
POV Riska
11148Please respect copyright.PENANAwaLU5Wfvt4
Entah sejak kapan aku mulai merasa... berbeda. Mungkin sejak sering ngobrol sama Nina. Mungkin sejak dia pertama kali nyeletuk soal "kenikmatan dunia yang belum pernah kurasakan". Awalnya aku selalu menolak mentah-mentah. Tapi lama-lama, pikiranku mulai berani bertanya-tanya sendiri.
11148Please respect copyright.PENANAA75VCfjBac
Apa iya selama ini aku terlalu kaku? Terlalu menjaga diri sampai lupa bagaimana rasanya jadi perempuan seutuhnya?
11148Please respect copyright.PENANARCPTtggaMr
Nina selalu bilang aku terlalu ‘rapi’. “Ris, kamu tuh kayak istri ideal di buku nikah. Tapi hidup ini bukan buku nikah doang,” katanya sambil tertawa.
11148Please respect copyright.PENANATHWO9wGHUE
Aku cuma tersenyum waktu itu. Tapi kalimatnya itu—entah kenapa—menancap dalam. Mungkin karena aku tahu, di balik semua tawa dan senyumku di rumah... aku juga sering merasa kosong. Hambar.
11148Please respect copyright.PENANAR9JUz39Jjn
11148Please respect copyright.PENANAKrYtlbgAWo
---
11148Please respect copyright.PENANAQTijJiEpci
Pekerjaan makin padat akhir-akhir ini. Dan entah kenapa, makin sering juga aku berada di ruangan Pak Arman. Atasanku itu memang kharismatik. Pembawaannya tenang, rapi, suaranya berat tapi lembut. Dulu aku nggak terlalu memerhatikan, tapi sekarang—aku mulai sadar kalau dia sering... terlalu dekat.
11148Please respect copyright.PENANA1lva22cQPp
Hari ini misalnya, waktu aku nyodorin laporan, dia berdiri di sampingku dan tangannya sempat menyentuh pinggangku.
11148Please respect copyright.PENANA1YPvu2xWfE
“Sori, Bu Riska,” katanya cepat, tapi dengan senyum yang... entah kenapa bikin jantungku berdetak lebih cepat.
11148Please respect copyright.PENANAYsDXltKsKz
Aku cuma mengangguk dan berusaha fokus ke kertas. Tapi kulitku masih terasa hangat di bagian yang dia sentuh.
11148Please respect copyright.PENANAj61RwOZQkm
11148Please respect copyright.PENANAF5C1vut9AF
---
11148Please respect copyright.PENANAOCyW5wvwro
Sore itu, aku lembur bareng dua staf cowok: Rio dan Dimas. Mereka berdua tipe yang suka bercanda, agak genit tapi belum pernah sampai kelewatan—setidaknya sebelum hari ini.
11148Please respect copyright.PENANA4jaIiP7QJO
Aku berdiri sambil merapikan map di lemari dokumen. Saat aku balik badan, Rio yang lewat terlalu dekat dan bahunya menyenggol dadaku. Sekilas aja, tapi cukup bikin aku kaget dan salah tingkah.
11148Please respect copyright.PENANAqi5p69Uhm8
“Eh, maaf Bu... nggak sengaja,” katanya cepat, walau dari matanya aku tahu dia sadar apa yang barusan terjadi.
11148Please respect copyright.PENANAQdZjBR7AXS
Aku senyum kaku, “Iya, nggak apa-apa.”
11148Please respect copyright.PENANAZPQR80H5NK
Beberapa menit kemudian, saat aku jongkok untuk ambil berkas dari rak bawah, Dimas lewat di belakangku dan—aku nggak yakin—tangannya sempat menyentuh bokongku. Lembut, seolah ‘tanpa sengaja’, tapi cukup terasa untuk bikin tubuhku menegang.
11148Please respect copyright.PENANA194altXUyL
Aku berdiri cepat, pura-pura nggak terjadi apa-apa. Tapi dalam hati... ada sesuatu yang berdesir aneh. Rasa bersalah, tentu saja. Tapi juga rasa hangat yang susah dijelaskan.
11148Please respect copyright.PENANAZ1sKMCPlpe
11148Please respect copyright.PENANAsJp8zbxdSs
---
11148Please respect copyright.PENANAabc3V8vEWc
Di kamar mandi kantor, aku menatap wajahku di cermin. Kenapa jantungku masih berdebar?
11148Please respect copyright.PENANAxx5Bbp8LH4
Aku menutup mata. Di benakku, terbayang lagi kalimat Nina.
"Ris, kadang tubuh kita bisa jujur. Kalau kamu ngerasa geli, panas, atau bahkan basah... itu bukan dosa. Itu naluri."
11148Please respect copyright.PENANAWEjxwANaV2
Aku sempat ketawa waktu dia ngomong gitu dulu. Tapi sekarang—aku mulai paham maksudnya.
11148Please respect copyright.PENANAxRn3GBOrES
Aku nggak cerita apapun ke Mas Jaka malam itu. Aku cuma bilang lelah. Dia tampak perhatian seperti biasa, bikinkan teh, pijitin pundakku.
11148Please respect copyright.PENANAZIaXkVYuaF
Aku merasa bersalah. Tapi juga... merasa punya rahasia yang anehnya bikin deg-degan.
11148Please respect copyright.PENANATiwSO99U23
11148Please respect copyright.PENANAFByOJKE000
---
11148Please respect copyright.PENANApCHzpjkYTQ
Beberapa hari kemudian, aku duduk makan siang bareng Nina di pantry. Dia seperti biasa, langsung ke topik vulgar.
11148Please respect copyright.PENANAksBkCIAzZz
“Tadi aku mimpi, Ris. Mimpinya... duh, gila.”
11148Please respect copyright.PENANA1ROVW7A3Wy
“Mimpi apa lagi?”
11148Please respect copyright.PENANAq9xIVjPOPL
“Dua cowok ngapain aku bareng-bareng. Salah satunya punya batang segede botol minum kantor. Aku kebangun sambil megap-megap. Terus, saking panasnya, aku sampe harus... ya, bantu diri sendiri.”
11148Please respect copyright.PENANABUmZ1Zuu4P
“Nina!” Aku tertawa malu-malu.
11148Please respect copyright.PENANAtoeJWxFdWg
Dia malah ketawa lebar. “Kamu kapan terakhir mimpi basah, Ris?”
11148Please respect copyright.PENANA7mjxe5maQi
“Aku... nggak pernah.”
11148Please respect copyright.PENANAxM13JIvZTj
“Pantesan. Ris, tubuh kamu tuh nunggu disentuh lho. Kamu harus nyobain sesuatu yang beda. Kalau bukan sama suami ya... minimal di khayalan dulu.”
11148Please respect copyright.PENANARuTX5ypNyD
Aku menggeleng. Tapi senyumku nggak hilang. Dalam hati, aku tahu aku mulai terpengaruh.
11148Please respect copyright.PENANALyODSZKvrk
11148Please respect copyright.PENANApZoFTslDM2
---
11148Please respect copyright.PENANA08Sa6hah5Q
Hari-hari selanjutnya, sentuhan-sentuhan ‘tidak sengaja’ itu makin sering terjadi. Kadang dari Pak Arman, kadang dari Rio atau Dimas. Entah kenapa, aku tidak lagi merasa sebersalah dulu. Kadang aku malah membiarkan. Menikmati. Diam-diam berharap mereka melakukannya lagi.
11148Please respect copyright.PENANAmjegILzkiE
Aku tahu itu salah. Tapi... tubuhku terus merespons. Semakin disentuh, semakin penasaran.
11148Please respect copyright.PENANAk48amzveH7
Malam-malamku bersama Jaka tetap hangat. Tapi pikiranku mulai terbang ke arah lain. Kadang aku menutup mata saat kami bercinta dan membayangkan suara berat Pak Arman atau tangan kasar Rio. Dan saat gairah itu datang... aku merasa bersalah sekaligus hidup.
11148Please respect copyright.PENANAtsn6hS7nkT
11148Please respect copyright.PENANAgUVghkvA7R
---
11148Please respect copyright.PENANAHmupslKwvV
Aku belum berani melangkah lebih jauh. Belum tahu apakah aku akan... menuruti rasa penasaran ini sepenuhnya. Tapi satu hal yang pasti—aku tidak lagi sama seperti dulu.
11148Please respect copyright.PENANAA1ndriAcIj
Dan aku belum siap membiarkan Jaka tahu semua ini.
11148Please respect copyright.PENANAbk1f8gTGhp
Belum.
11148Please respect copyright.PENANAgGrJ6Lw5Nr
11148Please respect copyright.PENANAaIwRb54rOc
---