
#2 Perspektif2734Please respect copyright.PENANAVHA7knnnNW
2734Please respect copyright.PENANAHWSAl9AjYu
Klakson-klakson kendaraan saling bersahutan. Aku memandang ke keluar jendela mobil. Kota Pekanbaru terlihat indah di malam hari. Di bahu jalan, muda-mudi saling berkasih di bawah cahaya lampu. Pedagang kaki lima menyebar di setiap tempat, membuat riuh ramai kebersamaan.2734Please respect copyright.PENANAf8gF7MXPMx
2734Please respect copyright.PENANAymXxYUcCSA
Dimas fokus menyetir, sesekali ia bersenandung. Aku menoleh ke arahnya. “Abi gak ada kesibukan, kan?” tanyaku, memastikan. “Kalau sibuk kita putar balik aja.”2734Please respect copyright.PENANApc8xzdengx
2734Please respect copyright.PENANAm8L1I2jKOG
Dimas menggeleng. “Engga, umi.” Pandangannya masih ke depan, fokus ke arah jalan.2734Please respect copyright.PENANA7s2VqbnRK7
2734Please respect copyright.PENANAoOrmGDY5b6
Aku tersenyum, lalu kembali memandang keluar jendela mobil. Jalanan ini mengingatkan ku tentang banyak hal. Dahulu, di tahun pertama aku menikah. Aku dan Dimas menyimpan banyak kenangan di pinggiran jalan. Dulu kami berdua tidak punya cukup uang untuk makan di restoran bintang lima, atau tempat megah lainnya. Alternatif yang kami pilih adalah angkringan di tepian jalan, dengan riuh orang-orang, aroma sate bakar, di tambah dengan berisik kendaraan lalu-lalang.2734Please respect copyright.PENANAO21KGiMevv
2734Please respect copyright.PENANA4EFV8rigVo
Aku rindu suasana itu. Sekarang, kami tidak punya cukup waktu untuk bernostalgia tentang masa-masa awal pernikahan. Tapi aku cukup bangga dengan suamiku. ia mempunyai daya juang yang cukup besar, sehingga kami bisa sampai pada titik ini, ya, walaupun tidak kaya-kaya banget.2734Please respect copyright.PENANAy7GRHW6uMo
2734Please respect copyright.PENANAgEkhiWiuEJ
Kami berhenti Di sebuah Gedung dengan halaman yang luas. Dimas memarkirkan mobil berdempetan dengan mobil lain. Aku dan Dimas segera membuka pintu mobil dan turun. Sejenak kupejamkan mataku, menikmati suasana.2734Please respect copyright.PENANAkpPxmBbTRR
2734Please respect copyright.PENANA9SHcGZPbOU
Dimas melangkah terlebih dahulu. Sementara Aku melangkah pelan sambil memperhatikan sekitar. Di samping Gedung, banyak sekali stand makanan, minuman, dan lainnya. Di tambah dengan riuh pengunjung yang saling berdesakan. Bau-bau keringat saling berbaur menjadi satu. Terdengar juga suara tawa dari kejauhan. Bazar, memang selalu semegah ini.2734Please respect copyright.PENANAbKIGJ1557h
2734Please respect copyright.PENANAEsBg110bAT
Dimas berhenti sebentar dan menoleh kebelakang. Ke arahku. Aku menyengir, pastilah ia menyuruhku untuk berjalan cepat. Buru-buru aku menghampirinya. Aku sendiri belum memutuskan mau berbelanja apa. Bazar ini tidak melulu perihal makanan atau minuman, beragam jenis terdapat di sini. Pakaian, perlengkapan sekolah anak, buku-buku bekas, dan lain-lain.2734Please respect copyright.PENANAyDZb2QAM6X
2734Please respect copyright.PENANAR8o4tJcHAu
Aku dan Dimas terus melangkah berdampingan sambil memutuskan mau berbelanja apa. Suasana ramai membuatku harus hati-hati berjalan, khawatir menabrak pengunjung lain. Aku memepetkan bahuku ke bahu Dimas. Dimas melirik-ku dan tersenyum, kemudian ia melingkarkan tangannya ke pundakku. Kami terus melangkah. Tak lama kemudian, Kami berhenti di sebuah stand minuman.2734Please respect copyright.PENANAjNlAYzsDoU
2734Please respect copyright.PENANAFuwJuc4kxB
“Pop ice rasa mangga satu, sama rasa cokelat satu,” kata Dimas sambil menatap beragam rasa dari pop ice yang tergantung.2734Please respect copyright.PENANAMiesxwKph1
2734Please respect copyright.PENANAEjt5pQwijL
Aku mengulum senyum. Dimas masih tahu perihal rasa kesukaanku, dan itu cukup untuk membuat pipiku merona.2734Please respect copyright.PENANAHo5atWImo8
2734Please respect copyright.PENANATFWpUXuNjO
Si penjual mengangguk. Dengan piawai ia memasukan bubuk pop ice dan juga es batu ke dalam blender. tak lupa ia tuangkan air sebagai perantara. Tak lama, ia jentikan jarinya ke tombol penghancur, sepersekian detik itu pula terdengar suara bentrokan es batu dan bubuk pop ice yang menyatu bersama air. Warung sebelah tak ingin kalah, suara letupan-letupan minyak membahana. Di tambah dengan riuh pengunjung yang berbelanja. Aku bisa merasakan lalu-lalang yang intens di belakangku. Dari remaja, pemuda, sampai orang tua. Semuanya membaur menjadi satu.2734Please respect copyright.PENANAz547xWpyBF
2734Please respect copyright.PENANABXXbrFMowE
Si penjual menyodorkan dua cup pop ice yang di bungkus dengan plastik putih, tak lupa ia tersenyum ramah kepada kami berdua.2734Please respect copyright.PENANAHRYi22GePV
2734Please respect copyright.PENANAkx4KIRJx4J
“Makasih.” Dimas meraih pop ice itu, lalu mengeluarkan dua lembar uang pas, dan menyodorkan kepada si penjual.2734Please respect copyright.PENANA23DlqCqIST
2734Please respect copyright.PENANAl5L58sK2mo
Kami kembali melangkah, berdampingan. Aku menyesap pop ice dari sedotan, perpaduan manis coklat mendinginkan tenggorokanku. Sambil melangkah, kami mengobrol sedikit perihal akan membeli apa lagi.2734Please respect copyright.PENANAJkgRNLDxdi
2734Please respect copyright.PENANAhBqx5YwsEF
“Mau ke tempat Fajar, mi?” Dimas melirik kiri-kanan.2734Please respect copyright.PENANAXplNFvAwuH
2734Please respect copyright.PENANArRgxiK56Nn
Aku mendongak ke arahnya. “Fajar buka stand, bi?”2734Please respect copyright.PENANAxqjmIpBC9Q
2734Please respect copyright.PENANAqIM2ommpOR
“Dia jaga stand buku.”.2734Please respect copyright.PENANApPGKZtj3wW
2734Please respect copyright.PENANAtRUseJaJwh
Aku mengangguk. Sudah tiga hari lamanya aku tidak bertemu sahabat anakku itu. Dimas menggenggam tanganku. Hangat. Aku tersenyum sambil membalas genggaman tangannya. lalu Kami menuju stand Fajar sambil berpegangan tangan layaknya pengantin baru.2734Please respect copyright.PENANA8FvI5iniLq
2734Please respect copyright.PENANASy67zmcTDQ
Dari kejauhan, aku bisa melihat sosok remaja tinggi yang tak lain adalah Fajar. Stand bukunya lumayan ramai, ia terlihat sibuk melayani pembeli. Tak sabaran, aku mempercepat langkah. Membuat Dimas harus menyamakan langkahnya dengan langkahku.2734Please respect copyright.PENANAvVyQiI6631
2734Please respect copyright.PENANALA1sWwBmyC
Tibanya di stand buku Fajar, aku memanggilnya dengan riang. “tante baru tahu kamu jaga stand buku, lho.” Aku melirik ke bawah, tumpukan-tumpukan buku berjejer rapi di atas meja. Kemudian aku melirik ke kanan, di rak kecil terdapat beragam buku juga. Di samping kanan pun sama.2734Please respect copyright.PENANAugYmi2WuI5
2734Please respect copyright.PENANApEw5ihGq5I
Fajar berdiri menyambut kehadiran kami. Ia melirikku dan Dimas bergantian. “Om-tante. Mau beli buku?”2734Please respect copyright.PENANAAITRUN6UHn
2734Please respect copyright.PENANA0C1FNfy6In
Dimas memperhatikan tumpukan buku di meja. ia mengangguk-angguk. Lalu menunjuk salah satu buku. “Jar, om beli yang ini.”2734Please respect copyright.PENANAAwpoq6zpqW
2734Please respect copyright.PENANAS42eUAuhJK
Sigap Fajar meraih buku itu, dan mengemasnya ke dalam plastik merah. Dimas merogoh dompet dan menyodorkan satu lembar uang.2734Please respect copyright.PENANAechyCTwtre
2734Please respect copyright.PENANAzchLXmrBq3
“Gratis, om.” Tolak Fajar.2734Please respect copyright.PENANAsnIWlRX6pC
2734Please respect copyright.PENANAgZhF7IMncO
Dimas tersenyum. “Udah, ambil aja.” Tangannya masih terangkat.2734Please respect copyright.PENANAMs5OWdwCEx
2734Please respect copyright.PENANAG0co0TIUux
Fajar meletakan kantung kresek itu di atas tumpukan buku. Dimas menggeleng, menurunkan tangannya, lalu meraih kantung kresek di meja. “Makasih, ya, Jar.”2734Please respect copyright.PENANAWPJ6TZo2L1
2734Please respect copyright.PENANAon5MXFztYQ
Fajar menggangguk. Aku hanya memperhatikan mereka sedari tadi. Sesekali aku melirik Fajar, begitupun Fajar. Kami seperti saling mencuri-curi pandang.2734Please respect copyright.PENANALz9sBDzRxn
2734Please respect copyright.PENANA0DypeFLg2r
“Tunggu bentar, Mi.” Aku menoleh ke arah Dimas. Ia merogoh ponselnya, kemudian beranjak menuju tempat sepi. Aku membiarkannya saja, barangkali ada telepon penting.2734Please respect copyright.PENANALE7AMQbgls
2734Please respect copyright.PENANAMBgAib6dst
Fajar memindahkan bangku di belakangnya ke samping bangkunya. Sambil tersenyum ia mempersilahkanku duduk. Aku melangkah melewati cela kecil di samping kanan, dan duduk di sebelahnya. Duduk berdua dengannya membuat degup jantungku berdetak cepat, tidak seperti biasanya.2734Please respect copyright.PENANAvMRqA0Yxnc
2734Please respect copyright.PENANAWzxMJlJmEk
Jejak kaki terdengar ribut seperti angin topan yang melanda desa. Di tambah dengan lalu-lalang orang-orang di hadapanku. Tapi, yang membuatku betah adalah aroma harum kertas yang menyeruak cuping hidungku.2734Please respect copyright.PENANA61uOR4j6wS
2734Please respect copyright.PENANAwoXOfpjIcR
Seorang lelaki menghampiri Stand tempat aku berada. Fajar berdiri dan tersenyum kepadanya. Lelaki itu melirikku sekilas. Ia berbisik kepada Fajar. “Pacarmu, Jar?” Walaupun bisik itu kecil dan suara pengunjung lain begitu riuh, tapi aku masih bisa mendengarnya.2734Please respect copyright.PENANAT9A733fymK
2734Please respect copyright.PENANAKS3cDpbHbZ
“Istri saya,” Fajar balas berbisik. Sekilas ia melihat ke arahku.2734Please respect copyright.PENANAlCLzSwg71C
2734Please respect copyright.PENANA6W1GbeFFK2
Aku menelan ludah. Anehnya aku tidak marah dan justru merasa senang. Aku tidak tahu kenapa. Lelaki itu tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.2734Please respect copyright.PENANAjPbreFrjaY
2734Please respect copyright.PENANAssY5Qit439
Setelah melayaninya, Fajar lekas duduk di sampingku. Aku menatapnya dengan tajam. “Tante denger, lho.” Aku menyilangkan kedua tanganku di depan dada.2734Please respect copyright.PENANARI4onCIe0k
2734Please respect copyright.PENANAmbqeH0tFUA
Fajar terlihat gelagapan. “Emang Fajar bilang apa tadi, Tan?”2734Please respect copyright.PENANABWWPnpida2
2734Please respect copyright.PENANAxMbIk2ifYZ
“Kamu bilang Tante istri kamu.” Aku mengernyitkan wajah memasang ekspresi garang.2734Please respect copyright.PENANApfcm5YaQdH
2734Please respect copyright.PENANAPtN3TfKPri
“Tante salah dengar kali.” Fajar bertahan, matanya lekat memandang lalu lalang orang. Ia terlihat gugup, seperti maling yang keciduk. Belum sempat aku menginterogasinya lebih lanjut. Dimas terlebih dahulu datang.2734Please respect copyright.PENANAdwzGsXgt11
2734Please respect copyright.PENANAzp5dc7EMIz
“Mi, abi ada urusan mendadak.” Dimas meringis sambil menggaruk hidungnya.2734Please respect copyright.PENANAKVLroiw83p
2734Please respect copyright.PENANAjcjQdZDDnn
Aku menghela nafas. “Jadi, mau pulang?” aku berkata dengan wajah cemberut.2734Please respect copyright.PENANA1Zs0riNunk
2734Please respect copyright.PENANAe2Z3RBICOl
Dimas berdehem sebentar. Ia melirik Fajar sekilas. “Jar, nanti kamu bisa anter tante pulang? Om ada urusan.”2734Please respect copyright.PENANA9pv3yUo9bx
2734Please respect copyright.PENANA2M4v07AXqw
Aku menoleh ke Fajar. Menunggu jawabannya.2734Please respect copyright.PENANABMIMJ2rWLb
2734Please respect copyright.PENANAOB3XLql5It
“Dengan senang hati, om,” Jawab fajar sambil berdiri, lalu menunduk sopan.2734Please respect copyright.PENANAz1LzrOQcV9
2734Please respect copyright.PENANAtauAvL7zc7
Dimas melirikku. “kalau umi masih mau di sini, nanti pulangnya sama Fajar, ya? Abi gak bisa lama-lama. Maaf ya, mi.”2734Please respect copyright.PENANADfwuAUWP9h
2734Please respect copyright.PENANANZE9Z1UBa9
Aku mengangguk tidak rela, tapi mau tak tamu aku harus membiarkan suamiku yang super sibuk itu kembali berkutat dengan pekerjaannya.2734Please respect copyright.PENANAbVym9HES7M
2734Please respect copyright.PENANAjwRbjiLB9e
Aku dan Fajar kembali ke dalam obrolan. Menit berlalu. Obrolan kami semakin intens. Obrolan kami kadang terhenti sejenak, Sebab Fajar haris melayani pembeli. Lalu kami jatuh dalam obrolan lagi. Menit ganjil menjelma genap. Obrolan semakin serius. Deru kaki pengunjung lain mulai mereda.2734Please respect copyright.PENANAq79v6srw1e
2734Please respect copyright.PENANAIKRiHFSrbG
“Kamu rencananya mau lanjut kuliah atau kerja, Jar?” tanyaku, menoleh ke arahnya.2734Please respect copyright.PENANAZKSo4t70ZR
2734Please respect copyright.PENANAHtNTXFXNX7
ia tersenyum. Sebuah senyum yang jika aku lihat dengan dalam, memancarkan sebuah kesedihan. “Fajar gak lanjut, Tan.”2734Please respect copyright.PENANAynSddGPV9E
2734Please respect copyright.PENANAJJAIIuOeIR
Aku menyedot pop iceku. “Sayang banget, sih, Jar. Kamu tuh anaknya rajin, lho,” kataku. Jujur saja, menurutku pribadi, Fajar sangatlah pintar. Ia bisa beradaptasi dalam kondisi apapun.2734Please respect copyright.PENANA0r3K22wBfr
2734Please respect copyright.PENANAPA0EwJ26sk
“Fajar juga maunya gitu, Tan. Pengen kaya teman-teman yang lain. Tapi, mau gimana lagi?” ia tertawa, getir. Kemudian melanjutkan, “terkadang, keadaan membuat seseorang mati langkah.” Ada racikan duka yang kurasakan di setiap kalimatnya. ia berkata lagi. “Sebagian orang terlahir beruntung. Sebagian lagi, hanya menghiasi mereka yang beruntung,” ia terkekeh, getir.2734Please respect copyright.PENANAzNXZQbbT6v
2734Please respect copyright.PENANA2kd3yBXEdl
Akhirnya aku bersuara. “Menurut tante, setiap orang beruntung, kok. Ya, kalau belum beruntung berarti coba lagi.”.2734Please respect copyright.PENANASQYAqhwc3b
2734Please respect copyright.PENANA25h0P09jLr
Hening sejenak. Derup langkah tidak terdengar lagi. Pengunjung kian menyepi. Hembusan angin menerpa wajahku, wajahnya, dan setumpuk buku. Fajar berdiri, menoleh ke arahku.2734Please respect copyright.PENANAgPaLLYQSGQ
2734Please respect copyright.PENANAaTp6Zgn1Ya
“Udah sepi, tan. Waktunya tutup,” katanya. “Tante gak masalah, kan, kalau bantuin Fajar berkemas?”2734Please respect copyright.PENANAEBVur44NER
2734Please respect copyright.PENANAs6zMokr3Gn
Aku ikutan berdiri. tersenyum kepadanya. “Dengan senang hati,” kataku, riang.2734Please respect copyright.PENANAt06bb2SDIv
2734Please respect copyright.PENANAaB1sJ29uK0
***2734Please respect copyright.PENANAcBwXwIIScC
2734Please respect copyright.PENANAA0vNODmAXl
Kami berdua berjalan bersampingan, menuju sepeda motor Fajar yang terletak di belakang Gedung. Hening malam seperti ini teramat kusukai. Jauh dari berisik kendaraan. Angin berhembus kencang di kemalaman, Bangku-bangku di depan setiap Stand sudah sunyi tak berpenghuni.2734Please respect copyright.PENANAuPFU5MOXyX
2734Please respect copyright.PENANAzFye23EQ7p
“Pernah naik motor, Tan?” Tanya Fajar sesampainya kami di depan motornya.2734Please respect copyright.PENANAY9mDgsAurr
2734Please respect copyright.PENANA4rAjEjwwrU
“Waktu kuliah, tante sering naik motor, kok.” Jawabku.2734Please respect copyright.PENANA4ihBdhCrLo
2734Please respect copyright.PENANAp3ftkyEjf0
Fajar menyodorkan helmnya kepadaku. Aku menatapnya heran. “Kamu aja yang pakai. Kan kamu yang bonceng.”2734Please respect copyright.PENANAC2aNPOzQ2X
2734Please respect copyright.PENANACwwXCoOMSW
Fajar tersenyum, kemudian mendekat ke arahku. Aku tercekat. Jarak kami dekat. sangat dekat. Ia mengangkat kedua tangannya dan memasangkan helm di kepalaku. Degup jantungku seakan mau melompat keluar. Bau keringatnya menyeruak cuping hidungku. Aku menelan ludah. Sudah lama aku tidak pernah diperlakukan seromantis ini.2734Please respect copyright.PENANAtI78htniDQ
2734Please respect copyright.PENANAHcIjjfoza6
“Pakai, ya, tan.” Fajar membungkuk sedikit. Mensejajarkan wajahnya dengan wajahku. Wajah kami terlalu dekat. aku bisa merasakan hembusan nafasnya.2734Please respect copyright.PENANAjBLTf5IkYY
2734Please respect copyright.PENANAwM19xkvJPE
“Debaran jantung tante kedengaran, lho.” Fajar mengedipkan mata. Aku bisa merasakan pipiku memanas. Fajar berkata lagi. “Pipinya juga merah.” Ia mengulum senyum.2734Please respect copyright.PENANAlNiTfJXPl5
2734Please respect copyright.PENANAECbpW6Q1U8
Aku menunduk menyembunyikan semburat rona di wajahku. Tak ada satupun kata yang mampu keluar dari mulutku.2734Please respect copyright.PENANAn5GEfxXrlT
2734Please respect copyright.PENANAg3Fc836Dj4
“Ayo tan.” Fajar sudah siap di atas motor. “Jangan salting mulu.” Ia kembali menggodaku. Dengan pipi yang masih merona, aku menaiki motornya.2734Please respect copyright.PENANAEPg2tHXSbT
2734Please respect copyright.PENANA67ov0aZucR
“Duduknya jangan jauhan, nanti jatuh, lho,” Fajar menoleh sekilas ke belakang.2734Please respect copyright.PENANA4MXmwreKCS
2734Please respect copyright.PENANAuhOWnkEUnE
Aku memukul pelan punggungnya. “Nyebelin!”2734Please respect copyright.PENANAQjwXB11qvC
2734Please respect copyright.PENANAx7eAPVdUzs
Fajar malah terkekeh. Aku meletakan tanganku di depan dada, menjadi penyangga antara dadaku dan punggungnya. Ia memacu gas, perlahan kami menembus udara malam.2734Please respect copyright.PENANA27SHM2L33M
2734Please respect copyright.PENANApGy0YHyh2G
Di spion motor, aku bisa melihat senyumnya. Sebuah senyum yang membuatku malah ikut tersenyum. Berisik knalpot motor di depan dan belakang kami, seakan menjadi pengiring musik perjalanan.2734Please respect copyright.PENANAGCxOFi7aiI
2734Please respect copyright.PENANA0bIawxwtF6
Aku berpaling kanan-kiri, hotel-hotel menjulang tinggi. Bunyi-bunyi klakson saling bersahutan tak mau mengalah. Warung bakso, nasi padang, mie ayam, terlihat ramai. Gerombolan remaja berjalan di bahu jalan, saling tertawa.2734Please respect copyright.PENANA0RVfsLpHyH
2734Please respect copyright.PENANAiFRTxML35u
Aku menatap wajahnya dari spion, tak di sangka, ia malah melirik ke spion dan tersenyum. Sepersekian detik, aku memalingkan wajahku, kembali menatap jalanan. Remaja itu selalu membuatku tersipu dan salah tingkah. Entah kenapa.2734Please respect copyright.PENANArVVurLFeN1
2734Please respect copyright.PENANAKYplPGURwj
***2734Please respect copyright.PENANA70SGXnN7Kb
2734Please respect copyright.PENANA8VD4eha2Yk
Kami tiba di rumah. Aku turun dari motor. Melepas helm dan mengembalikan kepada Fajar.2734Please respect copyright.PENANA8qgXEhWLzm
2734Please respect copyright.PENANAnFR2Bbj6i2
“Mau mampir dulu, Jar?” Tawarku.2734Please respect copyright.PENANAPN8WhP9TeH
2734Please respect copyright.PENANAIlJqc63g79
Sambil mengenakan helmnya, Fajar menyahut, “Besok aja, deh, Tan. Mau pulang dulu, capek.”2734Please respect copyright.PENANAwFY30VhurP
2734Please respect copyright.PENANA3cylE7Q2OF
Aku membalas senyumnya. “Hati-hati, jangan ngebut.”2734Please respect copyright.PENANAAflkyChvDq
2734Please respect copyright.PENANAelZKqthk45
Fajar mengangguk, melambaikan tangan. “Pulang dulu ya, tan.” Fajar meliuk-kan motornya. Sebelum ia menancap gas, ia menoleh kebelakang, lalu membuka kaca helm.2734Please respect copyright.PENANABGzlgsaViL
2734Please respect copyright.PENANA1MUBvUvBCn
“Oh, iya, tan. Perihal bisik-bisik tadi. Fajar bilang sama teman Fajar, kalau tante istri Fajar.” Fajar berkata dengan lugas. Aku tergagap. Fajar melanjutkan. “Fajar tahu, kok, tante udah tahu.” Ia mengedipkan matanya.2734Please respect copyright.PENANAyNVh1Yo6Uk
2734Please respect copyright.PENANAen97fnyR6D
Untuk yang tidak tahu keberapa kalinya pipiku kembali memanas. Dan desir itu kembali datang, lagi dan lagi. Dua detik kemudian, terdengar suara knalpot motornya. Ia menancap gas, keluar dari pekarangan rumah, lalu menghilangkan dari pandanganku.2734Please respect copyright.PENANAbZAUsATEPq
2734Please respect copyright.PENANANXbAPpCRwj
Aku berbalik dan melangkah menuju pintu dengan wajah yang kian merona. Tak bisa dipungkiri, bahwa aku sangat menikmati kebersamaan bersama Fajar. Ada sebuah gejolak dalam jiwaku yang meletup ketika Remaja itu menggodaku. Sedetik kemudian aku tersadar, lantas aku menggelengkan kepala. Engga, engga boleh.2734Please respect copyright.PENANA6gaCGdQWL1
2734Please respect copyright.PENANAgWn7Ik3F95
Tiba aku di ruang tamu. Aku memperhatikan Adit, anakku, yang sedang duduk di sofa sambil bermain ponsel. Lekas aku menghampirinya, lalu duduk di sampingnya.2734Please respect copyright.PENANAAbEHor5uSU
2734Please respect copyright.PENANAKpj4TuWl9y
“Abi udah pulang?” tanyaku kepadanya.2734Please respect copyright.PENANAZAj3mFPcMY
2734Please respect copyright.PENANAOK9Wf1Owva
“Belum, mi.” Adit menjawab singkat, matanya masih fokus ke layar ponsel.2734Please respect copyright.PENANAxdYpmFGp5u
2734Please respect copyright.PENANAg2EwkfgmSN
Aku menghela nafas. “Adit, kalau umi ngomong, bisa gak stop main hp?”2734Please respect copyright.PENANApnqZlxqd1A
2734Please respect copyright.PENANA7ji5JATWXK
Dengan raut wajah muram, Adit meletakan ponsel di atasnya meja. “Iya, mi, iya. Maaf, Adit salah.”2734Please respect copyright.PENANAtVaxKdPZMf
2734Please respect copyright.PENANAe2bYqbM0KW
Aku malah terkekeh. Melihatnya seperti itu membuatku tergelitik.2734Please respect copyright.PENANAN3dfNjItze
2734Please respect copyright.PENANAFNFTApp2Ja
Adit merubah posisi duduknya menghadapku. Wajahnya terlihat antusias. “Umi mau tau gak?”2734Please respect copyright.PENANAEFnOuKwz4R
2734Please respect copyright.PENANA3HIqDvlQya
Aku mengernyit heran. “Gimana umi mau tahu. Kamu belum ngomong apa-apa.”2734Please respect copyright.PENANAvkGu7yfgWM
2734Please respect copyright.PENANANUXFskEozm
Adit tertawa ringan. Matanya sedikit membesar, seakan ingin menyampaikan sebuah berita penting. “Barusan pacar Fajar, chat Adit, katanya dia lihat Fajar bonceng cewek.”2734Please respect copyright.PENANA8JeQCG94yw
2734Please respect copyright.PENANAHJNUIUG4op
Aku membenarkan posisiku. Entah kenapa aku malah tertarik. “Terus?”2734Please respect copyright.PENANA90fQ2JCHZv
2734Please respect copyright.PENANAf2iOr0uNo0
Adit melanjutkan. “Fajar selingkuh Umi. Adit gak habis fikir sama Fajar.” Adit menepuk jidatnya.2734Please respect copyright.PENANAsyYo6ak9NS
2734Please respect copyright.PENANAG9JDgGaKJH
Aku tertawa sambil memegang perutku. Anakku malah bingung. Aku mengambil nafas sejenak. “Bilang sama pacarnya Si Fajar, yang dibonceng Fajar, itu Umi.”2734Please respect copyright.PENANAsP5WfY80iW
2734Please respect copyright.PENANAzTGJUMXNg3
Giliran Adit yang tertawa. “Udah Adit duga.” Adit menggelengkan kepala, Kemudian ia meraih ponselnya. Aku menggeser tubuhku bersentuhan dengan bahu anakku.2734Please respect copyright.PENANArvpFnZ9LPq
2734Please respect copyright.PENANAlFK8JgXFOe
“Kamu chatingan sama pacarnya Fajar?” tanyaku fokus menatap layar ponsel Adit.2734Please respect copyright.PENANA0iRroPD87d
2734Please respect copyright.PENANAgw0mEq4BX6
Adit menarik ponselnya menjauh dariku. “Ih, umi, kepo banget urusan anak muda.”2734Please respect copyright.PENANAk4EIKcadlH
2734Please respect copyright.PENANA1rzjgeNmQE
“Umi penasaran doang,” kataku.2734Please respect copyright.PENANAjQ3aZKKXPR
2734Please respect copyright.PENANAGDJPBnBN9X
“Kan umi yang nyuruh Adit buat bilang sama pacarnya Fajar.”2734Please respect copyright.PENANAEywlL4w5ju
2734Please respect copyright.PENANA70yxajD333
Entah kenapa, ada sebuah tusukan kecil dalam hatiku. yang membuatku merasa gundah. Apakah itu cemburu? Aku tidak tahu.2734Please respect copyright.PENANAOotW3qHMtA
2734Please respect copyright.PENANAHzXiJvQYvO
Kemudian, Aku bergeser empat jengkal menjauh dari anakku. Memberi ruang privasi kepadanya. Fajar sudah punya pacar, ternyata. Mengetahui kenyataan itu membuatku sedikit merana. Terus kenapa dia memperlakukanku dengan romantis begitu? tapi, yang lebih anehnya, kenapa aku harus marah? Aku bersikap seolah-seolah sedang jatuh cinta kepadanya. Lantas aku menggeleng-geleng. Engga, Engga boleh. Aku udah punya suami.2734Please respect copyright.PENANAYkazZ8QpHN
2734Please respect copyright.PENANAchmZJEIthO
“Umi kenapa?” Adit menatapku heran.2734Please respect copyright.PENANAqoKWT4qDu2
2734Please respect copyright.PENANAMFMaqcux6r
Aku memasang wajah galak, berpura-pura. “Umi lagi kesal sama abi!” aku malah menyalahkan suamiku, padahal yang membuatku kesal adalah sahabat dari anakku sendiri.2734Please respect copyright.PENANAJDPtsyZw9r
2734Please respect copyright.PENANAo2vljLSyJ4
Adit hanya terkekeh, kembali menatap layar ponsel. Aku berkata lagi, sedikit galak, “Awas aja kalau kamu ketahuan sama umi kalau pacaran.”2734Please respect copyright.PENANAnseB2ZcWnB
2734Please respect copyright.PENANAO9Zw49X0EW
Adit menoleh. “Iya umiku yang paling cantik.”2734Please respect copyright.PENANAOm0GDMrDBk
2734Please respect copyright.PENANAZVlEHzyPDw
Aku tersenyum lebar, lalu mengusap kepalanya lembut. “Itu baru anak umi.”2734Please respect copyright.PENANAe0iGYTBTiI
2734Please respect copyright.PENANAiApAh8HQn9
Sebenarnya, aku bukan tidak menyuruh Adit berpacaran, atau dekat dengan perempuan. Aku sendiri akan mengiyakan jika dia sudah bisa memilih keputusan dengan baik. Bukan juga aku menormalisasikan perzinahan. Aku tidak ingin mengekang kebebasannya. Yang aku bisa, hanya menasehatinya, dan menjauhkannya dari larangan-Nya.2734Please respect copyright.PENANAV1CveT4yzi
2734Please respect copyright.PENANA3VR6mpaK39
***2734Please respect copyright.PENANAv1ZJwoGLkF
2734Please respect copyright.PENANAPouyJYYaPr
Aku berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit kamar. Entah kenapa pikiranku masih berkecamuk perihal Fajar. Ada yang menjanggal di benakku.2734Please respect copyright.PENANAnNJOOQSPgs
2734Please respect copyright.PENANA5CDGVoWXlz
Aku menoleh ke samping, wajah Dimas terlihat terlelap. Entah kenapa ada racikan bersalah ketika aku melihat wajahnya. Bisa-bisanya aku memikirkan pria lain sementara dia berada di sampingku. Bukankah itu adalah perbuatan dosa? entahlah, hanya tuhan yang tahu.2734Please respect copyright.PENANA86WlZbrxK3
2734Please respect copyright.PENANAhyTy2X7pfI
Sayup-sayup suara terdengar berisik. itu pastilah anakku yang sedang bermain console game tengah malam begini. Jika sudah begini, aku harus turun tangan. Mana pula besok ia harus sekolah. Aku beranjak berdiri, melangkah menuju pintu kamar.2734Please respect copyright.PENANAGOphvAyPK0
2734Please respect copyright.PENANABTwcCfuT1F
Sayu suara itu saling bersahutan. Selintas aku berfikit, jangan-jangan itu Fajar? Tapi, bukankah ia berkata ingin pulang? Untuk memastikan, aku melangkah cepat menuju kamar anakku.2734Please respect copyright.PENANAZly1MnHDm2
2734Please respect copyright.PENANA1FJh3NWAbo
Tebakanku benar, Adit dan Fajar sedang asik bermain console game.2734Please respect copyright.PENANAQqWzo0RkBZ
2734Please respect copyright.PENANALIKiwBMwKg
“Udah malem, gak ada puas-puas-nya main game.” Aku berdiri di tengah pintu, menatap tajam mereka bergantian.2734Please respect copyright.PENANAf7oUHyjIml
2734Please respect copyright.PENANARIHP1SkYcT
“Lo sih Jar berisik.” Adit menoyor pelan baju fajar.2734Please respect copyright.PENANAHiKPJ01t0W
2734Please respect copyright.PENANAnMfKvy26Bk
Fajar menatapku lekat. Aku memalingkan wajah, tak kuat akan tatapannya. “Kalian lekas tidur, besok sekolah.” Aku berkata sambil memalingkan wajah.2734Please respect copyright.PENANAjBzUOHBgdq
2734Please respect copyright.PENANARqAaroVSNm
Adit mendengus, beranjak bangkit dan berbaring di ranjang. Sementara fajar mendekat ke arahku. Otomatis aku mundur satu langkah, mempersilahkannya. Sekilas, ketika ia melewatiku, ia melirikku dengan senyum simpul. Yang aku tak paham maksudnya. Bagai tersihir aku mengekor di belakangnya, sementara pintur kamar anakku, kubiarkan terbuka.2734Please respect copyright.PENANACJ4zcGp2oB
2734Please respect copyright.PENANASM5MhyHcPM
Fajar berhenti di ruang tamu dan duduk di sofa. Ia mendongak menatapku. “Kenapa tan?”2734Please respect copyright.PENANAQnTpS4eK5a
2734Please respect copyright.PENANAvsDwSjpHBm
Aku tergagap. “Susah tidur,” jawabku sedikit kikuk.2734Please respect copyright.PENANABukcV4WglY
2734Please respect copyright.PENANALdmw6HeSbZ
Fajar hanya ber-oh saja. Aku duduk di sofa, berhadapannya dengannya. Hening menyapa. Fajar merogoh kantung celananya, mengeluarkan sebatang rokok lalu membakarnya.2734Please respect copyright.PENANANN5wH8lm0m
2734Please respect copyright.PENANAJ72HgwODbQ
“Tante baru tahu kalau kamu merokok,” kataku memecah hening di antara kami.2734Please respect copyright.PENANA9jNhOVoZtl
2734Please respect copyright.PENANA3VI4GkwLdT
Fajar mengepulkan asap. “Jarang, kok, tan. Palingan kalau pengen aja.”2734Please respect copyright.PENANAk59ooJHBXs
2734Please respect copyright.PENANAnaYBysRWCH
Aku mengangguk. “Oh, iya. Tadi ada kejadian lucu tauk.” Aku terkekeh. “Waktu kamu bonceng tante, pacar kamu ngira, kalau tante selingkuhanmu.”2734Please respect copyright.PENANATDyTzPqr0x
2734Please respect copyright.PENANALLtqB2zPxe
“Adit udah cerita, tan,” Fajar berkata singkat. Kemudian ia berdiri, beranjak duduk di sampingku.2734Please respect copyright.PENANAnZ7VAi6KsK
2734Please respect copyright.PENANAhkj2WPDejt
Aku menelan ludah dan bergeser sedikit.2734Please respect copyright.PENANApLfpeU5uO9
2734Please respect copyright.PENANAyyll2zRXgS
“Tante cemburu?” dia menoleh.2734Please respect copyright.PENANAR5lKFjVqpl
2734Please respect copyright.PENANA47m9kxiTMy
Aku menggelengkan wajah, tak berani aku menoleh dan menatapnya.2734Please respect copyright.PENANANJlK9MGfSt
2734Please respect copyright.PENANAq7nRxYleTb
Fajar bergeser semakin dekat. Aku kembali menelan ludah. Semuanya terasa hening, suara detik jam terasa melengking. Ia kemudian mengendus area ketiakku. Entah kenapa aku membiarkannya, padahal perbuatan itu tidak pantas.2734Please respect copyright.PENANAOQ1KRUI2e6
2734Please respect copyright.PENANAylI1ItOtl4
“Tante bau ketek.” Ia bergeser agak menjauh.2734Please respect copyright.PENANAsTV79rd101
2734Please respect copyright.PENANAlYTSLafv05
Sontak aku menatapnya tajam. “Tante udah mandi!” Aku berkata ketus.2734Please respect copyright.PENANATvNSgWWAIw
2734Please respect copyright.PENANAsaVM4fOebd
Fajar malah terkekeh. Ia kembali mendekat ke arahku. “Lagian tante di tanya diem doang. Kaya ngomong sama tembok.”2734Please respect copyright.PENANAPh0VzZutUO
2734Please respect copyright.PENANAxXFBLGdBzM
Aku menyahut. “Lagian pertanyanmu aneh!” Aku memalingkan wajah, sebal.2734Please respect copyright.PENANAXXr99Sh8wl
2734Please respect copyright.PENANADDzb4EZWVL
“Aneh atau memang iya?” Fajar terus mencecer. “Tante juga gak nolak waktu aku endus ketiaknya.”2734Please respect copyright.PENANA39THQSmmc5
2734Please respect copyright.PENANAPGPQYXRF2Q
“Jangan aneh-aneh, deh, Jar.” Aku berkata dengan nada sedikit tinggi. Bagaimanapun juga, ia sudah melampaui batas. Dan Jujur saja, aku tidak ingin terlampau jauh.2734Please respect copyright.PENANAtP6RN1HPP7
2734Please respect copyright.PENANAUbuId0HBkK
Fajar tak menghiraukan. Dia malah menggodaku lagi. “Bau ketiak tante enak lho. Fajar suka. Harum.”2734Please respect copyright.PENANAQVt2UKEVwZ
2734Please respect copyright.PENANAG8JIZXFggM
Aku merasa terhina atas perkataanya barusan, tapi entah kenapa aku masih ingin terus berbincang dengannya. Tapi, aku tidak mau obrolan kami mengarah ke hal tabu.2734Please respect copyright.PENANAOlcj3V4aba
2734Please respect copyright.PENANAHHZvpv0lIZ
“Bahas yang lain, Jar. Tante gak suka bahas hal kaya gitu.” Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.2734Please respect copyright.PENANAozlW5OK9EN
2734Please respect copyright.PENANAanhnjnYkrW
Fajar masih kekeuh. Kali ini ia semakin berani. Dengan lembut ia mengusap kepalaku bagai seorang ibu mengusap kepala anaknya. Lagi-lagi aku tak menolak, pun marah. Desir hangat itu kembali lagi, membelengguku dalam dosa yang aku sadari.2734Please respect copyright.PENANAewbbBaQzqb
2734Please respect copyright.PENANAxLNOJ7kMjt
Fajar menarik daguku menghadapnya. Mata kami bertemu. Bagai berada di kutub utara, aku seketika membeku. Perlahan ku rasakan jemarinya berjalan lembut di pipiku, lalu menuju keningku. Aku hanya diam, membiarkan jemarinya menyelusuri seluk-beluk wajahku. Desir darahku bergejolak ketika jemarinya menapak jejak di bibirku. perlahan ia usap halus bibirku dengan jemarinya.2734Please respect copyright.PENANAySpgOKPGDV
2734Please respect copyright.PENANAWDNshzb0mT
Entah kenapa, sentuhan lembut jemarinya di bibirku membuatku memejamkan mata. Tiba-tiba terdengar suara tertawa. Aku membuka mata, menatap bingung Fajar yang terkekeh.2734Please respect copyright.PENANAZJphCYamfF
2734Please respect copyright.PENANAg3XZCz6Jsm
“Tante minta di cium?” Fajar bertanya dengan wajah gembira.2734Please respect copyright.PENANAGGOSKq0xSp
2734Please respect copyright.PENANAVyiorxUkHA
Aku menatapnya kesal. Ia seolah-olah mempermainkan perasaanku, dan itu sangat mejengkelkan sekali. Lekas aku berdiri. Fajar menarik tanganku, membuatku kembali duduk.2734Please respect copyright.PENANAQNVEwAffim
2734Please respect copyright.PENANASkyma3P3aA
Ia mendekat. Jantungku berdegup kencang. Lagi-lagi aku memejamkan mata, seakan rela jika ia mencumbu bibirku. Fajar malah berbisik, deruh nafasnya bisa kurasakan saking bibirnya dengan dengan telingaku.2734Please respect copyright.PENANAv0TTtdbEjS
2734Please respect copyright.PENANAapw85Ie5sT
“Besok pagi kerumahku, Tan.” Seketika aku merinding mendengarnya. Kerumahnya? Kenapa? Untuk apa?2734Please respect copyright.PENANA4rjGHAe5Pg
2734Please respect copyright.PENANA84trRtfTFt
Belum sempat aku bertanya, ia lekas beranjak berdiri sambil tersenyum kepadaku. Aku menatapnya penuh tanda tanya. Fajar malah berbalik, melangkah menujur kamar anakku.2734Please respect copyright.PENANAtpk8PWo6Es
2734Please respect copyright.PENANANPxoX03qnp
Pada sebuah cela kesadaraan, aku menyadari sesuatu. Bahwa aku jatuh cinta kepadanya, kepada sahabat anakku sendiri. Aku menghela nafas, dalam. Kamu gak boleh melanjutkan ini lagi. Laras, kamu harus sadar, kamu udah bersuami sekaligus ibu rumah tangga. Laras, kamu bisa. Ini semua dosa.2734Please respect copyright.PENANAdkQyztKRP0
2734Please respect copyright.PENANANT7hNKaHGl
***2734Please respect copyright.PENANAdknFKS9vBW
2734Please respect copyright.PENANAiZEJWB7ie3
“Mati kau mati, kau akan terlahir berkali-kali”.2734Please respect copyright.PENANAiG7okNpAXJ
2734Please respect copyright.PENANAsd176of1hT
Sebuah kutipan yang aku ambil dari sebuah novel yang barusan aku baca. Aku memang kerap mengisi waktu soreku dengan membaca. Sejak dahulu, Ralat, lebih tepatnya sejak kecil, aku memang hobi membaca. Kebiasaan tersebut terbawa sampai sekarang.2734Please respect copyright.PENANANzLmelzBOG
2734Please respect copyright.PENANAdISJJNnQ2y
Aku mendongak ke atas, melirik jam dinding. Sudah pukul tiga sore. Sekiranya, aku menghabiskan waktu satu jam untuk membaca buku. Rumah sepi, Adit belum pulang. Di hari tertentu, seperti hari ini, selasa, Adit biasanya pulang pukul empat, sebab ia mengikuti sebuah eskul di sekolahnya.2734Please respect copyright.PENANAmHUHQasUre
2734Please respect copyright.PENANAxYoTNO6cDo
Semalam, Aku dan Dimas membahas perihal Pendidikan Adit. Bulan depan, ia sudah lulus. Adit sendiri memilih untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Tentu saja aku dan Dimas mensupport hal tersebut. Pendidikan anak tetap nomer satu.2734Please respect copyright.PENANAT5aSt1eZxp
2734Please respect copyright.PENANAyynuBB0Hbp
Dimas sedikit berbeda pendapat denganku. Aku sendiri ingin Adit masuk kuliah di kota ini. Sementara Dimas, menyuruhnya kuliah di Ibu Kota. Ya, apapun hasilnya yang penting dia kuliah.2734Please respect copyright.PENANAQ3g3uvC6Ig
2734Please respect copyright.PENANAtaO2OTOjdM
Aku kembali melihat jam dinding. Kemudian aku bangkit sambil meregangkan tangan, lalu menghela nafas secukupnya. Aku memutuskan untuk membuat kopi, caffein sangat ampuh untuk mencegah kantuk.2734Please respect copyright.PENANA8WIMoR85eB
2734Please respect copyright.PENANA8211S6GZ22
Aku berjalan menuju dapur. Mengambil kopi hitam di selorakan meja dan juga gelas kaca. Sambil memanaskan air, aku kembali teringat soal pernyataan Fajar malam itu. Emangnya siapa dia? bisa memerintahku seenaknya begitu? Aku cukup merasa jengkel terhadap sikapnya yang seperti itu. bisa-bisa-nya dia menyuruhku untuk datang kerumahnya.2734Please respect copyright.PENANAxqQt1hh7Vj
2734Please respect copyright.PENANAo44uMCTzzz
Gemercik air bergemuruh kecil, sigap aku mematikan kompor gas. Lalu menuangkan air panas ke gelas, tak lupa sendok ku taruh terlebih dahulu. Fisika dasar, sendok bisa menjadi penghantar panas. Jika langsung kutuangkan tanpa sendok, kemungkinan gelas akan retak.2734Please respect copyright.PENANAwueKvQAtJB
2734Please respect copyright.PENANA7WpHpp3q9o
Aku kembali ke sofa ruang tamu dengan kopi hitam di atas meja. Duduk takzim sambil sesekali menyesap kopi. Aku menyukai kopi sudah lama. aku hanya sekedar penikmat saja, untuk jenis-jenis kopi, aku tidak terlalu tahu.2734Please respect copyright.PENANAiwK51XzasG
2734Please respect copyright.PENANAAid8jyvcnE
Terdengar suara pintu terbuka. Adit tersenyum kepadaku dan beranjak mendekat.2734Please respect copyright.PENANAV6Geh4pahv
2734Please respect copyright.PENANAKgdQleAUU9
“Umi, laper,” kata Adit sambil duduk di sofa, berhadapan denganku.2734Please respect copyright.PENANAxCBZrN2bSE
2734Please respect copyright.PENANA5eHE7iz7Gg
“Umi udah masak ayam goreng, makan gih,” kataku.2734Please respect copyright.PENANAWw0Bu0CPpD
2734Please respect copyright.PENANAA0uBBEcpZT
Adit meletekan tasnya disampingnya. Wajahnya tampak kusam dan berminyak. “Fajar tadi ke sini, mi?” Tanya Adit.2734Please respect copyright.PENANA2PWcz8GwWS
2734Please respect copyright.PENANA0byYCtUsty
Aku menggelang.2734Please respect copyright.PENANAzHjpoRGV1n
2734Please respect copyright.PENANAOiMusyAvJz
“Dia gak sekolah tadi, tumben banget.”2734Please respect copyright.PENANAaL8OL0Nhgq
2734Please respect copyright.PENANAed3B0roCzz
Aku ber-oh saja. “Mungkin lagi demam.”2734Please respect copyright.PENANANeeOS98ZCW
2734Please respect copyright.PENANAFspEacwxrS
“Yaudah, mi. Adit mau makan dulu, laper.” Adit meraih tasnya kemudian berdiri.2734Please respect copyright.PENANAwLAWK3FWJh
2734Please respect copyright.PENANAFOB1LhOdJZ
“Ganti baju dulu, sayang,” kataku.2734Please respect copyright.PENANAajo9sV2zxH
2734Please respect copyright.PENANAiYlslsGmto
“Iya umiiii.” Adit melangkah menuju kamarnya,2734Please respect copyright.PENANAmudOLHv0AZ
2734Please respect copyright.PENANAUhuerTXvmI
Aku kembali menyesap kopi. Aku sebenarnya tahu alasan Fajar tidak sekolah, ia pasti menunggu kehadiranku di rumahnya. Ia menyangka bahwa aku akan datang, mengenaskan sekali jika ia berfikir seperti itu. Aku bukanlah perempuan murahan yang akan tunduk kepadanya. Lagian, aku sudah mempunyai keluarga. Jadi, apapun yang dia lakukan, pasti akan sia-sia. Pasti.
Bersambung
2734Please respect copyright.PENANAoj24MaHrbT