
# 4 Sentuhan demi sentuhan
2585Please respect copyright.PENANAvlI1HyiDaf
Pukul 18.28, setelah melaksanakan ibadah solat magrib, aku lekas kembali menuju ruang tamu, tapi tidak terlihat Fajar di sana. Aku membentangkan pandanganku ke seluruh penjuru ruang, mencari keberadaan remaja itu. Mungkin dia lagi keluar, pikirku. Kemudian aku beranjak menuju dapur dan memasak untuk makan malam.2585Please respect copyright.PENANAZfZ7eK3qHm
2585Please respect copyright.PENANAYFp8CB3fqO
Aku mengambil dua potong ayam dan meletakkannya di satu piring. minyak sudah terlebih dahulu ku panaskan. Tak lama kemudian, gemercik minyak terdengar Meletus-melutus. Kumasukkan satu persatu sepotong ayam, lalu membolak-balik-nya dengan hati-hati.2585Please respect copyright.PENANALToBspn9HP
2585Please respect copyright.PENANAmS3cLEt8Yi
Tiba-tiba aku merasakan tangan yang melingkar di pinggangku. Lalu terdengar bisik yang membuat bulu kuduk ku merinding, “Cie masak buat Fajar.” Aku menoleh ke belakang sekilas, lalu kembali fokus memasak dan membiarkan Fajar memelukku.2585Please respect copyright.PENANAxt4izvnwR9
2585Please respect copyright.PENANAXt0WIrlZnd
Aku terus membolak-balik-kan ayam, sementara Fajar terus memelukku dan sesekali mencium pipiku. Tapi, lama-kelamaan aku bisa merasakan kemaluan Fajar yang bergesekan dengan pantatku.2585Please respect copyright.PENANAtuWHUh5r7f
2585Please respect copyright.PENANAJUlHVLIpcr
“Jar, Ih, tante lagi masak,” kataku.2585Please respect copyright.PENANAQVSEbh4hbj
2585Please respect copyright.PENANAMj0gcmkcQJ
Fajar malah terkekeh, “Badan tante semok banget,” bisiknya di telingaku.2585Please respect copyright.PENANA9U55uP2z1j
2585Please respect copyright.PENANA4yP18XNhnC
Jujur saja aku merasa bangga apabila di puji seperti itu. Harus ku akui bahwa tubuhku lumayan berisi, hanya saja cara berpakaian ku yang agamis yang membuat lekuk tubuhku tertutupi.2585Please respect copyright.PENANAE4jBYjyPFN
2585Please respect copyright.PENANAFqcJo54d44
Aku menggeser tubuhku dan meraih dua piring di selorok atas. “Jar, udahan,” kataku lagi.2585Please respect copyright.PENANAzJBgw09Qjt
2585Please respect copyright.PENANAw1dNAjeH3O
Fajar beranjak menjauh lalu duduk di meja makan. Kemudian aku meletakan satu persatu ayam di kedua piring, dan mengambil nasi di kosmos samping. Aku melangkah ke meja makan dengan dua piring di kedua tanganku.2585Please respect copyright.PENANA4U0SvCsuCM
2585Please respect copyright.PENANAYjOrCjflHt
“Ayo, makan,” kataku sambil meletakan satu piring di hadapannya.2585Please respect copyright.PENANAq1InoVHvpR
2585Please respect copyright.PENANAz2IbMcLSvC
Fajar malah tersenyum menatapku. Aku memicingkan mata dan menatapnya kembali. “Kenapa?” kataku agak garang.2585Please respect copyright.PENANAnxi8v6oSvj
2585Please respect copyright.PENANAUKqWbUdohb
Fajar terkekeh. “Tante imut banget.”2585Please respect copyright.PENANAyXlVkTqVeM
2585Please respect copyright.PENANAE2nhhCUeB4
Sontak kedua pipiku merona. Remaja itu selalu saja menggombal. “Udah-udah, makan, nanti ngomongnya.”2585Please respect copyright.PENANAAkGXSZ96G6
2585Please respect copyright.PENANAebLHs5Nvv4
“iya, sayang,” kata Fajar.2585Please respect copyright.PENANAmY682Sfj2l
2585Please respect copyright.PENANAcU2si2dIrN
Aku semakin merona. Panggilan sayang yang diucapaknnya mampu membuat degup jantungku tak karuan. Kemudian, kami menyantap makanan masing-masing. Suara sendok dan piring menjamu keheningan.2585Please respect copyright.PENANALNH67R52lp
2585Please respect copyright.PENANAe9FJx1lJ3x
Tidak lama kemudian lauk habis tak tersisa. Aku menuangkan air di gelasku dan Fajar dan meminumnya.2585Please respect copyright.PENANAeFOsu7Vxnn
2585Please respect copyright.PENANAUU0wIVp2wX
Fajar beranjak berdiri. “Main ps yuk tan di kamar Adit,” ajaknya.2585Please respect copyright.PENANAsmHhclreXC
2585Please respect copyright.PENANAnlLMoNMcef
Aku menggeleng. “Bosan, ih.”2585Please respect copyright.PENANAVBwCGxGVex
2585Please respect copyright.PENANAglxLcJdczf
“Ngobrol aja di ruang tamu.”2585Please respect copyright.PENANA0KjYkCWUAI
2585Please respect copyright.PENANAtiluiOFBPT
Aku mengganguk lalu melangkah di belakangnya. Kami duduk bersampingan di sofa. Seperti biasa Fajar melingkarkan tangannya di bahuku. Aku merasa sudah biasa atas perlakuannya yang manja seperti ini.2585Please respect copyright.PENANAfpwv9u9k8J
2585Please respect copyright.PENANA8LXED3NvZg
“Mau ngopi lagi, Jar?” tanyaku.2585Please respect copyright.PENANAWavQQts3iG
2585Please respect copyright.PENANAN1hkNFBh4I
Fajar menggangguk. Aku hendak bangkit, tapi kemudian ia menahan lenganku. “Fajar aja yang bikin, tan.” Katanya.2585Please respect copyright.PENANAGf5XD9vncH
2585Please respect copyright.PENANAkRaY9pOhRn
Aku tersenyum dan mengganguk. Lantas Fajar berdiri dan berjalan menuju dapur. Ada perasaan hangat ketika aku melihat punggungnya, sebuah perasaan yang sedikit bisa ku jelaskan, bahwa itu adalah percikan cinta yang timbul di hatiku.2585Please respect copyright.PENANAmYl6ldwwcW
2585Please respect copyright.PENANAru2wBVZgHR
Ya, aku mecintainya, tapi aku juga mencintai semuaku. Memang kontradiktif, tapi itu apaadanya. Mungkin jika orangtuaku mengetahui yang kuperbuat sekarang pastilah mereka akan memukulku sebab yang kulakukan adalah dosa yang besar, berselingkuh sekligus berzina.2585Please respect copyright.PENANAoRHS1GBXP1
2585Please respect copyright.PENANA7cRs7Csmiw
Selain itu, aku juga merasa teramat bersalah kepada suamiku. Tapi, entah kenapa, hasrat untuk bersama Fajar lebih kuat daripada dosa. Aku sedikit bingung, tak pernah sebelumnya aku melakukan hal seperti ini. Pun, aku terdidik dari kalangan yang agamis yang selalu mengajarkan moral dan etika sesuai agama.2585Please respect copyright.PENANATmOnGlamrj
2585Please respect copyright.PENANAb20i01JqyT
Semoga tuhan bisa memaafkan apa yang kuperbuat, mau bagaimanapun juga, aku masih percaya kepada-Nya, meskipun aku melakukan tindakan yang dilarangnya.2585Please respect copyright.PENANApp4NRGqaKg
2585Please respect copyright.PENANAsGBKTjTdiY
Fajar datang dengan dua cangkir gelas yang ia pegang dengan kedua jari jempol dan telunjuknya. Ia duduk di sampingku sambil meletekan kopi. Aku memandanginya, alisnya tebal bagai bulu buruang, hidungnya mancung, tubuhnya tegap, yang membuatku kagum adalah rahangnya yang tampak mengeras. Kupikir pastilah ia sering berolahraga.2585Please respect copyright.PENANAG3VUDBfcHI
2585Please respect copyright.PENANAVCyqEyf4vo
Kalau aku sendiri memiliki tubuh yang bagiku lumayan ideal. Tidak gemuk dan juga tidak kurus. Mata bidadari, begitulah Abiku sering berkata, sebab bola mataku besar. Hidungku sedikit mancung walaupun tak semancung Fajar. Aku sedikit bermasalah di tinggi badan, bukan berarti aku pendek. Untuk ukuran perempuan bisa dibilang tinggi rata-rata perempuan Indonesia.2585Please respect copyright.PENANArb07smV61V
2585Please respect copyright.PENANAvDAkFXpN9S
Kulitku putih, sejak SMA aku memang sering merawat wajahku, tak heran jika dahulu banyak lelaki yang mendekatiku dengan berbagai cara, ada yang dengan cara memamerkan hartanya, ada juga yang hanya bermodal tampang, tapi tak satupun kupilih, lagian masa-masa SMA aku tidak tertarik untuk pacaran. Dosa.2585Please respect copyright.PENANAdwngpPPNSA
2585Please respect copyright.PENANACr31wBdrnf
Aku menyesap kopiku sambil memejamkan mata. Kopi memang sahabat terbaik di segala keadaan. Ketika bahagia, sedih, gunda, kadang semua itu bisa diatasi dengan secangkir kopi, atau saat sedang berselingkuh seperti yang kulakukan sekarang ini.2585Please respect copyright.PENANAFiSpx7c8Oa
2585Please respect copyright.PENANACCjHUCeW2l
“Tan, besok jalan-jalan, yuk.” Fajar membuka obrolan.2585Please respect copyright.PENANAkALqWt2Wrx
2585Please respect copyright.PENANAMeSdU6cxz2
“Ke mana?”2585Please respect copyright.PENANA9f4PmDKmaE
2585Please respect copyright.PENANAhXRwD6BOnc
Fajar terlihat berpikir. “Tante mau ke mana?”2585Please respect copyright.PENANAMXD5ThN7Ie
2585Please respect copyright.PENANAmUHrf3k2aS
“Tante ikut aja, sih.”2585Please respect copyright.PENANACpGV293Lc2
2585Please respect copyright.PENANA1I1WcaWFW7
“Tapi temenin Fajar ke gereja bentar, ya?”2585Please respect copyright.PENANANop5pi7dyX
2585Please respect copyright.PENANASKFXjjHRi2
Ludah berhenti di teggoralkan. Aku melupakan sesuatu, kalau Fajar tidak beragama islam. Selintas aku merasakan ketidaknyaman.2585Please respect copyright.PENANAFgkF0Uck6o
2585Please respect copyright.PENANAhGk6ZURjzB
“Tan?” tanyanya lagi.2585Please respect copyright.PENANA9W8LEpMzNU
2585Please respect copyright.PENANANaRIwae6uj
Aku ragu untuk menjawab iya.2585Please respect copyright.PENANAYeY5JcohdH
2585Please respect copyright.PENANAe7WAtC5iUD
“Gimana, Tan?” ia terus bertanya.2585Please respect copyright.PENANA6TmfVz7fLr
2585Please respect copyright.PENANAbfzRBbvUxM
Aku menghela nafas sebelum memutuskan. “Tapi tante di mobil aja, ya. Engga sampe masuk,” kataku. Mau bagaimanapun aku tetap memiliki keyakinan tersendiri. Begitupun Fajar, perbedaan agama di antara kami tidak membuatku harus memaksakan kehendakku dan sebaliknya.2585Please respect copyright.PENANAKm6UBAhF6N
2585Please respect copyright.PENANArHkoV5ugy0
Fajar tersenyum. “Iya tante sayang.”2585Please respect copyright.PENANANmbMyoGNLM
2585Please respect copyright.PENANA8KA8qtiIER
Lalu kami jatuh dalam sebuah obrolan yang panjang, selama mengobrol aku bisa merasakan kehangatan pada suaranya. suara yang sedikit berat. Terlebih ekspresinya ketika berbicara, seperti aku berada di pandang rumput yang luas dengan sepoi-sepoi angin. Di tambah dengan tuturnya yang begitu lembut.2585Please respect copyright.PENANApdXzwyYuLm
2585Please respect copyright.PENANAPapO7N4KVn
Selama mengobrol aku senyam-senyum sendiri, antara kagum dan juga heran. Heran mengapa remaja setampan Fajar bisa-bisa-nya jatuh cinta kepadaku. Padahal perbedaan usia kami terpaut jauh.2585Please respect copyright.PENANAtQny7ai0lo
2585Please respect copyright.PENANARKuogfQrGT
Lambat laun semakin malam. Aku sempat terlena untuk melaksanakan Solat Isya. Ketika aku hendak bangkit, Fajar menahan lenganku dan bilang, Nanti aja, Tan, ngobrol dulu, lagian tenggat waktu solat isya panjang.2585Please respect copyright.PENANApABcJxxRzM
2585Please respect copyright.PENANARARhwnwHy3
Entah kenapa aku mengiyakan dan duduk kembali. Tak seperti biasanya, biasanya saat adzan berkumandang, aku segera menunaikan ibadah.2585Please respect copyright.PENANAghv6gZze0K
2585Please respect copyright.PENANAPB4S7ggwuE
Lalu, kami kembali jatuh dalam obrolan. Fajar bercerita bahwa dia butuh waktu tiga bulan untuk menabung dan membelikan cicin yang terlingkar di jari manisku. Aku sempat untuk mengembalikannya, merasa tidak enak. Tapi Fajar mencegahku dan bilang, pemberian gak bisa ambil kembali. Fajar juga menambahkan bahwa aku harus terus memakai cincin pemberiannya. Lalu aku bilang, kalau suamiku tau gimana? Fajar menjelaskan, bilang aja kalau aku beli sendiri. Aku mengiyakan saja.2585Please respect copyright.PENANAGmCirKMpaC
2585Please respect copyright.PENANAE7cLu2TFuE
Malam semakin menyalak. Kami terus bersatu dalam obrolan. Sesekali Fajar mencium pipiku, sesekali juga ia mengendus area ketiakku. Perlahan aku mulai terbiasa. Kami tampak seperti pasangan suami-istri, di tambah dengan keadaan rumahku yang menyisakan kami berdua. Saksi daripada perselingkuhanku.2585Please respect copyright.PENANAiiQmJkjhgT
2585Please respect copyright.PENANAK8EH1r1gkd
Aku melirik jam dinding, pukul 22.01, biasanya jam segini aku sudah berada dalam mimpi. Tapi, mengobrol dengan Fajar terasa begitu mengasikan, maka kuputuskan untuk tidur agak lama dari biasanya.2585Please respect copyright.PENANAKPKAfV0AsK
2585Please respect copyright.PENANAwsGhTmLjaZ
Kami membahas banyak hal, mulai dari masa kecil Fajar yang ada kaitan denganku. Yang tentu saja langsung kucerca dengan beragam pertanyaan. Aku mengetahui sesuatu bahwa Fajar sudah menyimpan perasaan denganku sejak di bangku SMP. Aku sempat tertawa sebab bagaimana bisa anak SMP jatuh cinta kepada ibu rumah tangga sepertiku ini.2585Please respect copyright.PENANAxH9gAFTpoN
2585Please respect copyright.PENANAwbyA1gzXOL
Aku juga bercerita bahwa aku menyukainya baru-baru ini. Dia bertanya kenapa aku menyukainya. Kujelaskan kalau aku merasa nyaman berada bersamanya, merasa diperlakukan dengan mesra. Fajar tersenyum dan kemudian kembali mengendus ketiakku. Remaja itu sungguh menyukai ketiakku.2585Please respect copyright.PENANALt3bDhIx8x
2585Please respect copyright.PENANANodCuO0mac
Menjelang pukul 23.00, aku menyudahi aktivitas berbincang kami dan bangkit.2585Please respect copyright.PENANAR1v9nGMWer
2585Please respect copyright.PENANAQviWVayEg3
“Tante mau tidur dulu,” kataku kepadanya.2585Please respect copyright.PENANAx9SHTP5cQ9
2585Please respect copyright.PENANA0JcxYEPt23
Terlihat wajahnya yang nampak kecewa. Aku terkekeh. “Besok lanjut lagi.”2585Please respect copyright.PENANAexAHfr2ZfJ
2585Please respect copyright.PENANAvzzewIulbn
“Tidur di sini aja, tan,” katanya. “Fajar janji deh gak macem-macem.” ia mengangkat kedua telapak tangannya setinggi kepala.2585Please respect copyright.PENANApYzuVNNxEm
2585Please respect copyright.PENANAu0mIO5XUkX
“Tante gak bisa tidur di sofa,” kataku.2585Please respect copyright.PENANAFDN24XEuUu
2585Please respect copyright.PENANAa53gOPX6zj
Fajar mendengus, kemudian bangkit dan mendekat ke arahku. “Boleh cium bibir?” tanyanya.2585Please respect copyright.PENANA3wmPburrcw
2585Please respect copyright.PENANA4TaMwzp6DR
Aku mengangguk pelan dan memejamkan mata. Kemudian, Terasa bibirnya menyentuh bibirku. Kali ini tidak ada lumatan, murni bibir ketemu bibir.2585Please respect copyright.PENANAVcSx6wAmNY
2585Please respect copyright.PENANADMWnqq1itM
“Selamat malam, Tan.” Fajar tersenyum ramah.2585Please respect copyright.PENANA1zVNbJRVCm
2585Please respect copyright.PENANAjItydMIsmD
“malam juga, Jar.” Aku berbalik dan melangkah menuju kamarku. Sepanjang langkah, hatiku berbunga-bunga bagai mawar di taman para suci.2585Please respect copyright.PENANAXSlzikrWkU
2585Please respect copyright.PENANAoSFIRBSySZ
***2585Please respect copyright.PENANA66BJKgrGZw
2585Please respect copyright.PENANAaCz74oUe85
Minggu pagi menyapa dengan semburat cahaya. Aku terlihat cantik pagi ini, dengan gamis pink dan balutan hijab lebar yang menutupi kedua buah dadaku. Aku berdandan secukupnya, memoles bibir dan memberi sedikit taburan make-up di wajahku. Begitupun Fajar, dia tampak tampan dengan kaos hitam dan celana jeans panjang. Aku sengaja menyuruhnya memakai pakaian anakku, sebab, waktu kami berbincang semalam ia hendak untuk pulang dan mengambil baju ganti, karena sudah larut, aku cegah.2585Please respect copyright.PENANA6LxksXxHWO
2585Please respect copyright.PENANAKz424JwQDE
Sebelum berangkat pergi, seperti biasa aku dan ia ngopi terlebih dahulu di ruang tamu. Jam dinding menunjuk pukul 08.00, masih terlalu pagi untuk menuju gereja.2585Please respect copyright.PENANAU6VNFruIIo
2585Please respect copyright.PENANAnGlmkycKKm
“Tante gak risih, kan? kalau ke gereja bareng Fajar?” tanyanya dengan kaki yang tersilang.2585Please respect copyright.PENANAoVM5Ii2lxR
2585Please respect copyright.PENANAlrthA5JXAl
“Dikit,” kataku jujur. “Kamu gak bisa apa balik kaya dulu?”2585Please respect copyright.PENANAjzeCDjqXio
2585Please respect copyright.PENANALklXGeWHJj
Tentu saja Fajar mengerti apa yang kumaksud. Ia menggeleng, “Tante aja yang ikut aku, mau?”2585Please respect copyright.PENANAciC1NSa5g2
2585Please respect copyright.PENANAQ3Ogmmxvjc
Sontak aku memukul pelan bahunya. “Apaan sih, Jar!”2585Please respect copyright.PENANAoqTIw2AxNC
2585Please respect copyright.PENANAh5SlJxKMDL
Fajar malah tertawa. “Bercanda, tan,” katanya sambil mengelus kepalaku. “Tapi kalau mau serius juga boleh.”2585Please respect copyright.PENANAT1B4KEpDjz
2585Please respect copyright.PENANAz8rv32RaLd
“Udah-udah,” kataku mencegah obrolan agar tidak berlanjut ke sembarang arah. “Ngobrol yang lain aja.”2585Please respect copyright.PENANAEpE4Orutta
2585Please respect copyright.PENANAMUymnmkKxF
Fajar berdehem. “Mau dinyanyiin lagi, Tan?”2585Please respect copyright.PENANAHauO2OGB7N
2585Please respect copyright.PENANAKEmEP4OlR6
Aku menggangguk antusias.2585Please respect copyright.PENANABigtCx6cD0
2585Please respect copyright.PENANAIqcPaGtOrz
“Bentar.” Fajar beranjak berdiri dan melangkah menuju kamar anakku, lalu kembali duduk di sampingku dengan gitar di pangkuannya.2585Please respect copyright.PENANAL9Fhg9a6AB
2585Please respect copyright.PENANAJAvVtSa9bV
“Mau lagu apa? Tan?” Fajar membenarkan posisinya menghadapku, begitupun aku.2585Please respect copyright.PENANAavI5ccCaMZ
2585Please respect copyright.PENANAJIOmc5mMim
Aku berfikir sejenak, lalu berkata, “Hujan di mimpi?”2585Please respect copyright.PENANAzQrAbE2xNv
2585Please respect copyright.PENANAZHiwPyW6WJ
“Tante yang nyanyi, Fajar yang main gitarnya. Oke?”2585Please respect copyright.PENANADGn11DX7zj
2585Please respect copyright.PENANAXEILSdFWlm
Aku mengangguk. Perlahan terdengar petikan senar yang begitu indah, setiap nada saling melengkapi. Petikannya bervariasi dalam chord B. Kemudian Fajar menatapku. Aku mengerti.2585Please respect copyright.PENANA1SyjwWCZZD
2585Please respect copyright.PENANAk9e9hyohSk
“Semesta bicara tanpa suara, semesta ia kadang buta aksara. Sepi itu indah, percayalah. membisu itu anugrah.” Aku bernyanyi mengikuti irama dawai yang ia petik.2585Please respect copyright.PENANA6mKnm28Udt
2585Please respect copyright.PENANA9k0LOlnm1x
“Seperti hadirmu di kala gempa, jujur dan tanpa bersandiwara. Teduhnya seperti hujan di mimpi, berdua kita berlari.” Aku memejamkan mata, menikmati setiap note-note yang berhamburan di ruang tamu.2585Please respect copyright.PENANAWj6aFIXChI
2585Please respect copyright.PENANAJCIjbm7Bsw
“Semesta bergulir tak kenal aral. Seperti langkahmu menuju kaki langit. Seperti genangan akankah bertahan. Atau perlahan menjadi lautan.” Aku terus bernyanyi dengan senyum yang tak pudar menatapnya. Mata kami saling bertemu dan memancarkan sebuah cinta. Saling menggenggam dalam kesatuan nada, irama, dan tempo.2585Please respect copyright.PENANAAUOmTXNugl
2585Please respect copyright.PENANA0lF5gWF72H
Petikannya kembali mengisi ruang di antara kami. Romansa menyentak bagai kekasih yang akan selalu abadi. Pada binar matanya aku melihat sebuah ketulusan, pada jemarinya aku bisa melihat note-note cinta yang beterbangan, membentuk sebuah lagu cinta. Lalu, ia mengakhiri permainan gitarnya dengan genjrengan cantik dalam chord B.2585Please respect copyright.PENANAOTA0UN7frP
2585Please respect copyright.PENANAsk6a6iQJJx
Kemudian ia rebahkan gitar di sampingnya dan meraih tanganku. Bola matanya seakan ingin mengatakan sesuatu yang tercekat, yang tak bisa ia katakana.2585Please respect copyright.PENANAUXjGBQDJdN
2585Please respect copyright.PENANA2Hg3E20YJj
“Kenapa?” tanyaku.2585Please respect copyright.PENANAwONbemQGvE
2585Please respect copyright.PENANAII8e11v3au
Ia tak menjawab melainkan tersenyum. Aku menatapnya bingung. “kenapa?” tanyaku lagi.2585Please respect copyright.PENANAFclMpJzN5c
2585Please respect copyright.PENANAh3NWQjdjPr
Ia malah bangkit. “Yuk, Tan. Udah pukul Sembilan, nih.”2585Please respect copyright.PENANAKOFjVL1XnD
2585Please respect copyright.PENANALbcfgbvaZS
Aku melirik jam dinding dan bangkit. Kemudian kami melangkah keluar. Masuk ke dalam mobil. Ketika mobil menyala, Fajar menoleh ke arahku, dan bertanya. “Malam ini? boleh tidur bareng?”2585Please respect copyright.PENANAG1yIrO69CK
2585Please respect copyright.PENANA39MXqnoGZ6
Aku tertegun. “Liat nanti, ya,” kataku ragu.2585Please respect copyright.PENANA3PDIjp2ZGf
2585Please respect copyright.PENANAkAbnT7yEEm
Fajar tidak berkata lagi. Perlahan mobil yang kami kendarai berjalan keluar halaman, melewati setiap rumah dan menghambur di jalanan raya.2585Please respect copyright.PENANA0OzRRykBmv
2585Please respect copyright.PENANAD5eKfghznM
***2585Please respect copyright.PENANA26j9gxo80l
2585Please respect copyright.PENANA2v7AtVPjoo
Sesampainya di Gereja, Fajar memarkirkan mobil di antara hempitan mobil lain. Gereja tampak ramai, di pintu masuk berhamburan orang-orang yang akan menunaikan ibadah.2585Please respect copyright.PENANA0YedjK1ci8
2585Please respect copyright.PENANAG3Izbg7WnV
“Tunggu bentar ya, tan,” Kata Fajar sambil mematikan mobil.2585Please respect copyright.PENANAD0FxAyyrhY
2585Please respect copyright.PENANAluhA6eAZIZ
Aku menggangguk. Fajar membuka pintu mobil dan keluar. Dari kaca mobil aku bisa melihat ia masuk bersama yang lainnya. Jujur saja, ini kali pertama bagiku berada di gereja, walaupun hanya sekedar di halamannya.2585Please respect copyright.PENANATywElnQD0X
2585Please respect copyright.PENANAspFNx3XYo2
Gereja ini berbentuk seperti rumah pada umumnya, hanya saja di bagian atasnya terdapat tanda salib. Dengan sepasang bangku lebar dan meja yang menjadi penengah, di samping pintu. Halaman termasuk luas. Di atas atap, terdapat menara tinggi yang ujungnya berbentuk setiga dengan aluminium yang berbentuk salib dipuncak menara.2585Please respect copyright.PENANARFxoaAVrfH
2585Please respect copyright.PENANAHr0bIPOYbr
Sewaktu aku kecil, aku diajarkan Abiku (Ayah) untuk selalu menghargai perbedaan agama. Masuk ke dalam tempat ibadah umat lain engga apa-apa, mbak, asalkan keyakinan kita tetap sama Allah, begitulah Abiku sering berkata.2585Please respect copyright.PENANA2xD9cvD6U0
2585Please respect copyright.PENANAaMfHShxR81
Perlahan terdengar suara mikrofon melengking, di susul dengan suara seorang pria berkhotbah. Sambil menunggu Fajar, aku berkutat dengan ponselku.2585Please respect copyright.PENANA2AxfCQlgEr
2585Please respect copyright.PENANAQZSX4r1v56
Tiga puluh menit berlalu, Terlihat orang-orang berhamburan keluar Gereja. Aku memandangi kerumunan, mencari apakah Fajar ada di antara kerumunan itu. Tapi, tak kunjung kutemukan ia. Mungkin ia masih berdoa, pikirku. Lalu, aku berselancar kembali di media sosial. Menit berlalu, aku semakin bosan sebab Fajar tak kunjung keluar.2585Please respect copyright.PENANAyK17ILndLE
2585Please respect copyright.PENANAU1sN3eUiZR
Tak lama kemudian, sosok yang kucari keluar dari pintu, tapi ia tidak sendirian. Ia bersama seorang pria tua yang pekiraanku berumur enam puluh tahunan, pria tua itu menggunakan jubah hitam dengan kalung salib yang melingkar di lehernya, yang kuyakini pastilah ia pendeta.2585Please respect copyright.PENANAWenKAEME02
2585Please respect copyright.PENANAMt0DobeA05
Fajar tidak lekas kembali masuk mobil, ia bersama pendeta itu duduk di satu meja samping pintu, berhadapan. Dari dalam mobil, aku memandangi mereka yang sedang bercakap-cakap. Sesekali pendeta itu memukul pelan bahu Fajar sambil tertawa, pastilah perbincangan mereka asik sekali.2585Please respect copyright.PENANA8eLpiMjr89
2585Please respect copyright.PENANAR8tNwwLP1y
Maka, aku memilih untuk menunggu lagi. Aku memaklumi, mungkin hanya hari minggu saja Fajar bisa berbincang ria dengan pendeta itu.2585Please respect copyright.PENANAYUmihRqqwh
2585Please respect copyright.PENANAKFXBwYM5xh
15 menit berlalu. Fajar tidak hengkang atau menyudahi obrolan, malahan mereka semakin asik mengobrol. Aku yang memandangi mereka hanya bisa mendengus. Aku benci sekali jika menunggu, dan Fajar membuatku menunggu selama satu jam lebih.2585Please respect copyright.PENANATDLBbZ4qdb
2585Please respect copyright.PENANATZE6FzLACM
Tak lama dari itu, mereka berdua menoleh ke arahku. Lalu Fajar bangkit dan melangkah menuju mobil. Aku bernafas lega, akhirnya ia kembali.2585Please respect copyright.PENANAiRiVi8OBvw
2585Please respect copyright.PENANAWobqteGfpj
“Tan, keluar bentar, pak pendeta mau ngobrol.,” kata Fajar sambil menahan pintu mobil.2585Please respect copyright.PENANAYyKhksKWNL
2585Please respect copyright.PENANArg376lii55
Aku tercekat, menatap bingung Fajar. Lagian, bagaimana jika orang-orang melihat perempuan berjilbab sepertiku duduk di depan gereja. “Gak ah,” kataku.2585Please respect copyright.PENANA9PhGBOYvV9
2585Please respect copyright.PENANAwdwpCZ3jcP
Masih menahan pintu mobil Fajar berkata lagi, “Bentar doang, Tan. Lagian Fajar gak enak sama pak pendeta.”2585Please respect copyright.PENANAVVOr8GmR3d
2585Please respect copyright.PENANAw8o1w9TUbJ
Aku menggeleng, dan Fajar terus memaksaku. Remaja itu memang kerap memaksakan kehendak. Jika sudah begini, pastilah akan ribet. Aku berfikir sejenak. Kembali mengingat perkataan abiku. Sambil memutuskan aku menghela nafas dalam, lalu menggangguk pelan. Seketika itu Fajar tersenyum, lalu menutup pintu mobil dan melangkah kembali menuju bangku gereja.2585Please respect copyright.PENANA4qQMBNEuYI
2585Please respect copyright.PENANADKRdbADigI
Aku membuka pintu mobil dan melangkahkan kakiku keluar. Untung saja gereja sudah sepi, mungkin hanya menyisakan kami bertiga. Lantas, aku melangkah menuju mereka dengan kikuk sambil menunduk.2585Please respect copyright.PENANA2Lgs76PDR8
2585Please respect copyright.PENANAgV2hYPs2fh
“Selamat pagi,” kataku memberi salam sambil menunduk sopan di hadapan pendeta itu.2585Please respect copyright.PENANAcWjO6hThid
2585Please respect copyright.PENANAG84xlNgmOv
Pendeta itu tersenyum. Agak kikuk aku duduk di samping Fajar, berhadapan dengan pendeta itu, dengan meja yang menjadi penengah di antara kami.2585Please respect copyright.PENANA2ZZ0fvnrCC
2585Please respect copyright.PENANAAaIEKnw0OU
“Nak, Laras?” tanyanya sopan.2585Please respect copyright.PENANAB6iNx7i73l
2585Please respect copyright.PENANAH8bonVhmyi
Aku tersenyum, “Iya, pak.”2585Please respect copyright.PENANAkbmf61Yk68
2585Please respect copyright.PENANAMlzi28cQuP
“Pacarnya nak Fajar?” tanyanya, lagi.2585Please respect copyright.PENANAxhfebdJplv
2585Please respect copyright.PENANAMYNBPHf3M2
Aku menoleh Fajar sekilas. Agaknya ia sudah memberitahu hubungan gelap kami. “Iya, pak,” kataku pelan. Merasa tidak nyaman.2585Please respect copyright.PENANADGLt9Xglaa
2585Please respect copyright.PENANAhjRZ2Czivg
“Calon istri juga, pak,” tambah Fajar. Sontak pendeta itu tertawa.2585Please respect copyright.PENANAx6gwZHnv5H
2585Please respect copyright.PENANAJ5c7UsXGqb
Aku hanya bisa menatap kaki-kaki meja, suasana ini terasa canggung sekali.2585Please respect copyright.PENANAuakqWcACC6
2585Please respect copyright.PENANAjy3kKpQxbq
“Udah lama pacaran, nak?” tanya pendeta itu, lagi.2585Please respect copyright.PENANAdU6jihLw5o
2585Please respect copyright.PENANAM1gvmJ1be7
Aku hanya menggangguk. Fajar malah mengusap kepalaku yang sontak kuberi pelototan tajam. Bagaimana ia bisa bersikap tidak sopan di hadapan pendeta.2585Please respect copyright.PENANASWh0GO4FRx
2585Please respect copyright.PENANAHn11Ut7mzJ
Pendeta itu hanya tersenyum memandangi kami. “Kalian cocok,” katanya.2585Please respect copyright.PENANAcayxcCwEwa
2585Please respect copyright.PENANAPx1XvZrD1D
Fajar tersenyum dengan binar dimatanya. Mengiyakan. Sementara aku bergeming dan tidak merespon.2585Please respect copyright.PENANAqO9PQfqK2Y
2585Please respect copyright.PENANALotQHwwPts
Jauh dari pikiranku, ternyata. Pendeta itu teramat sopan sekali. Awalnya memang terasa kaku, tapi kelamaan aku semakin terbiasa, dan kadang menimpali. Pendeta itu juga memberi kami wejangan berupa pemikiran. Ia juga tidak membenarkan hubungan gelap kami, melainkan memberi nasehat.2585Please respect copyright.PENANAb3jXn43WCS
2585Please respect copyright.PENANA4S7vfzoFAN
Yang aku suka dari pendeta itu adalah, ia tidak menasehatiku dengan ayat-ayat yang tercantum pada kitabnya, seakan ia menghargai keyakinanku. Begitupun aku. Seharusnya semua umat beragama harus seperti itu, saling menghargai dan tidak memaksakan pendapat. Mungkin, jika pemahaman seperti itu di terapkan, pastilah tanah air tercinta ini akan menjadi subur dan banyak cintanya.2585Please respect copyright.PENANAIX0a19lmgI
2585Please respect copyright.PENANAZUENmE8eSH
Pak pendeta juga berkata kepada kami, bahwa jika hubungan kami akan serius dan masuk dalam jenjang pernikahan, maka, salah satu dari kami harus mengalah. Dan aku mengerti maksud dari mengalah itu.2585Please respect copyright.PENANACQxUCnlo6j
2585Please respect copyright.PENANAYg19CykNLS
Lalu, Pendeta itu berkata kepada Fajar untuk selalu menghargaiku sebagai perempuannya. Yang langsung ku respond dengan anggukan mantap. Perempuan bukanlah objek. Perempuan adalah Rahim bumi yang melahirkan tanaman yang subur, begitulah pendeta itu berkata.2585Please respect copyright.PENANAHSzWio3e3I
2585Please respect copyright.PENANAN7gXW0DK1Y
Di akhir perbincangan kami, ketika aku dan Fajar hendak bangkit, pendeta itu menyodorkan alkitab. Jantung mempopa darah dengan cepar, dan timbul perasaan tidak nyaman. tanpa mengurangi rasa hormat kepadanya, aku tersenyum dan menyatukan kedua tanganku di depan dada.2585Please respect copyright.PENANA0IsGN8XvLw
2585Please respect copyright.PENANAQ2SizAXtBC
“Maaf, pak,” kataku. “Saya gak bisa nerimanya.”2585Please respect copyright.PENANAm8fgBuhT2l
2585Please respect copyright.PENANAonCDrmSaWL
Pendeta itu tersenyum. “Nak, saya memberi alkitab ini bukanlah sebab agar kamu menghianati agamu. Melainkan untuk kamu belajar tentang agama yang lain.” Lalu ia merogoh kantung jubah satunya. “Bapak juga baca kitab kamu,” ia mengangkat kitabku.2585Please respect copyright.PENANAoYK3seQEu1
2585Please respect copyright.PENANAbaTICorfbK
Aku memandangi alkitab yang ia sodorkan kepadaku. Sekilas kulirik Fajar. Fajar mengganguk. Sambil menghela nafas, kuraih alkitab di tangannya.2585Please respect copyright.PENANAevlhTbJzbN
2585Please respect copyright.PENANAT5qH7UggVO
“Baca, ya, nak.” Pendeta itu tersenyum. lalu memasukan kitabku di tangan satunya dalam kantung jubahnya.2585Please respect copyright.PENANAuZxd0LgVBc
2585Please respect copyright.PENANA8ZmX5Z7G8v
Aku membalas senyumnya. “Makasih, pak,” kataku sambil memasukan alkitab dalam tas yang melingkar di bahuku.2585Please respect copyright.PENANAeqkWscjKyc
2585Please respect copyright.PENANAQaTDLBtmwk
“Kami pulang duluan ya, pak,” Kata Fajar sambil menyalam punggung tangan pendeta itu. Aku ikutan menyalam punggung tangannya. Sebab mau apapun agamanya, aku diajarkan untuk selalu menghormati orang tua.Kemudian kami berbalik dan melangkah menuju mobil.2585Please respect copyright.PENANALyOpjndDw5
2585Please respect copyright.PENANAerFAJOx90Y
terdengar suara mobil menyala, Fajar melirikku sekilas dan tersenyum. “Makasih, ya, tan.” Ia mengusap kepalaku mesra.2585Please respect copyright.PENANAGxC3Hbfk3Y
2585Please respect copyright.PENANAd2gFVFVX76
Aku membalas dengan tersenyum lebar.2585Please respect copyright.PENANAuI0EWR0KzA
2585Please respect copyright.PENANAwAzfEUKBwD
***2585Please respect copyright.PENANACyyZOujshm
2585Please respect copyright.PENANAjrcvtWAdg1
Jalanan terlihat ramai. Motor saling menyalip-nyalip, berisik kendaraan terdengar dari kaca jendela yang tertutup. Dengan kecepatan pelan, aku memperhatikan setiap orang yang duduk santai di kedai-kedai tepian jalan. Sepang kekasih, sahabat, teman, saling menabur rindu di minggu pagi.2585Please respect copyright.PENANA4mwNAq4xNf
2585Please respect copyright.PENANACe6WIGYLK2
Aku jadi teringat masa ketika awal pernikahanku. Dimas sering mengajakku berkunjung ke meseum. Aku tampak bahagia ketika itu. Kami saling bergandengan tangan bagai kekasih yang tak terpisahkan.2585Please respect copyright.PENANAazNcvOXza7
2585Please respect copyright.PENANATB1jBw1FPp
Memikirkannya membuatku merasa bersalah karena sudah menghianati cinta suci yang ia bangun. Aku juga menghianati anakku, entah apa yang dilakukannya jika ia mengetahui bahwa aku menjalin hubungan gelap dengan sahabatnya sendiri.2585Please respect copyright.PENANAY4dtOX1uDK
2585Please respect copyright.PENANAaRaQgaaHxx
Aku juga sempat terpikir untuk menyudahi hubungan gelap ini, terlanjur masih baru. Tapi, aku tidak bisa melakukannya. Ada sebuah hasrat penolakan dari diriku.2585Please respect copyright.PENANA3d8hC1qlgJ
2585Please respect copyright.PENANAx11QnRDO5d
Lambat laun mobil kami menembus kerumunan jalanan. Fajar fokus menyetir. Lama kelamaan aku merasa bahwa Fajar sungguh tampan sekali, memandanginya membuatku terpesona.2585Please respect copyright.PENANAChB62dfYci
2585Please respect copyright.PENANAi62Yubp41a
“Masih lama, Jar?” tanyaku.2585Please respect copyright.PENANA0S8MPtmzRQ
2585Please respect copyright.PENANAfjPdkYUYec
“Bentar lagi, Tan,” jawabnya.2585Please respect copyright.PENANAF3b2VCdJ6K
2585Please respect copyright.PENANAQDEAQYKeok
Tiga puluh menit berlalu. Akhirnya, mobil yang kami kendarai terpakir di sebuah pantai di samping kedai minuman. Fajar keluar dari mobil, begitupun aku. Aku membentangkan pandangan, Pohon-pohon kelapa menjulang tinggi di pesisir pantai, desir ombak bergemuru, riuh suara pengunjung lain terdengar berisik.2585Please respect copyright.PENANAnQHaclCrVV
2585Please respect copyright.PENANAGKJkLmloS1
Kedai-kedai berjejer lurus dari sudut mata memandang. Fajar berdiri di sampingku. “Jar, pindah, ah, rame banget,” kataku.2585Please respect copyright.PENANAyzDn5Pa4od
2585Please respect copyright.PENANAqc11qUJizt
“Fajar tau, kok, tempat yang sepi,” katanya. Kemudian ia melangkah menuju bagasi mobil. Lalu kembali dengan tas yang bertengger di punggungnya.2585Please respect copyright.PENANAJ4vkwkEjkM
2585Please respect copyright.PENANATmRPOO28dL
“Kamu bawa apaan?” tanyaku bingung.2585Please respect copyright.PENANAu6LdHiTwsx
2585Please respect copyright.PENANAW65xAMoGBT
“Perlengkapan buat piknik.”2585Please respect copyright.PENANAQHKbNJkxk4
2585Please respect copyright.PENANAQYrW9kgPj7
Aku mengganguk. Akuu tidah tahu bahwa Fajar telah menyiapkan perlengkapan, di tambah ia tidak memberitahuku akan ke pantai.2585Please respect copyright.PENANASoVk3BbAxI
2585Please respect copyright.PENANAjNmRUh7sAU
Kemudian kami melangkah di antara keramain orang. Penjual-penjual es, batagor, cilor, terlihat sepanjang kami melangkah. Fajar terlihat santai di sampingku. Ia tampak tinggi, membuatku harus mendongak memandanginya. Pastilah aku terlihat kecil jika berjalan di sampingnya.2585Please respect copyright.PENANAo0iEsQpE9W
2585Please respect copyright.PENANAXALRJuJe7v
Kami terus melangkah sampai pada akhirnya kami menapak kaki di pantai. Aku bisa merasakan tanah-tanah halus yang menghabur di kakiku. “Masih jauh?” tanyaku.2585Please respect copyright.PENANA7eUuyN1IJN
2585Please respect copyright.PENANAl4MRQTwSMd
Fajar menunujuk ke arah depan. Dari kejauhan aku melihat dua pohon kelapa yang pendek dan melengkung. Sepanjang perjalanan, kami berbasi-basi. Fajar menceritakan legenda pantai ini. Katanya, pantai ini adalah bekas dari meteroit yang jatuh ke bumi ratusan tahun silam, terbukti dengan adanya beberapa batu besar di tengah-tengah laut. Ia juga menjelaskan tentang pulau kecil yang jauh di tengah laut. Katanya, pulau itu menjadi tempat persingahan nelayan di malam harinya.2585Please respect copyright.PENANA4Soynydmjk
2585Please respect copyright.PENANAsdg2SFnRhO
Gemuruh ombak semakin menyalak, aroma pasir tercium segar di cuping hidung. Angin-angin laut menemani kami sepanjang melangkah. Sampai pada akhirnya kami tiba dan menapak kaki di pesisir, di bawah pohon kelapa yang jaraknya tidak jauh dari kepalaku.2585Please respect copyright.PENANAvMhhJ7rJ7w
2585Please respect copyright.PENANAmPZvlpz62y
Fajar menaruh tasnya di tanah. mambuka tasnya lalu mengeluarkan satu karpet lebar dan satu hammock. Ia membentangkan karpet di tanah, lalu mengingkat hammock di kedua pohon kelapa.2585Please respect copyright.PENANAXOoTqM1WOg
2585Please respect copyright.PENANAv514rSpE9D
Aku lekas duduk di karpet, di susul Fajar. Kemudian ia mengeluarkan kompor gas Portable, serenceng kopi, panci kecil, dua cangkir, dan tiga botol aqua. ia sungguh sudah mempersiapkan ini semua.2585Please respect copyright.PENANAHNGa6nTzAy
2585Please respect copyright.PENANAuhs0E1yT0K
“Kamu excited banget, Jar.”2585Please respect copyright.PENANA0yFbzCjUC8
2585Please respect copyright.PENANAQPrWdtMdio
“Iya, dong. Kalau sama tante persiapannya harus matang.” Fajar meletakan kompor portable di tanah, lalu memasang gas. Aku bergeser mendekat ke arahnya, membuat tubuh kami bersentuhan.2585Please respect copyright.PENANAhqDzr58g6d
2585Please respect copyright.PENANAbF2kOnd2FL
“Tante mau minta cium?” godanya dengan senyum yang terkulum.2585Please respect copyright.PENANAKsp6tImbYO
2585Please respect copyright.PENANAtKgjIcjWcX
“Ih orang mau nolong.” Aku mengambil serenceng kopi dan membaginya menjadi dua. Lalu membuka satu persatu bungkus dan mengisinya ke dua gelang. Sementara Fajar memanaskan air.2585Please respect copyright.PENANAkxmH9GXs7P
2585Please respect copyright.PENANATuijTpMD0q
Sambil menunggu air mendidih kami fokus menatap lautan. Teduh rasanya, ombak-ombak bergoyang mengikuti irama angin. Burung-burung camar menari-menari mengikuti latunan ombak. Semilir angin menyapu wajah kami berdua.2585Please respect copyright.PENANAC0ttWjM0z3
2585Please respect copyright.PENANAwGDkHNAW0d
“Fajar cinta banget sama tante,” katanya, lirih. Wajahnya terlihat meringis, ada campuran duka pada suaranya. kedua tangannya memeluk kedua kakinya, membuatnya terlihat seperti kanak-kanak.2585Please respect copyright.PENANAx6VxcHR5O2
2585Please respect copyright.PENANAIgfgDZkrN0
“Tante juga cinta sama Fajar.” Aku memandanginya. Mata kami bertemu. Cukup lama. sampai pada akhirnya ia mendaratkan bibirnya di bibirku. Aku memejamkan mata, membiarkan bibir kami saling menyapa di antara berisiknya ombak dan sepoi-sepoi angin pagi.2585Please respect copyright.PENANAsZa4HSu2fv
2585Please respect copyright.PENANAxWxIBFoE37
Kami saling menatap kembali. Kini, ia pegangi kepalaku dengan kedua tangannya. Ia ciumi pipiku, kiri-kanan, bergantian. kurasakan ketulusan pada kecupannya. Terakhir, ia kecup keningku. Mesra sekali. Aku terbang bagai burung camar yang kulihat tadi, terbang bebas mengirama ombak.2585Please respect copyright.PENANAGFHhcQtFJy
2585Please respect copyright.PENANAirYxRdQrQT
Kemesraan itu berakhir dengan gemercik air mendidih. Fajar mematikan kompor. Lalu menuangkan air ke dua gelas. Ia menganduk kopinya dan kopiku bergantian. Bersamanya, aku seperti dilayanin dengan sebaik-sebaik-nya.2585Please respect copyright.PENANAKldPNIXsnj
2585Please respect copyright.PENANA4SHrTHFFxU
Aku meraih gagang gelas. Bersamaan dengan sepoi angin, kusesap kopi hitam. Terasa enak di lidah. Sepanjang pernikahanku, tak pernah aku merasakan kenyamanan ini. Dan ini adalah kali pertamaku. Sungguh.2585Please respect copyright.PENANAQLJYjoH2Ld
2585Please respect copyright.PENANAvmpS5le5Lc
Tiba-tiba terdengar dering ponsel berbunyi. Aku mengeluarkan ponsel dari tasku, lalu menatap lekat layar ponsel yang bertuliskan: Abi. Aku menoleh ke Fajar sambil meletakan jari telunjukku di tengah bibir.2585Please respect copyright.PENANAwXlk2Yg4Tn
2585Please respect copyright.PENANAoXuCAa32rE
“Assamulaikum, bi,” kataku.2585Please respect copyright.PENANAtundneweS3
2585Please respect copyright.PENANAscSfwe56mI
“Waalaikumsallam, umi,” terdengar suaranya di sebrang sana. “Umi lagi di mana? berisik banget.”2585Please respect copyright.PENANAub5NSN0ups
2585Please respect copyright.PENANAWnygIo7fbp
“Umi lagi di warung, nih. Sama Fajar,” jawabku, berbohong.2585Please respect copyright.PENANAH0ZmSTDPc4
2585Please respect copyright.PENANAigzPnw1mYo
“Aawww,” aku memekik dan lekas menutup mulutku ketika kurasakan remasan di buah dadaku. Si pelaku malah tersenyum nakal. Aku memelotinya agar tidak kembali melakukan hal itu lagi.2585Please respect copyright.PENANA9mVTjZ5GD7
2585Please respect copyright.PENANAq3TV2sV2SZ
“Umi kenapa?”2585Please respect copyright.PENANAIQTgOweVXf
2585Please respect copyright.PENANA0XOT53Bg7y
“Eh, engga, Bi. Ini masakannya kepedasan,” elakku.2585Please respect copyright.PENANAuaTU7qKy5i
2585Please respect copyright.PENANAdlUvz4ki7P
Bukannya mengerti, tangan Fajar malah masuk ke dalam gamisku dan membelai betisku. Aku mencoba menggeser betisku sambil terus berbincang dengan suamiku. Fajar malah semakin menjadi, ia mendekat ke arahku dan mengangku tanganku yang satunya. Lantas, ia endus ketiakku.2585Please respect copyright.PENANAJ9vStiQlbT
2585Please respect copyright.PENANAytuD5aKQVM
“Umi Yang sabar ya, nunggu abi pulang.”2585Please respect copyright.PENANAzyXwX9uKIC
2585Please respect copyright.PENANADI5kMxKVrC
“Iya, bi,” jawabku singkat.2585Please respect copyright.PENANAlathR7xh7P
2585Please respect copyright.PENANA0fqeauAPAH
“Umi mau oleh-oleh, apa?”2585Please respect copyright.PENANAhp276IRbGb
2585Please respect copyright.PENANArzkB2qbFoJ
“Terserah, bi.”2585Please respect copyright.PENANAU4lpuqQ8Nx
2585Please respect copyright.PENANAXcdm6kJy1A
Fajar semakin menjadi, tanganya berpindah mengelus perutku, sontak aku merasa geli. Tapi tidak ada niatan untuk menyuruhnya berhenti. Elusan tangannya di perutku, membuatku mengabaikan telepon dari suamiku.2585Please respect copyright.PENANA1rGN2j7Hzu
2585Please respect copyright.PENANAeqEtmNyLgd
Tindakannya semakin liar, perlahan ia remes buah dadaku dari balik gamis. Aku yang kepalang bosan menegurnya, akhirnya membiarkan. Remasannya semakin liar, membuatku harus menggigit bibir, menahan lenguhan agar tidak terkeluar.2585Please respect copyright.PENANAXDEefhqWEC
2585Please respect copyright.PENANAsJBZ1ATxly
“Umi?”2585Please respect copyright.PENANAiSSL1Mg9AA
2585Please respect copyright.PENANA5yfaZdDQde
“Eh, iya, bi. Kenapa?” jawabku tergagap.
2585Please respect copyright.PENANAkS5Lj2zhD6
Bersambung.
ns216.73.216.197da2