x
Normalnya saat perempuan menikah, ia akan merasa bahagia. Karena pernikahan tak ubahnya seperti metamorfosis seorang perempuan, untuk menjadi lebih dewasa. Namun, berbeda dengan aku, yang menganggap pernikahanku sebagai nerakanya dunia.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBl6I3xIyCL
Berlebihan? Tidak menurutku. Awalnya memang, alasanku terkesan kekanak-kanakan karena aku ingin pasangan yang setara. Bahkan aku sempat memandang pasangan yang baik itu dari segi fisik juga. Namun, setelah aku mengetahui lebih dalam buruknya calon pasanganku dan keluarganya. Aku jadi semakin membencinya. Apalagi yang aku rasakan tidak hanya kebencian mendalam, melainkan perasaan cemburu karena mamaku menjadi miliknya.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZtyMvfoPDz
Bukannya aku iri karena Mama yang menyokong Akbar untuk mendapatkan posisi CEO. Lebih dari itu, ada sesuatu yang mengganjal di hatiku. Perasaan yang tak bisa aku jelaskan.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡI1CzcA86i8
Disisi lain, aku merasa terjatuh sampai perasaanku menjadi lumpuh saat Mama memandangku sebagai musuh. Entah perasaan apa yang aku rasakan. Mengingat Akbar dan keluarganya, sama seperti aku mengingat Mama.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiBOnqPYRbj
Jantungku terasa diiris-iris, nafasku pun tersendat-sendat, sangat sesak. Dadaku ingin meledak, karena rasa nyeri yang seakan-akan timbul lenyap saat perasaan itu kembali terngiang di dalam memoriku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡM5OqAjcKSj
Namun, apa yang aku mampu? Aku tak mampu lari dari kenyataan. Keinginan untuk menghilang, hanya menghasilkan luka yang tanpa bekas. Bahkan luka itu sama sekali tak menggores sampai darahku mengucur. Bukan berarti rasa sakit itu tak nyata. Nyata, hanya saja tak meninggalkan jejak.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6CMgQX2k3b
Berkali-kali kugeleng-gelengkan kepalaku. Aku tak boleh larut sampai aku menjadi rapuh. Karena sebentar lagi aku menikah. Yang kubutuhkan bukan lagi terjebak ke dalam lumpur hisap yang menggerogoti perasaanku. Namun, ketegaran... hanya itulah yang menjadikanku bisa menghadapi kenyataan di depanku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRBcMfSKuSf
Saat ini aku sedang duduk di kamarku, ditemani MUA dan pegawainya.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhRWhsIjrUp
"Cantik, Ci..."
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMsJtTtja4p
"Terima kasih," kataku dengan tersenyum.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkaDmDpBQFu
Sekarang aku memakai gaun putih lengan panjang, dengan stelan hijab dan cadar. Setelah wajahku selesei dirias, aku diiringi Papa, Mbok Darmi, Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman. Dengan gaun yang panjang aku berjalan menuju mobil menuju KUA.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZIcAICwqOx
"Tenangin hatimu, Fa!" kata Papa di sampingku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzcKo4C3Br0
Kuhela nafasku dalam, lalu kuembuskan nafas panjang. Meski Papa menenangkanku, namun perasaan cemas membuat jantungku semakin tak terkendali. Dengan sedikit menggigil, aku duduk di dalam mobil.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4wFLY8tLr6
"Kita udah sampai," kata Pak Sukri yang berada di depan. Menjadi sopir.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqxCquqBcET
Mobil pun di parkirkan di depan pelataran KUA. Kuremas-remas telapak tanganku, yang kini mulai keluar keringat dingin. Tak hanya membasahi telapak tangan, tubuhku pun basah oleh keringat dingin dari cemas yang membayangiku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLkX84d2jyX
Papa berada di sampingku, menggamit lenganku. Di dalam ruang KUA, sudah hadir banyak orang. Tak hanya orang perusahaan, namun juga orang-orang yang mengiringi Akbar.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmyAjuZE3eb
Sekarang aku duduk di samping Akbar, di depan penghulu. Sedangkan Papa sebagai wali dan Pak Sukri dan Dirman sebagai saksi duduk di sampingku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrpR9qtfJsl
Tubuhku benar-benar membeku, apalagi sekarang aku berada di samping Akbar. Bau harum yang menyentuh syaraf-syaraf hidungku bereaksi. Di dalam pikiranku bertebaran kata-kata ejekan, namun daya tarik maskulin Akbar meruntuhkan egoku yang telah lama kubangun.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBCpHYTdliO
Yang awalnya aku hanya menunduk, kuedarkan pandanganku. Kulihat Aldo, Doni, Riswan dan Aris. Ekspresi wajah mereka sendu. Lalu aku kembali menunduk dengan kueratkan jari-jariku pada kedua tanganku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡolOgKLa0R8
Sesekali kuangkat wajahku, kulihat Mama duduk dengan wajah muram. Perasaan yang sejak tadi sudah mampu kuatasi, kini mulai menyeruak. Kegelisahan yang sudah tenggelam, mulai muncul kembali.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2XZs2lQuSP
Dari sorot mata Mama, terpancar kebencian yang mendalam. Berkali-kali, kucoba menenangkan hatiku. Saat aku menoleh ke arah Papa, Papa memberiku isyarat agar aku tetap kuat. 1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTxFZzjZfIg
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡq2TRxgjYkU
"Mari kita mulai! Udah siap?" tanya Pak Penghulu sambil menjabat tangan Akbar. Akbar pun mengangguk sebagai tanda ia sudah siap.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2KCTkUV45Q
Saat ijab qobul akan dimulai, Akbar melirikku dengan ujung matanya. Ada sorot mata aneh, tak seperti stigma yang aku bangun di dalam pikiranku. Melainkan pancaran dominasi yang menyeruak. Tubuhku berkali-kali menggigil yang membuatku benar-benar takut apa yang akan aku hadapi setelah ini.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsvEQFX6eYh
Sebelum ijab qobul dimulai, Penghulu meminta izin pada Papa sebagai wali untuk mewakilinya, Papa pun mengangguk tanda setuju. Ijab qobul pun dimulai, "Saya nikahkan, Akbar Nurul Huda bin Aziz Amirul Ghozi dengan Farisha Aisyah Putri binti Johan Mahendra Putra dengan mas kawin... yang sudah diwakilkan kepada saya dibayar tunai."
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡc0238P2c91
"Saya terima nikahnya, Farisha Aisyah Putri binti Johan Mahendra Putra dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," kata Akbar menyauti.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1SZGtOZt3k
"Gimana sah?" tanya Pak Penghulu.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLYDgYn83wf
"Sah!" Semua orang yang berada di dalam ruangan berteriak bersama-sama.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuyadahCLCw
Acara ijab qobul pun selesei, sekarang mobil pengantin melaju menuju villa. Dalam hati, aku bertanya-tanya. Bukankah ini villa Papa? Aku takut jika villa Papa pun juga akan menjadi milik Akbar atau pun keluarga Akbar.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡO7lBJVMxqI
Perjalanan menuju villa cukup jauh, dengan keringat dingin yang terus mengucur, kuremas-remas telapak tanganku. Apalagi sekarang aku harus duduk disamping orang yang aku benci. Yang saat ini justru menggodaku dengan aroma kejantanannya. Kusangkal berkali-kali agar aku tak tunduk ke dalam pelukannya. Meski insting primordialku berkata lain, karena feromon kejantanan yang mulai menggelitik cuping hidungku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLMIZdKsbrx
"Kita udah sampai," kata Pak Sukri.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxXRDfqr3gw
Dengan laju yang lambat, Pak Sukri membawa masuk mobil ke dalam pelataran villa. Di dalam pikiranku, setelah ijab qobul akan diadakan pesta pernikahan secara adat atau pun modern. Namun bayanganku buyar seketika, saat aku masuk ke dalam villa.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyENJDTyOPo
"Apa ini?" kataku dalam hati.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmdOCzKu87x
Rasanya tawaku ingin meledak. Bagaimana tidak? Ini bukan pesta pernikahan yang sesuai ekspektasiku. Hanya sekedar walimatul ursy, dengan undangan yang duduk lesehan di atas karpet.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQ2PmjvqQiJ
Kulirik Akbar yang berada di sampingku, dengan pandangan sinis penuh penghinaan. Sekarang bukan Akbar yang menang, melainkan aku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkgr4w0Znal
*****
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡb5slESRZmA
Sekarang aku sudah berada di rumah. Kulihat Papa keluar dari kamarnya sedang menarik kopernya.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLn54J2YHEH
"Papa harus pergi, Fa," kata Papa dengan tersenyum.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSZDjBR6YsU
Tak ada sedikit pun sendu yang tergurat di wajahnya. Kucoba menahan tangan Papa, "Pa..."
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡf3kbFGtMk9
"Papa ngerti... Kamu nggak perlu khawatir, Fa. Papa nggak sepenuhnya ninggalin kamu," kata Papa sambil melepas pegangan tanganku pada pergelangan tangan Papa.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmGPocZQr1V
Tangisku tak lagi bisa kubendung. Lalu Mbok Darmi mendekatiku, "Disini masih ada Mbok, Non."
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXZ9WXUbMjD
Kuhamburkan tubuhku untuk memeluk Mbok Darmi. Pelukan Mbok Darmi pada tubuhku, sedikit menenangkanku. Usapannya pada punggungku seakan memberi penghiburan padaku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLdECXRTnWk
"Non, nggak sendiran," kata Mbok Darmi.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvAcGKpFpVe
Saat aku melepas pelukanku pada tubuh Mbok Darmi, kutegakkan tubuhku. Di kejauhan Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman berdiri seakan-akan mengatakan.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2Zea0TfQdP
"Cici nggak perlu takut. Kami siap melindungi, Cici."
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYsdEBPa99e
Kuhapus air mataku. Melihat kesetiaan mereka, aku terharu. Ada senyum yang tiba-tiba tersungging berbalut kesedihan yang kini padam.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzGpbVoAlnO
Kucoba melihat di ujung sana, Akbar sedang memandangku dengan tatapan sinis. Aku tak tau, arti tatapan itu. Yang jelas, bulu kudukku bergidik. Rasa takutku pun mulai menyeruak.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡn1qsF3aF6E
******
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡECd6KQUxQr
Setelah kepergian Papa, hatiku semakin rapuh. Ada yang hilang dari diriku. Bukan hanya kehilangan sosok seorang ayah yang menyayangiku. Namun lebih dari itu.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3QIh7sKyA3
Di dalam kamar aku duduk canggung di tepi ranjang.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXTeRBBTPM8
"Dek..." Akbar memanggilku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtWUykfkIvR
"Iya..." Kataku sambil mengangkat wajahku yang tanpa cadar.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMy6dsW6pVj
Lalu Akbar duduk bersimpuh di depanku sambil memegang telapak tanganku. Saat Akbar menatapku, kubuang mukaku ke samping.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVyI6cJZNtS
"Maafkan aku dan keluargaku..." kata Akbar dengan suara baritonnya.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡInfrsnnmJy
Kutatap Akbar yang sedang bersimpuh di depanku. "Buat apa?" tanyaku bergetar.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMpYIzKTsrK
"Aku sebenernya, nggak setuju dengan cara Abah," kata Akbar yang kini duduk di sampingku sambil menggenggam tanganku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcS3mbiZZ5k
Kucoba menoleh ke samping, sambil menghela nafas dalam. "Tapi kenapa, Mas nggak menghentikannya?" tanyaku dengan suara bergetar.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKdoWgGjOkZ
Akbar menatap langit-langit kamarku. "Aku bisa apa, Dek?" tanya Akbar.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFg4w2OVM2h
Kupandang Akbar, dengan penuh tanya. Senyum sinisnya, ekspresi dominannya dengan ucapan yang terlontar di mulutnya terasa saling bertentangan. Aku benar-benar tak mampu menembus hati orang yang sekarang berada di sampingku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAeL1b7ivIO
"Kenapa begitu? Aku nggak ngerti, Mas," kataku menatapnya.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIx9axN0br4
Pandangan Akbar berubah menjadi campuran kesedihan dan wajah murung.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡk52we4sDtp
"Terlalu sulit, buat mengatakannya, Dek..." kata Akbar.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9wkMA5zOuQ
Kutatap Akbar yang berada di sampingku, dengan tatapan tak mengerti.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡisddSdi2qs
"Katakan saja, Mas!" kataku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXu7UswPAbZ
"Seharusnya aku nggak menerima posisi CEO," kata Akbar dengan suara berat.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcnKbxgQDlG
"Itu udah keputusan Mama, Mas," kataku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡL4OeMeep93
"Kamu nggak cemburu kah?" tanya Akbar.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0luYH9GRTp
"Maksud Mas?" tanyaku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡs21hhaB2Hx
"Seharusnya posisi CEO, bukan aku yang pegang Fa. Aku juga merasa bersalah sama Om Johan," kata Akbar.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6FDfPJcrlk
"Nggak Mas, aku sama sekali nggak cemburu. Lagian aku nggak menginginkan posisi CEO," kataku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡomzCQNLpoH
"Bagaimana dengan Mama kamu, yang sekarang jadi istri abahku?" tanya Akbar.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡE7IT815pCF
Kuhela nafasku dalam lalu kuembuskan. "Jujur, aku sakit hati... Apakah utang budi harus dibayar sampai seperti ini?" tanyaku dengan emosi yang mulai meluap-luap.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpMLUipTQL6
Lalu Akbar berdiri, "Ini nggak sesederhana balas budi, Fa," kata Akbar dengan suara berat.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLCSD4mAYfD
"Maksud Mas? Bilang ke aku, apa yang diinginkan keluarga, Mas?" tanyaku sambil ikut berdiri di belakang Akbar.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHtVParWzrl
"Ini soal kekuasaan, soal politik. Saat perusahaan keluargamu berdiri disini. Ada banyak pihak yang dirugikan. Petani dan pesantren keluargaku," kata Akbar yang berubah intonasinya.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡE5INp9W4a1
"Jadi yang dirugikan, petani miskin yang lahannya direbut?" tanyaku dengan tubuh yang mulai lemas.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPFTOWHOGXU
"Bukan. Semua lahan pertanian milik keluargaku. Dan beberapa kyai tuan tanah," kata Akbar.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIbC0fP5JmL
"Aku masih belum paham, Mas. Apa tujuan keluarga, Mas? Kenapa aku jadi korban? Mama jadi korban juga?" tanyaku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNA26hnl3gx
Akbar kembali mengembuskan nafas panjang. "Awalnya pernikahanku sama kamu, sekedar simbolik agar aku lebih mudah menduduki posisi penting di perusahaan. Sebenarnya aku tak tertarik urusan bisnis, setelah aku bertemu kamu, pandanganku berubah," kata Akbar.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡl8YwUmYM1E
"Apa yang berubah?" tanyaku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlxr4oJTS7L
"Aku mulai jatuh cinta padamu, Dek. Tapi ada yang mengganjal di hatiku..." kata Akbar dengan suara berat.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLpMS62nCXs
Di dalam hati, aku tersenyum penuh kemenangan. Ternyata Akbar selemah ini. Ia tak peduli dengan kekuasan, namun ia hanya peduli denganku hanya karena perasaan cinta.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlnVN6solQN
"Trus?" tanyaku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmZIoH9LZ5o
Akbar berjalan ke arahku, lalu mengikatkan cadar tali ke kepalaku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZXcUMrAojr
"Sekarang kamu istriku... Kamu nggak boleh sembarangan menunjukkan wajahmu, meski itu ke pembantumu sendiri," kata Akbar.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfo4wEyaVoh
Mendengar pernyataan Akbar tubuhku mulai membeku. Instingku mulai menyadari bahwa aku berada di dalam ancaman.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7FPJZTPlPM
Kuberanikan diri untuk memprotes. "Bukankah boleh, membuka aurat di depan asisten?" tanyaku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNn1W0eamek
"Ya, tapi nggak buat aku..."
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyr90bI9KdQ
"Deg," perasaanku berubah menjadi getir. Ingin rasanya membantah atau sekedar protes karena ketidaksetujuanku. Namun, mulutku terasa terkunci di depan Akbar yang mulai mendominasiku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ51UmUnzfyW
"Aku mencintaimu, Dek. Sejak pertamakali kita bertemu," kata Akbar sambil berlutut memegang tanganku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOTohNvrK7w
Cinta? Tak ada cinta yang mendominasi. Bahkan aku pun tak merasakan cinta sama sekali. Yang aku rasakan hanya perangkap yang menjebakku. Jangankan untuk protes, mengucapkan satu kata pun, mulutku terkunci.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXv7VUl5ZWy
Ingin rasanya memberanikan diriku, hanya sekedar mengucapkan, aku bukanlah objek yang bebas untuk dikuasai. Aku adalah subjek, yang memiliki hati dan pikiran. Yang tak satu pun, orang yang berhak mengurungku ke dalam penjara. Namun kata-kata itu tetap tertahan tanpa bisa terucap di bibirku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVXbPG0swyE
"Jangan pernah buka cadarmu, untuk siapa pun!" kata Akbar yang mulai mengintimidasi.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZDXnMgzx1V
Kucoba memberanikan diri untuk bicara, "Bahkan dengan mahromku sendiri seperti Papa?" tanyaku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbxILAqFoeW
"Ya..."
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLS7kInzRDh
Air mataku pun tak mampu kubendung. Karena beban yang aku tanggung mulai menyeruak menembus pertahananku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKt6sRANA4B
"Kenapa Mas perlakukan aku kayak gini?" tanyaku dengan terisak-isak.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQMfyNPwJCN
"Ini demi kebaikanmu, Dek..."
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUEULu1pqxP
"Mas possesif. Mas cuma memandangku seperti benda yang tak punya hati," kataku mulai meledak.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCizOw5wAIE
Kulihat Akbar tersenyum sinis, "Kamu salah paham, Dek..."
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlP0NcNb3C4
"Lalu apa arti semua ini, Mas?" tanyaku dengan suara meninggi.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsjKemIV83p
"Kita baru saja menikah, Dek. Aku nggak mau di hari pertama pernikahan kita, diawali dengan pertengkaran," kata Akbar yang berdiri dengan ekspresi dingin di depanku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqgdaeXNgrX
Karena emosi yang tak tertahankan, kubuka cadarku lalu hijabku. Akbar yang awalnya meresponku dingin, kini berubah raut wajahnya. Tatapannya menyiratkan ketidaksukaan yang mendalam.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFbuKjAHNSC
"Aku suami kamu, Dek. Nggak seharusnya kamu kayak gitu," kata Akbar yang kini duduk di sampingku sambil menghapus air mataku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmGQTAedMyE
Tangisku masih terisak-isak. Tangan kasar Akbar yang menyentuh pipiku justru mengintimidasiku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOYuQOySbCI
"Tapi, Mas memperlakukanku kayak barang, Mas. Yang nggak punya perasaan," kataku dengan suara meninggi.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1aWvyeeoql
"Hahaha, kamu emang beda sama perempuan lain, Fa. Tapi bukan berarti kamu bebas tanpa aturan kayak sekarang," kata Akbar yang mulai menyindirku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpW3TS20eVn
"Tanpa aturan? Mas pikir aku cuma perempuan liar yang nggak terdidik?" tanyaku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6pl9rGIus0
"Semua perempuan sama saja, Fa. Tawanan bagi suaminya, termasuk kamu," kata Akbar yang mendekatkan wajahnya ke wajahku. Lalu kubuang mukaku karena perasaan jengah.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEurqywlzWe
Aku pun berdiri untuk melarikan diri dari kamar karena aku tak sanggup menahan perasaan yang semakin pedih.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3PqXGi2619
"Kamu mau kemana, Fa?" tanya Akbar dengan nada kasar sambil memegang pergelangan tanganku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwZgXX5lSWy
"Lepasin aku, Mas!" kataku sambil berusaha melepas tanganku dari pegangan tangan Akbar.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDt2g9j1KLG
"Kamu nggak bisa seenaknya gitu, Fa. Kamu udah menjadi istriku!" kata Akbar dengan suara keras.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1ycqzQfQz2
Tubuhnya yang tinggi besar memanggulku lalu merebahkanku ke atas ranjang. Kucoba memberontak, dengan kakiku yang menendang-nendang. Namun, tenagaku tak berarti apa-apa dibandingkan dengan tenaga Akbar yang besar.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeby2QHeP0r
"Kalo kamu masih nggak mau nurut sama aku, aku bisa lebih kejam daripada ini," kata Akbar sambil mengikat tangan kakiku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXJFcMxFQ0g
Kini Akbar berada di atasku sedang menindihku dengan seringai yang membuatku takut.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYx7mCMXGOm
"Kamu cuma milikku, Fa," kata Akbar yang mencoba mengecup bibirku. Namun kubuang mukaku dengan tangis terisak.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuUPXogpF7V
Kulihat perangai Akbar berubah, bukan lagi Akbar yang persuasif. Wajahnya mendengus kesal, sampai wajahnya yang putih berubah menjadi merah padam.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmW5Y1Gq5p5
Plak!
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcD8AfWsMeL
"Mas.. apa salahku?" tanyaku sambil terisak.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvwZuYzpFe8
"Kamu masih tanya apa kesalahanmu?" tanya Akbar dengan sorot mata mengerikan.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcWpckWyVQT
Plak!
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡijEkDWE2lE
"Sakit, Mas!" kataku mengaduh.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxFYyEsr7ac
"Sakit? Kamu bilang tamparan tadi sakit?" tanya Akbar sambil menggeram marah.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡt4XaDjIFDZ
"Kamu jahat, Mas," kataku sambil terisak.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjFQSlDOWIj
"Hahaha, kamu bilang aku jahat?" tanya Akbar mendengus.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJGPD8szsts
"Aku istrimu, Mas," kataku terisak-isak.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPhpN1OfY4h
"Istri macam apa yang nggak mau nurut sama suaminya?" tanya Akbar terlihat gusar.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkgoLZ2dWyI
"Apakah ini yang Mas maksud dengan cinta? hiks hiks."
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3ssbPgoPpC
"Ya..." kata Akbar sambil menangkupkan tangannya ke pipiku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTYoebRiwSn
"Em... sa... kit Mas," kataku mengaduh lagi.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡv5NkKy02zs
"Sakit? Lebih sakit mana sama apa yang aku rasain, Fa?" tanya Akbar yang awalnya gusar menjadi rapuh.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSZC9ZFA85f
Ia menangis tersedu-sedu lalu memeluk tubuhku yang sekarang terlentang di atas ranjang.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEvJ6d0Kwhh
"Kamu tau, kenapa hatiku sangat sakit?" tanya Akbar dengan tangis yang meledak.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡb9YmcBKzXE
Aku tak menjawab pertanyaannya, hanya memandangnya tak mengerti.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUsWRnHQAJM
"Aku melihatmu di villa, Fa. Aku melihat semuanya," kata Akbar mulai rapuh.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡg8trBa1zIC
Ada titik terang yang mulai aku pahami.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsKdUQU2U9e
"Jadi itu masalahnya?" tanyaku dengan tersenyum sinis.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZ2QYprlJpk
"Kenapa kamu menatapku seperti itu, Fa?" tanya Akbar.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoBQtWY2amU
"Kamu sakit hati? Sakit nggak kalo istrimu bukan milikmu saja?" tanyaku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6P1vtkpAcd
Akbar yang tadi terlihat rapuh, kini menggeram penuh amarah.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWxyqfdLLou
Plak! Plak!
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFCc92jLDd5
"Pelacur!" kata Akbar penuh amarah.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVSSJlYHliM
"Hahaha, aku emang pelacur. Kenapa? Ceraikan aku sekarang, kalo kamu nggak terima, Mas!" kataku dengan mendengus kesal.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYpRNRAshVU
Kemarahan Akbar kembali meredup. Sekarang wajahnya yang merah padam terlihat rapuh.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXDCDfCGjMG
"Aku nggak bisa, Fa," kata Akbar murung.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnulmCk8mOH
"Kenapa? Kamu takut melepas posisi CEOmu?" tanyaku sinis.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡs3t6G5ZUnv
"Bukan. Aku terlanjur mencintaimu, Fa," kata Akbar yang kini duduk menunduk di tepi ranjang.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡACPYUXZAuz
"Hahaha, apa yang kamu tau soal cinta, Bar? Kalo kamu memperlakukan istrimu sendiri kayak gini?"
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡv3FnkbRBIU
Akbar kembali menindihku, lalu menamparku berkali-kali.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡg6jtC7FYHr
Plak! Plak! Plak!
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQpjlMDUYQX
"Kamu perempuan nggak tau adab," kata Akbar sambil menangkupkan tangannya di pipiku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeQkScwpF68
"Emm... sakit... lepasin!"
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKZShN2g2rD
"Sakit ya?" tanya Akbar dengan senyum mengerikan.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGyIuYPWvzg
Lalu Akbar kembali terisak, "Hatiku lebih sakit, Fa. Ngeliat kamu digilir dewan direksi." Lalu wajah Akbar yang terisak menjadi datar. "Aku juga melihat papamu, menyentuhmu," kata Akbar sambil meremas dadaku dengan kasar.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFs5pEuzoG0
Tubuhku menggeliat ke kiri dan ke kanan, mencoba untuk memberontak. Namun percuma saja, remasan tangan Akbar semakin kasar. Sampai Akbar menarik dressku dengan paksa.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFT56ZuaEud
"Ini dada istriku yang diremas mertuaku sendiri," kata Akbar dengan terisak sambil menatap dadaku yang masih berbalut bra berwarna hitam.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡei1trM2rf8
Akbar menangis lagi. Air matanya sampai menetes jatuh ke atas dadaku yang masih tertutup bra.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNXULJIuHYg
"Sakit ya?" tanyaku dengan sinis.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVmSCRoIGbQ
Lalu Akbar menatap mataku dengan sorot mata yang menusuk.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXlpuHIWF5i
"Kamu suka melihatku sakit hati?" tanya Akbar sambil mengusap air matanya.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4RI2rElvI4
"Ya.." kataku sambil tersenyum penuh kemenangan.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDoJdaxC9Dh
"Aku nggak akan pernah membiarkanmu disentuh sama laki-laki lain lagi, Fa." Akbar mulai mendengus lagi. "Aku benci sama papamu."
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ97ZHg3AClk
"Dia lebih baik daripada kamu!" kataku sambil menatapnya sinis.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyoML0Syeol
"Kamu gila, Fa..." kata Akbar.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6mqkijTE9V
"Kamu yang lebih gila, karena memperlakukan istrimu kayak gini," kataku.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQGBPo8jZzV
"Itu pantas buat kamu, Fa. Karena aku suami kamu," kata Akbar.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZdKergXR0b
"Hahaha, sekarang siapa yang gila?" tanyaku sinis.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnq27pYizZ9
Akbar tak meresponku. Dengan tatapan acuh, Akbar meninggalkanku pergi dalam kondisi tangan dan kaki terikat.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡy8ag1R1pEf
"Akbar! Lepasin! Lepasin aku!" kataku berteriak.
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHWt45znic2
1137Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOOP6o0uNQT
