
#2 Perspektif3117Please respect copyright.PENANA4gFGELGEkd
3117Please respect copyright.PENANAOiEThdTUfJ
Klakson-klakson kendaraan saling bersahutan. Aku memandang ke keluar jendela mobil. Kota Pekanbaru terlihat indah di malam hari. Di bahu jalan, muda-mudi saling berkasih di bawah cahaya lampu. Pedagang kaki lima menyebar di setiap tempat, membuat riuh ramai kebersamaan.3117Please respect copyright.PENANAr1edwerKGA
3117Please respect copyright.PENANA2bQtlW0Uha
Dimas fokus menyetir, sesekali ia bersenandung. Aku menoleh ke arahnya. “Abi gak ada kesibukan, kan?” tanyaku, memastikan. “Kalau sibuk kita putar balik aja.”3117Please respect copyright.PENANAg9jg7DBaSi
3117Please respect copyright.PENANAigbX9O4ioJ
Dimas menggeleng. “Engga, umi.” Pandangannya masih ke depan, fokus ke arah jalan.3117Please respect copyright.PENANAIWhFKBZQRM
3117Please respect copyright.PENANALtdcerXvQz
Aku tersenyum, lalu kembali memandang keluar jendela mobil. Jalanan ini mengingatkan ku tentang banyak hal. Dahulu, di tahun pertama aku menikah. Aku dan Dimas menyimpan banyak kenangan di pinggiran jalan. Dulu kami berdua tidak punya cukup uang untuk makan di restoran bintang lima, atau tempat megah lainnya. Alternatif yang kami pilih adalah angkringan di tepian jalan, dengan riuh orang-orang, aroma sate bakar, di tambah dengan berisik kendaraan lalu-lalang.3117Please respect copyright.PENANAg4nsJZjclZ
3117Please respect copyright.PENANAfhroN7aGA7
Aku rindu suasana itu. Sekarang, kami tidak punya cukup waktu untuk bernostalgia tentang masa-masa awal pernikahan. Tapi aku cukup bangga dengan suamiku. ia mempunyai daya juang yang cukup besar, sehingga kami bisa sampai pada titik ini, ya, walaupun tidak kaya-kaya banget.3117Please respect copyright.PENANAOmubKzZosd
3117Please respect copyright.PENANA8cH2fxlChW
Kami berhenti Di sebuah Gedung dengan halaman yang luas. Dimas memarkirkan mobil berdempetan dengan mobil lain. Aku dan Dimas segera membuka pintu mobil dan turun. Sejenak kupejamkan mataku, menikmati suasana.3117Please respect copyright.PENANAeQfAyNCEyj
3117Please respect copyright.PENANAVnXfcg9J4E
Dimas melangkah terlebih dahulu. Sementara Aku melangkah pelan sambil memperhatikan sekitar. Di samping Gedung, banyak sekali stand makanan, minuman, dan lainnya. Di tambah dengan riuh pengunjung yang saling berdesakan. Bau-bau keringat saling berbaur menjadi satu. Terdengar juga suara tawa dari kejauhan. Bazar, memang selalu semegah ini.3117Please respect copyright.PENANAnimU54fVrD
3117Please respect copyright.PENANAW7Zu70nRBi
Dimas berhenti sebentar dan menoleh kebelakang. Ke arahku. Aku menyengir, pastilah ia menyuruhku untuk berjalan cepat. Buru-buru aku menghampirinya. Aku sendiri belum memutuskan mau berbelanja apa. Bazar ini tidak melulu perihal makanan atau minuman, beragam jenis terdapat di sini. Pakaian, perlengkapan sekolah anak, buku-buku bekas, dan lain-lain.3117Please respect copyright.PENANAbF2k4qGJ66
3117Please respect copyright.PENANA9OCkvRX8SM
Aku dan Dimas terus melangkah berdampingan sambil memutuskan mau berbelanja apa. Suasana ramai membuatku harus hati-hati berjalan, khawatir menabrak pengunjung lain. Aku memepetkan bahuku ke bahu Dimas. Dimas melirik-ku dan tersenyum, kemudian ia melingkarkan tangannya ke pundakku. Kami terus melangkah. Tak lama kemudian, Kami berhenti di sebuah stand minuman.3117Please respect copyright.PENANAz7HRoabay4
3117Please respect copyright.PENANAsbUYe0Rij9
“Pop ice rasa mangga satu, sama rasa cokelat satu,” kata Dimas sambil menatap beragam rasa dari pop ice yang tergantung.3117Please respect copyright.PENANAtCpcmj7LiQ
3117Please respect copyright.PENANAKergZ51s0p
Aku mengulum senyum. Dimas masih tahu perihal rasa kesukaanku, dan itu cukup untuk membuat pipiku merona.3117Please respect copyright.PENANAVuZT7www7S
3117Please respect copyright.PENANAkVGMGlTNry
Si penjual mengangguk. Dengan piawai ia memasukan bubuk pop ice dan juga es batu ke dalam blender. tak lupa ia tuangkan air sebagai perantara. Tak lama, ia jentikan jarinya ke tombol penghancur, sepersekian detik itu pula terdengar suara bentrokan es batu dan bubuk pop ice yang menyatu bersama air. Warung sebelah tak ingin kalah, suara letupan-letupan minyak membahana. Di tambah dengan riuh pengunjung yang berbelanja. Aku bisa merasakan lalu-lalang yang intens di belakangku. Dari remaja, pemuda, sampai orang tua. Semuanya membaur menjadi satu.3117Please respect copyright.PENANAFI2AJmnKT8
3117Please respect copyright.PENANAwsJQcaWefc
Si penjual menyodorkan dua cup pop ice yang di bungkus dengan plastik putih, tak lupa ia tersenyum ramah kepada kami berdua.3117Please respect copyright.PENANAMy7cKnXxPr
3117Please respect copyright.PENANAJe7E2XYswY
“Makasih.” Dimas meraih pop ice itu, lalu mengeluarkan dua lembar uang pas, dan menyodorkan kepada si penjual.3117Please respect copyright.PENANA20aEm2Kp7z
3117Please respect copyright.PENANAKbTnxI9IuF
Kami kembali melangkah, berdampingan. Aku menyesap pop ice dari sedotan, perpaduan manis coklat mendinginkan tenggorokanku. Sambil melangkah, kami mengobrol sedikit perihal akan membeli apa lagi.3117Please respect copyright.PENANAmksQTU5Tx8
3117Please respect copyright.PENANAHgfbZy6EGg
“Mau ke tempat Fajar, mi?” Dimas melirik kiri-kanan.3117Please respect copyright.PENANAhxAKVmtguk
3117Please respect copyright.PENANAreEIK6QPdj
Aku mendongak ke arahnya. “Fajar buka stand, bi?”3117Please respect copyright.PENANAO6hs5XheJT
3117Please respect copyright.PENANApCsJGObed5
“Dia jaga stand buku.”.3117Please respect copyright.PENANAHkecG3sbUl
3117Please respect copyright.PENANAfJuWSDNlmV
Aku mengangguk. Sudah tiga hari lamanya aku tidak bertemu sahabat anakku itu. Dimas menggenggam tanganku. Hangat. Aku tersenyum sambil membalas genggaman tangannya. lalu Kami menuju stand Fajar sambil berpegangan tangan layaknya pengantin baru.3117Please respect copyright.PENANAfvA3gcwFL9
3117Please respect copyright.PENANAsZy1PzioL8
Dari kejauhan, aku bisa melihat sosok remaja tinggi yang tak lain adalah Fajar. Stand bukunya lumayan ramai, ia terlihat sibuk melayani pembeli. Tak sabaran, aku mempercepat langkah. Membuat Dimas harus menyamakan langkahnya dengan langkahku.3117Please respect copyright.PENANAFqYPWTm2hy
3117Please respect copyright.PENANAUAhhvDiWPp
Tibanya di stand buku Fajar, aku memanggilnya dengan riang. “tante baru tahu kamu jaga stand buku, lho.” Aku melirik ke bawah, tumpukan-tumpukan buku berjejer rapi di atas meja. Kemudian aku melirik ke kanan, di rak kecil terdapat beragam buku juga. Di samping kanan pun sama.3117Please respect copyright.PENANAL7EjI9s6Cv
3117Please respect copyright.PENANAvHxfyCWSDW
Fajar berdiri menyambut kehadiran kami. Ia melirikku dan Dimas bergantian. “Om-tante. Mau beli buku?”3117Please respect copyright.PENANAnV7aRmMxGb
3117Please respect copyright.PENANA6abHfUWpfR
Dimas memperhatikan tumpukan buku di meja. ia mengangguk-angguk. Lalu menunjuk salah satu buku. “Jar, om beli yang ini.”3117Please respect copyright.PENANAFuEtqzO8mh
3117Please respect copyright.PENANAkiexIu81eB
Sigap Fajar meraih buku itu, dan mengemasnya ke dalam plastik merah. Dimas merogoh dompet dan menyodorkan satu lembar uang.3117Please respect copyright.PENANAt1XrGiAAhS
3117Please respect copyright.PENANAOdptPHEPaK
“Gratis, om.” Tolak Fajar.3117Please respect copyright.PENANAdfdZlINQ5a
3117Please respect copyright.PENANA0zQ8yhFdxN
Dimas tersenyum. “Udah, ambil aja.” Tangannya masih terangkat.3117Please respect copyright.PENANAgeSigDABvz
3117Please respect copyright.PENANAhvPQgdxyeJ
Fajar meletakan kantung kresek itu di atas tumpukan buku. Dimas menggeleng, menurunkan tangannya, lalu meraih kantung kresek di meja. “Makasih, ya, Jar.”3117Please respect copyright.PENANAEzEKcBlYOU
3117Please respect copyright.PENANAVnhmKGY47U
Fajar menggangguk. Aku hanya memperhatikan mereka sedari tadi. Sesekali aku melirik Fajar, begitupun Fajar. Kami seperti saling mencuri-curi pandang.3117Please respect copyright.PENANAVTCU1xBctq
3117Please respect copyright.PENANAMX1Uxu7nDA
“Tunggu bentar, Mi.” Aku menoleh ke arah Dimas. Ia merogoh ponselnya, kemudian beranjak menuju tempat sepi. Aku membiarkannya saja, barangkali ada telepon penting.3117Please respect copyright.PENANAQs677fEfpC
3117Please respect copyright.PENANA7LuRzHJKYq
Fajar memindahkan bangku di belakangnya ke samping bangkunya. Sambil tersenyum ia mempersilahkanku duduk. Aku melangkah melewati cela kecil di samping kanan, dan duduk di sebelahnya. Duduk berdua dengannya membuat degup jantungku berdetak cepat, tidak seperti biasanya.3117Please respect copyright.PENANAvBRODnKbCe
3117Please respect copyright.PENANACLc4gCbEUZ
Jejak kaki terdengar ribut seperti angin topan yang melanda desa. Di tambah dengan lalu-lalang orang-orang di hadapanku. Tapi, yang membuatku betah adalah aroma harum kertas yang menyeruak cuping hidungku.3117Please respect copyright.PENANAoLW8R5AyYe
3117Please respect copyright.PENANAwAWxzy7o9W
Seorang lelaki menghampiri Stand tempat aku berada. Fajar berdiri dan tersenyum kepadanya. Lelaki itu melirikku sekilas. Ia berbisik kepada Fajar. “Pacarmu, Jar?” Walaupun bisik itu kecil dan suara pengunjung lain begitu riuh, tapi aku masih bisa mendengarnya.3117Please respect copyright.PENANAJUNm15PIn6
3117Please respect copyright.PENANAm0DKTCryug
“Istri saya,” Fajar balas berbisik. Sekilas ia melihat ke arahku.3117Please respect copyright.PENANATB9VA6EjUh
3117Please respect copyright.PENANA5gByhQiIwF
Aku menelan ludah. Anehnya aku tidak marah dan justru merasa senang. Aku tidak tahu kenapa. Lelaki itu tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.3117Please respect copyright.PENANAe41faTgYV7
3117Please respect copyright.PENANA4SxBlD17nD
Setelah melayaninya, Fajar lekas duduk di sampingku. Aku menatapnya dengan tajam. “Tante denger, lho.” Aku menyilangkan kedua tanganku di depan dada.3117Please respect copyright.PENANAfGPXdPjUBb
3117Please respect copyright.PENANAvM7rRMr91Y
Fajar terlihat gelagapan. “Emang Fajar bilang apa tadi, Tan?”3117Please respect copyright.PENANA19IpZvHZLK
3117Please respect copyright.PENANAqCmMXe1S3s
“Kamu bilang Tante istri kamu.” Aku mengernyitkan wajah memasang ekspresi garang.3117Please respect copyright.PENANAvQFVAZQEnD
3117Please respect copyright.PENANAdJCPjkdRgx
“Tante salah dengar kali.” Fajar bertahan, matanya lekat memandang lalu lalang orang. Ia terlihat gugup, seperti maling yang keciduk. Belum sempat aku menginterogasinya lebih lanjut. Dimas terlebih dahulu datang.3117Please respect copyright.PENANA0akI4wrCDr
3117Please respect copyright.PENANAeybswXLV35
“Mi, abi ada urusan mendadak.” Dimas meringis sambil menggaruk hidungnya.3117Please respect copyright.PENANAZwCLVhm7u4
3117Please respect copyright.PENANARZaQ3OrrLU
Aku menghela nafas. “Jadi, mau pulang?” aku berkata dengan wajah cemberut.3117Please respect copyright.PENANAY1izwHzwys
3117Please respect copyright.PENANAWBkYh8pwjU
Dimas berdehem sebentar. Ia melirik Fajar sekilas. “Jar, nanti kamu bisa anter tante pulang? Om ada urusan.”3117Please respect copyright.PENANA7AWnhuszEj
3117Please respect copyright.PENANAGSb1rYSZw3
Aku menoleh ke Fajar. Menunggu jawabannya.3117Please respect copyright.PENANA6FbzOVC2aA
3117Please respect copyright.PENANA5EV4rpfcAb
“Dengan senang hati, om,” Jawab fajar sambil berdiri, lalu menunduk sopan.3117Please respect copyright.PENANAsq2Ivvq5qr
3117Please respect copyright.PENANAdKfqaAUPlF
Dimas melirikku. “kalau umi masih mau di sini, nanti pulangnya sama Fajar, ya? Abi gak bisa lama-lama. Maaf ya, mi.”3117Please respect copyright.PENANAr2L3kCglPC
3117Please respect copyright.PENANAD2reKrqkQb
Aku mengangguk tidak rela, tapi mau tak tamu aku harus membiarkan suamiku yang super sibuk itu kembali berkutat dengan pekerjaannya.3117Please respect copyright.PENANAJPbfj6VCom
3117Please respect copyright.PENANA6NBr7CtjJ9
Aku dan Fajar kembali ke dalam obrolan. Menit berlalu. Obrolan kami semakin intens. Obrolan kami kadang terhenti sejenak, Sebab Fajar haris melayani pembeli. Lalu kami jatuh dalam obrolan lagi. Menit ganjil menjelma genap. Obrolan semakin serius. Deru kaki pengunjung lain mulai mereda.3117Please respect copyright.PENANA08swaybQRR
3117Please respect copyright.PENANABbab6wdCV0
“Kamu rencananya mau lanjut kuliah atau kerja, Jar?” tanyaku, menoleh ke arahnya.3117Please respect copyright.PENANABu0jTG4VHU
3117Please respect copyright.PENANAg6JSMCuMeG
ia tersenyum. Sebuah senyum yang jika aku lihat dengan dalam, memancarkan sebuah kesedihan. “Fajar gak lanjut, Tan.”3117Please respect copyright.PENANA3CtdnKozSO
3117Please respect copyright.PENANApTnJIqUjh4
Aku menyedot pop iceku. “Sayang banget, sih, Jar. Kamu tuh anaknya rajin, lho,” kataku. Jujur saja, menurutku pribadi, Fajar sangatlah pintar. Ia bisa beradaptasi dalam kondisi apapun.3117Please respect copyright.PENANA5rFWC7xgpw
3117Please respect copyright.PENANA5S0VCNpbPL
“Fajar juga maunya gitu, Tan. Pengen kaya teman-teman yang lain. Tapi, mau gimana lagi?” ia tertawa, getir. Kemudian melanjutkan, “terkadang, keadaan membuat seseorang mati langkah.” Ada racikan duka yang kurasakan di setiap kalimatnya. ia berkata lagi. “Sebagian orang terlahir beruntung. Sebagian lagi, hanya menghiasi mereka yang beruntung,” ia terkekeh, getir.3117Please respect copyright.PENANA241C7Vgnsd
3117Please respect copyright.PENANAgiFn7Ocvm1
Akhirnya aku bersuara. “Menurut tante, setiap orang beruntung, kok. Ya, kalau belum beruntung berarti coba lagi.”.3117Please respect copyright.PENANAlb1pA1SobH
3117Please respect copyright.PENANA9svA328x19
Hening sejenak. Derup langkah tidak terdengar lagi. Pengunjung kian menyepi. Hembusan angin menerpa wajahku, wajahnya, dan setumpuk buku. Fajar berdiri, menoleh ke arahku.3117Please respect copyright.PENANAW5HKCi14Q6
3117Please respect copyright.PENANAuASBexqIyo
“Udah sepi, tan. Waktunya tutup,” katanya. “Tante gak masalah, kan, kalau bantuin Fajar berkemas?”3117Please respect copyright.PENANApYPpti4kuE
3117Please respect copyright.PENANABj8KM1emdy
Aku ikutan berdiri. tersenyum kepadanya. “Dengan senang hati,” kataku, riang.3117Please respect copyright.PENANAgjEyQsiJQP
3117Please respect copyright.PENANA29ZWnHoLQU
***3117Please respect copyright.PENANAkBZdpzwRQy
3117Please respect copyright.PENANA3i8Jyjrtzd
Kami berdua berjalan bersampingan, menuju sepeda motor Fajar yang terletak di belakang Gedung. Hening malam seperti ini teramat kusukai. Jauh dari berisik kendaraan. Angin berhembus kencang di kemalaman, Bangku-bangku di depan setiap Stand sudah sunyi tak berpenghuni.3117Please respect copyright.PENANAWRNujXq26h
3117Please respect copyright.PENANASpG7ySId3N
“Pernah naik motor, Tan?” Tanya Fajar sesampainya kami di depan motornya.3117Please respect copyright.PENANAAXJG8uRDHH
3117Please respect copyright.PENANAKpBLr0B0Cr
“Waktu kuliah, tante sering naik motor, kok.” Jawabku.3117Please respect copyright.PENANAMtzGgcIvXk
3117Please respect copyright.PENANAKNMoE4XJSQ
Fajar menyodorkan helmnya kepadaku. Aku menatapnya heran. “Kamu aja yang pakai. Kan kamu yang bonceng.”3117Please respect copyright.PENANAKDCKekfKEV
3117Please respect copyright.PENANAEbLLIhAr0M
Fajar tersenyum, kemudian mendekat ke arahku. Aku tercekat. Jarak kami dekat. sangat dekat. Ia mengangkat kedua tangannya dan memasangkan helm di kepalaku. Degup jantungku seakan mau melompat keluar. Bau keringatnya menyeruak cuping hidungku. Aku menelan ludah. Sudah lama aku tidak pernah diperlakukan seromantis ini.3117Please respect copyright.PENANAJJushYvGuy
3117Please respect copyright.PENANALj3vw2Kna5
“Pakai, ya, tan.” Fajar membungkuk sedikit. Mensejajarkan wajahnya dengan wajahku. Wajah kami terlalu dekat. aku bisa merasakan hembusan nafasnya.3117Please respect copyright.PENANA3w4Ug0au3S
3117Please respect copyright.PENANAlpWCimJmZA
“Debaran jantung tante kedengaran, lho.” Fajar mengedipkan mata. Aku bisa merasakan pipiku memanas. Fajar berkata lagi. “Pipinya juga merah.” Ia mengulum senyum.3117Please respect copyright.PENANA9dr6S4qriU
3117Please respect copyright.PENANAMXsznKwOlb
Aku menunduk menyembunyikan semburat rona di wajahku. Tak ada satupun kata yang mampu keluar dari mulutku.3117Please respect copyright.PENANARhoyh0kxOC
3117Please respect copyright.PENANANZRWFBuMjB
“Ayo tan.” Fajar sudah siap di atas motor. “Jangan salting mulu.” Ia kembali menggodaku. Dengan pipi yang masih merona, aku menaiki motornya.3117Please respect copyright.PENANAiKrGr4pqdZ
3117Please respect copyright.PENANAhgvb1YdWpN
“Duduknya jangan jauhan, nanti jatuh, lho,” Fajar menoleh sekilas ke belakang.3117Please respect copyright.PENANAI160Mg1Qy0
3117Please respect copyright.PENANAhcpAhfxbjl
Aku memukul pelan punggungnya. “Nyebelin!”3117Please respect copyright.PENANALw91aqWGJP
3117Please respect copyright.PENANARMhVSBRx98
Fajar malah terkekeh. Aku meletakan tanganku di depan dada, menjadi penyangga antara dadaku dan punggungnya. Ia memacu gas, perlahan kami menembus udara malam.3117Please respect copyright.PENANAzRYwF4kVdH
3117Please respect copyright.PENANAFW8KpbPD28
Di spion motor, aku bisa melihat senyumnya. Sebuah senyum yang membuatku malah ikut tersenyum. Berisik knalpot motor di depan dan belakang kami, seakan menjadi pengiring musik perjalanan.3117Please respect copyright.PENANAzRYBBL6jhP
3117Please respect copyright.PENANAlbQyCaYfop
Aku berpaling kanan-kiri, hotel-hotel menjulang tinggi. Bunyi-bunyi klakson saling bersahutan tak mau mengalah. Warung bakso, nasi padang, mie ayam, terlihat ramai. Gerombolan remaja berjalan di bahu jalan, saling tertawa.3117Please respect copyright.PENANADoNUhd2h1F
3117Please respect copyright.PENANAS7vDVfiN44
Aku menatap wajahnya dari spion, tak di sangka, ia malah melirik ke spion dan tersenyum. Sepersekian detik, aku memalingkan wajahku, kembali menatap jalanan. Remaja itu selalu membuatku tersipu dan salah tingkah. Entah kenapa.3117Please respect copyright.PENANAgoStFPZb7s
3117Please respect copyright.PENANAwJOxHc1Jt9
***3117Please respect copyright.PENANAzw5fVSkoOT
3117Please respect copyright.PENANA3fJxTpnWb0
Kami tiba di rumah. Aku turun dari motor. Melepas helm dan mengembalikan kepada Fajar.3117Please respect copyright.PENANAcGU4nlS3Pz
3117Please respect copyright.PENANAUBaY1F4thr
“Mau mampir dulu, Jar?” Tawarku.3117Please respect copyright.PENANA4XrMznCV92
3117Please respect copyright.PENANARwS0Pl7xlC
Sambil mengenakan helmnya, Fajar menyahut, “Besok aja, deh, Tan. Mau pulang dulu, capek.”3117Please respect copyright.PENANAH1QkWuiyFW
3117Please respect copyright.PENANA1vHJ3Z74cu
Aku membalas senyumnya. “Hati-hati, jangan ngebut.”3117Please respect copyright.PENANAh4spOkGYYs
3117Please respect copyright.PENANAHUUjgz0q6p
Fajar mengangguk, melambaikan tangan. “Pulang dulu ya, tan.” Fajar meliuk-kan motornya. Sebelum ia menancap gas, ia menoleh kebelakang, lalu membuka kaca helm.3117Please respect copyright.PENANA6GEg2gHgrl
3117Please respect copyright.PENANARUkwTrkcex
“Oh, iya, tan. Perihal bisik-bisik tadi. Fajar bilang sama teman Fajar, kalau tante istri Fajar.” Fajar berkata dengan lugas. Aku tergagap. Fajar melanjutkan. “Fajar tahu, kok, tante udah tahu.” Ia mengedipkan matanya.3117Please respect copyright.PENANArqrmnILjwb
3117Please respect copyright.PENANAd9Zx07vtrT
Untuk yang tidak tahu keberapa kalinya pipiku kembali memanas. Dan desir itu kembali datang, lagi dan lagi. Dua detik kemudian, terdengar suara knalpot motornya. Ia menancap gas, keluar dari pekarangan rumah, lalu menghilangkan dari pandanganku.3117Please respect copyright.PENANAEC1LIRQWMZ
3117Please respect copyright.PENANAaIZ1xtV6xl
Aku berbalik dan melangkah menuju pintu dengan wajah yang kian merona. Tak bisa dipungkiri, bahwa aku sangat menikmati kebersamaan bersama Fajar. Ada sebuah gejolak dalam jiwaku yang meletup ketika Remaja itu menggodaku. Sedetik kemudian aku tersadar, lantas aku menggelengkan kepala. Engga, engga boleh.3117Please respect copyright.PENANAvaRbH9NxD4
3117Please respect copyright.PENANAVYh3wIW0N4
Tiba aku di ruang tamu. Aku memperhatikan Adit, anakku, yang sedang duduk di sofa sambil bermain ponsel. Lekas aku menghampirinya, lalu duduk di sampingnya.3117Please respect copyright.PENANAWKFNDMRt6x
3117Please respect copyright.PENANAGT0kbbX7au
“Abi udah pulang?” tanyaku kepadanya.3117Please respect copyright.PENANAHc7YjtuaPQ
3117Please respect copyright.PENANA4LyrdjN1tS
“Belum, mi.” Adit menjawab singkat, matanya masih fokus ke layar ponsel.3117Please respect copyright.PENANATGcFNhLw0E
3117Please respect copyright.PENANAS2clOQwK8E
Aku menghela nafas. “Adit, kalau umi ngomong, bisa gak stop main hp?”3117Please respect copyright.PENANA3PJa2kqp3T
3117Please respect copyright.PENANA9UOUsYf6np
Dengan raut wajah muram, Adit meletakan ponsel di atasnya meja. “Iya, mi, iya. Maaf, Adit salah.”3117Please respect copyright.PENANApXTuUaKefP
3117Please respect copyright.PENANAaMW6fGJmNA
Aku malah terkekeh. Melihatnya seperti itu membuatku tergelitik.3117Please respect copyright.PENANAZPj1mSL1nk
3117Please respect copyright.PENANAdSY8XfHgWT
Adit merubah posisi duduknya menghadapku. Wajahnya terlihat antusias. “Umi mau tau gak?”3117Please respect copyright.PENANAnEKuLj1yCF
3117Please respect copyright.PENANASztT795458
Aku mengernyit heran. “Gimana umi mau tahu. Kamu belum ngomong apa-apa.”3117Please respect copyright.PENANAH3BxbSsdQa
3117Please respect copyright.PENANA3UPSbdNOAq
Adit tertawa ringan. Matanya sedikit membesar, seakan ingin menyampaikan sebuah berita penting. “Barusan pacar Fajar, chat Adit, katanya dia lihat Fajar bonceng cewek.”3117Please respect copyright.PENANA2vJxo04rLf
3117Please respect copyright.PENANARhi6raLXU6
Aku membenarkan posisiku. Entah kenapa aku malah tertarik. “Terus?”3117Please respect copyright.PENANArD8tAKo5EY
3117Please respect copyright.PENANAAdlEtfPr0a
Adit melanjutkan. “Fajar selingkuh Umi. Adit gak habis fikir sama Fajar.” Adit menepuk jidatnya.3117Please respect copyright.PENANArpXpErZUTD
3117Please respect copyright.PENANAhTqggCI7v8
Aku tertawa sambil memegang perutku. Anakku malah bingung. Aku mengambil nafas sejenak. “Bilang sama pacarnya Si Fajar, yang dibonceng Fajar, itu Umi.”3117Please respect copyright.PENANAt5rQSWXTP3
3117Please respect copyright.PENANAxiI13cDots
Giliran Adit yang tertawa. “Udah Adit duga.” Adit menggelengkan kepala, Kemudian ia meraih ponselnya. Aku menggeser tubuhku bersentuhan dengan bahu anakku.3117Please respect copyright.PENANA06OWcM70Hy
3117Please respect copyright.PENANAmOdWrFaMDm
“Kamu chatingan sama pacarnya Fajar?” tanyaku fokus menatap layar ponsel Adit.3117Please respect copyright.PENANATxLSENyPCX
3117Please respect copyright.PENANA4k1wxkelhv
Adit menarik ponselnya menjauh dariku. “Ih, umi, kepo banget urusan anak muda.”3117Please respect copyright.PENANAha8OLDKDRU
3117Please respect copyright.PENANAGI4QJBXJHA
“Umi penasaran doang,” kataku.3117Please respect copyright.PENANAJAinqykoqw
3117Please respect copyright.PENANAPTkBOg0VGR
“Kan umi yang nyuruh Adit buat bilang sama pacarnya Fajar.”3117Please respect copyright.PENANAuWqDLFiREh
3117Please respect copyright.PENANAEqKRbaCOuG
Entah kenapa, ada sebuah tusukan kecil dalam hatiku. yang membuatku merasa gundah. Apakah itu cemburu? Aku tidak tahu.3117Please respect copyright.PENANAZbhZ0YZVvZ
3117Please respect copyright.PENANArsLBs7rVFx
Kemudian, Aku bergeser empat jengkal menjauh dari anakku. Memberi ruang privasi kepadanya. Fajar sudah punya pacar, ternyata. Mengetahui kenyataan itu membuatku sedikit merana. Terus kenapa dia memperlakukanku dengan romantis begitu? tapi, yang lebih anehnya, kenapa aku harus marah? Aku bersikap seolah-seolah sedang jatuh cinta kepadanya. Lantas aku menggeleng-geleng. Engga, Engga boleh. Aku udah punya suami.3117Please respect copyright.PENANAnOrroxiKpd
3117Please respect copyright.PENANAuvOvBN9dDD
“Umi kenapa?” Adit menatapku heran.3117Please respect copyright.PENANAt8JBo1VKwa
3117Please respect copyright.PENANAPnuagxMUOv
Aku memasang wajah galak, berpura-pura. “Umi lagi kesal sama abi!” aku malah menyalahkan suamiku, padahal yang membuatku kesal adalah sahabat dari anakku sendiri.3117Please respect copyright.PENANAVRPfyfXFLi
3117Please respect copyright.PENANA5Ene0if423
Adit hanya terkekeh, kembali menatap layar ponsel. Aku berkata lagi, sedikit galak, “Awas aja kalau kamu ketahuan sama umi kalau pacaran.”3117Please respect copyright.PENANAeVlj6XzlEK
3117Please respect copyright.PENANAytGhpe6GOi
Adit menoleh. “Iya umiku yang paling cantik.”3117Please respect copyright.PENANAEsgd0P5R5J
3117Please respect copyright.PENANANyQTLcVbww
Aku tersenyum lebar, lalu mengusap kepalanya lembut. “Itu baru anak umi.”3117Please respect copyright.PENANA6dMoHEbKc5
3117Please respect copyright.PENANARr3ROahhRM
Sebenarnya, aku bukan tidak menyuruh Adit berpacaran, atau dekat dengan perempuan. Aku sendiri akan mengiyakan jika dia sudah bisa memilih keputusan dengan baik. Bukan juga aku menormalisasikan perzinahan. Aku tidak ingin mengekang kebebasannya. Yang aku bisa, hanya menasehatinya, dan menjauhkannya dari larangan-Nya.3117Please respect copyright.PENANAHxLK0W2R5l
3117Please respect copyright.PENANAubSsdQELr0
***3117Please respect copyright.PENANAWoxooCcTh0
3117Please respect copyright.PENANACdJf6pRR5T
Aku berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit kamar. Entah kenapa pikiranku masih berkecamuk perihal Fajar. Ada yang menjanggal di benakku.3117Please respect copyright.PENANAIBS0W3MBWO
3117Please respect copyright.PENANA319K7Lharh
Aku menoleh ke samping, wajah Dimas terlihat terlelap. Entah kenapa ada racikan bersalah ketika aku melihat wajahnya. Bisa-bisanya aku memikirkan pria lain sementara dia berada di sampingku. Bukankah itu adalah perbuatan dosa? entahlah, hanya tuhan yang tahu.3117Please respect copyright.PENANA7s4N6ibCzx
3117Please respect copyright.PENANACD3vY424QC
Sayup-sayup suara terdengar berisik. itu pastilah anakku yang sedang bermain console game tengah malam begini. Jika sudah begini, aku harus turun tangan. Mana pula besok ia harus sekolah. Aku beranjak berdiri, melangkah menuju pintu kamar.3117Please respect copyright.PENANAlYZK5K1wmu
3117Please respect copyright.PENANA399TMLafOw
Sayu suara itu saling bersahutan. Selintas aku berfikit, jangan-jangan itu Fajar? Tapi, bukankah ia berkata ingin pulang? Untuk memastikan, aku melangkah cepat menuju kamar anakku.3117Please respect copyright.PENANAKJ0dkrYafF
3117Please respect copyright.PENANAicaU0Fbs5R
Tebakanku benar, Adit dan Fajar sedang asik bermain console game.3117Please respect copyright.PENANAwNgy4uZ36e
3117Please respect copyright.PENANA6A0t6y5sJc
“Udah malem, gak ada puas-puas-nya main game.” Aku berdiri di tengah pintu, menatap tajam mereka bergantian.3117Please respect copyright.PENANAIHOm9e5HfU
3117Please respect copyright.PENANA8BUjqprWfU
“Lo sih Jar berisik.” Adit menoyor pelan baju fajar.3117Please respect copyright.PENANAmbyQXoQWdy
3117Please respect copyright.PENANAAYHD5738Ho
Fajar menatapku lekat. Aku memalingkan wajah, tak kuat akan tatapannya. “Kalian lekas tidur, besok sekolah.” Aku berkata sambil memalingkan wajah.3117Please respect copyright.PENANAAMCl6dy7k0
3117Please respect copyright.PENANAQjrBtX9h8l
Adit mendengus, beranjak bangkit dan berbaring di ranjang. Sementara fajar mendekat ke arahku. Otomatis aku mundur satu langkah, mempersilahkannya. Sekilas, ketika ia melewatiku, ia melirikku dengan senyum simpul. Yang aku tak paham maksudnya. Bagai tersihir aku mengekor di belakangnya, sementara pintur kamar anakku, kubiarkan terbuka.3117Please respect copyright.PENANAP9PR8CyUGz
3117Please respect copyright.PENANASjHDpNkgrK
Fajar berhenti di ruang tamu dan duduk di sofa. Ia mendongak menatapku. “Kenapa tan?”3117Please respect copyright.PENANAsJ2e4dXgSy
3117Please respect copyright.PENANAASjhhxzOAi
Aku tergagap. “Susah tidur,” jawabku sedikit kikuk.3117Please respect copyright.PENANAekVzviyEqr
3117Please respect copyright.PENANAiDSNIjhhK4
Fajar hanya ber-oh saja. Aku duduk di sofa, berhadapannya dengannya. Hening menyapa. Fajar merogoh kantung celananya, mengeluarkan sebatang rokok lalu membakarnya.3117Please respect copyright.PENANAgDjNYWiutr
3117Please respect copyright.PENANABwuynOVhI9
“Tante baru tahu kalau kamu merokok,” kataku memecah hening di antara kami.3117Please respect copyright.PENANAj08XWHjHg8
3117Please respect copyright.PENANA1b8tKDXNjn
Fajar mengepulkan asap. “Jarang, kok, tan. Palingan kalau pengen aja.”3117Please respect copyright.PENANANrGye5qAwo
3117Please respect copyright.PENANA5vKYaSSvBe
Aku mengangguk. “Oh, iya. Tadi ada kejadian lucu tauk.” Aku terkekeh. “Waktu kamu bonceng tante, pacar kamu ngira, kalau tante selingkuhanmu.”3117Please respect copyright.PENANAtT8QNghbTj
3117Please respect copyright.PENANAUIhPVh5Gaq
“Adit udah cerita, tan,” Fajar berkata singkat. Kemudian ia berdiri, beranjak duduk di sampingku.3117Please respect copyright.PENANASk2LX1MUti
3117Please respect copyright.PENANAEKY9c6ULlB
Aku menelan ludah dan bergeser sedikit.3117Please respect copyright.PENANAm5OJKAwzRI
3117Please respect copyright.PENANAmZSCwzOMzC
“Tante cemburu?” dia menoleh.3117Please respect copyright.PENANAXgO4cMZehO
3117Please respect copyright.PENANAFVDHSRkEg3
Aku menggelengkan wajah, tak berani aku menoleh dan menatapnya.3117Please respect copyright.PENANAV0vdMVRkJP
3117Please respect copyright.PENANAGpFBl57lz1
Fajar bergeser semakin dekat. Aku kembali menelan ludah. Semuanya terasa hening, suara detik jam terasa melengking. Ia kemudian mengendus area ketiakku. Entah kenapa aku membiarkannya, padahal perbuatan itu tidak pantas.3117Please respect copyright.PENANAjfV98LOaDg
3117Please respect copyright.PENANAQpRWfNGSkA
“Tante bau ketek.” Ia bergeser agak menjauh.3117Please respect copyright.PENANAMUkYXqGGdn
3117Please respect copyright.PENANALBSrJcePYc
Sontak aku menatapnya tajam. “Tante udah mandi!” Aku berkata ketus.3117Please respect copyright.PENANAFDy8qJQ34H
3117Please respect copyright.PENANAGYjTjVGvak
Fajar malah terkekeh. Ia kembali mendekat ke arahku. “Lagian tante di tanya diem doang. Kaya ngomong sama tembok.”3117Please respect copyright.PENANAlZyhTs6nfL
3117Please respect copyright.PENANAA9xQl0Ds9E
Aku menyahut. “Lagian pertanyanmu aneh!” Aku memalingkan wajah, sebal.3117Please respect copyright.PENANAppEROQk3DX
3117Please respect copyright.PENANAhXWQCIQuj0
“Aneh atau memang iya?” Fajar terus mencecer. “Tante juga gak nolak waktu aku endus ketiaknya.”3117Please respect copyright.PENANAXtJjVbORWW
3117Please respect copyright.PENANAaPlxs8qWnq
“Jangan aneh-aneh, deh, Jar.” Aku berkata dengan nada sedikit tinggi. Bagaimanapun juga, ia sudah melampaui batas. Dan Jujur saja, aku tidak ingin terlampau jauh.3117Please respect copyright.PENANA7xAJZaDTxb
3117Please respect copyright.PENANAl2kTxK7dt5
Fajar tak menghiraukan. Dia malah menggodaku lagi. “Bau ketiak tante enak lho. Fajar suka. Harum.”3117Please respect copyright.PENANALUY0dU2pAI
3117Please respect copyright.PENANAs7oahYGDmJ
Aku merasa terhina atas perkataanya barusan, tapi entah kenapa aku masih ingin terus berbincang dengannya. Tapi, aku tidak mau obrolan kami mengarah ke hal tabu.3117Please respect copyright.PENANAVnRaB8h3HA
3117Please respect copyright.PENANAb8cvsp7RZ7
“Bahas yang lain, Jar. Tante gak suka bahas hal kaya gitu.” Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.3117Please respect copyright.PENANA58RCeRWuQ8
3117Please respect copyright.PENANARqPUPJYEtm
Fajar masih kekeuh. Kali ini ia semakin berani. Dengan lembut ia mengusap kepalaku bagai seorang ibu mengusap kepala anaknya. Lagi-lagi aku tak menolak, pun marah. Desir hangat itu kembali lagi, membelengguku dalam dosa yang aku sadari.3117Please respect copyright.PENANAEP5rZFRpIJ
3117Please respect copyright.PENANA1FWpcXsUY0
Fajar menarik daguku menghadapnya. Mata kami bertemu. Bagai berada di kutub utara, aku seketika membeku. Perlahan ku rasakan jemarinya berjalan lembut di pipiku, lalu menuju keningku. Aku hanya diam, membiarkan jemarinya menyelusuri seluk-beluk wajahku. Desir darahku bergejolak ketika jemarinya menapak jejak di bibirku. perlahan ia usap halus bibirku dengan jemarinya.3117Please respect copyright.PENANAM9Xsfbhg5X
3117Please respect copyright.PENANA2tMu9j0RqI
Entah kenapa, sentuhan lembut jemarinya di bibirku membuatku memejamkan mata. Tiba-tiba terdengar suara tertawa. Aku membuka mata, menatap bingung Fajar yang terkekeh.3117Please respect copyright.PENANAXdmam9gA09
3117Please respect copyright.PENANAolTnxd1RUa
“Tante minta di cium?” Fajar bertanya dengan wajah gembira.3117Please respect copyright.PENANAISpBFsN8Ho
3117Please respect copyright.PENANAcUnyAvTWKw
Aku menatapnya kesal. Ia seolah-olah mempermainkan perasaanku, dan itu sangat mejengkelkan sekali. Lekas aku berdiri. Fajar menarik tanganku, membuatku kembali duduk.3117Please respect copyright.PENANAWUNdwd0na8
3117Please respect copyright.PENANAFh6WymMAt0
Ia mendekat. Jantungku berdegup kencang. Lagi-lagi aku memejamkan mata, seakan rela jika ia mencumbu bibirku. Fajar malah berbisik, deruh nafasnya bisa kurasakan saking bibirnya dengan dengan telingaku.3117Please respect copyright.PENANAxhXAg0PmUW
3117Please respect copyright.PENANAh9EXmmovU7
“Besok pagi kerumahku, Tan.” Seketika aku merinding mendengarnya. Kerumahnya? Kenapa? Untuk apa?3117Please respect copyright.PENANAvlliPQrjlu
3117Please respect copyright.PENANAMWyXO1PNoD
Belum sempat aku bertanya, ia lekas beranjak berdiri sambil tersenyum kepadaku. Aku menatapnya penuh tanda tanya. Fajar malah berbalik, melangkah menujur kamar anakku.3117Please respect copyright.PENANA3Qx3BEtcko
3117Please respect copyright.PENANAlDRwwZZLzu
Pada sebuah cela kesadaraan, aku menyadari sesuatu. Bahwa aku jatuh cinta kepadanya, kepada sahabat anakku sendiri. Aku menghela nafas, dalam. Kamu gak boleh melanjutkan ini lagi. Laras, kamu harus sadar, kamu udah bersuami sekaligus ibu rumah tangga. Laras, kamu bisa. Ini semua dosa.3117Please respect copyright.PENANAS10uF6y4uE
3117Please respect copyright.PENANA50C5KB4tTt
***3117Please respect copyright.PENANA1h5ZHVtRoF
3117Please respect copyright.PENANAQfqJnIsLtg
“Mati kau mati, kau akan terlahir berkali-kali”.3117Please respect copyright.PENANAPkWEHnCFtB
3117Please respect copyright.PENANAGMKiMZ3raG
Sebuah kutipan yang aku ambil dari sebuah novel yang barusan aku baca. Aku memang kerap mengisi waktu soreku dengan membaca. Sejak dahulu, Ralat, lebih tepatnya sejak kecil, aku memang hobi membaca. Kebiasaan tersebut terbawa sampai sekarang.3117Please respect copyright.PENANAgp0p1nKlFW
3117Please respect copyright.PENANAxDj1Z3aRV4
Aku mendongak ke atas, melirik jam dinding. Sudah pukul tiga sore. Sekiranya, aku menghabiskan waktu satu jam untuk membaca buku. Rumah sepi, Adit belum pulang. Di hari tertentu, seperti hari ini, selasa, Adit biasanya pulang pukul empat, sebab ia mengikuti sebuah eskul di sekolahnya.3117Please respect copyright.PENANAL1DSrDIAGD
3117Please respect copyright.PENANAZdWZBTORak
Semalam, Aku dan Dimas membahas perihal Pendidikan Adit. Bulan depan, ia sudah lulus. Adit sendiri memilih untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Tentu saja aku dan Dimas mensupport hal tersebut. Pendidikan anak tetap nomer satu.3117Please respect copyright.PENANA4oniDuZ2KG
3117Please respect copyright.PENANA2Hgh1EikKD
Dimas sedikit berbeda pendapat denganku. Aku sendiri ingin Adit masuk kuliah di kota ini. Sementara Dimas, menyuruhnya kuliah di Ibu Kota. Ya, apapun hasilnya yang penting dia kuliah.3117Please respect copyright.PENANAVHRh3T98tl
3117Please respect copyright.PENANAi2ooJXiHcG
Aku kembali melihat jam dinding. Kemudian aku bangkit sambil meregangkan tangan, lalu menghela nafas secukupnya. Aku memutuskan untuk membuat kopi, caffein sangat ampuh untuk mencegah kantuk.3117Please respect copyright.PENANA09tn4AA5yP
3117Please respect copyright.PENANASZvzykJIkT
Aku berjalan menuju dapur. Mengambil kopi hitam di selorakan meja dan juga gelas kaca. Sambil memanaskan air, aku kembali teringat soal pernyataan Fajar malam itu. Emangnya siapa dia? bisa memerintahku seenaknya begitu? Aku cukup merasa jengkel terhadap sikapnya yang seperti itu. bisa-bisa-nya dia menyuruhku untuk datang kerumahnya.3117Please respect copyright.PENANAoNnrse8y6p
3117Please respect copyright.PENANAYAqBs8UDmc
Gemercik air bergemuruh kecil, sigap aku mematikan kompor gas. Lalu menuangkan air panas ke gelas, tak lupa sendok ku taruh terlebih dahulu. Fisika dasar, sendok bisa menjadi penghantar panas. Jika langsung kutuangkan tanpa sendok, kemungkinan gelas akan retak.3117Please respect copyright.PENANAALrKBv0Hu1
3117Please respect copyright.PENANARMmLjhupjL
Aku kembali ke sofa ruang tamu dengan kopi hitam di atas meja. Duduk takzim sambil sesekali menyesap kopi. Aku menyukai kopi sudah lama. aku hanya sekedar penikmat saja, untuk jenis-jenis kopi, aku tidak terlalu tahu.3117Please respect copyright.PENANAknIB9505aL
3117Please respect copyright.PENANAh2yHGl3mAJ
Terdengar suara pintu terbuka. Adit tersenyum kepadaku dan beranjak mendekat.3117Please respect copyright.PENANABhbXLEeIak
3117Please respect copyright.PENANAuKRCltQ8SB
“Umi, laper,” kata Adit sambil duduk di sofa, berhadapan denganku.3117Please respect copyright.PENANAk4g3AZTcgF
3117Please respect copyright.PENANAH4m8OqSy3s
“Umi udah masak ayam goreng, makan gih,” kataku.3117Please respect copyright.PENANAdlSvdwPHnO
3117Please respect copyright.PENANAssQ9hu1ST3
Adit meletekan tasnya disampingnya. Wajahnya tampak kusam dan berminyak. “Fajar tadi ke sini, mi?” Tanya Adit.3117Please respect copyright.PENANAG8IKlv8BqL
3117Please respect copyright.PENANA4j4uJAae3E
Aku menggelang.3117Please respect copyright.PENANApdqyMhFXoB
3117Please respect copyright.PENANAdqVJZyAdpo
“Dia gak sekolah tadi, tumben banget.”3117Please respect copyright.PENANAwHWTeG2CIO
3117Please respect copyright.PENANAY3jrOAsSLH
Aku ber-oh saja. “Mungkin lagi demam.”3117Please respect copyright.PENANAf2Mb5lXC2P
3117Please respect copyright.PENANAuXX8rbl2c3
“Yaudah, mi. Adit mau makan dulu, laper.” Adit meraih tasnya kemudian berdiri.3117Please respect copyright.PENANAW3EVsBLXuV
3117Please respect copyright.PENANATysvL3achj
“Ganti baju dulu, sayang,” kataku.3117Please respect copyright.PENANAGXy6GKGJ3L
3117Please respect copyright.PENANAQyXZrvcZRz
“Iya umiiii.” Adit melangkah menuju kamarnya,3117Please respect copyright.PENANAp8PkcP3kAS
3117Please respect copyright.PENANAqjwgu0UeYV
Aku kembali menyesap kopi. Aku sebenarnya tahu alasan Fajar tidak sekolah, ia pasti menunggu kehadiranku di rumahnya. Ia menyangka bahwa aku akan datang, mengenaskan sekali jika ia berfikir seperti itu. Aku bukanlah perempuan murahan yang akan tunduk kepadanya. Lagian, aku sudah mempunyai keluarga. Jadi, apapun yang dia lakukan, pasti akan sia-sia. Pasti.
Bersambung
3117Please respect copyright.PENANAgTU582ABvR