Perubahan Istri alim dan Polos - Sensasi baru

Hasrat yang Tak Terpenuhi

POV Riska

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡefyFKcpp8l

Tubuhku mungkin terlalu ‘rapi’ untuk ukuran ibu-ibu muda. Kulitku masih putih, nyaris tanpa flek, mungkin karena aku rajin pakai lotion sejak SMA. Payudaraku 36, masih kencang, kadang bikin Nina iri tiap kami ganti baju di ruang ganti kantor. Pinggulku lebar, bokongku penuh—katanya itu bentuk ideal untuk "menggendong kenikmatan", apapun maksud Nina dengan istilah itu.

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡp7FHsBcnOX

Wajahku biasa, kata orang sih manis. Tapi kata Mas Jaka, "Wajah kamu tuh adem, Ris. Enak dilihat, nggak pernah bikin capek." Aku senang dengarnya. Tapi entah kenapa, akhir-akhir ini aku ingin ada yang bilang... wajahku menggoda. Nakal. Atau bahkan bikin deg-degan.

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRl2f0fnzMO

Di kantor, obrolan Nina makin menggila. Hari itu dia cerita sambil makan siomay.

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkW92IZCzFL

“Ris, kamu tahu nggak... batang yang panjang tuh nggak cuma nikmat pas masuk, tapi rasanya beda di dalam. Kayak... ngegesek bagian dalam yang kamu bahkan nggak tahu kamu punya.”

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmZVVpGphEe

Aku nyaris keselek. “Nina!”

Dia ketawa, nyolek lenganku. “Kamu tuh harus belajar ngerasain, bukan cuma nurut.”

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6I9cYkLcyi

Kepalaku menunduk, wajahku panas. Tapi... jujur, ada yang geli dalam perutku.

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkZH5vvFkft

Baca lanjutan versi tidak sensor & koleksi lainnya:

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9K126BwpQn

karyakarsa.com/DSASAXI88

---

Sore itu, aku disuruh antar berkas ke ruang Pak Arman. Ruangan sempit, dan dia berdiri di belakangku waktu aku membungkuk menata map.

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiAVB3Aq7b4

Lalu... aku merasakan sesuatu. Ada bagian keras dari tubuhnya menyentuh pantatku. Awalnya cuma singgungan, tapi lalu dia tidak mundur. Bahkan sedikit bergerak. Seolah—menggesek.

Tubuhku membeku. Aku ingin menoleh, tapi suara Pak Arman tetap datar, seperti biasa.

“Yang ini kamu simpan di rak atas ya, Bu Riska.”

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdRaodvRiKk

Tangannya menunjuk, tapi tetap berdiri dekat. Bagian keras itu terus bersentuhan dengan bokongku.

Aku diam.

Bukan karena tidak tahu apa yang terjadi... tapi karena aku bingung dengan reaksi tubuhku. Rasanya aneh. Hangat. Merinding. Tapi bukan takut—melainkan seperti digelitik dari dalam.

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZYwbvm1seN

Dan aku tidak bergerak. Tidak menjauh.

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3OY66H1XYQ

Ketika akhirnya dia mundur, aku masih berdiri di tempat, jantungku berdegup kencang. Kaki lemas.

Setengah jam kemudian, aku ke pantry. Di sana ada Bang Udin, OB kantor yang sedang mengangkat galon.

Dia membungkuk, dan aku melihat... sesuatu.

Celananya tipis, mungkin terlalu tipis untuk ukuran pria sebesar dia. Dan di baliknya, jelas terlihat bentuk yang—besar. Panjang. Menggantung ke samping. Terlalu nyata untuk diabaikan.

Aku menelan ludah. Pura-pura tidak lihat. Tapi mataku sempat menangkap cukup banyak.

Bang Udin berdiri dan tersenyum sopan padaku. “Mau dibantu, Bu?”

“Enggak, makasih Bang.”

Aku cepat-cepat keluar.

Tapi sepanjang perjalanan ke meja, bayangan itu terus ada di kepala. Aku bahkan tak bisa fokus kerja. Dan yang lebih parah... bagian dalam pahaku mulai hangat.

Aku mencoba tahan. Tapi rasanya seperti luka gatal yang tak bisa digaruk.

Malam itu, tubuhku terasa panas sejak sampai rumah. Pikiranku terus dipenuhi oleh sentuhan-sentuhan siang tadi—gesekan dari Pak Arman, bayangan tentang bentuk kelamin Bang Udin yang mencolok, dan obrolan Nina yang masih menggema di telingaku.

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmj7oZ4W1Vp

Mas Jaka mendekat seperti biasa, merangkulku dari belakang saat kami sudah di tempat tidur. Tapi kali ini, pelukannya langsung membuatku gelisah. Ada rasa tegang dan berdebar yang tak biasa.

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdbF8NzUs7T

“Kamu capek?” bisiknya sambil mencium leherku pelan.

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUHXI2Xork6

Aku menggeleng, “Nggak... aku pengin.”

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmV5eEBREL2

Suaraku keluar lebih berat dari biasanya.

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjvkiacaiHD

Ia tampak senang, langsung membalik tubuhku menghadap ke arahnya. Ciumannya lembut di awal, seperti biasa, tapi aku membalas dengan lebih cepat—lebih rakus. Lidahku menari di bibirnya, tanganku mencengkeram rambutnya. Bahkan aku sendiri terkejut dengan caraku.

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8At7yzywcw

“Ris... kamu kenapa?” gumamnya di sela-sela ciuman.

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpTuJxvnE0W

Aku tak menjawab, hanya mendesah. Saat bibirnya turun ke leher dan dada, desahanku keluar tanpa filter.

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuVbmK6WwQV

“Ahh... iya... terus... jangan berhenti, Mas... dalam... lebih dalam...”

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡY5cWDdBb3T

Kata-kataku meluncur begitu saja. Tidak kupikirkan. Tapi aku benar-benar menginginkannya. Tubuhku haus, basah, menegang. Pinggulku bergerak sendiri, menekan ke arahnya, meminta lebih.

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡleNuG7QOqc

Jaka tampak kaget. Tangannya gemetar, tapi sorot matanya mulai liar. Dia jarang melihatku seperti ini. Biasanya aku hanya diam atau sesekali menggeliat pelan. Tapi kali ini... aku mengerang seperti perempuan yang tak pernah disentuh bertahun-tahun.

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmGhNgCTTRy

Dan dia suka itu.

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLnaRxglDAe

Masuknya terasa cepat. Mungkin terlalu cepat. Aku langsung menggigit bibir saat dia mendorong dalam. Tapi... bukan karena kenikmatan yang kupikirkan—melainkan karena aku berharap lebih.

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ90AsBgfJVt

“Tuhan... Riska...” desah Jaka, napasnya mulai memburu.

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkWHNETmHYV

Gerakannya makin cepat, makin keras. Aku mencakar punggungnya, membisikkan kata-kata liar tanpa sadar.

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4zvi2D8zSU

“Iya... iya Mas... ahh... cepet... dalemin lagi... kencengin... aku mau... mau banget...”

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡenyfcbDNHw

Jaka mendesah keras, peluhnya jatuh di atas tubuhku. Lalu... dia menegang. Tubuhnya berhenti bergerak.

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQPGcKPxY6d

Dan aku tahu, dia sudah sampai lebih dulu.

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡs6ON1Kw1Tu

Aku terdiam. Nafasku masih berat. Tubuhku masih gemetar, tapi ada sesuatu yang... kosong.

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqUK7RmSdlY

Dia mencium keningku. “Kamu luar biasa malam ini...”

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡr7ZX5CmWF6

Aku tersenyum samar. “Aku... juga ngerasa luar biasa, Mas.”

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7ILqjNSflS

Tapi sebenarnya, di dalam hatiku—ada rasa heran. Kenapa tubuhku belum lega? Kenapa rasanya seperti... belum benar-benar selesai?

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcQPxs8TrXQ

Aku mencoba menghibur diri. Mungkin ini memang orgasme. Mungkin ini rasanya. Aku belum pernah sekeras ini sebelumnya, jadi wajar kalau rasanya aneh.

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlPAEFWhGgN

Tapi ketika Jaka tertidur cepat, pelukannya hangat dan damai... aku hanya bisa menatap langit-langit.

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmbM0cy8NuL

Tubuhku terasa panas, tapi belum meledak.

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGDQrQm4H9o

Dan untuk pertama kalinya... aku mulai bertanya-tanya:

"Apa benar, tubuhku menanti sesuatu yang lebih besar? Lebih dalam? Lebih mengguncang dari yang pernah kubayangkan?"

LIke dan share ya ke medsos kalian kawan

biar smangat melanjtkan cerita

karyakarsa.com/DSASAXI88

Baca lanjutan versi tidak sensor & koleksi lainnya:

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzWgmMnh7bd

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtSaXKsBMgK

https://victie.com/novels/perubahan-istri-alim-dan-polos

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtwDYd1UtMB

23953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPlofnK6BXT

atau copas link ini ke browsermu

https://linktr.ee/Dsasaxi88

ns216.73.216.197da2

Sensasi baru

REGISTER

LOGIN

Interface Language:

Story Language: