
#2 Perspektif3465Please respect copyright.PENANATlNjZm6Ovy
3465Please respect copyright.PENANAxzvUGXjmk8
Klakson-klakson kendaraan saling bersahutan. Aku memandang ke keluar jendela mobil. Kota Pekanbaru terlihat indah di malam hari. Di bahu jalan, muda-mudi saling berkasih di bawah cahaya lampu. Pedagang kaki lima menyebar di setiap tempat, membuat riuh ramai kebersamaan.3465Please respect copyright.PENANA3MHDucOnLT
3465Please respect copyright.PENANAWBeFGhGTUg
Dimas fokus menyetir, sesekali ia bersenandung. Aku menoleh ke arahnya. “Abi gak ada kesibukan, kan?” tanyaku, memastikan. “Kalau sibuk kita putar balik aja.”3465Please respect copyright.PENANAMso2bvsHY3
3465Please respect copyright.PENANAvzMLDbr2fN
Dimas menggeleng. “Engga, umi.” Pandangannya masih ke depan, fokus ke arah jalan.3465Please respect copyright.PENANAEoGOmGR8Oe
3465Please respect copyright.PENANAY1OmChJ7gl
Aku tersenyum, lalu kembali memandang keluar jendela mobil. Jalanan ini mengingatkan ku tentang banyak hal. Dahulu, di tahun pertama aku menikah. Aku dan Dimas menyimpan banyak kenangan di pinggiran jalan. Dulu kami berdua tidak punya cukup uang untuk makan di restoran bintang lima, atau tempat megah lainnya. Alternatif yang kami pilih adalah angkringan di tepian jalan, dengan riuh orang-orang, aroma sate bakar, di tambah dengan berisik kendaraan lalu-lalang.3465Please respect copyright.PENANANGdEcDOBcz
3465Please respect copyright.PENANAELrpVoRB1R
Aku rindu suasana itu. Sekarang, kami tidak punya cukup waktu untuk bernostalgia tentang masa-masa awal pernikahan. Tapi aku cukup bangga dengan suamiku. ia mempunyai daya juang yang cukup besar, sehingga kami bisa sampai pada titik ini, ya, walaupun tidak kaya-kaya banget.3465Please respect copyright.PENANAv7vNUwHrwa
3465Please respect copyright.PENANAf2dB722aVn
Kami berhenti Di sebuah Gedung dengan halaman yang luas. Dimas memarkirkan mobil berdempetan dengan mobil lain. Aku dan Dimas segera membuka pintu mobil dan turun. Sejenak kupejamkan mataku, menikmati suasana.3465Please respect copyright.PENANAII8PG5beQo
3465Please respect copyright.PENANA8WythBtPcW
Dimas melangkah terlebih dahulu. Sementara Aku melangkah pelan sambil memperhatikan sekitar. Di samping Gedung, banyak sekali stand makanan, minuman, dan lainnya. Di tambah dengan riuh pengunjung yang saling berdesakan. Bau-bau keringat saling berbaur menjadi satu. Terdengar juga suara tawa dari kejauhan. Bazar, memang selalu semegah ini.3465Please respect copyright.PENANAvrKLSFDiSV
3465Please respect copyright.PENANAHWdZiM9tzV
Dimas berhenti sebentar dan menoleh kebelakang. Ke arahku. Aku menyengir, pastilah ia menyuruhku untuk berjalan cepat. Buru-buru aku menghampirinya. Aku sendiri belum memutuskan mau berbelanja apa. Bazar ini tidak melulu perihal makanan atau minuman, beragam jenis terdapat di sini. Pakaian, perlengkapan sekolah anak, buku-buku bekas, dan lain-lain.3465Please respect copyright.PENANAWxo4yOmyZn
3465Please respect copyright.PENANAGXAOGYIzXp
Aku dan Dimas terus melangkah berdampingan sambil memutuskan mau berbelanja apa. Suasana ramai membuatku harus hati-hati berjalan, khawatir menabrak pengunjung lain. Aku memepetkan bahuku ke bahu Dimas. Dimas melirik-ku dan tersenyum, kemudian ia melingkarkan tangannya ke pundakku. Kami terus melangkah. Tak lama kemudian, Kami berhenti di sebuah stand minuman.3465Please respect copyright.PENANAadwGVY5dk5
3465Please respect copyright.PENANANq13EhjbXA
“Pop ice rasa mangga satu, sama rasa cokelat satu,” kata Dimas sambil menatap beragam rasa dari pop ice yang tergantung.3465Please respect copyright.PENANAlghvmC8V1S
3465Please respect copyright.PENANAiAnZHjGOTp
Aku mengulum senyum. Dimas masih tahu perihal rasa kesukaanku, dan itu cukup untuk membuat pipiku merona.3465Please respect copyright.PENANAxM3CSMK68y
3465Please respect copyright.PENANAnJs6S0UMQO
Si penjual mengangguk. Dengan piawai ia memasukan bubuk pop ice dan juga es batu ke dalam blender. tak lupa ia tuangkan air sebagai perantara. Tak lama, ia jentikan jarinya ke tombol penghancur, sepersekian detik itu pula terdengar suara bentrokan es batu dan bubuk pop ice yang menyatu bersama air. Warung sebelah tak ingin kalah, suara letupan-letupan minyak membahana. Di tambah dengan riuh pengunjung yang berbelanja. Aku bisa merasakan lalu-lalang yang intens di belakangku. Dari remaja, pemuda, sampai orang tua. Semuanya membaur menjadi satu.3465Please respect copyright.PENANAC0EEQ3kO7s
3465Please respect copyright.PENANACkUFbfSDlZ
Si penjual menyodorkan dua cup pop ice yang di bungkus dengan plastik putih, tak lupa ia tersenyum ramah kepada kami berdua.3465Please respect copyright.PENANAhV0MVcZQQT
3465Please respect copyright.PENANAdabqkHuwd1
“Makasih.” Dimas meraih pop ice itu, lalu mengeluarkan dua lembar uang pas, dan menyodorkan kepada si penjual.3465Please respect copyright.PENANAbvkqV4vx9e
3465Please respect copyright.PENANAIAty2CWbry
Kami kembali melangkah, berdampingan. Aku menyesap pop ice dari sedotan, perpaduan manis coklat mendinginkan tenggorokanku. Sambil melangkah, kami mengobrol sedikit perihal akan membeli apa lagi.3465Please respect copyright.PENANAVaKmj0oaTe
3465Please respect copyright.PENANAvdB1NvPXzn
“Mau ke tempat Fajar, mi?” Dimas melirik kiri-kanan.3465Please respect copyright.PENANAtQxDhJgr9Q
3465Please respect copyright.PENANABMZoo38qvP
Aku mendongak ke arahnya. “Fajar buka stand, bi?”3465Please respect copyright.PENANAGcqBDIq3J4
3465Please respect copyright.PENANAlH3RnfPmCo
“Dia jaga stand buku.”.3465Please respect copyright.PENANAsZkc5pWYHp
3465Please respect copyright.PENANAK5GdnVINxf
Aku mengangguk. Sudah tiga hari lamanya aku tidak bertemu sahabat anakku itu. Dimas menggenggam tanganku. Hangat. Aku tersenyum sambil membalas genggaman tangannya. lalu Kami menuju stand Fajar sambil berpegangan tangan layaknya pengantin baru.3465Please respect copyright.PENANAndt4QMX5mF
3465Please respect copyright.PENANALV3XSvjXu7
Dari kejauhan, aku bisa melihat sosok remaja tinggi yang tak lain adalah Fajar. Stand bukunya lumayan ramai, ia terlihat sibuk melayani pembeli. Tak sabaran, aku mempercepat langkah. Membuat Dimas harus menyamakan langkahnya dengan langkahku.3465Please respect copyright.PENANASkDe2Lec8c
3465Please respect copyright.PENANAD6i4PfUl8K
Tibanya di stand buku Fajar, aku memanggilnya dengan riang. “tante baru tahu kamu jaga stand buku, lho.” Aku melirik ke bawah, tumpukan-tumpukan buku berjejer rapi di atas meja. Kemudian aku melirik ke kanan, di rak kecil terdapat beragam buku juga. Di samping kanan pun sama.3465Please respect copyright.PENANAmqootIIMHo
3465Please respect copyright.PENANA0pXPLeTsmB
Fajar berdiri menyambut kehadiran kami. Ia melirikku dan Dimas bergantian. “Om-tante. Mau beli buku?”3465Please respect copyright.PENANAEApEpwm31s
3465Please respect copyright.PENANAWZuhaLPljA
Dimas memperhatikan tumpukan buku di meja. ia mengangguk-angguk. Lalu menunjuk salah satu buku. “Jar, om beli yang ini.”3465Please respect copyright.PENANAQOVMmB6X8L
3465Please respect copyright.PENANAZWA7n0HBjy
Sigap Fajar meraih buku itu, dan mengemasnya ke dalam plastik merah. Dimas merogoh dompet dan menyodorkan satu lembar uang.3465Please respect copyright.PENANAnoSESUq0At
3465Please respect copyright.PENANAAcTo7BpA5I
“Gratis, om.” Tolak Fajar.3465Please respect copyright.PENANAvrVXDy5KHw
3465Please respect copyright.PENANAMobWpDjE3K
Dimas tersenyum. “Udah, ambil aja.” Tangannya masih terangkat.3465Please respect copyright.PENANALwMhF9op2i
3465Please respect copyright.PENANAMpPtizyTC2
Fajar meletakan kantung kresek itu di atas tumpukan buku. Dimas menggeleng, menurunkan tangannya, lalu meraih kantung kresek di meja. “Makasih, ya, Jar.”3465Please respect copyright.PENANAplEnc831jI
3465Please respect copyright.PENANAK6uhVbf8zl
Fajar menggangguk. Aku hanya memperhatikan mereka sedari tadi. Sesekali aku melirik Fajar, begitupun Fajar. Kami seperti saling mencuri-curi pandang.3465Please respect copyright.PENANA6fRDJ9AtvM
3465Please respect copyright.PENANAS4LnKHc3mM
“Tunggu bentar, Mi.” Aku menoleh ke arah Dimas. Ia merogoh ponselnya, kemudian beranjak menuju tempat sepi. Aku membiarkannya saja, barangkali ada telepon penting.3465Please respect copyright.PENANAPtnXhOxNaw
3465Please respect copyright.PENANAZ2wa5ca96w
Fajar memindahkan bangku di belakangnya ke samping bangkunya. Sambil tersenyum ia mempersilahkanku duduk. Aku melangkah melewati cela kecil di samping kanan, dan duduk di sebelahnya. Duduk berdua dengannya membuat degup jantungku berdetak cepat, tidak seperti biasanya.3465Please respect copyright.PENANAgQIyunENKm
3465Please respect copyright.PENANAEf2Q390lmS
Jejak kaki terdengar ribut seperti angin topan yang melanda desa. Di tambah dengan lalu-lalang orang-orang di hadapanku. Tapi, yang membuatku betah adalah aroma harum kertas yang menyeruak cuping hidungku.3465Please respect copyright.PENANA3z4UoSk5qn
3465Please respect copyright.PENANAQLMGTXaoC8
Seorang lelaki menghampiri Stand tempat aku berada. Fajar berdiri dan tersenyum kepadanya. Lelaki itu melirikku sekilas. Ia berbisik kepada Fajar. “Pacarmu, Jar?” Walaupun bisik itu kecil dan suara pengunjung lain begitu riuh, tapi aku masih bisa mendengarnya.3465Please respect copyright.PENANAstdoqJTmqv
3465Please respect copyright.PENANASigUKTA09j
“Istri saya,” Fajar balas berbisik. Sekilas ia melihat ke arahku.3465Please respect copyright.PENANA2TP9txjWsv
3465Please respect copyright.PENANAwLwnWu4NL9
Aku menelan ludah. Anehnya aku tidak marah dan justru merasa senang. Aku tidak tahu kenapa. Lelaki itu tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.3465Please respect copyright.PENANAwz3Qwb8ZhW
3465Please respect copyright.PENANAT0aadBz2JG
Setelah melayaninya, Fajar lekas duduk di sampingku. Aku menatapnya dengan tajam. “Tante denger, lho.” Aku menyilangkan kedua tanganku di depan dada.3465Please respect copyright.PENANAH9bLbps8fu
3465Please respect copyright.PENANAJMEVHeXlI1
Fajar terlihat gelagapan. “Emang Fajar bilang apa tadi, Tan?”3465Please respect copyright.PENANAVxPnC12Va7
3465Please respect copyright.PENANAAxbgPeNFmp
“Kamu bilang Tante istri kamu.” Aku mengernyitkan wajah memasang ekspresi garang.3465Please respect copyright.PENANALzmJLkyMRy
3465Please respect copyright.PENANALO5TZa5KBa
“Tante salah dengar kali.” Fajar bertahan, matanya lekat memandang lalu lalang orang. Ia terlihat gugup, seperti maling yang keciduk. Belum sempat aku menginterogasinya lebih lanjut. Dimas terlebih dahulu datang.3465Please respect copyright.PENANAI2exGFeFyi
3465Please respect copyright.PENANAgC4iGWdWRJ
“Mi, abi ada urusan mendadak.” Dimas meringis sambil menggaruk hidungnya.3465Please respect copyright.PENANAdsFPkV6BLc
3465Please respect copyright.PENANAuq5HyHCiAY
Aku menghela nafas. “Jadi, mau pulang?” aku berkata dengan wajah cemberut.3465Please respect copyright.PENANA1ShqzoeiTy
3465Please respect copyright.PENANAfdVJz6SEUM
Dimas berdehem sebentar. Ia melirik Fajar sekilas. “Jar, nanti kamu bisa anter tante pulang? Om ada urusan.”3465Please respect copyright.PENANAYsJeDJ5yMP
3465Please respect copyright.PENANAUDIRutLMr8
Aku menoleh ke Fajar. Menunggu jawabannya.3465Please respect copyright.PENANAQngRXYkjhL
3465Please respect copyright.PENANABs851KuzeX
“Dengan senang hati, om,” Jawab fajar sambil berdiri, lalu menunduk sopan.3465Please respect copyright.PENANAPJtEGk9vaO
3465Please respect copyright.PENANAhyxWxBCt8L
Dimas melirikku. “kalau umi masih mau di sini, nanti pulangnya sama Fajar, ya? Abi gak bisa lama-lama. Maaf ya, mi.”3465Please respect copyright.PENANA3BfCi1ODJb
3465Please respect copyright.PENANAKE1VIEOAMD
Aku mengangguk tidak rela, tapi mau tak tamu aku harus membiarkan suamiku yang super sibuk itu kembali berkutat dengan pekerjaannya.3465Please respect copyright.PENANA69pdizrbwc
3465Please respect copyright.PENANAlvrHas2il6
Aku dan Fajar kembali ke dalam obrolan. Menit berlalu. Obrolan kami semakin intens. Obrolan kami kadang terhenti sejenak, Sebab Fajar haris melayani pembeli. Lalu kami jatuh dalam obrolan lagi. Menit ganjil menjelma genap. Obrolan semakin serius. Deru kaki pengunjung lain mulai mereda.3465Please respect copyright.PENANAtNYAtl7P9g
3465Please respect copyright.PENANA5DZ1dQrtF5
“Kamu rencananya mau lanjut kuliah atau kerja, Jar?” tanyaku, menoleh ke arahnya.3465Please respect copyright.PENANAaJyZ8Ptfvy
3465Please respect copyright.PENANAE2Y3zz3pyb
ia tersenyum. Sebuah senyum yang jika aku lihat dengan dalam, memancarkan sebuah kesedihan. “Fajar gak lanjut, Tan.”3465Please respect copyright.PENANAuj79HnrJBl
3465Please respect copyright.PENANATDTGQgVyIR
Aku menyedot pop iceku. “Sayang banget, sih, Jar. Kamu tuh anaknya rajin, lho,” kataku. Jujur saja, menurutku pribadi, Fajar sangatlah pintar. Ia bisa beradaptasi dalam kondisi apapun.3465Please respect copyright.PENANAGXgBEwvLEO
3465Please respect copyright.PENANAZScfVZhCOB
“Fajar juga maunya gitu, Tan. Pengen kaya teman-teman yang lain. Tapi, mau gimana lagi?” ia tertawa, getir. Kemudian melanjutkan, “terkadang, keadaan membuat seseorang mati langkah.” Ada racikan duka yang kurasakan di setiap kalimatnya. ia berkata lagi. “Sebagian orang terlahir beruntung. Sebagian lagi, hanya menghiasi mereka yang beruntung,” ia terkekeh, getir.3465Please respect copyright.PENANAqZG5ps4rG9
3465Please respect copyright.PENANAhViWLYvt0i
Akhirnya aku bersuara. “Menurut tante, setiap orang beruntung, kok. Ya, kalau belum beruntung berarti coba lagi.”.3465Please respect copyright.PENANAZDYf6OGq6U
3465Please respect copyright.PENANAd0pTZ5kPUI
Hening sejenak. Derup langkah tidak terdengar lagi. Pengunjung kian menyepi. Hembusan angin menerpa wajahku, wajahnya, dan setumpuk buku. Fajar berdiri, menoleh ke arahku.3465Please respect copyright.PENANAPYMdVhiU2s
3465Please respect copyright.PENANAJER3bZUsco
“Udah sepi, tan. Waktunya tutup,” katanya. “Tante gak masalah, kan, kalau bantuin Fajar berkemas?”3465Please respect copyright.PENANAY3e9fXKpTC
3465Please respect copyright.PENANAEBSiT5woYc
Aku ikutan berdiri. tersenyum kepadanya. “Dengan senang hati,” kataku, riang.3465Please respect copyright.PENANAyueYN9rUIA
3465Please respect copyright.PENANAdilkvDLEZF
***3465Please respect copyright.PENANAFHVXnMsKra
3465Please respect copyright.PENANA2Z4VEb3Y9z
Kami berdua berjalan bersampingan, menuju sepeda motor Fajar yang terletak di belakang Gedung. Hening malam seperti ini teramat kusukai. Jauh dari berisik kendaraan. Angin berhembus kencang di kemalaman, Bangku-bangku di depan setiap Stand sudah sunyi tak berpenghuni.3465Please respect copyright.PENANAVFikUcA79h
3465Please respect copyright.PENANApgmdi5kTwW
“Pernah naik motor, Tan?” Tanya Fajar sesampainya kami di depan motornya.3465Please respect copyright.PENANAb8XyeOCZ9s
3465Please respect copyright.PENANAgXzP2isGVz
“Waktu kuliah, tante sering naik motor, kok.” Jawabku.3465Please respect copyright.PENANA3pGml9RQoo
3465Please respect copyright.PENANAKVXOW2P4k0
Fajar menyodorkan helmnya kepadaku. Aku menatapnya heran. “Kamu aja yang pakai. Kan kamu yang bonceng.”3465Please respect copyright.PENANAG1JC28oibl
3465Please respect copyright.PENANAgNPjW70fJV
Fajar tersenyum, kemudian mendekat ke arahku. Aku tercekat. Jarak kami dekat. sangat dekat. Ia mengangkat kedua tangannya dan memasangkan helm di kepalaku. Degup jantungku seakan mau melompat keluar. Bau keringatnya menyeruak cuping hidungku. Aku menelan ludah. Sudah lama aku tidak pernah diperlakukan seromantis ini.3465Please respect copyright.PENANAaHlVVOKxJA
3465Please respect copyright.PENANARB12LHfiWx
“Pakai, ya, tan.” Fajar membungkuk sedikit. Mensejajarkan wajahnya dengan wajahku. Wajah kami terlalu dekat. aku bisa merasakan hembusan nafasnya.3465Please respect copyright.PENANAhUVvwcPoz0
3465Please respect copyright.PENANAakNClpWT1n
“Debaran jantung tante kedengaran, lho.” Fajar mengedipkan mata. Aku bisa merasakan pipiku memanas. Fajar berkata lagi. “Pipinya juga merah.” Ia mengulum senyum.3465Please respect copyright.PENANAb2jfpQfjUg
3465Please respect copyright.PENANAksALYeblWB
Aku menunduk menyembunyikan semburat rona di wajahku. Tak ada satupun kata yang mampu keluar dari mulutku.3465Please respect copyright.PENANA4tyP7u0cne
3465Please respect copyright.PENANAis3HM0jZvj
“Ayo tan.” Fajar sudah siap di atas motor. “Jangan salting mulu.” Ia kembali menggodaku. Dengan pipi yang masih merona, aku menaiki motornya.3465Please respect copyright.PENANArjWvVoGkgS
3465Please respect copyright.PENANAk4jvuQ61YO
“Duduknya jangan jauhan, nanti jatuh, lho,” Fajar menoleh sekilas ke belakang.3465Please respect copyright.PENANAopEFI0vAr3
3465Please respect copyright.PENANAGidotuyfP8
Aku memukul pelan punggungnya. “Nyebelin!”3465Please respect copyright.PENANA6k5uAuCtHo
3465Please respect copyright.PENANAdXWRxgIFw0
Fajar malah terkekeh. Aku meletakan tanganku di depan dada, menjadi penyangga antara dadaku dan punggungnya. Ia memacu gas, perlahan kami menembus udara malam.3465Please respect copyright.PENANAoGF2Tx5XZ3
3465Please respect copyright.PENANAWkoWUfrxN2
Di spion motor, aku bisa melihat senyumnya. Sebuah senyum yang membuatku malah ikut tersenyum. Berisik knalpot motor di depan dan belakang kami, seakan menjadi pengiring musik perjalanan.3465Please respect copyright.PENANAhloUXgh1Zs
3465Please respect copyright.PENANAOywoJAYGrx
Aku berpaling kanan-kiri, hotel-hotel menjulang tinggi. Bunyi-bunyi klakson saling bersahutan tak mau mengalah. Warung bakso, nasi padang, mie ayam, terlihat ramai. Gerombolan remaja berjalan di bahu jalan, saling tertawa.3465Please respect copyright.PENANAYOkhIdXl8O
3465Please respect copyright.PENANAg49Yj4zGCY
Aku menatap wajahnya dari spion, tak di sangka, ia malah melirik ke spion dan tersenyum. Sepersekian detik, aku memalingkan wajahku, kembali menatap jalanan. Remaja itu selalu membuatku tersipu dan salah tingkah. Entah kenapa.3465Please respect copyright.PENANATc2rh2WHd0
3465Please respect copyright.PENANA3z5BIcN3fQ
***3465Please respect copyright.PENANABWxZqg4Ktg
3465Please respect copyright.PENANACnQEaV1PkY
Kami tiba di rumah. Aku turun dari motor. Melepas helm dan mengembalikan kepada Fajar.3465Please respect copyright.PENANAXdNSsGWTlp
3465Please respect copyright.PENANAbUDdNEIllc
“Mau mampir dulu, Jar?” Tawarku.3465Please respect copyright.PENANAiKcsti0cPB
3465Please respect copyright.PENANALP5vx4fOrS
Sambil mengenakan helmnya, Fajar menyahut, “Besok aja, deh, Tan. Mau pulang dulu, capek.”3465Please respect copyright.PENANA27kntNUjBI
3465Please respect copyright.PENANA9tc9RT3lFd
Aku membalas senyumnya. “Hati-hati, jangan ngebut.”3465Please respect copyright.PENANAfqowx7TAXR
3465Please respect copyright.PENANA7o8OdT10fw
Fajar mengangguk, melambaikan tangan. “Pulang dulu ya, tan.” Fajar meliuk-kan motornya. Sebelum ia menancap gas, ia menoleh kebelakang, lalu membuka kaca helm.3465Please respect copyright.PENANAxhVE12a2Ul
3465Please respect copyright.PENANAhJAFJkPd4H
“Oh, iya, tan. Perihal bisik-bisik tadi. Fajar bilang sama teman Fajar, kalau tante istri Fajar.” Fajar berkata dengan lugas. Aku tergagap. Fajar melanjutkan. “Fajar tahu, kok, tante udah tahu.” Ia mengedipkan matanya.3465Please respect copyright.PENANAE7zhonRv6F
3465Please respect copyright.PENANAJ8RwPBrsk1
Untuk yang tidak tahu keberapa kalinya pipiku kembali memanas. Dan desir itu kembali datang, lagi dan lagi. Dua detik kemudian, terdengar suara knalpot motornya. Ia menancap gas, keluar dari pekarangan rumah, lalu menghilangkan dari pandanganku.3465Please respect copyright.PENANA5bpg5lWGom
3465Please respect copyright.PENANAT21LeeLxwv
Aku berbalik dan melangkah menuju pintu dengan wajah yang kian merona. Tak bisa dipungkiri, bahwa aku sangat menikmati kebersamaan bersama Fajar. Ada sebuah gejolak dalam jiwaku yang meletup ketika Remaja itu menggodaku. Sedetik kemudian aku tersadar, lantas aku menggelengkan kepala. Engga, engga boleh.3465Please respect copyright.PENANAVUxjlGdoia
3465Please respect copyright.PENANAt3eBgmUVsi
Tiba aku di ruang tamu. Aku memperhatikan Adit, anakku, yang sedang duduk di sofa sambil bermain ponsel. Lekas aku menghampirinya, lalu duduk di sampingnya.3465Please respect copyright.PENANAR0pw2pdnGw
3465Please respect copyright.PENANA6G5CmKc9Jg
“Abi udah pulang?” tanyaku kepadanya.3465Please respect copyright.PENANAZ4WAKspj7l
3465Please respect copyright.PENANATbGhJ91Siq
“Belum, mi.” Adit menjawab singkat, matanya masih fokus ke layar ponsel.3465Please respect copyright.PENANACzMdfVQMZc
3465Please respect copyright.PENANAs9BU2Wx1M4
Aku menghela nafas. “Adit, kalau umi ngomong, bisa gak stop main hp?”3465Please respect copyright.PENANAS3tfikEZiT
3465Please respect copyright.PENANAUMTAOZ7UNH
Dengan raut wajah muram, Adit meletakan ponsel di atasnya meja. “Iya, mi, iya. Maaf, Adit salah.”3465Please respect copyright.PENANAQIRfRK74iX
3465Please respect copyright.PENANAHN5VD4d921
Aku malah terkekeh. Melihatnya seperti itu membuatku tergelitik.3465Please respect copyright.PENANAufI1n0E7dS
3465Please respect copyright.PENANAQMclY3ffPs
Adit merubah posisi duduknya menghadapku. Wajahnya terlihat antusias. “Umi mau tau gak?”3465Please respect copyright.PENANAUYeVusviUe
3465Please respect copyright.PENANAoal0ZIZScJ
Aku mengernyit heran. “Gimana umi mau tahu. Kamu belum ngomong apa-apa.”3465Please respect copyright.PENANAVXeGcoXHUo
3465Please respect copyright.PENANA8THBMO2DJF
Adit tertawa ringan. Matanya sedikit membesar, seakan ingin menyampaikan sebuah berita penting. “Barusan pacar Fajar, chat Adit, katanya dia lihat Fajar bonceng cewek.”3465Please respect copyright.PENANArxDIuuXurV
3465Please respect copyright.PENANA5hKwwBj5up
Aku membenarkan posisiku. Entah kenapa aku malah tertarik. “Terus?”3465Please respect copyright.PENANAsxLSnW1RB7
3465Please respect copyright.PENANAuc772qdaLe
Adit melanjutkan. “Fajar selingkuh Umi. Adit gak habis fikir sama Fajar.” Adit menepuk jidatnya.3465Please respect copyright.PENANA16dgLXot3k
3465Please respect copyright.PENANAc5Byk0o4qi
Aku tertawa sambil memegang perutku. Anakku malah bingung. Aku mengambil nafas sejenak. “Bilang sama pacarnya Si Fajar, yang dibonceng Fajar, itu Umi.”3465Please respect copyright.PENANAml9EZqKatn
3465Please respect copyright.PENANAPBQrb4eiHY
Giliran Adit yang tertawa. “Udah Adit duga.” Adit menggelengkan kepala, Kemudian ia meraih ponselnya. Aku menggeser tubuhku bersentuhan dengan bahu anakku.3465Please respect copyright.PENANAeLiv4LU8PL
3465Please respect copyright.PENANAQFF7CdRE6Z
“Kamu chatingan sama pacarnya Fajar?” tanyaku fokus menatap layar ponsel Adit.3465Please respect copyright.PENANAPLgZ0wvjro
3465Please respect copyright.PENANAb1oSEGFt8L
Adit menarik ponselnya menjauh dariku. “Ih, umi, kepo banget urusan anak muda.”3465Please respect copyright.PENANA3M1FvwncOc
3465Please respect copyright.PENANAEpoI9tRSPP
“Umi penasaran doang,” kataku.3465Please respect copyright.PENANAPkR5LBoh37
3465Please respect copyright.PENANAEiHDArGTja
“Kan umi yang nyuruh Adit buat bilang sama pacarnya Fajar.”3465Please respect copyright.PENANAH7HDo6t0sH
3465Please respect copyright.PENANA3hMiD6kaR4
Entah kenapa, ada sebuah tusukan kecil dalam hatiku. yang membuatku merasa gundah. Apakah itu cemburu? Aku tidak tahu.3465Please respect copyright.PENANAb8OjFxvKth
3465Please respect copyright.PENANAdDnk2cXNK9
Kemudian, Aku bergeser empat jengkal menjauh dari anakku. Memberi ruang privasi kepadanya. Fajar sudah punya pacar, ternyata. Mengetahui kenyataan itu membuatku sedikit merana. Terus kenapa dia memperlakukanku dengan romantis begitu? tapi, yang lebih anehnya, kenapa aku harus marah? Aku bersikap seolah-seolah sedang jatuh cinta kepadanya. Lantas aku menggeleng-geleng. Engga, Engga boleh. Aku udah punya suami.3465Please respect copyright.PENANAnRxiUrd20M
3465Please respect copyright.PENANASRanXmm70Y
“Umi kenapa?” Adit menatapku heran.3465Please respect copyright.PENANA7opaopLL4h
3465Please respect copyright.PENANAwba6nKWcQG
Aku memasang wajah galak, berpura-pura. “Umi lagi kesal sama abi!” aku malah menyalahkan suamiku, padahal yang membuatku kesal adalah sahabat dari anakku sendiri.3465Please respect copyright.PENANACmx4nV7Y7X
3465Please respect copyright.PENANAdlGEHRaqTU
Adit hanya terkekeh, kembali menatap layar ponsel. Aku berkata lagi, sedikit galak, “Awas aja kalau kamu ketahuan sama umi kalau pacaran.”3465Please respect copyright.PENANA3v7yvSNnxR
3465Please respect copyright.PENANAXnUtwROeGy
Adit menoleh. “Iya umiku yang paling cantik.”3465Please respect copyright.PENANApjVDKymSqV
3465Please respect copyright.PENANATLu3hdsuHk
Aku tersenyum lebar, lalu mengusap kepalanya lembut. “Itu baru anak umi.”3465Please respect copyright.PENANAf2FFUpwGf3
3465Please respect copyright.PENANAxohm7zpPvo
Sebenarnya, aku bukan tidak menyuruh Adit berpacaran, atau dekat dengan perempuan. Aku sendiri akan mengiyakan jika dia sudah bisa memilih keputusan dengan baik. Bukan juga aku menormalisasikan perzinahan. Aku tidak ingin mengekang kebebasannya. Yang aku bisa, hanya menasehatinya, dan menjauhkannya dari larangan-Nya.3465Please respect copyright.PENANAMdmmp0K1cU
3465Please respect copyright.PENANAYdXGhecEK2
***3465Please respect copyright.PENANA1V8mCzFSbw
3465Please respect copyright.PENANAbyF0r5VztF
Aku berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit kamar. Entah kenapa pikiranku masih berkecamuk perihal Fajar. Ada yang menjanggal di benakku.3465Please respect copyright.PENANAiu2zBVe37l
3465Please respect copyright.PENANAmj5iIQe4pi
Aku menoleh ke samping, wajah Dimas terlihat terlelap. Entah kenapa ada racikan bersalah ketika aku melihat wajahnya. Bisa-bisanya aku memikirkan pria lain sementara dia berada di sampingku. Bukankah itu adalah perbuatan dosa? entahlah, hanya tuhan yang tahu.3465Please respect copyright.PENANAM8aYkAkbrC
3465Please respect copyright.PENANAtNJfKqRYwv
Sayup-sayup suara terdengar berisik. itu pastilah anakku yang sedang bermain console game tengah malam begini. Jika sudah begini, aku harus turun tangan. Mana pula besok ia harus sekolah. Aku beranjak berdiri, melangkah menuju pintu kamar.3465Please respect copyright.PENANAst59bYxrgX
3465Please respect copyright.PENANAX7pDHJu6lF
Sayu suara itu saling bersahutan. Selintas aku berfikit, jangan-jangan itu Fajar? Tapi, bukankah ia berkata ingin pulang? Untuk memastikan, aku melangkah cepat menuju kamar anakku.3465Please respect copyright.PENANAP61aaehMiA
3465Please respect copyright.PENANAR0K29CiDxM
Tebakanku benar, Adit dan Fajar sedang asik bermain console game.3465Please respect copyright.PENANAHLbGRxeQ2P
3465Please respect copyright.PENANAUhpkwKgWia
“Udah malem, gak ada puas-puas-nya main game.” Aku berdiri di tengah pintu, menatap tajam mereka bergantian.3465Please respect copyright.PENANAFFeD3Ewi6l
3465Please respect copyright.PENANAVnoJjd1mUt
“Lo sih Jar berisik.” Adit menoyor pelan baju fajar.3465Please respect copyright.PENANABAKdIOKVLq
3465Please respect copyright.PENANAXJcWsqCqCu
Fajar menatapku lekat. Aku memalingkan wajah, tak kuat akan tatapannya. “Kalian lekas tidur, besok sekolah.” Aku berkata sambil memalingkan wajah.3465Please respect copyright.PENANAamFkAUIGDz
3465Please respect copyright.PENANAG61CbCGvrU
Adit mendengus, beranjak bangkit dan berbaring di ranjang. Sementara fajar mendekat ke arahku. Otomatis aku mundur satu langkah, mempersilahkannya. Sekilas, ketika ia melewatiku, ia melirikku dengan senyum simpul. Yang aku tak paham maksudnya. Bagai tersihir aku mengekor di belakangnya, sementara pintur kamar anakku, kubiarkan terbuka.3465Please respect copyright.PENANA6D0Ohv9OEU
3465Please respect copyright.PENANA4oxD2WReYX
Fajar berhenti di ruang tamu dan duduk di sofa. Ia mendongak menatapku. “Kenapa tan?”3465Please respect copyright.PENANAFMLYkTwwUJ
3465Please respect copyright.PENANAg65pEaPSmN
Aku tergagap. “Susah tidur,” jawabku sedikit kikuk.3465Please respect copyright.PENANATx1FYGo5AE
3465Please respect copyright.PENANAgVPpnCTYHy
Fajar hanya ber-oh saja. Aku duduk di sofa, berhadapannya dengannya. Hening menyapa. Fajar merogoh kantung celananya, mengeluarkan sebatang rokok lalu membakarnya.3465Please respect copyright.PENANA06XsoP5GGE
3465Please respect copyright.PENANAHzOumj3vHj
“Tante baru tahu kalau kamu merokok,” kataku memecah hening di antara kami.3465Please respect copyright.PENANArLoEKtwZhX
3465Please respect copyright.PENANAHTptmbzcMT
Fajar mengepulkan asap. “Jarang, kok, tan. Palingan kalau pengen aja.”3465Please respect copyright.PENANA3h1n3W0rW7
3465Please respect copyright.PENANAGqTaiCuLC9
Aku mengangguk. “Oh, iya. Tadi ada kejadian lucu tauk.” Aku terkekeh. “Waktu kamu bonceng tante, pacar kamu ngira, kalau tante selingkuhanmu.”3465Please respect copyright.PENANAJRU8zL37ww
3465Please respect copyright.PENANAjHltni2k8l
“Adit udah cerita, tan,” Fajar berkata singkat. Kemudian ia berdiri, beranjak duduk di sampingku.3465Please respect copyright.PENANAyzeuOQnlEs
3465Please respect copyright.PENANAD8TvHSWRQI
Aku menelan ludah dan bergeser sedikit.3465Please respect copyright.PENANAfR2cDadwyM
3465Please respect copyright.PENANAbYgaOdj7LT
“Tante cemburu?” dia menoleh.3465Please respect copyright.PENANAsUO5wKq8yo
3465Please respect copyright.PENANA4Ww7NzF6Bj
Aku menggelengkan wajah, tak berani aku menoleh dan menatapnya.3465Please respect copyright.PENANAVYPErnfrkI
3465Please respect copyright.PENANA6naCu5b9VR
Fajar bergeser semakin dekat. Aku kembali menelan ludah. Semuanya terasa hening, suara detik jam terasa melengking. Ia kemudian mengendus area ketiakku. Entah kenapa aku membiarkannya, padahal perbuatan itu tidak pantas.3465Please respect copyright.PENANAW9wCJ34742
3465Please respect copyright.PENANAVKxy7tUWYA
“Tante bau ketek.” Ia bergeser agak menjauh.3465Please respect copyright.PENANAOPvn2ZaYeH
3465Please respect copyright.PENANA7JapECaaLF
Sontak aku menatapnya tajam. “Tante udah mandi!” Aku berkata ketus.3465Please respect copyright.PENANAAVSVivNPXh
3465Please respect copyright.PENANAqIO4fhAayx
Fajar malah terkekeh. Ia kembali mendekat ke arahku. “Lagian tante di tanya diem doang. Kaya ngomong sama tembok.”3465Please respect copyright.PENANAwFxnhaGjpj
3465Please respect copyright.PENANAivL1uDV0Zq
Aku menyahut. “Lagian pertanyanmu aneh!” Aku memalingkan wajah, sebal.3465Please respect copyright.PENANAmzDybryr6f
3465Please respect copyright.PENANAQXfzZkrXgZ
“Aneh atau memang iya?” Fajar terus mencecer. “Tante juga gak nolak waktu aku endus ketiaknya.”3465Please respect copyright.PENANA5Xwu8BhtjH
3465Please respect copyright.PENANArHVySvsr9a
“Jangan aneh-aneh, deh, Jar.” Aku berkata dengan nada sedikit tinggi. Bagaimanapun juga, ia sudah melampaui batas. Dan Jujur saja, aku tidak ingin terlampau jauh.3465Please respect copyright.PENANALhGcVORtJ5
3465Please respect copyright.PENANAOevO4oQZjP
Fajar tak menghiraukan. Dia malah menggodaku lagi. “Bau ketiak tante enak lho. Fajar suka. Harum.”3465Please respect copyright.PENANAv7fR3bFOL9
3465Please respect copyright.PENANAVTzCLi7KZu
Aku merasa terhina atas perkataanya barusan, tapi entah kenapa aku masih ingin terus berbincang dengannya. Tapi, aku tidak mau obrolan kami mengarah ke hal tabu.3465Please respect copyright.PENANAkAmBy942NR
3465Please respect copyright.PENANAOJqTsZqLhF
“Bahas yang lain, Jar. Tante gak suka bahas hal kaya gitu.” Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.3465Please respect copyright.PENANAeOGykYXw5u
3465Please respect copyright.PENANAQSThNum4PT
Fajar masih kekeuh. Kali ini ia semakin berani. Dengan lembut ia mengusap kepalaku bagai seorang ibu mengusap kepala anaknya. Lagi-lagi aku tak menolak, pun marah. Desir hangat itu kembali lagi, membelengguku dalam dosa yang aku sadari.3465Please respect copyright.PENANA6iKQPH4w1Z
3465Please respect copyright.PENANAsv7JZ3cALj
Fajar menarik daguku menghadapnya. Mata kami bertemu. Bagai berada di kutub utara, aku seketika membeku. Perlahan ku rasakan jemarinya berjalan lembut di pipiku, lalu menuju keningku. Aku hanya diam, membiarkan jemarinya menyelusuri seluk-beluk wajahku. Desir darahku bergejolak ketika jemarinya menapak jejak di bibirku. perlahan ia usap halus bibirku dengan jemarinya.3465Please respect copyright.PENANAN6uO11ubNr
3465Please respect copyright.PENANAsVF2mJNTtO
Entah kenapa, sentuhan lembut jemarinya di bibirku membuatku memejamkan mata. Tiba-tiba terdengar suara tertawa. Aku membuka mata, menatap bingung Fajar yang terkekeh.3465Please respect copyright.PENANAGVGcwyRNKz
3465Please respect copyright.PENANAy3XcuC9TZE
“Tante minta di cium?” Fajar bertanya dengan wajah gembira.3465Please respect copyright.PENANAKkdrJw4Ybn
3465Please respect copyright.PENANA5HF3FXpbZV
Aku menatapnya kesal. Ia seolah-olah mempermainkan perasaanku, dan itu sangat mejengkelkan sekali. Lekas aku berdiri. Fajar menarik tanganku, membuatku kembali duduk.3465Please respect copyright.PENANAPLCHmvjYzw
3465Please respect copyright.PENANA8s0zRHSsLz
Ia mendekat. Jantungku berdegup kencang. Lagi-lagi aku memejamkan mata, seakan rela jika ia mencumbu bibirku. Fajar malah berbisik, deruh nafasnya bisa kurasakan saking bibirnya dengan dengan telingaku.3465Please respect copyright.PENANA6OarqTv7R4
3465Please respect copyright.PENANAvEyxJtrzLF
“Besok pagi kerumahku, Tan.” Seketika aku merinding mendengarnya. Kerumahnya? Kenapa? Untuk apa?3465Please respect copyright.PENANA4xQngbryIq
3465Please respect copyright.PENANAaxLa2u8sJW
Belum sempat aku bertanya, ia lekas beranjak berdiri sambil tersenyum kepadaku. Aku menatapnya penuh tanda tanya. Fajar malah berbalik, melangkah menujur kamar anakku.3465Please respect copyright.PENANARejb5ILtIv
3465Please respect copyright.PENANApgqJirD3sE
Pada sebuah cela kesadaraan, aku menyadari sesuatu. Bahwa aku jatuh cinta kepadanya, kepada sahabat anakku sendiri. Aku menghela nafas, dalam. Kamu gak boleh melanjutkan ini lagi. Laras, kamu harus sadar, kamu udah bersuami sekaligus ibu rumah tangga. Laras, kamu bisa. Ini semua dosa.3465Please respect copyright.PENANA8mhdCx7il0
3465Please respect copyright.PENANAVOdvIBE8Zc
***3465Please respect copyright.PENANARvQHBNm0kK
3465Please respect copyright.PENANAj34n0fatmn
“Mati kau mati, kau akan terlahir berkali-kali”.3465Please respect copyright.PENANAglva7lpEr2
3465Please respect copyright.PENANAiTyyxXiH2j
Sebuah kutipan yang aku ambil dari sebuah novel yang barusan aku baca. Aku memang kerap mengisi waktu soreku dengan membaca. Sejak dahulu, Ralat, lebih tepatnya sejak kecil, aku memang hobi membaca. Kebiasaan tersebut terbawa sampai sekarang.3465Please respect copyright.PENANA6IR1gPgqqx
3465Please respect copyright.PENANAn4lhWPKBc2
Aku mendongak ke atas, melirik jam dinding. Sudah pukul tiga sore. Sekiranya, aku menghabiskan waktu satu jam untuk membaca buku. Rumah sepi, Adit belum pulang. Di hari tertentu, seperti hari ini, selasa, Adit biasanya pulang pukul empat, sebab ia mengikuti sebuah eskul di sekolahnya.3465Please respect copyright.PENANAvkvho7aQTK
3465Please respect copyright.PENANAoPGb9vHAAC
Semalam, Aku dan Dimas membahas perihal Pendidikan Adit. Bulan depan, ia sudah lulus. Adit sendiri memilih untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Tentu saja aku dan Dimas mensupport hal tersebut. Pendidikan anak tetap nomer satu.3465Please respect copyright.PENANAgXD1H0VT75
3465Please respect copyright.PENANARs5dg9REbx
Dimas sedikit berbeda pendapat denganku. Aku sendiri ingin Adit masuk kuliah di kota ini. Sementara Dimas, menyuruhnya kuliah di Ibu Kota. Ya, apapun hasilnya yang penting dia kuliah.3465Please respect copyright.PENANA91lD4fn6bM
3465Please respect copyright.PENANAO0L8OzBArv
Aku kembali melihat jam dinding. Kemudian aku bangkit sambil meregangkan tangan, lalu menghela nafas secukupnya. Aku memutuskan untuk membuat kopi, caffein sangat ampuh untuk mencegah kantuk.3465Please respect copyright.PENANAkBdgT3Rkwv
3465Please respect copyright.PENANAJBlJh8vpwd
Aku berjalan menuju dapur. Mengambil kopi hitam di selorakan meja dan juga gelas kaca. Sambil memanaskan air, aku kembali teringat soal pernyataan Fajar malam itu. Emangnya siapa dia? bisa memerintahku seenaknya begitu? Aku cukup merasa jengkel terhadap sikapnya yang seperti itu. bisa-bisa-nya dia menyuruhku untuk datang kerumahnya.3465Please respect copyright.PENANAbJdZnvfzLt
3465Please respect copyright.PENANAMEp79ETBtS
Gemercik air bergemuruh kecil, sigap aku mematikan kompor gas. Lalu menuangkan air panas ke gelas, tak lupa sendok ku taruh terlebih dahulu. Fisika dasar, sendok bisa menjadi penghantar panas. Jika langsung kutuangkan tanpa sendok, kemungkinan gelas akan retak.3465Please respect copyright.PENANACk9Q9kZYtl
3465Please respect copyright.PENANAsLYkvZyJ3p
Aku kembali ke sofa ruang tamu dengan kopi hitam di atas meja. Duduk takzim sambil sesekali menyesap kopi. Aku menyukai kopi sudah lama. aku hanya sekedar penikmat saja, untuk jenis-jenis kopi, aku tidak terlalu tahu.3465Please respect copyright.PENANA5BthdAA2Yb
3465Please respect copyright.PENANAjCgofFkVrh
Terdengar suara pintu terbuka. Adit tersenyum kepadaku dan beranjak mendekat.3465Please respect copyright.PENANAXLs0w8rNzb
3465Please respect copyright.PENANA6q06iPWN09
“Umi, laper,” kata Adit sambil duduk di sofa, berhadapan denganku.3465Please respect copyright.PENANAXIko7uowKA
3465Please respect copyright.PENANAU2I3yjvrCD
“Umi udah masak ayam goreng, makan gih,” kataku.3465Please respect copyright.PENANA8MpiB14IFD
3465Please respect copyright.PENANAaBuNFwYdcw
Adit meletekan tasnya disampingnya. Wajahnya tampak kusam dan berminyak. “Fajar tadi ke sini, mi?” Tanya Adit.3465Please respect copyright.PENANAlgreiRuL4Z
3465Please respect copyright.PENANAhpQ5qyrxdC
Aku menggelang.3465Please respect copyright.PENANABWNtwkytNW
3465Please respect copyright.PENANAPTwuXseJkK
“Dia gak sekolah tadi, tumben banget.”3465Please respect copyright.PENANAJOueFbD12a
3465Please respect copyright.PENANAxy4Mlq25r7
Aku ber-oh saja. “Mungkin lagi demam.”3465Please respect copyright.PENANA73MmmdnHQM
3465Please respect copyright.PENANAMSMmUBfKM0
“Yaudah, mi. Adit mau makan dulu, laper.” Adit meraih tasnya kemudian berdiri.3465Please respect copyright.PENANAEQlB6ABJKU
3465Please respect copyright.PENANAby0FDgn5Fl
“Ganti baju dulu, sayang,” kataku.3465Please respect copyright.PENANAl5XGXCNjkI
3465Please respect copyright.PENANAKzF8e7rMGz
“Iya umiiii.” Adit melangkah menuju kamarnya,3465Please respect copyright.PENANAhQ4JZp8txM
3465Please respect copyright.PENANAZQt23TbOlB
Aku kembali menyesap kopi. Aku sebenarnya tahu alasan Fajar tidak sekolah, ia pasti menunggu kehadiranku di rumahnya. Ia menyangka bahwa aku akan datang, mengenaskan sekali jika ia berfikir seperti itu. Aku bukanlah perempuan murahan yang akan tunduk kepadanya. Lagian, aku sudah mempunyai keluarga. Jadi, apapun yang dia lakukan, pasti akan sia-sia. Pasti.
Bersambung
3465Please respect copyright.PENANAr2MA8lYQbo