Perubahan Istri alim dan Polos - Sensasi baru

Hasrat yang Tak Terpenuhi

POV Riska

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBEbiathygZ

Tubuhku mungkin terlalu ‘rapi’ untuk ukuran ibu-ibu muda. Kulitku masih putih, nyaris tanpa flek, mungkin karena aku rajin pakai lotion sejak SMA. Payudaraku 36, masih kencang, kadang bikin Nina iri tiap kami ganti baju di ruang ganti kantor. Pinggulku lebar, bokongku penuh—katanya itu bentuk ideal untuk "menggendong kenikmatan", apapun maksud Nina dengan istilah itu.

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNfIedPxeur

Wajahku biasa, kata orang sih manis. Tapi kata Mas Jaka, "Wajah kamu tuh adem, Ris. Enak dilihat, nggak pernah bikin capek." Aku senang dengarnya. Tapi entah kenapa, akhir-akhir ini aku ingin ada yang bilang... wajahku menggoda. Nakal. Atau bahkan bikin deg-degan.

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLgN51fVFu9

Di kantor, obrolan Nina makin menggila. Hari itu dia cerita sambil makan siomay.

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZAoM21cHMX

“Ris, kamu tahu nggak... batang yang panjang tuh nggak cuma nikmat pas masuk, tapi rasanya beda di dalam. Kayak... ngegesek bagian dalam yang kamu bahkan nggak tahu kamu punya.”

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoQxPrFUHcM

Aku nyaris keselek. “Nina!”

Dia ketawa, nyolek lenganku. “Kamu tuh harus belajar ngerasain, bukan cuma nurut.”

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7mo3o659e3

Kepalaku menunduk, wajahku panas. Tapi... jujur, ada yang geli dalam perutku.

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHcczAqIype

Baca lanjutan versi tidak sensor & koleksi lainnya:

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4zqlVyDm8y

karyakarsa.com/DSASAXI88

---

Sore itu, aku disuruh antar berkas ke ruang Pak Arman. Ruangan sempit, dan dia berdiri di belakangku waktu aku membungkuk menata map.

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgSYqNpDGHD

Lalu... aku merasakan sesuatu. Ada bagian keras dari tubuhnya menyentuh pantatku. Awalnya cuma singgungan, tapi lalu dia tidak mundur. Bahkan sedikit bergerak. Seolah—menggesek.

Tubuhku membeku. Aku ingin menoleh, tapi suara Pak Arman tetap datar, seperti biasa.

“Yang ini kamu simpan di rak atas ya, Bu Riska.”

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡM17A7pby9q

Tangannya menunjuk, tapi tetap berdiri dekat. Bagian keras itu terus bersentuhan dengan bokongku.

Aku diam.

Bukan karena tidak tahu apa yang terjadi... tapi karena aku bingung dengan reaksi tubuhku. Rasanya aneh. Hangat. Merinding. Tapi bukan takut—melainkan seperti digelitik dari dalam.

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOiIfxv5EuW

Dan aku tidak bergerak. Tidak menjauh.

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡk2c2apH4zc

Ketika akhirnya dia mundur, aku masih berdiri di tempat, jantungku berdegup kencang. Kaki lemas.

Setengah jam kemudian, aku ke pantry. Di sana ada Bang Udin, OB kantor yang sedang mengangkat galon.

Dia membungkuk, dan aku melihat... sesuatu.

Celananya tipis, mungkin terlalu tipis untuk ukuran pria sebesar dia. Dan di baliknya, jelas terlihat bentuk yang—besar. Panjang. Menggantung ke samping. Terlalu nyata untuk diabaikan.

Aku menelan ludah. Pura-pura tidak lihat. Tapi mataku sempat menangkap cukup banyak.

Bang Udin berdiri dan tersenyum sopan padaku. “Mau dibantu, Bu?”

“Enggak, makasih Bang.”

Aku cepat-cepat keluar.

Tapi sepanjang perjalanan ke meja, bayangan itu terus ada di kepala. Aku bahkan tak bisa fokus kerja. Dan yang lebih parah... bagian dalam pahaku mulai hangat.

Aku mencoba tahan. Tapi rasanya seperti luka gatal yang tak bisa digaruk.

Malam itu, tubuhku terasa panas sejak sampai rumah. Pikiranku terus dipenuhi oleh sentuhan-sentuhan siang tadi—gesekan dari Pak Arman, bayangan tentang bentuk kelamin Bang Udin yang mencolok, dan obrolan Nina yang masih menggema di telingaku.

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUjB5iB75Ge

Mas Jaka mendekat seperti biasa, merangkulku dari belakang saat kami sudah di tempat tidur. Tapi kali ini, pelukannya langsung membuatku gelisah. Ada rasa tegang dan berdebar yang tak biasa.

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdPGhJ9WlqL

“Kamu capek?” bisiknya sambil mencium leherku pelan.

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJ0ywPUwLpV

Aku menggeleng, “Nggak... aku pengin.”

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkg7yXXhHBe

Suaraku keluar lebih berat dari biasanya.

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡb4M4o1QxPG

Ia tampak senang, langsung membalik tubuhku menghadap ke arahnya. Ciumannya lembut di awal, seperti biasa, tapi aku membalas dengan lebih cepat—lebih rakus. Lidahku menari di bibirnya, tanganku mencengkeram rambutnya. Bahkan aku sendiri terkejut dengan caraku.

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEKmEMqZ7X9

“Ris... kamu kenapa?” gumamnya di sela-sela ciuman.

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡg1Ep28WnLe

Aku tak menjawab, hanya mendesah. Saat bibirnya turun ke leher dan dada, desahanku keluar tanpa filter.

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrdWOMsp2fY

“Ahh... iya... terus... jangan berhenti, Mas... dalam... lebih dalam...”

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡso6R0wWEWH

Kata-kataku meluncur begitu saja. Tidak kupikirkan. Tapi aku benar-benar menginginkannya. Tubuhku haus, basah, menegang. Pinggulku bergerak sendiri, menekan ke arahnya, meminta lebih.

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXodu6g9TCD

Jaka tampak kaget. Tangannya gemetar, tapi sorot matanya mulai liar. Dia jarang melihatku seperti ini. Biasanya aku hanya diam atau sesekali menggeliat pelan. Tapi kali ini... aku mengerang seperti perempuan yang tak pernah disentuh bertahun-tahun.

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMcuyGkELA7

Dan dia suka itu.

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7K3DTw7K4K

Masuknya terasa cepat. Mungkin terlalu cepat. Aku langsung menggigit bibir saat dia mendorong dalam. Tapi... bukan karena kenikmatan yang kupikirkan—melainkan karena aku berharap lebih.

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiLf3S9nHCF

“Tuhan... Riska...” desah Jaka, napasnya mulai memburu.

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHTx98GNtLR

Gerakannya makin cepat, makin keras. Aku mencakar punggungnya, membisikkan kata-kata liar tanpa sadar.

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEw3rxx1n9J

“Iya... iya Mas... ahh... cepet... dalemin lagi... kencengin... aku mau... mau banget...”

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrWvVruSUg2

Jaka mendesah keras, peluhnya jatuh di atas tubuhku. Lalu... dia menegang. Tubuhnya berhenti bergerak.

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡM3Y7OuxR8A

Dan aku tahu, dia sudah sampai lebih dulu.

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2W7U1UJsZw

Aku terdiam. Nafasku masih berat. Tubuhku masih gemetar, tapi ada sesuatu yang... kosong.

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSltHrYQ7Ce

Dia mencium keningku. “Kamu luar biasa malam ini...”

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqoduhRhu9U

Aku tersenyum samar. “Aku... juga ngerasa luar biasa, Mas.”

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1IinrbkrM0

Tapi sebenarnya, di dalam hatiku—ada rasa heran. Kenapa tubuhku belum lega? Kenapa rasanya seperti... belum benar-benar selesai?

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUiRamXLWru

Aku mencoba menghibur diri. Mungkin ini memang orgasme. Mungkin ini rasanya. Aku belum pernah sekeras ini sebelumnya, jadi wajar kalau rasanya aneh.

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOq4bKh6Mic

Tapi ketika Jaka tertidur cepat, pelukannya hangat dan damai... aku hanya bisa menatap langit-langit.

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTAIdnAgZm1

Tubuhku terasa panas, tapi belum meledak.

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJfRpUP5dqn

Dan untuk pertama kalinya... aku mulai bertanya-tanya:

"Apa benar, tubuhku menanti sesuatu yang lebih besar? Lebih dalam? Lebih mengguncang dari yang pernah kubayangkan?"

LIke dan share ya ke medsos kalian kawan

biar smangat melanjtkan cerita

karyakarsa.com/DSASAXI88

Baca lanjutan versi tidak sensor & koleksi lainnya:

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLsHbH2mjNP

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8dl6P0JpPM

https://victie.com/novels/perubahan-istri-alim-dan-polos

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡT6dnxz8oz7

23869Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡl8xMQNUTmL

atau copas link ini ke browsermu

https://linktr.ee/Dsasaxi88

ns216.73.216.197da2

Sensasi baru

REGISTER

LOGIN

Interface Language:

Story Language: