
# 4 Sentuhan demi sentuhan
1534Please respect copyright.PENANAPPfXxPaRPI
Pukul 18.28, setelah melaksanakan ibadah solat magrib, aku lekas kembali menuju ruang tamu, tapi tidak terlihat Fajar di sana. Aku membentangkan pandanganku ke seluruh penjuru ruang, mencari keberadaan remaja itu. Mungkin dia lagi keluar, pikirku. Kemudian aku beranjak menuju dapur dan memasak untuk makan malam.1534Please respect copyright.PENANA4kkruKDUvT
1534Please respect copyright.PENANAqM6V1SL1JW
Aku mengambil dua potong ayam dan meletakkannya di satu piring. minyak sudah terlebih dahulu ku panaskan. Tak lama kemudian, gemercik minyak terdengar Meletus-melutus. Kumasukkan satu persatu sepotong ayam, lalu membolak-balik-nya dengan hati-hati.1534Please respect copyright.PENANA3m8tPcuUME
1534Please respect copyright.PENANAEkGWxtzAK8
Tiba-tiba aku merasakan tangan yang melingkar di pinggangku. Lalu terdengar bisik yang membuat bulu kuduk ku merinding, “Cie masak buat Fajar.” Aku menoleh ke belakang sekilas, lalu kembali fokus memasak dan membiarkan Fajar memelukku.1534Please respect copyright.PENANAba9AEb6NCI
1534Please respect copyright.PENANA1XMlfXKQZl
Aku terus membolak-balik-kan ayam, sementara Fajar terus memelukku dan sesekali mencium pipiku. Tapi, lama-kelamaan aku bisa merasakan kemaluan Fajar yang bergesekan dengan pantatku.1534Please respect copyright.PENANAK7M3XUyrav
1534Please respect copyright.PENANAe0M3ZuvAjo
“Jar, Ih, tante lagi masak,” kataku.1534Please respect copyright.PENANANVC5YwbwAB
1534Please respect copyright.PENANARCtxdFvDY6
Fajar malah terkekeh, “Badan tante semok banget,” bisiknya di telingaku.1534Please respect copyright.PENANAIlo1707uQL
1534Please respect copyright.PENANAPnjvzu13Oa
Jujur saja aku merasa bangga apabila di puji seperti itu. Harus ku akui bahwa tubuhku lumayan berisi, hanya saja cara berpakaian ku yang agamis yang membuat lekuk tubuhku tertutupi.1534Please respect copyright.PENANAkSGokrKWvD
1534Please respect copyright.PENANAwTEZAFavhY
Aku menggeser tubuhku dan meraih dua piring di selorok atas. “Jar, udahan,” kataku lagi.1534Please respect copyright.PENANAsRf5KlROyk
1534Please respect copyright.PENANAEy2IcpUXT6
Fajar beranjak menjauh lalu duduk di meja makan. Kemudian aku meletakan satu persatu ayam di kedua piring, dan mengambil nasi di kosmos samping. Aku melangkah ke meja makan dengan dua piring di kedua tanganku.1534Please respect copyright.PENANAZWiYEhNrMm
1534Please respect copyright.PENANAUxxPJei91j
“Ayo, makan,” kataku sambil meletakan satu piring di hadapannya.1534Please respect copyright.PENANACkdwK8L2mM
1534Please respect copyright.PENANADeUpRInrE0
Fajar malah tersenyum menatapku. Aku memicingkan mata dan menatapnya kembali. “Kenapa?” kataku agak garang.1534Please respect copyright.PENANAH1uXPT8ucx
1534Please respect copyright.PENANAn6GIwMVjPQ
Fajar terkekeh. “Tante imut banget.”1534Please respect copyright.PENANArFVOQHLvI4
1534Please respect copyright.PENANAIYEWLcGeHt
Sontak kedua pipiku merona. Remaja itu selalu saja menggombal. “Udah-udah, makan, nanti ngomongnya.”1534Please respect copyright.PENANAxftUjia0iB
1534Please respect copyright.PENANAFXVlDIgnyU
“iya, sayang,” kata Fajar.1534Please respect copyright.PENANAvPyBLuU36s
1534Please respect copyright.PENANAnwYgZldKHN
Aku semakin merona. Panggilan sayang yang diucapaknnya mampu membuat degup jantungku tak karuan. Kemudian, kami menyantap makanan masing-masing. Suara sendok dan piring menjamu keheningan.1534Please respect copyright.PENANAbE1T4sJ5J6
1534Please respect copyright.PENANAY1aehGP95K
Tidak lama kemudian lauk habis tak tersisa. Aku menuangkan air di gelasku dan Fajar dan meminumnya.1534Please respect copyright.PENANATXOxVjuUfE
1534Please respect copyright.PENANA7z8NIAAm12
Fajar beranjak berdiri. “Main ps yuk tan di kamar Adit,” ajaknya.1534Please respect copyright.PENANAAhkqZ4Bt8G
1534Please respect copyright.PENANAUWMEHfDvJ0
Aku menggeleng. “Bosan, ih.”1534Please respect copyright.PENANAuh3cLmmf4R
1534Please respect copyright.PENANAwgjhsEsBNS
“Ngobrol aja di ruang tamu.”1534Please respect copyright.PENANA10wxDAWbeL
1534Please respect copyright.PENANAGnWqL3SfVy
Aku mengganguk lalu melangkah di belakangnya. Kami duduk bersampingan di sofa. Seperti biasa Fajar melingkarkan tangannya di bahuku. Aku merasa sudah biasa atas perlakuannya yang manja seperti ini.1534Please respect copyright.PENANAYYuAwjJg3C
1534Please respect copyright.PENANA6e6dezT6By
“Mau ngopi lagi, Jar?” tanyaku.1534Please respect copyright.PENANA7nvcWsfN3I
1534Please respect copyright.PENANA8mtA6hEUps
Fajar menggangguk. Aku hendak bangkit, tapi kemudian ia menahan lenganku. “Fajar aja yang bikin, tan.” Katanya.1534Please respect copyright.PENANAjMhF6xLuZ8
1534Please respect copyright.PENANA2kz4mK22uS
Aku tersenyum dan mengganguk. Lantas Fajar berdiri dan berjalan menuju dapur. Ada perasaan hangat ketika aku melihat punggungnya, sebuah perasaan yang sedikit bisa ku jelaskan, bahwa itu adalah percikan cinta yang timbul di hatiku.1534Please respect copyright.PENANASJQxrZude1
1534Please respect copyright.PENANAH0Jbsf4Cpx
Ya, aku mecintainya, tapi aku juga mencintai semuaku. Memang kontradiktif, tapi itu apaadanya. Mungkin jika orangtuaku mengetahui yang kuperbuat sekarang pastilah mereka akan memukulku sebab yang kulakukan adalah dosa yang besar, berselingkuh sekligus berzina.1534Please respect copyright.PENANAN5cY8Kdov4
1534Please respect copyright.PENANAORYrSpZNai
Selain itu, aku juga merasa teramat bersalah kepada suamiku. Tapi, entah kenapa, hasrat untuk bersama Fajar lebih kuat daripada dosa. Aku sedikit bingung, tak pernah sebelumnya aku melakukan hal seperti ini. Pun, aku terdidik dari kalangan yang agamis yang selalu mengajarkan moral dan etika sesuai agama.1534Please respect copyright.PENANAEmKYKNfKqw
1534Please respect copyright.PENANAObNkttv3CR
Semoga tuhan bisa memaafkan apa yang kuperbuat, mau bagaimanapun juga, aku masih percaya kepada-Nya, meskipun aku melakukan tindakan yang dilarangnya.1534Please respect copyright.PENANAHXTB6lPw1k
1534Please respect copyright.PENANAOsoYyHOU8Y
Fajar datang dengan dua cangkir gelas yang ia pegang dengan kedua jari jempol dan telunjuknya. Ia duduk di sampingku sambil meletekan kopi. Aku memandanginya, alisnya tebal bagai bulu buruang, hidungnya mancung, tubuhnya tegap, yang membuatku kagum adalah rahangnya yang tampak mengeras. Kupikir pastilah ia sering berolahraga.1534Please respect copyright.PENANApJ5YKaJtm6
1534Please respect copyright.PENANAwk3TtMv4GF
Kalau aku sendiri memiliki tubuh yang bagiku lumayan ideal. Tidak gemuk dan juga tidak kurus. Mata bidadari, begitulah Abiku sering berkata, sebab bola mataku besar. Hidungku sedikit mancung walaupun tak semancung Fajar. Aku sedikit bermasalah di tinggi badan, bukan berarti aku pendek. Untuk ukuran perempuan bisa dibilang tinggi rata-rata perempuan Indonesia.1534Please respect copyright.PENANAe6Xbd2j1pw
1534Please respect copyright.PENANACZ5cFKKgi5
Kulitku putih, sejak SMA aku memang sering merawat wajahku, tak heran jika dahulu banyak lelaki yang mendekatiku dengan berbagai cara, ada yang dengan cara memamerkan hartanya, ada juga yang hanya bermodal tampang, tapi tak satupun kupilih, lagian masa-masa SMA aku tidak tertarik untuk pacaran. Dosa.1534Please respect copyright.PENANArY6WAKj2rx
1534Please respect copyright.PENANA8fmsPKpHr3
Aku menyesap kopiku sambil memejamkan mata. Kopi memang sahabat terbaik di segala keadaan. Ketika bahagia, sedih, gunda, kadang semua itu bisa diatasi dengan secangkir kopi, atau saat sedang berselingkuh seperti yang kulakukan sekarang ini.1534Please respect copyright.PENANAGNm8o47BpL
1534Please respect copyright.PENANAZZKQfXiM5r
“Tan, besok jalan-jalan, yuk.” Fajar membuka obrolan.1534Please respect copyright.PENANAFjjqCG6A8w
1534Please respect copyright.PENANAthJx2Ri1yj
“Ke mana?”1534Please respect copyright.PENANAukDwbUvWSL
1534Please respect copyright.PENANAvBdYvNn0HF
Fajar terlihat berpikir. “Tante mau ke mana?”1534Please respect copyright.PENANAQUaBPiOMw7
1534Please respect copyright.PENANAb96wHIH5QI
“Tante ikut aja, sih.”1534Please respect copyright.PENANABspr7jOV8O
1534Please respect copyright.PENANACIX93TkIlA
“Tapi temenin Fajar ke gereja bentar, ya?”1534Please respect copyright.PENANAq0DX2YyQor
1534Please respect copyright.PENANABo9DamPHPe
Ludah berhenti di teggoralkan. Aku melupakan sesuatu, kalau Fajar tidak beragama islam. Selintas aku merasakan ketidaknyaman.1534Please respect copyright.PENANAQjs8ktyujm
1534Please respect copyright.PENANAyPGjSxaLIX
“Tan?” tanyanya lagi.1534Please respect copyright.PENANAnlxHEIzdXD
1534Please respect copyright.PENANACWE7BESLte
Aku ragu untuk menjawab iya.1534Please respect copyright.PENANADHN7yDNCcu
1534Please respect copyright.PENANAIyNIaAO303
“Gimana, Tan?” ia terus bertanya.1534Please respect copyright.PENANA26hDx8zimI
1534Please respect copyright.PENANAu0m1FUnI1t
Aku menghela nafas sebelum memutuskan. “Tapi tante di mobil aja, ya. Engga sampe masuk,” kataku. Mau bagaimanapun aku tetap memiliki keyakinan tersendiri. Begitupun Fajar, perbedaan agama di antara kami tidak membuatku harus memaksakan kehendakku dan sebaliknya.1534Please respect copyright.PENANAyRK9C4R8Uq
1534Please respect copyright.PENANA9wpce2rdeb
Fajar tersenyum. “Iya tante sayang.”1534Please respect copyright.PENANAZr70sjwsM7
1534Please respect copyright.PENANAp3bifku42j
Lalu kami jatuh dalam sebuah obrolan yang panjang, selama mengobrol aku bisa merasakan kehangatan pada suaranya. suara yang sedikit berat. Terlebih ekspresinya ketika berbicara, seperti aku berada di pandang rumput yang luas dengan sepoi-sepoi angin. Di tambah dengan tuturnya yang begitu lembut.1534Please respect copyright.PENANACWZkCjNGqF
1534Please respect copyright.PENANAUOdkG8j6W4
Selama mengobrol aku senyam-senyum sendiri, antara kagum dan juga heran. Heran mengapa remaja setampan Fajar bisa-bisa-nya jatuh cinta kepadaku. Padahal perbedaan usia kami terpaut jauh.1534Please respect copyright.PENANAKfuDTf87uS
1534Please respect copyright.PENANAEJsYtMLSjc
Lambat laun semakin malam. Aku sempat terlena untuk melaksanakan Solat Isya. Ketika aku hendak bangkit, Fajar menahan lenganku dan bilang, Nanti aja, Tan, ngobrol dulu, lagian tenggat waktu solat isya panjang.1534Please respect copyright.PENANANZV9nzbntR
1534Please respect copyright.PENANA7spJb3fmBS
Entah kenapa aku mengiyakan dan duduk kembali. Tak seperti biasanya, biasanya saat adzan berkumandang, aku segera menunaikan ibadah.1534Please respect copyright.PENANAM1R2T3QdMn
1534Please respect copyright.PENANA7BRcX0S3ES
Lalu, kami kembali jatuh dalam obrolan. Fajar bercerita bahwa dia butuh waktu tiga bulan untuk menabung dan membelikan cicin yang terlingkar di jari manisku. Aku sempat untuk mengembalikannya, merasa tidak enak. Tapi Fajar mencegahku dan bilang, pemberian gak bisa ambil kembali. Fajar juga menambahkan bahwa aku harus terus memakai cincin pemberiannya. Lalu aku bilang, kalau suamiku tau gimana? Fajar menjelaskan, bilang aja kalau aku beli sendiri. Aku mengiyakan saja.1534Please respect copyright.PENANAjvhtDturG8
1534Please respect copyright.PENANASeM60nWUUt
Malam semakin menyalak. Kami terus bersatu dalam obrolan. Sesekali Fajar mencium pipiku, sesekali juga ia mengendus area ketiakku. Perlahan aku mulai terbiasa. Kami tampak seperti pasangan suami-istri, di tambah dengan keadaan rumahku yang menyisakan kami berdua. Saksi daripada perselingkuhanku.1534Please respect copyright.PENANASlFWjPRSQD
1534Please respect copyright.PENANAT09djjLTqo
Aku melirik jam dinding, pukul 22.01, biasanya jam segini aku sudah berada dalam mimpi. Tapi, mengobrol dengan Fajar terasa begitu mengasikan, maka kuputuskan untuk tidur agak lama dari biasanya.1534Please respect copyright.PENANAc8zzwX1dkK
1534Please respect copyright.PENANA7QLuTkTtQ4
Kami membahas banyak hal, mulai dari masa kecil Fajar yang ada kaitan denganku. Yang tentu saja langsung kucerca dengan beragam pertanyaan. Aku mengetahui sesuatu bahwa Fajar sudah menyimpan perasaan denganku sejak di bangku SMP. Aku sempat tertawa sebab bagaimana bisa anak SMP jatuh cinta kepada ibu rumah tangga sepertiku ini.1534Please respect copyright.PENANAxMnjTIOrSA
1534Please respect copyright.PENANA7P6cug4FSr
Aku juga bercerita bahwa aku menyukainya baru-baru ini. Dia bertanya kenapa aku menyukainya. Kujelaskan kalau aku merasa nyaman berada bersamanya, merasa diperlakukan dengan mesra. Fajar tersenyum dan kemudian kembali mengendus ketiakku. Remaja itu sungguh menyukai ketiakku.1534Please respect copyright.PENANAufywGUbruW
1534Please respect copyright.PENANApaH3UfH1Uh
Menjelang pukul 23.00, aku menyudahi aktivitas berbincang kami dan bangkit.1534Please respect copyright.PENANAEMKl1iNTYg
1534Please respect copyright.PENANAOz8Ws8GtZa
“Tante mau tidur dulu,” kataku kepadanya.1534Please respect copyright.PENANAgRBTZVneoJ
1534Please respect copyright.PENANA6RKPq7bHLz
Terlihat wajahnya yang nampak kecewa. Aku terkekeh. “Besok lanjut lagi.”1534Please respect copyright.PENANAOUFzdhZdza
1534Please respect copyright.PENANA7do6FixIti
“Tidur di sini aja, tan,” katanya. “Fajar janji deh gak macem-macem.” ia mengangkat kedua telapak tangannya setinggi kepala.1534Please respect copyright.PENANAhi0XVObwAt
1534Please respect copyright.PENANAAMboQoGPZs
“Tante gak bisa tidur di sofa,” kataku.1534Please respect copyright.PENANAbo3Lq8s4C0
1534Please respect copyright.PENANAwIvBb4mJDy
Fajar mendengus, kemudian bangkit dan mendekat ke arahku. “Boleh cium bibir?” tanyanya.1534Please respect copyright.PENANAHSTvfpLz1z
1534Please respect copyright.PENANArFdTiwejI7
Aku mengangguk pelan dan memejamkan mata. Kemudian, Terasa bibirnya menyentuh bibirku. Kali ini tidak ada lumatan, murni bibir ketemu bibir.1534Please respect copyright.PENANA0xqXQhdFtL
1534Please respect copyright.PENANAlwdwrDyVRd
“Selamat malam, Tan.” Fajar tersenyum ramah.1534Please respect copyright.PENANAJZrLu8Vw4Z
1534Please respect copyright.PENANAsWJW78bldE
“malam juga, Jar.” Aku berbalik dan melangkah menuju kamarku. Sepanjang langkah, hatiku berbunga-bunga bagai mawar di taman para suci.1534Please respect copyright.PENANAcCiGhbZeDW
1534Please respect copyright.PENANAdRI9VUO2IZ
***1534Please respect copyright.PENANASf3j338wsi
1534Please respect copyright.PENANACJZQFLQaCl
Minggu pagi menyapa dengan semburat cahaya. Aku terlihat cantik pagi ini, dengan gamis pink dan balutan hijab lebar yang menutupi kedua buah dadaku. Aku berdandan secukupnya, memoles bibir dan memberi sedikit taburan make-up di wajahku. Begitupun Fajar, dia tampak tampan dengan kaos hitam dan celana jeans panjang. Aku sengaja menyuruhnya memakai pakaian anakku, sebab, waktu kami berbincang semalam ia hendak untuk pulang dan mengambil baju ganti, karena sudah larut, aku cegah.1534Please respect copyright.PENANAZH5ILndaOB
1534Please respect copyright.PENANAqjYEbugbQi
Sebelum berangkat pergi, seperti biasa aku dan ia ngopi terlebih dahulu di ruang tamu. Jam dinding menunjuk pukul 08.00, masih terlalu pagi untuk menuju gereja.1534Please respect copyright.PENANAjgSwjuZ5rd
1534Please respect copyright.PENANAXcJ0yfCmXL
“Tante gak risih, kan? kalau ke gereja bareng Fajar?” tanyanya dengan kaki yang tersilang.1534Please respect copyright.PENANAbIEYqiKWMQ
1534Please respect copyright.PENANAhaeJ0nan2Q
“Dikit,” kataku jujur. “Kamu gak bisa apa balik kaya dulu?”1534Please respect copyright.PENANAojs6rvhUYm
1534Please respect copyright.PENANAmvml8ymyk9
Tentu saja Fajar mengerti apa yang kumaksud. Ia menggeleng, “Tante aja yang ikut aku, mau?”1534Please respect copyright.PENANAK7Qh0hrJoP
1534Please respect copyright.PENANASni2gF2ByN
Sontak aku memukul pelan bahunya. “Apaan sih, Jar!”1534Please respect copyright.PENANAne3uvI5wPX
1534Please respect copyright.PENANAC9WPSAZiHN
Fajar malah tertawa. “Bercanda, tan,” katanya sambil mengelus kepalaku. “Tapi kalau mau serius juga boleh.”1534Please respect copyright.PENANAAqDh3INYup
1534Please respect copyright.PENANAfzCrsSo7Nr
“Udah-udah,” kataku mencegah obrolan agar tidak berlanjut ke sembarang arah. “Ngobrol yang lain aja.”1534Please respect copyright.PENANAXurGKU6Vj8
1534Please respect copyright.PENANAa76Qmj4jZg
Fajar berdehem. “Mau dinyanyiin lagi, Tan?”1534Please respect copyright.PENANAenujyREFnI
1534Please respect copyright.PENANApwcMYcKXDH
Aku menggangguk antusias.1534Please respect copyright.PENANAOYMBSVLG95
1534Please respect copyright.PENANA5H37C1RUr7
“Bentar.” Fajar beranjak berdiri dan melangkah menuju kamar anakku, lalu kembali duduk di sampingku dengan gitar di pangkuannya.1534Please respect copyright.PENANAmD3nVsMzCe
1534Please respect copyright.PENANAShkUvlzXhk
“Mau lagu apa? Tan?” Fajar membenarkan posisinya menghadapku, begitupun aku.1534Please respect copyright.PENANAIqyUYqdNIW
1534Please respect copyright.PENANA5aOFhbvZym
Aku berfikir sejenak, lalu berkata, “Hujan di mimpi?”1534Please respect copyright.PENANAsdwk7jGd9r
1534Please respect copyright.PENANAucF9e7xVkr
“Tante yang nyanyi, Fajar yang main gitarnya. Oke?”1534Please respect copyright.PENANAbwZdye4Fll
1534Please respect copyright.PENANAhy4be3SYM9
Aku mengangguk. Perlahan terdengar petikan senar yang begitu indah, setiap nada saling melengkapi. Petikannya bervariasi dalam chord B. Kemudian Fajar menatapku. Aku mengerti.1534Please respect copyright.PENANAluWCN7botY
1534Please respect copyright.PENANAT4IcWDBDdg
“Semesta bicara tanpa suara, semesta ia kadang buta aksara. Sepi itu indah, percayalah. membisu itu anugrah.” Aku bernyanyi mengikuti irama dawai yang ia petik.1534Please respect copyright.PENANAvf1MsSIPid
1534Please respect copyright.PENANAJAruWp4e86
“Seperti hadirmu di kala gempa, jujur dan tanpa bersandiwara. Teduhnya seperti hujan di mimpi, berdua kita berlari.” Aku memejamkan mata, menikmati setiap note-note yang berhamburan di ruang tamu.1534Please respect copyright.PENANAvLPkfGJ7Ip
1534Please respect copyright.PENANAezA4CarSt1
“Semesta bergulir tak kenal aral. Seperti langkahmu menuju kaki langit. Seperti genangan akankah bertahan. Atau perlahan menjadi lautan.” Aku terus bernyanyi dengan senyum yang tak pudar menatapnya. Mata kami saling bertemu dan memancarkan sebuah cinta. Saling menggenggam dalam kesatuan nada, irama, dan tempo.1534Please respect copyright.PENANA8D4K6R5uHn
1534Please respect copyright.PENANANT0IsMDWfq
Petikannya kembali mengisi ruang di antara kami. Romansa menyentak bagai kekasih yang akan selalu abadi. Pada binar matanya aku melihat sebuah ketulusan, pada jemarinya aku bisa melihat note-note cinta yang beterbangan, membentuk sebuah lagu cinta. Lalu, ia mengakhiri permainan gitarnya dengan genjrengan cantik dalam chord B.1534Please respect copyright.PENANAcMrL8NVv3y
1534Please respect copyright.PENANAMp7VwHSxWR
Kemudian ia rebahkan gitar di sampingnya dan meraih tanganku. Bola matanya seakan ingin mengatakan sesuatu yang tercekat, yang tak bisa ia katakana.1534Please respect copyright.PENANAMi064tLqfu
1534Please respect copyright.PENANAfWNrpFJ06b
“Kenapa?” tanyaku.1534Please respect copyright.PENANATjbXZiub07
1534Please respect copyright.PENANAj6iuBz3PA5
Ia tak menjawab melainkan tersenyum. Aku menatapnya bingung. “kenapa?” tanyaku lagi.1534Please respect copyright.PENANAVYVnbVg3co
1534Please respect copyright.PENANA5LWdLdihqK
Ia malah bangkit. “Yuk, Tan. Udah pukul Sembilan, nih.”1534Please respect copyright.PENANA952KBZ3FHP
1534Please respect copyright.PENANAEi1EBywJIm
Aku melirik jam dinding dan bangkit. Kemudian kami melangkah keluar. Masuk ke dalam mobil. Ketika mobil menyala, Fajar menoleh ke arahku, dan bertanya. “Malam ini? boleh tidur bareng?”1534Please respect copyright.PENANAM2Ix6NUm3w
1534Please respect copyright.PENANAHV7sqJyv1x
Aku tertegun. “Liat nanti, ya,” kataku ragu.1534Please respect copyright.PENANAxDCA6PJ6He
1534Please respect copyright.PENANA9kZY4GqbZe
Fajar tidak berkata lagi. Perlahan mobil yang kami kendarai berjalan keluar halaman, melewati setiap rumah dan menghambur di jalanan raya.1534Please respect copyright.PENANAJAdoGPHmTe
1534Please respect copyright.PENANAFBsLJNLDvl
***1534Please respect copyright.PENANA4v4jJNGhpF
1534Please respect copyright.PENANAxMIpxQqPDd
Sesampainya di Gereja, Fajar memarkirkan mobil di antara hempitan mobil lain. Gereja tampak ramai, di pintu masuk berhamburan orang-orang yang akan menunaikan ibadah.1534Please respect copyright.PENANAmWWzKcij0d
1534Please respect copyright.PENANAN01KwF831N
“Tunggu bentar ya, tan,” Kata Fajar sambil mematikan mobil.1534Please respect copyright.PENANAzuu10jTzYs
1534Please respect copyright.PENANAumNb4KJxBQ
Aku menggangguk. Fajar membuka pintu mobil dan keluar. Dari kaca mobil aku bisa melihat ia masuk bersama yang lainnya. Jujur saja, ini kali pertama bagiku berada di gereja, walaupun hanya sekedar di halamannya.1534Please respect copyright.PENANAtjlN56DOIB
1534Please respect copyright.PENANA1Ckvn3VLta
Gereja ini berbentuk seperti rumah pada umumnya, hanya saja di bagian atasnya terdapat tanda salib. Dengan sepasang bangku lebar dan meja yang menjadi penengah, di samping pintu. Halaman termasuk luas. Di atas atap, terdapat menara tinggi yang ujungnya berbentuk setiga dengan aluminium yang berbentuk salib dipuncak menara.1534Please respect copyright.PENANACkT4TKC202
1534Please respect copyright.PENANA9ZrwnHcc6C
Sewaktu aku kecil, aku diajarkan Abiku (Ayah) untuk selalu menghargai perbedaan agama. Masuk ke dalam tempat ibadah umat lain engga apa-apa, mbak, asalkan keyakinan kita tetap sama Allah, begitulah Abiku sering berkata.1534Please respect copyright.PENANApKP7qJ0byG
1534Please respect copyright.PENANAI1cFRRm2a6
Perlahan terdengar suara mikrofon melengking, di susul dengan suara seorang pria berkhotbah. Sambil menunggu Fajar, aku berkutat dengan ponselku.1534Please respect copyright.PENANAnJOWnuUhIK
1534Please respect copyright.PENANAhgMGG75rMe
Tiga puluh menit berlalu, Terlihat orang-orang berhamburan keluar Gereja. Aku memandangi kerumunan, mencari apakah Fajar ada di antara kerumunan itu. Tapi, tak kunjung kutemukan ia. Mungkin ia masih berdoa, pikirku. Lalu, aku berselancar kembali di media sosial. Menit berlalu, aku semakin bosan sebab Fajar tak kunjung keluar.1534Please respect copyright.PENANA94126SyrSi
1534Please respect copyright.PENANACaqsndp1Dz
Tak lama kemudian, sosok yang kucari keluar dari pintu, tapi ia tidak sendirian. Ia bersama seorang pria tua yang pekiraanku berumur enam puluh tahunan, pria tua itu menggunakan jubah hitam dengan kalung salib yang melingkar di lehernya, yang kuyakini pastilah ia pendeta.1534Please respect copyright.PENANAHPSVfx0G36
1534Please respect copyright.PENANAF27AoAHfQi
Fajar tidak lekas kembali masuk mobil, ia bersama pendeta itu duduk di satu meja samping pintu, berhadapan. Dari dalam mobil, aku memandangi mereka yang sedang bercakap-cakap. Sesekali pendeta itu memukul pelan bahu Fajar sambil tertawa, pastilah perbincangan mereka asik sekali.1534Please respect copyright.PENANAmyMqI64uxq
1534Please respect copyright.PENANAU4DdWXfm3Z
Maka, aku memilih untuk menunggu lagi. Aku memaklumi, mungkin hanya hari minggu saja Fajar bisa berbincang ria dengan pendeta itu.1534Please respect copyright.PENANA3KGDSmYgEw
1534Please respect copyright.PENANA9CfGe9JrEx
15 menit berlalu. Fajar tidak hengkang atau menyudahi obrolan, malahan mereka semakin asik mengobrol. Aku yang memandangi mereka hanya bisa mendengus. Aku benci sekali jika menunggu, dan Fajar membuatku menunggu selama satu jam lebih.1534Please respect copyright.PENANAvu3REtz1BR
1534Please respect copyright.PENANAbMOuGzT6IR
Tak lama dari itu, mereka berdua menoleh ke arahku. Lalu Fajar bangkit dan melangkah menuju mobil. Aku bernafas lega, akhirnya ia kembali.1534Please respect copyright.PENANARtxFe8kulI
1534Please respect copyright.PENANABrc4t9tAaL
“Tan, keluar bentar, pak pendeta mau ngobrol.,” kata Fajar sambil menahan pintu mobil.1534Please respect copyright.PENANA8fvngpR7sm
1534Please respect copyright.PENANAx1KcA7zwHl
Aku tercekat, menatap bingung Fajar. Lagian, bagaimana jika orang-orang melihat perempuan berjilbab sepertiku duduk di depan gereja. “Gak ah,” kataku.1534Please respect copyright.PENANAxE11Gy0bJL
1534Please respect copyright.PENANAMxTosHULTD
Masih menahan pintu mobil Fajar berkata lagi, “Bentar doang, Tan. Lagian Fajar gak enak sama pak pendeta.”1534Please respect copyright.PENANA0ygWT2AemY
1534Please respect copyright.PENANAXGwUPB676V
Aku menggeleng, dan Fajar terus memaksaku. Remaja itu memang kerap memaksakan kehendak. Jika sudah begini, pastilah akan ribet. Aku berfikir sejenak. Kembali mengingat perkataan abiku. Sambil memutuskan aku menghela nafas dalam, lalu menggangguk pelan. Seketika itu Fajar tersenyum, lalu menutup pintu mobil dan melangkah kembali menuju bangku gereja.1534Please respect copyright.PENANAW4ZcYz0e29
1534Please respect copyright.PENANAwJQIYcxfBb
Aku membuka pintu mobil dan melangkahkan kakiku keluar. Untung saja gereja sudah sepi, mungkin hanya menyisakan kami bertiga. Lantas, aku melangkah menuju mereka dengan kikuk sambil menunduk.1534Please respect copyright.PENANAGZjIlnP918
1534Please respect copyright.PENANAqzpywXmB7u
“Selamat pagi,” kataku memberi salam sambil menunduk sopan di hadapan pendeta itu.1534Please respect copyright.PENANASjH7XoTwiJ
1534Please respect copyright.PENANAFmJCRA3Eak
Pendeta itu tersenyum. Agak kikuk aku duduk di samping Fajar, berhadapan dengan pendeta itu, dengan meja yang menjadi penengah di antara kami.1534Please respect copyright.PENANApnP7Mnuwei
1534Please respect copyright.PENANAyx994wdULg
“Nak, Laras?” tanyanya sopan.1534Please respect copyright.PENANAKKnfoKHUGI
1534Please respect copyright.PENANAK35lbXO5Ay
Aku tersenyum, “Iya, pak.”1534Please respect copyright.PENANAEzs6RfU1p3
1534Please respect copyright.PENANAKUj2WcuunE
“Pacarnya nak Fajar?” tanyanya, lagi.1534Please respect copyright.PENANAEUQJZ0Sgro
1534Please respect copyright.PENANAGP7TyZLRrZ
Aku menoleh Fajar sekilas. Agaknya ia sudah memberitahu hubungan gelap kami. “Iya, pak,” kataku pelan. Merasa tidak nyaman.1534Please respect copyright.PENANALJOxsSVo1M
1534Please respect copyright.PENANApBnh8kPugC
“Calon istri juga, pak,” tambah Fajar. Sontak pendeta itu tertawa.1534Please respect copyright.PENANAKTAB6Ank5F
1534Please respect copyright.PENANAH4rk9DMQ1Q
Aku hanya bisa menatap kaki-kaki meja, suasana ini terasa canggung sekali.1534Please respect copyright.PENANAufWdnKrbm5
1534Please respect copyright.PENANAIRVLuUe1fR
“Udah lama pacaran, nak?” tanya pendeta itu, lagi.1534Please respect copyright.PENANAjqLFFyNF08
1534Please respect copyright.PENANAW9pPZqYuW7
Aku hanya menggangguk. Fajar malah mengusap kepalaku yang sontak kuberi pelototan tajam. Bagaimana ia bisa bersikap tidak sopan di hadapan pendeta.1534Please respect copyright.PENANApD2Mdz19Mp
1534Please respect copyright.PENANAWZNSVrMYQw
Pendeta itu hanya tersenyum memandangi kami. “Kalian cocok,” katanya.1534Please respect copyright.PENANA04BoYf1D2D
1534Please respect copyright.PENANA6GOVQohrjN
Fajar tersenyum dengan binar dimatanya. Mengiyakan. Sementara aku bergeming dan tidak merespon.1534Please respect copyright.PENANAaqIXVxtIyH
1534Please respect copyright.PENANAUXwWGfDBRo
Jauh dari pikiranku, ternyata. Pendeta itu teramat sopan sekali. Awalnya memang terasa kaku, tapi kelamaan aku semakin terbiasa, dan kadang menimpali. Pendeta itu juga memberi kami wejangan berupa pemikiran. Ia juga tidak membenarkan hubungan gelap kami, melainkan memberi nasehat.1534Please respect copyright.PENANAZ9QmaUmsF5
1534Please respect copyright.PENANA8yEKF342R9
Yang aku suka dari pendeta itu adalah, ia tidak menasehatiku dengan ayat-ayat yang tercantum pada kitabnya, seakan ia menghargai keyakinanku. Begitupun aku. Seharusnya semua umat beragama harus seperti itu, saling menghargai dan tidak memaksakan pendapat. Mungkin, jika pemahaman seperti itu di terapkan, pastilah tanah air tercinta ini akan menjadi subur dan banyak cintanya.1534Please respect copyright.PENANAcK2mXla4T7
1534Please respect copyright.PENANAdJOwCdp4CX
Pak pendeta juga berkata kepada kami, bahwa jika hubungan kami akan serius dan masuk dalam jenjang pernikahan, maka, salah satu dari kami harus mengalah. Dan aku mengerti maksud dari mengalah itu.1534Please respect copyright.PENANAgnK87xjygX
1534Please respect copyright.PENANAxMDsQpW3UD
Lalu, Pendeta itu berkata kepada Fajar untuk selalu menghargaiku sebagai perempuannya. Yang langsung ku respond dengan anggukan mantap. Perempuan bukanlah objek. Perempuan adalah Rahim bumi yang melahirkan tanaman yang subur, begitulah pendeta itu berkata.1534Please respect copyright.PENANARezd1EDcIQ
1534Please respect copyright.PENANA8iJLGoQ4LY
Di akhir perbincangan kami, ketika aku dan Fajar hendak bangkit, pendeta itu menyodorkan alkitab. Jantung mempopa darah dengan cepar, dan timbul perasaan tidak nyaman. tanpa mengurangi rasa hormat kepadanya, aku tersenyum dan menyatukan kedua tanganku di depan dada.1534Please respect copyright.PENANAqtRolBioBY
1534Please respect copyright.PENANAeorN7qN0Fx
“Maaf, pak,” kataku. “Saya gak bisa nerimanya.”1534Please respect copyright.PENANAdh36fmXwgo
1534Please respect copyright.PENANAK8B9NhttJn
Pendeta itu tersenyum. “Nak, saya memberi alkitab ini bukanlah sebab agar kamu menghianati agamu. Melainkan untuk kamu belajar tentang agama yang lain.” Lalu ia merogoh kantung jubah satunya. “Bapak juga baca kitab kamu,” ia mengangkat kitabku.1534Please respect copyright.PENANAPJ0sul9tDA
1534Please respect copyright.PENANAu6RlkZYlnN
Aku memandangi alkitab yang ia sodorkan kepadaku. Sekilas kulirik Fajar. Fajar mengganguk. Sambil menghela nafas, kuraih alkitab di tangannya.1534Please respect copyright.PENANAF7ssm65AAd
1534Please respect copyright.PENANAKgBrMVRAVc
“Baca, ya, nak.” Pendeta itu tersenyum. lalu memasukan kitabku di tangan satunya dalam kantung jubahnya.1534Please respect copyright.PENANAB9GYUAi23L
1534Please respect copyright.PENANAwRok0wTOCH
Aku membalas senyumnya. “Makasih, pak,” kataku sambil memasukan alkitab dalam tas yang melingkar di bahuku.1534Please respect copyright.PENANAnzqshZBa2m
1534Please respect copyright.PENANARZLK0gqgvD
“Kami pulang duluan ya, pak,” Kata Fajar sambil menyalam punggung tangan pendeta itu. Aku ikutan menyalam punggung tangannya. Sebab mau apapun agamanya, aku diajarkan untuk selalu menghormati orang tua.Kemudian kami berbalik dan melangkah menuju mobil.1534Please respect copyright.PENANAifBjjoAoEO
1534Please respect copyright.PENANAvBOq0wTkfm
terdengar suara mobil menyala, Fajar melirikku sekilas dan tersenyum. “Makasih, ya, tan.” Ia mengusap kepalaku mesra.1534Please respect copyright.PENANAKL0Yhmc4eF
1534Please respect copyright.PENANAYj1YthtIOM
Aku membalas dengan tersenyum lebar.1534Please respect copyright.PENANAvun5ORnWI3
1534Please respect copyright.PENANAmffdGK6vNf
***1534Please respect copyright.PENANACNp529atiZ
1534Please respect copyright.PENANASkt1MvHbQ0
Jalanan terlihat ramai. Motor saling menyalip-nyalip, berisik kendaraan terdengar dari kaca jendela yang tertutup. Dengan kecepatan pelan, aku memperhatikan setiap orang yang duduk santai di kedai-kedai tepian jalan. Sepang kekasih, sahabat, teman, saling menabur rindu di minggu pagi.1534Please respect copyright.PENANAWeKnaFjath
1534Please respect copyright.PENANAJsYp7f0904
Aku jadi teringat masa ketika awal pernikahanku. Dimas sering mengajakku berkunjung ke meseum. Aku tampak bahagia ketika itu. Kami saling bergandengan tangan bagai kekasih yang tak terpisahkan.1534Please respect copyright.PENANA8VuxsclWhT
1534Please respect copyright.PENANAb8x0GliSDA
Memikirkannya membuatku merasa bersalah karena sudah menghianati cinta suci yang ia bangun. Aku juga menghianati anakku, entah apa yang dilakukannya jika ia mengetahui bahwa aku menjalin hubungan gelap dengan sahabatnya sendiri.1534Please respect copyright.PENANAwBZWLLhvYU
1534Please respect copyright.PENANA3fufp2hdg1
Aku juga sempat terpikir untuk menyudahi hubungan gelap ini, terlanjur masih baru. Tapi, aku tidak bisa melakukannya. Ada sebuah hasrat penolakan dari diriku.1534Please respect copyright.PENANAmIpO6wd44K
1534Please respect copyright.PENANAzoNRpMtFXc
Lambat laun mobil kami menembus kerumunan jalanan. Fajar fokus menyetir. Lama kelamaan aku merasa bahwa Fajar sungguh tampan sekali, memandanginya membuatku terpesona.1534Please respect copyright.PENANAHIOZ5len8X
1534Please respect copyright.PENANAgiqNW6yRnW
“Masih lama, Jar?” tanyaku.1534Please respect copyright.PENANA1qR5u7HQVZ
1534Please respect copyright.PENANABFJTUGV1ef
“Bentar lagi, Tan,” jawabnya.1534Please respect copyright.PENANAcrcRliybV3
1534Please respect copyright.PENANAdIhCvm8CTZ
Tiga puluh menit berlalu. Akhirnya, mobil yang kami kendarai terpakir di sebuah pantai di samping kedai minuman. Fajar keluar dari mobil, begitupun aku. Aku membentangkan pandangan, Pohon-pohon kelapa menjulang tinggi di pesisir pantai, desir ombak bergemuru, riuh suara pengunjung lain terdengar berisik.1534Please respect copyright.PENANAjDT3Re7cbb
1534Please respect copyright.PENANAV83t0gEjQx
Kedai-kedai berjejer lurus dari sudut mata memandang. Fajar berdiri di sampingku. “Jar, pindah, ah, rame banget,” kataku.1534Please respect copyright.PENANAYoNsUVvf1g
1534Please respect copyright.PENANAW8ADJU9sNx
“Fajar tau, kok, tempat yang sepi,” katanya. Kemudian ia melangkah menuju bagasi mobil. Lalu kembali dengan tas yang bertengger di punggungnya.1534Please respect copyright.PENANALU6tSmHquD
1534Please respect copyright.PENANALNF4TKzCaU
“Kamu bawa apaan?” tanyaku bingung.1534Please respect copyright.PENANADldphMmBQI
1534Please respect copyright.PENANA0AUmRp1kE1
“Perlengkapan buat piknik.”1534Please respect copyright.PENANAIhFWA3cpsi
1534Please respect copyright.PENANAZrBv6Nn4Dz
Aku mengganguk. Akuu tidah tahu bahwa Fajar telah menyiapkan perlengkapan, di tambah ia tidak memberitahuku akan ke pantai.1534Please respect copyright.PENANA2tVbaBT91r
1534Please respect copyright.PENANATBGJBdLWjF
Kemudian kami melangkah di antara keramain orang. Penjual-penjual es, batagor, cilor, terlihat sepanjang kami melangkah. Fajar terlihat santai di sampingku. Ia tampak tinggi, membuatku harus mendongak memandanginya. Pastilah aku terlihat kecil jika berjalan di sampingnya.1534Please respect copyright.PENANAzb4HpXInNM
1534Please respect copyright.PENANAYU15h9SNtn
Kami terus melangkah sampai pada akhirnya kami menapak kaki di pantai. Aku bisa merasakan tanah-tanah halus yang menghabur di kakiku. “Masih jauh?” tanyaku.1534Please respect copyright.PENANADEgCiVw6h6
1534Please respect copyright.PENANAlVikgI7uSC
Fajar menunujuk ke arah depan. Dari kejauhan aku melihat dua pohon kelapa yang pendek dan melengkung. Sepanjang perjalanan, kami berbasi-basi. Fajar menceritakan legenda pantai ini. Katanya, pantai ini adalah bekas dari meteroit yang jatuh ke bumi ratusan tahun silam, terbukti dengan adanya beberapa batu besar di tengah-tengah laut. Ia juga menjelaskan tentang pulau kecil yang jauh di tengah laut. Katanya, pulau itu menjadi tempat persingahan nelayan di malam harinya.1534Please respect copyright.PENANAeBuBTwvar1
1534Please respect copyright.PENANAeAQjLP8wWG
Gemuruh ombak semakin menyalak, aroma pasir tercium segar di cuping hidung. Angin-angin laut menemani kami sepanjang melangkah. Sampai pada akhirnya kami tiba dan menapak kaki di pesisir, di bawah pohon kelapa yang jaraknya tidak jauh dari kepalaku.1534Please respect copyright.PENANApOyyfWzvSD
1534Please respect copyright.PENANApz33IuZYJW
Fajar menaruh tasnya di tanah. mambuka tasnya lalu mengeluarkan satu karpet lebar dan satu hammock. Ia membentangkan karpet di tanah, lalu mengingkat hammock di kedua pohon kelapa.1534Please respect copyright.PENANAJtn3Y4a55v
1534Please respect copyright.PENANAi5qrl1s4aw
Aku lekas duduk di karpet, di susul Fajar. Kemudian ia mengeluarkan kompor gas Portable, serenceng kopi, panci kecil, dua cangkir, dan tiga botol aqua. ia sungguh sudah mempersiapkan ini semua.1534Please respect copyright.PENANAoR29uBopds
1534Please respect copyright.PENANAIT8Ggr0SJ9
“Kamu excited banget, Jar.”1534Please respect copyright.PENANAdLUi1xj2pa
1534Please respect copyright.PENANAOX8mV7XeE9
“Iya, dong. Kalau sama tante persiapannya harus matang.” Fajar meletakan kompor portable di tanah, lalu memasang gas. Aku bergeser mendekat ke arahnya, membuat tubuh kami bersentuhan.1534Please respect copyright.PENANAcjVI0S2mUK
1534Please respect copyright.PENANAOFLBObYHVT
“Tante mau minta cium?” godanya dengan senyum yang terkulum.1534Please respect copyright.PENANAFEm2bIGlK0
1534Please respect copyright.PENANA8jacrsXY8K
“Ih orang mau nolong.” Aku mengambil serenceng kopi dan membaginya menjadi dua. Lalu membuka satu persatu bungkus dan mengisinya ke dua gelang. Sementara Fajar memanaskan air.1534Please respect copyright.PENANADeHu1yS7Hl
1534Please respect copyright.PENANAeRbcYNftKM
Sambil menunggu air mendidih kami fokus menatap lautan. Teduh rasanya, ombak-ombak bergoyang mengikuti irama angin. Burung-burung camar menari-menari mengikuti latunan ombak. Semilir angin menyapu wajah kami berdua.1534Please respect copyright.PENANAiSPkaGrRNa
1534Please respect copyright.PENANAVaaL1X5K1E
“Fajar cinta banget sama tante,” katanya, lirih. Wajahnya terlihat meringis, ada campuran duka pada suaranya. kedua tangannya memeluk kedua kakinya, membuatnya terlihat seperti kanak-kanak.1534Please respect copyright.PENANAZmrTv5c7eK
1534Please respect copyright.PENANAMHk1vnIFCJ
“Tante juga cinta sama Fajar.” Aku memandanginya. Mata kami bertemu. Cukup lama. sampai pada akhirnya ia mendaratkan bibirnya di bibirku. Aku memejamkan mata, membiarkan bibir kami saling menyapa di antara berisiknya ombak dan sepoi-sepoi angin pagi.1534Please respect copyright.PENANADsVsNGm0pX
1534Please respect copyright.PENANApAkIGfoQdr
Kami saling menatap kembali. Kini, ia pegangi kepalaku dengan kedua tangannya. Ia ciumi pipiku, kiri-kanan, bergantian. kurasakan ketulusan pada kecupannya. Terakhir, ia kecup keningku. Mesra sekali. Aku terbang bagai burung camar yang kulihat tadi, terbang bebas mengirama ombak.1534Please respect copyright.PENANAMEe1FfK9Jj
1534Please respect copyright.PENANAISi2b1PHbn
Kemesraan itu berakhir dengan gemercik air mendidih. Fajar mematikan kompor. Lalu menuangkan air ke dua gelas. Ia menganduk kopinya dan kopiku bergantian. Bersamanya, aku seperti dilayanin dengan sebaik-sebaik-nya.1534Please respect copyright.PENANASxvyiy27ij
1534Please respect copyright.PENANALj1NvtI8Yk
Aku meraih gagang gelas. Bersamaan dengan sepoi angin, kusesap kopi hitam. Terasa enak di lidah. Sepanjang pernikahanku, tak pernah aku merasakan kenyamanan ini. Dan ini adalah kali pertamaku. Sungguh.1534Please respect copyright.PENANAURuVb6a7s2
1534Please respect copyright.PENANAUCVA3xHhF5
Tiba-tiba terdengar dering ponsel berbunyi. Aku mengeluarkan ponsel dari tasku, lalu menatap lekat layar ponsel yang bertuliskan: Abi. Aku menoleh ke Fajar sambil meletakan jari telunjukku di tengah bibir.1534Please respect copyright.PENANA1vDZhiLmd6
1534Please respect copyright.PENANAGtFMp46xzC
“Assamulaikum, bi,” kataku.1534Please respect copyright.PENANAepol4v56zY
1534Please respect copyright.PENANAAJLStJ2dei
“Waalaikumsallam, umi,” terdengar suaranya di sebrang sana. “Umi lagi di mana? berisik banget.”1534Please respect copyright.PENANAsuxACpZOJs
1534Please respect copyright.PENANAc6LMPeu3aZ
“Umi lagi di warung, nih. Sama Fajar,” jawabku, berbohong.1534Please respect copyright.PENANAHQXDWMSUYo
1534Please respect copyright.PENANAF2fdQymXJ4
“Aawww,” aku memekik dan lekas menutup mulutku ketika kurasakan remasan di buah dadaku. Si pelaku malah tersenyum nakal. Aku memelotinya agar tidak kembali melakukan hal itu lagi.1534Please respect copyright.PENANA8726sa8nZS
1534Please respect copyright.PENANAu2Q5kz7JMm
“Umi kenapa?”1534Please respect copyright.PENANAOKKQKkhXGq
1534Please respect copyright.PENANAdiOZBHwfYZ
“Eh, engga, Bi. Ini masakannya kepedasan,” elakku.1534Please respect copyright.PENANAQ9JfSMhG7F
1534Please respect copyright.PENANAqzc3eTNjIv
Bukannya mengerti, tangan Fajar malah masuk ke dalam gamisku dan membelai betisku. Aku mencoba menggeser betisku sambil terus berbincang dengan suamiku. Fajar malah semakin menjadi, ia mendekat ke arahku dan mengangku tanganku yang satunya. Lantas, ia endus ketiakku.1534Please respect copyright.PENANAStqPYlBukQ
1534Please respect copyright.PENANAhDbwdMnEsl
“Umi Yang sabar ya, nunggu abi pulang.”1534Please respect copyright.PENANAPVV7hXamn8
1534Please respect copyright.PENANAYyNSqrF05u
“Iya, bi,” jawabku singkat.1534Please respect copyright.PENANAxYbtk70qT2
1534Please respect copyright.PENANAE3Qa5qiNJn
“Umi mau oleh-oleh, apa?”1534Please respect copyright.PENANA2D4w8kTbXT
1534Please respect copyright.PENANAltAW0aqDTm
“Terserah, bi.”1534Please respect copyright.PENANAmahrB7iaCm
1534Please respect copyright.PENANA4uyoWQEq5M
Fajar semakin menjadi, tanganya berpindah mengelus perutku, sontak aku merasa geli. Tapi tidak ada niatan untuk menyuruhnya berhenti. Elusan tangannya di perutku, membuatku mengabaikan telepon dari suamiku.1534Please respect copyright.PENANA6EpAMQGemt
1534Please respect copyright.PENANAoNypEEQ3Yh
Tindakannya semakin liar, perlahan ia remes buah dadaku dari balik gamis. Aku yang kepalang bosan menegurnya, akhirnya membiarkan. Remasannya semakin liar, membuatku harus menggigit bibir, menahan lenguhan agar tidak terkeluar.1534Please respect copyright.PENANA1ryzz7dVcj
1534Please respect copyright.PENANAeFiCmReiU5
“Umi?”1534Please respect copyright.PENANADeVT0MxJK9
1534Please respect copyright.PENANAxm0J81ZGmm
“Eh, iya, bi. Kenapa?” jawabku tergagap.
1534Please respect copyright.PENANAO41V0e6LpF
Bersambung.
ns18.226.4.129da2