Perubahan Istri alim dan Polos - Sensasi baru

Hasrat yang Tak Terpenuhi

POV Riska

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNU8gH8AMwR

Tubuhku mungkin terlalu ‘rapi’ untuk ukuran ibu-ibu muda. Kulitku masih putih, nyaris tanpa flek, mungkin karena aku rajin pakai lotion sejak SMA. Payudaraku 36, masih kencang, kadang bikin Nina iri tiap kami ganti baju di ruang ganti kantor. Pinggulku lebar, bokongku penuh—katanya itu bentuk ideal untuk "menggendong kenikmatan", apapun maksud Nina dengan istilah itu.

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOGgIs3Snzm

Wajahku biasa, kata orang sih manis. Tapi kata Mas Jaka, "Wajah kamu tuh adem, Ris. Enak dilihat, nggak pernah bikin capek." Aku senang dengarnya. Tapi entah kenapa, akhir-akhir ini aku ingin ada yang bilang... wajahku menggoda. Nakal. Atau bahkan bikin deg-degan.

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjfgqChlMWz

Di kantor, obrolan Nina makin menggila. Hari itu dia cerita sambil makan siomay.

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4qItzFOknA

“Ris, kamu tahu nggak... batang yang panjang tuh nggak cuma nikmat pas masuk, tapi rasanya beda di dalam. Kayak... ngegesek bagian dalam yang kamu bahkan nggak tahu kamu punya.”

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuqzSCIUoUg

Aku nyaris keselek. “Nina!”

Dia ketawa, nyolek lenganku. “Kamu tuh harus belajar ngerasain, bukan cuma nurut.”

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCx6F3tj7kF

Kepalaku menunduk, wajahku panas. Tapi... jujur, ada yang geli dalam perutku.

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡolUzKGncYt

Baca lanjutan versi tidak sensor & koleksi lainnya:

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUQ8T7TEL4W

karyakarsa.com/DSASAXI88

---

Sore itu, aku disuruh antar berkas ke ruang Pak Arman. Ruangan sempit, dan dia berdiri di belakangku waktu aku membungkuk menata map.

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNkDjxgCc5U

Lalu... aku merasakan sesuatu. Ada bagian keras dari tubuhnya menyentuh pantatku. Awalnya cuma singgungan, tapi lalu dia tidak mundur. Bahkan sedikit bergerak. Seolah—menggesek.

Tubuhku membeku. Aku ingin menoleh, tapi suara Pak Arman tetap datar, seperti biasa.

“Yang ini kamu simpan di rak atas ya, Bu Riska.”

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHeAoxHJLSw

Tangannya menunjuk, tapi tetap berdiri dekat. Bagian keras itu terus bersentuhan dengan bokongku.

Aku diam.

Bukan karena tidak tahu apa yang terjadi... tapi karena aku bingung dengan reaksi tubuhku. Rasanya aneh. Hangat. Merinding. Tapi bukan takut—melainkan seperti digelitik dari dalam.

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡv9h6r1SaOb

Dan aku tidak bergerak. Tidak menjauh.

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGoCXtI2dce

Ketika akhirnya dia mundur, aku masih berdiri di tempat, jantungku berdegup kencang. Kaki lemas.

Setengah jam kemudian, aku ke pantry. Di sana ada Bang Udin, OB kantor yang sedang mengangkat galon.

Dia membungkuk, dan aku melihat... sesuatu.

Celananya tipis, mungkin terlalu tipis untuk ukuran pria sebesar dia. Dan di baliknya, jelas terlihat bentuk yang—besar. Panjang. Menggantung ke samping. Terlalu nyata untuk diabaikan.

Aku menelan ludah. Pura-pura tidak lihat. Tapi mataku sempat menangkap cukup banyak.

Bang Udin berdiri dan tersenyum sopan padaku. “Mau dibantu, Bu?”

“Enggak, makasih Bang.”

Aku cepat-cepat keluar.

Tapi sepanjang perjalanan ke meja, bayangan itu terus ada di kepala. Aku bahkan tak bisa fokus kerja. Dan yang lebih parah... bagian dalam pahaku mulai hangat.

Aku mencoba tahan. Tapi rasanya seperti luka gatal yang tak bisa digaruk.

Malam itu, tubuhku terasa panas sejak sampai rumah. Pikiranku terus dipenuhi oleh sentuhan-sentuhan siang tadi—gesekan dari Pak Arman, bayangan tentang bentuk kelamin Bang Udin yang mencolok, dan obrolan Nina yang masih menggema di telingaku.

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡz5ojyvAxD9

Mas Jaka mendekat seperti biasa, merangkulku dari belakang saat kami sudah di tempat tidur. Tapi kali ini, pelukannya langsung membuatku gelisah. Ada rasa tegang dan berdebar yang tak biasa.

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjI09nbsEGi

“Kamu capek?” bisiknya sambil mencium leherku pelan.

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡD8SbajGyhh

Aku menggeleng, “Nggak... aku pengin.”

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZwXJotXoyJ

Suaraku keluar lebih berat dari biasanya.

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVuUg6jrq3N

Ia tampak senang, langsung membalik tubuhku menghadap ke arahnya. Ciumannya lembut di awal, seperti biasa, tapi aku membalas dengan lebih cepat—lebih rakus. Lidahku menari di bibirnya, tanganku mencengkeram rambutnya. Bahkan aku sendiri terkejut dengan caraku.

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡStc06opHRY

“Ris... kamu kenapa?” gumamnya di sela-sela ciuman.

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ91Yqjo9d9J

Aku tak menjawab, hanya mendesah. Saat bibirnya turun ke leher dan dada, desahanku keluar tanpa filter.

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjRuggJg87K

“Ahh... iya... terus... jangan berhenti, Mas... dalam... lebih dalam...”

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4BCODkE1Xf

Kata-kataku meluncur begitu saja. Tidak kupikirkan. Tapi aku benar-benar menginginkannya. Tubuhku haus, basah, menegang. Pinggulku bergerak sendiri, menekan ke arahnya, meminta lebih.

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhaf03uebuB

Jaka tampak kaget. Tangannya gemetar, tapi sorot matanya mulai liar. Dia jarang melihatku seperti ini. Biasanya aku hanya diam atau sesekali menggeliat pelan. Tapi kali ini... aku mengerang seperti perempuan yang tak pernah disentuh bertahun-tahun.

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmX9gskeod6

Dan dia suka itu.

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdd8AiD0Hu1

Masuknya terasa cepat. Mungkin terlalu cepat. Aku langsung menggigit bibir saat dia mendorong dalam. Tapi... bukan karena kenikmatan yang kupikirkan—melainkan karena aku berharap lebih.

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡahFwSlboIl

“Tuhan... Riska...” desah Jaka, napasnya mulai memburu.

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgGlqAE6txJ

Gerakannya makin cepat, makin keras. Aku mencakar punggungnya, membisikkan kata-kata liar tanpa sadar.

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIx4SLSkqD2

“Iya... iya Mas... ahh... cepet... dalemin lagi... kencengin... aku mau... mau banget...”

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡP1Znn3KttM

Jaka mendesah keras, peluhnya jatuh di atas tubuhku. Lalu... dia menegang. Tubuhnya berhenti bergerak.

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0l6lSGeQY9

Dan aku tahu, dia sudah sampai lebih dulu.

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡURqx2QFn6m

Aku terdiam. Nafasku masih berat. Tubuhku masih gemetar, tapi ada sesuatu yang... kosong.

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡscRFcQiIra

Dia mencium keningku. “Kamu luar biasa malam ini...”

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡX883aWUpD1

Aku tersenyum samar. “Aku... juga ngerasa luar biasa, Mas.”

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYD8pfxrWiM

Tapi sebenarnya, di dalam hatiku—ada rasa heran. Kenapa tubuhku belum lega? Kenapa rasanya seperti... belum benar-benar selesai?

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIPuOl6jylF

Aku mencoba menghibur diri. Mungkin ini memang orgasme. Mungkin ini rasanya. Aku belum pernah sekeras ini sebelumnya, jadi wajar kalau rasanya aneh.

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1rk8qyNulZ

Tapi ketika Jaka tertidur cepat, pelukannya hangat dan damai... aku hanya bisa menatap langit-langit.

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7jczIrCh2q

Tubuhku terasa panas, tapi belum meledak.

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡF2SlNks1dV

Dan untuk pertama kalinya... aku mulai bertanya-tanya:

"Apa benar, tubuhku menanti sesuatu yang lebih besar? Lebih dalam? Lebih mengguncang dari yang pernah kubayangkan?"

LIke dan share ya ke medsos kalian kawan

biar smangat melanjtkan cerita

karyakarsa.com/DSASAXI88

Baca lanjutan versi tidak sensor & koleksi lainnya:

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNfejM4CiFH

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqrmsO2upit

https://victie.com/novels/perubahan-istri-alim-dan-polos

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqmnl9mo5Ob

21896Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡim2w9fFIJU

atau copas link ini ke browsermu

https://linktr.ee/Dsasaxi88

ns3.145.42.128da2

Sensasi baru

REGISTER

LOGIN

Interface Language:

Story Language: