Perubahan Istri alim dan Polos - Sensasi baru

Hasrat yang Tak Terpenuhi

POV Riska

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHhqVSnI7TE

Tubuhku mungkin terlalu ‘rapi’ untuk ukuran ibu-ibu muda. Kulitku masih putih, nyaris tanpa flek, mungkin karena aku rajin pakai lotion sejak SMA. Payudaraku 36, masih kencang, kadang bikin Nina iri tiap kami ganti baju di ruang ganti kantor. Pinggulku lebar, bokongku penuh—katanya itu bentuk ideal untuk "menggendong kenikmatan", apapun maksud Nina dengan istilah itu.

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYsbs4psIy5

Wajahku biasa, kata orang sih manis. Tapi kata Mas Jaka, "Wajah kamu tuh adem, Ris. Enak dilihat, nggak pernah bikin capek." Aku senang dengarnya. Tapi entah kenapa, akhir-akhir ini aku ingin ada yang bilang... wajahku menggoda. Nakal. Atau bahkan bikin deg-degan.

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLDenCabJsk

Di kantor, obrolan Nina makin menggila. Hari itu dia cerita sambil makan siomay.

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGjIyUx4Ark

“Ris, kamu tahu nggak... batang yang panjang tuh nggak cuma nikmat pas masuk, tapi rasanya beda di dalam. Kayak... ngegesek bagian dalam yang kamu bahkan nggak tahu kamu punya.”

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoul1bz27G7

Aku nyaris keselek. “Nina!”

Dia ketawa, nyolek lenganku. “Kamu tuh harus belajar ngerasain, bukan cuma nurut.”

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhRuaDA9954

Kepalaku menunduk, wajahku panas. Tapi... jujur, ada yang geli dalam perutku.

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZ8pR2DRY1e

Baca lanjutan versi tidak sensor & koleksi lainnya:

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6k1MFZ5XM8

karyakarsa.com/DSASAXI88

---

Sore itu, aku disuruh antar berkas ke ruang Pak Arman. Ruangan sempit, dan dia berdiri di belakangku waktu aku membungkuk menata map.

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyX5xW2SavU

Lalu... aku merasakan sesuatu. Ada bagian keras dari tubuhnya menyentuh pantatku. Awalnya cuma singgungan, tapi lalu dia tidak mundur. Bahkan sedikit bergerak. Seolah—menggesek.

Tubuhku membeku. Aku ingin menoleh, tapi suara Pak Arman tetap datar, seperti biasa.

“Yang ini kamu simpan di rak atas ya, Bu Riska.”

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwLCS5ABX63

Tangannya menunjuk, tapi tetap berdiri dekat. Bagian keras itu terus bersentuhan dengan bokongku.

Aku diam.

Bukan karena tidak tahu apa yang terjadi... tapi karena aku bingung dengan reaksi tubuhku. Rasanya aneh. Hangat. Merinding. Tapi bukan takut—melainkan seperti digelitik dari dalam.

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlTV9HvgnFq

Dan aku tidak bergerak. Tidak menjauh.

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwDyZy34HxV

Ketika akhirnya dia mundur, aku masih berdiri di tempat, jantungku berdegup kencang. Kaki lemas.

Setengah jam kemudian, aku ke pantry. Di sana ada Bang Udin, OB kantor yang sedang mengangkat galon.

Dia membungkuk, dan aku melihat... sesuatu.

Celananya tipis, mungkin terlalu tipis untuk ukuran pria sebesar dia. Dan di baliknya, jelas terlihat bentuk yang—besar. Panjang. Menggantung ke samping. Terlalu nyata untuk diabaikan.

Aku menelan ludah. Pura-pura tidak lihat. Tapi mataku sempat menangkap cukup banyak.

Bang Udin berdiri dan tersenyum sopan padaku. “Mau dibantu, Bu?”

“Enggak, makasih Bang.”

Aku cepat-cepat keluar.

Tapi sepanjang perjalanan ke meja, bayangan itu terus ada di kepala. Aku bahkan tak bisa fokus kerja. Dan yang lebih parah... bagian dalam pahaku mulai hangat.

Aku mencoba tahan. Tapi rasanya seperti luka gatal yang tak bisa digaruk.

Malam itu, tubuhku terasa panas sejak sampai rumah. Pikiranku terus dipenuhi oleh sentuhan-sentuhan siang tadi—gesekan dari Pak Arman, bayangan tentang bentuk kelamin Bang Udin yang mencolok, dan obrolan Nina yang masih menggema di telingaku.

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAcnIPMYEdt

Mas Jaka mendekat seperti biasa, merangkulku dari belakang saat kami sudah di tempat tidur. Tapi kali ini, pelukannya langsung membuatku gelisah. Ada rasa tegang dan berdebar yang tak biasa.

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuzI8pGV2Xo

“Kamu capek?” bisiknya sambil mencium leherku pelan.

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡb1qCUPmkyA

Aku menggeleng, “Nggak... aku pengin.”

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡznY6EuSDZk

Suaraku keluar lebih berat dari biasanya.

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡj0uG2MjDQJ

Ia tampak senang, langsung membalik tubuhku menghadap ke arahnya. Ciumannya lembut di awal, seperti biasa, tapi aku membalas dengan lebih cepat—lebih rakus. Lidahku menari di bibirnya, tanganku mencengkeram rambutnya. Bahkan aku sendiri terkejut dengan caraku.

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWuTQV653QO

“Ris... kamu kenapa?” gumamnya di sela-sela ciuman.

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPxayA462NH

Aku tak menjawab, hanya mendesah. Saat bibirnya turun ke leher dan dada, desahanku keluar tanpa filter.

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMVQ1xAq0P4

“Ahh... iya... terus... jangan berhenti, Mas... dalam... lebih dalam...”

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2dhlkLXh66

Kata-kataku meluncur begitu saja. Tidak kupikirkan. Tapi aku benar-benar menginginkannya. Tubuhku haus, basah, menegang. Pinggulku bergerak sendiri, menekan ke arahnya, meminta lebih.

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLrWtygZiH5

Jaka tampak kaget. Tangannya gemetar, tapi sorot matanya mulai liar. Dia jarang melihatku seperti ini. Biasanya aku hanya diam atau sesekali menggeliat pelan. Tapi kali ini... aku mengerang seperti perempuan yang tak pernah disentuh bertahun-tahun.

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUbvaJrgw3P

Dan dia suka itu.

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbli4ab9Vqw

Masuknya terasa cepat. Mungkin terlalu cepat. Aku langsung menggigit bibir saat dia mendorong dalam. Tapi... bukan karena kenikmatan yang kupikirkan—melainkan karena aku berharap lebih.

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZUASiywn91

“Tuhan... Riska...” desah Jaka, napasnya mulai memburu.

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzdnCBum2n3

Gerakannya makin cepat, makin keras. Aku mencakar punggungnya, membisikkan kata-kata liar tanpa sadar.

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2wIPiwvPep

“Iya... iya Mas... ahh... cepet... dalemin lagi... kencengin... aku mau... mau banget...”

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9msq3Lcq4a

Jaka mendesah keras, peluhnya jatuh di atas tubuhku. Lalu... dia menegang. Tubuhnya berhenti bergerak.

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeo0zJVbv5B

Dan aku tahu, dia sudah sampai lebih dulu.

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1iKAvPbAHY

Aku terdiam. Nafasku masih berat. Tubuhku masih gemetar, tapi ada sesuatu yang... kosong.

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5QPnQr4CHP

Dia mencium keningku. “Kamu luar biasa malam ini...”

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvHjP4CC3JG

Aku tersenyum samar. “Aku... juga ngerasa luar biasa, Mas.”

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAR3Lodhren

Tapi sebenarnya, di dalam hatiku—ada rasa heran. Kenapa tubuhku belum lega? Kenapa rasanya seperti... belum benar-benar selesai?

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXXOxjLpqJZ

Aku mencoba menghibur diri. Mungkin ini memang orgasme. Mungkin ini rasanya. Aku belum pernah sekeras ini sebelumnya, jadi wajar kalau rasanya aneh.

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ70jlknVfmX

Tapi ketika Jaka tertidur cepat, pelukannya hangat dan damai... aku hanya bisa menatap langit-langit.

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWZZxqqLc0r

Tubuhku terasa panas, tapi belum meledak.

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJ57pdF7kqo

Dan untuk pertama kalinya... aku mulai bertanya-tanya:

"Apa benar, tubuhku menanti sesuatu yang lebih besar? Lebih dalam? Lebih mengguncang dari yang pernah kubayangkan?"

LIke dan share ya ke medsos kalian kawan

biar smangat melanjtkan cerita

karyakarsa.com/DSASAXI88

Baca lanjutan versi tidak sensor & koleksi lainnya:

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpRqhtmFtXj

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDuP1Vl4c9D

https://victie.com/novels/perubahan-istri-alim-dan-polos

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsQaEFnW930

24656Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKtkpvlOYBh

atau copas link ini ke browsermu

https://linktr.ee/Dsasaxi88

ns216.73.216.143da2

Sensasi baru

REGISTER

LOGIN

Interface Language:

Story Language: