
#2 Perspektif2758Please respect copyright.PENANAS1k2pbvM0n
2758Please respect copyright.PENANA0TDR3SSVCF
Klakson-klakson kendaraan saling bersahutan. Aku memandang ke keluar jendela mobil. Kota Pekanbaru terlihat indah di malam hari. Di bahu jalan, muda-mudi saling berkasih di bawah cahaya lampu. Pedagang kaki lima menyebar di setiap tempat, membuat riuh ramai kebersamaan.2758Please respect copyright.PENANApcjERNwOt6
2758Please respect copyright.PENANARSPDGyIclM
Dimas fokus menyetir, sesekali ia bersenandung. Aku menoleh ke arahnya. “Abi gak ada kesibukan, kan?” tanyaku, memastikan. “Kalau sibuk kita putar balik aja.”2758Please respect copyright.PENANAcvkOXkCt1S
2758Please respect copyright.PENANAzVskosFE0J
Dimas menggeleng. “Engga, umi.” Pandangannya masih ke depan, fokus ke arah jalan.2758Please respect copyright.PENANAD9Jo4MFH8K
2758Please respect copyright.PENANA1g3jA8WGha
Aku tersenyum, lalu kembali memandang keluar jendela mobil. Jalanan ini mengingatkan ku tentang banyak hal. Dahulu, di tahun pertama aku menikah. Aku dan Dimas menyimpan banyak kenangan di pinggiran jalan. Dulu kami berdua tidak punya cukup uang untuk makan di restoran bintang lima, atau tempat megah lainnya. Alternatif yang kami pilih adalah angkringan di tepian jalan, dengan riuh orang-orang, aroma sate bakar, di tambah dengan berisik kendaraan lalu-lalang.2758Please respect copyright.PENANAOEPLBRGxKz
2758Please respect copyright.PENANAxySeaYcFEB
Aku rindu suasana itu. Sekarang, kami tidak punya cukup waktu untuk bernostalgia tentang masa-masa awal pernikahan. Tapi aku cukup bangga dengan suamiku. ia mempunyai daya juang yang cukup besar, sehingga kami bisa sampai pada titik ini, ya, walaupun tidak kaya-kaya banget.2758Please respect copyright.PENANA8DEhT8cg9Q
2758Please respect copyright.PENANA1PXWLU56Vh
Kami berhenti Di sebuah Gedung dengan halaman yang luas. Dimas memarkirkan mobil berdempetan dengan mobil lain. Aku dan Dimas segera membuka pintu mobil dan turun. Sejenak kupejamkan mataku, menikmati suasana.2758Please respect copyright.PENANAXiIQptVgli
2758Please respect copyright.PENANAyWGU8dfgWZ
Dimas melangkah terlebih dahulu. Sementara Aku melangkah pelan sambil memperhatikan sekitar. Di samping Gedung, banyak sekali stand makanan, minuman, dan lainnya. Di tambah dengan riuh pengunjung yang saling berdesakan. Bau-bau keringat saling berbaur menjadi satu. Terdengar juga suara tawa dari kejauhan. Bazar, memang selalu semegah ini.2758Please respect copyright.PENANAVHWsJ2OE2C
2758Please respect copyright.PENANAic7wpnjKPE
Dimas berhenti sebentar dan menoleh kebelakang. Ke arahku. Aku menyengir, pastilah ia menyuruhku untuk berjalan cepat. Buru-buru aku menghampirinya. Aku sendiri belum memutuskan mau berbelanja apa. Bazar ini tidak melulu perihal makanan atau minuman, beragam jenis terdapat di sini. Pakaian, perlengkapan sekolah anak, buku-buku bekas, dan lain-lain.2758Please respect copyright.PENANAkkHeZ5meiz
2758Please respect copyright.PENANANGmS08iNpI
Aku dan Dimas terus melangkah berdampingan sambil memutuskan mau berbelanja apa. Suasana ramai membuatku harus hati-hati berjalan, khawatir menabrak pengunjung lain. Aku memepetkan bahuku ke bahu Dimas. Dimas melirik-ku dan tersenyum, kemudian ia melingkarkan tangannya ke pundakku. Kami terus melangkah. Tak lama kemudian, Kami berhenti di sebuah stand minuman.2758Please respect copyright.PENANAIsai4kcZER
2758Please respect copyright.PENANAwtWGeRrU81
“Pop ice rasa mangga satu, sama rasa cokelat satu,” kata Dimas sambil menatap beragam rasa dari pop ice yang tergantung.2758Please respect copyright.PENANA8B4jCr92Q3
2758Please respect copyright.PENANANeJJ2gWCd3
Aku mengulum senyum. Dimas masih tahu perihal rasa kesukaanku, dan itu cukup untuk membuat pipiku merona.2758Please respect copyright.PENANABs8kMjqxIB
2758Please respect copyright.PENANAfx5uzPzaPV
Si penjual mengangguk. Dengan piawai ia memasukan bubuk pop ice dan juga es batu ke dalam blender. tak lupa ia tuangkan air sebagai perantara. Tak lama, ia jentikan jarinya ke tombol penghancur, sepersekian detik itu pula terdengar suara bentrokan es batu dan bubuk pop ice yang menyatu bersama air. Warung sebelah tak ingin kalah, suara letupan-letupan minyak membahana. Di tambah dengan riuh pengunjung yang berbelanja. Aku bisa merasakan lalu-lalang yang intens di belakangku. Dari remaja, pemuda, sampai orang tua. Semuanya membaur menjadi satu.2758Please respect copyright.PENANAP0XM8poslr
2758Please respect copyright.PENANAOqxwuFL9Cw
Si penjual menyodorkan dua cup pop ice yang di bungkus dengan plastik putih, tak lupa ia tersenyum ramah kepada kami berdua.2758Please respect copyright.PENANA6INUdyD892
2758Please respect copyright.PENANAOvuTB0v7m0
“Makasih.” Dimas meraih pop ice itu, lalu mengeluarkan dua lembar uang pas, dan menyodorkan kepada si penjual.2758Please respect copyright.PENANABv87pS6vmb
2758Please respect copyright.PENANAxQGFdpTPNU
Kami kembali melangkah, berdampingan. Aku menyesap pop ice dari sedotan, perpaduan manis coklat mendinginkan tenggorokanku. Sambil melangkah, kami mengobrol sedikit perihal akan membeli apa lagi.2758Please respect copyright.PENANA0cpQ42v7wo
2758Please respect copyright.PENANAGbJ0gXpsZO
“Mau ke tempat Fajar, mi?” Dimas melirik kiri-kanan.2758Please respect copyright.PENANARIjgkBRW1K
2758Please respect copyright.PENANA10hSfhz1c4
Aku mendongak ke arahnya. “Fajar buka stand, bi?”2758Please respect copyright.PENANAGnnJwamNZH
2758Please respect copyright.PENANAwL4h5874lS
“Dia jaga stand buku.”.2758Please respect copyright.PENANApCxfGn5XBL
2758Please respect copyright.PENANATk5u4fazN3
Aku mengangguk. Sudah tiga hari lamanya aku tidak bertemu sahabat anakku itu. Dimas menggenggam tanganku. Hangat. Aku tersenyum sambil membalas genggaman tangannya. lalu Kami menuju stand Fajar sambil berpegangan tangan layaknya pengantin baru.2758Please respect copyright.PENANAiBEsAulH1Q
2758Please respect copyright.PENANAYMpqyXTLGW
Dari kejauhan, aku bisa melihat sosok remaja tinggi yang tak lain adalah Fajar. Stand bukunya lumayan ramai, ia terlihat sibuk melayani pembeli. Tak sabaran, aku mempercepat langkah. Membuat Dimas harus menyamakan langkahnya dengan langkahku.2758Please respect copyright.PENANAZtvk3tghBS
2758Please respect copyright.PENANAOypqYOduvT
Tibanya di stand buku Fajar, aku memanggilnya dengan riang. “tante baru tahu kamu jaga stand buku, lho.” Aku melirik ke bawah, tumpukan-tumpukan buku berjejer rapi di atas meja. Kemudian aku melirik ke kanan, di rak kecil terdapat beragam buku juga. Di samping kanan pun sama.2758Please respect copyright.PENANAYoKKzXhlls
2758Please respect copyright.PENANALF1hhQqY9b
Fajar berdiri menyambut kehadiran kami. Ia melirikku dan Dimas bergantian. “Om-tante. Mau beli buku?”2758Please respect copyright.PENANAl5DXuJRqwN
2758Please respect copyright.PENANAtbz4hKowoZ
Dimas memperhatikan tumpukan buku di meja. ia mengangguk-angguk. Lalu menunjuk salah satu buku. “Jar, om beli yang ini.”2758Please respect copyright.PENANAYhNU6VRu7R
2758Please respect copyright.PENANAPi4C8vgiGW
Sigap Fajar meraih buku itu, dan mengemasnya ke dalam plastik merah. Dimas merogoh dompet dan menyodorkan satu lembar uang.2758Please respect copyright.PENANASgSl7JIbEU
2758Please respect copyright.PENANAWKJPPN0fUU
“Gratis, om.” Tolak Fajar.2758Please respect copyright.PENANA4upyuATiSy
2758Please respect copyright.PENANAN0ZXjhTRq2
Dimas tersenyum. “Udah, ambil aja.” Tangannya masih terangkat.2758Please respect copyright.PENANA1zIUBIQV9M
2758Please respect copyright.PENANAKR6L9nxG1G
Fajar meletakan kantung kresek itu di atas tumpukan buku. Dimas menggeleng, menurunkan tangannya, lalu meraih kantung kresek di meja. “Makasih, ya, Jar.”2758Please respect copyright.PENANApMSDcc7aHE
2758Please respect copyright.PENANAMBZLYFMx9c
Fajar menggangguk. Aku hanya memperhatikan mereka sedari tadi. Sesekali aku melirik Fajar, begitupun Fajar. Kami seperti saling mencuri-curi pandang.2758Please respect copyright.PENANAcIgqli4S26
2758Please respect copyright.PENANAP60KVhxCuL
“Tunggu bentar, Mi.” Aku menoleh ke arah Dimas. Ia merogoh ponselnya, kemudian beranjak menuju tempat sepi. Aku membiarkannya saja, barangkali ada telepon penting.2758Please respect copyright.PENANA92bq2iHksC
2758Please respect copyright.PENANACgR1PxdFLg
Fajar memindahkan bangku di belakangnya ke samping bangkunya. Sambil tersenyum ia mempersilahkanku duduk. Aku melangkah melewati cela kecil di samping kanan, dan duduk di sebelahnya. Duduk berdua dengannya membuat degup jantungku berdetak cepat, tidak seperti biasanya.2758Please respect copyright.PENANAAQibpVoXHV
2758Please respect copyright.PENANAWyWktcs32A
Jejak kaki terdengar ribut seperti angin topan yang melanda desa. Di tambah dengan lalu-lalang orang-orang di hadapanku. Tapi, yang membuatku betah adalah aroma harum kertas yang menyeruak cuping hidungku.2758Please respect copyright.PENANA1I8ruQY2Hc
2758Please respect copyright.PENANAEuTHCSsXkc
Seorang lelaki menghampiri Stand tempat aku berada. Fajar berdiri dan tersenyum kepadanya. Lelaki itu melirikku sekilas. Ia berbisik kepada Fajar. “Pacarmu, Jar?” Walaupun bisik itu kecil dan suara pengunjung lain begitu riuh, tapi aku masih bisa mendengarnya.2758Please respect copyright.PENANAtOmrA9yBVK
2758Please respect copyright.PENANAxgKir2czpR
“Istri saya,” Fajar balas berbisik. Sekilas ia melihat ke arahku.2758Please respect copyright.PENANARWZsnxsFVZ
2758Please respect copyright.PENANAwjJWCqU6y6
Aku menelan ludah. Anehnya aku tidak marah dan justru merasa senang. Aku tidak tahu kenapa. Lelaki itu tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.2758Please respect copyright.PENANAT60vAhVzUX
2758Please respect copyright.PENANAG2iNqTKYxO
Setelah melayaninya, Fajar lekas duduk di sampingku. Aku menatapnya dengan tajam. “Tante denger, lho.” Aku menyilangkan kedua tanganku di depan dada.2758Please respect copyright.PENANA7yFWsfqKAX
2758Please respect copyright.PENANAkHS32IPJYt
Fajar terlihat gelagapan. “Emang Fajar bilang apa tadi, Tan?”2758Please respect copyright.PENANAYn1NmIaUIz
2758Please respect copyright.PENANAUTkeYnRBtb
“Kamu bilang Tante istri kamu.” Aku mengernyitkan wajah memasang ekspresi garang.2758Please respect copyright.PENANA1qixvOn7D2
2758Please respect copyright.PENANAVJ6h3WxmFw
“Tante salah dengar kali.” Fajar bertahan, matanya lekat memandang lalu lalang orang. Ia terlihat gugup, seperti maling yang keciduk. Belum sempat aku menginterogasinya lebih lanjut. Dimas terlebih dahulu datang.2758Please respect copyright.PENANAFJ5yKISbcE
2758Please respect copyright.PENANA7liGZzUpbq
“Mi, abi ada urusan mendadak.” Dimas meringis sambil menggaruk hidungnya.2758Please respect copyright.PENANAEAi6g6iDUU
2758Please respect copyright.PENANAJcpgIGECJI
Aku menghela nafas. “Jadi, mau pulang?” aku berkata dengan wajah cemberut.2758Please respect copyright.PENANA12K6UAR4VH
2758Please respect copyright.PENANAObhCpN6bvO
Dimas berdehem sebentar. Ia melirik Fajar sekilas. “Jar, nanti kamu bisa anter tante pulang? Om ada urusan.”2758Please respect copyright.PENANAn8SPkaNkb7
2758Please respect copyright.PENANAyjf6tDRWBA
Aku menoleh ke Fajar. Menunggu jawabannya.2758Please respect copyright.PENANAJ0DLOiOdHH
2758Please respect copyright.PENANAmFYoALQ5Ir
“Dengan senang hati, om,” Jawab fajar sambil berdiri, lalu menunduk sopan.2758Please respect copyright.PENANA8Mej7fSWEM
2758Please respect copyright.PENANAHNRO0tfquo
Dimas melirikku. “kalau umi masih mau di sini, nanti pulangnya sama Fajar, ya? Abi gak bisa lama-lama. Maaf ya, mi.”2758Please respect copyright.PENANA3ywoomqjfm
2758Please respect copyright.PENANAPB85ZTPMp8
Aku mengangguk tidak rela, tapi mau tak tamu aku harus membiarkan suamiku yang super sibuk itu kembali berkutat dengan pekerjaannya.2758Please respect copyright.PENANAzecrbgDD2a
2758Please respect copyright.PENANA1DJy5OOdHU
Aku dan Fajar kembali ke dalam obrolan. Menit berlalu. Obrolan kami semakin intens. Obrolan kami kadang terhenti sejenak, Sebab Fajar haris melayani pembeli. Lalu kami jatuh dalam obrolan lagi. Menit ganjil menjelma genap. Obrolan semakin serius. Deru kaki pengunjung lain mulai mereda.2758Please respect copyright.PENANAVN012Mwp8s
2758Please respect copyright.PENANA8oaq7bJlHv
“Kamu rencananya mau lanjut kuliah atau kerja, Jar?” tanyaku, menoleh ke arahnya.2758Please respect copyright.PENANA10MIBZ11Ji
2758Please respect copyright.PENANAzsmZ8OOU3D
ia tersenyum. Sebuah senyum yang jika aku lihat dengan dalam, memancarkan sebuah kesedihan. “Fajar gak lanjut, Tan.”2758Please respect copyright.PENANAM9IjnyNobR
2758Please respect copyright.PENANA19i2C8DuQy
Aku menyedot pop iceku. “Sayang banget, sih, Jar. Kamu tuh anaknya rajin, lho,” kataku. Jujur saja, menurutku pribadi, Fajar sangatlah pintar. Ia bisa beradaptasi dalam kondisi apapun.2758Please respect copyright.PENANAmOCDayZByf
2758Please respect copyright.PENANAmt60DTIVbI
“Fajar juga maunya gitu, Tan. Pengen kaya teman-teman yang lain. Tapi, mau gimana lagi?” ia tertawa, getir. Kemudian melanjutkan, “terkadang, keadaan membuat seseorang mati langkah.” Ada racikan duka yang kurasakan di setiap kalimatnya. ia berkata lagi. “Sebagian orang terlahir beruntung. Sebagian lagi, hanya menghiasi mereka yang beruntung,” ia terkekeh, getir.2758Please respect copyright.PENANAESkpJTLNGs
2758Please respect copyright.PENANApPtbwo7fI9
Akhirnya aku bersuara. “Menurut tante, setiap orang beruntung, kok. Ya, kalau belum beruntung berarti coba lagi.”.2758Please respect copyright.PENANAN1QjHorYZB
2758Please respect copyright.PENANAwF9roKRv8r
Hening sejenak. Derup langkah tidak terdengar lagi. Pengunjung kian menyepi. Hembusan angin menerpa wajahku, wajahnya, dan setumpuk buku. Fajar berdiri, menoleh ke arahku.2758Please respect copyright.PENANAZXmCtjodDo
2758Please respect copyright.PENANANUWklYJryh
“Udah sepi, tan. Waktunya tutup,” katanya. “Tante gak masalah, kan, kalau bantuin Fajar berkemas?”2758Please respect copyright.PENANAt5tPVgB7ML
2758Please respect copyright.PENANASGHbDwiXX9
Aku ikutan berdiri. tersenyum kepadanya. “Dengan senang hati,” kataku, riang.2758Please respect copyright.PENANAMm5jLQs6yl
2758Please respect copyright.PENANAsm8l66zuwo
***2758Please respect copyright.PENANA2PdTadHPew
2758Please respect copyright.PENANAuAmZ855H7z
Kami berdua berjalan bersampingan, menuju sepeda motor Fajar yang terletak di belakang Gedung. Hening malam seperti ini teramat kusukai. Jauh dari berisik kendaraan. Angin berhembus kencang di kemalaman, Bangku-bangku di depan setiap Stand sudah sunyi tak berpenghuni.2758Please respect copyright.PENANAHC7Z6nIaaJ
2758Please respect copyright.PENANAm1BWM78jtx
“Pernah naik motor, Tan?” Tanya Fajar sesampainya kami di depan motornya.2758Please respect copyright.PENANAxwqVGcduPu
2758Please respect copyright.PENANAl3LKhBo55t
“Waktu kuliah, tante sering naik motor, kok.” Jawabku.2758Please respect copyright.PENANA2d74qZF7vO
2758Please respect copyright.PENANAjemoEXeb5K
Fajar menyodorkan helmnya kepadaku. Aku menatapnya heran. “Kamu aja yang pakai. Kan kamu yang bonceng.”2758Please respect copyright.PENANA9W2ddexFvm
2758Please respect copyright.PENANApiEfGaHPPe
Fajar tersenyum, kemudian mendekat ke arahku. Aku tercekat. Jarak kami dekat. sangat dekat. Ia mengangkat kedua tangannya dan memasangkan helm di kepalaku. Degup jantungku seakan mau melompat keluar. Bau keringatnya menyeruak cuping hidungku. Aku menelan ludah. Sudah lama aku tidak pernah diperlakukan seromantis ini.2758Please respect copyright.PENANAAfvcmBscmV
2758Please respect copyright.PENANA7s7paL9GXv
“Pakai, ya, tan.” Fajar membungkuk sedikit. Mensejajarkan wajahnya dengan wajahku. Wajah kami terlalu dekat. aku bisa merasakan hembusan nafasnya.2758Please respect copyright.PENANARKDVnpgHmL
2758Please respect copyright.PENANA7FDgbSlSH7
“Debaran jantung tante kedengaran, lho.” Fajar mengedipkan mata. Aku bisa merasakan pipiku memanas. Fajar berkata lagi. “Pipinya juga merah.” Ia mengulum senyum.2758Please respect copyright.PENANAHenOpnyGJa
2758Please respect copyright.PENANAbPbj583mc9
Aku menunduk menyembunyikan semburat rona di wajahku. Tak ada satupun kata yang mampu keluar dari mulutku.2758Please respect copyright.PENANA01b43ENEIj
2758Please respect copyright.PENANAKvqTq3qvO7
“Ayo tan.” Fajar sudah siap di atas motor. “Jangan salting mulu.” Ia kembali menggodaku. Dengan pipi yang masih merona, aku menaiki motornya.2758Please respect copyright.PENANAzPLuCJ6AuA
2758Please respect copyright.PENANABzcXp9ShXr
“Duduknya jangan jauhan, nanti jatuh, lho,” Fajar menoleh sekilas ke belakang.2758Please respect copyright.PENANA5AdAmNunUC
2758Please respect copyright.PENANA0KjRrmR3TA
Aku memukul pelan punggungnya. “Nyebelin!”2758Please respect copyright.PENANA1O7kYBZBnS
2758Please respect copyright.PENANAlydU4uBeyW
Fajar malah terkekeh. Aku meletakan tanganku di depan dada, menjadi penyangga antara dadaku dan punggungnya. Ia memacu gas, perlahan kami menembus udara malam.2758Please respect copyright.PENANA04oSE60eH9
2758Please respect copyright.PENANAQRjxmnAXlo
Di spion motor, aku bisa melihat senyumnya. Sebuah senyum yang membuatku malah ikut tersenyum. Berisik knalpot motor di depan dan belakang kami, seakan menjadi pengiring musik perjalanan.2758Please respect copyright.PENANABiYLGuGFt1
2758Please respect copyright.PENANAD4hymrB3tS
Aku berpaling kanan-kiri, hotel-hotel menjulang tinggi. Bunyi-bunyi klakson saling bersahutan tak mau mengalah. Warung bakso, nasi padang, mie ayam, terlihat ramai. Gerombolan remaja berjalan di bahu jalan, saling tertawa.2758Please respect copyright.PENANAsVq8hIhi73
2758Please respect copyright.PENANA80R38PdCQC
Aku menatap wajahnya dari spion, tak di sangka, ia malah melirik ke spion dan tersenyum. Sepersekian detik, aku memalingkan wajahku, kembali menatap jalanan. Remaja itu selalu membuatku tersipu dan salah tingkah. Entah kenapa.2758Please respect copyright.PENANAJbJMlvukeA
2758Please respect copyright.PENANAvFInJxwuX8
***2758Please respect copyright.PENANAgeunvCfP8g
2758Please respect copyright.PENANAJ1KF30BIYq
Kami tiba di rumah. Aku turun dari motor. Melepas helm dan mengembalikan kepada Fajar.2758Please respect copyright.PENANAQK7VGEzWI9
2758Please respect copyright.PENANA5ilIz5DLQq
“Mau mampir dulu, Jar?” Tawarku.2758Please respect copyright.PENANAsuHLdPwVoW
2758Please respect copyright.PENANAXFGABr4GVk
Sambil mengenakan helmnya, Fajar menyahut, “Besok aja, deh, Tan. Mau pulang dulu, capek.”2758Please respect copyright.PENANAZmDVRIERAp
2758Please respect copyright.PENANAwtGprHPJ2v
Aku membalas senyumnya. “Hati-hati, jangan ngebut.”2758Please respect copyright.PENANAmEGK5vmgsl
2758Please respect copyright.PENANAkklHQ83moZ
Fajar mengangguk, melambaikan tangan. “Pulang dulu ya, tan.” Fajar meliuk-kan motornya. Sebelum ia menancap gas, ia menoleh kebelakang, lalu membuka kaca helm.2758Please respect copyright.PENANAbkkcgPuzIu
2758Please respect copyright.PENANAQNnT9FrPA8
“Oh, iya, tan. Perihal bisik-bisik tadi. Fajar bilang sama teman Fajar, kalau tante istri Fajar.” Fajar berkata dengan lugas. Aku tergagap. Fajar melanjutkan. “Fajar tahu, kok, tante udah tahu.” Ia mengedipkan matanya.2758Please respect copyright.PENANA9nqcWU0Gdx
2758Please respect copyright.PENANAfXWdoyIej2
Untuk yang tidak tahu keberapa kalinya pipiku kembali memanas. Dan desir itu kembali datang, lagi dan lagi. Dua detik kemudian, terdengar suara knalpot motornya. Ia menancap gas, keluar dari pekarangan rumah, lalu menghilangkan dari pandanganku.2758Please respect copyright.PENANAX2ff9Yphw4
2758Please respect copyright.PENANApUJRY447Aa
Aku berbalik dan melangkah menuju pintu dengan wajah yang kian merona. Tak bisa dipungkiri, bahwa aku sangat menikmati kebersamaan bersama Fajar. Ada sebuah gejolak dalam jiwaku yang meletup ketika Remaja itu menggodaku. Sedetik kemudian aku tersadar, lantas aku menggelengkan kepala. Engga, engga boleh.2758Please respect copyright.PENANAMLl5kIzRiV
2758Please respect copyright.PENANAAFVGBfmHhM
Tiba aku di ruang tamu. Aku memperhatikan Adit, anakku, yang sedang duduk di sofa sambil bermain ponsel. Lekas aku menghampirinya, lalu duduk di sampingnya.2758Please respect copyright.PENANA3WKAmDcRby
2758Please respect copyright.PENANAHTh98zTUz3
“Abi udah pulang?” tanyaku kepadanya.2758Please respect copyright.PENANAgNGjA7NGZm
2758Please respect copyright.PENANAmztINLyprA
“Belum, mi.” Adit menjawab singkat, matanya masih fokus ke layar ponsel.2758Please respect copyright.PENANALy5a1EFbJT
2758Please respect copyright.PENANAb80oIjznP2
Aku menghela nafas. “Adit, kalau umi ngomong, bisa gak stop main hp?”2758Please respect copyright.PENANAdrXpsJCTbY
2758Please respect copyright.PENANAiBlZbmvAHf
Dengan raut wajah muram, Adit meletakan ponsel di atasnya meja. “Iya, mi, iya. Maaf, Adit salah.”2758Please respect copyright.PENANAP2X7Zofwee
2758Please respect copyright.PENANAoZ2W5FqdZG
Aku malah terkekeh. Melihatnya seperti itu membuatku tergelitik.2758Please respect copyright.PENANAOy6wr648X1
2758Please respect copyright.PENANAhvmzbMx1LU
Adit merubah posisi duduknya menghadapku. Wajahnya terlihat antusias. “Umi mau tau gak?”2758Please respect copyright.PENANA0NJW8AFoNK
2758Please respect copyright.PENANASlEyqzebuZ
Aku mengernyit heran. “Gimana umi mau tahu. Kamu belum ngomong apa-apa.”2758Please respect copyright.PENANAkxMQjEdOJS
2758Please respect copyright.PENANAGXntV14zfg
Adit tertawa ringan. Matanya sedikit membesar, seakan ingin menyampaikan sebuah berita penting. “Barusan pacar Fajar, chat Adit, katanya dia lihat Fajar bonceng cewek.”2758Please respect copyright.PENANAPENysZhPqa
2758Please respect copyright.PENANAUggvsMH4Ol
Aku membenarkan posisiku. Entah kenapa aku malah tertarik. “Terus?”2758Please respect copyright.PENANA8xe6DIQYlU
2758Please respect copyright.PENANAVpOShBDABO
Adit melanjutkan. “Fajar selingkuh Umi. Adit gak habis fikir sama Fajar.” Adit menepuk jidatnya.2758Please respect copyright.PENANAzVaYH8b0zm
2758Please respect copyright.PENANAEJMuSBYdzf
Aku tertawa sambil memegang perutku. Anakku malah bingung. Aku mengambil nafas sejenak. “Bilang sama pacarnya Si Fajar, yang dibonceng Fajar, itu Umi.”2758Please respect copyright.PENANAh8xYpcVxva
2758Please respect copyright.PENANAdkgYZLXUq8
Giliran Adit yang tertawa. “Udah Adit duga.” Adit menggelengkan kepala, Kemudian ia meraih ponselnya. Aku menggeser tubuhku bersentuhan dengan bahu anakku.2758Please respect copyright.PENANAbpkDCKmqhp
2758Please respect copyright.PENANAQoql897uXZ
“Kamu chatingan sama pacarnya Fajar?” tanyaku fokus menatap layar ponsel Adit.2758Please respect copyright.PENANAoJkqCC5lLE
2758Please respect copyright.PENANA045zd8xEkZ
Adit menarik ponselnya menjauh dariku. “Ih, umi, kepo banget urusan anak muda.”2758Please respect copyright.PENANApex2xPy6Jl
2758Please respect copyright.PENANAPREe0JgMGh
“Umi penasaran doang,” kataku.2758Please respect copyright.PENANAMAxNQuagIm
2758Please respect copyright.PENANAL7zOk4S3dB
“Kan umi yang nyuruh Adit buat bilang sama pacarnya Fajar.”2758Please respect copyright.PENANANuOi2e1utJ
2758Please respect copyright.PENANAQaeL8agNKK
Entah kenapa, ada sebuah tusukan kecil dalam hatiku. yang membuatku merasa gundah. Apakah itu cemburu? Aku tidak tahu.2758Please respect copyright.PENANAuzd92MayQX
2758Please respect copyright.PENANA0To4L4ViiG
Kemudian, Aku bergeser empat jengkal menjauh dari anakku. Memberi ruang privasi kepadanya. Fajar sudah punya pacar, ternyata. Mengetahui kenyataan itu membuatku sedikit merana. Terus kenapa dia memperlakukanku dengan romantis begitu? tapi, yang lebih anehnya, kenapa aku harus marah? Aku bersikap seolah-seolah sedang jatuh cinta kepadanya. Lantas aku menggeleng-geleng. Engga, Engga boleh. Aku udah punya suami.2758Please respect copyright.PENANA63gVvboqDd
2758Please respect copyright.PENANA5cP8colvdh
“Umi kenapa?” Adit menatapku heran.2758Please respect copyright.PENANAiRwb1Acs8Z
2758Please respect copyright.PENANANxVh9z9O7t
Aku memasang wajah galak, berpura-pura. “Umi lagi kesal sama abi!” aku malah menyalahkan suamiku, padahal yang membuatku kesal adalah sahabat dari anakku sendiri.2758Please respect copyright.PENANAXB5cdlcrH0
2758Please respect copyright.PENANA4ctdEiwfGe
Adit hanya terkekeh, kembali menatap layar ponsel. Aku berkata lagi, sedikit galak, “Awas aja kalau kamu ketahuan sama umi kalau pacaran.”2758Please respect copyright.PENANAsPL1zFNJfM
2758Please respect copyright.PENANAsuHOS6RlvB
Adit menoleh. “Iya umiku yang paling cantik.”2758Please respect copyright.PENANAnP7NAnlRy4
2758Please respect copyright.PENANAAFrBfmwLAi
Aku tersenyum lebar, lalu mengusap kepalanya lembut. “Itu baru anak umi.”2758Please respect copyright.PENANA5KedUxLsf6
2758Please respect copyright.PENANAP9Y5TwmM3o
Sebenarnya, aku bukan tidak menyuruh Adit berpacaran, atau dekat dengan perempuan. Aku sendiri akan mengiyakan jika dia sudah bisa memilih keputusan dengan baik. Bukan juga aku menormalisasikan perzinahan. Aku tidak ingin mengekang kebebasannya. Yang aku bisa, hanya menasehatinya, dan menjauhkannya dari larangan-Nya.2758Please respect copyright.PENANAq6dlWDroh0
2758Please respect copyright.PENANAfRWtHnHLQ7
***2758Please respect copyright.PENANAaG9FMuJ0iJ
2758Please respect copyright.PENANABeTDF9nOM2
Aku berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit kamar. Entah kenapa pikiranku masih berkecamuk perihal Fajar. Ada yang menjanggal di benakku.2758Please respect copyright.PENANAeWGpqBXelw
2758Please respect copyright.PENANADyUjEDO1kB
Aku menoleh ke samping, wajah Dimas terlihat terlelap. Entah kenapa ada racikan bersalah ketika aku melihat wajahnya. Bisa-bisanya aku memikirkan pria lain sementara dia berada di sampingku. Bukankah itu adalah perbuatan dosa? entahlah, hanya tuhan yang tahu.2758Please respect copyright.PENANAlKpNHyv4mT
2758Please respect copyright.PENANApLnYtVn7uh
Sayup-sayup suara terdengar berisik. itu pastilah anakku yang sedang bermain console game tengah malam begini. Jika sudah begini, aku harus turun tangan. Mana pula besok ia harus sekolah. Aku beranjak berdiri, melangkah menuju pintu kamar.2758Please respect copyright.PENANAAnvVvhXdtf
2758Please respect copyright.PENANAFztbrFe4Kk
Sayu suara itu saling bersahutan. Selintas aku berfikit, jangan-jangan itu Fajar? Tapi, bukankah ia berkata ingin pulang? Untuk memastikan, aku melangkah cepat menuju kamar anakku.2758Please respect copyright.PENANAZUTrWGlfXh
2758Please respect copyright.PENANAWIpC8JlBBC
Tebakanku benar, Adit dan Fajar sedang asik bermain console game.2758Please respect copyright.PENANA9sHDCPXueD
2758Please respect copyright.PENANADqN0GpgMLk
“Udah malem, gak ada puas-puas-nya main game.” Aku berdiri di tengah pintu, menatap tajam mereka bergantian.2758Please respect copyright.PENANAQhKtxQCBWD
2758Please respect copyright.PENANAQ9evhHmvvQ
“Lo sih Jar berisik.” Adit menoyor pelan baju fajar.2758Please respect copyright.PENANA7UpGHBtsHd
2758Please respect copyright.PENANAGYNgKb2k1S
Fajar menatapku lekat. Aku memalingkan wajah, tak kuat akan tatapannya. “Kalian lekas tidur, besok sekolah.” Aku berkata sambil memalingkan wajah.2758Please respect copyright.PENANANjnxz7lLi0
2758Please respect copyright.PENANApedRO6irsI
Adit mendengus, beranjak bangkit dan berbaring di ranjang. Sementara fajar mendekat ke arahku. Otomatis aku mundur satu langkah, mempersilahkannya. Sekilas, ketika ia melewatiku, ia melirikku dengan senyum simpul. Yang aku tak paham maksudnya. Bagai tersihir aku mengekor di belakangnya, sementara pintur kamar anakku, kubiarkan terbuka.2758Please respect copyright.PENANAPFAjwoN7EE
2758Please respect copyright.PENANAiADAwZQOLF
Fajar berhenti di ruang tamu dan duduk di sofa. Ia mendongak menatapku. “Kenapa tan?”2758Please respect copyright.PENANAop3QrjQIsw
2758Please respect copyright.PENANA0qclFjGcl4
Aku tergagap. “Susah tidur,” jawabku sedikit kikuk.2758Please respect copyright.PENANAP1Bz01yRFq
2758Please respect copyright.PENANAayv08q7cKC
Fajar hanya ber-oh saja. Aku duduk di sofa, berhadapannya dengannya. Hening menyapa. Fajar merogoh kantung celananya, mengeluarkan sebatang rokok lalu membakarnya.2758Please respect copyright.PENANAyjFjHcn1ER
2758Please respect copyright.PENANAzlNiUMh6xc
“Tante baru tahu kalau kamu merokok,” kataku memecah hening di antara kami.2758Please respect copyright.PENANAE1aOBBgblp
2758Please respect copyright.PENANAQkta4bQ91L
Fajar mengepulkan asap. “Jarang, kok, tan. Palingan kalau pengen aja.”2758Please respect copyright.PENANAGndNI3kNIw
2758Please respect copyright.PENANAdaqyw5EpnN
Aku mengangguk. “Oh, iya. Tadi ada kejadian lucu tauk.” Aku terkekeh. “Waktu kamu bonceng tante, pacar kamu ngira, kalau tante selingkuhanmu.”2758Please respect copyright.PENANANPlJEqAiT0
2758Please respect copyright.PENANAGXyXxenYcV
“Adit udah cerita, tan,” Fajar berkata singkat. Kemudian ia berdiri, beranjak duduk di sampingku.2758Please respect copyright.PENANAluOA1YrlbH
2758Please respect copyright.PENANAz41EaBWtzC
Aku menelan ludah dan bergeser sedikit.2758Please respect copyright.PENANA2zmLqqpkJK
2758Please respect copyright.PENANAZ0uZmkQCmo
“Tante cemburu?” dia menoleh.2758Please respect copyright.PENANAn9KqsPzbgw
2758Please respect copyright.PENANA7qsMsDAVmh
Aku menggelengkan wajah, tak berani aku menoleh dan menatapnya.2758Please respect copyright.PENANAgO6ZzCSKwT
2758Please respect copyright.PENANAcok1yOjENx
Fajar bergeser semakin dekat. Aku kembali menelan ludah. Semuanya terasa hening, suara detik jam terasa melengking. Ia kemudian mengendus area ketiakku. Entah kenapa aku membiarkannya, padahal perbuatan itu tidak pantas.2758Please respect copyright.PENANAfJoNhWtI7P
2758Please respect copyright.PENANAOIndQiWtiM
“Tante bau ketek.” Ia bergeser agak menjauh.2758Please respect copyright.PENANAaLtaXxOSF8
2758Please respect copyright.PENANANKn9hm2dq9
Sontak aku menatapnya tajam. “Tante udah mandi!” Aku berkata ketus.2758Please respect copyright.PENANAdr2a5XVETL
2758Please respect copyright.PENANA2HbVHwwFqy
Fajar malah terkekeh. Ia kembali mendekat ke arahku. “Lagian tante di tanya diem doang. Kaya ngomong sama tembok.”2758Please respect copyright.PENANAanoelynbxM
2758Please respect copyright.PENANAx9ALAMuIoI
Aku menyahut. “Lagian pertanyanmu aneh!” Aku memalingkan wajah, sebal.2758Please respect copyright.PENANATv56JXdCne
2758Please respect copyright.PENANAW49kc2lPvo
“Aneh atau memang iya?” Fajar terus mencecer. “Tante juga gak nolak waktu aku endus ketiaknya.”2758Please respect copyright.PENANAu0php4fBzZ
2758Please respect copyright.PENANAqxLcGTajwB
“Jangan aneh-aneh, deh, Jar.” Aku berkata dengan nada sedikit tinggi. Bagaimanapun juga, ia sudah melampaui batas. Dan Jujur saja, aku tidak ingin terlampau jauh.2758Please respect copyright.PENANAuRr930b4fU
2758Please respect copyright.PENANAdJbDaHloNo
Fajar tak menghiraukan. Dia malah menggodaku lagi. “Bau ketiak tante enak lho. Fajar suka. Harum.”2758Please respect copyright.PENANAfIED1A79sR
2758Please respect copyright.PENANAV9DBAFEnLs
Aku merasa terhina atas perkataanya barusan, tapi entah kenapa aku masih ingin terus berbincang dengannya. Tapi, aku tidak mau obrolan kami mengarah ke hal tabu.2758Please respect copyright.PENANADJMnEM37KB
2758Please respect copyright.PENANAPVjfmbgALy
“Bahas yang lain, Jar. Tante gak suka bahas hal kaya gitu.” Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.2758Please respect copyright.PENANAQAYngE6osw
2758Please respect copyright.PENANAde16hL8vIH
Fajar masih kekeuh. Kali ini ia semakin berani. Dengan lembut ia mengusap kepalaku bagai seorang ibu mengusap kepala anaknya. Lagi-lagi aku tak menolak, pun marah. Desir hangat itu kembali lagi, membelengguku dalam dosa yang aku sadari.2758Please respect copyright.PENANAiRp5cXvT5B
2758Please respect copyright.PENANAnU5JC7paRY
Fajar menarik daguku menghadapnya. Mata kami bertemu. Bagai berada di kutub utara, aku seketika membeku. Perlahan ku rasakan jemarinya berjalan lembut di pipiku, lalu menuju keningku. Aku hanya diam, membiarkan jemarinya menyelusuri seluk-beluk wajahku. Desir darahku bergejolak ketika jemarinya menapak jejak di bibirku. perlahan ia usap halus bibirku dengan jemarinya.2758Please respect copyright.PENANALHMUfjQzhx
2758Please respect copyright.PENANAOSQEWyC9j8
Entah kenapa, sentuhan lembut jemarinya di bibirku membuatku memejamkan mata. Tiba-tiba terdengar suara tertawa. Aku membuka mata, menatap bingung Fajar yang terkekeh.2758Please respect copyright.PENANAHGfLUM4W6q
2758Please respect copyright.PENANAmFE3gXxKEL
“Tante minta di cium?” Fajar bertanya dengan wajah gembira.2758Please respect copyright.PENANAOgP2uUkBri
2758Please respect copyright.PENANAqu2p8BALaF
Aku menatapnya kesal. Ia seolah-olah mempermainkan perasaanku, dan itu sangat mejengkelkan sekali. Lekas aku berdiri. Fajar menarik tanganku, membuatku kembali duduk.2758Please respect copyright.PENANAVTSixfaNZ3
2758Please respect copyright.PENANAmVMiGD2JWO
Ia mendekat. Jantungku berdegup kencang. Lagi-lagi aku memejamkan mata, seakan rela jika ia mencumbu bibirku. Fajar malah berbisik, deruh nafasnya bisa kurasakan saking bibirnya dengan dengan telingaku.2758Please respect copyright.PENANA4yKpgCC1jp
2758Please respect copyright.PENANAjqAYWoXWMV
“Besok pagi kerumahku, Tan.” Seketika aku merinding mendengarnya. Kerumahnya? Kenapa? Untuk apa?2758Please respect copyright.PENANAzzfI3FhNom
2758Please respect copyright.PENANAbFBuaDhB41
Belum sempat aku bertanya, ia lekas beranjak berdiri sambil tersenyum kepadaku. Aku menatapnya penuh tanda tanya. Fajar malah berbalik, melangkah menujur kamar anakku.2758Please respect copyright.PENANAxBLLjNvqom
2758Please respect copyright.PENANAXbO1axJTZt
Pada sebuah cela kesadaraan, aku menyadari sesuatu. Bahwa aku jatuh cinta kepadanya, kepada sahabat anakku sendiri. Aku menghela nafas, dalam. Kamu gak boleh melanjutkan ini lagi. Laras, kamu harus sadar, kamu udah bersuami sekaligus ibu rumah tangga. Laras, kamu bisa. Ini semua dosa.2758Please respect copyright.PENANAvJA087iO6l
2758Please respect copyright.PENANATP618IJgZm
***2758Please respect copyright.PENANA2VN0mBFgX4
2758Please respect copyright.PENANAdGK36j6Ja3
“Mati kau mati, kau akan terlahir berkali-kali”.2758Please respect copyright.PENANAbovNVvX2Yb
2758Please respect copyright.PENANALiCOlG5hIn
Sebuah kutipan yang aku ambil dari sebuah novel yang barusan aku baca. Aku memang kerap mengisi waktu soreku dengan membaca. Sejak dahulu, Ralat, lebih tepatnya sejak kecil, aku memang hobi membaca. Kebiasaan tersebut terbawa sampai sekarang.2758Please respect copyright.PENANAPkRnSyIjsj
2758Please respect copyright.PENANAlnZheRgvCf
Aku mendongak ke atas, melirik jam dinding. Sudah pukul tiga sore. Sekiranya, aku menghabiskan waktu satu jam untuk membaca buku. Rumah sepi, Adit belum pulang. Di hari tertentu, seperti hari ini, selasa, Adit biasanya pulang pukul empat, sebab ia mengikuti sebuah eskul di sekolahnya.2758Please respect copyright.PENANAFfu5wgk6Yv
2758Please respect copyright.PENANAXzwAwadnI9
Semalam, Aku dan Dimas membahas perihal Pendidikan Adit. Bulan depan, ia sudah lulus. Adit sendiri memilih untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Tentu saja aku dan Dimas mensupport hal tersebut. Pendidikan anak tetap nomer satu.2758Please respect copyright.PENANA6ishvvKSPA
2758Please respect copyright.PENANAwZtETZqKnG
Dimas sedikit berbeda pendapat denganku. Aku sendiri ingin Adit masuk kuliah di kota ini. Sementara Dimas, menyuruhnya kuliah di Ibu Kota. Ya, apapun hasilnya yang penting dia kuliah.2758Please respect copyright.PENANAtGlatwNKNW
2758Please respect copyright.PENANAtvYMgBwoFz
Aku kembali melihat jam dinding. Kemudian aku bangkit sambil meregangkan tangan, lalu menghela nafas secukupnya. Aku memutuskan untuk membuat kopi, caffein sangat ampuh untuk mencegah kantuk.2758Please respect copyright.PENANAPB1pE675ML
2758Please respect copyright.PENANAt4jl0TAbOj
Aku berjalan menuju dapur. Mengambil kopi hitam di selorakan meja dan juga gelas kaca. Sambil memanaskan air, aku kembali teringat soal pernyataan Fajar malam itu. Emangnya siapa dia? bisa memerintahku seenaknya begitu? Aku cukup merasa jengkel terhadap sikapnya yang seperti itu. bisa-bisa-nya dia menyuruhku untuk datang kerumahnya.2758Please respect copyright.PENANA95oDbvVVZW
2758Please respect copyright.PENANAFIuRkkYzTF
Gemercik air bergemuruh kecil, sigap aku mematikan kompor gas. Lalu menuangkan air panas ke gelas, tak lupa sendok ku taruh terlebih dahulu. Fisika dasar, sendok bisa menjadi penghantar panas. Jika langsung kutuangkan tanpa sendok, kemungkinan gelas akan retak.2758Please respect copyright.PENANA6CfrJOfFNX
2758Please respect copyright.PENANA71tYOyWxKT
Aku kembali ke sofa ruang tamu dengan kopi hitam di atas meja. Duduk takzim sambil sesekali menyesap kopi. Aku menyukai kopi sudah lama. aku hanya sekedar penikmat saja, untuk jenis-jenis kopi, aku tidak terlalu tahu.2758Please respect copyright.PENANAWfjo0rWccK
2758Please respect copyright.PENANADinUKYn5jj
Terdengar suara pintu terbuka. Adit tersenyum kepadaku dan beranjak mendekat.2758Please respect copyright.PENANAXesGFQ6G1q
2758Please respect copyright.PENANARTygs15dZ6
“Umi, laper,” kata Adit sambil duduk di sofa, berhadapan denganku.2758Please respect copyright.PENANAAJd3jSva9R
2758Please respect copyright.PENANAxSjspGbeMB
“Umi udah masak ayam goreng, makan gih,” kataku.2758Please respect copyright.PENANApjt46lo78Y
2758Please respect copyright.PENANAXKgGQ86KRz
Adit meletekan tasnya disampingnya. Wajahnya tampak kusam dan berminyak. “Fajar tadi ke sini, mi?” Tanya Adit.2758Please respect copyright.PENANAcBwHKwf7TR
2758Please respect copyright.PENANAd2EYZX13tP
Aku menggelang.2758Please respect copyright.PENANAJEPp0zY5cI
2758Please respect copyright.PENANA8n5xnbQyFa
“Dia gak sekolah tadi, tumben banget.”2758Please respect copyright.PENANAjo5Sxbfa7a
2758Please respect copyright.PENANAAuMgWjfWEv
Aku ber-oh saja. “Mungkin lagi demam.”2758Please respect copyright.PENANAir7mVwexbq
2758Please respect copyright.PENANAZdJaeOkFrq
“Yaudah, mi. Adit mau makan dulu, laper.” Adit meraih tasnya kemudian berdiri.2758Please respect copyright.PENANALf5k09hhTm
2758Please respect copyright.PENANAw79Z59lrXp
“Ganti baju dulu, sayang,” kataku.2758Please respect copyright.PENANAaAJidjm4zF
2758Please respect copyright.PENANAM1znpmmfhv
“Iya umiiii.” Adit melangkah menuju kamarnya,2758Please respect copyright.PENANAi6hTgn3suL
2758Please respect copyright.PENANAwrxYkvp73O
Aku kembali menyesap kopi. Aku sebenarnya tahu alasan Fajar tidak sekolah, ia pasti menunggu kehadiranku di rumahnya. Ia menyangka bahwa aku akan datang, mengenaskan sekali jika ia berfikir seperti itu. Aku bukanlah perempuan murahan yang akan tunduk kepadanya. Lagian, aku sudah mempunyai keluarga. Jadi, apapun yang dia lakukan, pasti akan sia-sia. Pasti.
Bersambung
2758Please respect copyright.PENANAfKi4AL2eoV