
#1 Namaku Laras
4309Please respect copyright.PENANA2SN2vfa7qz
“Umi cuma punya dua tangan!” Seruku kepada mereka berdua yang sibuk ke sana-kemari. “Abi, makan dulu, ih!” seruku lagi kepada suamiku sambil membolak-balik ayam di penggorengan dengan gemercik minyak yang meletup-letup kecil.4309Please respect copyright.PENANARFOoRBdg1M
4309Please respect copyright.PENANA0GwrCreQJG
“Abi gak ada waktu, mi. Udah telat!” Jawab Suamiku, Dimas. Ia terlihat sibuk membenarkan dasinya yang sedikit miring. “Abi berangkat dulu.” Dimas menghampiriku dan memelukku dari belakang, tak lupa ia mengecup puncak kepalaku dengan mesra.4309Please respect copyright.PENANAdhcV9XGpcA
4309Please respect copyright.PENANACvc89zNt6h
“Adit jangan sampe telat!” Kata Dimas kepada Adit, anakku.4309Please respect copyright.PENANAOxwz7TYQcf
4309Please respect copyright.PENANAHyxN60VUOa
Adit mengangguk. “Hati-hati, Bi.” Ia duduk di meja makan dengan seragam rapi. Dimas tersenyum dan kemudian menghilang dari meja makan.4309Please respect copyright.PENANAcerxfEb8Hh
4309Please respect copyright.PENANAuEfGCsavkV
Aku meletakan dua ayam goreng di meja makan, lalu duduk berhadapan dengan Adit, anakku satu-satu-nya. Adit sangat mirip dengan suamiku, dari wajahnya, sifatnya, pun caranya makan, seperti kloningan sempurna tanpa cacat.4309Please respect copyright.PENANA5lffnS4v1E
4309Please respect copyright.PENANAgT0rE6HuLj
Adit menyendok Nasi ke piringnya dan mengambil satu goreng ayam bagian paha.4309Please respect copyright.PENANAJvAkdrlZSN
4309Please respect copyright.PENANAOp9A7RVWrX
“Jangan buru-buru, sayang.” Aku menuangkan air ke gelas dan menyodorkan kepadanya.4309Please respect copyright.PENANAetoph6PKtn
4309Please respect copyright.PENANATOhbzVR2Ju
“Takut telat, bun,” kata Adit. Hari senin memang sangat sakral bagi sebagian anak SMA kelas tiga seperti anakku ini.4309Please respect copyright.PENANASlLwxYHOi0
4309Please respect copyright.PENANAI9FUOYXkak
“Nanti keselek, lho,” kataku, memperingatinya.4309Please respect copyright.PENANAnCCw2pkJSD
4309Please respect copyright.PENANAHgWGyuY88s
Adit menghiraukan. Ia makan dengan terburu-buru. Tak lama kemudian, ia berdiri. “Adit berangkat dulu, ya, bun.” Ia menghampiriku. Aku berdiri dan mengulurkan tangan. Dengan takzim Adit mencium punggung tanganku.4309Please respect copyright.PENANAspW5OQm42C
4309Please respect copyright.PENANAIahZLO72OB
“Hati-hati, sayang,” kataku sambil mengusap rambutnya. “belajar yang giat.” Adit tersenyum, lalu melangkahkan kakinya keluar rumah.4309Please respect copyright.PENANAA1vI3CLCVZ
4309Please respect copyright.PENANAWUwFD5LPzH
ia berangkat ke sekolah menggunakan motor. Walaupun aku tak membenarkan hal seperti itu, sebab ia sendiri tidak memiliki SIM. Tapi, aku selalu memperingatinya untuk selalu menggunakan Helm. Lagian, suamiku terlalu sibuk untuk mengantar-jemputnya. Aku sendiri? Tak bisa mengendarai motor maupun mobil.4309Please respect copyright.PENANACzljnePRQQ
4309Please respect copyright.PENANA7DxRl0h9wK
Dari jaman kuliah, aku selalu menggunakan Taxi atau alat transportasi lainnya. Dahulu, Umiku selalu berkata, Laras, kamu harus belajar nyetir. Mau sampe kapan kamu bergantung sama Abi? Aku hanya tersenyum dan mengganguk. Abi pun begitu, Mbak, mau diajarin nyetir mobil? tanya Abi kepadaku, sewaktu-waktu. Aku hanya menggeleng. Menolak.4309Please respect copyright.PENANASZ58ROnh3w
4309Please respect copyright.PENANASOT9YFzI1V
Aku mempunyai ketakutan tersendiri soal berkendara. Sewaktu aku masih kelas 4 Sd, aku menyaksikan anak yang seumuranku tertabrak mobil, tepat di hadapanku. Dan itu sungguh menyeramkan sekali. Apalagi untuk anak yang usianya baru menginjak 10 tahun. Sampai sekarang, kejadian tersebut masih terlintas di pikiranku. Tidak bisa menghilang, dan menghantui terus menerus, seperti sebuah pembelajaran yang harus kuingat-ingat.4309Please respect copyright.PENANA1MdHEeY1q1
4309Please respect copyright.PENANANneSxgXGeI
Seperti ibu rumah tangga pada umumnya, aku menghabiskan sebagian waktuku di rumah, berkemas, berbelanja keperluan dapur, dan sebagainya. Di usiaku yang ke 38 tahun, aku harus tetap produktif dan terus melakukan kewajibanku sebagai istri sekaligus ibu.4309Please respect copyright.PENANAGyIZXSuC5t
4309Please respect copyright.PENANAbgIKl4G3GS
Aku teramat bahagia sepanjang pernikahanku dengan Dimas. Aku bersyukur sekali menikahi lelaki yang ku kenal sejak dari bangku perkuliahan itu. Dimas, adalah sosok lelaki yang penyabar, sholeh, dan penuh tanggung jawab. Tidak seperti di film-film, kami tak pernah bertengkar hebat, palingan bertengkar karena masalah sepele. Dimas juga sosok imam yang baik, ia selalu memperingatkanku terhadap kewajibanku terhadap Tuhan. Apapun yang terjadi, bunda gak boleh ninggalin solat. Begitulah ia sering menasehatiku.4309Please respect copyright.PENANA92IAFSZszp
4309Please respect copyright.PENANA10M8VdKD0u
Sewaktu kuliah, Dimas adalah kating-ku. Dimas lebih tua dua tahun di atasku. Ia sering ikut organisasi. Kami bertemu di salah satu organisasi literasi. Aku masih ingat ketika pertama kali ia menghampiriku dan berkata, saya mau mengenal kamu lebih jauh, tapi, saya gak mau mengajak kamu dalam kemaksiatan. Mengingat-ingat itu, membuatku tergelitik. Kemudian, pendekatan kami terus berlanjut. Kami tidak pernah memiliki hubungan yang disebut pacaran, aku sendiri menghindari sebuah maksiat yang dinamakan Zina. Sedari kecil, aku sudah dibentuk oleh agama yang kuat, Abiku pemilik pesantren, jadi tidak heran aku selalu menjalani kehidupan seusai syariat agamaku.4309Please respect copyright.PENANAJQs5flFbL9
4309Please respect copyright.PENANAtpXUo4MPNt
Begitupun Dimas, ia memegang teguh norma-norma agama. Tidak pernah sekalipun ia menyentuhku sebelum menikah. Satu tahun setelah aku Wisuda, Dimas segera melamarku. Hari-hari indah itu masih jernih dalam ingatanku. Ia datang bersama keluarganya. Dimas tampak elegan dengan baju koko dan senyum yang tergores di wajahnya.4309Please respect copyright.PENANA2k96eJs4kY
4309Please respect copyright.PENANAKTCNMSYtn2
Di ruang tamu rumahku keluargaku dan Dimas berkumpul. Saling tertawa dan membahas perihal tujuan kedatangan keluarganya. Aku hanya mengulum senyum dan menunduk di antara keramaian. Gimana, mbak? Tanya Abi kepadaku perihal lamaran Dimas. Aku mengangguk dan tersipu. Menerima lamarannya.4309Please respect copyright.PENANAXcETRxKgj6
4309Please respect copyright.PENANA0UMS5aUEFp
Malam pertama kami begitu kakuk. Kami duduk di ranjang tanpa bercakap sepatah-kata. Dimas sama sekali tak bergerak untuk menyetubuhiku. Begitupun aku, aku sama sekali tidak mempunyai pengalaman perihal sex. Maka, malam pertama kami, tidak ada persetubuhan, kami sama-sama tertidur pulas sebab letih menyambut tamu.4309Please respect copyright.PENANAdCHduUhpZY
4309Please respect copyright.PENANAbfnNi4yr9R
Di minggu pertama, Dimas merenggut perawanku. Aku bahagia bisa memberi mahkotaku kepada suamiku, bukan kepada orang lain. Dan sebagai orang yang sudah menikah, menyenangkan suami tentu saja mendapatkan sebuab imbalan berupa pahala.4309Please respect copyright.PENANArW2yvZXKBi
4309Please respect copyright.PENANA6PAgTpQ1he
Tahun-tahun berlalu. Pernikahan kami semakin erat sampai detik ini. Hasil dari pernikahan kami adalah Adit, anak cowokku, dan satu-satu-nya.4309Please respect copyright.PENANAtbIBlp2hm6
4309Please respect copyright.PENANA8UBg3fCNxB
Adit, anakku, tergolong anak yang sopan dan sholeh. Aku selalu mengajarkannya etika-etika mendasar yang harus ia pahami. Di masyarakat sekarang, banyak sekali hal-hal melenceng yang jauh dari Etika-etika dan norma yang berlaku. Aku, sebagai ibu, tidak ingin anakku sampai terjatuh ke dalam sebuah jurang yang dinamakan kemaksiatan.4309Please respect copyright.PENANA4eUYMkmfW5
4309Please respect copyright.PENANAe7E6ceSFNH
Aku termasuk selektif kepada anakku. Aku tidak ingin dia berteman dengan sembarangan orang. Remaja-remaja seumurannya pastilah ingin mencari jati diri. Tapi, sebagai ibu aku tidak ingin dia terlampau jauh. Seperti mengikuti tawuran, narkoba, sex bebas, dan sebagainya. Oleh karena itu aku membatasi pergaulannya.4309Please respect copyright.PENANAq9g9JlLlKS
4309Please respect copyright.PENANAExq23bmVzs
Yang aku tahu, Adit, hanya memiliki satu sahabat, Namanya, Fajar. Aku sendiri mengenal Fajar sudah lama. Ia adalah sahabat anakku sedari kecil. Aku mengenal baik Remaja bernama Fajar itu, bahkan aku sudah menganggapnya sebagai anakku sendiri. Selain ia periang dan sopan kepada yang lebih tua. Ia juga sering mengarahkan Adit ke hal-hal yang bersifat positif. Aku memang cukup dekat dengan Fajar, kami sering berbincang, sebab ia sering berkunjung ke rumahku. Selain ia sahabat anakku sedari kecil, ia juga satu sekolah dengan Adit. Oleh karena itu aku sering bertanya perihal perkembangan Adit di sekolah.4309Please respect copyright.PENANAuDgplO9vTb
4309Please respect copyright.PENANAYSoVtBHeHx
Aku juga menaruh simpati kepada Fajar. Ia hidup hanya berdua dengan neneknya. Sepengetahuanku, ibunya meninggal sewaktu melahirkannya. Ayahnya sendiri adalah pria yang tidak bertanggung jawab, yang lepas tangan ketika ibunya hamil.4309Please respect copyright.PENANAwjmkVtn1R6
4309Please respect copyright.PENANAMn3zqNtPTK
Fajar, cukup dewasa untuk anak seusianya. Ia sudah bekerja dan menghasilkan uang sendiri. Walaupun ia bekerja serabutan. Kadang, aku juga sering mengantar makanan ke rumahnya. Simpatiku kepadanya mendapat dukungan dari Suamiku. Sesama manusia kita memang harus berbagi, mi. Kata Dimas kepadaku. Abi bangga sama Umi.4309Please respect copyright.PENANAwrrDufl4M0
4309Please respect copyright.PENANABzFuJlZCAs
Seperti biasa, sepulang sekolah, Adit dan Fajar sering menghabiskan waktu bermain PS. Aku tak mempermasalahkan hal tersebut, asalkan mereka masih ingat waktu untuk ibadah. Seperti yang di lakukan mereka sore ini. Selepas pulang sekolah, Adit lekas menghambur ke kamarnya, diikuti oleh Fajar. Aku hanya menggeleng melihat tingkah dua remaja itu.4309Please respect copyright.PENANAEoKY8xDtI3
4309Please respect copyright.PENANAw3yBokDQHV
Terdengar deru langkah. Aku menoleh ke belakang. Fajar tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.4309Please respect copyright.PENANAi6aZf2wOVN
4309Please respect copyright.PENANAPuYQAjZiZU
“Udahan main PS-nya?” Tanyaku.4309Please respect copyright.PENANA1OOdPmXHjy
4309Please respect copyright.PENANA0fPTqcF3Wo
Fajar duduk di hadapanku. Meja menjadi penengah di antara kami. “Udah, tan,” jawabnya.4309Please respect copyright.PENANA1PPM3TDh1r
4309Please respect copyright.PENANAchANT1w9I3
Aku dan Fajar memang selalu mengobrol. Sekedar membahas buku-buku baru-baru ini yang kami baca, atau sedikit berdiskusi perihal hal-hal tentang kehidupan. Fajar, jauh lebih dewasa dari anakku, terlihat dari bacaan nya yang berat, dan juga pemikirannya yang sering kali membuatku terpukau.4309Please respect copyright.PENANANH9iDdNlHz
4309Please respect copyright.PENANAPWt2h9sKb2
“Novel Kafka yang kemarin udah dibaca habis, Tan?” tanya Fajar.4309Please respect copyright.PENANA0B5Dh9koPQ
4309Please respect copyright.PENANAArhqd5vTyH
“The Castle, udah,” kataku. “Kalau Metamorfosis, baru setengah halaman.”4309Please respect copyright.PENANAdW0Qe81XwU
4309Please respect copyright.PENANAZYDplt5qM8
Fajar mengangguk.4309Please respect copyright.PENANA0RRDxJx90S
4309Please respect copyright.PENANAjEMf7GYU0O
“Kamu udah makan?” tanyaku. “Kalau belum, tante ambilin, mau?”4309Please respect copyright.PENANAtElKm8au5G
4309Please respect copyright.PENANApzUEXgL6ZC
Fajar tersenyum lebar. “Belum, Tan.” Ia terkekeh.4309Please respect copyright.PENANA86C8jL5qSX
4309Please respect copyright.PENANAV4siaWH6Yv
Aku mengernyitkan wajah dan tersenyum kepadanya. “Dasar kamu.” kataku, kemudian berdiri. “Ayo.”4309Please respect copyright.PENANAR2knP9tzhJ
4309Please respect copyright.PENANApP9vTOgXd2
Kami berpindah ke meja makan. Aku meletakan sepiring nasi dengan lauk ayam goreng di meja. Dengan lahap Fajar menyantap masakanku. Aku tersenyum melihatnya makan dengan lahap.4309Please respect copyright.PENANAJ24MMl7L4m
4309Please respect copyright.PENANA6QCQ3Qyx1Y
Aku menuangkan air dan menyodorkan kepadanya. “Kalau kamu laper, jangan sungkan datang ke sini, Jar.” Aku beranjak duduk.4309Please respect copyright.PENANAVgBYlGFWKg
4309Please respect copyright.PENANANTc6MVvD7t
Fajar menjawab dengan mulut yang penuh, “Makasih, Tan.”4309Please respect copyright.PENANAVqajmSzCIw
4309Please respect copyright.PENANAlz9bYY7QBp
“Udah, habisin dulu makanannya, baru ngomong,” kataku.4309Please respect copyright.PENANAOrWz83GRPH
4309Please respect copyright.PENANAXQa3ydUH1B
“Tante baik banget, tambah sayang, deh,” Ia tersenyum kepadaku dengan piring yang sudah kosong. Ludes tak bersisa.4309Please respect copyright.PENANAcPFmPy4aqw
4309Please respect copyright.PENANAna6asMcKiG
“Tante, kan, memang baik,” kataku, bangga.4309Please respect copyright.PENANAC0qNGNyvEx
4309Please respect copyright.PENANA1yf9pCdNVn
Fajar meneguk air. “Semoga kelak dapet istri kaya tante, amin,” Ia melayangkan senyum riang kepadaku.4309Please respect copyright.PENANAA7XxMMlEsu
4309Please respect copyright.PENANAbiWjpuZLe3
Aku terkekeh. “Makanya, sekolah yang bener, kejar cita-cita. Biar kelak sukses, dan dapat pasangan yang setara.”4309Please respect copyright.PENANAnqQg32Hyuh
4309Please respect copyright.PENANAAyZFtGn8qY
Fajar menatapku, dalam. Kemudian tertawa. Aku menatapnya bingung, “Kenapa, ih?” tanyaku. “Wajah tante aneh, ya?” Aku mengeluarkan ponselku dan berkaca di layar hitam, sekiranya ada sesuatu yang menempel di wajahku.4309Please respect copyright.PENANAnRftXLvPxg
4309Please respect copyright.PENANAooaYMsMRBA
Fajar malah terkekeh. “Tante cantik, banget.”4309Please respect copyright.PENANAFpTbqmIAh6
4309Please respect copyright.PENANApEblN7fBLb
Aku malah tersipu. Agak malu, aku bertanya, “Kamu belajar gombalan dari mana?”4309Please respect copyright.PENANAPJvTY8djY7
4309Please respect copyright.PENANAfc0t1Iry0q
Fajar berdehem. “Dari sini.” Ia menunjuk dadanya. “dari hati.”4309Please respect copyright.PENANA2jdSQIUR1X
4309Please respect copyright.PENANABiwoNXCNR0
Aku menggeleng. Fajar tidak seperti biasanya. Baru kali ini ia berani menggombaliku. Aku tak menganggap serius, mungkin ia bermaksud bercanda dan mencarikan suasana.4309Please respect copyright.PENANAoWRxKb4B0y
4309Please respect copyright.PENANAXOy131zVZu
Fajar sendiri memiliki tampang wajah yang menurutku lumayan tampan. Yang membuatnya menarik adalah, tingginya yang berkisar 178 Cm, yang jika aku berjalan bersampingan dengannya, aku terlihat pendek sekali. Remaja sepertinya memang masih dalam masa-masa pertumbuhan. Mungkin di kalangan remaja putri, sosok fajar adalah yang diidamkan-idamkan.4309Please respect copyright.PENANAM2pmgex1cJ
4309Please respect copyright.PENANAQyJLrN2rKw
Aku mengambil piring bekas Fajar makan. Ruang makan dan dapurku menyatu. Selain hemat tempat, juga lebih Efisien. Aku membuka keran. Percikan air membasahi piring, tak lupa aku usap lembut dengan spons.4309Please respect copyright.PENANAAjKfS2VH9R
4309Please respect copyright.PENANAgNbhQezP3Q
Fajar menghampiriku. Bahu kami saling bersentuhan. Aku memang sudah menganggapnya anakku sendiri, tapi, kami bukanlah muhrim. Tentu saja aku merasa risih. Tapi, entah kenapa ada perasaan tidak nyaman di hatiku jika aku bergeser.4309Please respect copyright.PENANAzO5dotb0yf
4309Please respect copyright.PENANAX8CSOOp2md
“Fajar aja yang cucinya, tan.” Fajar meraih piring dari tanganku. “Tante duduk aja.”4309Please respect copyright.PENANAI0JPRYHEmu
4309Please respect copyright.PENANAR6YCdb42Af
Aku mengiyakan. Lalu duduk di bangku meja makan. Tak lama, Fajar menyusul, duduk di sebelahku. Hening sejenak. Tidak ada obrolan. Hanya bunyi detik jam dari kejauhan yang mengisi keheningan. Sampai akhirnya, Fajar memecah hening.4309Please respect copyright.PENANAiAzNNKxn3r
4309Please respect copyright.PENANA1y8mdDEbw7
“Makasih, tan,” Ia melirikku. “Tante baik banget sama Fajar.”4309Please respect copyright.PENANASAxAvRF0D7
4309Please respect copyright.PENANAh1MZJbLfqj
Aku menoleh ke arahnya dan tersenyum. “Jar, udah kewajiban manusia untuk berbuat baik sesamanya,” kataku. “Lagian, kamu juga udah bantu tante banyak, kok.”4309Please respect copyright.PENANAjIvVWgRKQt
4309Please respect copyright.PENANAnqfEyoXVuv
Mata kami bertemu. lima detik kami saling bertatapan. Tidak ada yang mau mengalah. Entah kenapa wajahku kaku, enggan untuk berpaling.4309Please respect copyright.PENANAIBX2Hn2AC8
4309Please respect copyright.PENANAFxMtjdnzJ8
“Cie pacaran.”4309Please respect copyright.PENANAzKLls59NmL
4309Please respect copyright.PENANApiuTc75DjV
Sontak aku memalingkan wajah, beralih menatap anakku yang beranjak duduk di hadapan kami.4309Please respect copyright.PENANANPSmcFhdzC
4309Please respect copyright.PENANACGyVpa7GGx
“Mi.” Adit menggaruk kepalanya. ia terkekeh ringan. Jika sudah begini, pastilah ada yang diinginkannya. “Boleh gak Adit ikut camping sama teman sekolah?” tanyanya, kemudian.4309Please respect copyright.PENANApRcOZT7hqv
4309Please respect copyright.PENANAMh5p8lHsQf
Aku menghela nafas. “Camping sekolah?” tanyaku menyelidik. “kalau kalian yang adain acaranya, Umi engga kasih izin.”4309Please respect copyright.PENANANgzbArTTah
4309Please respect copyright.PENANAma9QHbWi6S
Adit terlihat berfikir sejenak, kemudian berkata, “Dari sekolah, Mi. Acara pramuka,” jawabnya. “Iya, kan, Jar?” ia melirik Fajar.4309Please respect copyright.PENANANpXuxKuwRx
4309Please respect copyright.PENANAIWVwy8aC1W
Aku menatap tajam ke arah Fajar, memintanya hendak berkata jujur. Fajar terkekeh dan berkata, “Engga, tan. Adit bohong. Kemah pramuka udah selesai bulan kemarin.”4309Please respect copyright.PENANA0A57Bbb867
4309Please respect copyright.PENANAW2dfDb93Kl
Aku balik menatap Adit. Adit menunduk. “Kenapa bohong sama Umi?” tanyaku, sedikit galak. “kamu gak boleh bohong sama orang tua. Dosa.”4309Please respect copyright.PENANAcRbzwMZAeR
4309Please respect copyright.PENANAPIWMQzOE1X
Sambil menunduk, Adit berkata, “Maaf, bun. Lagian kalau Adit jujur, Umi engga kasih izin juga.”4309Please respect copyright.PENANA0HcyuMNCnr
4309Please respect copyright.PENANAiUYkYpTduT
“Tapi, bukan berarti kamu harus bohong, kan?” Aku menghela nafas lagi, cukup dalam. “yaudah, kali ini Umi izinin. Tapi, awas aja kamu macem-macem.”4309Please respect copyright.PENANA0M8bXTPZHB
4309Please respect copyright.PENANAiO7MT4qTT1
Adit mendongak menatapku dengan binar di mata. “Makasih, Umi. Sayang Umi banyak-banyak.”4309Please respect copyright.PENANA5YTCBKYHa6
4309Please respect copyright.PENANANekrlEgSPI
Aku tertawa ringan, lalu menoleh ke Fajar. “Kamu awasi Adit, Jar.”4309Please respect copyright.PENANAWLTo9684va
4309Please respect copyright.PENANAj9qwDCyRLc
“Fajar gak ikut, tan.”4309Please respect copyright.PENANAqPYrvPIcXa
4309Please respect copyright.PENANAVVeaadYhhh
Adit menimpali, “Fajar sama Adit gak satu kelas, Mi. Acara ini, khusus buat kelas Adit aja.”4309Please respect copyright.PENANAdeoiItPptN
4309Please respect copyright.PENANARstU9j3dj6
Aku mengangguk, paham. “Yaudah. Kamu jangan aneh-aneh, ya, sayang.” Kataku sambil tersenyum menatap Adit.4309Please respect copyright.PENANAEJ5DzDGjVm
4309Please respect copyright.PENANAqMYlsIUCvF
Adit menggangguk, antusias. “Siap Umi.”4309Please respect copyright.PENANAu7lHpKtSQt
4309Please respect copyright.PENANAGQcwPaS5y3
***4309Please respect copyright.PENANA2ebmmrKbuv
4309Please respect copyright.PENANAn4XzwU7ZCn
Minggu pagi adalah hal yang paling di tunggu. Terutama bagiku. Di minggu pagi, aku bisa merehatkan tubuhku sejenak, bisa bermain ponsel sepuasnya, atau bisa membaca buku dengan khidmat. Seperti yang aku lakukan sekarang, di ruang tamu di sebelah suamiku.4309Please respect copyright.PENANATQjjIS3zLO
4309Please respect copyright.PENANAIo5P5Lv6dK
Suamiku, Dimas, sibuk dengan laptop di pangkuannya. Ia cukup sibuk sekalipun adalah hari minggu. Dimas memang tipe-tipe Pekerja yang ambisius. Berkerja di bidang hukum membuatnya harus ekstra mengeluarkan tenaga. Terkadang, ia tak ingin di ganggu perihal kerjaannya.4309Please respect copyright.PENANAkHJBvJ9mmd
4309Please respect copyright.PENANAZAXL5xtLzb
Aku menghela nafas, bosan. “Bi, ke toko buku, yuk.” Aku meraih lengannya, dan menyandarkan kepalaku di bahunya. “Umi mau beli buku itu lho, yang best seller itu.”4309Please respect copyright.PENANAyLRgqNi94a
4309Please respect copyright.PENANA5ouzZiEh3M
“Apa?” Dimas masih fokus menatap layar laptop.4309Please respect copyright.PENANAFrFVbeIzkp
4309Please respect copyright.PENANAEr468OdXxl
Aku mendengus. “Karyanya Eka Kurniawan, Cantik itu luka.”4309Please respect copyright.PENANANiJjVSaZGF
4309Please respect copyright.PENANAVbNpoLKOma
“Jangan, umi,” Bunyi ketukan keyboard terdengar. “gaya bahasanya vulgar. Gak cocok sama umi.”4309Please respect copyright.PENANALw5nPvAWz1
4309Please respect copyright.PENANAwhwTOYrbbs
Sedikit sebal, aku melepaskan lengannya dari pelukku. Tapi, Dimas sama sekali tak menggubris kekesalanku. “Abi, Ih.” aku merengek sambil memanyunkan bibir. “Umi ngambek, lho, ini.”4309Please respect copyright.PENANAe2YVUbBAhg
4309Please respect copyright.PENANAiyiTZjDxNY
Akhirnya Dimas menoleh ke arahku. Ia tersenyum, kemudian mendaratkan tangannya di puncak kepalaku. mengelus kepalaku yang terbalut jilbab. “Abi lagi ngerjain laporan. Minta antar sama Adit, ya?”4309Please respect copyright.PENANAQPJU8Mixzy
4309Please respect copyright.PENANAKbyVQfCPEG
Aku mengangguk, terpaksa. Tak lama terdengar suara melengking Dimas memanggil Adit. Yang di panggil segera hadir.4309Please respect copyright.PENANAas3RPPVgEL
4309Please respect copyright.PENANAW20Qzu796y
“Kamu anterin umi ke toko buku,” Kata Dimas kepada Adit.4309Please respect copyright.PENANAkQoGFnUnWl
4309Please respect copyright.PENANAidFFX3T2Np
Sambil berdiri, Adit berkata, “Adit bentar lagi berangkat, bi. Mau camping. Minta antar sama fajar aja, ya?”4309Please respect copyright.PENANAS8aXg8cBBO
4309Please respect copyright.PENANACSXULw4ESB
Dimas berfikir sejenak, kemudian suaranya melengking ke penjuru ruang, memanggil Fajar.4309Please respect copyright.PENANAqUn7AnIqZJ
4309Please respect copyright.PENANAg8uhkAJJTv
Setiap minggu, Fajar memang selalu berkunjung ke rumahku. Dan suamiku sendiri tidak mempersalahkan kehadiran Fajar. Bagi Dimas, Fajar adalah sosok remaja yang ulet sopan. Kadang ada beberapa pekerjaan rumah yang ia selesaikan. Sewaktu dulu, ketika atap genteng bocor, Fajar lah yang menambalnya. Ketika keran air rusak, Fajar yang memperbaiki. Sikap Fajar yang seperti itu, membuat suamiku menyukainya.4309Please respect copyright.PENANA8pZ8fdjPfB
4309Please respect copyright.PENANATRFPeAeJob
“Jar, kamu anterin Umi ke toko buku, ya.” Kata Dimas kepada Fajar yang berdiri di sebelah anakku. “Kamu bisa nyetir, kan” Dimas meletakan kunci mobil di atas meja, di samping vas bunga.4309Please respect copyright.PENANAgEbdlcPeXE
4309Please respect copyright.PENANAiXJ4LIl08X
Fajar mengangguk. “Bisa, om.”4309Please respect copyright.PENANA7otMPR3ENo
4309Please respect copyright.PENANAikAyc6nUIy
Fajar memanggil aku dan suamiku dengan kata ganti, “Om-tante”, padahal Dimas menyuruhnya untuk memanggil nama kami dengan, “Abi-umi”, tapi ia menolak.4309Please respect copyright.PENANAqApDobN2iB
4309Please respect copyright.PENANAIfNppwY5Mq
“Umi ke toko bukunya sama Fajar aja, ya,” kata Dimas kepadaku.4309Please respect copyright.PENANAC3VkZCFhG1
4309Please respect copyright.PENANA6O2WZCJC1O
Aku mengangguk.4309Please respect copyright.PENANAJxQtVmhjJ4
4309Please respect copyright.PENANApmcbTrxWfV
“Umi, Abi, Adit berangkat dulu.” Adit menghampiri kami berdua, lalu mencium punggung tanganku dan Dimas, bergantian.4309Please respect copyright.PENANAbzLtlEmBPZ
4309Please respect copyright.PENANAvgxEwWJAuf
“Hati-hati, jangan macam-macam,” kataku kepadanya.4309Please respect copyright.PENANAz70iRQ7AD1
4309Please respect copyright.PENANAmBnhH3KAAi
“Siap, Umi,” jawab Adit dari kejauhan. Tak lama terdengar suara knalpot motor.4309Please respect copyright.PENANARZlrxO6X1w
4309Please respect copyright.PENANAxKs8a661ml
Aku segera berdiri, “Jar, duduk dulu, tante mau ganti baju,” kataku kepada Fajar. Fajar mengangguk sambil duduk di hadapan suamiku.4309Please respect copyright.PENANANFY26bjFGe
4309Please respect copyright.PENANA6AK22z9ljZ
Aku memutuskan untuk mengenakan gamis pink serta jilbab yang warnanya sama. Aku meliukkan tubuhku kanan-kiri di depan kaca lemari. Di usiaku yang tidak muda lagi, aku masih memiliki tubuh yang masih bagus, terawat, dan juga bersih. Bisa dibilang, aku selalu menjaga tubuhku bagian luar maupun dalam. Mungkin karena itu, teman-temanku selalu berkata, Laras dari masih gadis sampai punya anak satu, tubuhnya gak berubah, masih bagus. Tentu saja aku tersanjung dipuji seperti itu.4309Please respect copyright.PENANADmOwrgoQ3O
4309Please respect copyright.PENANAoPpDjCkHhF
Di ruang tamu, Fajar dan Dimas, masih asik mengobrol, aku lekas menghampiri mereka.4309Please respect copyright.PENANAouwGkt2MLF
4309Please respect copyright.PENANAuCnZMzzOFV
“Ayo, jar,” kataku kepada Fajar. “tante udah siap.”4309Please respect copyright.PENANAs2aFlm8JDd
4309Please respect copyright.PENANA4xmTJa2XfB
Fajar berdiri. “Om, saya anterin tante dulu, ya.” ia menunduk sopan ke suamiku.4309Please respect copyright.PENANA296TMdIlGI
4309Please respect copyright.PENANAJYKfsG6C7L
Dimas membalas sambil tersenyum. “Hati-hati.”4309Please respect copyright.PENANAboTTfTROJi
4309Please respect copyright.PENANAShz0P3hh2l
***4309Please respect copyright.PENANAajNAEMy6nF
4309Please respect copyright.PENANAURugtXjsa4
Fajar memarkirkan mobil di tepian jalan. Di samping Toko Buku. Toko Buku ini memang kerap aku kunjungi semasa aku kuliah dulu. Lekas, aku dan Fajar masuk ke dalam. Aku menuju rak buku dengan label di atasnya bertuliskan: Novel sejarah. Akhir-akhir ini aku memang kerap membaca Novel berlatar sejarah. Sementara Fajar, beranjak menuju lantai dua Toko Buku ini. Aku membiarkannya dan fokus mencari buku yang ingin ku beli.4309Please respect copyright.PENANAISUNOdkDu5
4309Please respect copyright.PENANAC5s59D7MAY
Aku memutuskan untuk membeli empat buku, karyanya Pramoedya Ananta Toer. Fajar sendiri tampaknya sedang asik memilah buku. Sambil memeluk empat buku, aku menaiki anak tangga, menyusul Fajar.4309Please respect copyright.PENANA0phC9EmlXt
4309Please respect copyright.PENANA3eHuANuXGD
Tiba di lantai dua, aku memperhatikan Fajar yang sibuk berpindah dari Rak buku ke rak buku lainnya. Aku menghampirinya. “Kamu kalau mau beli buku, beli aja, Jar. Tante bayarin,” kataku.4309Please respect copyright.PENANABDUA5xwJ19
4309Please respect copyright.PENANAiAWmAJ3is8
Fajar berbalik. “Mau beli dua boleh?” ia tersenyum.4309Please respect copyright.PENANATBG3ZE7aZM
4309Please respect copyright.PENANAVqaKSZgP3C
Aku terkekeh. Yang membuat aku menyukai sahabat anakku ini adalah karena sifatnya yang jujur. Ia bukan tipe remaja yang sungkan atau malu-malu. Fajar adalah tipe remaja yang jika berkata tidak, maka tidak, bukan berkata tidak, untuk sekedar menolak sebab perasaan tidak-enakan.4309Please respect copyright.PENANAh3QmecbdVt
4309Please respect copyright.PENANA9xBu5LiApu
“Mau beli seratus juga boleh,” kataku, bercanda.4309Please respect copyright.PENANAwS3JqhrgRa
4309Please respect copyright.PENANAraEWRyvlxv
Fajar terkekeh. Lekas ia menuju Rak buku yang bersandar di dinding. Aku menelan ludah, sebab ia mengambil sebuah kitab yang aku tau adalah Bible. Bukannya aku bermaksud Sara atau semacamnya, sepengetahuanku, Agama Fajar adalah Islam. Aku ingin lekas bertanya kepadanya, tapi urung, suasana dan tempat tidaklah mendukung.4309Please respect copyright.PENANAaEAQ6RL0iW
.4309Please respect copyright.PENANAJt3wxIM0YB
4309Please respect copyright.PENANAClVpajqimX
Fajar beranjak menuju Rak buku di sebelahnya. Aku berdiri di sampingnya sambil memperhatikan gerak-gerik-nya. Kemudian ia mencomot satu buku berjudul: Eksistensialisme adalah humanisme-Derida. Fajar memang menyukai buku-buku Filsafat, kadang beberapa kali ia menawarkan kepadaku sebagai bahan bacaan. Filsafat membantu kita bernalar dengan baik, lho, tan, kata Fajar sewaktu-waktu.4309Please respect copyright.PENANAHVGu68btv3
4309Please respect copyright.PENANAaicJpCo2f3
Fajar menoleh ke arahku, ia mengangkat bukunya setinggi dada. “Udah, tan,” katanya sambil tersenyum. Kami berdua lekas menuju meja kasir.4309Please respect copyright.PENANAqgN0LEiezC
4309Please respect copyright.PENANASipVYtmdaK
Aku memutuskan untuk tidak pulang terlebih dahulu. Aku ingin bersantai pagi ini.4309Please respect copyright.PENANAyZU8GSvfgb
4309Please respect copyright.PENANAvrasHOPgyd
Di satu meja, saling berhadapan, kami berdua menikmati Es kelapa muda yang telah dikeruk dan dipindahkan ke gelas kaca. Rasa manis dari gula kirik menyentuh lidahku. Terik matahari yang membakar kepalaku seakan lenyap bersamaan dengan air kelapa yang berseluncur di tenggorokan.4309Please respect copyright.PENANArGiXIDI0Kz
4309Please respect copyright.PENANAFMUisqnt74
Aku memperhatikan Fajar sejenak, kemudian terkekeh geli. “Bukunya, kok, di bawa terus, gak bakal hilang, jar.” aku melirik bukunya di atas meja, samping gelasnya.4309Please respect copyright.PENANAMo1XXzTfKL
4309Please respect copyright.PENANADwyo9XxSSK
Fajar menyeka bibirnya dengan lengan, sebab sebagian isi kelapa tersangkut di bibirnya. “Gak sabar bacanya, tan.”4309Please respect copyright.PENANAOGPgPiZPiB
4309Please respect copyright.PENANAv2Ku7bKPcu
Aku menggeleng-menggeleng, heran, kemudian terbesit di pikiranku untuk bertanya kenapa ia membeli kitab bible. “Kamu jangan tersinggung, ya, Jar,” aku berusaha merangkai kata sehalus mungkin. “Kamu kenapa beli kitab bible? Bukannya kamu muslim?”4309Please respect copyright.PENANAF2mhdBpba2
4309Please respect copyright.PENANAZRxS36hJXe
Fajar malah terkekeh. “Aku kan kristen, tan.”4309Please respect copyright.PENANApRampXLM2V
4309Please respect copyright.PENANAHdNMuFPKIr
Aku yang sedang menyesap Es kelapa tiba-tiba terbatuk. Refleks Fajar mengambil tisu dan menyodorkan kepadaku. Aku mengelap sekitar bibirku. “Kok bisa?” tanyaku. “kamu jangan aneh-aneh, deh, Jar.”4309Please respect copyright.PENANAa1qJ73q0iG
4309Please respect copyright.PENANA5vIJetqDxK
Fajar menghela nafas, dalam. “Aku murtad dua tahun yang lalu, tan,” Ia sedikit menunduk. “tante kecewa?”4309Please respect copyright.PENANALFUIOVOHel
4309Please respect copyright.PENANAYx7gPQrcmn
Aku tersenyum menatapnya. Aku hanyalah manusia biasa, yang tidak mempunyai hak untuk mengatur pilihan manusia lainnya. Lagian, keyakinan adalah sebuah pilihan, bukan paksaan.4309Please respect copyright.PENANAA23ZKm5vIO
4309Please respect copyright.PENANA5vA1AxI6Wu
“Jar, semua pilihan ada di tangan kamu,” kataku, lembut. “kalau kamu mutusin buat pindah agama, itu kan hak kamu. Tapi, tante kecewa dikit, sih.”4309Please respect copyright.PENANAj2NOie3XgO
4309Please respect copyright.PENANA8hd2dL9IjK
Fajar tersenyum. lalu kami memutuskan untuk sibuk dengan es kelapa masing-masing. Berisik knalpot motor dan mobil terdengar di antara kami. Pun riuh suara dari pengunjung lain.4309Please respect copyright.PENANAsv4E6uIGYP
4309Please respect copyright.PENANAUGZoggApGP
“Tante mau mampir dulu ke rumahku?” Akhirnya Fajar bersuara. “baca buku di teras, gitu, nanti kita diskusi juga.” Ajaknya.4309Please respect copyright.PENANABAfiFgfazw
4309Please respect copyright.PENANAXmtogiTtqn
Aku agak ragu untuk mengiyakan. mau bagaimanapun aku dan Fajar adalah lawan jenis. Apalagi jika berduaan dengannya, setan pasti punya celah untuk membisikan kami agar melakukan dosa. Tapi, entah kenapa, ada sebuah dorongan untuk aku mengatakan, iya.4309Please respect copyright.PENANAxtPSXcqFit
4309Please respect copyright.PENANAspAEuJGFnR
“Gimana, tan?” Fajar bertanya, lagi.4309Please respect copyright.PENANA0Afodc2Si1
4309Please respect copyright.PENANA7aLLYEm9Ql
“Bentar, Jar.” Aku merogoh ponsel dari tas tenteng ku. “Mau minta izin sama abi dulu.”4309Please respect copyright.PENANAUabTiSfGbI
4309Please respect copyright.PENANAhbDw9jczpV
Fajar mengangguk.4309Please respect copyright.PENANAANCEUJG8km
4309Please respect copyright.PENANAehpVLrtGy9
Aku mengetik deretan huruf dan mengirimnya kepada suamiku.4309Please respect copyright.PENANAod2x726zIk
4309Please respect copyright.PENANAvxIuthZN8v
Tak luma kemudian: Notif whatsapp berbunyi.4309Please respect copyright.PENANAK237M2759t
4309Please respect copyright.PENANAFsU5QEaQ31
Aku meraih ponselku di atas meja, lalu mengetuk notif yang mengambang di atas layar ponsel, sebuah pesan WhatsApp dari suamiku, bertuliskan: Boleh, bun. Abi juga ini lagi di luar, ada meeting sama client. Rumah, abi kunci, kuncinya abi taruh di keset pintu. Pulangnya jangan kemaleman, ya.4309Please respect copyright.PENANAVD4G6w1B6d
4309Please respect copyright.PENANAtW2OU9k4nj
Aku menatap Fajar sambil tersenyum. Fajar mengernyitkan sebelah alisnya. Kemudian aku mengangguk. Fajar yang mengerti lekas membalas senyumku. Entah kenapa, ketika senyum itu merambat pada mataku, ada sebuah desir yang tidak bisa kujelaskan, sebuah desir aneh, yang tak pernah kurasakan sebelumnya.4309Please respect copyright.PENANA2l92ql1oAl
4309Please respect copyright.PENANAs1ynJKXUeg
***4309Please respect copyright.PENANAlDZjbq3oRO
4309Please respect copyright.PENANAujNbP0P5Jd
“Masuk, tan,” Fajar membukakan pintu rumahnya, sementara dia berdiri di samping pintu, menungguku masuk terlebih dahulu.4309Please respect copyright.PENANAtXHafLV5dU
4309Please respect copyright.PENANAiI7KPikp3u
“Ada orang di dalam, Jar?”4309Please respect copyright.PENANAJBDbKtptsG
4309Please respect copyright.PENANAKFmiSn2U95
“Nenek lagi kerja,” kata Fajar. “pulangnya sore.”4309Please respect copyright.PENANAYx4h5enSUD
4309Please respect copyright.PENANAYVlCW8Z3JL
Aku mengangguk. “Nenek memang kerja apa?”4309Please respect copyright.PENANAz64a85OfIx
4309Please respect copyright.PENANAYHNlgDyFwA
Fajar menggaruk kupingnya. “Masuk dulu, tan” katanya. “engga enak ngobrol sambil berdiri.”4309Please respect copyright.PENANA6W4zfmRwyq
4309Please respect copyright.PENANATXQx80kMQa
Akhirnya aku melangkah masuk. Tercium aroma wangi dari pengharum ruangan yang di tempel di kipas angin atap. Dengan televisi tabung yang di sampingnya berdiri vas bunga, kiri-kanan. Ruang tamu ini di dekor dengan minimalis. Lantai-lantai beralas karpet dengan motif miky mouse. Tembok bercat hijau, dengan dua bangku di samping pintu.4309Please respect copyright.PENANAsyBa7NzTNV
4309Please respect copyright.PENANANH05wwDDQm
Rumah ini sendiri letaknya terpencil. Masuk ke dalam gang dengan luas lima meter, memungkinkan mobil untuk masuk. Jauh dari rumah yang lain, seperti terkucil dari sebuah kelompok.4309Please respect copyright.PENANAAYD4eYFLyY
4309Please respect copyright.PENANAWAQq1s1iit
“duduk dulu, Tan,” kata Fajar. “mau teh atau kopi?”4309Please respect copyright.PENANARR5U14mQRS
4309Please respect copyright.PENANAC3u2bwRrQq
“Kopi, Jar,” kataku, singkat. Fajar menuju dapur. Aku duduk di bangku, menatap kosong ke arah televisi tabung. Pandanganku terpikat ke sebuah gambar di tembok atas televisi. Seakan ada magnet tertentu, aku beranjak menuju gambar tersebut. Aku Berdiri di hadapan sebuah Foto yang menampilkan Sosok Fajar yang tersenyum sambil memegang sebuah piala yang bertulisan: juara satu lomba baca puisi. Kemudian aku terkekeh. Aku tak menyangka, ternyata Fajar memiliki bakat perihal merangkai kata-kata dan menyulamnya menjadi puisi.4309Please respect copyright.PENANAlj81Xmm6AA
4309Please respect copyright.PENANAHmNCHRANPB
“Itu waktu kelas 2 SMA, Tan,” kata Fajar di sampingku, ia membawa nampan dengan dua gelas kopi di atasnya. Kemudian ia meletakan nampan itu di lantai, berhadapan dengan televisi. “Lesehan engga apa-apa, kan?”4309Please respect copyright.PENANAres70kB9LO
4309Please respect copyright.PENANAJxhcio2luY
Aku terkekeh ringan. “kaya sama siapa aja.” Aku ikut duduk bersila di sebelahnya. "Tante gak nyangka lho, kamu juara satu baca puisi.” Aku meliriknya sekilas.4309Please respect copyright.PENANAQ5R1zqVAgA
4309Please respect copyright.PENANAPgAnVds2BX
Dengan senyum bangga, Fajar berkata, “aku memang dilahirkan untuk menjadi pujangga, tan.”4309Please respect copyright.PENANA9rxSZvUhIv
4309Please respect copyright.PENANAubtOz1uyQ1
Aku terkekeh, geli. “iya, deh, si paling pujangga,” kataku dengan nada mengejek.4309Please respect copyright.PENANAuq26ORPC0T
4309Please respect copyright.PENANA0L8fGhaCvI
Tak ada pembicaraan setelah itu. Aku menyesap kopi hitam yang disajikan Fajar. Manis dan pahit tertakar dengan seusai, mencipta cita rasa pas di lidah. Ia seakan tahu kadar gula yang pas untuk menikmati kopi di siang hari. Di teriknya matahari yang bisa ku rasakan menembus seng, lalu menyantup kepalaku.4309Please respect copyright.PENANAEpYzFi5PTe
4309Please respect copyright.PENANA8hmXOuwHQD
Ruang terasa lenggang.4309Please respect copyright.PENANA8C7xI6vPnn
4309Please respect copyright.PENANAfNpmEphhTK
Fajar merogoh kolong meja televisi, seperti mencari sesuatu. Ia kemudian mengeluar dua stick PS dan satunya ia sodorkan kepadaku. “Bisa main PS, tan?”4309Please respect copyright.PENANA3PdGLQq0gJ
4309Please respect copyright.PENANAN8gtvpEy21
Aku tersenyum bangga. “Gini-gini, tante dulunya jagoan PS,” aku meraih stick PS. Semasa kecil aku memang kerap bermain console game, mulai dari PS satu, Nintendo, ps dua.4309Please respect copyright.PENANAVnLfMOytjV
4309Please respect copyright.PENANAOIFMRi9tz9
Perlahan televisi menyala dengan layar gambar yang sedikit buram. Suara stick berbunyi. Fajar memilih game yang akan kami mainkan. Ia memilih sebuah game yang sangat aku kuasai: pes 2018.4309Please respect copyright.PENANA8ZUdCEoneP
4309Please respect copyright.PENANA4GNgVtECut
Aku membenarkan posisi dudukku, aku meliriknya sekilas lalu kembali menatap layar tv. Permainan Di mulai. Aku meliuk-kan jemariku dengan lincah. Begitupun Fajar, ia terlihat antusias, kadang ia berseru, kadang ia mendengus sebab tak bisa menggol bola ke gawangku.4309Please respect copyright.PENANAOSWGJSqMsN
4309Please respect copyright.PENANAZ91uyHzptc
Aku pun begitu, entah kenapa aku terbawa suasana. Sudah lama aku tak sebahagia ini ketika bermain console game. Pun bersama Adit, anakku, aku hanya merasa jenuh, berbanding terbalik ketika bermain dengan sahabatnya. Aku mendengus kesal, tidak ada satupun tendanganku yang masuk ke gawangnya.4309Please respect copyright.PENANAS1v8hH93Fv
4309Please respect copyright.PENANAYF14LI6SLF
Fajar pun begitu. Kadang ia mengejekku dengan jari jempolnya yang ia ke bawahkan, seakan berkata, kamu cemen Laras. Jiwa kanak-kanak-ku seketika bergejolak, aku balas mengejeknya dengan menjulurkan lidah. Ia malah terkekeh.4309Please respect copyright.PENANAGxEj6GRdvW
4309Please respect copyright.PENANAEvq8XEChLq
“Yeay, menang.” Aku bersorak gembira sambil mengangkat kedua tanganku ke udara. Permainan selesai dengan skor 1-0. Di menit terakhir aku berhasil menjebol gawangnya. “Kamu terlalu cepat buat ngalahin aku,” kataku mengejeknya dengan senyum bangga.4309Please respect copyright.PENANAphjae3J4bY
4309Please respect copyright.PENANAjYf4ur083m
“Aku sengaja,” elaknya, tak terimah. “kalau aku mau, skornya bisa 10-0.”4309Please respect copyright.PENANAzs3htznvRI
4309Please respect copyright.PENANA5jJW5BL6Sw
Bak anak kecil, aku menyangkal. “Mana ada, dasar cupu,” aku kembali mengejeknya, memasang raut wajah meremehkan.4309Please respect copyright.PENANAIqmAUo4YxG
4309Please respect copyright.PENANAJHZaKTg4kj
Fajar malah terkekeh. “Aku baru kali ini liat sifat tante yang kekanakan,” ia menatapku, dalam. “gemes, tan.”4309Please respect copyright.PENANAqZedojTnyX
4309Please respect copyright.PENANAA0UHTxcXk9
Aku malah tersipu. Bisa-bisanya aku tersipu digombali remaja yang seumuran anakku.4309Please respect copyright.PENANA7nnSokbrd7
4309Please respect copyright.PENANACsUe1own10
“Cie, salting,” Fajar menggodaku sambil tertawa. “pipinya merah.”4309Please respect copyright.PENANACssqiqI1fZ
4309Please respect copyright.PENANAD2o2QPqD3G
Aku lekas menyembunyikan wajahku di kedua telapak tangan. sambil menggelengkan kepala aku berkata, “Engga, ya,” aku terus menyangkal. Fajar membuatku seperti ABG yang sedang jatuh cinta.4309Please respect copyright.PENANATsbJuomWw1
4309Please respect copyright.PENANACVBR18faDW
Fajar masih saja tertawa. Aku sedikit kesal, lalu memukul pelan bahunya. “Ih, jangan ketawa,”4309Please respect copyright.PENANAgNRuqR7Gnw
4309Please respect copyright.PENANAJCtZn9jeSL
“tante KDRT,” Fajar bergeser sedikit. “galak.” Ia mengangkat tangannya di depan dada, seperti orang ketakutan.4309Please respect copyright.PENANAaicuMy8nzd
4309Please respect copyright.PENANAF1AzmVWsYJ
Aku malah tertawa melihatnya seperti itu. Fajar ikutan tertawa. Tawa kami menggema di ruang tamu. Bersamaan dengan itu, desir hangat kembali menyapa. Desir hangat yang belum bisa kujelaskan artinya.4309Please respect copyright.PENANAkw9O7aPDYx
4309Please respect copyright.PENANAiKrKwzngvq
Tidak lama kemudian, Fajar berdiri sambil melirik jam dinding di sampingnya. Ia menoleh ke arahku. “udah pukul 3 sore, tan.”4309Please respect copyright.PENANAxOBshkrkwL
4309Please respect copyright.PENANA5hFFCCpBRO
Aku berdiri sambil menepuk-nepuk pelan gamisku. “Ayo pulang, Jar,” kataku. Fajar menggangguk, lalu tersenyum.
Bersambung
4309Please respect copyright.PENANAWW8EBAsX4R