
1430Please respect copyright.PENANAZHF6UMoArR
Bab 15: Reuni dan Nostalgia
"Sayang, hati-hati ya," ucap Pram, suaminya, sambil mengecup kening Riska. Ada nada curiga yang samar dalam suaranya. Belakangan ini,
"Iya, Mas," jawab Riska lembut. Bersama teman-teman kantor, ia berangkat menghadiri pernikahan rekan kerja di luar kota. Perjalanan kereta yang panjang terasa menyenangkan, apalagi ada Rian yang selalu membuat suasana ceria.
Di lokasi pernikahan, Riska menikmati ramainya acara. Namun, matanya tertuju pada seorang pria yang berdiri tak jauh darinya. Ilham. Mantannya dulu. Ada transformasi yang mencolok pada diri Ilham. Dulu, ia adalah remaja yang enerjik namun sedikit sembrono. Kini, Ilham memancarkan ketenangan dan karisma. Penampilannya berkelas, dan ada aura maskulin yang tak bisa diabaikan Riska. Tanpa sadar, mata Riska menelisik postur tubuh Ilham, dan imajinasinya liar membayangkan bagaimana perubahan fisiknya saat ini. Ada daya tarik yang kuat, jauh berbeda dari Ilham yang ia kenal dulu.
"Ilham?" sapa Riska sedikit terkejut.
Ilham menoleh dan senyumnya merekah. "Riska! Ya ampun, ketemu lagi!"
"Kamu juga diundang?" tanya Riska, merasakan jantungnya berdebar lebih kencang dari biasanya.
"Iya, aku teman dekatnya Rian," jawab Ilham santai.
Mendengar itu, Riska tidak langsung curiga. Ia hanya sedikit terkejut. "Oh ya? Kalian udah kenal lama?"
"Wah, dari SMP kayaknya," kata Ilham sambil tertawa kecil. "Sering banget main bareng."
Obrolan dengan Ilham terasa begitu menyenangkan. Riska hanyut dalam nostalgia dan kekagumannya pada perubahan Ilham. Ia mengingat alasan dulu mereka putus Karena Ilham meminta lebih dari Sekedar Ciuaman dan menyusu Kini, melihat Ilham yang begitu mempesona, ada sedikit rasa getaran yang menyelinap di hatinya. Ia bahkan tanpa sadar kembali membayangkan sosok Ilham secara utuh, terpesona dengan maskulinitasnya.
Di sisi lain, Rian menghampiri mereka. "Eh, kalian kenal?" tanyanya sambil merangkul Ilham akrab.
"Iya, teman lama," jawab Ilham ramah.
Riska mengangguk sambil tersenyum canggung. Ia tidak merasakan keanehan apa pun saat itu. Pikirannya masih dipenuhi dengan sosok Ilham yang kini begitu menarik.
Saat resepsi, Riska melihat keakraban Rian dan Ilham. Mereka terlihat seperti saudara. Riska tidak menaruh curiga sama sekali. Ia justru merasa senang melihat Rian memiliki teman dekat yang baik.
Namun, di balik kekagumannya pada Ilham dan keakraban Rian dengannya,
Pertemuan kembali dengan Ilham yang kini begitu mempesona membangkitkan perasaan-perasaan baru dalam diri Riska. Ia belum menyadari adanya kejanggalan dalam hubungan Rian dan Ilham. Pikirannya masih terpaku pada sosok Ilham yang telah bertransformasi.
Sisa acara pernikahan mulai lengang. Riska masih terpesona dengan perubahan Ilham. Setiap kali mata mereka bertemu, ada getaran aneh yang menjalar dalam dirinya. Ia mengingat masa lalu mereka, ciuman-ciuman remaja yang polos, dan penolakannya yang dulu mengakhiri segalanya. Kini, ia justru merasakan kerinduan yang aneh pada sentuhan bibir itu.
Tiba-tiba, Rian menghampirinya dengan senyum lebar. "Ris, Ilham ada urusan mendadak, jadi dia mau balik duluan. Kebetulan dia bawa mobil dan searah dengan kita. Aku juga agak nggak enak badan, pengen istirahat cepat. Gimana kalau kita ikut Ilham aja? Lumayan kan, nggak perlu nunggu besok."
Riska sedikit terkejut. Rencana awalnya adalah menginap semalam lagi bersama teman-teman kantor. Namun, Rian terlihat meyakinkan. "Tapi kan yang lain pulangnya besok, Rian?"
"Nggak apa-apa, Ris. Lagian, Ilham juga bawa temannya, satu keluarga, jadi rame di mobil," bujuk Rian. Ada nada halus namun manipulatif dalam suaranya yang seringkali tidak disadari Riska.
Karena merasa tidak enak menolak dan sedikit terpengaruh oleh keinginan untuk menghabiskan lebih banyak waktu dekat Ilham tanpa harus terlihat mencolok, Riska akhirnya setuju. Ia memberitahu beberapa teman kantor bahwa ia dan Rian akan pulang lebih dulu karena kurang enak badan.
Tak lama kemudian, Riska sudah berada di dalam mobil SUV milik Ilham. Di kursi depan, Ilham menyetir, di sampingnya duduk Arya. Di kursi tengah duduk Riska diapit oleh Sarah dan Rian. Dua anak Arya dan Sarah yang masih kecil duduk di baris paling belakang, tampak antusi7as dengan perjalanan ini.
Perjalanan awal terasa cukup ramai dengan celotehan anak-anak dan obrolan santai antara Ilham, Arya, dan Sarah. Rian di samping Riska masih terlihat kurang sehat dan lebih banyak diam. Namun, keberadaan Ilham yang terasa dekat di depan, melalui interaksi di kaca spion, membuat Riska merasa gelisah sekaligus bersemangat.
Setelah beberapa jam perjalanan, mereka mampir di sebuah rumah makan untuk mengisi perut. Setelah makan, kedua anak Arya dan Sarah mulai terlihat mengantuk dan merengek ingin tidur.
"Kayaknya anak-anak mau tidur deh," kata Sarah sambil melihat ke belakang. "Enaknya mereka tidur di tengah aja ya, biar bisa selonjoran."
Arya setuju dan mereka pun mengatur posisi agar kedua anak bisa tidur lebih nyaman di kursi tengah. Sarah pindah ke depan, duduk di samping Arya. Kini, kursi tengah ditempati oleh kedua anak yang mulai terlelap. Ilham dan Rian tetap duduk di belakang .
Namun, Riska merasa ada jarak yang membuatnya tidak nyaman. Ia ingin lebih dekat dengan Ilham, meskipun hanya sekadar duduk di dekatnya.
"Eh, aku di belakang aja gpp ya biar anak2 bobonya lebih lapang “, usul Riska tiba-tiba. "Aku nggak papa kok di tengah sini."
"Oh, boleh juga, Ris. Makasih ya."
Maka, Rian pun pindah ke sisi jendela, meninggalkan Riska duduk di tengah, tepat di antara Rian dan Ilham Riska merasa jauh lebih dekat dengan Ilham sekarang. Aroma maskulin samar dari arah Ilham semakin terasa, dan ia bisa mendengar jelas setiap kali Ilham berbicara atau bergerak. Jantungnya kembali berdebar lebih kencang. Perjalanan yang semakin sunyi karena anak-anak tertidur ini terasa semakin mendebarkan bagi Riska,
Malam semakin larut. Jalanan luar tampak gelap, hanya diterangi oleh lampu-lampu kendaraan yang sesekali melintas. Suara dengkuran halus kedua anak Arya dan Sarah mendominasi kabin mobil yang sunyi. Arya fokus menyetir di depan, sesekali menyesuaikan kaca spion. Sarah tampak tertidur lelap di sampingnya.
Riska tertidur di tengah kursi belakang, diapit oleh Rian di sisi kiri dan Ilham di sisi kanan. Ia terperanjat bangun ketika merasakan sensasi aneh di tubuhnya. Ada sentuhan-sentuhan lembut namun membangkitkan gairah dalam tidurnya, antara geli dan sedikit... panas.
Dalam kegelapan, tanpa sepenuhnya sadar siapa yang melakukannya, ia merasakan jari-jari lembut menyentuh lengannya, lalu perlahan bergerak naik ke dadanya di balik Jilbab lebarnya dia merasa dadanya ada di elus. Sentuhan itu terasa berbeda, lebih halus dari sentuhan Rian yang biasanya terburu-buru. Namun, rasa aneh dan sedikit terganggu tetap ada.
Dalam keadaan setengah sadar, tangan Riska terasa hangat dan seperti menggenggan sesuatu yang keras,
pikirannya masih berkabut karena baru terbangun.
Dengan mata yang masih sayu, Riska melirik ke depan. Arya masih fokus menyetir, Sarah tertidur pulas. Lalu, tanpa sadar, pandangannya jatuh pada wajah Ilham yang tampak tenang dalam remang cahaya. Bibirnya terlihat lembut dan sedikit terbuka. Entah mengapa, pemandangan itu menimbulkan sensasi aneh dalam dirinya. Tiba-tiba, bibirnya terasa kering, dan keinginan untuk merasakan sentuhan bibir itu kembali menghantuinya.
Dalam kebingungan dan ketidaksadaran penuh, tangan Riska yang masih berada di paha Ilham tak berani bergerak
Saat kepala Riska di tarik perlahan oleh rian ke pahanya Aroma khas yang kuat menguap memabukkannya dalam sensasi yang aneh namun mulai terasa familiar. Rasa hangat dan tekanan lembut di pipinya seolah menghipnotisnya. Untuk malahap Kontol Rian yang sudah berdiri tegak bebas
Tiba-tiba, sensasi aneh merayap di antara kedua pahanya dari arah kanan. Jari-jari lembut namun terasa asing menyusup masuk ke dalam roknya, mencari celah di antara kain celana dalamnya. Riska tersentak kecil, tanla sadad sedikit mengangkang memudahkan jari2 itu mudah menemukan tujuannya dan menari nari di sana membawa riska melambung jauh
Ia belum sepenuhnya sadar siapa yang melakukan ini.
Namun, kejutan yang lebih besar datang ketika tangan kanannya, yang masih berada di paha Ilham yang tertidur di sampingnya, tiba-tiba digerakkan.menyentuh sesuatu yang keras dan panas
Riska tersentak lebih keras saat merasakan perbedaan yang signifikan dari apa yang ia sentuh di paha Ilham tadi. Ini terasa sama kerasnya, namun terasa lebih panjang dan lebih tebal dalam genggamannya. Rasa malu dan panik kembali menyeruak, namun di saat sesuatu yang di dalam mulutnya memuncratkan sesuatu yang kental lengket membuat Riska auto Orgasme dan meremas batang di tangannya lwbih keras.
Lalu setelah habis menelan lendir d mulutnya Rian dengan Pelan Mengarakan kepala Riska ke pangkuan Ilham yang membuat Riska takjub melihat KONTOL
Iya Kontol yang berdiri keras tegak sama besar dengan yang barusan berada di mulutnya hanya lebih panjang lalu dia melihat ke arah Ilham tatapan mata dan senyuman ilham membuatnya tanpa sadar membuka mulut dan memasukkan nya ke dalam hinnga tenggorokannya terasa penuh sampai menetes air matanya , tapi ada sensasi aneh yg di Rasakannya setiap batang itu menekan jauh sampai amandelnya membuatnya ingin muntah tapai bagian bawahnya lebih dahulu memuntahkan cairan orgasmenya....
Tka brapa lama kemudian Ilham melenguh tertahan saat menekan kepala Riska
“ crootttts crottt crortttt”
4 Kali tembakan kuat langsung ke tenggorokannya membuat Riska mengalami orgasme ke sekian kali
Lalu Riska rebah ke depan dengan lelehan air liur di bibirnya
Ilham dengan perlahan melap lelehan2 itu dengan tisu dan berbisik
“ ahirnya aku merasakn nikmat bibjr atasmu “
Bisikan pelan melambungkan pikiran Riska
“ bibir atas ?? Yang Bawah apa ? “
Dan saat dia kembali tegak ilham dan Rian saling bertatapan penuh arti ...
Tapi yang Riska tak sadari Mobil mereka berbelok arah bukan ke kota nya tapi ke arah puncak ...
1430Please respect copyright.PENANAObjXWKQaGM
Bersambung
Dukung dengan Follow , Like dan Donasi semampunya ya kawan2
ns18.118.171.161da2