
Chapter 2: Celah yang Mulai Terbuka
POV Jaka
11706Please respect copyright.PENANAq736VfCWcK
Beberapa minggu belakangan, setiap kali Riska pulang kerja, selalu ada cerita baru dari kantornya. Kadang soal kerjaan, kadang soal gosip, tapi yang paling sering—tentang Nina.
11706Please respect copyright.PENANACesqurD4lu
Aku udah mulai hafal gaya dia kalau mau cerita hal "agak nakal". Awalnya senyum-senyum sendiri, terus ngeteh dulu, duduk selonjoran, baru deh mulai nyerocos.
11706Please respect copyright.PENANA4YT3CEDgWF
"Mas, tahu nggak, Nina tuh parah banget hari ini..." katanya, matanya berbinar lucu.
11706Please respect copyright.PENANA8EEj0eOfQs
"Parah gimana?"
11706Please respect copyright.PENANA0vivaqU4jo
"Tadi dia cerita katanya pas dia liburan ke Bali, dia ketemu cowok bule. Terus... ya gitu deh. Mereka 'main'. Terus dia bilang gini ke aku, 'Ris... kamu tuh belum ngerasain nikmat dunia kalo belum nyobain yang ukurannya bule.'"
11706Please respect copyright.PENANAYLiSxQVsHb
Aku berhenti menggulir HP, menoleh ke Riska.
11706Please respect copyright.PENANANDxbmq3cKp
"Terus kamu gimana?"
11706Please respect copyright.PENANAiQo3tLn15K
Dia nyengir. "Ya kagetlah! Aku cuma bisa bilang, 'Ih, Na... dosa banget.' Tapi dia malah ketawa dan bilang, 'Ris, nikmat itu kadang nggak ada di suami sendiri. Kamu belum tahu rasanya batang besar dan panjang yang bukan milik sendiri... itu tuh beda, Ris. Sampe ke ubun-ubun.'"
11706Please respect copyright.PENANAZugFqrIjPY
Riska ketawa geli waktu cerita itu, tapi aku cuma bisa mengerutkan kening.
11706Please respect copyright.PENANAbZIkAuQhfN
"Duh, Mas... serem ya. Tapi lucu juga sih, Nina tuh kalau cerita vulgar tuh ekspresinya datar banget, jadi makin absurd."
11706Please respect copyright.PENANABZr2NPsaec
Aku maksa ketawa, tapi dada rasanya sesak. Aku nggak suka dengar cerita kayak gitu dari istriku—apalagi dia kayak menikmati momen ngobrolin hal-hal vulgar bareng temennya itu.
11706Please respect copyright.PENANARE8NECcRUe
"Dia ngomong gitu ke kamu tiap hari?"
11706Please respect copyright.PENANA8HspThURIR
"Enggak sih, tapi sering. Dia tuh suka iseng ngajak aku ngobrol hal-hal kayak gitu. Kadang aku jawab sekenanya, tapi ya... ada aja yang bikin penasaran juga, sih."
11706Please respect copyright.PENANArTh4YcaZIv
Kalimat terakhir itu—"bikin penasaran juga"—masih terngiang-ngiang di kepala waktu aku coba tidur malam itu.
11706Please respect copyright.PENANAJaUOvOdOLJ
11706Please respect copyright.PENANACvN3MdePnK
---
11706Please respect copyright.PENANAFxVhfIcC4l
Pagi-pagi, waktu Riska lagi dandan, aku perhatikan dia lebih niat dari biasanya. Lipstik pink tipis, sedikit bedak, alis dirapihin. Wangi parfumnya juga baru.
11706Please respect copyright.PENANA7lcobZwjeA
"Parfum baru ya?" tanyaku, pura-pura santai.
11706Please respect copyright.PENANAT74rmoagOB
Dia menoleh sambil senyum. "Iya, Nina ngasih. Katanya biar aku kelihatan lebih fresh."
11706Please respect copyright.PENANAxLE9ZO7BvW
"Emang kamu niat kelihatan fresh buat siapa di kantor?" tanyaku sambil ngelirik.
11706Please respect copyright.PENANAiMLNNynEPg
Riska ketawa. "Ya biar enak dilihat aja. Masa keliatan kusam tiap hari?"
11706Please respect copyright.PENANAGzGFjkQ8lS
Aku mengangguk, walau masih ada sisa sesak di dada. Aku nggak mau jadi suami posesif. Tapi sulit menepis perasaan bahwa Riska mulai... berubah. Cara bicaranya, cara berdandan, bahkan cara dia memandang dirinya sendiri—semua mulai bergeser.
11706Please respect copyright.PENANALoc4ZHNFoO
11706Please respect copyright.PENANARXHa0QFO50
---
11706Please respect copyright.PENANAVNWYicmZ3l
Siangnya aku iseng buka-buka akun sosial media. Riska jarang update, tapi aku coba cari akun Nina. Setelah beberapa pencarian, akhirnya ketemu. Akunnya penuh foto-foto selfie dengan caption yang... cukup vulgar untuk standar temen istriku.
11706Please respect copyright.PENANAVmEa4Ku642
Salah satu caption yang bikin aku menelan ludah:
“Kadang tubuh butuh yang asing... karena yang biasa udah nggak ngasih rasa.”
11706Please respect copyright.PENANArsrKKV5yED
Ada satu foto Nina dan beberapa teman kantor—termasuk Riska. Di situ istriku senyum, berdiri agak dekat dengan dua cowok yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
11706Please respect copyright.PENANA3pitO3YsyD
Aku nggak mau mikir macem-macem.
11706Please respect copyright.PENANAKXX2BSLxNo
Tapi ya... sebagai laki-laki, ada insting yang susah ditepis. Insting bahwa sesuatu di balik senyum Riska belakangan ini bukan cuma karena "pekerjaan yang menyenangkan".
11706Please respect copyright.PENANATgGoAcRxfG
11706Please respect copyright.PENANAQeata0x4M9
---
11706Please respect copyright.PENANAE6Bn4gu7iN
Sore itu dia pulang telat. Katanya ada lembur mendadak.
11706Please respect copyright.PENANAQuoo2zvhvI
Waktu dia sampai rumah, aku udah siapin teh hangat.
11706Please respect copyright.PENANAl6t4x7ZE4W
"Capek, Mas..." katanya sambil selonjoran di sofa. "Tadi Pak Arman bawain tumpukan invoice, padahal udah sore banget."
11706Please respect copyright.PENANAVSvtxRDG31
"Pak Arman emang sering minta kamu kerja lebih ya?"
11706Please respect copyright.PENANAsteFLgSp9B
Dia mengangkat bahu. "Kadang. Tapi ya namanya juga atasan. Aku nggak bisa nolak."
11706Please respect copyright.PENANAfbPsPW84OY
Aku menahan diri buat nggak komentar banyak. Aku cuma ngangguk sambil menyodorkan teh.
11706Please respect copyright.PENANABPDex0mhlV
Riska menyesap pelan, lalu tersenyum. "Tadi pas Nina lihat aku masih kerja, dia nyeletuk, ‘Ris, jangan terlalu rajin nanti makin dilirik bos, lho. Si Pak Arman tuh seneng sama tipe yang nurut-nurut cantik kayak kamu.’ Hahaha, dasar Nina."
11706Please respect copyright.PENANAI9M3zu1lED
Aku hanya ikut tertawa kecil, walau hati ini makin nggak karuan.
11706Please respect copyright.PENANAhrsytBdeaq
Aku ingin percaya, semua ini cuma gurauan kantor. Cuma obrolan iseng antara rekan kerja.
11706Please respect copyright.PENANAOH6Padhp6z
Tapi naluriku bilang, ini lebih dari sekadar itu.