
POV Riska
10724Please respect copyright.PENANAgsBV6Jokgq
Entah sejak kapan aku mulai merasa... berbeda. Mungkin sejak sering ngobrol sama Nina. Mungkin sejak dia pertama kali nyeletuk soal "kenikmatan dunia yang belum pernah kurasakan". Awalnya aku selalu menolak mentah-mentah. Tapi lama-lama, pikiranku mulai berani bertanya-tanya sendiri.
10724Please respect copyright.PENANANWWN4hP4OX
Apa iya selama ini aku terlalu kaku? Terlalu menjaga diri sampai lupa bagaimana rasanya jadi perempuan seutuhnya?
10724Please respect copyright.PENANARa4VhJtd7V
Nina selalu bilang aku terlalu ‘rapi’. “Ris, kamu tuh kayak istri ideal di buku nikah. Tapi hidup ini bukan buku nikah doang,” katanya sambil tertawa.
10724Please respect copyright.PENANAOwqTC74erI
Aku cuma tersenyum waktu itu. Tapi kalimatnya itu—entah kenapa—menancap dalam. Mungkin karena aku tahu, di balik semua tawa dan senyumku di rumah... aku juga sering merasa kosong. Hambar.
10724Please respect copyright.PENANAnupcLN1pJ1
10724Please respect copyright.PENANAMBiRzxkwWI
---
10724Please respect copyright.PENANAeZBWXTcJlm
Pekerjaan makin padat akhir-akhir ini. Dan entah kenapa, makin sering juga aku berada di ruangan Pak Arman. Atasanku itu memang kharismatik. Pembawaannya tenang, rapi, suaranya berat tapi lembut. Dulu aku nggak terlalu memerhatikan, tapi sekarang—aku mulai sadar kalau dia sering... terlalu dekat.
10724Please respect copyright.PENANAdbF6vRAvUH
Hari ini misalnya, waktu aku nyodorin laporan, dia berdiri di sampingku dan tangannya sempat menyentuh pinggangku.
10724Please respect copyright.PENANA8OoRxtxi8B
“Sori, Bu Riska,” katanya cepat, tapi dengan senyum yang... entah kenapa bikin jantungku berdetak lebih cepat.
10724Please respect copyright.PENANAKnISwrAbMq
Aku cuma mengangguk dan berusaha fokus ke kertas. Tapi kulitku masih terasa hangat di bagian yang dia sentuh.
10724Please respect copyright.PENANAQYGWYGDbWr
10724Please respect copyright.PENANAZPUaRJyQHX
---
10724Please respect copyright.PENANAIbXrEUvzdH
Sore itu, aku lembur bareng dua staf cowok: Rio dan Dimas. Mereka berdua tipe yang suka bercanda, agak genit tapi belum pernah sampai kelewatan—setidaknya sebelum hari ini.
10724Please respect copyright.PENANAPKZJwgLhBp
Aku berdiri sambil merapikan map di lemari dokumen. Saat aku balik badan, Rio yang lewat terlalu dekat dan bahunya menyenggol dadaku. Sekilas aja, tapi cukup bikin aku kaget dan salah tingkah.
10724Please respect copyright.PENANAt31OPXND4t
“Eh, maaf Bu... nggak sengaja,” katanya cepat, walau dari matanya aku tahu dia sadar apa yang barusan terjadi.
10724Please respect copyright.PENANAueeSVdIuFc
Aku senyum kaku, “Iya, nggak apa-apa.”
10724Please respect copyright.PENANAO3zugrUJej
Beberapa menit kemudian, saat aku jongkok untuk ambil berkas dari rak bawah, Dimas lewat di belakangku dan—aku nggak yakin—tangannya sempat menyentuh bokongku. Lembut, seolah ‘tanpa sengaja’, tapi cukup terasa untuk bikin tubuhku menegang.
10724Please respect copyright.PENANApcsd5wIJVZ
Aku berdiri cepat, pura-pura nggak terjadi apa-apa. Tapi dalam hati... ada sesuatu yang berdesir aneh. Rasa bersalah, tentu saja. Tapi juga rasa hangat yang susah dijelaskan.
10724Please respect copyright.PENANA4IcsolnHHj
10724Please respect copyright.PENANAxWZw3tSELH
---
10724Please respect copyright.PENANAWwE4WV0VZq
Di kamar mandi kantor, aku menatap wajahku di cermin. Kenapa jantungku masih berdebar?
10724Please respect copyright.PENANASgsqMtM5f2
Aku menutup mata. Di benakku, terbayang lagi kalimat Nina.
"Ris, kadang tubuh kita bisa jujur. Kalau kamu ngerasa geli, panas, atau bahkan basah... itu bukan dosa. Itu naluri."
10724Please respect copyright.PENANAe1VTWrbOCP
Aku sempat ketawa waktu dia ngomong gitu dulu. Tapi sekarang—aku mulai paham maksudnya.
10724Please respect copyright.PENANA39VQIvpz1H
Aku nggak cerita apapun ke Mas Jaka malam itu. Aku cuma bilang lelah. Dia tampak perhatian seperti biasa, bikinkan teh, pijitin pundakku.
10724Please respect copyright.PENANAEFE47pjq8a
Aku merasa bersalah. Tapi juga... merasa punya rahasia yang anehnya bikin deg-degan.
10724Please respect copyright.PENANAMGiKmsqQIT
10724Please respect copyright.PENANAurPRcJz3du
---
10724Please respect copyright.PENANATMDBJhbVfl
Beberapa hari kemudian, aku duduk makan siang bareng Nina di pantry. Dia seperti biasa, langsung ke topik vulgar.
10724Please respect copyright.PENANADre8SdcOZA
“Tadi aku mimpi, Ris. Mimpinya... duh, gila.”
10724Please respect copyright.PENANAkfkZy68LfB
“Mimpi apa lagi?”
10724Please respect copyright.PENANAV53pSeRPsZ
“Dua cowok ngapain aku bareng-bareng. Salah satunya punya batang segede botol minum kantor. Aku kebangun sambil megap-megap. Terus, saking panasnya, aku sampe harus... ya, bantu diri sendiri.”
10724Please respect copyright.PENANAU3vg46ztfQ
“Nina!” Aku tertawa malu-malu.
10724Please respect copyright.PENANAvviMrYbSwt
Dia malah ketawa lebar. “Kamu kapan terakhir mimpi basah, Ris?”
10724Please respect copyright.PENANAP99WxPh99b
“Aku... nggak pernah.”
10724Please respect copyright.PENANABEg1DSLIc3
“Pantesan. Ris, tubuh kamu tuh nunggu disentuh lho. Kamu harus nyobain sesuatu yang beda. Kalau bukan sama suami ya... minimal di khayalan dulu.”
10724Please respect copyright.PENANAlqM3wESZx5
Aku menggeleng. Tapi senyumku nggak hilang. Dalam hati, aku tahu aku mulai terpengaruh.
10724Please respect copyright.PENANA33yyCS9c2Q
10724Please respect copyright.PENANALILmaNjowh
---
10724Please respect copyright.PENANAVPJf5tAc7X
Hari-hari selanjutnya, sentuhan-sentuhan ‘tidak sengaja’ itu makin sering terjadi. Kadang dari Pak Arman, kadang dari Rio atau Dimas. Entah kenapa, aku tidak lagi merasa sebersalah dulu. Kadang aku malah membiarkan. Menikmati. Diam-diam berharap mereka melakukannya lagi.
10724Please respect copyright.PENANANdKx8YT7ry
Aku tahu itu salah. Tapi... tubuhku terus merespons. Semakin disentuh, semakin penasaran.
10724Please respect copyright.PENANA8wfx6llnkF
Malam-malamku bersama Jaka tetap hangat. Tapi pikiranku mulai terbang ke arah lain. Kadang aku menutup mata saat kami bercinta dan membayangkan suara berat Pak Arman atau tangan kasar Rio. Dan saat gairah itu datang... aku merasa bersalah sekaligus hidup.
10724Please respect copyright.PENANAr3C7DUgK4U
10724Please respect copyright.PENANAbQKrnGcQEh
---
10724Please respect copyright.PENANAyW2jrrRCd2
Aku belum berani melangkah lebih jauh. Belum tahu apakah aku akan... menuruti rasa penasaran ini sepenuhnya. Tapi satu hal yang pasti—aku tidak lagi sama seperti dulu.
10724Please respect copyright.PENANAsM3NSblPx1
Dan aku belum siap membiarkan Jaka tahu semua ini.
10724Please respect copyright.PENANAudbysK4yoX
Belum.
10724Please respect copyright.PENANAMwkrNAl4GN
10724Please respect copyright.PENANA1huL9bYQ9z
---