
POV Riska
10771Please respect copyright.PENANAp7xeqf3gw3
Entah sejak kapan aku mulai merasa... berbeda. Mungkin sejak sering ngobrol sama Nina. Mungkin sejak dia pertama kali nyeletuk soal "kenikmatan dunia yang belum pernah kurasakan". Awalnya aku selalu menolak mentah-mentah. Tapi lama-lama, pikiranku mulai berani bertanya-tanya sendiri.
10771Please respect copyright.PENANAchZ42NbGSw
Apa iya selama ini aku terlalu kaku? Terlalu menjaga diri sampai lupa bagaimana rasanya jadi perempuan seutuhnya?
10771Please respect copyright.PENANAvf3KMepOJv
Nina selalu bilang aku terlalu ‘rapi’. “Ris, kamu tuh kayak istri ideal di buku nikah. Tapi hidup ini bukan buku nikah doang,” katanya sambil tertawa.
10771Please respect copyright.PENANA6tkrQPPU99
Aku cuma tersenyum waktu itu. Tapi kalimatnya itu—entah kenapa—menancap dalam. Mungkin karena aku tahu, di balik semua tawa dan senyumku di rumah... aku juga sering merasa kosong. Hambar.
10771Please respect copyright.PENANAfKHH3YS7ID
10771Please respect copyright.PENANAe3uDqWf5c4
---
10771Please respect copyright.PENANAMyVRF4IUej
Pekerjaan makin padat akhir-akhir ini. Dan entah kenapa, makin sering juga aku berada di ruangan Pak Arman. Atasanku itu memang kharismatik. Pembawaannya tenang, rapi, suaranya berat tapi lembut. Dulu aku nggak terlalu memerhatikan, tapi sekarang—aku mulai sadar kalau dia sering... terlalu dekat.
10771Please respect copyright.PENANAMHHjXTlLdW
Hari ini misalnya, waktu aku nyodorin laporan, dia berdiri di sampingku dan tangannya sempat menyentuh pinggangku.
10771Please respect copyright.PENANAkpA9Qocsrb
“Sori, Bu Riska,” katanya cepat, tapi dengan senyum yang... entah kenapa bikin jantungku berdetak lebih cepat.
10771Please respect copyright.PENANAeQkzNLo5xw
Aku cuma mengangguk dan berusaha fokus ke kertas. Tapi kulitku masih terasa hangat di bagian yang dia sentuh.
10771Please respect copyright.PENANAHygaLLpI6G
10771Please respect copyright.PENANA9TdGMBFHJJ
---
10771Please respect copyright.PENANANOnQCsjsxn
Sore itu, aku lembur bareng dua staf cowok: Rio dan Dimas. Mereka berdua tipe yang suka bercanda, agak genit tapi belum pernah sampai kelewatan—setidaknya sebelum hari ini.
10771Please respect copyright.PENANAmLpaOcBPAu
Aku berdiri sambil merapikan map di lemari dokumen. Saat aku balik badan, Rio yang lewat terlalu dekat dan bahunya menyenggol dadaku. Sekilas aja, tapi cukup bikin aku kaget dan salah tingkah.
10771Please respect copyright.PENANAKFYSLqO7dD
“Eh, maaf Bu... nggak sengaja,” katanya cepat, walau dari matanya aku tahu dia sadar apa yang barusan terjadi.
10771Please respect copyright.PENANAcR94M9AHtF
Aku senyum kaku, “Iya, nggak apa-apa.”
10771Please respect copyright.PENANAbjLr2Np8uZ
Beberapa menit kemudian, saat aku jongkok untuk ambil berkas dari rak bawah, Dimas lewat di belakangku dan—aku nggak yakin—tangannya sempat menyentuh bokongku. Lembut, seolah ‘tanpa sengaja’, tapi cukup terasa untuk bikin tubuhku menegang.
10771Please respect copyright.PENANAutgOVyjZNV
Aku berdiri cepat, pura-pura nggak terjadi apa-apa. Tapi dalam hati... ada sesuatu yang berdesir aneh. Rasa bersalah, tentu saja. Tapi juga rasa hangat yang susah dijelaskan.
10771Please respect copyright.PENANA1auHdNAHIZ
10771Please respect copyright.PENANApRqHgz0WQb
---
10771Please respect copyright.PENANAMds6nAIrRH
Di kamar mandi kantor, aku menatap wajahku di cermin. Kenapa jantungku masih berdebar?
10771Please respect copyright.PENANASJcKWXKy4P
Aku menutup mata. Di benakku, terbayang lagi kalimat Nina.
"Ris, kadang tubuh kita bisa jujur. Kalau kamu ngerasa geli, panas, atau bahkan basah... itu bukan dosa. Itu naluri."
10771Please respect copyright.PENANAYziw28h2Az
Aku sempat ketawa waktu dia ngomong gitu dulu. Tapi sekarang—aku mulai paham maksudnya.
10771Please respect copyright.PENANAS7fG79QEoM
Aku nggak cerita apapun ke Mas Jaka malam itu. Aku cuma bilang lelah. Dia tampak perhatian seperti biasa, bikinkan teh, pijitin pundakku.
10771Please respect copyright.PENANAtKLyXSmgrV
Aku merasa bersalah. Tapi juga... merasa punya rahasia yang anehnya bikin deg-degan.
10771Please respect copyright.PENANAaPzbZEZpIf
10771Please respect copyright.PENANAk3Vdm7KsbX
---
10771Please respect copyright.PENANAoyX4SI7zuw
Beberapa hari kemudian, aku duduk makan siang bareng Nina di pantry. Dia seperti biasa, langsung ke topik vulgar.
10771Please respect copyright.PENANAxHYQv4YQUa
“Tadi aku mimpi, Ris. Mimpinya... duh, gila.”
10771Please respect copyright.PENANAan31VBnLUd
“Mimpi apa lagi?”
10771Please respect copyright.PENANAq2Vi50K8qs
“Dua cowok ngapain aku bareng-bareng. Salah satunya punya batang segede botol minum kantor. Aku kebangun sambil megap-megap. Terus, saking panasnya, aku sampe harus... ya, bantu diri sendiri.”
10771Please respect copyright.PENANAOXTt8flMl0
“Nina!” Aku tertawa malu-malu.
10771Please respect copyright.PENANAV9olVnq0Cu
Dia malah ketawa lebar. “Kamu kapan terakhir mimpi basah, Ris?”
10771Please respect copyright.PENANAgN19DDn7Yp
“Aku... nggak pernah.”
10771Please respect copyright.PENANA6hIEg2DIC0
“Pantesan. Ris, tubuh kamu tuh nunggu disentuh lho. Kamu harus nyobain sesuatu yang beda. Kalau bukan sama suami ya... minimal di khayalan dulu.”
10771Please respect copyright.PENANAyIfpsE9MUZ
Aku menggeleng. Tapi senyumku nggak hilang. Dalam hati, aku tahu aku mulai terpengaruh.
10771Please respect copyright.PENANAFKORpMkRUW
10771Please respect copyright.PENANAJEFojXubMJ
---
10771Please respect copyright.PENANAcoL0xpQ3IX
Hari-hari selanjutnya, sentuhan-sentuhan ‘tidak sengaja’ itu makin sering terjadi. Kadang dari Pak Arman, kadang dari Rio atau Dimas. Entah kenapa, aku tidak lagi merasa sebersalah dulu. Kadang aku malah membiarkan. Menikmati. Diam-diam berharap mereka melakukannya lagi.
10771Please respect copyright.PENANAlKpOL7zLgT
Aku tahu itu salah. Tapi... tubuhku terus merespons. Semakin disentuh, semakin penasaran.
10771Please respect copyright.PENANAnkEgpSP4Oi
Malam-malamku bersama Jaka tetap hangat. Tapi pikiranku mulai terbang ke arah lain. Kadang aku menutup mata saat kami bercinta dan membayangkan suara berat Pak Arman atau tangan kasar Rio. Dan saat gairah itu datang... aku merasa bersalah sekaligus hidup.
10771Please respect copyright.PENANAkGY1WpbrGy
10771Please respect copyright.PENANAP4nanbTiLx
---
10771Please respect copyright.PENANAyEaaWUiL3n
Aku belum berani melangkah lebih jauh. Belum tahu apakah aku akan... menuruti rasa penasaran ini sepenuhnya. Tapi satu hal yang pasti—aku tidak lagi sama seperti dulu.
10771Please respect copyright.PENANAaXed2uXiCj
Dan aku belum siap membiarkan Jaka tahu semua ini.
10771Please respect copyright.PENANAXoyrGf1qtm
Belum.
10771Please respect copyright.PENANApSyNiHof4s
10771Please respect copyright.PENANAAO7ajP2yuD
---