
#2 Perspektif3116Please respect copyright.PENANAzKq0aB6t0W
3116Please respect copyright.PENANA5VYqBdfCRD
Klakson-klakson kendaraan saling bersahutan. Aku memandang ke keluar jendela mobil. Kota Pekanbaru terlihat indah di malam hari. Di bahu jalan, muda-mudi saling berkasih di bawah cahaya lampu. Pedagang kaki lima menyebar di setiap tempat, membuat riuh ramai kebersamaan.3116Please respect copyright.PENANApQOmcvJ8bQ
3116Please respect copyright.PENANAZELskj6kuh
Dimas fokus menyetir, sesekali ia bersenandung. Aku menoleh ke arahnya. “Abi gak ada kesibukan, kan?” tanyaku, memastikan. “Kalau sibuk kita putar balik aja.”3116Please respect copyright.PENANA8cZx7Wc5DH
3116Please respect copyright.PENANAeHKWCRb2KH
Dimas menggeleng. “Engga, umi.” Pandangannya masih ke depan, fokus ke arah jalan.3116Please respect copyright.PENANABHOhsvw3eq
3116Please respect copyright.PENANApiTobdAEPL
Aku tersenyum, lalu kembali memandang keluar jendela mobil. Jalanan ini mengingatkan ku tentang banyak hal. Dahulu, di tahun pertama aku menikah. Aku dan Dimas menyimpan banyak kenangan di pinggiran jalan. Dulu kami berdua tidak punya cukup uang untuk makan di restoran bintang lima, atau tempat megah lainnya. Alternatif yang kami pilih adalah angkringan di tepian jalan, dengan riuh orang-orang, aroma sate bakar, di tambah dengan berisik kendaraan lalu-lalang.3116Please respect copyright.PENANAvEQGqwT9ZF
3116Please respect copyright.PENANAwz63cUtYPT
Aku rindu suasana itu. Sekarang, kami tidak punya cukup waktu untuk bernostalgia tentang masa-masa awal pernikahan. Tapi aku cukup bangga dengan suamiku. ia mempunyai daya juang yang cukup besar, sehingga kami bisa sampai pada titik ini, ya, walaupun tidak kaya-kaya banget.3116Please respect copyright.PENANA5fG2Hrnf6v
3116Please respect copyright.PENANA8rVzItc0hj
Kami berhenti Di sebuah Gedung dengan halaman yang luas. Dimas memarkirkan mobil berdempetan dengan mobil lain. Aku dan Dimas segera membuka pintu mobil dan turun. Sejenak kupejamkan mataku, menikmati suasana.3116Please respect copyright.PENANAMl8O1UGGOP
3116Please respect copyright.PENANADiLWDdlXni
Dimas melangkah terlebih dahulu. Sementara Aku melangkah pelan sambil memperhatikan sekitar. Di samping Gedung, banyak sekali stand makanan, minuman, dan lainnya. Di tambah dengan riuh pengunjung yang saling berdesakan. Bau-bau keringat saling berbaur menjadi satu. Terdengar juga suara tawa dari kejauhan. Bazar, memang selalu semegah ini.3116Please respect copyright.PENANAEgEsu6xjbu
3116Please respect copyright.PENANAONRDMfCbAQ
Dimas berhenti sebentar dan menoleh kebelakang. Ke arahku. Aku menyengir, pastilah ia menyuruhku untuk berjalan cepat. Buru-buru aku menghampirinya. Aku sendiri belum memutuskan mau berbelanja apa. Bazar ini tidak melulu perihal makanan atau minuman, beragam jenis terdapat di sini. Pakaian, perlengkapan sekolah anak, buku-buku bekas, dan lain-lain.3116Please respect copyright.PENANA5KfUewRhQD
3116Please respect copyright.PENANA1mwhf0uFSK
Aku dan Dimas terus melangkah berdampingan sambil memutuskan mau berbelanja apa. Suasana ramai membuatku harus hati-hati berjalan, khawatir menabrak pengunjung lain. Aku memepetkan bahuku ke bahu Dimas. Dimas melirik-ku dan tersenyum, kemudian ia melingkarkan tangannya ke pundakku. Kami terus melangkah. Tak lama kemudian, Kami berhenti di sebuah stand minuman.3116Please respect copyright.PENANArTHwtMq4LP
3116Please respect copyright.PENANA9aygDGHCNW
“Pop ice rasa mangga satu, sama rasa cokelat satu,” kata Dimas sambil menatap beragam rasa dari pop ice yang tergantung.3116Please respect copyright.PENANAdGuLmoYdhs
3116Please respect copyright.PENANAqyhaDw3PGM
Aku mengulum senyum. Dimas masih tahu perihal rasa kesukaanku, dan itu cukup untuk membuat pipiku merona.3116Please respect copyright.PENANAugAIf2t0CO
3116Please respect copyright.PENANAPHjqyptgAJ
Si penjual mengangguk. Dengan piawai ia memasukan bubuk pop ice dan juga es batu ke dalam blender. tak lupa ia tuangkan air sebagai perantara. Tak lama, ia jentikan jarinya ke tombol penghancur, sepersekian detik itu pula terdengar suara bentrokan es batu dan bubuk pop ice yang menyatu bersama air. Warung sebelah tak ingin kalah, suara letupan-letupan minyak membahana. Di tambah dengan riuh pengunjung yang berbelanja. Aku bisa merasakan lalu-lalang yang intens di belakangku. Dari remaja, pemuda, sampai orang tua. Semuanya membaur menjadi satu.3116Please respect copyright.PENANAMohouuLDvo
3116Please respect copyright.PENANACCIMrxdWHN
Si penjual menyodorkan dua cup pop ice yang di bungkus dengan plastik putih, tak lupa ia tersenyum ramah kepada kami berdua.3116Please respect copyright.PENANAzNZIoiWd2D
3116Please respect copyright.PENANAGgjxPSvU89
“Makasih.” Dimas meraih pop ice itu, lalu mengeluarkan dua lembar uang pas, dan menyodorkan kepada si penjual.3116Please respect copyright.PENANAz6POYQbS1L
3116Please respect copyright.PENANAxjs9Sg5U38
Kami kembali melangkah, berdampingan. Aku menyesap pop ice dari sedotan, perpaduan manis coklat mendinginkan tenggorokanku. Sambil melangkah, kami mengobrol sedikit perihal akan membeli apa lagi.3116Please respect copyright.PENANAmlFA3OrlBp
3116Please respect copyright.PENANAAG9tdw2ZCJ
“Mau ke tempat Fajar, mi?” Dimas melirik kiri-kanan.3116Please respect copyright.PENANAEGF31qxF6m
3116Please respect copyright.PENANAZ36y2NH5zT
Aku mendongak ke arahnya. “Fajar buka stand, bi?”3116Please respect copyright.PENANAR04Q8Wxc3L
3116Please respect copyright.PENANAe9NSMm1Jsd
“Dia jaga stand buku.”.3116Please respect copyright.PENANAbTdn0BOgN5
3116Please respect copyright.PENANA5VC3Trx6UD
Aku mengangguk. Sudah tiga hari lamanya aku tidak bertemu sahabat anakku itu. Dimas menggenggam tanganku. Hangat. Aku tersenyum sambil membalas genggaman tangannya. lalu Kami menuju stand Fajar sambil berpegangan tangan layaknya pengantin baru.3116Please respect copyright.PENANATEe92gcO6S
3116Please respect copyright.PENANAVrH8uxFCld
Dari kejauhan, aku bisa melihat sosok remaja tinggi yang tak lain adalah Fajar. Stand bukunya lumayan ramai, ia terlihat sibuk melayani pembeli. Tak sabaran, aku mempercepat langkah. Membuat Dimas harus menyamakan langkahnya dengan langkahku.3116Please respect copyright.PENANAYQuz7j4iLy
3116Please respect copyright.PENANAiLmU4SkyEP
Tibanya di stand buku Fajar, aku memanggilnya dengan riang. “tante baru tahu kamu jaga stand buku, lho.” Aku melirik ke bawah, tumpukan-tumpukan buku berjejer rapi di atas meja. Kemudian aku melirik ke kanan, di rak kecil terdapat beragam buku juga. Di samping kanan pun sama.3116Please respect copyright.PENANAoZiwZ2iNZM
3116Please respect copyright.PENANAVVtCjoXmTO
Fajar berdiri menyambut kehadiran kami. Ia melirikku dan Dimas bergantian. “Om-tante. Mau beli buku?”3116Please respect copyright.PENANA4RmvaeU7cD
3116Please respect copyright.PENANAlKoqTPg6De
Dimas memperhatikan tumpukan buku di meja. ia mengangguk-angguk. Lalu menunjuk salah satu buku. “Jar, om beli yang ini.”3116Please respect copyright.PENANA5ePXfuen0R
3116Please respect copyright.PENANAnJW8qQFnFH
Sigap Fajar meraih buku itu, dan mengemasnya ke dalam plastik merah. Dimas merogoh dompet dan menyodorkan satu lembar uang.3116Please respect copyright.PENANAn6Gc0K6QAl
3116Please respect copyright.PENANAVJ0l0cFjdN
“Gratis, om.” Tolak Fajar.3116Please respect copyright.PENANAV1TgwzunID
3116Please respect copyright.PENANAqHWZsHhxNi
Dimas tersenyum. “Udah, ambil aja.” Tangannya masih terangkat.3116Please respect copyright.PENANAwAs4ai2Jsv
3116Please respect copyright.PENANAeubU0zXTVo
Fajar meletakan kantung kresek itu di atas tumpukan buku. Dimas menggeleng, menurunkan tangannya, lalu meraih kantung kresek di meja. “Makasih, ya, Jar.”3116Please respect copyright.PENANAPmlwbuC93A
3116Please respect copyright.PENANAuTNW3VCPTq
Fajar menggangguk. Aku hanya memperhatikan mereka sedari tadi. Sesekali aku melirik Fajar, begitupun Fajar. Kami seperti saling mencuri-curi pandang.3116Please respect copyright.PENANAkmHSijOxtD
3116Please respect copyright.PENANAuHKRlLo8OI
“Tunggu bentar, Mi.” Aku menoleh ke arah Dimas. Ia merogoh ponselnya, kemudian beranjak menuju tempat sepi. Aku membiarkannya saja, barangkali ada telepon penting.3116Please respect copyright.PENANAs57OEaRIMg
3116Please respect copyright.PENANAbm5rzgdNq1
Fajar memindahkan bangku di belakangnya ke samping bangkunya. Sambil tersenyum ia mempersilahkanku duduk. Aku melangkah melewati cela kecil di samping kanan, dan duduk di sebelahnya. Duduk berdua dengannya membuat degup jantungku berdetak cepat, tidak seperti biasanya.3116Please respect copyright.PENANA8bU6VEbQ0U
3116Please respect copyright.PENANAuJVyxzIn8r
Jejak kaki terdengar ribut seperti angin topan yang melanda desa. Di tambah dengan lalu-lalang orang-orang di hadapanku. Tapi, yang membuatku betah adalah aroma harum kertas yang menyeruak cuping hidungku.3116Please respect copyright.PENANA9JYUEXfrTB
3116Please respect copyright.PENANA64NoUn39A1
Seorang lelaki menghampiri Stand tempat aku berada. Fajar berdiri dan tersenyum kepadanya. Lelaki itu melirikku sekilas. Ia berbisik kepada Fajar. “Pacarmu, Jar?” Walaupun bisik itu kecil dan suara pengunjung lain begitu riuh, tapi aku masih bisa mendengarnya.3116Please respect copyright.PENANA3g85X9JntC
3116Please respect copyright.PENANAL0sDswTOEs
“Istri saya,” Fajar balas berbisik. Sekilas ia melihat ke arahku.3116Please respect copyright.PENANARupGH9hhMl
3116Please respect copyright.PENANAlpA7hp6FKn
Aku menelan ludah. Anehnya aku tidak marah dan justru merasa senang. Aku tidak tahu kenapa. Lelaki itu tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.3116Please respect copyright.PENANAOm8IhXLvyN
3116Please respect copyright.PENANAD9UviyUQj5
Setelah melayaninya, Fajar lekas duduk di sampingku. Aku menatapnya dengan tajam. “Tante denger, lho.” Aku menyilangkan kedua tanganku di depan dada.3116Please respect copyright.PENANAhpq9IzstGa
3116Please respect copyright.PENANAgVo9nboVwi
Fajar terlihat gelagapan. “Emang Fajar bilang apa tadi, Tan?”3116Please respect copyright.PENANAYvfbKJd6sL
3116Please respect copyright.PENANASjHweKDQrY
“Kamu bilang Tante istri kamu.” Aku mengernyitkan wajah memasang ekspresi garang.3116Please respect copyright.PENANAmMKHEyZtxZ
3116Please respect copyright.PENANA8GttXeefFT
“Tante salah dengar kali.” Fajar bertahan, matanya lekat memandang lalu lalang orang. Ia terlihat gugup, seperti maling yang keciduk. Belum sempat aku menginterogasinya lebih lanjut. Dimas terlebih dahulu datang.3116Please respect copyright.PENANAJyxWA5SVos
3116Please respect copyright.PENANA14iPqH2V6J
“Mi, abi ada urusan mendadak.” Dimas meringis sambil menggaruk hidungnya.3116Please respect copyright.PENANA7Ny3DzN1Yx
3116Please respect copyright.PENANApbtZsr6yl7
Aku menghela nafas. “Jadi, mau pulang?” aku berkata dengan wajah cemberut.3116Please respect copyright.PENANA8DiqLBSN0U
3116Please respect copyright.PENANAiuvagnSfVB
Dimas berdehem sebentar. Ia melirik Fajar sekilas. “Jar, nanti kamu bisa anter tante pulang? Om ada urusan.”3116Please respect copyright.PENANAkyZmZ1THYh
3116Please respect copyright.PENANAvedU7VJpUn
Aku menoleh ke Fajar. Menunggu jawabannya.3116Please respect copyright.PENANAdyJSEUKtQp
3116Please respect copyright.PENANAiguA7UUt76
“Dengan senang hati, om,” Jawab fajar sambil berdiri, lalu menunduk sopan.3116Please respect copyright.PENANAsWIDeESmKM
3116Please respect copyright.PENANAq2HTrA3Z8b
Dimas melirikku. “kalau umi masih mau di sini, nanti pulangnya sama Fajar, ya? Abi gak bisa lama-lama. Maaf ya, mi.”3116Please respect copyright.PENANAgmojbHOXPm
3116Please respect copyright.PENANAZJ3BLrLgJc
Aku mengangguk tidak rela, tapi mau tak tamu aku harus membiarkan suamiku yang super sibuk itu kembali berkutat dengan pekerjaannya.3116Please respect copyright.PENANAR2JRXtdbnF
3116Please respect copyright.PENANAwe3wh4r93J
Aku dan Fajar kembali ke dalam obrolan. Menit berlalu. Obrolan kami semakin intens. Obrolan kami kadang terhenti sejenak, Sebab Fajar haris melayani pembeli. Lalu kami jatuh dalam obrolan lagi. Menit ganjil menjelma genap. Obrolan semakin serius. Deru kaki pengunjung lain mulai mereda.3116Please respect copyright.PENANAzp08hg152a
3116Please respect copyright.PENANAmNDzRft3CY
“Kamu rencananya mau lanjut kuliah atau kerja, Jar?” tanyaku, menoleh ke arahnya.3116Please respect copyright.PENANA95O12qa4Lr
3116Please respect copyright.PENANA8OvQFTXGqD
ia tersenyum. Sebuah senyum yang jika aku lihat dengan dalam, memancarkan sebuah kesedihan. “Fajar gak lanjut, Tan.”3116Please respect copyright.PENANAeaOLi6FGtK
3116Please respect copyright.PENANAuEVha1nzhD
Aku menyedot pop iceku. “Sayang banget, sih, Jar. Kamu tuh anaknya rajin, lho,” kataku. Jujur saja, menurutku pribadi, Fajar sangatlah pintar. Ia bisa beradaptasi dalam kondisi apapun.3116Please respect copyright.PENANAuLwJjpNqui
3116Please respect copyright.PENANAVk8G6ypEQO
“Fajar juga maunya gitu, Tan. Pengen kaya teman-teman yang lain. Tapi, mau gimana lagi?” ia tertawa, getir. Kemudian melanjutkan, “terkadang, keadaan membuat seseorang mati langkah.” Ada racikan duka yang kurasakan di setiap kalimatnya. ia berkata lagi. “Sebagian orang terlahir beruntung. Sebagian lagi, hanya menghiasi mereka yang beruntung,” ia terkekeh, getir.3116Please respect copyright.PENANARibESkWLBN
3116Please respect copyright.PENANAtRSTTumNVF
Akhirnya aku bersuara. “Menurut tante, setiap orang beruntung, kok. Ya, kalau belum beruntung berarti coba lagi.”.3116Please respect copyright.PENANACFx0h9ARpM
3116Please respect copyright.PENANASN6R9PF7Vr
Hening sejenak. Derup langkah tidak terdengar lagi. Pengunjung kian menyepi. Hembusan angin menerpa wajahku, wajahnya, dan setumpuk buku. Fajar berdiri, menoleh ke arahku.3116Please respect copyright.PENANABAhLRnoegO
3116Please respect copyright.PENANAApRAnxGa1A
“Udah sepi, tan. Waktunya tutup,” katanya. “Tante gak masalah, kan, kalau bantuin Fajar berkemas?”3116Please respect copyright.PENANAAXbwmxHvnT
3116Please respect copyright.PENANAXp9QkzI5q8
Aku ikutan berdiri. tersenyum kepadanya. “Dengan senang hati,” kataku, riang.3116Please respect copyright.PENANAQOR1bBK4xK
3116Please respect copyright.PENANAefWCgtiA64
***3116Please respect copyright.PENANAcyIsiaYiGM
3116Please respect copyright.PENANA56kBjGZfsw
Kami berdua berjalan bersampingan, menuju sepeda motor Fajar yang terletak di belakang Gedung. Hening malam seperti ini teramat kusukai. Jauh dari berisik kendaraan. Angin berhembus kencang di kemalaman, Bangku-bangku di depan setiap Stand sudah sunyi tak berpenghuni.3116Please respect copyright.PENANA0pv9PBqQwe
3116Please respect copyright.PENANASnbg9yE4rd
“Pernah naik motor, Tan?” Tanya Fajar sesampainya kami di depan motornya.3116Please respect copyright.PENANA7XumFGceXr
3116Please respect copyright.PENANAoFOXXKuJsG
“Waktu kuliah, tante sering naik motor, kok.” Jawabku.3116Please respect copyright.PENANAD8evdjcOym
3116Please respect copyright.PENANAWPMhQYO1tb
Fajar menyodorkan helmnya kepadaku. Aku menatapnya heran. “Kamu aja yang pakai. Kan kamu yang bonceng.”3116Please respect copyright.PENANAf1a7gYa7Nh
3116Please respect copyright.PENANARFTDAFyygi
Fajar tersenyum, kemudian mendekat ke arahku. Aku tercekat. Jarak kami dekat. sangat dekat. Ia mengangkat kedua tangannya dan memasangkan helm di kepalaku. Degup jantungku seakan mau melompat keluar. Bau keringatnya menyeruak cuping hidungku. Aku menelan ludah. Sudah lama aku tidak pernah diperlakukan seromantis ini.3116Please respect copyright.PENANAtUMWn0RqfN
3116Please respect copyright.PENANAUqAvfnhSU9
“Pakai, ya, tan.” Fajar membungkuk sedikit. Mensejajarkan wajahnya dengan wajahku. Wajah kami terlalu dekat. aku bisa merasakan hembusan nafasnya.3116Please respect copyright.PENANAuy19ZeCIkl
3116Please respect copyright.PENANAAqMH7l9182
“Debaran jantung tante kedengaran, lho.” Fajar mengedipkan mata. Aku bisa merasakan pipiku memanas. Fajar berkata lagi. “Pipinya juga merah.” Ia mengulum senyum.3116Please respect copyright.PENANA4XN4nliVF5
3116Please respect copyright.PENANA7CASIDxnUQ
Aku menunduk menyembunyikan semburat rona di wajahku. Tak ada satupun kata yang mampu keluar dari mulutku.3116Please respect copyright.PENANAPxvCYTj235
3116Please respect copyright.PENANAEWhgeO1d5G
“Ayo tan.” Fajar sudah siap di atas motor. “Jangan salting mulu.” Ia kembali menggodaku. Dengan pipi yang masih merona, aku menaiki motornya.3116Please respect copyright.PENANAp58qczvvWu
3116Please respect copyright.PENANA4XdpQlM9a9
“Duduknya jangan jauhan, nanti jatuh, lho,” Fajar menoleh sekilas ke belakang.3116Please respect copyright.PENANAoz0OiTEdER
3116Please respect copyright.PENANAC2Biw1Mnnl
Aku memukul pelan punggungnya. “Nyebelin!”3116Please respect copyright.PENANAs401gKDKik
3116Please respect copyright.PENANAYPh7bq1XSj
Fajar malah terkekeh. Aku meletakan tanganku di depan dada, menjadi penyangga antara dadaku dan punggungnya. Ia memacu gas, perlahan kami menembus udara malam.3116Please respect copyright.PENANAcU4RzQzFrk
3116Please respect copyright.PENANA6FWtOJVbJ1
Di spion motor, aku bisa melihat senyumnya. Sebuah senyum yang membuatku malah ikut tersenyum. Berisik knalpot motor di depan dan belakang kami, seakan menjadi pengiring musik perjalanan.3116Please respect copyright.PENANAPnL8Doce8e
3116Please respect copyright.PENANAsXHNUKyLkl
Aku berpaling kanan-kiri, hotel-hotel menjulang tinggi. Bunyi-bunyi klakson saling bersahutan tak mau mengalah. Warung bakso, nasi padang, mie ayam, terlihat ramai. Gerombolan remaja berjalan di bahu jalan, saling tertawa.3116Please respect copyright.PENANAtdfUUAnGnr
3116Please respect copyright.PENANAc9esoonOzj
Aku menatap wajahnya dari spion, tak di sangka, ia malah melirik ke spion dan tersenyum. Sepersekian detik, aku memalingkan wajahku, kembali menatap jalanan. Remaja itu selalu membuatku tersipu dan salah tingkah. Entah kenapa.3116Please respect copyright.PENANARR6hT1gBRk
3116Please respect copyright.PENANAIYQsgUApE1
***3116Please respect copyright.PENANA1dpUWaWIcY
3116Please respect copyright.PENANAEeGtoKwYC3
Kami tiba di rumah. Aku turun dari motor. Melepas helm dan mengembalikan kepada Fajar.3116Please respect copyright.PENANAgsn9bbL5v2
3116Please respect copyright.PENANAP7RpgpLhuE
“Mau mampir dulu, Jar?” Tawarku.3116Please respect copyright.PENANAnC0yPJyb6q
3116Please respect copyright.PENANAOUst0HTpjq
Sambil mengenakan helmnya, Fajar menyahut, “Besok aja, deh, Tan. Mau pulang dulu, capek.”3116Please respect copyright.PENANAgghSZ2FzIX
3116Please respect copyright.PENANA6hpzcHOR7N
Aku membalas senyumnya. “Hati-hati, jangan ngebut.”3116Please respect copyright.PENANA5TS40z2m10
3116Please respect copyright.PENANADGyXlnuYrq
Fajar mengangguk, melambaikan tangan. “Pulang dulu ya, tan.” Fajar meliuk-kan motornya. Sebelum ia menancap gas, ia menoleh kebelakang, lalu membuka kaca helm.3116Please respect copyright.PENANAONSUb5INrc
3116Please respect copyright.PENANAwjciWhUhGW
“Oh, iya, tan. Perihal bisik-bisik tadi. Fajar bilang sama teman Fajar, kalau tante istri Fajar.” Fajar berkata dengan lugas. Aku tergagap. Fajar melanjutkan. “Fajar tahu, kok, tante udah tahu.” Ia mengedipkan matanya.3116Please respect copyright.PENANA2ddxKOsk18
3116Please respect copyright.PENANAdcVKhGy1OX
Untuk yang tidak tahu keberapa kalinya pipiku kembali memanas. Dan desir itu kembali datang, lagi dan lagi. Dua detik kemudian, terdengar suara knalpot motornya. Ia menancap gas, keluar dari pekarangan rumah, lalu menghilangkan dari pandanganku.3116Please respect copyright.PENANA7XPbCgrhbf
3116Please respect copyright.PENANAwPjRuUhEQH
Aku berbalik dan melangkah menuju pintu dengan wajah yang kian merona. Tak bisa dipungkiri, bahwa aku sangat menikmati kebersamaan bersama Fajar. Ada sebuah gejolak dalam jiwaku yang meletup ketika Remaja itu menggodaku. Sedetik kemudian aku tersadar, lantas aku menggelengkan kepala. Engga, engga boleh.3116Please respect copyright.PENANAL6kOfA30Ih
3116Please respect copyright.PENANArS4FI0iOjD
Tiba aku di ruang tamu. Aku memperhatikan Adit, anakku, yang sedang duduk di sofa sambil bermain ponsel. Lekas aku menghampirinya, lalu duduk di sampingnya.3116Please respect copyright.PENANA05lPZvPDi9
3116Please respect copyright.PENANAVhJhvLY1ru
“Abi udah pulang?” tanyaku kepadanya.3116Please respect copyright.PENANArN7h3iPx2W
3116Please respect copyright.PENANA3sJTAgsm5G
“Belum, mi.” Adit menjawab singkat, matanya masih fokus ke layar ponsel.3116Please respect copyright.PENANAQStbTiuRkR
3116Please respect copyright.PENANABC4YVvnAk5
Aku menghela nafas. “Adit, kalau umi ngomong, bisa gak stop main hp?”3116Please respect copyright.PENANAqxMOI56esN
3116Please respect copyright.PENANA1YASZHfz13
Dengan raut wajah muram, Adit meletakan ponsel di atasnya meja. “Iya, mi, iya. Maaf, Adit salah.”3116Please respect copyright.PENANAQw1oaHG3mR
3116Please respect copyright.PENANAbmfDl0NIrV
Aku malah terkekeh. Melihatnya seperti itu membuatku tergelitik.3116Please respect copyright.PENANANfDCfEpfDX
3116Please respect copyright.PENANAQ1LCm2rOnd
Adit merubah posisi duduknya menghadapku. Wajahnya terlihat antusias. “Umi mau tau gak?”3116Please respect copyright.PENANArrj5kmSym0
3116Please respect copyright.PENANAKPgV17hHcy
Aku mengernyit heran. “Gimana umi mau tahu. Kamu belum ngomong apa-apa.”3116Please respect copyright.PENANAY1zhxNKo9Z
3116Please respect copyright.PENANAiNnoo7A9rs
Adit tertawa ringan. Matanya sedikit membesar, seakan ingin menyampaikan sebuah berita penting. “Barusan pacar Fajar, chat Adit, katanya dia lihat Fajar bonceng cewek.”3116Please respect copyright.PENANAhnbkymfIfe
3116Please respect copyright.PENANASxyOn5ZwLa
Aku membenarkan posisiku. Entah kenapa aku malah tertarik. “Terus?”3116Please respect copyright.PENANApFYQF6BvJy
3116Please respect copyright.PENANAzoNM1v0RLn
Adit melanjutkan. “Fajar selingkuh Umi. Adit gak habis fikir sama Fajar.” Adit menepuk jidatnya.3116Please respect copyright.PENANA1meUlPtA32
3116Please respect copyright.PENANAYYyrM3j4UU
Aku tertawa sambil memegang perutku. Anakku malah bingung. Aku mengambil nafas sejenak. “Bilang sama pacarnya Si Fajar, yang dibonceng Fajar, itu Umi.”3116Please respect copyright.PENANANNTCJQdq7L
3116Please respect copyright.PENANAxfC7EnEkFO
Giliran Adit yang tertawa. “Udah Adit duga.” Adit menggelengkan kepala, Kemudian ia meraih ponselnya. Aku menggeser tubuhku bersentuhan dengan bahu anakku.3116Please respect copyright.PENANAGNjxbpcgwd
3116Please respect copyright.PENANAtZQNyGIpQo
“Kamu chatingan sama pacarnya Fajar?” tanyaku fokus menatap layar ponsel Adit.3116Please respect copyright.PENANA4XqA4vhpml
3116Please respect copyright.PENANADOqjTutQZf
Adit menarik ponselnya menjauh dariku. “Ih, umi, kepo banget urusan anak muda.”3116Please respect copyright.PENANAgdQp5t6pzl
3116Please respect copyright.PENANAuxiwolAK4F
“Umi penasaran doang,” kataku.3116Please respect copyright.PENANAqvGtUdrHnQ
3116Please respect copyright.PENANA8kqhjwCmGx
“Kan umi yang nyuruh Adit buat bilang sama pacarnya Fajar.”3116Please respect copyright.PENANAkFp8UjGn7Q
3116Please respect copyright.PENANAROTImL6jq1
Entah kenapa, ada sebuah tusukan kecil dalam hatiku. yang membuatku merasa gundah. Apakah itu cemburu? Aku tidak tahu.3116Please respect copyright.PENANAVsCcZVRyt9
3116Please respect copyright.PENANAiptORaPAxJ
Kemudian, Aku bergeser empat jengkal menjauh dari anakku. Memberi ruang privasi kepadanya. Fajar sudah punya pacar, ternyata. Mengetahui kenyataan itu membuatku sedikit merana. Terus kenapa dia memperlakukanku dengan romantis begitu? tapi, yang lebih anehnya, kenapa aku harus marah? Aku bersikap seolah-seolah sedang jatuh cinta kepadanya. Lantas aku menggeleng-geleng. Engga, Engga boleh. Aku udah punya suami.3116Please respect copyright.PENANAqGo1NRJisH
3116Please respect copyright.PENANA4aPzYeFFna
“Umi kenapa?” Adit menatapku heran.3116Please respect copyright.PENANAe6t0kGyh2a
3116Please respect copyright.PENANAVQhrNDMzYD
Aku memasang wajah galak, berpura-pura. “Umi lagi kesal sama abi!” aku malah menyalahkan suamiku, padahal yang membuatku kesal adalah sahabat dari anakku sendiri.3116Please respect copyright.PENANAw1m5tThNkW
3116Please respect copyright.PENANAR13H7HBqL8
Adit hanya terkekeh, kembali menatap layar ponsel. Aku berkata lagi, sedikit galak, “Awas aja kalau kamu ketahuan sama umi kalau pacaran.”3116Please respect copyright.PENANAOJzuzfSOMc
3116Please respect copyright.PENANAPNZn6S02Uy
Adit menoleh. “Iya umiku yang paling cantik.”3116Please respect copyright.PENANAEZu0OlG7oA
3116Please respect copyright.PENANA0TpA5CAq5F
Aku tersenyum lebar, lalu mengusap kepalanya lembut. “Itu baru anak umi.”3116Please respect copyright.PENANAaA9aPcx83B
3116Please respect copyright.PENANAW201oNiFdZ
Sebenarnya, aku bukan tidak menyuruh Adit berpacaran, atau dekat dengan perempuan. Aku sendiri akan mengiyakan jika dia sudah bisa memilih keputusan dengan baik. Bukan juga aku menormalisasikan perzinahan. Aku tidak ingin mengekang kebebasannya. Yang aku bisa, hanya menasehatinya, dan menjauhkannya dari larangan-Nya.3116Please respect copyright.PENANA9qIYEWbfWw
3116Please respect copyright.PENANA8QjE2ZcexF
***3116Please respect copyright.PENANAbX4QNh9qZH
3116Please respect copyright.PENANAkXAS7wN6X9
Aku berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit kamar. Entah kenapa pikiranku masih berkecamuk perihal Fajar. Ada yang menjanggal di benakku.3116Please respect copyright.PENANAdwoA6ZxeC4
3116Please respect copyright.PENANAMqJkRLLNjM
Aku menoleh ke samping, wajah Dimas terlihat terlelap. Entah kenapa ada racikan bersalah ketika aku melihat wajahnya. Bisa-bisanya aku memikirkan pria lain sementara dia berada di sampingku. Bukankah itu adalah perbuatan dosa? entahlah, hanya tuhan yang tahu.3116Please respect copyright.PENANAT8hQtqMJ1J
3116Please respect copyright.PENANAiRyisJE1fA
Sayup-sayup suara terdengar berisik. itu pastilah anakku yang sedang bermain console game tengah malam begini. Jika sudah begini, aku harus turun tangan. Mana pula besok ia harus sekolah. Aku beranjak berdiri, melangkah menuju pintu kamar.3116Please respect copyright.PENANA3c6VJ06T76
3116Please respect copyright.PENANAmD7fWxGSIL
Sayu suara itu saling bersahutan. Selintas aku berfikit, jangan-jangan itu Fajar? Tapi, bukankah ia berkata ingin pulang? Untuk memastikan, aku melangkah cepat menuju kamar anakku.3116Please respect copyright.PENANAIv3NW6eTZ5
3116Please respect copyright.PENANAjlssHl40fR
Tebakanku benar, Adit dan Fajar sedang asik bermain console game.3116Please respect copyright.PENANAmVrYYM1gy5
3116Please respect copyright.PENANAjDDql8FJbZ
“Udah malem, gak ada puas-puas-nya main game.” Aku berdiri di tengah pintu, menatap tajam mereka bergantian.3116Please respect copyright.PENANAvWoZgKWyfq
3116Please respect copyright.PENANA2SOIa73OYX
“Lo sih Jar berisik.” Adit menoyor pelan baju fajar.3116Please respect copyright.PENANAkHxADTpNxX
3116Please respect copyright.PENANAXGMS4umj3V
Fajar menatapku lekat. Aku memalingkan wajah, tak kuat akan tatapannya. “Kalian lekas tidur, besok sekolah.” Aku berkata sambil memalingkan wajah.3116Please respect copyright.PENANAoRgLQXUJjL
3116Please respect copyright.PENANAMgJn1EcS8B
Adit mendengus, beranjak bangkit dan berbaring di ranjang. Sementara fajar mendekat ke arahku. Otomatis aku mundur satu langkah, mempersilahkannya. Sekilas, ketika ia melewatiku, ia melirikku dengan senyum simpul. Yang aku tak paham maksudnya. Bagai tersihir aku mengekor di belakangnya, sementara pintur kamar anakku, kubiarkan terbuka.3116Please respect copyright.PENANA9kljUjsaeV
3116Please respect copyright.PENANAGPefpCF6l9
Fajar berhenti di ruang tamu dan duduk di sofa. Ia mendongak menatapku. “Kenapa tan?”3116Please respect copyright.PENANAnvpI7wSbBq
3116Please respect copyright.PENANA04XJSKbsH5
Aku tergagap. “Susah tidur,” jawabku sedikit kikuk.3116Please respect copyright.PENANAZ0mUFsPKeq
3116Please respect copyright.PENANAGr5sFJKxQj
Fajar hanya ber-oh saja. Aku duduk di sofa, berhadapannya dengannya. Hening menyapa. Fajar merogoh kantung celananya, mengeluarkan sebatang rokok lalu membakarnya.3116Please respect copyright.PENANA7xQIk6noeV
3116Please respect copyright.PENANAXOj899RVYt
“Tante baru tahu kalau kamu merokok,” kataku memecah hening di antara kami.3116Please respect copyright.PENANAxit3ttebfR
3116Please respect copyright.PENANAjw4sxzpO5T
Fajar mengepulkan asap. “Jarang, kok, tan. Palingan kalau pengen aja.”3116Please respect copyright.PENANA6utViVLz6h
3116Please respect copyright.PENANAxSUq8oo9Uq
Aku mengangguk. “Oh, iya. Tadi ada kejadian lucu tauk.” Aku terkekeh. “Waktu kamu bonceng tante, pacar kamu ngira, kalau tante selingkuhanmu.”3116Please respect copyright.PENANAk8Af0BnJEA
3116Please respect copyright.PENANAqLqZW8GXRO
“Adit udah cerita, tan,” Fajar berkata singkat. Kemudian ia berdiri, beranjak duduk di sampingku.3116Please respect copyright.PENANAjNo1C4Fm8G
3116Please respect copyright.PENANAqx7I1ocnDh
Aku menelan ludah dan bergeser sedikit.3116Please respect copyright.PENANAD1GKXebu56
3116Please respect copyright.PENANAi1njkwTDvJ
“Tante cemburu?” dia menoleh.3116Please respect copyright.PENANAZj4qacrMUf
3116Please respect copyright.PENANAXx72vCJjyx
Aku menggelengkan wajah, tak berani aku menoleh dan menatapnya.3116Please respect copyright.PENANA5m5XQq8rag
3116Please respect copyright.PENANA1i3yXXM9QM
Fajar bergeser semakin dekat. Aku kembali menelan ludah. Semuanya terasa hening, suara detik jam terasa melengking. Ia kemudian mengendus area ketiakku. Entah kenapa aku membiarkannya, padahal perbuatan itu tidak pantas.3116Please respect copyright.PENANA4AKxAJmkJI
3116Please respect copyright.PENANA2GB4C6kmKu
“Tante bau ketek.” Ia bergeser agak menjauh.3116Please respect copyright.PENANAP5LUREg4G3
3116Please respect copyright.PENANAqWHmyQMXZK
Sontak aku menatapnya tajam. “Tante udah mandi!” Aku berkata ketus.3116Please respect copyright.PENANAXp8S14RLG4
3116Please respect copyright.PENANAJ11g9fCw0n
Fajar malah terkekeh. Ia kembali mendekat ke arahku. “Lagian tante di tanya diem doang. Kaya ngomong sama tembok.”3116Please respect copyright.PENANAScMRPz1zbx
3116Please respect copyright.PENANA9YwmcnR9vO
Aku menyahut. “Lagian pertanyanmu aneh!” Aku memalingkan wajah, sebal.3116Please respect copyright.PENANAqKdfXUWozh
3116Please respect copyright.PENANAhvO4HEcmvB
“Aneh atau memang iya?” Fajar terus mencecer. “Tante juga gak nolak waktu aku endus ketiaknya.”3116Please respect copyright.PENANA2vX7IytJFi
3116Please respect copyright.PENANAQ08YmUGE1V
“Jangan aneh-aneh, deh, Jar.” Aku berkata dengan nada sedikit tinggi. Bagaimanapun juga, ia sudah melampaui batas. Dan Jujur saja, aku tidak ingin terlampau jauh.3116Please respect copyright.PENANAfGKQ4c6Ytf
3116Please respect copyright.PENANAazAXzZfNBh
Fajar tak menghiraukan. Dia malah menggodaku lagi. “Bau ketiak tante enak lho. Fajar suka. Harum.”3116Please respect copyright.PENANATMInNHPB1Y
3116Please respect copyright.PENANApwuhWT5h1a
Aku merasa terhina atas perkataanya barusan, tapi entah kenapa aku masih ingin terus berbincang dengannya. Tapi, aku tidak mau obrolan kami mengarah ke hal tabu.3116Please respect copyright.PENANAnOb0fdodUc
3116Please respect copyright.PENANA2VBXyjN0JI
“Bahas yang lain, Jar. Tante gak suka bahas hal kaya gitu.” Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.3116Please respect copyright.PENANAWjkgOp8cfs
3116Please respect copyright.PENANApnGEdQ7HnS
Fajar masih kekeuh. Kali ini ia semakin berani. Dengan lembut ia mengusap kepalaku bagai seorang ibu mengusap kepala anaknya. Lagi-lagi aku tak menolak, pun marah. Desir hangat itu kembali lagi, membelengguku dalam dosa yang aku sadari.3116Please respect copyright.PENANAOrXmX1Bhu7
3116Please respect copyright.PENANA1SyTF3XaZZ
Fajar menarik daguku menghadapnya. Mata kami bertemu. Bagai berada di kutub utara, aku seketika membeku. Perlahan ku rasakan jemarinya berjalan lembut di pipiku, lalu menuju keningku. Aku hanya diam, membiarkan jemarinya menyelusuri seluk-beluk wajahku. Desir darahku bergejolak ketika jemarinya menapak jejak di bibirku. perlahan ia usap halus bibirku dengan jemarinya.3116Please respect copyright.PENANAUTh0PixCZP
3116Please respect copyright.PENANA4QWlGWQ4V2
Entah kenapa, sentuhan lembut jemarinya di bibirku membuatku memejamkan mata. Tiba-tiba terdengar suara tertawa. Aku membuka mata, menatap bingung Fajar yang terkekeh.3116Please respect copyright.PENANAp9Me5SDSdf
3116Please respect copyright.PENANANR5HRiV1Vm
“Tante minta di cium?” Fajar bertanya dengan wajah gembira.3116Please respect copyright.PENANASbdlIgPxCe
3116Please respect copyright.PENANAUJbJ65Z8Je
Aku menatapnya kesal. Ia seolah-olah mempermainkan perasaanku, dan itu sangat mejengkelkan sekali. Lekas aku berdiri. Fajar menarik tanganku, membuatku kembali duduk.3116Please respect copyright.PENANAzvIw5xRUgm
3116Please respect copyright.PENANA1kKNScdWw4
Ia mendekat. Jantungku berdegup kencang. Lagi-lagi aku memejamkan mata, seakan rela jika ia mencumbu bibirku. Fajar malah berbisik, deruh nafasnya bisa kurasakan saking bibirnya dengan dengan telingaku.3116Please respect copyright.PENANAb05XEtP2Ch
3116Please respect copyright.PENANAwquLYTkrsj
“Besok pagi kerumahku, Tan.” Seketika aku merinding mendengarnya. Kerumahnya? Kenapa? Untuk apa?3116Please respect copyright.PENANAysQ9vyosVW
3116Please respect copyright.PENANADjzxjE2Tey
Belum sempat aku bertanya, ia lekas beranjak berdiri sambil tersenyum kepadaku. Aku menatapnya penuh tanda tanya. Fajar malah berbalik, melangkah menujur kamar anakku.3116Please respect copyright.PENANAZKmTlO5uLW
3116Please respect copyright.PENANAglfyoAV2AC
Pada sebuah cela kesadaraan, aku menyadari sesuatu. Bahwa aku jatuh cinta kepadanya, kepada sahabat anakku sendiri. Aku menghela nafas, dalam. Kamu gak boleh melanjutkan ini lagi. Laras, kamu harus sadar, kamu udah bersuami sekaligus ibu rumah tangga. Laras, kamu bisa. Ini semua dosa.3116Please respect copyright.PENANAZ5bK7EyFnZ
3116Please respect copyright.PENANAJwqyVQG3DF
***3116Please respect copyright.PENANADkTBqxDaZn
3116Please respect copyright.PENANASLDODDU71T
“Mati kau mati, kau akan terlahir berkali-kali”.3116Please respect copyright.PENANAsTv1GZUKTB
3116Please respect copyright.PENANAPjCMa7TWNN
Sebuah kutipan yang aku ambil dari sebuah novel yang barusan aku baca. Aku memang kerap mengisi waktu soreku dengan membaca. Sejak dahulu, Ralat, lebih tepatnya sejak kecil, aku memang hobi membaca. Kebiasaan tersebut terbawa sampai sekarang.3116Please respect copyright.PENANAR51dIuJ9NO
3116Please respect copyright.PENANA8zKN85rttZ
Aku mendongak ke atas, melirik jam dinding. Sudah pukul tiga sore. Sekiranya, aku menghabiskan waktu satu jam untuk membaca buku. Rumah sepi, Adit belum pulang. Di hari tertentu, seperti hari ini, selasa, Adit biasanya pulang pukul empat, sebab ia mengikuti sebuah eskul di sekolahnya.3116Please respect copyright.PENANAYIvWE9Os06
3116Please respect copyright.PENANApldPWdvUbn
Semalam, Aku dan Dimas membahas perihal Pendidikan Adit. Bulan depan, ia sudah lulus. Adit sendiri memilih untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Tentu saja aku dan Dimas mensupport hal tersebut. Pendidikan anak tetap nomer satu.3116Please respect copyright.PENANAweoSVHNTZX
3116Please respect copyright.PENANAGvQECZsLZP
Dimas sedikit berbeda pendapat denganku. Aku sendiri ingin Adit masuk kuliah di kota ini. Sementara Dimas, menyuruhnya kuliah di Ibu Kota. Ya, apapun hasilnya yang penting dia kuliah.3116Please respect copyright.PENANAMllxL2aKSg
3116Please respect copyright.PENANA5kAhms2iXp
Aku kembali melihat jam dinding. Kemudian aku bangkit sambil meregangkan tangan, lalu menghela nafas secukupnya. Aku memutuskan untuk membuat kopi, caffein sangat ampuh untuk mencegah kantuk.3116Please respect copyright.PENANAocY3IH2TFP
3116Please respect copyright.PENANAQQhgnqxGio
Aku berjalan menuju dapur. Mengambil kopi hitam di selorakan meja dan juga gelas kaca. Sambil memanaskan air, aku kembali teringat soal pernyataan Fajar malam itu. Emangnya siapa dia? bisa memerintahku seenaknya begitu? Aku cukup merasa jengkel terhadap sikapnya yang seperti itu. bisa-bisa-nya dia menyuruhku untuk datang kerumahnya.3116Please respect copyright.PENANAii3hCLqKE1
3116Please respect copyright.PENANASLszfuQiRx
Gemercik air bergemuruh kecil, sigap aku mematikan kompor gas. Lalu menuangkan air panas ke gelas, tak lupa sendok ku taruh terlebih dahulu. Fisika dasar, sendok bisa menjadi penghantar panas. Jika langsung kutuangkan tanpa sendok, kemungkinan gelas akan retak.3116Please respect copyright.PENANA9Fy7rXIUbj
3116Please respect copyright.PENANAo3vtHLK1D3
Aku kembali ke sofa ruang tamu dengan kopi hitam di atas meja. Duduk takzim sambil sesekali menyesap kopi. Aku menyukai kopi sudah lama. aku hanya sekedar penikmat saja, untuk jenis-jenis kopi, aku tidak terlalu tahu.3116Please respect copyright.PENANANwnbpJ8BOb
3116Please respect copyright.PENANATfbTD4qO0f
Terdengar suara pintu terbuka. Adit tersenyum kepadaku dan beranjak mendekat.3116Please respect copyright.PENANANpMiNcROYp
3116Please respect copyright.PENANA6stgxLPpQD
“Umi, laper,” kata Adit sambil duduk di sofa, berhadapan denganku.3116Please respect copyright.PENANAch0p5AVHwX
3116Please respect copyright.PENANAfneJHtKgPt
“Umi udah masak ayam goreng, makan gih,” kataku.3116Please respect copyright.PENANA8ucb3VY6L8
3116Please respect copyright.PENANAZBQScLnHPv
Adit meletekan tasnya disampingnya. Wajahnya tampak kusam dan berminyak. “Fajar tadi ke sini, mi?” Tanya Adit.3116Please respect copyright.PENANAC8CuPj2xj2
3116Please respect copyright.PENANAUvzkr1zY46
Aku menggelang.3116Please respect copyright.PENANADA6w5XF3yT
3116Please respect copyright.PENANAn8I0mvXupy
“Dia gak sekolah tadi, tumben banget.”3116Please respect copyright.PENANAd99C6aW205
3116Please respect copyright.PENANAxwivQUK5p8
Aku ber-oh saja. “Mungkin lagi demam.”3116Please respect copyright.PENANAjXQaM2vvWb
3116Please respect copyright.PENANAAgHl32plUd
“Yaudah, mi. Adit mau makan dulu, laper.” Adit meraih tasnya kemudian berdiri.3116Please respect copyright.PENANAp36RjFwHlJ
3116Please respect copyright.PENANAPBr7sbLV74
“Ganti baju dulu, sayang,” kataku.3116Please respect copyright.PENANAP4XrARxMUz
3116Please respect copyright.PENANAErHtEtEcJ5
“Iya umiiii.” Adit melangkah menuju kamarnya,3116Please respect copyright.PENANAZKifFfdpkB
3116Please respect copyright.PENANAPfaI9TVTwx
Aku kembali menyesap kopi. Aku sebenarnya tahu alasan Fajar tidak sekolah, ia pasti menunggu kehadiranku di rumahnya. Ia menyangka bahwa aku akan datang, mengenaskan sekali jika ia berfikir seperti itu. Aku bukanlah perempuan murahan yang akan tunduk kepadanya. Lagian, aku sudah mempunyai keluarga. Jadi, apapun yang dia lakukan, pasti akan sia-sia. Pasti.
Bersambung
3116Please respect copyright.PENANAXxyncFKOsJ