
# 4 Sentuhan demi sentuhan
2862Please respect copyright.PENANAb8Y4JyGLkk
Pukul 18.28, setelah melaksanakan ibadah solat magrib, aku lekas kembali menuju ruang tamu, tapi tidak terlihat Fajar di sana. Aku membentangkan pandanganku ke seluruh penjuru ruang, mencari keberadaan remaja itu. Mungkin dia lagi keluar, pikirku. Kemudian aku beranjak menuju dapur dan memasak untuk makan malam.2862Please respect copyright.PENANA8zFhEwNy8u
2862Please respect copyright.PENANAdRox74ApLf
Aku mengambil dua potong ayam dan meletakkannya di satu piring. minyak sudah terlebih dahulu ku panaskan. Tak lama kemudian, gemercik minyak terdengar Meletus-melutus. Kumasukkan satu persatu sepotong ayam, lalu membolak-balik-nya dengan hati-hati.2862Please respect copyright.PENANApnzANQqEFB
2862Please respect copyright.PENANAS8Uysh3ukv
Tiba-tiba aku merasakan tangan yang melingkar di pinggangku. Lalu terdengar bisik yang membuat bulu kuduk ku merinding, “Cie masak buat Fajar.” Aku menoleh ke belakang sekilas, lalu kembali fokus memasak dan membiarkan Fajar memelukku.2862Please respect copyright.PENANAxGzYiPKP7b
2862Please respect copyright.PENANAwM5hLWrUAz
Aku terus membolak-balik-kan ayam, sementara Fajar terus memelukku dan sesekali mencium pipiku. Tapi, lama-kelamaan aku bisa merasakan kemaluan Fajar yang bergesekan dengan pantatku.2862Please respect copyright.PENANArFFrYMWBuO
2862Please respect copyright.PENANAn9IG2ZgQTm
“Jar, Ih, tante lagi masak,” kataku.2862Please respect copyright.PENANAQcdUaDi7D1
2862Please respect copyright.PENANA4823fz6peX
Fajar malah terkekeh, “Badan tante semok banget,” bisiknya di telingaku.2862Please respect copyright.PENANA3t7VbTQXCC
2862Please respect copyright.PENANAGV3CVN7oBQ
Jujur saja aku merasa bangga apabila di puji seperti itu. Harus ku akui bahwa tubuhku lumayan berisi, hanya saja cara berpakaian ku yang agamis yang membuat lekuk tubuhku tertutupi.2862Please respect copyright.PENANARC2tb9Vv9O
2862Please respect copyright.PENANA4Y7qLozzSp
Aku menggeser tubuhku dan meraih dua piring di selorok atas. “Jar, udahan,” kataku lagi.2862Please respect copyright.PENANAHwBbSNgb72
2862Please respect copyright.PENANAFXfEtlmI6O
Fajar beranjak menjauh lalu duduk di meja makan. Kemudian aku meletakan satu persatu ayam di kedua piring, dan mengambil nasi di kosmos samping. Aku melangkah ke meja makan dengan dua piring di kedua tanganku.2862Please respect copyright.PENANAo5UU2Spyso
2862Please respect copyright.PENANA5QCKq9E97A
“Ayo, makan,” kataku sambil meletakan satu piring di hadapannya.2862Please respect copyright.PENANAmTXFqdehg5
2862Please respect copyright.PENANAzH2t3cBPPn
Fajar malah tersenyum menatapku. Aku memicingkan mata dan menatapnya kembali. “Kenapa?” kataku agak garang.2862Please respect copyright.PENANAtKWU13HLuG
2862Please respect copyright.PENANAoAloCXdeca
Fajar terkekeh. “Tante imut banget.”2862Please respect copyright.PENANAxJCVW8gfYf
2862Please respect copyright.PENANAiJ5BzvAgEo
Sontak kedua pipiku merona. Remaja itu selalu saja menggombal. “Udah-udah, makan, nanti ngomongnya.”2862Please respect copyright.PENANAwlthd2jWwy
2862Please respect copyright.PENANAWqCWKiVae4
“iya, sayang,” kata Fajar.2862Please respect copyright.PENANAexof1Olid4
2862Please respect copyright.PENANAhfmcj9YGC5
Aku semakin merona. Panggilan sayang yang diucapaknnya mampu membuat degup jantungku tak karuan. Kemudian, kami menyantap makanan masing-masing. Suara sendok dan piring menjamu keheningan.2862Please respect copyright.PENANAM5Jr3JBaUI
2862Please respect copyright.PENANAZV70jBk3wn
Tidak lama kemudian lauk habis tak tersisa. Aku menuangkan air di gelasku dan Fajar dan meminumnya.2862Please respect copyright.PENANAcCZEM7LvCj
2862Please respect copyright.PENANAu42Y1HAJYZ
Fajar beranjak berdiri. “Main ps yuk tan di kamar Adit,” ajaknya.2862Please respect copyright.PENANAkD2BxhLVuS
2862Please respect copyright.PENANAgQVKKIwjsr
Aku menggeleng. “Bosan, ih.”2862Please respect copyright.PENANAadbAyQ0j8j
2862Please respect copyright.PENANAKatQvCDwoO
“Ngobrol aja di ruang tamu.”2862Please respect copyright.PENANAa0zOQTjT0t
2862Please respect copyright.PENANAy4uEtYw7n6
Aku mengganguk lalu melangkah di belakangnya. Kami duduk bersampingan di sofa. Seperti biasa Fajar melingkarkan tangannya di bahuku. Aku merasa sudah biasa atas perlakuannya yang manja seperti ini.2862Please respect copyright.PENANAlya9KUREjd
2862Please respect copyright.PENANAJxegPuRgWy
“Mau ngopi lagi, Jar?” tanyaku.2862Please respect copyright.PENANApsLpcISa1U
2862Please respect copyright.PENANAtHLD31tPF9
Fajar menggangguk. Aku hendak bangkit, tapi kemudian ia menahan lenganku. “Fajar aja yang bikin, tan.” Katanya.2862Please respect copyright.PENANAr53VJIfAVb
2862Please respect copyright.PENANAnAKS4KPcOu
Aku tersenyum dan mengganguk. Lantas Fajar berdiri dan berjalan menuju dapur. Ada perasaan hangat ketika aku melihat punggungnya, sebuah perasaan yang sedikit bisa ku jelaskan, bahwa itu adalah percikan cinta yang timbul di hatiku.2862Please respect copyright.PENANAi2tUq2Z4Jz
2862Please respect copyright.PENANAnbb1pdnG5q
Ya, aku mecintainya, tapi aku juga mencintai semuaku. Memang kontradiktif, tapi itu apaadanya. Mungkin jika orangtuaku mengetahui yang kuperbuat sekarang pastilah mereka akan memukulku sebab yang kulakukan adalah dosa yang besar, berselingkuh sekligus berzina.2862Please respect copyright.PENANAV1O7AUMdBT
2862Please respect copyright.PENANAZG97TrxMGt
Selain itu, aku juga merasa teramat bersalah kepada suamiku. Tapi, entah kenapa, hasrat untuk bersama Fajar lebih kuat daripada dosa. Aku sedikit bingung, tak pernah sebelumnya aku melakukan hal seperti ini. Pun, aku terdidik dari kalangan yang agamis yang selalu mengajarkan moral dan etika sesuai agama.2862Please respect copyright.PENANAlCmj5Hjhnl
2862Please respect copyright.PENANAD8Tzsupqe2
Semoga tuhan bisa memaafkan apa yang kuperbuat, mau bagaimanapun juga, aku masih percaya kepada-Nya, meskipun aku melakukan tindakan yang dilarangnya.2862Please respect copyright.PENANAAOQLjpJ17F
2862Please respect copyright.PENANATOT9QwuRW0
Fajar datang dengan dua cangkir gelas yang ia pegang dengan kedua jari jempol dan telunjuknya. Ia duduk di sampingku sambil meletekan kopi. Aku memandanginya, alisnya tebal bagai bulu buruang, hidungnya mancung, tubuhnya tegap, yang membuatku kagum adalah rahangnya yang tampak mengeras. Kupikir pastilah ia sering berolahraga.2862Please respect copyright.PENANAEjd828cCCR
2862Please respect copyright.PENANApRRBl6xQZn
Kalau aku sendiri memiliki tubuh yang bagiku lumayan ideal. Tidak gemuk dan juga tidak kurus. Mata bidadari, begitulah Abiku sering berkata, sebab bola mataku besar. Hidungku sedikit mancung walaupun tak semancung Fajar. Aku sedikit bermasalah di tinggi badan, bukan berarti aku pendek. Untuk ukuran perempuan bisa dibilang tinggi rata-rata perempuan Indonesia.2862Please respect copyright.PENANAZP579rPK2K
2862Please respect copyright.PENANAWisg7RoMFW
Kulitku putih, sejak SMA aku memang sering merawat wajahku, tak heran jika dahulu banyak lelaki yang mendekatiku dengan berbagai cara, ada yang dengan cara memamerkan hartanya, ada juga yang hanya bermodal tampang, tapi tak satupun kupilih, lagian masa-masa SMA aku tidak tertarik untuk pacaran. Dosa.2862Please respect copyright.PENANA0RWfH6XLqz
2862Please respect copyright.PENANAKIycCHgVUY
Aku menyesap kopiku sambil memejamkan mata. Kopi memang sahabat terbaik di segala keadaan. Ketika bahagia, sedih, gunda, kadang semua itu bisa diatasi dengan secangkir kopi, atau saat sedang berselingkuh seperti yang kulakukan sekarang ini.2862Please respect copyright.PENANAaAlyuB4yzs
2862Please respect copyright.PENANAx8HXmb7A6K
“Tan, besok jalan-jalan, yuk.” Fajar membuka obrolan.2862Please respect copyright.PENANAwQ87DykJJ0
2862Please respect copyright.PENANAZVuiGaWKZn
“Ke mana?”2862Please respect copyright.PENANAM6F3yTJgdW
2862Please respect copyright.PENANAnsHR1ML1KD
Fajar terlihat berpikir. “Tante mau ke mana?”2862Please respect copyright.PENANA1qDWZGUc1T
2862Please respect copyright.PENANADu9aEJJiBZ
“Tante ikut aja, sih.”2862Please respect copyright.PENANA9fXYxlIyy4
2862Please respect copyright.PENANAJgWAROlMUc
“Tapi temenin Fajar ke gereja bentar, ya?”2862Please respect copyright.PENANAW0ICTy8qhh
2862Please respect copyright.PENANAM328xgkhFh
Ludah berhenti di teggoralkan. Aku melupakan sesuatu, kalau Fajar tidak beragama islam. Selintas aku merasakan ketidaknyaman.2862Please respect copyright.PENANAeD8Zi8V62b
2862Please respect copyright.PENANAANgKq11CNr
“Tan?” tanyanya lagi.2862Please respect copyright.PENANAmI3jvKoJ9c
2862Please respect copyright.PENANAAZfCpOyPuh
Aku ragu untuk menjawab iya.2862Please respect copyright.PENANA5X07CGFqxm
2862Please respect copyright.PENANAOvmu2HDNBj
“Gimana, Tan?” ia terus bertanya.2862Please respect copyright.PENANAxsip9mEG8n
2862Please respect copyright.PENANAh75XnjhT1i
Aku menghela nafas sebelum memutuskan. “Tapi tante di mobil aja, ya. Engga sampe masuk,” kataku. Mau bagaimanapun aku tetap memiliki keyakinan tersendiri. Begitupun Fajar, perbedaan agama di antara kami tidak membuatku harus memaksakan kehendakku dan sebaliknya.2862Please respect copyright.PENANAMN6y5DP9qq
2862Please respect copyright.PENANAeg6XUwSMlk
Fajar tersenyum. “Iya tante sayang.”2862Please respect copyright.PENANAlzDEQT1YlN
2862Please respect copyright.PENANAkWqdGDw6hc
Lalu kami jatuh dalam sebuah obrolan yang panjang, selama mengobrol aku bisa merasakan kehangatan pada suaranya. suara yang sedikit berat. Terlebih ekspresinya ketika berbicara, seperti aku berada di pandang rumput yang luas dengan sepoi-sepoi angin. Di tambah dengan tuturnya yang begitu lembut.2862Please respect copyright.PENANA6Em0523iDf
2862Please respect copyright.PENANA0GresSpGrh
Selama mengobrol aku senyam-senyum sendiri, antara kagum dan juga heran. Heran mengapa remaja setampan Fajar bisa-bisa-nya jatuh cinta kepadaku. Padahal perbedaan usia kami terpaut jauh.2862Please respect copyright.PENANA534w8pynjG
2862Please respect copyright.PENANADOlVjy89YF
Lambat laun semakin malam. Aku sempat terlena untuk melaksanakan Solat Isya. Ketika aku hendak bangkit, Fajar menahan lenganku dan bilang, Nanti aja, Tan, ngobrol dulu, lagian tenggat waktu solat isya panjang.2862Please respect copyright.PENANABhY8ABfE5Q
2862Please respect copyright.PENANALG5DoYmtQF
Entah kenapa aku mengiyakan dan duduk kembali. Tak seperti biasanya, biasanya saat adzan berkumandang, aku segera menunaikan ibadah.2862Please respect copyright.PENANAdoWLGp6PBQ
2862Please respect copyright.PENANA4daf9G8qvL
Lalu, kami kembali jatuh dalam obrolan. Fajar bercerita bahwa dia butuh waktu tiga bulan untuk menabung dan membelikan cicin yang terlingkar di jari manisku. Aku sempat untuk mengembalikannya, merasa tidak enak. Tapi Fajar mencegahku dan bilang, pemberian gak bisa ambil kembali. Fajar juga menambahkan bahwa aku harus terus memakai cincin pemberiannya. Lalu aku bilang, kalau suamiku tau gimana? Fajar menjelaskan, bilang aja kalau aku beli sendiri. Aku mengiyakan saja.2862Please respect copyright.PENANAMoY8CWG3Xm
2862Please respect copyright.PENANAMekVf2uoL5
Malam semakin menyalak. Kami terus bersatu dalam obrolan. Sesekali Fajar mencium pipiku, sesekali juga ia mengendus area ketiakku. Perlahan aku mulai terbiasa. Kami tampak seperti pasangan suami-istri, di tambah dengan keadaan rumahku yang menyisakan kami berdua. Saksi daripada perselingkuhanku.2862Please respect copyright.PENANA12viYAdxa1
2862Please respect copyright.PENANAjoSKidj09E
Aku melirik jam dinding, pukul 22.01, biasanya jam segini aku sudah berada dalam mimpi. Tapi, mengobrol dengan Fajar terasa begitu mengasikan, maka kuputuskan untuk tidur agak lama dari biasanya.2862Please respect copyright.PENANA0Z9sLm9HlG
2862Please respect copyright.PENANAPvfc0dGpgT
Kami membahas banyak hal, mulai dari masa kecil Fajar yang ada kaitan denganku. Yang tentu saja langsung kucerca dengan beragam pertanyaan. Aku mengetahui sesuatu bahwa Fajar sudah menyimpan perasaan denganku sejak di bangku SMP. Aku sempat tertawa sebab bagaimana bisa anak SMP jatuh cinta kepada ibu rumah tangga sepertiku ini.2862Please respect copyright.PENANA2aZHtBtgs6
2862Please respect copyright.PENANAkQJ83EdLVs
Aku juga bercerita bahwa aku menyukainya baru-baru ini. Dia bertanya kenapa aku menyukainya. Kujelaskan kalau aku merasa nyaman berada bersamanya, merasa diperlakukan dengan mesra. Fajar tersenyum dan kemudian kembali mengendus ketiakku. Remaja itu sungguh menyukai ketiakku.2862Please respect copyright.PENANACJHGOjrKw4
2862Please respect copyright.PENANAhlMbH26mdQ
Menjelang pukul 23.00, aku menyudahi aktivitas berbincang kami dan bangkit.2862Please respect copyright.PENANAGR6AxY5TFc
2862Please respect copyright.PENANARLXjOVMa7O
“Tante mau tidur dulu,” kataku kepadanya.2862Please respect copyright.PENANA2pUtVbOOhg
2862Please respect copyright.PENANAe7BUtiAj0O
Terlihat wajahnya yang nampak kecewa. Aku terkekeh. “Besok lanjut lagi.”2862Please respect copyright.PENANATjAnjLTVc3
2862Please respect copyright.PENANAvS3sR5IY9M
“Tidur di sini aja, tan,” katanya. “Fajar janji deh gak macem-macem.” ia mengangkat kedua telapak tangannya setinggi kepala.2862Please respect copyright.PENANApDaowu5Q0k
2862Please respect copyright.PENANA0odyq7JMEj
“Tante gak bisa tidur di sofa,” kataku.2862Please respect copyright.PENANAXfDzthe7Xn
2862Please respect copyright.PENANAMtbGNunAoy
Fajar mendengus, kemudian bangkit dan mendekat ke arahku. “Boleh cium bibir?” tanyanya.2862Please respect copyright.PENANAURniqVKusu
2862Please respect copyright.PENANAzmDQHzw3TY
Aku mengangguk pelan dan memejamkan mata. Kemudian, Terasa bibirnya menyentuh bibirku. Kali ini tidak ada lumatan, murni bibir ketemu bibir.2862Please respect copyright.PENANA8WMIsHrrkR
2862Please respect copyright.PENANAVQPh16Eot4
“Selamat malam, Tan.” Fajar tersenyum ramah.2862Please respect copyright.PENANA45iGu39Yp0
2862Please respect copyright.PENANAcyGpKuPYxc
“malam juga, Jar.” Aku berbalik dan melangkah menuju kamarku. Sepanjang langkah, hatiku berbunga-bunga bagai mawar di taman para suci.2862Please respect copyright.PENANAoIZAaXZUh9
2862Please respect copyright.PENANAR4Zvq4JdZn
***2862Please respect copyright.PENANArwgdOeTIok
2862Please respect copyright.PENANAZi2x2a1Nsx
Minggu pagi menyapa dengan semburat cahaya. Aku terlihat cantik pagi ini, dengan gamis pink dan balutan hijab lebar yang menutupi kedua buah dadaku. Aku berdandan secukupnya, memoles bibir dan memberi sedikit taburan make-up di wajahku. Begitupun Fajar, dia tampak tampan dengan kaos hitam dan celana jeans panjang. Aku sengaja menyuruhnya memakai pakaian anakku, sebab, waktu kami berbincang semalam ia hendak untuk pulang dan mengambil baju ganti, karena sudah larut, aku cegah.2862Please respect copyright.PENANAvpuF4FdYgH
2862Please respect copyright.PENANA7fcLBkxYl9
Sebelum berangkat pergi, seperti biasa aku dan ia ngopi terlebih dahulu di ruang tamu. Jam dinding menunjuk pukul 08.00, masih terlalu pagi untuk menuju gereja.2862Please respect copyright.PENANA7ZrlJYQbMc
2862Please respect copyright.PENANARaGjOyIMsN
“Tante gak risih, kan? kalau ke gereja bareng Fajar?” tanyanya dengan kaki yang tersilang.2862Please respect copyright.PENANAQhbdKw87td
2862Please respect copyright.PENANA9CA6JFQ82E
“Dikit,” kataku jujur. “Kamu gak bisa apa balik kaya dulu?”2862Please respect copyright.PENANAgPwvflPwsG
2862Please respect copyright.PENANAYgFaczTFL1
Tentu saja Fajar mengerti apa yang kumaksud. Ia menggeleng, “Tante aja yang ikut aku, mau?”2862Please respect copyright.PENANAr9cUBTgN98
2862Please respect copyright.PENANASA3TgiGJ4H
Sontak aku memukul pelan bahunya. “Apaan sih, Jar!”2862Please respect copyright.PENANAx1YlvK1A2K
2862Please respect copyright.PENANAAhi7ylvxDR
Fajar malah tertawa. “Bercanda, tan,” katanya sambil mengelus kepalaku. “Tapi kalau mau serius juga boleh.”2862Please respect copyright.PENANAdKSUis48vt
2862Please respect copyright.PENANAWH1Vc6HR21
“Udah-udah,” kataku mencegah obrolan agar tidak berlanjut ke sembarang arah. “Ngobrol yang lain aja.”2862Please respect copyright.PENANACkAdG2CUVM
2862Please respect copyright.PENANAXHxybIhppX
Fajar berdehem. “Mau dinyanyiin lagi, Tan?”2862Please respect copyright.PENANAISyaXqa64y
2862Please respect copyright.PENANA0wII33eGn1
Aku menggangguk antusias.2862Please respect copyright.PENANArDQbLH8r4v
2862Please respect copyright.PENANAh3QD8yODF8
“Bentar.” Fajar beranjak berdiri dan melangkah menuju kamar anakku, lalu kembali duduk di sampingku dengan gitar di pangkuannya.2862Please respect copyright.PENANAjDnDkS1aZ0
2862Please respect copyright.PENANAf9HIg2GYEA
“Mau lagu apa? Tan?” Fajar membenarkan posisinya menghadapku, begitupun aku.2862Please respect copyright.PENANAP3Doikapmr
2862Please respect copyright.PENANA1TQKWtuy1G
Aku berfikir sejenak, lalu berkata, “Hujan di mimpi?”2862Please respect copyright.PENANAsBKrEvWFW2
2862Please respect copyright.PENANA4TeuOUOrTE
“Tante yang nyanyi, Fajar yang main gitarnya. Oke?”2862Please respect copyright.PENANAmbWaHDsw4h
2862Please respect copyright.PENANA8QEozZXi9I
Aku mengangguk. Perlahan terdengar petikan senar yang begitu indah, setiap nada saling melengkapi. Petikannya bervariasi dalam chord B. Kemudian Fajar menatapku. Aku mengerti.2862Please respect copyright.PENANAfLFQfAOlYe
2862Please respect copyright.PENANAv3lsEOpI6U
“Semesta bicara tanpa suara, semesta ia kadang buta aksara. Sepi itu indah, percayalah. membisu itu anugrah.” Aku bernyanyi mengikuti irama dawai yang ia petik.2862Please respect copyright.PENANAJKgWJc2BsD
2862Please respect copyright.PENANAEeHuI7gln8
“Seperti hadirmu di kala gempa, jujur dan tanpa bersandiwara. Teduhnya seperti hujan di mimpi, berdua kita berlari.” Aku memejamkan mata, menikmati setiap note-note yang berhamburan di ruang tamu.2862Please respect copyright.PENANAmzIYomcoOQ
2862Please respect copyright.PENANAwiAVZsA8cM
“Semesta bergulir tak kenal aral. Seperti langkahmu menuju kaki langit. Seperti genangan akankah bertahan. Atau perlahan menjadi lautan.” Aku terus bernyanyi dengan senyum yang tak pudar menatapnya. Mata kami saling bertemu dan memancarkan sebuah cinta. Saling menggenggam dalam kesatuan nada, irama, dan tempo.2862Please respect copyright.PENANAPMpZOXG0iF
2862Please respect copyright.PENANANdxbexZHUE
Petikannya kembali mengisi ruang di antara kami. Romansa menyentak bagai kekasih yang akan selalu abadi. Pada binar matanya aku melihat sebuah ketulusan, pada jemarinya aku bisa melihat note-note cinta yang beterbangan, membentuk sebuah lagu cinta. Lalu, ia mengakhiri permainan gitarnya dengan genjrengan cantik dalam chord B.2862Please respect copyright.PENANAtYTwbv3vQs
2862Please respect copyright.PENANAv3ZXt9gszk
Kemudian ia rebahkan gitar di sampingnya dan meraih tanganku. Bola matanya seakan ingin mengatakan sesuatu yang tercekat, yang tak bisa ia katakana.2862Please respect copyright.PENANAqrHw63FiXy
2862Please respect copyright.PENANAZx8R5sSEyw
“Kenapa?” tanyaku.2862Please respect copyright.PENANAgd4JHgkCch
2862Please respect copyright.PENANAO1EWn34PCQ
Ia tak menjawab melainkan tersenyum. Aku menatapnya bingung. “kenapa?” tanyaku lagi.2862Please respect copyright.PENANAqHIa4kaws5
2862Please respect copyright.PENANA5asdTo9Bja
Ia malah bangkit. “Yuk, Tan. Udah pukul Sembilan, nih.”2862Please respect copyright.PENANAKX7dcVx4XD
2862Please respect copyright.PENANA27qZy8UeFX
Aku melirik jam dinding dan bangkit. Kemudian kami melangkah keluar. Masuk ke dalam mobil. Ketika mobil menyala, Fajar menoleh ke arahku, dan bertanya. “Malam ini? boleh tidur bareng?”2862Please respect copyright.PENANAuNmL9XL4GU
2862Please respect copyright.PENANAhdzb9OXdkm
Aku tertegun. “Liat nanti, ya,” kataku ragu.2862Please respect copyright.PENANA0MAaQIY6Zj
2862Please respect copyright.PENANA6nSmM15AHI
Fajar tidak berkata lagi. Perlahan mobil yang kami kendarai berjalan keluar halaman, melewati setiap rumah dan menghambur di jalanan raya.2862Please respect copyright.PENANAcpxBph5YiI
2862Please respect copyright.PENANATCLrHU3HJO
***2862Please respect copyright.PENANAsGBrhQH0RD
2862Please respect copyright.PENANAw1BYQktSRs
Sesampainya di Gereja, Fajar memarkirkan mobil di antara hempitan mobil lain. Gereja tampak ramai, di pintu masuk berhamburan orang-orang yang akan menunaikan ibadah.2862Please respect copyright.PENANAcKOaWQAZHl
2862Please respect copyright.PENANA52jup2xvzb
“Tunggu bentar ya, tan,” Kata Fajar sambil mematikan mobil.2862Please respect copyright.PENANAYxgMPH5W50
2862Please respect copyright.PENANAQ4IKw8R3ug
Aku menggangguk. Fajar membuka pintu mobil dan keluar. Dari kaca mobil aku bisa melihat ia masuk bersama yang lainnya. Jujur saja, ini kali pertama bagiku berada di gereja, walaupun hanya sekedar di halamannya.2862Please respect copyright.PENANAiJGQSiyCe8
2862Please respect copyright.PENANAFAsQs4YBTd
Gereja ini berbentuk seperti rumah pada umumnya, hanya saja di bagian atasnya terdapat tanda salib. Dengan sepasang bangku lebar dan meja yang menjadi penengah, di samping pintu. Halaman termasuk luas. Di atas atap, terdapat menara tinggi yang ujungnya berbentuk setiga dengan aluminium yang berbentuk salib dipuncak menara.2862Please respect copyright.PENANAgjPcwoyCSg
2862Please respect copyright.PENANAcMpZ7E04Em
Sewaktu aku kecil, aku diajarkan Abiku (Ayah) untuk selalu menghargai perbedaan agama. Masuk ke dalam tempat ibadah umat lain engga apa-apa, mbak, asalkan keyakinan kita tetap sama Allah, begitulah Abiku sering berkata.2862Please respect copyright.PENANA8enNL40GLF
2862Please respect copyright.PENANAGQqwLKo3Bw
Perlahan terdengar suara mikrofon melengking, di susul dengan suara seorang pria berkhotbah. Sambil menunggu Fajar, aku berkutat dengan ponselku.2862Please respect copyright.PENANAmxf9pRfdFO
2862Please respect copyright.PENANAcCZGsVS5Oa
Tiga puluh menit berlalu, Terlihat orang-orang berhamburan keluar Gereja. Aku memandangi kerumunan, mencari apakah Fajar ada di antara kerumunan itu. Tapi, tak kunjung kutemukan ia. Mungkin ia masih berdoa, pikirku. Lalu, aku berselancar kembali di media sosial. Menit berlalu, aku semakin bosan sebab Fajar tak kunjung keluar.2862Please respect copyright.PENANAE4nfY8DYsJ
2862Please respect copyright.PENANAh7BaUZZwW5
Tak lama kemudian, sosok yang kucari keluar dari pintu, tapi ia tidak sendirian. Ia bersama seorang pria tua yang pekiraanku berumur enam puluh tahunan, pria tua itu menggunakan jubah hitam dengan kalung salib yang melingkar di lehernya, yang kuyakini pastilah ia pendeta.2862Please respect copyright.PENANATYDB7TWoYN
2862Please respect copyright.PENANAE6t7ANtaHK
Fajar tidak lekas kembali masuk mobil, ia bersama pendeta itu duduk di satu meja samping pintu, berhadapan. Dari dalam mobil, aku memandangi mereka yang sedang bercakap-cakap. Sesekali pendeta itu memukul pelan bahu Fajar sambil tertawa, pastilah perbincangan mereka asik sekali.2862Please respect copyright.PENANAXXNIev8k84
2862Please respect copyright.PENANAWVKrF5oDiF
Maka, aku memilih untuk menunggu lagi. Aku memaklumi, mungkin hanya hari minggu saja Fajar bisa berbincang ria dengan pendeta itu.2862Please respect copyright.PENANAhSinPwcWdi
2862Please respect copyright.PENANAazPXa8STZC
15 menit berlalu. Fajar tidak hengkang atau menyudahi obrolan, malahan mereka semakin asik mengobrol. Aku yang memandangi mereka hanya bisa mendengus. Aku benci sekali jika menunggu, dan Fajar membuatku menunggu selama satu jam lebih.2862Please respect copyright.PENANALo8WfiMou6
2862Please respect copyright.PENANATHbNr6uYXw
Tak lama dari itu, mereka berdua menoleh ke arahku. Lalu Fajar bangkit dan melangkah menuju mobil. Aku bernafas lega, akhirnya ia kembali.2862Please respect copyright.PENANAoAP1k2WKKy
2862Please respect copyright.PENANAxhCyKAq7Sw
“Tan, keluar bentar, pak pendeta mau ngobrol.,” kata Fajar sambil menahan pintu mobil.2862Please respect copyright.PENANA8WNhV2cAEX
2862Please respect copyright.PENANAjo18hf6qZ9
Aku tercekat, menatap bingung Fajar. Lagian, bagaimana jika orang-orang melihat perempuan berjilbab sepertiku duduk di depan gereja. “Gak ah,” kataku.2862Please respect copyright.PENANABWQl7ZMFiY
2862Please respect copyright.PENANASnkQIFj9o3
Masih menahan pintu mobil Fajar berkata lagi, “Bentar doang, Tan. Lagian Fajar gak enak sama pak pendeta.”2862Please respect copyright.PENANATbXtvN6IQj
2862Please respect copyright.PENANAxfQoJEYxYK
Aku menggeleng, dan Fajar terus memaksaku. Remaja itu memang kerap memaksakan kehendak. Jika sudah begini, pastilah akan ribet. Aku berfikir sejenak. Kembali mengingat perkataan abiku. Sambil memutuskan aku menghela nafas dalam, lalu menggangguk pelan. Seketika itu Fajar tersenyum, lalu menutup pintu mobil dan melangkah kembali menuju bangku gereja.2862Please respect copyright.PENANAfdo43myVOA
2862Please respect copyright.PENANAm95ueLk59z
Aku membuka pintu mobil dan melangkahkan kakiku keluar. Untung saja gereja sudah sepi, mungkin hanya menyisakan kami bertiga. Lantas, aku melangkah menuju mereka dengan kikuk sambil menunduk.2862Please respect copyright.PENANAP17D8RChvt
2862Please respect copyright.PENANAWRbGcrtQkR
“Selamat pagi,” kataku memberi salam sambil menunduk sopan di hadapan pendeta itu.2862Please respect copyright.PENANAmS4CZ7cNgX
2862Please respect copyright.PENANAu7obMVOsX4
Pendeta itu tersenyum. Agak kikuk aku duduk di samping Fajar, berhadapan dengan pendeta itu, dengan meja yang menjadi penengah di antara kami.2862Please respect copyright.PENANAwTbkA8Iu0z
2862Please respect copyright.PENANAx5KgeGJpyr
“Nak, Laras?” tanyanya sopan.2862Please respect copyright.PENANAWchbUybMb7
2862Please respect copyright.PENANAokysLHOTk9
Aku tersenyum, “Iya, pak.”2862Please respect copyright.PENANAhTtnTgjJer
2862Please respect copyright.PENANA57DvczRoWa
“Pacarnya nak Fajar?” tanyanya, lagi.2862Please respect copyright.PENANAuVoyKJ6rqR
2862Please respect copyright.PENANArin6iSXC58
Aku menoleh Fajar sekilas. Agaknya ia sudah memberitahu hubungan gelap kami. “Iya, pak,” kataku pelan. Merasa tidak nyaman.2862Please respect copyright.PENANA1SBKnesrzL
2862Please respect copyright.PENANAdmjKpCTVyb
“Calon istri juga, pak,” tambah Fajar. Sontak pendeta itu tertawa.2862Please respect copyright.PENANAK44845e1T6
2862Please respect copyright.PENANA3Q4DyGdeiY
Aku hanya bisa menatap kaki-kaki meja, suasana ini terasa canggung sekali.2862Please respect copyright.PENANA7IfKDz6NjE
2862Please respect copyright.PENANAYtmuXsANcr
“Udah lama pacaran, nak?” tanya pendeta itu, lagi.2862Please respect copyright.PENANASMCiYaNr0O
2862Please respect copyright.PENANALKNmhABYbL
Aku hanya menggangguk. Fajar malah mengusap kepalaku yang sontak kuberi pelototan tajam. Bagaimana ia bisa bersikap tidak sopan di hadapan pendeta.2862Please respect copyright.PENANAhHkluf9T2q
2862Please respect copyright.PENANABZvzmIK1eV
Pendeta itu hanya tersenyum memandangi kami. “Kalian cocok,” katanya.2862Please respect copyright.PENANAZly25fwPsK
2862Please respect copyright.PENANAj3LqtdMFml
Fajar tersenyum dengan binar dimatanya. Mengiyakan. Sementara aku bergeming dan tidak merespon.2862Please respect copyright.PENANAfDy3um0MBr
2862Please respect copyright.PENANAr1fxdYFgCD
Jauh dari pikiranku, ternyata. Pendeta itu teramat sopan sekali. Awalnya memang terasa kaku, tapi kelamaan aku semakin terbiasa, dan kadang menimpali. Pendeta itu juga memberi kami wejangan berupa pemikiran. Ia juga tidak membenarkan hubungan gelap kami, melainkan memberi nasehat.2862Please respect copyright.PENANAMbty787L8N
2862Please respect copyright.PENANARPnwzT4BW1
Yang aku suka dari pendeta itu adalah, ia tidak menasehatiku dengan ayat-ayat yang tercantum pada kitabnya, seakan ia menghargai keyakinanku. Begitupun aku. Seharusnya semua umat beragama harus seperti itu, saling menghargai dan tidak memaksakan pendapat. Mungkin, jika pemahaman seperti itu di terapkan, pastilah tanah air tercinta ini akan menjadi subur dan banyak cintanya.2862Please respect copyright.PENANAEdUWvCqSe0
2862Please respect copyright.PENANA086wl6Dk3Q
Pak pendeta juga berkata kepada kami, bahwa jika hubungan kami akan serius dan masuk dalam jenjang pernikahan, maka, salah satu dari kami harus mengalah. Dan aku mengerti maksud dari mengalah itu.2862Please respect copyright.PENANAzPOPr7zG3Q
2862Please respect copyright.PENANAdQkGk8hwjL
Lalu, Pendeta itu berkata kepada Fajar untuk selalu menghargaiku sebagai perempuannya. Yang langsung ku respond dengan anggukan mantap. Perempuan bukanlah objek. Perempuan adalah Rahim bumi yang melahirkan tanaman yang subur, begitulah pendeta itu berkata.2862Please respect copyright.PENANAjPLmJJ99yf
2862Please respect copyright.PENANAgN1eJvZMZ8
Di akhir perbincangan kami, ketika aku dan Fajar hendak bangkit, pendeta itu menyodorkan alkitab. Jantung mempopa darah dengan cepar, dan timbul perasaan tidak nyaman. tanpa mengurangi rasa hormat kepadanya, aku tersenyum dan menyatukan kedua tanganku di depan dada.2862Please respect copyright.PENANAfPgIy09ysG
2862Please respect copyright.PENANABaBM1FNC4K
“Maaf, pak,” kataku. “Saya gak bisa nerimanya.”2862Please respect copyright.PENANALd07B3scMj
2862Please respect copyright.PENANAJDeeQibsYx
Pendeta itu tersenyum. “Nak, saya memberi alkitab ini bukanlah sebab agar kamu menghianati agamu. Melainkan untuk kamu belajar tentang agama yang lain.” Lalu ia merogoh kantung jubah satunya. “Bapak juga baca kitab kamu,” ia mengangkat kitabku.2862Please respect copyright.PENANAqZKIebEb9l
2862Please respect copyright.PENANAZwoywGl6hW
Aku memandangi alkitab yang ia sodorkan kepadaku. Sekilas kulirik Fajar. Fajar mengganguk. Sambil menghela nafas, kuraih alkitab di tangannya.2862Please respect copyright.PENANA6QeTBKsFGd
2862Please respect copyright.PENANAxyIln6BFZh
“Baca, ya, nak.” Pendeta itu tersenyum. lalu memasukan kitabku di tangan satunya dalam kantung jubahnya.2862Please respect copyright.PENANAMDt4X2KT55
2862Please respect copyright.PENANAIiiYv3Kvs9
Aku membalas senyumnya. “Makasih, pak,” kataku sambil memasukan alkitab dalam tas yang melingkar di bahuku.2862Please respect copyright.PENANAdi0isxNBpt
2862Please respect copyright.PENANAt40UAtZA8N
“Kami pulang duluan ya, pak,” Kata Fajar sambil menyalam punggung tangan pendeta itu. Aku ikutan menyalam punggung tangannya. Sebab mau apapun agamanya, aku diajarkan untuk selalu menghormati orang tua.Kemudian kami berbalik dan melangkah menuju mobil.2862Please respect copyright.PENANA6Xh0OvUyRv
2862Please respect copyright.PENANAs7j0OWkqWS
terdengar suara mobil menyala, Fajar melirikku sekilas dan tersenyum. “Makasih, ya, tan.” Ia mengusap kepalaku mesra.2862Please respect copyright.PENANAtFu0PYN4Uu
2862Please respect copyright.PENANACQONzzSD8g
Aku membalas dengan tersenyum lebar.2862Please respect copyright.PENANAn9D2qJAfjS
2862Please respect copyright.PENANA6bSG11ICOe
***2862Please respect copyright.PENANAesCSY5C0yF
2862Please respect copyright.PENANApKEg4ets6R
Jalanan terlihat ramai. Motor saling menyalip-nyalip, berisik kendaraan terdengar dari kaca jendela yang tertutup. Dengan kecepatan pelan, aku memperhatikan setiap orang yang duduk santai di kedai-kedai tepian jalan. Sepang kekasih, sahabat, teman, saling menabur rindu di minggu pagi.2862Please respect copyright.PENANAXmYGPVmgBW
2862Please respect copyright.PENANA9VlJPADJBW
Aku jadi teringat masa ketika awal pernikahanku. Dimas sering mengajakku berkunjung ke meseum. Aku tampak bahagia ketika itu. Kami saling bergandengan tangan bagai kekasih yang tak terpisahkan.2862Please respect copyright.PENANAS2tO6ZrFJ9
2862Please respect copyright.PENANAYQy6qgYBLi
Memikirkannya membuatku merasa bersalah karena sudah menghianati cinta suci yang ia bangun. Aku juga menghianati anakku, entah apa yang dilakukannya jika ia mengetahui bahwa aku menjalin hubungan gelap dengan sahabatnya sendiri.2862Please respect copyright.PENANAGCjIf89cPc
2862Please respect copyright.PENANATnXmCXKwP5
Aku juga sempat terpikir untuk menyudahi hubungan gelap ini, terlanjur masih baru. Tapi, aku tidak bisa melakukannya. Ada sebuah hasrat penolakan dari diriku.2862Please respect copyright.PENANAvCXWVvRhjM
2862Please respect copyright.PENANA3hlAcliqfy
Lambat laun mobil kami menembus kerumunan jalanan. Fajar fokus menyetir. Lama kelamaan aku merasa bahwa Fajar sungguh tampan sekali, memandanginya membuatku terpesona.2862Please respect copyright.PENANAZlCOpliei8
2862Please respect copyright.PENANA7dF6XUaMdu
“Masih lama, Jar?” tanyaku.2862Please respect copyright.PENANAWFLHR65raF
2862Please respect copyright.PENANAqBd6q4TAjw
“Bentar lagi, Tan,” jawabnya.2862Please respect copyright.PENANAAHhxw5ZyDY
2862Please respect copyright.PENANACe1TdrkJfR
Tiga puluh menit berlalu. Akhirnya, mobil yang kami kendarai terpakir di sebuah pantai di samping kedai minuman. Fajar keluar dari mobil, begitupun aku. Aku membentangkan pandangan, Pohon-pohon kelapa menjulang tinggi di pesisir pantai, desir ombak bergemuru, riuh suara pengunjung lain terdengar berisik.2862Please respect copyright.PENANAriiJk4IV9n
2862Please respect copyright.PENANAa5OpMnNg9J
Kedai-kedai berjejer lurus dari sudut mata memandang. Fajar berdiri di sampingku. “Jar, pindah, ah, rame banget,” kataku.2862Please respect copyright.PENANArvDMCT7ajy
2862Please respect copyright.PENANAauARlykvQx
“Fajar tau, kok, tempat yang sepi,” katanya. Kemudian ia melangkah menuju bagasi mobil. Lalu kembali dengan tas yang bertengger di punggungnya.2862Please respect copyright.PENANAeKPPJigJiJ
2862Please respect copyright.PENANATHzb7lV6ND
“Kamu bawa apaan?” tanyaku bingung.2862Please respect copyright.PENANABq4jbYbTXc
2862Please respect copyright.PENANADPIRz64SBc
“Perlengkapan buat piknik.”2862Please respect copyright.PENANAagdRyc6XDt
2862Please respect copyright.PENANATmqQRhbE06
Aku mengganguk. Akuu tidah tahu bahwa Fajar telah menyiapkan perlengkapan, di tambah ia tidak memberitahuku akan ke pantai.2862Please respect copyright.PENANA4AY5YONeip
2862Please respect copyright.PENANAPtu0EpUe8L
Kemudian kami melangkah di antara keramain orang. Penjual-penjual es, batagor, cilor, terlihat sepanjang kami melangkah. Fajar terlihat santai di sampingku. Ia tampak tinggi, membuatku harus mendongak memandanginya. Pastilah aku terlihat kecil jika berjalan di sampingnya.2862Please respect copyright.PENANA6XQ9KgJU71
2862Please respect copyright.PENANADr0ffZbznB
Kami terus melangkah sampai pada akhirnya kami menapak kaki di pantai. Aku bisa merasakan tanah-tanah halus yang menghabur di kakiku. “Masih jauh?” tanyaku.2862Please respect copyright.PENANA1sqNpUAlLU
2862Please respect copyright.PENANAqQxIptuAdv
Fajar menunujuk ke arah depan. Dari kejauhan aku melihat dua pohon kelapa yang pendek dan melengkung. Sepanjang perjalanan, kami berbasi-basi. Fajar menceritakan legenda pantai ini. Katanya, pantai ini adalah bekas dari meteroit yang jatuh ke bumi ratusan tahun silam, terbukti dengan adanya beberapa batu besar di tengah-tengah laut. Ia juga menjelaskan tentang pulau kecil yang jauh di tengah laut. Katanya, pulau itu menjadi tempat persingahan nelayan di malam harinya.2862Please respect copyright.PENANAe4uEvcqId0
2862Please respect copyright.PENANAQ0OLJbPz8z
Gemuruh ombak semakin menyalak, aroma pasir tercium segar di cuping hidung. Angin-angin laut menemani kami sepanjang melangkah. Sampai pada akhirnya kami tiba dan menapak kaki di pesisir, di bawah pohon kelapa yang jaraknya tidak jauh dari kepalaku.2862Please respect copyright.PENANAQNG8aqTB1G
2862Please respect copyright.PENANAfPUAoFAAnA
Fajar menaruh tasnya di tanah. mambuka tasnya lalu mengeluarkan satu karpet lebar dan satu hammock. Ia membentangkan karpet di tanah, lalu mengingkat hammock di kedua pohon kelapa.2862Please respect copyright.PENANAlC9LVou8Dc
2862Please respect copyright.PENANAoPoR2Qib9E
Aku lekas duduk di karpet, di susul Fajar. Kemudian ia mengeluarkan kompor gas Portable, serenceng kopi, panci kecil, dua cangkir, dan tiga botol aqua. ia sungguh sudah mempersiapkan ini semua.2862Please respect copyright.PENANAEZpyA6zDLe
2862Please respect copyright.PENANAI5OUaAtl0h
“Kamu excited banget, Jar.”2862Please respect copyright.PENANAeu6NiETa9l
2862Please respect copyright.PENANAiCGRXBRRQi
“Iya, dong. Kalau sama tante persiapannya harus matang.” Fajar meletakan kompor portable di tanah, lalu memasang gas. Aku bergeser mendekat ke arahnya, membuat tubuh kami bersentuhan.2862Please respect copyright.PENANAMSuy2q1N2u
2862Please respect copyright.PENANAsjRBjidQJK
“Tante mau minta cium?” godanya dengan senyum yang terkulum.2862Please respect copyright.PENANAnU1c1PFBRe
2862Please respect copyright.PENANAjrUQB26CGC
“Ih orang mau nolong.” Aku mengambil serenceng kopi dan membaginya menjadi dua. Lalu membuka satu persatu bungkus dan mengisinya ke dua gelang. Sementara Fajar memanaskan air.2862Please respect copyright.PENANAfPcjsSR2OS
2862Please respect copyright.PENANA8uQ9qwuJ9T
Sambil menunggu air mendidih kami fokus menatap lautan. Teduh rasanya, ombak-ombak bergoyang mengikuti irama angin. Burung-burung camar menari-menari mengikuti latunan ombak. Semilir angin menyapu wajah kami berdua.2862Please respect copyright.PENANAR5uD8go1Qo
2862Please respect copyright.PENANAq2rmZ1HWQc
“Fajar cinta banget sama tante,” katanya, lirih. Wajahnya terlihat meringis, ada campuran duka pada suaranya. kedua tangannya memeluk kedua kakinya, membuatnya terlihat seperti kanak-kanak.2862Please respect copyright.PENANAhDR6LgaQyW
2862Please respect copyright.PENANAqMfWee9mpv
“Tante juga cinta sama Fajar.” Aku memandanginya. Mata kami bertemu. Cukup lama. sampai pada akhirnya ia mendaratkan bibirnya di bibirku. Aku memejamkan mata, membiarkan bibir kami saling menyapa di antara berisiknya ombak dan sepoi-sepoi angin pagi.2862Please respect copyright.PENANAyfzFebcULe
2862Please respect copyright.PENANAcIiWHNPKdK
Kami saling menatap kembali. Kini, ia pegangi kepalaku dengan kedua tangannya. Ia ciumi pipiku, kiri-kanan, bergantian. kurasakan ketulusan pada kecupannya. Terakhir, ia kecup keningku. Mesra sekali. Aku terbang bagai burung camar yang kulihat tadi, terbang bebas mengirama ombak.2862Please respect copyright.PENANAY1gzRw5cr1
2862Please respect copyright.PENANAE3miVw9DNn
Kemesraan itu berakhir dengan gemercik air mendidih. Fajar mematikan kompor. Lalu menuangkan air ke dua gelas. Ia menganduk kopinya dan kopiku bergantian. Bersamanya, aku seperti dilayanin dengan sebaik-sebaik-nya.2862Please respect copyright.PENANAoBFJRAp025
2862Please respect copyright.PENANA9q8AfmZwzR
Aku meraih gagang gelas. Bersamaan dengan sepoi angin, kusesap kopi hitam. Terasa enak di lidah. Sepanjang pernikahanku, tak pernah aku merasakan kenyamanan ini. Dan ini adalah kali pertamaku. Sungguh.2862Please respect copyright.PENANAQfOEEzcMyu
2862Please respect copyright.PENANAa6gA5pCgcr
Tiba-tiba terdengar dering ponsel berbunyi. Aku mengeluarkan ponsel dari tasku, lalu menatap lekat layar ponsel yang bertuliskan: Abi. Aku menoleh ke Fajar sambil meletakan jari telunjukku di tengah bibir.2862Please respect copyright.PENANAEmMzqTCq1V
2862Please respect copyright.PENANAAvAkZQmQyH
“Assamulaikum, bi,” kataku.2862Please respect copyright.PENANAsPWyMGkz0f
2862Please respect copyright.PENANAJPhY5HgeOM
“Waalaikumsallam, umi,” terdengar suaranya di sebrang sana. “Umi lagi di mana? berisik banget.”2862Please respect copyright.PENANAVtfuqqqDVQ
2862Please respect copyright.PENANArYeRL4d0EZ
“Umi lagi di warung, nih. Sama Fajar,” jawabku, berbohong.2862Please respect copyright.PENANAvK3M8n7oQg
2862Please respect copyright.PENANAh8S9lhb1P7
“Aawww,” aku memekik dan lekas menutup mulutku ketika kurasakan remasan di buah dadaku. Si pelaku malah tersenyum nakal. Aku memelotinya agar tidak kembali melakukan hal itu lagi.2862Please respect copyright.PENANA4fU2QUEvOG
2862Please respect copyright.PENANAnggQQgoARy
“Umi kenapa?”2862Please respect copyright.PENANA2FTvRN2gja
2862Please respect copyright.PENANAMDFVoapDbG
“Eh, engga, Bi. Ini masakannya kepedasan,” elakku.2862Please respect copyright.PENANAzeFfmr59XS
2862Please respect copyright.PENANAaGKVjVXMuF
Bukannya mengerti, tangan Fajar malah masuk ke dalam gamisku dan membelai betisku. Aku mencoba menggeser betisku sambil terus berbincang dengan suamiku. Fajar malah semakin menjadi, ia mendekat ke arahku dan mengangku tanganku yang satunya. Lantas, ia endus ketiakku.2862Please respect copyright.PENANA7GafiBOkpV
2862Please respect copyright.PENANA86tBQO60aL
“Umi Yang sabar ya, nunggu abi pulang.”2862Please respect copyright.PENANAOWUeV74NMi
2862Please respect copyright.PENANAKrY0od9QFw
“Iya, bi,” jawabku singkat.2862Please respect copyright.PENANADnwU0jQw85
2862Please respect copyright.PENANAxMJador6I1
“Umi mau oleh-oleh, apa?”2862Please respect copyright.PENANAS3HP8s9mB8
2862Please respect copyright.PENANAUPfqVbmD3v
“Terserah, bi.”2862Please respect copyright.PENANAg227OMmg2r
2862Please respect copyright.PENANAHG1VGttlTX
Fajar semakin menjadi, tanganya berpindah mengelus perutku, sontak aku merasa geli. Tapi tidak ada niatan untuk menyuruhnya berhenti. Elusan tangannya di perutku, membuatku mengabaikan telepon dari suamiku.2862Please respect copyright.PENANASFSvSTfULo
2862Please respect copyright.PENANAMEhFImanCm
Tindakannya semakin liar, perlahan ia remes buah dadaku dari balik gamis. Aku yang kepalang bosan menegurnya, akhirnya membiarkan. Remasannya semakin liar, membuatku harus menggigit bibir, menahan lenguhan agar tidak terkeluar.2862Please respect copyright.PENANA0eWyjYJQxV
2862Please respect copyright.PENANAMzllXTSTvn
“Umi?”2862Please respect copyright.PENANAYaQQxassJZ
2862Please respect copyright.PENANAVTfufz2mDF
“Eh, iya, bi. Kenapa?” jawabku tergagap.
2862Please respect copyright.PENANAYPe9GvStUK
Bersambung.
ns216.73.216.143da2