
# 4 Sentuhan demi sentuhan
2587Please respect copyright.PENANANFGx98HXbw
Pukul 18.28, setelah melaksanakan ibadah solat magrib, aku lekas kembali menuju ruang tamu, tapi tidak terlihat Fajar di sana. Aku membentangkan pandanganku ke seluruh penjuru ruang, mencari keberadaan remaja itu. Mungkin dia lagi keluar, pikirku. Kemudian aku beranjak menuju dapur dan memasak untuk makan malam.2587Please respect copyright.PENANAvAq2MeyM6J
2587Please respect copyright.PENANAzHOe8d4Nhh
Aku mengambil dua potong ayam dan meletakkannya di satu piring. minyak sudah terlebih dahulu ku panaskan. Tak lama kemudian, gemercik minyak terdengar Meletus-melutus. Kumasukkan satu persatu sepotong ayam, lalu membolak-balik-nya dengan hati-hati.2587Please respect copyright.PENANA45GTUVrC3U
2587Please respect copyright.PENANA89cRztTK0q
Tiba-tiba aku merasakan tangan yang melingkar di pinggangku. Lalu terdengar bisik yang membuat bulu kuduk ku merinding, “Cie masak buat Fajar.” Aku menoleh ke belakang sekilas, lalu kembali fokus memasak dan membiarkan Fajar memelukku.2587Please respect copyright.PENANApzoTdK6SCL
2587Please respect copyright.PENANAgXdUudFBRo
Aku terus membolak-balik-kan ayam, sementara Fajar terus memelukku dan sesekali mencium pipiku. Tapi, lama-kelamaan aku bisa merasakan kemaluan Fajar yang bergesekan dengan pantatku.2587Please respect copyright.PENANAN7CZgVQkID
2587Please respect copyright.PENANATkpRzO7gxH
“Jar, Ih, tante lagi masak,” kataku.2587Please respect copyright.PENANAkhuOBBmzbz
2587Please respect copyright.PENANA8q19Eu8ZcD
Fajar malah terkekeh, “Badan tante semok banget,” bisiknya di telingaku.2587Please respect copyright.PENANARkliteHAvl
2587Please respect copyright.PENANA2rrZ6gpGhB
Jujur saja aku merasa bangga apabila di puji seperti itu. Harus ku akui bahwa tubuhku lumayan berisi, hanya saja cara berpakaian ku yang agamis yang membuat lekuk tubuhku tertutupi.2587Please respect copyright.PENANACX66dPYpVd
2587Please respect copyright.PENANAzkJkOC85jU
Aku menggeser tubuhku dan meraih dua piring di selorok atas. “Jar, udahan,” kataku lagi.2587Please respect copyright.PENANAq7DOmG6MVh
2587Please respect copyright.PENANAqwTtEkSVZv
Fajar beranjak menjauh lalu duduk di meja makan. Kemudian aku meletakan satu persatu ayam di kedua piring, dan mengambil nasi di kosmos samping. Aku melangkah ke meja makan dengan dua piring di kedua tanganku.2587Please respect copyright.PENANAbKLlOrJ5BF
2587Please respect copyright.PENANAp0DYhcZMvW
“Ayo, makan,” kataku sambil meletakan satu piring di hadapannya.2587Please respect copyright.PENANAoCCPV14Bmk
2587Please respect copyright.PENANADEniyz9eo6
Fajar malah tersenyum menatapku. Aku memicingkan mata dan menatapnya kembali. “Kenapa?” kataku agak garang.2587Please respect copyright.PENANAVqGDohM2jj
2587Please respect copyright.PENANASHClUz5Vfk
Fajar terkekeh. “Tante imut banget.”2587Please respect copyright.PENANADLvra6vHRL
2587Please respect copyright.PENANAi1mixino8G
Sontak kedua pipiku merona. Remaja itu selalu saja menggombal. “Udah-udah, makan, nanti ngomongnya.”2587Please respect copyright.PENANAsgxTKfWgrn
2587Please respect copyright.PENANANtKC54Ym5b
“iya, sayang,” kata Fajar.2587Please respect copyright.PENANAfmASKE7H5A
2587Please respect copyright.PENANAqqlQr5VBqW
Aku semakin merona. Panggilan sayang yang diucapaknnya mampu membuat degup jantungku tak karuan. Kemudian, kami menyantap makanan masing-masing. Suara sendok dan piring menjamu keheningan.2587Please respect copyright.PENANARYIzWFZUJG
2587Please respect copyright.PENANAtVOGpGxKbZ
Tidak lama kemudian lauk habis tak tersisa. Aku menuangkan air di gelasku dan Fajar dan meminumnya.2587Please respect copyright.PENANAQYVVfbqoQS
2587Please respect copyright.PENANA25Kgohto7s
Fajar beranjak berdiri. “Main ps yuk tan di kamar Adit,” ajaknya.2587Please respect copyright.PENANAkgFYsBtSja
2587Please respect copyright.PENANA2BhRtHjtNP
Aku menggeleng. “Bosan, ih.”2587Please respect copyright.PENANAq10WEzuTka
2587Please respect copyright.PENANA2QJS3hOPLs
“Ngobrol aja di ruang tamu.”2587Please respect copyright.PENANAfgx8UMojCa
2587Please respect copyright.PENANAOm3WCsdORl
Aku mengganguk lalu melangkah di belakangnya. Kami duduk bersampingan di sofa. Seperti biasa Fajar melingkarkan tangannya di bahuku. Aku merasa sudah biasa atas perlakuannya yang manja seperti ini.2587Please respect copyright.PENANAz5fyaZe7WF
2587Please respect copyright.PENANA6tRiRDkZ3C
“Mau ngopi lagi, Jar?” tanyaku.2587Please respect copyright.PENANAQqPvmYDugw
2587Please respect copyright.PENANAQIXTnQThYB
Fajar menggangguk. Aku hendak bangkit, tapi kemudian ia menahan lenganku. “Fajar aja yang bikin, tan.” Katanya.2587Please respect copyright.PENANAy6pr4voUeq
2587Please respect copyright.PENANA1p3rgPAvyC
Aku tersenyum dan mengganguk. Lantas Fajar berdiri dan berjalan menuju dapur. Ada perasaan hangat ketika aku melihat punggungnya, sebuah perasaan yang sedikit bisa ku jelaskan, bahwa itu adalah percikan cinta yang timbul di hatiku.2587Please respect copyright.PENANALRCXBI8fVH
2587Please respect copyright.PENANA2g4jWMpsYU
Ya, aku mecintainya, tapi aku juga mencintai semuaku. Memang kontradiktif, tapi itu apaadanya. Mungkin jika orangtuaku mengetahui yang kuperbuat sekarang pastilah mereka akan memukulku sebab yang kulakukan adalah dosa yang besar, berselingkuh sekligus berzina.2587Please respect copyright.PENANAcwG8RQALsO
2587Please respect copyright.PENANAxIXQX3uWzO
Selain itu, aku juga merasa teramat bersalah kepada suamiku. Tapi, entah kenapa, hasrat untuk bersama Fajar lebih kuat daripada dosa. Aku sedikit bingung, tak pernah sebelumnya aku melakukan hal seperti ini. Pun, aku terdidik dari kalangan yang agamis yang selalu mengajarkan moral dan etika sesuai agama.2587Please respect copyright.PENANAg6aPuqoCk1
2587Please respect copyright.PENANAxjcGKq0MZP
Semoga tuhan bisa memaafkan apa yang kuperbuat, mau bagaimanapun juga, aku masih percaya kepada-Nya, meskipun aku melakukan tindakan yang dilarangnya.2587Please respect copyright.PENANAt4jdEFlOXz
2587Please respect copyright.PENANA29uarzZ4dZ
Fajar datang dengan dua cangkir gelas yang ia pegang dengan kedua jari jempol dan telunjuknya. Ia duduk di sampingku sambil meletekan kopi. Aku memandanginya, alisnya tebal bagai bulu buruang, hidungnya mancung, tubuhnya tegap, yang membuatku kagum adalah rahangnya yang tampak mengeras. Kupikir pastilah ia sering berolahraga.2587Please respect copyright.PENANAt7BkVlEnZ6
2587Please respect copyright.PENANAF1U9RnfefJ
Kalau aku sendiri memiliki tubuh yang bagiku lumayan ideal. Tidak gemuk dan juga tidak kurus. Mata bidadari, begitulah Abiku sering berkata, sebab bola mataku besar. Hidungku sedikit mancung walaupun tak semancung Fajar. Aku sedikit bermasalah di tinggi badan, bukan berarti aku pendek. Untuk ukuran perempuan bisa dibilang tinggi rata-rata perempuan Indonesia.2587Please respect copyright.PENANAIOj8rLfpWo
2587Please respect copyright.PENANAHgq5OVsZ7i
Kulitku putih, sejak SMA aku memang sering merawat wajahku, tak heran jika dahulu banyak lelaki yang mendekatiku dengan berbagai cara, ada yang dengan cara memamerkan hartanya, ada juga yang hanya bermodal tampang, tapi tak satupun kupilih, lagian masa-masa SMA aku tidak tertarik untuk pacaran. Dosa.2587Please respect copyright.PENANAMwg3zEo1eN
2587Please respect copyright.PENANA41xqWYneeV
Aku menyesap kopiku sambil memejamkan mata. Kopi memang sahabat terbaik di segala keadaan. Ketika bahagia, sedih, gunda, kadang semua itu bisa diatasi dengan secangkir kopi, atau saat sedang berselingkuh seperti yang kulakukan sekarang ini.2587Please respect copyright.PENANAJTmOjEX8sQ
2587Please respect copyright.PENANAjVn49sdQlA
“Tan, besok jalan-jalan, yuk.” Fajar membuka obrolan.2587Please respect copyright.PENANAowIXdEEK9O
2587Please respect copyright.PENANAKdd0zekFeg
“Ke mana?”2587Please respect copyright.PENANAvQNTANr0AU
2587Please respect copyright.PENANAftBSX4ursi
Fajar terlihat berpikir. “Tante mau ke mana?”2587Please respect copyright.PENANAFwr7Z3AupF
2587Please respect copyright.PENANAxZCbPQgj6j
“Tante ikut aja, sih.”2587Please respect copyright.PENANAJVuz81obok
2587Please respect copyright.PENANAeW3GlWseVH
“Tapi temenin Fajar ke gereja bentar, ya?”2587Please respect copyright.PENANAB9CjPc2FSx
2587Please respect copyright.PENANAYuvW57U4JH
Ludah berhenti di teggoralkan. Aku melupakan sesuatu, kalau Fajar tidak beragama islam. Selintas aku merasakan ketidaknyaman.2587Please respect copyright.PENANA0CY3yxS0xb
2587Please respect copyright.PENANAfhgijwSFPY
“Tan?” tanyanya lagi.2587Please respect copyright.PENANA8d9E1WPtel
2587Please respect copyright.PENANAJBY2FvKyPR
Aku ragu untuk menjawab iya.2587Please respect copyright.PENANAEfynSotrbj
2587Please respect copyright.PENANAn4W2hyK5zk
“Gimana, Tan?” ia terus bertanya.2587Please respect copyright.PENANAVkn7OqLGtQ
2587Please respect copyright.PENANAKcfEo2wjNC
Aku menghela nafas sebelum memutuskan. “Tapi tante di mobil aja, ya. Engga sampe masuk,” kataku. Mau bagaimanapun aku tetap memiliki keyakinan tersendiri. Begitupun Fajar, perbedaan agama di antara kami tidak membuatku harus memaksakan kehendakku dan sebaliknya.2587Please respect copyright.PENANAt9L2IiBzPk
2587Please respect copyright.PENANAqBMedFgr7G
Fajar tersenyum. “Iya tante sayang.”2587Please respect copyright.PENANAmMimM7urRL
2587Please respect copyright.PENANAeFEKjkkYZ8
Lalu kami jatuh dalam sebuah obrolan yang panjang, selama mengobrol aku bisa merasakan kehangatan pada suaranya. suara yang sedikit berat. Terlebih ekspresinya ketika berbicara, seperti aku berada di pandang rumput yang luas dengan sepoi-sepoi angin. Di tambah dengan tuturnya yang begitu lembut.2587Please respect copyright.PENANAdCgO09rzol
2587Please respect copyright.PENANAwHdX0RQpmJ
Selama mengobrol aku senyam-senyum sendiri, antara kagum dan juga heran. Heran mengapa remaja setampan Fajar bisa-bisa-nya jatuh cinta kepadaku. Padahal perbedaan usia kami terpaut jauh.2587Please respect copyright.PENANArPgudRZx2C
2587Please respect copyright.PENANAJ2wXoTpfdh
Lambat laun semakin malam. Aku sempat terlena untuk melaksanakan Solat Isya. Ketika aku hendak bangkit, Fajar menahan lenganku dan bilang, Nanti aja, Tan, ngobrol dulu, lagian tenggat waktu solat isya panjang.2587Please respect copyright.PENANAxAUWnfhDI9
2587Please respect copyright.PENANAPNHbcymG3f
Entah kenapa aku mengiyakan dan duduk kembali. Tak seperti biasanya, biasanya saat adzan berkumandang, aku segera menunaikan ibadah.2587Please respect copyright.PENANAPmMEszIe2g
2587Please respect copyright.PENANAUpjdvzYHlD
Lalu, kami kembali jatuh dalam obrolan. Fajar bercerita bahwa dia butuh waktu tiga bulan untuk menabung dan membelikan cicin yang terlingkar di jari manisku. Aku sempat untuk mengembalikannya, merasa tidak enak. Tapi Fajar mencegahku dan bilang, pemberian gak bisa ambil kembali. Fajar juga menambahkan bahwa aku harus terus memakai cincin pemberiannya. Lalu aku bilang, kalau suamiku tau gimana? Fajar menjelaskan, bilang aja kalau aku beli sendiri. Aku mengiyakan saja.2587Please respect copyright.PENANAtMhNy0PFSo
2587Please respect copyright.PENANA7hG8UTVfGs
Malam semakin menyalak. Kami terus bersatu dalam obrolan. Sesekali Fajar mencium pipiku, sesekali juga ia mengendus area ketiakku. Perlahan aku mulai terbiasa. Kami tampak seperti pasangan suami-istri, di tambah dengan keadaan rumahku yang menyisakan kami berdua. Saksi daripada perselingkuhanku.2587Please respect copyright.PENANA36UhSW9BoK
2587Please respect copyright.PENANA1l5yQ2WHZw
Aku melirik jam dinding, pukul 22.01, biasanya jam segini aku sudah berada dalam mimpi. Tapi, mengobrol dengan Fajar terasa begitu mengasikan, maka kuputuskan untuk tidur agak lama dari biasanya.2587Please respect copyright.PENANAVzng5K30Uk
2587Please respect copyright.PENANAF0uJyNPcZe
Kami membahas banyak hal, mulai dari masa kecil Fajar yang ada kaitan denganku. Yang tentu saja langsung kucerca dengan beragam pertanyaan. Aku mengetahui sesuatu bahwa Fajar sudah menyimpan perasaan denganku sejak di bangku SMP. Aku sempat tertawa sebab bagaimana bisa anak SMP jatuh cinta kepada ibu rumah tangga sepertiku ini.2587Please respect copyright.PENANAocSD0whRSe
2587Please respect copyright.PENANAZCxM7358yQ
Aku juga bercerita bahwa aku menyukainya baru-baru ini. Dia bertanya kenapa aku menyukainya. Kujelaskan kalau aku merasa nyaman berada bersamanya, merasa diperlakukan dengan mesra. Fajar tersenyum dan kemudian kembali mengendus ketiakku. Remaja itu sungguh menyukai ketiakku.2587Please respect copyright.PENANAOxQBIe1srt
2587Please respect copyright.PENANA8JmWYkCgix
Menjelang pukul 23.00, aku menyudahi aktivitas berbincang kami dan bangkit.2587Please respect copyright.PENANA2GUEdhQGr2
2587Please respect copyright.PENANA3syH1qZhbs
“Tante mau tidur dulu,” kataku kepadanya.2587Please respect copyright.PENANAnH7NCrrjQm
2587Please respect copyright.PENANAMR1G0qc848
Terlihat wajahnya yang nampak kecewa. Aku terkekeh. “Besok lanjut lagi.”2587Please respect copyright.PENANA0GaIlPQNah
2587Please respect copyright.PENANAfdIwafevmZ
“Tidur di sini aja, tan,” katanya. “Fajar janji deh gak macem-macem.” ia mengangkat kedua telapak tangannya setinggi kepala.2587Please respect copyright.PENANAxYaYu029ny
2587Please respect copyright.PENANAPzTRHmyS7J
“Tante gak bisa tidur di sofa,” kataku.2587Please respect copyright.PENANAj1L0p7uPm8
2587Please respect copyright.PENANAxIY8gD668o
Fajar mendengus, kemudian bangkit dan mendekat ke arahku. “Boleh cium bibir?” tanyanya.2587Please respect copyright.PENANASMnOlrOu0Y
2587Please respect copyright.PENANA4GCKtZE1uh
Aku mengangguk pelan dan memejamkan mata. Kemudian, Terasa bibirnya menyentuh bibirku. Kali ini tidak ada lumatan, murni bibir ketemu bibir.2587Please respect copyright.PENANAvipdHQ4eev
2587Please respect copyright.PENANAV4umNoVVLa
“Selamat malam, Tan.” Fajar tersenyum ramah.2587Please respect copyright.PENANA3DwjytgwTm
2587Please respect copyright.PENANAkhIw5IzWRd
“malam juga, Jar.” Aku berbalik dan melangkah menuju kamarku. Sepanjang langkah, hatiku berbunga-bunga bagai mawar di taman para suci.2587Please respect copyright.PENANADRxIQuNzuA
2587Please respect copyright.PENANAIM75X8ZVwI
***2587Please respect copyright.PENANAgg5Mm4lHMv
2587Please respect copyright.PENANAiTD88Sxpfo
Minggu pagi menyapa dengan semburat cahaya. Aku terlihat cantik pagi ini, dengan gamis pink dan balutan hijab lebar yang menutupi kedua buah dadaku. Aku berdandan secukupnya, memoles bibir dan memberi sedikit taburan make-up di wajahku. Begitupun Fajar, dia tampak tampan dengan kaos hitam dan celana jeans panjang. Aku sengaja menyuruhnya memakai pakaian anakku, sebab, waktu kami berbincang semalam ia hendak untuk pulang dan mengambil baju ganti, karena sudah larut, aku cegah.2587Please respect copyright.PENANApSO9x8Tho2
2587Please respect copyright.PENANAfFBzWvKcwu
Sebelum berangkat pergi, seperti biasa aku dan ia ngopi terlebih dahulu di ruang tamu. Jam dinding menunjuk pukul 08.00, masih terlalu pagi untuk menuju gereja.2587Please respect copyright.PENANASKJzXi7IrC
2587Please respect copyright.PENANAOh2Rn2CgrN
“Tante gak risih, kan? kalau ke gereja bareng Fajar?” tanyanya dengan kaki yang tersilang.2587Please respect copyright.PENANAE6vfgSZRLN
2587Please respect copyright.PENANAXINMnEnn6A
“Dikit,” kataku jujur. “Kamu gak bisa apa balik kaya dulu?”2587Please respect copyright.PENANASDJ5sUhWUK
2587Please respect copyright.PENANAY6x46KBhr6
Tentu saja Fajar mengerti apa yang kumaksud. Ia menggeleng, “Tante aja yang ikut aku, mau?”2587Please respect copyright.PENANAw1IHYzPxn3
2587Please respect copyright.PENANAaLH2xET1ar
Sontak aku memukul pelan bahunya. “Apaan sih, Jar!”2587Please respect copyright.PENANA4iHfxi7G5d
2587Please respect copyright.PENANAJ01fP7pdXn
Fajar malah tertawa. “Bercanda, tan,” katanya sambil mengelus kepalaku. “Tapi kalau mau serius juga boleh.”2587Please respect copyright.PENANA9T3kktVIVy
2587Please respect copyright.PENANACaoTi7LuDw
“Udah-udah,” kataku mencegah obrolan agar tidak berlanjut ke sembarang arah. “Ngobrol yang lain aja.”2587Please respect copyright.PENANAyGhGiecnE1
2587Please respect copyright.PENANAlrAT73kzBq
Fajar berdehem. “Mau dinyanyiin lagi, Tan?”2587Please respect copyright.PENANAbBwppl696z
2587Please respect copyright.PENANAoujD9F5DWO
Aku menggangguk antusias.2587Please respect copyright.PENANAPItVX0V9Gt
2587Please respect copyright.PENANABUE6pIcQUI
“Bentar.” Fajar beranjak berdiri dan melangkah menuju kamar anakku, lalu kembali duduk di sampingku dengan gitar di pangkuannya.2587Please respect copyright.PENANAlIxGYmxb5V
2587Please respect copyright.PENANAQBvGyVZj9f
“Mau lagu apa? Tan?” Fajar membenarkan posisinya menghadapku, begitupun aku.2587Please respect copyright.PENANAG7BGsb1Wjo
2587Please respect copyright.PENANA68DGH7Hb3Z
Aku berfikir sejenak, lalu berkata, “Hujan di mimpi?”2587Please respect copyright.PENANA1W9R3vnevE
2587Please respect copyright.PENANAxIOpmA8QhF
“Tante yang nyanyi, Fajar yang main gitarnya. Oke?”2587Please respect copyright.PENANAXJOqegu6gx
2587Please respect copyright.PENANAJEtOUhqPUQ
Aku mengangguk. Perlahan terdengar petikan senar yang begitu indah, setiap nada saling melengkapi. Petikannya bervariasi dalam chord B. Kemudian Fajar menatapku. Aku mengerti.2587Please respect copyright.PENANAagudiPnG43
2587Please respect copyright.PENANAum0z1PLKKh
“Semesta bicara tanpa suara, semesta ia kadang buta aksara. Sepi itu indah, percayalah. membisu itu anugrah.” Aku bernyanyi mengikuti irama dawai yang ia petik.2587Please respect copyright.PENANA9NQXbPwHOt
2587Please respect copyright.PENANAiJI6PBBlYQ
“Seperti hadirmu di kala gempa, jujur dan tanpa bersandiwara. Teduhnya seperti hujan di mimpi, berdua kita berlari.” Aku memejamkan mata, menikmati setiap note-note yang berhamburan di ruang tamu.2587Please respect copyright.PENANAGopmwrVGIC
2587Please respect copyright.PENANAoLQX8JPbYx
“Semesta bergulir tak kenal aral. Seperti langkahmu menuju kaki langit. Seperti genangan akankah bertahan. Atau perlahan menjadi lautan.” Aku terus bernyanyi dengan senyum yang tak pudar menatapnya. Mata kami saling bertemu dan memancarkan sebuah cinta. Saling menggenggam dalam kesatuan nada, irama, dan tempo.2587Please respect copyright.PENANAPevNb2ht0v
2587Please respect copyright.PENANAQLCXltI1e1
Petikannya kembali mengisi ruang di antara kami. Romansa menyentak bagai kekasih yang akan selalu abadi. Pada binar matanya aku melihat sebuah ketulusan, pada jemarinya aku bisa melihat note-note cinta yang beterbangan, membentuk sebuah lagu cinta. Lalu, ia mengakhiri permainan gitarnya dengan genjrengan cantik dalam chord B.2587Please respect copyright.PENANAasHFbC7X44
2587Please respect copyright.PENANASfPmYvz5b8
Kemudian ia rebahkan gitar di sampingnya dan meraih tanganku. Bola matanya seakan ingin mengatakan sesuatu yang tercekat, yang tak bisa ia katakana.2587Please respect copyright.PENANA2AEogERhun
2587Please respect copyright.PENANA90SHrSevCF
“Kenapa?” tanyaku.2587Please respect copyright.PENANAkDaDpme022
2587Please respect copyright.PENANAb6GEUz7FWv
Ia tak menjawab melainkan tersenyum. Aku menatapnya bingung. “kenapa?” tanyaku lagi.2587Please respect copyright.PENANAsxImkIj1ir
2587Please respect copyright.PENANAKrVM2elyrB
Ia malah bangkit. “Yuk, Tan. Udah pukul Sembilan, nih.”2587Please respect copyright.PENANAz5DnezN4c9
2587Please respect copyright.PENANABljmD6hmQj
Aku melirik jam dinding dan bangkit. Kemudian kami melangkah keluar. Masuk ke dalam mobil. Ketika mobil menyala, Fajar menoleh ke arahku, dan bertanya. “Malam ini? boleh tidur bareng?”2587Please respect copyright.PENANAivbUbggkgb
2587Please respect copyright.PENANA0IF4XxUP76
Aku tertegun. “Liat nanti, ya,” kataku ragu.2587Please respect copyright.PENANA00nUapxDUF
2587Please respect copyright.PENANA2fRIdJcJFt
Fajar tidak berkata lagi. Perlahan mobil yang kami kendarai berjalan keluar halaman, melewati setiap rumah dan menghambur di jalanan raya.2587Please respect copyright.PENANAznUy12psZy
2587Please respect copyright.PENANAxPPSmvq70V
***2587Please respect copyright.PENANAidTlw7AIQa
2587Please respect copyright.PENANAR3uOCl9CKZ
Sesampainya di Gereja, Fajar memarkirkan mobil di antara hempitan mobil lain. Gereja tampak ramai, di pintu masuk berhamburan orang-orang yang akan menunaikan ibadah.2587Please respect copyright.PENANAjfPiOcf2mi
2587Please respect copyright.PENANAmB0pgft0Qp
“Tunggu bentar ya, tan,” Kata Fajar sambil mematikan mobil.2587Please respect copyright.PENANAH0M0fiJXp9
2587Please respect copyright.PENANAD3OcB6dg0G
Aku menggangguk. Fajar membuka pintu mobil dan keluar. Dari kaca mobil aku bisa melihat ia masuk bersama yang lainnya. Jujur saja, ini kali pertama bagiku berada di gereja, walaupun hanya sekedar di halamannya.2587Please respect copyright.PENANALLhy25VQVr
2587Please respect copyright.PENANAYdEvWc93QU
Gereja ini berbentuk seperti rumah pada umumnya, hanya saja di bagian atasnya terdapat tanda salib. Dengan sepasang bangku lebar dan meja yang menjadi penengah, di samping pintu. Halaman termasuk luas. Di atas atap, terdapat menara tinggi yang ujungnya berbentuk setiga dengan aluminium yang berbentuk salib dipuncak menara.2587Please respect copyright.PENANAAzvPY38rxN
2587Please respect copyright.PENANAguynb8Ha9S
Sewaktu aku kecil, aku diajarkan Abiku (Ayah) untuk selalu menghargai perbedaan agama. Masuk ke dalam tempat ibadah umat lain engga apa-apa, mbak, asalkan keyakinan kita tetap sama Allah, begitulah Abiku sering berkata.2587Please respect copyright.PENANA2uCQiomPNR
2587Please respect copyright.PENANA7pFa7HUV7p
Perlahan terdengar suara mikrofon melengking, di susul dengan suara seorang pria berkhotbah. Sambil menunggu Fajar, aku berkutat dengan ponselku.2587Please respect copyright.PENANAXDJMGIHcj7
2587Please respect copyright.PENANAH5LZfXbeCv
Tiga puluh menit berlalu, Terlihat orang-orang berhamburan keluar Gereja. Aku memandangi kerumunan, mencari apakah Fajar ada di antara kerumunan itu. Tapi, tak kunjung kutemukan ia. Mungkin ia masih berdoa, pikirku. Lalu, aku berselancar kembali di media sosial. Menit berlalu, aku semakin bosan sebab Fajar tak kunjung keluar.2587Please respect copyright.PENANA5tW0G9wcwD
2587Please respect copyright.PENANAF6IS1araHv
Tak lama kemudian, sosok yang kucari keluar dari pintu, tapi ia tidak sendirian. Ia bersama seorang pria tua yang pekiraanku berumur enam puluh tahunan, pria tua itu menggunakan jubah hitam dengan kalung salib yang melingkar di lehernya, yang kuyakini pastilah ia pendeta.2587Please respect copyright.PENANAglRCSVGurE
2587Please respect copyright.PENANA3Y3FOpSJOM
Fajar tidak lekas kembali masuk mobil, ia bersama pendeta itu duduk di satu meja samping pintu, berhadapan. Dari dalam mobil, aku memandangi mereka yang sedang bercakap-cakap. Sesekali pendeta itu memukul pelan bahu Fajar sambil tertawa, pastilah perbincangan mereka asik sekali.2587Please respect copyright.PENANAMbKy1lm1ab
2587Please respect copyright.PENANAiRaeR3jCgk
Maka, aku memilih untuk menunggu lagi. Aku memaklumi, mungkin hanya hari minggu saja Fajar bisa berbincang ria dengan pendeta itu.2587Please respect copyright.PENANA3iZ55HRxMj
2587Please respect copyright.PENANABo78fYBVo7
15 menit berlalu. Fajar tidak hengkang atau menyudahi obrolan, malahan mereka semakin asik mengobrol. Aku yang memandangi mereka hanya bisa mendengus. Aku benci sekali jika menunggu, dan Fajar membuatku menunggu selama satu jam lebih.2587Please respect copyright.PENANABbjth1pcxv
2587Please respect copyright.PENANAijU081Y5V2
Tak lama dari itu, mereka berdua menoleh ke arahku. Lalu Fajar bangkit dan melangkah menuju mobil. Aku bernafas lega, akhirnya ia kembali.2587Please respect copyright.PENANAxhjyFQ1EyI
2587Please respect copyright.PENANAMd65bv4G1x
“Tan, keluar bentar, pak pendeta mau ngobrol.,” kata Fajar sambil menahan pintu mobil.2587Please respect copyright.PENANAfyfkuaMjkK
2587Please respect copyright.PENANAVEn4AsUujF
Aku tercekat, menatap bingung Fajar. Lagian, bagaimana jika orang-orang melihat perempuan berjilbab sepertiku duduk di depan gereja. “Gak ah,” kataku.2587Please respect copyright.PENANAaQ9ufyr0Qq
2587Please respect copyright.PENANA5duVQ2SNTD
Masih menahan pintu mobil Fajar berkata lagi, “Bentar doang, Tan. Lagian Fajar gak enak sama pak pendeta.”2587Please respect copyright.PENANAPte3q0He9M
2587Please respect copyright.PENANAZmovtZJzfi
Aku menggeleng, dan Fajar terus memaksaku. Remaja itu memang kerap memaksakan kehendak. Jika sudah begini, pastilah akan ribet. Aku berfikir sejenak. Kembali mengingat perkataan abiku. Sambil memutuskan aku menghela nafas dalam, lalu menggangguk pelan. Seketika itu Fajar tersenyum, lalu menutup pintu mobil dan melangkah kembali menuju bangku gereja.2587Please respect copyright.PENANArP2CsPCoIE
2587Please respect copyright.PENANAN4qA48R1xv
Aku membuka pintu mobil dan melangkahkan kakiku keluar. Untung saja gereja sudah sepi, mungkin hanya menyisakan kami bertiga. Lantas, aku melangkah menuju mereka dengan kikuk sambil menunduk.2587Please respect copyright.PENANAzA1nbCwTQD
2587Please respect copyright.PENANAIcDVbuWQdH
“Selamat pagi,” kataku memberi salam sambil menunduk sopan di hadapan pendeta itu.2587Please respect copyright.PENANAfFtSAg7j9S
2587Please respect copyright.PENANAs5ieg55iu3
Pendeta itu tersenyum. Agak kikuk aku duduk di samping Fajar, berhadapan dengan pendeta itu, dengan meja yang menjadi penengah di antara kami.2587Please respect copyright.PENANA7qJ0jlPZoc
2587Please respect copyright.PENANA1kroVocLUO
“Nak, Laras?” tanyanya sopan.2587Please respect copyright.PENANAd1byYIayQx
2587Please respect copyright.PENANAVZawTLFEeE
Aku tersenyum, “Iya, pak.”2587Please respect copyright.PENANAuGj5hQh6dY
2587Please respect copyright.PENANAZ2f0ozp8u0
“Pacarnya nak Fajar?” tanyanya, lagi.2587Please respect copyright.PENANAR8Osk4fAWG
2587Please respect copyright.PENANAQDRTO80zrY
Aku menoleh Fajar sekilas. Agaknya ia sudah memberitahu hubungan gelap kami. “Iya, pak,” kataku pelan. Merasa tidak nyaman.2587Please respect copyright.PENANAmmDlPEpyfT
2587Please respect copyright.PENANAeS334eT6Np
“Calon istri juga, pak,” tambah Fajar. Sontak pendeta itu tertawa.2587Please respect copyright.PENANA2dxMx6zKvu
2587Please respect copyright.PENANAFaOdBfAVAJ
Aku hanya bisa menatap kaki-kaki meja, suasana ini terasa canggung sekali.2587Please respect copyright.PENANAwnQLySkrqU
2587Please respect copyright.PENANAkFUncPgSoe
“Udah lama pacaran, nak?” tanya pendeta itu, lagi.2587Please respect copyright.PENANA8JhzVKVbbe
2587Please respect copyright.PENANAWWE8b4FQUc
Aku hanya menggangguk. Fajar malah mengusap kepalaku yang sontak kuberi pelototan tajam. Bagaimana ia bisa bersikap tidak sopan di hadapan pendeta.2587Please respect copyright.PENANAHj1eHyTmVP
2587Please respect copyright.PENANApMjLoCQQky
Pendeta itu hanya tersenyum memandangi kami. “Kalian cocok,” katanya.2587Please respect copyright.PENANAamDm99vzJP
2587Please respect copyright.PENANAxLBtNeP3IK
Fajar tersenyum dengan binar dimatanya. Mengiyakan. Sementara aku bergeming dan tidak merespon.2587Please respect copyright.PENANAMoZM9EuoYm
2587Please respect copyright.PENANAqS8r2GDWqA
Jauh dari pikiranku, ternyata. Pendeta itu teramat sopan sekali. Awalnya memang terasa kaku, tapi kelamaan aku semakin terbiasa, dan kadang menimpali. Pendeta itu juga memberi kami wejangan berupa pemikiran. Ia juga tidak membenarkan hubungan gelap kami, melainkan memberi nasehat.2587Please respect copyright.PENANAWGLscCNRyX
2587Please respect copyright.PENANAEHD9lp3J5C
Yang aku suka dari pendeta itu adalah, ia tidak menasehatiku dengan ayat-ayat yang tercantum pada kitabnya, seakan ia menghargai keyakinanku. Begitupun aku. Seharusnya semua umat beragama harus seperti itu, saling menghargai dan tidak memaksakan pendapat. Mungkin, jika pemahaman seperti itu di terapkan, pastilah tanah air tercinta ini akan menjadi subur dan banyak cintanya.2587Please respect copyright.PENANAAPhtnnAoNb
2587Please respect copyright.PENANAcE0D2qSO4R
Pak pendeta juga berkata kepada kami, bahwa jika hubungan kami akan serius dan masuk dalam jenjang pernikahan, maka, salah satu dari kami harus mengalah. Dan aku mengerti maksud dari mengalah itu.2587Please respect copyright.PENANAhqossEWkDS
2587Please respect copyright.PENANAzByNxx97v3
Lalu, Pendeta itu berkata kepada Fajar untuk selalu menghargaiku sebagai perempuannya. Yang langsung ku respond dengan anggukan mantap. Perempuan bukanlah objek. Perempuan adalah Rahim bumi yang melahirkan tanaman yang subur, begitulah pendeta itu berkata.2587Please respect copyright.PENANAJwpIKRkKNJ
2587Please respect copyright.PENANAIn3pPUDYYD
Di akhir perbincangan kami, ketika aku dan Fajar hendak bangkit, pendeta itu menyodorkan alkitab. Jantung mempopa darah dengan cepar, dan timbul perasaan tidak nyaman. tanpa mengurangi rasa hormat kepadanya, aku tersenyum dan menyatukan kedua tanganku di depan dada.2587Please respect copyright.PENANAIckrihRTwK
2587Please respect copyright.PENANAZClYJHsOIq
“Maaf, pak,” kataku. “Saya gak bisa nerimanya.”2587Please respect copyright.PENANAcpH9wXmDdf
2587Please respect copyright.PENANAcENxDyqYc2
Pendeta itu tersenyum. “Nak, saya memberi alkitab ini bukanlah sebab agar kamu menghianati agamu. Melainkan untuk kamu belajar tentang agama yang lain.” Lalu ia merogoh kantung jubah satunya. “Bapak juga baca kitab kamu,” ia mengangkat kitabku.2587Please respect copyright.PENANA9G1mF1oTeb
2587Please respect copyright.PENANACCYA3WHQ0P
Aku memandangi alkitab yang ia sodorkan kepadaku. Sekilas kulirik Fajar. Fajar mengganguk. Sambil menghela nafas, kuraih alkitab di tangannya.2587Please respect copyright.PENANAeOKfTfYHgK
2587Please respect copyright.PENANACbdq0D3jMJ
“Baca, ya, nak.” Pendeta itu tersenyum. lalu memasukan kitabku di tangan satunya dalam kantung jubahnya.2587Please respect copyright.PENANAylc4EsBabp
2587Please respect copyright.PENANAC1sfIOFWG2
Aku membalas senyumnya. “Makasih, pak,” kataku sambil memasukan alkitab dalam tas yang melingkar di bahuku.2587Please respect copyright.PENANAD7CXX6OfHj
2587Please respect copyright.PENANAyZP9DzBTG8
“Kami pulang duluan ya, pak,” Kata Fajar sambil menyalam punggung tangan pendeta itu. Aku ikutan menyalam punggung tangannya. Sebab mau apapun agamanya, aku diajarkan untuk selalu menghormati orang tua.Kemudian kami berbalik dan melangkah menuju mobil.2587Please respect copyright.PENANA1Y0CpDEpOH
2587Please respect copyright.PENANAdCWiEhUPkw
terdengar suara mobil menyala, Fajar melirikku sekilas dan tersenyum. “Makasih, ya, tan.” Ia mengusap kepalaku mesra.2587Please respect copyright.PENANAH8ad2v6gpI
2587Please respect copyright.PENANAKguAUQEAfY
Aku membalas dengan tersenyum lebar.2587Please respect copyright.PENANA6SdYeOddyO
2587Please respect copyright.PENANAxDQg3QRw4H
***2587Please respect copyright.PENANAQ1eWjQre9O
2587Please respect copyright.PENANAHoXAmRXdQc
Jalanan terlihat ramai. Motor saling menyalip-nyalip, berisik kendaraan terdengar dari kaca jendela yang tertutup. Dengan kecepatan pelan, aku memperhatikan setiap orang yang duduk santai di kedai-kedai tepian jalan. Sepang kekasih, sahabat, teman, saling menabur rindu di minggu pagi.2587Please respect copyright.PENANAudru4Vc5cX
2587Please respect copyright.PENANAkeBpLycxhH
Aku jadi teringat masa ketika awal pernikahanku. Dimas sering mengajakku berkunjung ke meseum. Aku tampak bahagia ketika itu. Kami saling bergandengan tangan bagai kekasih yang tak terpisahkan.2587Please respect copyright.PENANAmS3nTByCEs
2587Please respect copyright.PENANAJWNwOUrEa3
Memikirkannya membuatku merasa bersalah karena sudah menghianati cinta suci yang ia bangun. Aku juga menghianati anakku, entah apa yang dilakukannya jika ia mengetahui bahwa aku menjalin hubungan gelap dengan sahabatnya sendiri.2587Please respect copyright.PENANAh2Eoxvd7gf
2587Please respect copyright.PENANAuiUoCE7woh
Aku juga sempat terpikir untuk menyudahi hubungan gelap ini, terlanjur masih baru. Tapi, aku tidak bisa melakukannya. Ada sebuah hasrat penolakan dari diriku.2587Please respect copyright.PENANAO6C7vfV3GS
2587Please respect copyright.PENANAjvn6PmDY3n
Lambat laun mobil kami menembus kerumunan jalanan. Fajar fokus menyetir. Lama kelamaan aku merasa bahwa Fajar sungguh tampan sekali, memandanginya membuatku terpesona.2587Please respect copyright.PENANAqP8buLJvTC
2587Please respect copyright.PENANAhPYEOgoCM4
“Masih lama, Jar?” tanyaku.2587Please respect copyright.PENANA2rW01bNB2l
2587Please respect copyright.PENANA7psppqiJpV
“Bentar lagi, Tan,” jawabnya.2587Please respect copyright.PENANACX3ircCrB3
2587Please respect copyright.PENANADPNR2VHaeJ
Tiga puluh menit berlalu. Akhirnya, mobil yang kami kendarai terpakir di sebuah pantai di samping kedai minuman. Fajar keluar dari mobil, begitupun aku. Aku membentangkan pandangan, Pohon-pohon kelapa menjulang tinggi di pesisir pantai, desir ombak bergemuru, riuh suara pengunjung lain terdengar berisik.2587Please respect copyright.PENANAU3tHa05gpL
2587Please respect copyright.PENANAVn1b5ao12U
Kedai-kedai berjejer lurus dari sudut mata memandang. Fajar berdiri di sampingku. “Jar, pindah, ah, rame banget,” kataku.2587Please respect copyright.PENANAmbClGiOMyO
2587Please respect copyright.PENANArMT7YTAJgj
“Fajar tau, kok, tempat yang sepi,” katanya. Kemudian ia melangkah menuju bagasi mobil. Lalu kembali dengan tas yang bertengger di punggungnya.2587Please respect copyright.PENANAJhKPCFHhm0
2587Please respect copyright.PENANAw4zblupLpg
“Kamu bawa apaan?” tanyaku bingung.2587Please respect copyright.PENANAoe2g3Gefa0
2587Please respect copyright.PENANAoQtoOiQ88T
“Perlengkapan buat piknik.”2587Please respect copyright.PENANANgv7lVyCW8
2587Please respect copyright.PENANAOD8R45KwqT
Aku mengganguk. Akuu tidah tahu bahwa Fajar telah menyiapkan perlengkapan, di tambah ia tidak memberitahuku akan ke pantai.2587Please respect copyright.PENANApSQlGdcqgM
2587Please respect copyright.PENANAUuvUpQpvEW
Kemudian kami melangkah di antara keramain orang. Penjual-penjual es, batagor, cilor, terlihat sepanjang kami melangkah. Fajar terlihat santai di sampingku. Ia tampak tinggi, membuatku harus mendongak memandanginya. Pastilah aku terlihat kecil jika berjalan di sampingnya.2587Please respect copyright.PENANAbGnz2yr0EY
2587Please respect copyright.PENANA3o6IRH735c
Kami terus melangkah sampai pada akhirnya kami menapak kaki di pantai. Aku bisa merasakan tanah-tanah halus yang menghabur di kakiku. “Masih jauh?” tanyaku.2587Please respect copyright.PENANAIVoqrL4dkG
2587Please respect copyright.PENANAFOnbLMEcQb
Fajar menunujuk ke arah depan. Dari kejauhan aku melihat dua pohon kelapa yang pendek dan melengkung. Sepanjang perjalanan, kami berbasi-basi. Fajar menceritakan legenda pantai ini. Katanya, pantai ini adalah bekas dari meteroit yang jatuh ke bumi ratusan tahun silam, terbukti dengan adanya beberapa batu besar di tengah-tengah laut. Ia juga menjelaskan tentang pulau kecil yang jauh di tengah laut. Katanya, pulau itu menjadi tempat persingahan nelayan di malam harinya.2587Please respect copyright.PENANA62ieyKr1Kx
2587Please respect copyright.PENANAuvgvqxkImt
Gemuruh ombak semakin menyalak, aroma pasir tercium segar di cuping hidung. Angin-angin laut menemani kami sepanjang melangkah. Sampai pada akhirnya kami tiba dan menapak kaki di pesisir, di bawah pohon kelapa yang jaraknya tidak jauh dari kepalaku.2587Please respect copyright.PENANA7E1qai0Gli
2587Please respect copyright.PENANAS4njcSoXfY
Fajar menaruh tasnya di tanah. mambuka tasnya lalu mengeluarkan satu karpet lebar dan satu hammock. Ia membentangkan karpet di tanah, lalu mengingkat hammock di kedua pohon kelapa.2587Please respect copyright.PENANABiN0RrBuPb
2587Please respect copyright.PENANABnfwJI8Z0K
Aku lekas duduk di karpet, di susul Fajar. Kemudian ia mengeluarkan kompor gas Portable, serenceng kopi, panci kecil, dua cangkir, dan tiga botol aqua. ia sungguh sudah mempersiapkan ini semua.2587Please respect copyright.PENANA4zrzngeqwA
2587Please respect copyright.PENANAT5HvnZX92L
“Kamu excited banget, Jar.”2587Please respect copyright.PENANAp9VC2TdtGL
2587Please respect copyright.PENANAwQICl4dmlg
“Iya, dong. Kalau sama tante persiapannya harus matang.” Fajar meletakan kompor portable di tanah, lalu memasang gas. Aku bergeser mendekat ke arahnya, membuat tubuh kami bersentuhan.2587Please respect copyright.PENANAX9YmEX02Fh
2587Please respect copyright.PENANAxJh6ckKtRF
“Tante mau minta cium?” godanya dengan senyum yang terkulum.2587Please respect copyright.PENANAc3GfTsjh10
2587Please respect copyright.PENANAggomxam2Ld
“Ih orang mau nolong.” Aku mengambil serenceng kopi dan membaginya menjadi dua. Lalu membuka satu persatu bungkus dan mengisinya ke dua gelang. Sementara Fajar memanaskan air.2587Please respect copyright.PENANAwuDo2k7jdh
2587Please respect copyright.PENANAeOX1YkQ0GN
Sambil menunggu air mendidih kami fokus menatap lautan. Teduh rasanya, ombak-ombak bergoyang mengikuti irama angin. Burung-burung camar menari-menari mengikuti latunan ombak. Semilir angin menyapu wajah kami berdua.2587Please respect copyright.PENANA0ce4WgB4Is
2587Please respect copyright.PENANAsbuDY74tTL
“Fajar cinta banget sama tante,” katanya, lirih. Wajahnya terlihat meringis, ada campuran duka pada suaranya. kedua tangannya memeluk kedua kakinya, membuatnya terlihat seperti kanak-kanak.2587Please respect copyright.PENANAHfoSZ7JfcP
2587Please respect copyright.PENANAYiMayw2FcQ
“Tante juga cinta sama Fajar.” Aku memandanginya. Mata kami bertemu. Cukup lama. sampai pada akhirnya ia mendaratkan bibirnya di bibirku. Aku memejamkan mata, membiarkan bibir kami saling menyapa di antara berisiknya ombak dan sepoi-sepoi angin pagi.2587Please respect copyright.PENANADqSyPAarn1
2587Please respect copyright.PENANAIAM6XR5b9r
Kami saling menatap kembali. Kini, ia pegangi kepalaku dengan kedua tangannya. Ia ciumi pipiku, kiri-kanan, bergantian. kurasakan ketulusan pada kecupannya. Terakhir, ia kecup keningku. Mesra sekali. Aku terbang bagai burung camar yang kulihat tadi, terbang bebas mengirama ombak.2587Please respect copyright.PENANAt4d2O8WoXy
2587Please respect copyright.PENANAER59xqQoFw
Kemesraan itu berakhir dengan gemercik air mendidih. Fajar mematikan kompor. Lalu menuangkan air ke dua gelas. Ia menganduk kopinya dan kopiku bergantian. Bersamanya, aku seperti dilayanin dengan sebaik-sebaik-nya.2587Please respect copyright.PENANAIlsvuWvumf
2587Please respect copyright.PENANAj70pSFEDRx
Aku meraih gagang gelas. Bersamaan dengan sepoi angin, kusesap kopi hitam. Terasa enak di lidah. Sepanjang pernikahanku, tak pernah aku merasakan kenyamanan ini. Dan ini adalah kali pertamaku. Sungguh.2587Please respect copyright.PENANAma7p6zvv36
2587Please respect copyright.PENANASK0mmHlNtF
Tiba-tiba terdengar dering ponsel berbunyi. Aku mengeluarkan ponsel dari tasku, lalu menatap lekat layar ponsel yang bertuliskan: Abi. Aku menoleh ke Fajar sambil meletakan jari telunjukku di tengah bibir.2587Please respect copyright.PENANAehjEuSo6Ro
2587Please respect copyright.PENANAZ7avpkHzsJ
“Assamulaikum, bi,” kataku.2587Please respect copyright.PENANAucEiYlWXmE
2587Please respect copyright.PENANA6xzLWNB1ZB
“Waalaikumsallam, umi,” terdengar suaranya di sebrang sana. “Umi lagi di mana? berisik banget.”2587Please respect copyright.PENANAxVZnWWAZiC
2587Please respect copyright.PENANA2zWGtjX8JI
“Umi lagi di warung, nih. Sama Fajar,” jawabku, berbohong.2587Please respect copyright.PENANAkYdNIGKOF9
2587Please respect copyright.PENANAHhQlcIxwW6
“Aawww,” aku memekik dan lekas menutup mulutku ketika kurasakan remasan di buah dadaku. Si pelaku malah tersenyum nakal. Aku memelotinya agar tidak kembali melakukan hal itu lagi.2587Please respect copyright.PENANAHYJycArY6t
2587Please respect copyright.PENANA09jkzPb8pY
“Umi kenapa?”2587Please respect copyright.PENANAHPjhFozCNB
2587Please respect copyright.PENANAht4H0BD3oW
“Eh, engga, Bi. Ini masakannya kepedasan,” elakku.2587Please respect copyright.PENANAoXICX5Dfvr
2587Please respect copyright.PENANAUB7YB9sR4F
Bukannya mengerti, tangan Fajar malah masuk ke dalam gamisku dan membelai betisku. Aku mencoba menggeser betisku sambil terus berbincang dengan suamiku. Fajar malah semakin menjadi, ia mendekat ke arahku dan mengangku tanganku yang satunya. Lantas, ia endus ketiakku.2587Please respect copyright.PENANABUj8VrA5uc
2587Please respect copyright.PENANAiNrOGDVXPN
“Umi Yang sabar ya, nunggu abi pulang.”2587Please respect copyright.PENANATVpnqE3VbO
2587Please respect copyright.PENANAouxTOzBGjq
“Iya, bi,” jawabku singkat.2587Please respect copyright.PENANA21MgsepP7Q
2587Please respect copyright.PENANA4oWzpP5PKq
“Umi mau oleh-oleh, apa?”2587Please respect copyright.PENANApV5PCFq5mE
2587Please respect copyright.PENANAYWhl05v9eK
“Terserah, bi.”2587Please respect copyright.PENANAg8h6MKmwbO
2587Please respect copyright.PENANACvSWqGzWq7
Fajar semakin menjadi, tanganya berpindah mengelus perutku, sontak aku merasa geli. Tapi tidak ada niatan untuk menyuruhnya berhenti. Elusan tangannya di perutku, membuatku mengabaikan telepon dari suamiku.2587Please respect copyright.PENANAFqupaJVum1
2587Please respect copyright.PENANAZ2kMfKcdyp
Tindakannya semakin liar, perlahan ia remes buah dadaku dari balik gamis. Aku yang kepalang bosan menegurnya, akhirnya membiarkan. Remasannya semakin liar, membuatku harus menggigit bibir, menahan lenguhan agar tidak terkeluar.2587Please respect copyright.PENANAp0oPD5ZBbV
2587Please respect copyright.PENANA7vJYzfbOxj
“Umi?”2587Please respect copyright.PENANA7PnbAts0VO
2587Please respect copyright.PENANAYc55Ecw1pe
“Eh, iya, bi. Kenapa?” jawabku tergagap.
2587Please respect copyright.PENANAanyf75L1Dv
Bersambung.
ns216.73.216.197da2