x
Sekarang hari kelima pernikahanku. Dan kondisiku masih seperti hari-hari sebelumnya. Tak ada yang berubah, Akbar masih sering memperlakukanku dengan kasar. Setelah aibnya terbongkar, Akbar semakin kejam kepadaku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHCS98S5v7w
Aku tak mampu melawannya, karena mentalku rapuh. Tubuhku pun juga semakin kurus. Kadang kulihat Mbok Darmi berdiri di pojokan dapurku dengan terisak. Dengan sorot mataku, ingin kukatakan jika aku baik-baik saja.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡl0jgSLefni
Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman terus mengawasiku dari jauh. Tatapan mereka terpancar kesedihan yang terlihat dari raut wajah mereka. Saat mereka berusaha menolongku, aku mencegahnya. Sudah cukup aku melibatkan orang-orang yang tak bersalah, ikut merasakan pedih seperti yang kurasakan.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHhmakkgHqC
"Mas, ampun!" kataku terisak karena tanganku terikat dengan kaki menekuk ke atas, yang terikat ke tanganku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡK5C4wpy9iP
Kondisiku yang sedang telanjang disiksa habis-habisan dengan dildo machine gun yang terus keluar masuk vaginaku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYpE7zCj37J
Tak ada perasaan nikmat sedikit pun. Setiap sodokan yang masuk membekas. Ini perkosaan, yang semakin merusak mentalku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpKJRE0Aa8y
Tangisku, bahkan permohonanku agar Akbar menghentikan kegilaannya sia-sia. Akbar tak peduli dengan siksaan yang menderaku. Ia terus mengejekku dengan sebutan melecehkan sambil menyiksaku secara seksual.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡC4Oq8yCRMT
"Hahaha, sundal sundal. Bukan salahku kalo aku ejakulasi dini. Itu kesalahanmu, perempuan sundal," kata Akbar dengan suara meninggi.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVPICt7rRdw
"Aku nggak nyalahin kamu, Mas. Tolong, jangan siksa aku kayak gini!" kataku merintih.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7fsNgyfJap
Akbar menunduk ke arah wajahku, dengan tatapan yang menusuk ulu hatiku. "Heh, sundal? Andai aja kamu bukan bispak, aku nggak bakal kayak gini," kata Akbar mendengus.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIxmXAQtDoq
"Kenapa nyalahin aku? Aaaahh ssss, Mas. Hentikan!" kataku memohon.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrgaw97d773
"Oh jadi kamu nggak mau disalahin?" tanya Akbar sambil menekan remot agar dildo itu bergerak dengan tempo lebih cepat.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5HB0CaRJhw
"Aah ahh ah, Mas!" Tubuhku melengkung, mengejang hebat. Sampai orgasmeku pun sama sekali tak meninggalkan kepuasan. Dan psikisku menekan dorongan seksualku menjadi menyakitkan.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9Kpn61qVQY
Dengan perasaan menyiksa setelah orgasmeku yang pertama. Kucoba mengatur ulang mentalku yang kini hancur terserak. Sambil kurangkai akal sehatku, kuedarkan pandanganku ke arah Akbar yang kini telanjang. Batang penisnya yang jumbo bergelayut, menggelantung layu.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSzhdgu4pIS
Aku mengernyitkan dahiku. Tak ada sedikit pun keinginan untuk mengejek. Namun, ada yang menggelitik pikiranku. Apakah ini coping mechanism? Untuk menutupi kelemahan dan rasa sakit yang disembunyikan?
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡP1RCBrV494
Memikirkan itu, caraku memandang Akbar berubah. Semakin keras Akbar menciptakan persona dirinya, yang seakan-akan dirinya bukan laki-laki pecundang. Aku merasa kasian, karena cara menyembunyikan kelemahannya justru membuatnya menderita.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUBWTlowlXC
"Kenapa senyum-senyum gitu?" tanya Akbar dengan suara meninggi.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKNw16TINVH
"Engga, Mas... Aaaah ssssh."
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡD4Euk4hxmJ
Mesin dildo semakin cepat keluar masuk vaginaku. Nafsuku yang sempat tertahan kucoba lepas. Namun itu tak mudah, karena psikisku belum pulih sepenuhnya.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWzmxb7Ec5K
"Ah ah ah, ssssh ah." Aku mendesah-desah tertahan, dengan mata terpejam. Tubuhku pun terlonjak-lonjak tak terkendali.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnHFExkeGSB
Kutatap Akbar sekilas. Wajahnya berubah menjadi murung yang menyiratkan ketidaksukaan. Di dalam hati, aku hanya bisa menerka. Mungkin, Akbar cemburu menatapku, yang mulai menikmati dildo keluar masuk lubangku. Dari sorot matanya, ada keputusasaan yang terpancar. Ia pun mengembuskan nafas panjang, sambil membanting tubuhnya ke atas kursi dengan tangannya yang tak berhenti menjambak rambutnya. Meski aku tak begitu mendengar apa yang diucapkan Akbar. Terdengar sayup-sayup, Akbar menyalahkan dirinya sendiri.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡydk4Xe3cfT
Lalu Akbar bangkit dari duduknya, berjalan mondar-mandir seperti frustasi. Yang berkali-kali merutuki dirinya sendiri, memaki, mengucapkan sumpah serapah.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvF24shctrg
Diambilnya remot dildo machine gun dari sakunya. Kurasakan dildo yang masuk ke dalam vaginaku berhenti bergerak. Akbar dengan wajahnya yang kusut mendekatiku, melepas ikatan di kaki dan tanganku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQOJeunFHbr
"Sana mandi!" kata Akbar dengan suara lemah.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdO2rJNiVYo
Kutatap Akbar dengan pandangan iba. Sepertinya Akbar tau gelagatku, yang sedang mengamatinya.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbQH1DjYjLl
"Kenapa?" tanya Akbar sinis.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡglJnAXdDY9
"Nggak, Mas!" kataku sambil menunduk.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSzxfW2ZChH
Saat aku berusaha bangkit, berdiri. Selangkanganku begitu perih. Rasanya ingin menangis saja, melihat vaginaku yang lebam. Yang awalnya berwarna putih kemerahan-merahan, menjadi merah darah dan lebih tebal. Kucoba menyentuhnya, rasanya begitu sakit sampai menjalar ke seluruh tubuhku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlyLxwQtcc7
"Sakit?" tanya Akbar.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjIgc38e4Xr
"Iya, Mas!" kataku sambil meringis menahan sakit.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBsEDXY85oE
Akbar mendekatiku, lalu memapahku ke dalam kamar mandi.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZYvkH9b6sQ
"Makasih," kataku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡplxpjmaTV7
"Udah, buruan mandi! Sebentar lagi kita ke pesantren abahku," kata Akbar.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6Wje3hSiIf
Aku sempat kaget mendengar yang Akbar ucapkan. Berkali-kali kucoba menenangkan hatiku. Kuharap di pesantren tak terjadi kejadian yang lebih buruk seperti yang kualami saat ini.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVkesh9L5GY
*********
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0eO3p9UtQG
Sekarang aku menuju ke pesantren. Di dalam mobil aku hanya menunduk saja tanpa mengucapkan satu kata pun.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKzilKEAj9m
"Mukanya jangan gitu! Aku nggak mau, Abah sama Umi ngeliat kamu dengan muka kucel kayak gitu!" kata Akbar.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSunXEslapA
"Iya, Mas!" kataku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiAzF0zNMGG
Akbar mengambil sebotol parfum mahal dari kantungnya. "Eh Mas, kok disemprot pake parfum?" tanyaku tak mengerti.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9SZ0UTqrBu
"Udah jangan bawel!" kata Akbar.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡX024dSynGi
Melihat sikap Akbar yang labil, aku semakin bingung. Kadang Akbar menjadi sosok relijius yang menjalankan Sunnah sepenuh hati. Dan sekarang Akbar menyemprotkan parfum dengan kadar alkohol tinggi ke outfitku. Padahal kemarin, aku berkali-kali ditampar, diikat dengan memberiku makan sekali sehari karena aku tak bisa menjaga adabku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpaZf00LPre
Aku benar-benar tak mengerti dengan perubahan Akbar. Gara-gara sikapnya yang strict kemarin, mentalitasku menjadi hancur. Bahkan sekarang, perasaan cemas, takut masih menghantuiku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPK3ZsUuH6j
Dan saat aku disiksa secara seksual menggunakan dildo, ada yang menahan dorongan seksual dalam diriku. Perasaan takut, seakan mengebiri kepribadianku yang sebelumnya lebih lepas. Aku juga merasa malu, meski itu di depan Mbok Darmi jika auratku tersingkap.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvkCMyayd9g
Ada rasa bersalah, yang terus membayangiku. Aku benar-benar berubah.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIfKLbyoBlA
"Udah sampai..." kata Akbar memarkir mobilnya di pelataran pesantren.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2M8fSsAcDz
Dengan malu-malu sambil menundukkan pandangan, aku berjalan di samping Akbar.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡq1lEtnsNGh
"Biasa aja, Dek! Nggak usah malu!" kata Akbar sambil merangkulku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6Kyppljdjg
Sekarang Akbar dengan aku yang berdiri di sampingnya berada di depan rumah sederhana yang ada di dalam pesantren.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZnsgBLAGyq
"Ini rumah siapa, Mas?" tanyaku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvwlmfOTGRf
"Rumah Abah," kata Akbar.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHaRxzmB2iR
Entah kenapa jantungku berdetak kencang, teringat masa lalu, saat keluarga Akbar pertamakali melamarku. Keringat dinginku pun, mulai membasahi telapak tanganku yang terbalut oleh handshock.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0ZPGBvIlwN
"Assalamualaikum..."
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJwAYuejCKk
"Wa'alaikum salam. Eh Akbar, mari masuk! Biar Umi panggilin Abah dulu!" kata Umi Jamilah, istrinya Pak Aziz.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡp1SOb0CFcp
"Kamu ikut Umi dulu ya Dek!" kata Akbar.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJY6WaRGLLg
"Iya, Mas!" kataku menunduk.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhX5xXRU717
"Ayok ikut Umi ke dalam!" kata Umi Jamilah sambil merangkulku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ84v9gdUWrE
Sesampainya di dalam rumah, Umi mengajakku ke dapur. Ternyata Umi sedang memasak. Entah kenapa melihat Umi memasak dan sikap Umi yang ramah padaku, suasana hatiku berubah.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpymRooIpFa
Traumaku seakan memudar. Sesekali aku melirik ke arah Umi Jamilah yang wajahnya tertutup cadar. Dan hanya memperlihatkan matanya saja. Aku suka mata Umi, cantik, berwarna maroon.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCgsAsO65qJ
"Suka masak juga, Fa?" tanya Umi.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ61DuODx0BD
"Eh, em. Saya nggak bisa masak Umi," kataku malu-malu.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡL28yxq0yBN
"Hehe, nggak apa-apa. Nanti Umi ajarin sampai pinter!" kata Umi ramah.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmMiat4usUn
Baru beberapa menit aku bercengkrama dengan Umi, aku langsung akrab. Mungkin karena pembawaan Umi yang kalem, membuat aku merasa nyaman. Aku tak tau, apakah ini bentuk kerinduanku pada Mama ataukah murni kesanku yang aku peroleh dari Umi Jamilah.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡViCttF0bKv
Melihat Umi yang cantik, ramah dan kalem, terbersit pikiranku pada Pak Aziz. Aku tak mengerti, kenapa Pak Aziz harus poligami. Sebagai sesama perempuan, aku bisa merasakan apa yang dirasakan Umi Jamilah. Meski Umi tak menceritakan keluh kesahnya, bagaimana perasaannya saat dimadu dengan perempuan lain. Namun, aku bisa mengerti apa yang dirasakan Umi dari sorot matanya yang menyembunyikan sesuatu.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnEe6bz3plU
"Eh, kok ngelamun aja, Fa?" tanya Umi mengagetkanku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9xNNHIg9ru
"Hehe, maaf Umi..." kataku sambil tersenyum malu-malu.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9RTxHtj63e
"Nggak baik lho, Fa. Ngelamun gitu!" kata Umi dengan tersenyum.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOxfrWjALmQ
"Iya Umi..." kataku malu-malu sambil menunduk.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfFvfS16nSz
Keramahan Umi, membuatku lupa dengan traumaku. Aku benar-benar tenggelam ke dalam kehangatan seorang ibu. Berada di samping Umi, terasa nyaman seakan beban yang aku tanggung terlepas. Sampai aku pun kembali ceria, meski tertahan oleh pengalaman burukku. Setidaknya, hadirnya Umi bisa menjadi obat untuk menyembuhkan lukaku. Dan kerinduanku pada Mama.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2ShdLpoBE7
Saat aku memasak, aku tersadar dan aku berpikir... Dimana Mama? Sejak tadi, tak kulihat Mama di rumah ini. Aku tau, Pak Aziz memiliki empat istri termasuk Mama. Namun, hanya ada 3 perempuan disini. Salah satunya Umi Jamilah.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLz9DCnUFYo
Sebenarnya, aku ingin menanyakan keberadaan Mama pada Umi. Namun, aku takut jika Umi sakit hati. Maka dari itu, aku urungkan niatku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVdvHsRpamG
"Yuk kita bawa ke ruang keluarga!" kata Umi yang sudah selesei memasak.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrqLfGShvY2
"Iya, Umi!" kataku dengan wajah menunduk.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhxXzvwAJbZ
Saat aku mengangkat sayur di wadah, aku berpapasan dengan Ahsan. Mata kita sempat bertemu. Karena perasaan malu, aku menundukkan pandangan.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUR09wZcJK8
Di meja makan, sudah duduk Pak Aziz. Kulihat Pak Aziz menatapku lekat dengan tersenyum. Namun mata nakalnya sudah hilang, berganti dengan tatapan hangat.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXjJjmc5ERh
Setelah aku dan Umi selesei menyiapkan makanan, kita sekeluarga makan bersama. Mataku sekilas menatap perempuan di sampingku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4IllfMzfdD
Mama? Meski penampilan Mama kini bercadar, aku hafal sorot mata Mama. Berkali-kali aku menatap Mama, namun Mama membuang muka tak mau menatapku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaiJsZhsnE9
Acara makan bersama pun dimulai. Tanpa suara, hanya ada keheningan. Dengan mata yang saling bertaut, mengucapkan kata. Dari Mama, yang menyimpan sejuta rahasia. Ahsan yang menatapku dengan tatapan yang tak kukenal, berbeda dari sebelumnya. Dan yang terakhir, Akbar yang menyiratkan keputusasaan.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEIHcfKHGrH
Sesekali kuhela nafasku, merasakan keheningan yang terkesan janggal. Namun, apakah ini sekedar perasaanku atau keheningan yang sengaja diciptakan di meja makan, aku sama sekali tak tau.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFC2qLhcMOu
*******
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoUVPmBK09N
Hari ini aku dan Akbar menginap di rumah Pak Aziz, mertuaku. Meski aku mencoba beradaptasi saat bertemu Umi Jamilah. Namun, perasaan janggal tetap membuatku gelisah. Menghadap ke kiri, lalu karena tak kunjung bisa tidur. Kucoba membalikkan tubuhku, dengan menghadap ke kanan.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTWlZYzZd5Q
Karena merasa tak tenang, akhirnya kuputuskan keluar kamar, sekedar untuk sholat lail.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIE4s9Q57N9
Setelah aku keluar kamar, rumah begitu sepi. Lalu kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi meski suasana rumah ini sedikit menggangguku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ20DTVkCOE1
"Eh..." Saat aku berjalan menunduk, aku menabrak Ahsan.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡN7e2tox5Zs
Kita saling menatap cukup lama. Saat aku berjalan ke kanan, aku menabrak Ahsan yang berjalan ke kanan juga. Lalu aku berjalan ke kiri, lagi-lagi aku menabrak Ahsan.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfDKn4DZpfi
"Ma'af..." kataku tersenyum sambil menundukkan pandangan.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuDSHtBapG1
"Hehe, nggak apa-apa, Ci," kata Ahsan, dengan tersenyum juga.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlsLBDTMIpi
Ahsan memberiku jalan untuk lewat. Dan aku pun berjalan dengan menunduk ke arah kamar mandi.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfmGe7ZIU4p
Selesai berwudhu, aku kembali ke kamar. Entah kenapa, aku tak berani membangunkan Akbar. Kata Akbar, di dalam rumah, ada mushola kecil yang biasanya untuk sholat jama'ah sekeluarga. Namun, karena aku tak tau dimana letaknya, akhirnya aku memutuskan untuk sholat di kamar saja.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmFUnHIJRAt
Baru saja, aku membaca bacaan iftitah. Pikiranku melayang, membayangkan saat aku menabrak Ahsan di dekat kamar mandi. Berkali-kali kutepis, namun bayangan itu kembali muncul dan muncul lagi. Terus terbayang sampai bacaan terakhirku di posisi tasyahud akhir.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡi69kg2YeIx
Selesei membaca salam, kulihat Akbar terbangun lalu duduk menatapku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡW4pWpLMxN1
"Udah lama bangunnya?" tanya Akbar tersenyum.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtudVaGOsmZ
"Belum lama sih, Mas," kataku sambil melipat mukenaku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuLiKMkinUG
"Sini!" kata Akbar sambil menarik tanganku agar aku naik ke atas ranjang.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTXWXBrMLMn
Sekarang aku tidur miring ke samping dengan Akbar memelukku dari belakang. Perasaan aneh, tiba-tiba muncul. Pelukan Akbar pada tubuhku, sama sekali tak memberiku kehangatan.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUiuWZ0alv3
Semacam ketakutan yang membayang di dalam kepatuhanku. Tubuhku tak mampu menolak, namun perasaanku terasa getir.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDRXzKh3cEX
Saat aku memejamkan mataku, mencoba untuk terlelap. Kubuka mataku... Setelah membuka mataku, aku terkejut karena posisiku tak lagi dalam pelukan Akbar. Melainkan dalam posisi terlentang, dengan seseorang sedang penetrasi ke dalam lubang vaginaku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMDDs9XO4FW
Karena kamar gelap, aku tidak tau siapa yang sedang menyutubuhiku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFdIlN2SkRq
"Ah ah ah, sss ah." Aku berkali-kali mendongakkan wajahku menerima sodokan pada vaginaku. Dengan mata yang terpejam kunikmati sensasi yang kurasakan.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLFqJFfWSrt
"Aaaaahh." Aku mendesah sambil mengernyitkan dahiku karena perasaan cemas yang menderaku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡASMlMY44k6
"Aaaaah, menjepit banget."
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhw07EvfSf8
Kucoba mengingat suara yang sepertinya aku kenal. Saat lampu dinyalakan, aku benar-benar kaget.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUMLQzrLzY3
Sekarang aku sedang disetubuhi oleh Pak Aziz. Rasa takutku pun tiba-tiba muncul. Timbul rasa bersalah yang menekan batinku, apalagi saat aku mengingat Akbar memperlakukanku dengan kasar.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgFjjAKAzYS
"Abah, jangan!" kucoba dorong tubuh Pak Aziz.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYRLe4Q8siV
"Kenapa bisa seenak ini, Fa? Empot-empotan..."
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwqTnS3mSYq
Semakin aku meronta, otot vaginaku mencengkeram penis Pak Aziz lebih erat. Terasa penuh, sampai aku berkali-kali menggelengkan kepalaku karena berusaha menyangkal nikmat yang mulai menjalar.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjGkRMlsCOh
"Abah... aaaah." Aku mendesah hebat dengan nafsu yang tertahan.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7GgBDPJCSd
Pak Aziz mengubah posisinya, dengan aku berada di atas. Aku yang telungkup di atas dada Pak Aziz, sesekali kuputar-putar pinggulku. Penis Pak Aziz di dalam lubangku seakan mengobel-obel penuh. Kurasakan Pak Aziz mengecup kepalaku. Lalu merapikan rambut panjangku yang tergerai, menutupi wajahku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKOhZPXwNqe
"Enak?" tanya Pak Aziz sambil mengangkat wajahku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ113E2EpDuO
Tak kujawab pertanyaan Pak Aziz. Kurasakan pergolakan batinku yang berkali-kali kutepis. Semakin kusangkal, penyangkalan itu menciptakan sensasi yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3zdFG6xu2h
Aku benar-benar tersiksa. Rasa bersalahku justru membawaku pada kenikmatan yang tak terperi.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPwaFyFpf8f
"Elm, muah." Pak Aziz mulai melumat bibirku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEjwdD2XJkO
Dengan mata terpejam, kubalas lumatan Pak Aziz dengan membuka mulutku. Lidah Pak Aziz yang masuk ke dalam rongga mulutku, kurespon dengan lidahku yang membelit lidah Pak Aziz. Menari-nari, saling mengisap.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4C2vomnfYC
"Buka matamu, Sayang!" kata Pak Aziz.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5sVPrXGLd5
Di sampingku, sedang duduk Akbar yang sedang mengocok penisnya. Penisnya mulai ereksi, namun tak maksimal.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvdJR4CCSHm
"Ah ah ah, Mas suka?" tanyaku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSAU2KohQQY
"Jalang kamu, Dek!" kata Akbar sambil terus mengocok penisnya.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqfFK0VNxT0
"Aku bukan jalang, Mas! Jangan hukum aku!" kataku menahan nafsuku sambil merasakan perasaan bersalah.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6dQcjL2FES
"Aaaah, nikmat banget, Fa. Mencengkeram, nyedot-nyedot gini," kata Pak Aziz meracau.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrTqMULjWjP
Sekarang aku menegakkan tubuhku dalam posisi woman on top. Dengan masih memakai dress panjang, aku naik turun di atas tubuh Pak Aziz.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡp1UteCBeBc
"Ah ah ah, enak banget," kataku sambil memejamkan mataku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbri2jbQIwi
Pak Aziz menarik tubuhku dan kita kembali berciuman. Dengan mata terpejam, kurasakan Pak Aziz mengentak-entakkan penisnya agar masuk lebih dalam ke dalam lubang vaginaku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiyGoigAlob
Udara semakin panas, sampai peluhku membasahi dress panjangku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaUiegceqPI
"Aaaaahhh." Tubuhku melengkung, aku mengalami orgasmeku yang pertama.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdOEf28YxIC
Lalu tubuhku ambruk ke atas tubuh Pak Aziz. Pak Aziz yang memelukku berguling untuk mengubah posisi. Setelah aku dalam posisi terlentang, Pak Aziz melepas dress panjangku yang sudah basah oleh keringat.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLvUMaiDgQj
Senyum cabul Pak Aziz kembali nampak, dengan perlahan cup braku yang berwarna putih diangkat ke atas.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtwdrtsyTxq
Kubuang mukaku ke samping karena perasaan malu yang menyergapku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡo7IBnwXRWY
"Kamu cantik..." kata Pak Aziz.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZfXp3M9yr2
Akbar duduk mendekat ke arahku untuk menyeka keringat di dahiku. Lalu aku tersenyum menatap Akbar.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiszrnFi4m9
"Enak?" tanya Akbar sambil tangannya mengocok penisnya yang tak kunjung ereksi dengan sempurna.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFFmlKmirLw
Kutatap penis Akbar dengan tersenyum. "Kenapa? Mau ngejek aku?" tanya Akbar.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1tkbF1NRvZ
"Nggak kok, Mas," kataku yang masih dalam kondisi tersenyum, namun tatapanku beralih ke wajah Akbar.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡp0zv1flOSx
"Masih mau lanjut, Fa?" tanya Pak Aziz.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡj65gfSMU4k
Kutatap Akbar meminta persetujuan. "Terserah kamu..." kata Akbar turun dari ranjang sambil merapikan celananya.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlMXZF3IjVd
"Mas?"
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡldVuLOWXs0
"Apa?" tanya Akbar.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8Dpxx2eZT3
"A... aku..."aku tak melanjutkan kata-kataku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBDjAu6uuwK
Tanpa persetujuan dariku, Pak Aziz kembali memompa penisnya ke dalam vaginaku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQ4Oo4CLPn4
"Aaaaaah..."
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpKEN3ntxSv
"Masih mau lanjut, Fa?" tanya Pak Aziz sambil mempercepat sodokan penisnya ke dalam vaginaku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5P892rthkR
Kugeleng-gelengkan kepalaku, aku takut Akbar kembali kasar padaku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqW5GjdCWfZ
"Nggak mau lanjut?" tanya Pak Aziz.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgE1TPFjqlO
Setelah penis Pak Aziz keluar dari dalam vaginaku, terasa ada yang hilang.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxPsjbD4jrS
"Kok mukanya gitu?" tanya Pak Aziz sambil memegang penisnya yang menegang besar.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpDrhQLmoZy
Kugigit bibir bawahku sambil jari tanganku menggesek bibir vaginaku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡePlm3J0nrx
"Ssss, aaaah." Kupejamkan mataku menahan hasrat yang benar-benar tertahan.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡx56DIfbNub
"Lepas aja, Fa! Nggak usah ditahan!" kata Pak Aziz.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡH8iDPObEMG
Berkali-kali kugeleng-gelengkan kepalaku. "Nggak bisa, Bah... ssssh aaaah."
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTCFfluwGc5
Sekejap kubuka mataku untuk menatap Akbar. Ada seringai di wajahnya.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYfYvnMzaai
Saat Pak Aziz turun dari ranjang dan memakai celananya kembali. Dengan perasaan takut, malu, merasa bersalah kuucapkan satu patah kata dengan bibir bergetar.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiY1SPAgm6J
"Abah..."
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡntyN76Jnk1
"Iya?" Pak Aziz menoleh ke arahku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbDk6FlEvzu
"Lanjut!" kataku malu-malu dengan membuang mukaku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡClzblfTvXk
Kulihat Ahsan masuk ke dalam kamar. "Sekarang giliranku, Ci..."
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡq5nXQHZZDI
Spontan, kutarik selimut yang berada di sampingku untuk menutupi ketelanjanganku. Aku benar-benar malu.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡShAH88r5a7
Ahsan pun naik ke atas ranjang, lalu dengan senyum hangatnya mencoba menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZeQQOxCFEy
"Jangan! Aku malu..." kataku.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡo3sY7yrVjy
"Kenapa malu, Ci?" tanya Ahsan.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡudWwHJxuqn
Kuhela nafasku, lalu kupandang Akbar. Akbar yang tau aku menatapnya, membuang mukanya ke samping.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdEczyDgiju
"Sssssh, aaaah." Ahsan menindihku sambil tangannya meremas dadaku yang masih tertutup selimut.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTVktGwF4dk
"Menggemaskan!" kata Ahsan.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfkw5ikFFKX
Ahsan yang sudah telanjang kini masuk ke dalam selimut..
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvreNZZDn09
"Masih malu, Ci?" tanya Ahsan.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIC760A7EPI
Aku tersenyum dengan mengangguk malu-malu.
1442Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7noTJRlCfG
