3113Please respect copyright.PENANAXhaxe7pi1f
Aku menoleh ke samping, wajah Dimas terlihat terlelap. Entah kenapa ada racikan bersalah ketika aku melihat wajahnya. Bisa-bisanya aku memikirkan pria lain sementara dia berada di sampingku. Bukankah itu adalah perbuatan dosa? entahlah, hanya tuhan yang tahu.3113Please respect copyright.PENANAeVl7dPKkMr
3113Please respect copyright.PENANATkL2BRVoOt
Sayup-sayup suara terdengar berisik. itu pastilah anakku yang sedang bermain console game tengah malam begini. Jika sudah begini, aku harus turun tangan. Mana pula besok ia harus sekolah. Aku beranjak berdiri, melangkah menuju pintu kamar.3113Please respect copyright.PENANASpBqyPeaNO
3113Please respect copyright.PENANAoyHg5MJrpb
Sayu suara itu saling bersahutan. Selintas aku berfikit, jangan-jangan itu Fajar? Tapi, bukankah ia berkata ingin pulang? Untuk memastikan, aku melangkah cepat menuju kamar anakku.3113Please respect copyright.PENANAb6ZB4eKdMp
3113Please respect copyright.PENANAOfRc5LIV2o
Tebakanku benar, Adit dan Fajar sedang asik bermain console game.3113Please respect copyright.PENANAN7A5KWmRxu
3113Please respect copyright.PENANAmTqWNJQ72c
“Udah malem, gak ada puas-puas-nya main game.” Aku berdiri di tengah pintu, menatap tajam mereka bergantian.3113Please respect copyright.PENANAN1rDDJhYzi
3113Please respect copyright.PENANAE6NRXwEmGE
“Lo sih Jar berisik.” Adit menoyor pelan baju fajar.3113Please respect copyright.PENANAZ1XBzAxm0h
3113Please respect copyright.PENANAQrnMMrfXX6
Fajar menatapku lekat. Aku memalingkan wajah, tak kuat akan tatapannya. “Kalian lekas tidur, besok sekolah.” Aku berkata sambil memalingkan wajah.3113Please respect copyright.PENANAITVtIMWTI3
3113Please respect copyright.PENANARN732sbJEG
Adit mendengus, beranjak bangkit dan berbaring di ranjang. Sementara fajar mendekat ke arahku. Otomatis aku mundur satu langkah, mempersilahkannya. Sekilas, ketika ia melewatiku, ia melirikku dengan senyum simpul. Yang aku tak paham maksudnya. Bagai tersihir aku mengekor di belakangnya, sementara pintur kamar anakku, kubiarkan terbuka.3113Please respect copyright.PENANA2nUlDdl6vl
3113Please respect copyright.PENANAlPmgmJMH0a
Fajar berhenti di ruang tamu dan duduk di sofa. Ia mendongak menatapku. “Kenapa tan?”3113Please respect copyright.PENANA2KoppovmRG
3113Please respect copyright.PENANA4TzYYBHcXa
Aku tergagap. “Susah tidur,” jawabku sedikit kikuk.3113Please respect copyright.PENANA3drs9cEBw9
3113Please respect copyright.PENANAQEymH4Gjc0
Fajar hanya ber-oh saja. Aku duduk di sofa, berhadapannya dengannya. Hening menyapa. Fajar merogoh kantung celananya, mengeluarkan sebatang rokok lalu membakarnya.3113Please respect copyright.PENANAtwPFDLnrhy
3113Please respect copyright.PENANAqdsvG69h8O
“Tante baru tahu kalau kamu merokok,” kataku memecah hening di antara kami.3113Please respect copyright.PENANAVJ6wlqTDop
3113Please respect copyright.PENANAdnXbewLOEh
Fajar mengepulkan asap. “Jarang, kok, tan. Palingan kalau pengen aja.”3113Please respect copyright.PENANAb9K98Jzdwi
3113Please respect copyright.PENANAhn3QeMF0FN
Aku mengangguk. “Oh, iya. Tadi ada kejadian lucu tauk.” Aku terkekeh. “Waktu kamu bonceng tante, pacar kamu ngira, kalau tante selingkuhanmu.”3113Please respect copyright.PENANAp8smAwjFVj
3113Please respect copyright.PENANASbqMXnTVZ5
“Adit udah cerita, tan,” Fajar berkata singkat. Kemudian ia berdiri, beranjak duduk di sampingku.3113Please respect copyright.PENANAGlNRaZfvgd
3113Please respect copyright.PENANAiYc2mBD2zU
Aku menelan ludah dan bergeser sedikit.3113Please respect copyright.PENANAgqaRoSnp41
3113Please respect copyright.PENANAoLD83R1pxt
“Tante cemburu?” dia menoleh.3113Please respect copyright.PENANAO4N2tJX7vc
3113Please respect copyright.PENANAIb9KJWP549
Aku menggelengkan wajah, tak berani aku menoleh dan menatapnya.3113Please respect copyright.PENANAO0V2AbyZ0T
3113Please respect copyright.PENANAn5pClmwel2
Fajar bergeser semakin dekat. Aku kembali menelan ludah. Semuanya terasa hening, suara detik jam terasa melengking. Ia kemudian mengendus area ketiakku. Entah kenapa aku membiarkannya, padahal perbuatan itu tidak pantas.3113Please respect copyright.PENANAVXqZAxgyTm
3113Please respect copyright.PENANAKfnHYHbdMf
“Tante bau ketek.” Ia bergeser agak menjauh.3113Please respect copyright.PENANAwZ2Lqf9rfL
3113Please respect copyright.PENANANRnZ720mh3
Sontak aku menatapnya tajam. “Tante udah mandi!” Aku berkata ketus.3113Please respect copyright.PENANAjNRtMaMkEJ
3113Please respect copyright.PENANA1EHsLWbjPM
Fajar malah terkekeh. Ia kembali mendekat ke arahku. “Lagian tante di tanya diem doang. Kaya ngomong sama tembok.”3113Please respect copyright.PENANAc4vuzLtCwn
3113Please respect copyright.PENANAXxUhuXISCm
Aku menyahut. “Lagian pertanyanmu aneh!” Aku memalingkan wajah, sebal.3113Please respect copyright.PENANAMig3tuJfBr
3113Please respect copyright.PENANAM1kLm2GyVe
“Aneh atau memang iya?” Fajar terus mencecer. “Tante juga gak nolak waktu aku endus ketiaknya.”3113Please respect copyright.PENANA7FvEzSt9aW
3113Please respect copyright.PENANAn2dRdyHBDu
“Jangan aneh-aneh, deh, Jar.” Aku berkata dengan nada sedikit tinggi. Bagaimanapun juga, ia sudah melampaui batas. Dan Jujur saja, aku tidak ingin terlampau jauh.3113Please respect copyright.PENANA5j3PTxnTwP
3113Please respect copyright.PENANAODbax1JOS0
Fajar tak menghiraukan. Dia malah menggodaku lagi. “Bau ketiak tante enak lho. Fajar suka. Harum.”3113Please respect copyright.PENANA50K35u2qu0
3113Please respect copyright.PENANA0bNA5fIz26
Aku merasa terhina atas perkataanya barusan, tapi entah kenapa aku masih ingin terus berbincang dengannya. Tapi, aku tidak mau obrolan kami mengarah ke hal tabu.3113Please respect copyright.PENANAjqniPUCm8V
3113Please respect copyright.PENANADNqTDvoIhy
“Bahas yang lain, Jar. Tante gak suka bahas hal kaya gitu.” Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.3113Please respect copyright.PENANA0Hqfxgv1ZD
3113Please respect copyright.PENANAMky0xjz2kw
Fajar masih kekeuh. Kali ini ia semakin berani. Dengan lembut ia mengusap kepalaku bagai seorang ibu mengusap kepala anaknya. Lagi-lagi aku tak menolak, pun marah. Desir hangat itu kembali lagi, membelengguku dalam dosa yang aku sadari.3113Please respect copyright.PENANAfs26wRSWAZ
3113Please respect copyright.PENANAVnex8kmTae
Fajar menarik daguku menghadapnya. Mata kami bertemu. Bagai berada di kutub utara, aku seketika membeku. Perlahan ku rasakan jemarinya berjalan lembut di pipiku, lalu menuju keningku. Aku hanya diam, membiarkan jemarinya menyelusuri seluk-beluk wajahku. Desir darahku bergejolak ketika jemarinya menapak jejak di bibirku. perlahan ia usap halus bibirku dengan jemarinya.3113Please respect copyright.PENANAvqpu1dr2Z9
3113Please respect copyright.PENANAU7h3CuPPJo
Entah kenapa, sentuhan lembut jemarinya di bibirku membuatku memejamkan mata. Tiba-tiba terdengar suara tertawa. Aku membuka mata, menatap bingung Fajar yang terkekeh.3113Please respect copyright.PENANAv9oQKchsEv
3113Please respect copyright.PENANAlS3VsQJEB0
“Tante minta di cium?” Fajar bertanya dengan wajah gembira.3113Please respect copyright.PENANAOeXIJo4Afu
3113Please respect copyright.PENANAuUoXkjPwzS
Aku menatapnya kesal. Ia seolah-olah mempermainkan perasaanku, dan itu sangat mejengkelkan sekali. Lekas aku berdiri. Fajar menarik tanganku, membuatku kembali duduk.3113Please respect copyright.PENANA9nCaR1elhq
3113Please respect copyright.PENANAnPRfbeMvJX
Ia mendekat. Jantungku berdegup kencang. Lagi-lagi aku memejamkan mata, seakan rela jika ia mencumbu bibirku. Fajar malah berbisik, deruh nafasnya bisa kurasakan saking bibirnya dengan dengan telingaku.3113Please respect copyright.PENANAxac4cE8f5f
3113Please respect copyright.PENANAgG32V9d0bk
“Besok pagi kerumahku, Tan.” Seketika aku merinding mendengarnya. Kerumahnya? Kenapa? Untuk apa?3113Please respect copyright.PENANAM6fMk4Xmzk
3113Please respect copyright.PENANAhHdczp7ezV
Belum sempat aku bertanya, ia lekas beranjak berdiri sambil tersenyum kepadaku. Aku menatapnya penuh tanda tanya. Fajar malah berbalik, melangkah menujur kamar anakku.3113Please respect copyright.PENANAvvGwEosXJw
3113Please respect copyright.PENANAcbwi8RmHsV
Pada sebuah cela kesadaraan, aku menyadari sesuatu. Bahwa aku jatuh cinta kepadanya, kepada sahabat anakku sendiri. Aku menghela nafas, dalam. Kamu gak boleh melanjutkan ini lagi. Laras, kamu harus sadar, kamu udah bersuami sekaligus ibu rumah tangga. Laras, kamu bisa. Ini semua dosa.3113Please respect copyright.PENANAeLgmNFMIPs
3113Please respect copyright.PENANAU2uPIyYdGN
***3113Please respect copyright.PENANAdqIndyWFsT
3113Please respect copyright.PENANAs9fOpxEqCF
“Mati kau mati, kau akan terlahir berkali-kali”.3113Please respect copyright.PENANA3DkEGJImeP
3113Please respect copyright.PENANA8U3QvAbIt8
Sebuah kutipan yang aku ambil dari sebuah novel yang barusan aku baca. Aku memang kerap mengisi waktu soreku dengan membaca. Sejak dahulu, Ralat, lebih tepatnya sejak kecil, aku memang hobi membaca. Kebiasaan tersebut terbawa sampai sekarang.3113Please respect copyright.PENANASqaS8GilMQ
3113Please respect copyright.PENANAaljoEUaQOV
Aku mendongak ke atas, melirik jam dinding. Sudah pukul tiga sore. Sekiranya, aku menghabiskan waktu satu jam untuk membaca buku. Rumah sepi, Adit belum pulang. Di hari tertentu, seperti hari ini, selasa, Adit biasanya pulang pukul empat, sebab ia mengikuti sebuah eskul di sekolahnya.3113Please respect copyright.PENANAhtrFRqPVgg
3113Please respect copyright.PENANA7n7pw5ZRVC
Semalam, Aku dan Dimas membahas perihal Pendidikan Adit. Bulan depan, ia sudah lulus. Adit sendiri memilih untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Tentu saja aku dan Dimas mensupport hal tersebut. Pendidikan anak tetap nomer satu.3113Please respect copyright.PENANAfUFQJ3wZbJ
3113Please respect copyright.PENANAJcaCJ1mH67
Dimas sedikit berbeda pendapat denganku. Aku sendiri ingin Adit masuk kuliah di kota ini. Sementara Dimas, menyuruhnya kuliah di Ibu Kota. Ya, apapun hasilnya yang penting dia kuliah.3113Please respect copyright.PENANAGedvnOwH5q
3113Please respect copyright.PENANABXEtKLbSzZ
Aku kembali melihat jam dinding. Kemudian aku bangkit sambil meregangkan tangan, lalu menghela nafas secukupnya. Aku memutuskan untuk membuat kopi, caffein sangat ampuh untuk mencegah kantuk.3113Please respect copyright.PENANA2fquzGsI3T
3113Please respect copyright.PENANAps2d9ERlc4
Aku berjalan menuju dapur. Mengambil kopi hitam di selorakan meja dan juga gelas kaca. Sambil memanaskan air, aku kembali teringat soal pernyataan Fajar malam itu. Emangnya siapa dia? bisa memerintahku seenaknya begitu? Aku cukup merasa jengkel terhadap sikapnya yang seperti itu. bisa-bisa-nya dia menyuruhku untuk datang kerumahnya.3113Please respect copyright.PENANAyWTjHk9D5E
3113Please respect copyright.PENANAXIdZnEv6EF
Gemercik air bergemuruh kecil, sigap aku mematikan kompor gas. Lalu menuangkan air panas ke gelas, tak lupa sendok ku taruh terlebih dahulu. Fisika dasar, sendok bisa menjadi penghantar panas. Jika langsung kutuangkan tanpa sendok, kemungkinan gelas akan retak.3113Please respect copyright.PENANADQHfi35gY1
3113Please respect copyright.PENANACBIDUaAihN
Aku kembali ke sofa ruang tamu dengan kopi hitam di atas meja. Duduk takzim sambil sesekali menyesap kopi. Aku menyukai kopi sudah lama. aku hanya sekedar penikmat saja, untuk jenis-jenis kopi, aku tidak terlalu tahu.3113Please respect copyright.PENANA1rkYUGNw5A
3113Please respect copyright.PENANA2fIcgJiyJd
Terdengar suara pintu terbuka. Adit tersenyum kepadaku dan beranjak mendekat.3113Please respect copyright.PENANACfXP03AfcN
3113Please respect copyright.PENANAyWBNTD8czV
“Umi, laper,” kata Adit sambil duduk di sofa, berhadapan denganku.3113Please respect copyright.PENANAuqnyeskbYG
3113Please respect copyright.PENANAw3OjMNMZ94
“Umi udah masak ayam goreng, makan gih,” kataku.3113Please respect copyright.PENANA7pqfhCg9c5
3113Please respect copyright.PENANAYmktY3vSgb
Adit meletekan tasnya disampingnya. Wajahnya tampak kusam dan berminyak. “Fajar tadi ke sini, mi?” Tanya Adit.3113Please respect copyright.PENANA9QOZX9N2Sg
3113Please respect copyright.PENANAuhRboFGiNK
Aku menggelang.3113Please respect copyright.PENANArTynJ3Y6WL
3113Please respect copyright.PENANA0ThQerWWpc
“Dia gak sekolah tadi, tumben banget.”3113Please respect copyright.PENANA1kbrPuVq3t
3113Please respect copyright.PENANAUzmE7qFTCx
Aku ber-oh saja. “Mungkin lagi demam.”3113Please respect copyright.PENANAuJabwpfEVd
3113Please respect copyright.PENANAuoBo5NshZo
“Yaudah, mi. Adit mau makan dulu, laper.” Adit meraih tasnya kemudian berdiri.3113Please respect copyright.PENANA8pS2NgowFe
3113Please respect copyright.PENANAxRtW3gN3Lc
“Ganti baju dulu, sayang,” kataku.3113Please respect copyright.PENANAGshxqa2Ais
3113Please respect copyright.PENANALvjpOmgqUr
“Iya umiiii.” Adit melangkah menuju kamarnya,3113Please respect copyright.PENANAIlvN4NP2GP
3113Please respect copyright.PENANA3P3EyJBpUA
Aku kembali menyesap kopi. Aku sebenarnya tahu alasan Fajar tidak sekolah, ia pasti menunggu kehadiranku di rumahnya. Ia menyangka bahwa aku akan datang, mengenaskan sekali jika ia berfikir seperti itu. Aku bukanlah perempuan murahan yang akan tunduk kepadanya. Lagian, aku sudah mempunyai keluarga. Jadi, apapun yang dia lakukan, pasti akan sia-sia. Pasti.
Bersambung
3113Please respect copyright.PENANA5xM8K0PtOw